On Fri, 6 Sep 2002 16:44:47 +0700
Sunu Hadi Praptono [EMAIL PROTECTED] wrote:
Jadi, by design, inversi seismik memang bukan magic
thing yang
menjadikan sesuatu dari tidak ada jadi ada, tapi
meningkatkan tampilan data
sehingga dapat diinterpretasi secara lebih kuantitatif.
Anda
upstt...sori...
maksudnya, kalau cuma punya near stack dan far stack saja,
maka tetap bisa melakukan analisa P vs G.
dimana utk P menggunakan data near stack dan utk G menggunakan data
(far-near) atau data far stack dikurangi data near stack (ada yg bilang,
difference stack).
karena utk
sekedar penasaran,
adakah yg pernah menggunakan seismic geomorphology utk eksplorasi atau
eksploitasi?
syarat2 apa saja yg harus dipenuhi sebelum melakukan seismic
geomorphology?
thanks,
Paulus
-
To unsubscribe, e-mail:
kalau definisi saya,
seismic geomorphology adalah observasi pada seismic section yg sangat
dangkal.
berhubung yg diamati adalah daerah yg sangat dangkal maka frequency
contentnya (mestinya) cukup lebar. dgn lebarnya frequency content diharapkan
bisa meng-image geological features dgn sangat
iseng2 mulai ahh...
btw, mau tanya soal Haq global sea level chart.
apakah hal ini masih dipakai di dunia industri? bagaimana penerapannya?
thanks,
pta
-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit FOGRI Website:
sebenarnya poin yg ingin aku angkat adalah
seringkali kita terpana dgn case studies yg kita baca di paper-paper
geofisika sampai2 lupa akan proses-nya.
ndak perlu tahu background geology-nya, pokoknya langsung saja run
AFI, AVO dlsb. seakan-akan teknik2 geofisika ini benar2 bisa langsung
pin-point
ada image log-nya ndak? mungkin bisa dikira-kira penyebarannya dgn
melihat image log dari beberapa sumur.
berhubung sand-nya cukup tipis, mungkin bisa membandingkan response
bandpass filtered AI (range frekuensinya kurang lebih sama dgn data
seismiknya) antara well yg sand/shale rationya tinggi
kalau memang tujuannya tidak utk identifikasi masing2 sand unit yg
tipis2 itu, cara lain yg mungkin bisa dicoba adalah membandingkan plot
antara kurva gamma ray log dgn kurva AI, density atau velocity yg
sudah di-bandpass filter. nanti bisa diamati, apakah perbedaan antara
package yg sand-prone
maksudnya min, mod dan maxi?
--pta
On 5/3/05, [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED] wrote:
apakah stokastik tidak memberikan range yang besar dari min, mod dan
maxinya?
Regards
Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852
besar/kecil-nya range, saya pikir tergantung dari seberapa
lebarhistogram-nya. karena waktu stochastic-nya menebak suatu value,
itu berdasarkan histogram dari data well. validasi-nya adalah
amplitudo seismic, apakah angka tebakan (yg berdasarkan histogram dari
well) ini match dgn amplitudo
ini kalau pada ngumpulin 2 cents,
lama-lama bisa beli teh tarik dehh..
soal geomodeling ini,
apakah akan membantu kalau diberikan lithology cube dari seismik?
(tentunya resolusi vertikalnya sama dengan resolusi vertikal seismik yahh)
atau malah rugi kalau dapat lithology cube dari seismik?
maaf pak kurang jelas,
maksudnya lebih bagus itu bagaimana?
lebih kontinu? atau lebih detil? (misalkan utk strat trap)
--pta
On 2/14/06, Leonard Lisapaly [EMAIL PROTECTED] wrote:
Dari pengalaman, interpretasi pakai seismik konvensional dan interpretasi
pakai hasil inversi seringkali
bagaimana dengan fault (major fault)?
lebar bidang fault (dari yang pernah saya lihat di outcrop) yah cuma
beberapa sentimeter saja. tapi nyatanya kelihatan juga di seismik.
kembali ke identifikasi fracture,
menurut saya tidak melulu soal resolusi seismik tapi lebih kepada
intensitas fracture itu
sederhananya cukup dengan mengamati bentuk gelombangnya (waveform).
jadi tinggal dibandingkan antara bentuk gelombang seismik di zona tsb
dgn informasi intensitas fracture dari sumur.
logikanya, semakin hancur batuannya, maka citra seismiknya juga akan
semakin rusak.
dari sini bisa dibuatkan
ada yang punya success story dalam menggunakan CRS (Common Reflectionn
Surface) Processing?
--pta
-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id
FOGRI Archive:
aku sendiri belum baca paper-nya,
cuma karena ada yang menyarankan, jadi penasaran juga.
pas lihat2 sepintas di web, ada yang menyarankan sebagai alternatif buat PreSDM?
jadi tambah penasaran kan? :D
--pta
On 6/8/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
Apaan sih CRS ?
Apa da
di beberapa publikasi, contoh case study-nya di daerah yang geologinya kompleks.
jadi yang dibandingkan adalah PostSDM CRS dengan PreSDM conventional.
--pta
On 6/8/06, Leonard Lisapaly [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bagaimana kalau strukturnya kompleks ?
LL
maksudnya smear-out itu seperti apa yah pak?
klaim dari beberapa publikasi, hasil dari CRS ini, fold coverage
meningkat (entah gimana caranya fold coverage bisa meningkat) sehingga
S/N ratio meningkat dan resolusi vertikal juga meningkat.
kalau sekilas membaca publikasi yang ada, kelihatannya
kalau di-sub surface,
jadi mirip horizon-based velocity analysis (?)
--pta
On 6/9/06, Leonard Lisapaly [EMAIL PROTECTED] wrote:
Oopppst, ini common reflection surface, surfacenya pengertiannya di permukaan
atau memang di sub-surface (analog dengan perbandingan antara CMP dan CDP).
Kalau di
mungkin ada yang punya pengalaman langsung mengenai prediksi
Overpressure menggunakan data seismik?
Apakah overpressure bisa di-rasakan oleh stacking velocity?
thanks,
paulus
-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit
mana yang lebih baik?
cascaded migration atau one pass migration?
kapan pakai cascaded migration dan kapan pakai one pass migration?
--pta
-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id
thanks...
--pta
On 8/10/06, Kirman [EMAIL PROTECTED] wrote:
Migrasi cascade adalah gabungan antara metode migrasi
F-K dan migrasi finite different. Tujuan utamanya
adalah untuk memperoleh hasil migrasi yang optimal
dengan cara memanfaatkan masing-masing kelebihan
metode tsb, serta saling
ada yang bersedia dongeng soal wavelet tranform ndak yah?
(DFT, MEM, CWT, Gabor dlsb)
thanks,
paulus
-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit FOGRI Website: http://fogri.or.id
FOGRI Archive:
tidak ada kata harus di-balancing.
balancing hanya digunakan kalau memang diperlukan.
umumnya digunakan saat reprocessing kumpulan data seismik dgn tahun
shooting yang berbeda.
rumusnya gak aneh2, cuma hitung rms trus hitung skalar-nya supaya rms-nya sama.
--pta
On 3/12/07, attar kusuma
oh iya, keleru
utk spectral balancing, salah satu survey dijadikan target,
kemudian utk survey2 lain dibuatkan operator-nya utk shaping ke target spectral.
begitu yah?
--pta
On 3/14/07, Leonard Lisapaly [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalau RMS yang dihitung, apa bukan namanya amplitude
ohh, ini sih maksudnya spectral whitening ngkali
spectral whitening tentu saja bisa menghilangkan geologic information-nya.
makanya dikatakan:
it is prudent to balance the wavelet
amplitude without degrading the geologic information.
jadi kalau balancing, yah jangan sampai degrading the
ini maksudnya taper yah pak, supaya hasilnya tidak ringing?
--pta
On 3/15/07, Leonard Lisapaly [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalau spektrumnya flat untuk range frekuensi yang lebar, memang cenderung
menjadi spike. Tapi kalau flat untuk range frekuensi yang terbatas, biasanya
side lobe malah
aku gak gitu mudeng dengan persoalan yang lagi dibahas disini.
cuma mau berbagi pengalaman ajah..
waktu itu (dulu bangettt...) pernah ngerjain inversi utk kasus elastic
impedance.
nah saya gak tahu apakah rumus elastic impedance ini masuk kategori
persamaan linier atau non-linier.
by the way,
28 matches
Mail list logo