Re: intermezo
he...he..he...betul bung dodosegeran dikit nich :) Dodo D. wrote: Joke dikit ah biar agak seger... Men and Women Truisms: Smart man + smart woman = romance Smart man + dumb woman = pregnancy Dumb man + smart woman = affair Dumb man + dumb woman = marriage Smart boss + smart employee = profit Smart boss + dumb employee = production Dumb boss + smart employee = promotion Dumb boss + dumb employee = overtime A man will pay $2 for a $1 item he needs. A woman will pay $1 for a $2 item that she doesn't need. A woman worries about the future until she gets a husband. A man never worries about the future until he gets a wife. A successful man is one who makes more money that his wife can spend. A successful woman is one who can find such a man. To be happy with a man, you must understand him a lot and love him a little. To be happy with a woman, you must love her a lot and not try to understand her at all. Married men lived longer than single men, but married men are a lot more willing to die. Any married man should forget his mistakes. There's no use in two people remembering the same thing. Men wake up as good-looking as they went to bed. Women somehow deteriorate during the night. A woman marries a man expecting he will change, but he doesn't. A man marries a woman expecting that she won't change, and she does. A woman has the last word in any argument. Anything a man says after that is the beginning of a new argument. There are two times when a man doesn't understand a woman. Before marriage and after marriage. _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja, silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi. Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini. Thanks. -- Patrick - LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Jumlah yang diperlukan masih belum ditentukan. Namun bila anda seorang Teknik Elektro (Electrical Engineering), dan/atau Informatika Nusantara (Computer Science), dan/atau Statistics, saya tertarik untuk berkomunikasi dengan anda. Gaji yang akan saya tawarkan tergantung dari kemampuan anda (antara Rp 3 Juta s/d Rp 20Juta per bulan). Atau dalam US Dollar = US$300 s/d US$2000/bulan Lokasi kerja: Jakarta, Indonesia. dan kadang anda perlu kami kirim ke USA, Malaysia, dan/atau Pakistan. Terima Kasih, -- Patrick Blacksburg, VA Washington, DC New York City, NY -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) ___ Get your free, private email at http://mail.excite.com/
Re: SISTEM PENDIDiKAN NASIONAL (Re: Sekedar usulan)
Untuk daeng Ida, saya usulkan dua tindakan untuk menghadapi email bung Jaya, yaitu sabar dan smile. Sabar dalam menghadapi omelannya dan smile untuk menanggapi gurauannya (yang kadang-kadang cukup lucu juga...he...he..). Untuk bung Jaya, saya tidak punya usulan, karena selama ini saya memahami bahwa bung lebih tahan banting dari saya dalam berdiskusi dengan teman-teman lainnya :) FNU Brawijaya wrote: Dear Bung Jaya, Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism. salam, ida My dearest mbak Ida, Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat yg senada. My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta. Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya). Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin" di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto. Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%) kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat. Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi? Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point. Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir, 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja. Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu; dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe.. Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan embak (Iya endak rekan-rekan..hehe). Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Hemat Waktu sampai 50 Persen untuk Jadi Insinyur
From: Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 1:59 PM Selain waktu (dan ini terkait juga dg kenapa waktu menjadi penting, dg kata lain: pendidikan memerlukan waktu, nggak bisa instant) yang terpenting adalah memahami nature ilmu pengetahuan itu sendiri. Nasrullah Idris --- Ya memang pendidikan memerlukan waktu. Tetapi bukan berarti nggak bisa dilakukan secara instant. Pendidikan secara instant bisa saja dilakukan kalau kita mau berpikir : "deret intuisi", "digital", sampai "asosiasi intuisi". Dengan cara ini akan banyak ilmu kita dapati. Kemudian kita seleksi, mana yang paling akomodatif terhadap kebutuhan. Di sinilah kunci untuk menerobos kompetisi, yang pada era globalisasi nanti akan sangat penting. Jadi pendidikan jangan hanya dipandang sebagai sarana untuk menjadikan kita sebagai "kolektor ilmu", tetapi juga "pionir ilmu". Dengan pola berpikir "deret intuisi", "digital", sampai "asosiasi intuisi", kita hanya tidak bertindak sebagai "pengejar", juga "pelompat". Salam, Nasrullah Idris
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
FNU Brawijaya wrote: (sambungan dari yg tadi) Bagaimana implikasi dari dari pemikiran saya itu? Buat indigenous people mempunyai status sosial yang sama. Untuk kasus di Sambas, disusun rumusan-rumusan agar para penduduk asli mampu bersaing secara ekonomi dan sosial dengan kaum pendatang, misal dari Madura. Yang di Ambon mampu bersaing dengan pendatang dari Makasar dan Bugis. Secara nasional, juga perlu diperhatikan bagaimana caranya yang bumiputra mampu bersaing dengan yang keturunan. Inilah satu- satunya obat agar kecemburuan sosial tidak terjadi. Sejak kemarin saya mencoba bermain-main dengan istilah DISKRIMINASI barangkali ada yang mampu memberi pandangan yang pas. Sayangnya belum kesampean. Alih-alih malah nuduh sukuis dan rasialis. Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang putih, latin ataupun asia. Ada gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut sekolah atau perusahaan tsb. Mendingan cek lebih lanjut dech. FNU Brawijaya: Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal persentase memang bisa digugat, justru reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan keadilan hukum untuk semua pihak. FNU Brawijaya: Merujuk ke posting saya bahwa harus terdapat fasilitas khusus untuk orang bumiputra (secara nasional) thd WNI keturunan, ini juga mesti lihat ke belakang. Di jaman ORBA, para saudara kita ini sudah mendapat fasilitas khusus dari ORBA (terlepas dari tujuan kroniisme dan kolusiisme). Bahkan waktu itu kan Suharto secara terbuka meminta Sudono Salim dan para konglomerat yang lain untuk gantian memberikan fasilitas yang pernah mereka nikmati untuk pengusaha kecil (samaran untuk kalangan bumiputra). Ketidaktahudirian Oom Liem gemblung itu terucap dengan menyatakan bahwa apa yg diraihnya adalah berkat usaha kerasnya sendiri. Nah, saya nggak akan bilang apa-apa kalo anda masih ngotot berujar yang sama dengan Oom Liem gemblung itu, toh pembaca yg menilai lah. BW: Oom Liem, Oom Eka Cipta, Oom Ciputra,Oom Prayogo, Oom Bob Hasan merupakan lima besar oom-oom yang dekat dengan Cendana. Bukan itu saja, mereka juga dekat dengan pejabat tinggi dan pejabat partai termasuk Golkar. Proses saling perah-memerah ini berlangsung cukup kontinu, dimana lima oom kaya ini berbagi susu dan kue kepada Cendana dan pejabat-pejabat. Silahkan cek, mega proyek mana yang tidak terlibat dengan kelima oom ini, Cendana serta pejabat tinggi lainnya (mudah-mudahan ketemu :)). Sedangkan pengusaha Cina yang lain banyak yang bergerak dengan kerja kerasnya, namun tetap juga bagi-bagi dengan keamanan setempat, ataupun berpartner dengan pejabat daerah untuk mengamankan bisnisnya. Jadi sungguh lucu jika hanya menganggap saudara suku Cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia, karena tidak ada satupun diantara mereka yang bergerak sendirian tanpa ada orang dibelakangnya. Enggak tahu jika diantara pembaca, ada yang matanya 'belekan' memandang kasus ini, sehingga tidak mampu melihat fakta yang sangat jelas terjadi di negeri ini. FNU Brawijaya: Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah para pengusaha keturunan yg tahu
Selingan..
Sedikit selingan...boleh kan?!. *** 1. It hurts to love someone and not be loved in return, but what is more painful is to love someone and never find the courage to let that person know how you feel. 2. Maybe God wants us to meet a few wrong people before meeting the right one so that when we finally meet the right person, we will know how to be grateful for that gift. 3. Love is when you take away the feeling, the passion, and the romance in a relationship- and find out you still care for that person. 4. A sad thing in life is when you meet someone who means a lot to you, only to find out in the end that it was never meant to be and you just have to let go. 5. When the door of happiness closes, another opens but oftentimes we look so long at the closed door that we don't see the one which has been opened for us. 6. The best kind of friend is the kind you can sit on a porch and swing with, never say a word, and then walk away feeling like it was the best conversation you've ever had. 7. It's true that we don't know what we've got until we lose it, but it's also true that we don't know what we've been missing until it arrives. 8. Giving someone all your love is never an assurance that they'll love you back! don't expect love in return; just wait for it to grow in their heart but if it doesn't, be content it grew in yours. 9. There are things you'd love to hear that you would never hear from the person whom you would like to hear them from, but don't be so deaf as not to hear it from the one who says it from his heart. 10. Never say goodbye if you still want to try never give up if you still feel you can go on - never say you don't love a person anymore if you can't let go. 11. Love comes to those who still hope although they've been disappointed- to those who still believe although they've been betrayed, need to love those who still love although they've been hurt before. 12.It takes only a minute to get a crush on someone, an hour to like someone and a day to love someone - but it takes a lifetime to forget someone. 13. Don't go for looks; they can deceive. Don't go for wealth;even that fades away. Go for someone who makes you smile because it takes only a smile to make a dark day seem bright. Hope you find the one that makes you smile. 14. There are moments in life when you miss someone so much that you just want to pick them from your dreams and hug them for real! Hope you dream of that special someone. 15. Dream what you want to dream; go where you want to go; be what you want to be, because you have only one life and one chance to do all the things you want to do. 16. May you have enough happiness to make you sweet, enough trials to make you strong, enough sorrow to keep you human, enough hope to make you happy and enough money to buy me gifts. 17. Always put yourself in others' shoes. If you feel that it hurts you, it probably hurts the person, too. 18. A careless word may kindle strife; a cruel word may wreck a life; a timely word may level stress; a loving word may heal and bless. 19. The beginning of love is to let those we love be just themselves, and not twist them with our own image - otherwise, we love only the reflection of ourselves we find in them. 20. The happiest of people don't necessarily have the best of everything; they just make the most of everything that comes along their way. 21. Happiness lies for those who cry, those who hurt, those who have searched, and those who have tried, for only they can appreciate the importance of people who have touched their lives. 22. Love begins with a smile, grows with a kiss and ends with a tear. 23. The brightest future will always be based on a forgotten past, you can't go on well in life until you let go of your past failures and heartaches. 24. When you were born, you were crying and everyone around you was smiling. Live your life so that when you die, you're the one who is smiling and everyone around you is crying _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja, silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi. Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini. Thanks. -- Patrick - LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Jumlah yang diperlukan masih belum ditentukan. Namun bila anda seorang Teknik Elektro (Electrical Engineering), dan/atau Informatika Nusantara (Computer Science), dan/atau Statistics, saya tertarik untuk berkomunikasi dengan anda.
Re: SISTEM PENDIDiKAN NASIONAL (Re: Sekedar usulan)
Hehehe. harus tahan banting dong wong bener ane kok Daripada tahan merengut. Kalo omelan saya nggak bener ya tinggal tunjukin. Kalo males ya diam saja juga boleh Pusing amat menghadapi orang troy satu itu rak gitu tho? Blucer Rajagukguk wrote: Untuk daeng Ida, saya usulkan dua tindakan untuk menghadapi email bung Jaya, yaitu sabar dan smile. Sabar dalam menghadapi omelannya dan smile untuk menanggapi gurauannya (yang kadang-kadang cukup lucu juga...he...he..). Untuk bung Jaya, saya tidak punya usulan, karena selama ini saya memahami bahwa bung lebih tahan banting dari saya dalam berdiskusi dengan teman-teman lainnya :) FNU Brawijaya wrote: Dear Bung Jaya, Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism. salam, ida My dearest mbak Ida, Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat yg senada. My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta. Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya). Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin" di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto. Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%) kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat. Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi? Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point. Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir, 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja. Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu; dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe.. Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan embak (Iya endak rekan-rekan..hehe). -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: SISTEM PENDIDiKAN NASIONAL (Re: Sekedar usulan)
1. Enggak ada yang bilang salah. 2. Siapa yang pusing, khan sudah tahu obatnya :) 3. Eh ngomel lagi, ngomel lagi..he...he. FNU Brawijaya wrote: Hehehe. harus tahan banting dong wong bener ane kok Daripada tahan merengut. Kalo omelan saya nggak bener ya tinggal tunjukin. Kalo males ya diam saja juga boleh Pusing amat menghadapi orang troy satu itu rak gitu tho? Blucer Rajagukguk wrote: Untuk daeng Ida, saya usulkan dua tindakan untuk menghadapi email bung Jaya, yaitu sabar dan smile. Sabar dalam menghadapi omelannya dan smile untuk menanggapi gurauannya (yang kadang-kadang cukup lucu juga...he...he..). Untuk bung Jaya, saya tidak punya usulan, karena selama ini saya memahami bahwa bung lebih tahan banting dari saya dalam berdiskusi dengan teman-teman lainnya :) FNU Brawijaya wrote: Dear Bung Jaya, Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism. salam, ida My dearest mbak Ida, Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat yg senada. My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta. Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya). Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin" di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto. Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%) kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat. Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi? Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point. Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir, 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja. Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu; dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe.. Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan embak (Iya endak rekan-rekan..hehe). -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Anti-diskriminasi bukan jargon mas. Kalau mengolahragakan masyarakat, dan memasyarakatkan olahraga boleh-lah disebut jargon. Diskriminasi ini salah satu penyakit sosial. Di Indonesia benih penyakit ini sudah mewabah, sebentar lagi tinggal panenan. Silahkan saja kalau belum sadar sama penyakit ini, tapi saya terimakasih sekali jika ada kawan mau mengingat perkataan anak keroco seperti saya ini. Kalau kita tidak bersama-sama melawan diskriminasi, maka diskriminasi inilah yang akan menindas bangsa dan rakyat kita. salam anti-diskriminasi (bukan salam anti-dikirimi-nasi :)) blucer FNU Brawijaya wrote: Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
Re: Selingan..
Uffara Boestamam wrote: Sedikit selingan...boleh kan?!.bw: Boleh donk, gue juga lagi enggak ada kerjaan nich (bebek sudah ngumpul semua dikandang). *** 1. It hurts to love someone and not be loved in return, but what is more painful is to love someone and never find the courage to let that person know how you feel. bw: duh, penakut amat sich. Baru ditolak tiga kali...he...he... 2. Maybe God wants us to meet a few wrong people before meeting the right one so that when we finally meet the right person, we will know how to be grateful for that gift. bw: bilang aja hobi pacaran, susah banget sich. 3. Love is when you take away the feeling, the passion, and the romance in a relationship- and find out you still care for that person. bw: especially if he/she already took some of your money :) 4. A sad thing in life is when you meet someone who means a lot to you, only to find out in the end that it was never meant to be and you just have to let go. bw: cuma dua orang yang saya tahu begini: Ebiet G. Ade sama Obbie Mesakh 5. When the door of happiness closes, another opens but oftentimes we look so long at the closed door that we don't see the one which has been opened for us. bw: pengalaman sering bengong kalau habis dimarahin boss. 6. The best kind of friend is the kind you can sit on a porch and swing with, never say a word, and then walk away feeling like it was the best conversation you've ever had. bw: friend apa lagi ngambek...jangan-jangan disebelahnya provokator. 7. It's true that we don't know what we've got until we lose it, but it's also true that we don't know what we've been missing until it arrives. bw: yang pertama dompet, yang kedua kereta api. bener enggak? 8. Giving someone all your love is never an assurance that they'll love you back! don't expect love in return; just wait for it to grow in their heart but if it doesn't, be content it grew in yours. bw: kaya finance aja, pake ROR, gimana kalau pake NPV saja. Soal grow serahin saja sama 'rogaine'. 9. There are things you'd love to hear that you would never hear from the person whom you would like to hear them from, but don't be so deaf as not to hear it from the one who says it from his heart. bw: yang ini agak susah dimengerti, kayaknya soal sakit kuping, iya khan? 10. Never say goodbye if you still want to try never give up if you still feel you can go on - never say you don't love a person anymore if you can't let go. bw: kalo gue inget-inget, nyang eni kayak syair lagu. Sapa yang nyanyi yach?
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
Blucer Rajagukguk wrote: Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang putih, latin ataupun asia. Ada gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut sekolah atau perusahaan tsb. Mendingan cek lebih lanjut dech. Lho kepriben tho, wong yg nglakoni yang cerita. Yang dapat jatah sekolah juga hampir tiap hari ketemu. Bagaimana kalo anda yang nge-check. FNU Brawijaya: Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal persentase memang bisa digugat, justru reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan keadilan hukum untuk semua pihak. Finally you got my point tho Bung Blucer. Jadi semuanya berdasarkan persentase. Makanya saya juga menggugat kenapa WNI keturunan diberi jatah di PTN sampe 15%. Berarti telah terjadi diskriminasi terhadap penduduk lainnya!! (nggak mau kalah dengan jumlah pentung dari mbak Ida). Nah, selesai sudah main-main saya dengan istilah DISKRIMINASI untuk menggiring ke konklusi anda tadi. Jadi di AS inipun tidak ada free competition. Untuk masuk Army, bila dilakukan test secara murni, perolehan rangking akan berat sebelah, tidak sesuai dengan persentase tadi. Inilah yang saya bawa sebagai keadilan bagi SELURUH lapisan masyarakat. Nah, ngono lho.. BW: Oom Liem, Oom Eka Cipta, Oom Ciputra,Oom Prayogo, Oom Bob Hasan merupakan lima besar oom-oom yang dekat dengan Cendana. Bukan itu saja, mereka juga dekat dengan pejabat tinggi dan pejabat partai termasuk Golkar. Proses saling perah-memerah ini berlangsung cukup kontinu, dimana lima oom kaya ini berbagi susu dan kue kepada Cendana dan pejabat-pejabat. Silahkan cek, mega proyek mana yang tidak terlibat dengan kelima oom ini, Cendana serta pejabat tinggi lainnya (mudah-mudahan ketemu :)). Sedangkan pengusaha Cina yang lain banyak yang bergerak dengan kerja kerasnya, namun tetap juga bagi-bagi dengan keamanan setempat, ataupun berpartner dengan pejabat daerah untuk mengamankan bisnisnya. Jadi sungguh lucu jika hanya menganggap saudara suku Cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia, karena tidak ada satupun diantara mereka yang bergerak sendirian tanpa ada orang dibelakangnya. Enggak tahu jika diantara pembaca, ada yang matanya 'belekan' memandang kasus ini, sehingga tidak mampu melihat fakta yang sangat jelas terjadi di negeri ini. Bung Blucer my dear (hehehedear, a doe a female dear. Hmmm kebalik!!!). Malah nyanyi Keempat orang selain Oom Liem ini masih berkiprah di RI ini. Bahkan beberapa dari mereka menjadi donatur partai reformis. Silakan di-check datanya Bukan suku cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia ya? Hehehe Iya deh, mata saya belekan. Hahaha.. bung blucer...bung blucer my doe, eh, my dear FNU Brawijaya: Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah para pengusaha keturunan yg tahu terima kasih itu. Yang nggak tahu terima kasih macam Liem gemblung itu ada nggak? Ada! Buanyak sekaleee! BW: Apa sich yang bung tahu antara hubungan Suharto dengan Oom Liem (belajar menyebut nama orang dengan sopan). Kok sepertinya bung melihat bahwa antara Soeharto
Re: May Day! 14th! VIRUS ALERT (fwd)
This is to si Pohan! -- Forwarded message -- Date: Tue, 11 May 1999 06:29:37, -0500 From: MR HENRI J DELGER Subject: Re: May Day! 14th! VIRUS ALERT My response from Prodigy VIRUS ALERT!!!... THERE IS GOING TO BE A RIOT MAY 14 OF HACKERS SO I WOULD NOT GET ON THAT WHOLE DAY I AM TELLING YOU THIS BECAUSE YOU ARE MY FRIENDS AND I DONT WANT YOUR COMPUTER TO GET INFECTED FROM A HACKERS IDEA OF A FUN TIME. SOME THINGS THEY ARE GOING TO DO IS MAIL BOMB AND GIVE VIRUSES AND TOS PEOPLE OFF SO IF I WERE YOU I WOULD TELL ALL OF YOUR FRIENDS AND FORWARD THIS TO AS MANY PEOPLE AS POSSIBLE AND CLEAR OUT YOUR MAILBOXES THE DAY BEFORE AND DONT READ ANYTHING THE DAY AFTER JUST DELETE IT ALL. THIS IS NOT A JOKE PLESES SEND IT TO AS MANY PEOPLE AS SOON AS YOU CAN! JUST DELETE IT ALL. THIS IS NOT A JOKE PLESES Oh yes, it is. You needn't be concerned about someone so stupid they think PLESES is a word. What I'd like to do is to get nice people like yourself to write back to your senders, who need to know they're falling for a hoax, rather than write to me. One easy way to do that is to keep the text below as a file you can insert into your replies to them. Read it, pass it on, or whatever. Just don't send people to me here, I'm already swamped. Thanks, Henri.` === That's a well-known HOAX message. In future, just delete such nonsense messages, and don't waste your time with them. Do you subscribe to the "VirusHelp Mailing List?" If not, perhaps you should. Here's what it says about this problem. If you'd like a free subscription to VirusHelp, go to: http://pages.prodigy.net/henri_delger/vhelp.htm === INTERNET VIRUS HOAXES: There's a long list of hoax messages being circulated by email, warning about non-existent "viruses," including: Good Times, Pen Pals, Join the Crew, WIN A HOLIDAY, Bud Frogs, and others. New ones are constantly being dreamed up, pleading that you forward them to every one you know. These hoax messages typically warn of disaster if you even read a suspect email message. The truth is, there's no way that simply reading an ASCII (text-only) message could spread a virus to your computer, because text messages cannot be infected. However, files attached to a harmless e-mail message could be hazardous. Use common sense: watch where you get your downloads, be wary of anything that seems too good to be true, and keep a backup of your essential data files. To reduce the spread of such hoaxes, and to avoid annoying other people, do not spread such warnings unless you have verified their accuracy. For more information, go to: http://www.kumite.com/myths/ ===
News Pemilihan Umum (daily updated), http://www.asiagateway.com/pemilu/
Salam PERMIAS, Silahkan kunjungi http://www.asiagateway.com/pemilu/ Updated daily, informasi mengenai semua partai. Salam, -- Okki Senobroto [EMAIL PROTECTED] http://www.nawala.com
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)
FNU Brawijaya wrote: Blucer Rajagukguk wrote: Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini. Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan beberapa kursi kepada orang item. BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang putih, latin ataupun asia. Ada gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut sekolah atau perusahaan tsb. Mendingan cek lebih lanjut dech. FNU Brawijaya:hampir tiap hari ketemu. Bagaimana kalo anda yang nge-check. BW: Kalo temannya yang item dapat pinjeman bukan berarti yang laen enggak dapet mas. Temen saya, adeknya Markus (mudah-mudahan enggak kenal :) khan Asia, dia juga dapet pinjeman sekitar $40,000. Saya enggak bilang anda bohong, tetapi point saya bukan hanya black people yang dapat, tetapi semuanya dapetsekali lagi semua warga negara Amerika yang dianggap eligible untuk mendapatkan loan. FNU Brawijaya: Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif? Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik, dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya. BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal persentase memang bisa digugat, justru reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan keadilan hukum untuk semua pihak. FNU Brawijaya:Makanya saya juga menggugat kenapa WNI keturunan diberi jatah di PTN sampe 15%. Berarti telah terjadi diskriminasi terhadap penduduk lainnya!! (nggak mau kalah dengan jumlah pentung dari mbak Ida). bw: pernah nyita-nyita jadi hansip mas. Kok mau jadi hansip, pake ngajak-ngajak ida sich. Amerika membagi ras dalam 5 besar: white, black, latin dan asia, native american. Ini memang sangat mudah dibedakan, kelemahannya juga banyak dan vital, antara kelompok yang satu dengan yang lain terjadi kecemburuan sosial, tidak merasa bersatu, dan saling merendahkan.Di Indonesia, satu ngebedainnya susah. Dua, lho, banyak yang berasal dari Yunan selatan yang notabene Cina juga, apa ada yang mau ngaku dari afrika apa indian? Oh yach, Esensi dari persentase yang terjadi di US timbul karena superioritas white terhadap kulit lainnya, yang kemudian diikuti oleh superioritas black atas latino, dll. Jadi jiwa pemakaian persentase itu untuk menghilangkan diskriminasi, bukan untuk menciptakan diskriminasi. Sistem persentase juga hanya salah satu cara untuk mengurangi superioritas pihak majority terhadap minority, bukan sebaliknya. Tujuannya untuk membuat individu sadar bahwa setiap warganegara punya hak dan kewajiban yang sama. FNU Brawijaya:Nah, selesai sudah main-main saya dengan istilah DISKRIMINASI untuk menggiring ke konklusi anda tadi. Jadi di AS inipun tidak ada free competition. Untuk masuk Army, bila dilakukan test secara murni, perolehan rangking akan berat sebelah, tidak sesuai dengan persentase tadi. Inilah yang saya bawa sebagai keadilan bagi SELURUH lapisan masyarakat. Nah, ngono lho.. bw: Lho malah selesai main-main lagi? lucu banget sih ente. Diskriminasi ini mau diberantas di US, sayangnya masih banyak yang fanatik sama kulit putih, dan lucunya yang lain ikut-ikutan fanatik sama kelompok sendiri.Karena itu buat WNI, biarkan saja test secara murni, saya sangat percaya bahwa kompetisi akan lebih cepat meningkatkan kemampuan bangsa. Siapapun yang punya prestasi, perlu dihargai. Wong sama-sama warga negara kok milih-milih. Kalau pakai batasan-batasan, ujung-ujungnya akan menimbulkan KKN lagi. Anak ABRI
Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (1)
Blucer Rajagukguk wrote: Provokator bukan provokator namanya kalau tidak tahu apa yang sedang dialami masyarakat. Semua benih perpecahan akan selalu ada bagaimanapun situasi sosialnya. Apakah jika kesenjangan sosial terhapus, provokator akan lenyap? enggak juga. Kebutuhan yang lain akan muncul pada saat masyarakat mencapai tahapan baru. Tapi bukan berarti kita mendiamkan kesenjangan sosial. Konteks persoalan Madura yang saya bahas adalah rencana aksi balasan yang sedang dipikirkan. Menurut saya ini tidak tepat, dan hanya menmbah persoalan baru, sementara persoalan lama belum terpecahkan. Lho, lha ini kan pemikiran senada dg ane punya. Kok malah kayak repeater aja jadi ya ndak perlu ngotot... Makanya nggak perlu cari treatment gimana ngilangin provokator, lebih perlu cari cara bikin masyarakat kebal terhadap provokator. Conto ilustrasi, kita nggak perlu bunuhi setiap kuman penyebab malaria, bikin aja obat yg manjur. Makin canggih kumannya, ya cari obat yg makin canggih juga. Salah satu cara yg saya sebutkan ya hilangin lah kesenjangan sosial. Ini kan sama saja dengan membasmi tempat-tempat bersarangnya sumber penyakit malaria tho Lak iyo cak. Ramah-tamah itu penting. Ini merupakan kulit luar yang tampak dari batin kita. Jika yang ramah-tamah itu munafik, yach urusannyalah dengan Tuhannya. Temtutemtu kemaren kan ane nanyain relevansi antara ramah-tamah dengan kemustahilan untuk membantai. Saya bilang tidak ada relevansinya. Soal hubungan bung dengan Madura tidak saya masalahkan, tetapi kalau bung merasa agak berat sebelah dalam memandang kasus ini, itu hanya untuk kepentingan bung sendiri. Lho ini gimana, sengaja mensalah-tarsirkan tulisan saya atau saya yg salah nulis redaksionalnya. Kalau untuk setiap kerusuhan belum tentu ditungangi provokator, tapi melihat urutan waktunya, kesiapan petugas, besaran massanya, akan lebih bisa untuk dianalisa apakah provokator berperan atau tidak. Bicara akar permasalahan tentu sangat luas, bukan hanya kesenjangan sosial saja, tingkat pendidikan masyarakat, kemampuan memahami agama sendiri dan mentoleransi agama yang lain, memahami kemajemukan budaya dan bukan hanya meninggikan budaya sendiri, dlsb. Jadi yang perlu diselesaikan sangat banyak. Nah, kita perlu lihat mana yang dapat dikerjakan terlebih dahulu, dan disesuaikan dengan prioritas dari urutan penting-tindaknya problem. Semua juga penting, tapi kan ada yg lebih penting. Kalo dapat diselesaikan berbarengan ya syukur. Kita juga perlu melihat lamanya efek dari treatment itu. Misalnya, untuk meningkatkan pemahaman agama sendiri kan sangat sulit untuk menilainya, dan memerlukan suatu proses yang lama dan terus menerus. Hasil yang muncul juga sulit untuk dikuantifikasi. Demikian pula dengan faktor lain yg anda sebutkan itu. Yang paling mudah dikuantifikasi jelas kesenjangan sosial. Sudah tidak perlu dibahas bahwa faktor ini tidak dapat berdiri sendiri lah. Irlandia utara dapat kita jadikan contoh bahwa kesenjangan sosial tidak ada dalam konflik mereka. Makanya saya mencoba ngangkat ini masalah tho? Gimana cara kita menformulasikan HOW - nya itu. Soal mahasiswa demontrasi, saya sangat setuju. bahkan diacara screening PNS-pun saya jawab setuju asalkan tidak merusak milik masyarakat. Jadi istilah provokator itu bukan hanya milik ORBA. Selama digaris yang benar, membela hak rakyat, tidak usah takut kepada provokator. Tetapi pada saat menghantam, membakar ataupun merencanakan membunuh suatu kelompok, diperlukan pemikiran yang lebih mendalam. Nah, makanya mestinya pemerintah kita mesti memberikan kanal kepada semua pihak untuk menyalurkan aspirasi langsung ke jalan ini. Caranya gimana supaya tidak diikuti kebrutalan? Apakah perlu dibikin lapangan di depan istana? Di depan setiap kantor pemerintah? Jadi perlu dilokalisir agar jendela-jendela perkantoran di sepanjang jalan tidak dilempari. Tapi ya jangan lalu dilokalisir agar dapat mudah ditumpas kayak Tiananmen itu '-- FNU Brawijaya wrote: Bung Blucer, peran provokator adalah memanas-manasi. Tanpa benih yang dapat ditumbuhkan, maka segala usaha untuk menanam kekacauan akan sia-sia. Tujuan kita harusnya menyelesaikan benih-benih ini, bukan sekedar membungkam para provokator. Makanya saya kemarin bilang anda suka kayak pejabat karena lebih senang berbicara yang ada di permukaan (hehe...sorry). Kita sebagai student mestinya berusaha menggali akar masyarakat, eh, masalah itu. Jadi ini bukan masalah ramah-tamah dan sebagainya. Kalau soal ramah tanah orang Jepang jauh lebih ramah. Tapi lihat sendiri bagaimana kebengisan tentara Jepang pada saat PD-II. Berapa juta yg dibunuh, berapa ratus ribu yg diperkosa seperti binatang kemudian dibunuh. Eh, ini benar-benar ada fotonya ya...jadi bukannya tanpa fakta (iya kan mbak ida?). Nah, buat yang kemarin merinding dengan foto kepala ibu dan anak, silakan
Kejaksaan Agung dan KKN
Bung Jaya; ini nih ada berita menarik tentang Kejaksaan Agung dan Pak Amien Rais. Well, since si Ghalieb ini selalu meng-agung2-kan dirinya, Kejaksaan Agung sekarang menjadi Kejaksaan TIDAK Agung:-) salam Ali Simplido *** SUARA PEMBARUAN DAILY Wajar, Amien Menolak Undangan Kejagung Jakarta, Pembaruan Pengamat Hukum Adnan Buyung Nasution mengatakan sikap Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang menolak undangan Kejaksaan Agung (Kejagung) adalah tindakan wajar. Pola pemanggilan semacam itu adalah pola-pola salah yang selama ini diterapkan oleh rezimotoriter Orde Baru. Pada tahap penyelidikan sekarang ini, seharusnya Kejaksaan Agung aktif mendekati informan untuk mendapatkan data- untuk kemudian dianalisis. Hal itu dikatakannya menjawab wartawan di Jakarta, Selasa (11/5). Dikatakan sudah saatnya Kejagung melakukan perubahan mental dengan mengembangkan pendekatan baru yang lebih demokratik dan akomodatif terhadap semua aspirasi, agar mendapat simpati dari masyarakat. ''Seandainya saya diperlakukan semacam itu, pasti saya tolak mentah-mentah,'' kata Buyung tegas. Lebih lanjut dikatakan, kalau setiap orang mengkritik dipanggil dan diekspos besar-besaran di media massa, hal itu dapat dikategorikan sebagai tindak intimidasi dan teror mental kepada masyarakat. Di manapun di dunia ini, proses penyelidikan selalu dilakukan secara diam-diam dengan menggunakan akal, guna mendapatkan bahan dan informasi lengkap. Selanjutnya bahan tersebut dianalisis dan diramu hingga diperoleh petunjuk adanya kesalahan, baru kemudian dilakukan penyidikan. ''Kalau sudah panggil orang untuk dimintai keterangan, itu sudah termasuk interogasi dan masuk ke dalam tahap penyidikan,'' kata Buyung mengingatkan. Sementara itu Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Hendardi juga mengecam pemanggilan Amien Rais oleh Kejaksaan Agung dan menilainya sebagai penggunaan otoritas kekuasaan negara untuk memberikan rasa khawatir atau menghukum masyarakat yang berpandangan politik kritis dan berbeda dengan pemerintah. Di masa Orde Baru, cara-cara tersebut, diakui terkenal efektif untuk meredam setiap kritik dari masyarakat atau orang-orang yang peduli kepada suatu masalah. ''Kalau masyarakat dipanggil dan dimintai bukti, lantas apa pekerjaan jaksa,'' katanya mengkritik. Hendardi menilai wajar jika Amien Rais menolak undangan Kejaksaan Agung. Seharusnya, kejaksaan aktif mencari informasi awal, bukan malah memanggil orang untuk ditakut-takuti atau memberikan rasa khawatir kepada publik. Undangan Kejaksaan Agung terhadap Amien, bukanlah bagian dari proses pro yustisia dan dapat dianggap seperti undangan perkawinan. Sehingga tidak ada kewajiban bagi Amien untuk datang memenuhi undangan tersebut. Sejauh ini pihaknya justru menilai Kejaksaan Agung lebih merupakan institusi yang pada dasarnya bukan untuk mengusut dan memberantas KKN, melainkan lebih memproteksi para pelaku KKN, bahkan melestarikan sistem KKN itu sendiri. (129) _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original
Jargonisme
Bung Brawi, Tetapi tetap, bagi kebanyakan orang, khususnya kalangan yang berasal dari keturunan, panggilan 'tauke' tetap merupakan panggilan yang tidak mengenakan Tidak semua tauke itu keturunan bukan, dan tidak semua keturunan adalah pedagang. Sama seperti ketika anda saya panggil (secara tidak sengaja) dengan 'Cung' . Anda tersinggung berat bukan ?! Nah sama seperti panggilan 'tauke' ini dapat menyinggung perasaan orang lain. Anda sendiri tidak mau diperlakukan seperti itu bukan? Saya maklum karena anda kan Graduate student dan saya ini adalah undergrad yang belum selesai separoh untuk soal ketika saya panggil anda 'cung'. Cobalah kita menghindarkan panggilan2 yang dapat menyinggung perasaaan umum. Andrew Pattiwael
Congratulations
Kepada Yth. Anggauta-anggauta Permias, Anggauta-anggauta Staf Vita Bahari, Inc. dengan ini mengucapkan bayak selamat kepada Graduating Class 1999 dan juga mengucapkan sukses dslam usaha mereka dikemudian hari. Kami juga ingin menarik perhatian sundara-saudara terhadap perobahan-perobahan dalam website www.vitabahari.com. Mereka yang suka mengunjunginya dihari-hari yang telah lampau akan menyadari bahwa website tsb. telah diganti untuk tujuan yang lebih internasional. Kami di Vita Bahari,inc. baru-baru ini telah merobah servis kami, tidak hanya ke Indonesia, tetapi kesemua negara diluar Amerika Serikat. Akan tetapi, kami dengan ini mengulangi komitment kami kepada masyarakat Indonesia yang ada disini pada umumnya, dan mahasisa-mahasiswa Indonesia dan anggauta Permias chususnya. Kami bersama ini ingin berjanji akan meneruskan servis kami kepada Anda. Dalam bulan-bulan y.a.d. Kami bermaksud akan mengusahakan suatu website yang akan mencerminkan kebudayaan Indonesia dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Website ini akan meliputi semua form yang diperlukan untuk mengtransport milik saudara ke Indonesia dan halaman "pertanyaan- pertanyaa yang paling sering dimajukan" akan di-isi informasi yang paling baru. Sekali lagi kami mengucapkan selamat kepada mereka yang menyelesaikan studinya dengan baik dan dengan ini kami mengucapkan sukses dalam usaha mereka dihari-hari kemudian. Hormat kami, John Tumbelaka Tarina Thibeault Robert Thibeault Jr. Managing Director Operations Manager Special Projects Coordinator
Re: Congratulations
Wah pak... ngiklan gratis nih yeee Selamat mah selamat aja... pake embel-embel serpis segala. Congrat juga lah KD. --- John Tumbelaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Kepada Yth. Anggauta-anggauta Permias, Anggauta-anggauta Staf Vita Bahari, Inc. dengan ini mengucapkan bayak selamat kepada Graduating Class 1999 dan juga mengucapkan sukses dslam usaha mereka dikemudian hari. Kami juga ingin menarik perhatian sundara-saudara terhadap perobahan-perobahan dalam website www.vitabahari.com. Mereka yang suka mengunjunginya dihari-hari yang telah lampau akan menyadari bahwa website tsb. telah diganti untuk tujuan yang lebih internasional. Kami di Vita Bahari,inc. baru-baru ini telah merobah servis kami, tidak hanya ke Indonesia, tetapi kesemua negara diluar Amerika Serikat. Akan tetapi, kami dengan ini mengulangi komitment kami kepada masyarakat Indonesia yang ada disini pada umumnya, dan mahasisa-mahasiswa Indonesia dan anggauta Permias chususnya. Kami bersama ini ingin berjanji akan meneruskan servis kami kepada Anda. Dalam bulan-bulan y.a.d. Kami bermaksud akan mengusahakan suatu website yang akan mencerminkan kebudayaan Indonesia dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Website ini akan meliputi semua form yang diperlukan untuk mengtransport milik saudara ke Indonesia dan halaman "pertanyaan- pertanyaa yang paling sering dimajukan" akan di-isi informasi yang paling baru. Sekali lagi kami mengucapkan selamat kepada mereka yang menyelesaikan studinya dengan baik dan dengan ini kami mengucapkan sukses dalam usaha mereka dihari-hari kemudian. Hormat kami, John Tumbelaka Tarina Thibeault Robert Thibeault Jr. Managing Director Operations Manager Special Projects Coordinator _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: Untuk Brawijaya(Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL
H... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Notrida Mandica wrote: Hello Dearly Bung Jaya, Thank you for the lovely e-mail. Tapi saya tidak ngambek dengan ktirikan Bung Jaya. Tidak pernah! Saya cuma mau konsentrasi saja membahas masalah pendidikan. JUST IT. Rupanya Bung Jaya betul juga, kadang-kadang saya sangat childish. Mungkin karena saya masih sangat kecil. thank you again. I really appreciate your words. salam, ida From: FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL (Re: Hemat Waktu sampai 50 PersenuntukJadi Insinyur Date: Tue, 11 May 1999 18:12:27 -0400 Dear Bung Jaya, Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism. salam, ida My dearest mbak Ida, Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat yg senada. My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta. Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya). Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin" di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto. Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%) kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat. Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi? Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point. Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir, 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja. Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu; dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe.. Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan embak (Iya endak rekan-rekan..hehe). Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Topic forum ekonomi hari Sabtu (pukul 3:30pm, bukan 4:30pm)
Kepada rekan2 mahasiswa di Boston dan sekitarnya, Mohon maaf sebelumnya ada kesalahan jadwal acara yang seharusnya diadakan pada pukul 3:30pm (setengah empat sore), bukan 4:30pm. Terima kasih. Berikut topik yang akan dibicarakan dalam forum ekonomi hari Sabtu di Northeastern University. Judul topik: "Menuju Paradigma Baru-Tantangan Setelah Krisis" Sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Soedradjad, pembahasan akan mentitik-utamakan sudut pandang ekonomi dan pembangunan. Hal-hal yang harus dilakukan setelah krisis ekonomi-sosial dan politik selesai. Dilanjutkan dengan usaha-usaha untuk bangkit kembali dengan semangat dan perspektif baru yang meninggalkan kekurangan dan kesalahan orde baru ke arah pembangunan yang berkeadilan. Pembahasan juga menyangkut permasalahan dan tantangan serta peluang dalam ekonomi, sosial, dan politik. Acara juga dilanjutkan dengan tanya-jawab masalah dan peluang di dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Sekali lagi acara akan berlangsung di : Hari: Sabtu Jam : 3.30pm-5:30pm (harap datang 15 menit sebelumnya) Tanggal : 15 Mei 1999 Tempat : Curry Student Center, room 333 Northeastern University Untuk alasan konsumsi, mohon diberitahukan jumlah mahasiswa yang akan datang ke salah satu mahasiswa dari Universitas yang turut serta dalam kegiatan. Mohon hubungi melalui e-mail atau telfon: Ardistia Dwiasri (NU) : [EMAIL PROTECTED] atau 617-267-3273 Youngky (MIT) : [EMAIL PROTECTED] atau 617-354-3728 Vera Wijaya (Harvard) : [EMAIL PROTECTED] Dian Abdullatief (BU): [EMAIL PROTECTED] atau 617-713-0948 Emilyn (BC) : [EMAIL PROTECTED] atau 617-964-5264 Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih atas perhatiannya. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Untuk Brawijaya(Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL
Heh. iya nih, Mbak Ida sama Bung Jaya kok jadi "berantem". Mbok daripada berantem, gimana kalau "merger" saja? Mau apa mau?, atau minimal "koalisi" saja deh. Hayo, apa bedanya: merger, koalisi, joint-venture, strategic alliance, akuisisi? Pilih yang mana..:) Buat Lae Helson: welcome back!..:-) Salam, ~yo --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: H... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Notrida Mandica wrote: Hello Dearly Bung Jaya, Thank you for the lovely e-mail. Tapi saya tidak ngambek dengan ktirikan Bung Jaya. Tidak pernah! Saya cuma mau konsentrasi saja membahas masalah pendidikan. JUST IT. Rupanya Bung Jaya betul juga, kadang-kadang saya sangat childish. Mungkin karena saya masih sangat kecil. thank you again. I really appreciate your words. salam, ida From: FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL (Re: Hemat Waktu sampai 50 PersenuntukJadi Insinyur Date: Tue, 11 May 1999 18:12:27 -0400 Dear Bung Jaya, Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism. salam, ida My dearest mbak Ida, Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way, semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat yg senada. My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta. Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya). Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin" di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto. Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%) kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat. Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi? Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point. Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir, 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja. Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu; dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe.. Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan embak (Iya endak rekan-rekan..hehe). Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: Untuk Brawijaya(Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL
Hee... tadinya saya lebih seneng membaca. Tapi berhubung saran mas Priyo "nyaris" sama dengan "flatform" saya tentang "merger" antara mba Ida sama Bung Jaya saya ikutan nulis: SETUJU.BANGEETTT. Siapa lagi yang ikutan setuju? Agus Suratno On Wed, 12 May 1999, Priyo Pujiwasono wrote: Heh. iya nih, Mbak Ida sama Bung Jaya kok jadi "berantem". Mbok daripada berantem, gimana kalau "merger" saja? Mau apa mau?, atau minimal "koalisi" saja deh. Hayo, apa bedanya: merger, koalisi, joint-venture, strategic alliance, akuisisi? Pilih yang mana..:) Buat Lae Helson: welcome back!..:-) Salam, ~yo --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: H...
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
- Original Message - From: Andrew G Pattiwael seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. ya udah tau gitu koq terus aja bolak-balik, kaya ping-pong aja...
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu segala macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters, walaupun tentu ada beberapa fansnya :). Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..: Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri tidak terasa. FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Oh... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
"Hm..." yang saya berikan untuk menanggapi Daeng Ida ternyata memotivasi 9 (sembilan) orang teman untuk berkomunikasi ke saya lewat jalur pribadi (10 orang kalau termasuk yang di jalur umum). Ada yang bernostalgia membahas masa lalu, ada yang hanya bertanya, ada yang bertanya sekaligus ngasih jawaban, ada yang hanya sekedar membahas satu istilah, dan ada yang menjelaskan suatu "cara" yang baik. Yang pasti, ada yang hanya satu atau dua kali kirim e-mail, tapi ada yang sampai sekarang masih berbalas-balasan. Terimakasih dan e-mail ini bukan untuk ditanggapi lebih lanjut. Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu segala macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters, walaupun tentu ada beberapa fansnya :). Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..: Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri tidak terasa. FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED]
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
hot discussion bukan berarti berantem khan :). Kayak di korsel sama taiwan, sering juga tuch, anggota parlemennya tonjok-tonjokan. Dodo D. wrote: ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to
(Voltaire) RASIALIS VS KEBANGSAAN
-- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire Dipotong dari Signature-nya Bung Brawi Saya memang berbeda pendapat dengan Bung Brawi, namun saya harus menghargai Hak dan Kebebasan Bung Brawi untuk mengeluarkan pendapat Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Sesuai dengan Kehidupan Demokrasi yang Hakiki dan tentunya Dijamin oleh UUD 1945 Andrew Pattiwael
(Face-to-face) RASIALIS VS KEBANGSAAN
Saya juga pengen tau ya...gimana kalau berdialog sambil bertatap muka, saya bertatap muka dengan Bung Brawi, Kang Dodo, dan rekan2 lainnnya. Apa saya bisa sevokal di milist, saat saling berpandang-pandangan, melihat bagaimana raut muka masing-masing peserta dan tentunya ada perasaan 'tidak enak' khas Indonesia, dimana sulit bagi saya untuk 'menentang' seniority. Menepis apa yang pernah dikatakan oleh seorang 'tamu', saat berkunjung di NU, bahwa pembicaraan di milist internet kebanyakan tidak berisi, karena pembicara dikebanyakan milist cenderung hanya menggunakan emosi. (Mungkin apa yang dikatakan oleh Beliau mempunyai kebenaran?) Andrew Pattiwael
Re: Congratulations
siip lah Nasrul ___ Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ... nggak tau deh... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote: ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I