Re: intermezo

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

he...he..he...betul bung dodosegeran dikit nich :)

Dodo D. wrote:

 Joke dikit ah biar agak seger...
 

 Men and Women Truisms:

 Smart man + smart woman = romance
 Smart man + dumb woman = pregnancy
 Dumb man + smart woman = affair
 Dumb man + dumb woman = marriage

 Smart boss + smart employee = profit
 Smart boss + dumb employee = production
 Dumb boss + smart employee = promotion
 Dumb boss + dumb employee = overtime

 A man will pay $2 for a $1 item he needs.
 A woman will pay $1 for a $2 item that she doesn't need.

 A woman worries about the future until she gets a husband.
 A man never worries about the future until he gets a wife.

 A successful man is one who makes more money that his wife can spend.
 A successful woman is one who can find such a man.

 To be happy with a man, you must understand him a lot and love him a
 little.
 To be happy with a woman, you must love her a lot and not try to
 understand her at all.

 Married men lived longer than single men, but married men are a lot
 more willing to die.

 Any married man should forget his mistakes. There's no use in two
 people remembering the same thing.

 Men wake up as good-looking as they went to bed.
 Women somehow deteriorate during the night.

 A woman marries a man expecting he will change, but he doesn't.
 A man marries a woman expecting that she won't change, and she does.

 A woman has the last word in any argument.
 Anything a man says after that is the beginning of a new argument.

 There are two times when a man doesn't understand a
 woman. Before marriage and after marriage.
 _
 Do You Yahoo!?
 Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
kelompoknya.

Hendro Susiyanto wrote:

 Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
 selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
 yang apa lah.

 Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
 bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
 DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
 saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
 menentukan arah perjalanan bangsa ini.

 Wassalam.

 On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:

  Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
  Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
  bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
  Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
  jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
 
 
  Patrick wrote:
 
   Computer Programmer lulusan Luar Negeri
   atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
   tidak masalah.
  
   Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
   Yang penting, kamu mahir dalam
   computer programming, dan bersedia
   menerima dan menyelesaikan semua
   tugas-tugas yang kami berikan ke anda.
  
   Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
   orang yang berwawasan luas.
   Singkat kata, saya benci orang-orang yang
   berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).
  
   Lain dari situ . tawaran saya
   adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
   sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.
  
   Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
   bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
   USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
   Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.
  
   Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
   Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
   cabang di New York City, NY  USA.
   Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
   opportunities membuka bisnis di
   Kuala Lumpur, Malaysia.
  
   Secara bersamaan, kami pun ingin
   membuka opportunities memdirikan bisnis
   di Jakarta, Indonesia.
  
   Thanks.
   -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
   Blacksburg, Virginia  USA
   
  
   Luthfi Fauzie wrote:
  
Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
nama doang "Patrick" Boo
Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
   
-Original Message-
From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer
   
Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja,
silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi.

Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan
informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini.

Thanks.
-- Patrick

-

LOWONGAN KERJA:  Computer Programmer

Jumlah yang diperlukan masih
belum ditentukan.  Namun bila anda
seorang Teknik Elektro (Electrical
Engineering), dan/atau Informatika
Nusantara (Computer Science),
dan/atau Statistics, saya tertarik
untuk berkomunikasi dengan anda.

Gaji yang akan saya tawarkan
tergantung dari kemampuan anda
(antara Rp 3 Juta s/d Rp 20Juta per bulan).
Atau dalam US Dollar = US$300 s/d US$2000/bulan

Lokasi kerja:
   Jakarta, Indonesia.
   dan kadang anda perlu kami kirim
   ke USA, Malaysia, dan/atau Pakistan.


Terima Kasih,
-- Patrick
Blacksburg, VA
Washington, DC
New York City, NY

 
  --
  Salam,
  Jaya
 
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)

 ___
 Get your free, private email at http://mail.excite.com/



Re: SISTEM PENDIDiKAN NASIONAL (Re: Sekedar usulan)

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Untuk daeng Ida, saya usulkan dua tindakan untuk menghadapi email bung Jaya,
yaitu sabar dan smile. Sabar dalam menghadapi omelannya dan smile untuk
menanggapi gurauannya (yang kadang-kadang cukup lucu juga...he...he..).
Untuk bung Jaya, saya tidak punya usulan, karena selama ini saya memahami bahwa
bung lebih tahan banting dari saya dalam berdiskusi dengan teman-teman lainnya
:)

FNU Brawijaya wrote:

  Dear Bung Jaya,
 
  Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
  semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism.
 
  salam,
 
  ida

 My dearest mbak Ida,

 Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
 semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat
 yg senada.

 My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih
 kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta.
 Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah
 sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak
 membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya).
 Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang
 kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin"
 di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto.
 Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%)
 kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat.
 Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon
 politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan
 hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi?

 Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point.
 Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir,
 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja.
 Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu;
 dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe..

 Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan
 embak (Iya endak rekan-rekan..hehe).

 Salam,
 Jaya

 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)



Hemat Waktu sampai 50 Persen untuk Jadi Insinyur

1999-05-12 Terurut Topik Nasrullah Idris

From: Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, May 11, 1999 1:59 PM


 Selain waktu (dan ini terkait juga dg kenapa waktu menjadi penting, dg kata
lain: pendidikan memerlukan waktu, nggak bisa instant) yang terpenting
adalah memahami nature ilmu pengetahuan itu sendiri.

Nasrullah Idris
---
   Ya memang pendidikan memerlukan waktu. Tetapi bukan berarti nggak
bisa dilakukan secara instant.
   Pendidikan secara instant bisa saja dilakukan kalau kita mau berpikir
: "deret intuisi", "digital", sampai "asosiasi intuisi". Dengan cara ini
akan banyak ilmu kita dapati. Kemudian kita seleksi, mana yang paling
akomodatif terhadap kebutuhan. Di sinilah kunci untuk menerobos kompetisi,
yang pada era globalisasi nanti akan sangat penting.
   Jadi pendidikan jangan hanya dipandang sebagai sarana untuk
menjadikan kita sebagai "kolektor ilmu", tetapi juga "pionir ilmu".
   Dengan pola berpikir "deret intuisi", "digital", sampai "asosiasi
intuisi", kita hanya tidak bertindak sebagai "pengejar", juga "pelompat".

Salam,

Nasrullah Idris



Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

FNU Brawijaya wrote:

 (sambungan dari yg tadi)

 Bagaimana implikasi dari dari pemikiran saya itu? Buat indigenous people
 mempunyai status sosial yang sama. Untuk kasus di Sambas, disusun
 rumusan-rumusan agar para penduduk asli mampu bersaing secara
 ekonomi dan sosial dengan kaum pendatang, misal dari Madura.
 Yang di Ambon mampu bersaing dengan pendatang dari Makasar dan
 Bugis. Secara nasional, juga perlu diperhatikan bagaimana caranya
 yang bumiputra mampu bersaing dengan yang keturunan. Inilah satu-
 satunya obat agar kecemburuan sosial tidak terjadi. Sejak kemarin saya
 mencoba bermain-main dengan istilah DISKRIMINASI barangkali ada
 yang mampu memberi pandangan yang pas. Sayangnya belum
 kesampean. Alih-alih malah nuduh sukuis dan rasialis.

 Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan
 pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang
 memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan
 untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini.
 Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda
 lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar
 fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan
 beberapa kursi kepada orang item.

BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang 
putih, latin ataupun asia. Ada
gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa dituntut 
sekolah atau perusahaan tsb.
Mendingan cek lebih lanjut dech.

 FNU Brawijaya:
 Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif?
 Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang
 berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk
 memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah
 orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung
 Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan
 segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg
 mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang
 mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian
 tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik,
 dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya.


BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal 
persentase memang bisa digugat, justru
reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah 
hispanik dan hitam di US.Kemudian
dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan 
(sistem persentase), maka pihak yang
dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan 
perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU
anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan 
keadilan hukum untuk semua pihak.

 FNU Brawijaya: Merujuk ke posting saya bahwa harus terdapat fasilitas khusus untuk
 orang bumiputra (secara nasional) thd WNI keturunan, ini juga mesti lihat
 ke belakang. Di jaman ORBA, para saudara kita ini sudah mendapat
 fasilitas khusus dari ORBA (terlepas dari tujuan kroniisme dan kolusiisme).
 Bahkan waktu itu kan Suharto secara terbuka meminta Sudono Salim dan
 para konglomerat yang lain untuk gantian memberikan fasilitas yang pernah
 mereka nikmati untuk pengusaha kecil (samaran untuk kalangan bumiputra).
 Ketidaktahudirian Oom Liem gemblung itu terucap dengan menyatakan
 bahwa apa yg diraihnya adalah berkat usaha kerasnya sendiri. Nah, saya
 nggak akan bilang apa-apa kalo anda masih ngotot berujar yang sama
 dengan Oom Liem gemblung itu, toh pembaca yg menilai lah.

 BW: Oom Liem, Oom Eka Cipta, Oom Ciputra,Oom Prayogo, Oom Bob Hasan merupakan lima 
besar oom-oom yang dekat dengan
 Cendana. Bukan itu saja, mereka juga dekat dengan pejabat tinggi dan pejabat partai 
termasuk Golkar. Proses saling
 perah-memerah ini berlangsung cukup kontinu, dimana lima oom kaya ini berbagi susu 
dan kue kepada Cendana dan
 pejabat-pejabat. Silahkan cek, mega proyek mana yang tidak terlibat dengan kelima 
oom ini, Cendana serta pejabat tinggi
 lainnya (mudah-mudahan ketemu :)). Sedangkan pengusaha Cina yang lain banyak yang 
bergerak dengan kerja kerasnya, namun
 tetap juga bagi-bagi dengan keamanan setempat, ataupun berpartner dengan pejabat 
daerah untuk mengamankan bisnisnya.
 Jadi sungguh lucu jika hanya menganggap saudara suku Cina yang memiliki porsi 
terbesar harta Indonesia, karena tidak
 ada satupun diantara mereka yang bergerak sendirian tanpa ada orang dibelakangnya. 
Enggak tahu jika diantara pembaca,
 ada yang matanya 'belekan' memandang kasus ini, sehingga tidak mampu melihat fakta 
yang sangat jelas terjadi di negeri
 ini.

 FNU Brawijaya:
 Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah
 para pengusaha keturunan yg tahu 

Selingan..

1999-05-12 Terurut Topik Uffara Boestamam

Sedikit selingan...boleh kan?!.
***

1. It hurts to love someone and not be loved in
return, but  what is more painful is to love someone
and never find the  courage to let that person know
how you feel.

2. Maybe God wants us to meet a few wrong people
before  meeting the right one so that when we
finally meet the right person, we will know how to be
grateful for that gift.

3. Love is when you take away the feeling, the
passion, and the romance in a relationship- and find
out you still care for that person.

4. A sad thing in life is when you meet someone
who means a lot to you, only to find out in the end
that it was  never meant to be and you just have to
let go.

5. When the door of happiness closes, another opens
but oftentimes we look so long at the closed
door that we don't see the one which  has been opened
for us.

6. The best kind of friend is the kind you can sit on
a porch and  swing with, never say a word,
and then walk away feeling like  it was the best
conversation you've ever had.

7. It's true that we don't know what we've got until
we lose it,  but it's also true that we don't
know what we've been missing until it arrives.

8. Giving someone all your love is never an assurance
that  they'll love you back! don't expect
love in return; just wait for  it to grow in their
heart but if it doesn't, be content it grew in yours.

9. There are things you'd love to hear that you would
never hear  from the person whom you would
like to hear them from, but don't be so deaf as not to
hear it from the one who says it from his  heart.


10. Never say goodbye if you still want to try never
give  up if you still feel you can go on -
never say you don't love a person anymore if you can't
let go.

11. Love comes to those who still hope although
they've been  disappointed- to those who still
believe although they've been betrayed, need to love
those who still love although they've been hurt
before.

12.It takes only a minute to get a crush on someone,
an hour to like someone and a day to love
someone - but it takes a lifetime to forget someone.

13. Don't go for looks; they can deceive. Don't go for
wealth;even that fades away. Go for
someone who makes you smile because it takes only a
smile to make a dark day seem bright. Hope you find
the one that makes you smile.

14. There are moments in life when you miss
someone so much that you just want to pick them
from your dreams and hug them for real!
Hope you dream of that special someone.

15. Dream what you want to dream; go where you want to
go; be what you want to be, because you have
only one life and one chance to  do all the things you
want to do.

16. May you have enough happiness to make you sweet,
enough trials  to make you strong, enough
sorrow to keep you human, enough hope to make you
happy and enough money to buy me gifts.

17. Always put yourself in others' shoes. If
you feel that it   hurts you, it probably hurts the
person, too.

18. A careless word may kindle strife; a cruel word
may wreck a life; a timely word may level
stress; a loving word may heal and  bless.

19. The beginning of love is to let those we love be
just  themselves, and not twist them with
our own image - otherwise,  we love only the
reflection of ourselves we find in them.

20. The happiest of people don't necessarily
have the best of  everything; they just make the
most of everything that comes along their way.

21. Happiness lies for those who cry, those who hurt,
those who have searched, and those who have
tried, for only they can  appreciate the importance of
people who have touched their lives.

22. Love begins with a smile, grows with a kiss and
ends with a tear.

23. The brightest future will always be based on a
forgotten past, you can't go on well in life
until you let go of your past  failures and
heartaches.

  24. When you were born, you were crying and everyone
around you  was smiling. Live your life so
that when you die, you're the one   who is smiling and
everyone around you is crying
_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik FNU Brawijaya

Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account.
Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake
account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension
untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo
bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga.
Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering
komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering
diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali

Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo
saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih
menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah.
Silakan check aja dulu.

Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar
mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai
bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka
sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg
membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa.
Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai
penyebutan ini.

Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi
saya ya maklum saja.


'---
Blucer Rajagukguk wrote:

 Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
 negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
 arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
 kelompoknya.

 Hendro Susiyanto wrote:

  Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
  selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
  yang apa lah.
 
  Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
  bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
  DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
  saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
  menentukan arah perjalanan bangsa ini.
 
  Wassalam.
 
  On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:
 
   Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
   Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
   bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
   Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
   jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
  
  
   Patrick wrote:
  
Computer Programmer lulusan Luar Negeri
atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
tidak masalah.
   
Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
Yang penting, kamu mahir dalam
computer programming, dan bersedia
menerima dan menyelesaikan semua
tugas-tugas yang kami berikan ke anda.
   
Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
orang yang berwawasan luas.
Singkat kata, saya benci orang-orang yang
berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).
   
Lain dari situ . tawaran saya
adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.
   
Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.
   
Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
cabang di New York City, NY  USA.
Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
opportunities membuka bisnis di
Kuala Lumpur, Malaysia.
   
Secara bersamaan, kami pun ingin
membuka opportunities memdirikan bisnis
di Jakarta, Indonesia.
   
Thanks.
-- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
Blacksburg, Virginia  USA

   
Luthfi Fauzie wrote:
   
 Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
 nama doang "Patrick" Boo
 Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal

 -Original Message-
 From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
 Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
 Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer

 Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja,
 silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi.
 
 Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan
 informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini.
 
 Thanks.
 -- Patrick
 
 -
 
 LOWONGAN KERJA:  Computer Programmer
 
 Jumlah yang diperlukan masih
 belum ditentukan.  Namun bila anda
 seorang Teknik Elektro (Electrical
 Engineering), dan/atau Informatika
 Nusantara (Computer Science),
 dan/atau Statistics, saya tertarik
 untuk berkomunikasi dengan anda.
 
 

Re: SISTEM PENDIDiKAN NASIONAL (Re: Sekedar usulan)

1999-05-12 Terurut Topik FNU Brawijaya

Hehehe. harus tahan banting dong wong bener ane kok Daripada
tahan merengut. Kalo omelan saya nggak bener ya tinggal tunjukin. Kalo males ya
diam saja juga boleh Pusing amat menghadapi orang troy satu itu
rak gitu tho?


Blucer Rajagukguk wrote:

 Untuk daeng Ida, saya usulkan dua tindakan untuk menghadapi email bung Jaya,
 yaitu sabar dan smile. Sabar dalam menghadapi omelannya dan smile untuk
 menanggapi gurauannya (yang kadang-kadang cukup lucu juga...he...he..).
 Untuk bung Jaya, saya tidak punya usulan, karena selama ini saya memahami bahwa
 bung lebih tahan banting dari saya dalam berdiskusi dengan teman-teman lainnya
 :)

 FNU Brawijaya wrote:

   Dear Bung Jaya,
  
   Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
   semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism.
  
   salam,
  
   ida
 
  My dearest mbak Ida,
 
  Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
  semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat
  yg senada.
 
  My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih
  kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta.
  Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah
  sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak
  membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya).
  Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang
  kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin"
  di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto.
  Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%)
  kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat.
  Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon
  politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan
  hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi?
 
  Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point.
  Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir,
  999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja.
  Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu;
  dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe..
 
  Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan
  embak (Iya endak rekan-rekan..hehe).

--
Salam,
Jaya


-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire

   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)



Re: SISTEM PENDIDiKAN NASIONAL (Re: Sekedar usulan)

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

1. Enggak ada yang bilang salah.
2. Siapa yang pusing, khan sudah tahu obatnya :)
3. Eh ngomel lagi, ngomel lagi..he...he.

FNU Brawijaya wrote:

 Hehehe. harus tahan banting dong wong bener ane kok Daripada
 tahan merengut. Kalo omelan saya nggak bener ya tinggal tunjukin. Kalo males ya
 diam saja juga boleh Pusing amat menghadapi orang troy satu itu
 rak gitu tho?

 Blucer Rajagukguk wrote:

  Untuk daeng Ida, saya usulkan dua tindakan untuk menghadapi email bung Jaya,
  yaitu sabar dan smile. Sabar dalam menghadapi omelannya dan smile untuk
  menanggapi gurauannya (yang kadang-kadang cukup lucu juga...he...he..).
  Untuk bung Jaya, saya tidak punya usulan, karena selama ini saya memahami bahwa
  bung lebih tahan banting dari saya dalam berdiskusi dengan teman-teman lainnya
  :)
 
  FNU Brawijaya wrote:
 
Dear Bung Jaya,
   
Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism.
   
salam,
   
ida
  
   My dearest mbak Ida,
  
   Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
   semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat
   yg senada.
  
   My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih
   kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta.
   Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah
   sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak
   membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya).
   Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang
   kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin"
   di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto.
   Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%)
   kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat.
   Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon
   politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan
   hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi?
  
   Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point.
   Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir,
   999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja.
   Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu;
   dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe..
  
   Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang dengan
   embak (Iya endak rekan-rekan..hehe).

 --
 Salam,
 Jaya

 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Anti-diskriminasi bukan jargon mas. Kalau mengolahragakan masyarakat, dan
memasyarakatkan olahraga boleh-lah disebut jargon. Diskriminasi ini salah satu penyakit
sosial. Di Indonesia benih penyakit ini sudah mewabah, sebentar lagi tinggal panenan.
Silahkan saja kalau belum sadar sama penyakit ini, tapi saya terimakasih sekali jika
ada kawan mau mengingat perkataan anak keroco seperti saya ini. Kalau kita tidak
bersama-sama melawan diskriminasi, maka diskriminasi inilah yang akan menindas bangsa
dan rakyat kita.

salam anti-diskriminasi (bukan salam anti-dikirimi-nasi :))
blucer

FNU Brawijaya wrote:

 Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account.
 Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake
 account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension
 untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo
 bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga.
 Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering
 komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering
 diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali

 Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo
 saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih
 menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah.
 Silakan check aja dulu.

 Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar
 mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai
 bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka
 sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg
 membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa.
 Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai
 penyebutan ini.

 Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi
 saya ya maklum saja.

 '---
 Blucer Rajagukguk wrote:

  Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
  negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
  arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
  kelompoknya.
 
  Hendro Susiyanto wrote:
 
   Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
   selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
   yang apa lah.
  
   Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
   bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
   DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
   saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
   menentukan arah perjalanan bangsa ini.
  
   Wassalam.
  
   On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:
  
Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
   
   
Patrick wrote:
   
 Computer Programmer lulusan Luar Negeri
 atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
 tidak masalah.

 Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
 Yang penting, kamu mahir dalam
 computer programming, dan bersedia
 menerima dan menyelesaikan semua
 tugas-tugas yang kami berikan ke anda.

 Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
 orang yang berwawasan luas.
 Singkat kata, saya benci orang-orang yang
 berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).

 Lain dari situ . tawaran saya
 adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
 sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.

 Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
 bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
 USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
 Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.

 Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
 Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
 cabang di New York City, NY  USA.
 Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
 opportunities membuka bisnis di
 Kuala Lumpur, Malaysia.

 Secara bersamaan, kami pun ingin
 membuka opportunities memdirikan bisnis
 di Jakarta, Indonesia.

 Thanks.
 -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
 Blacksburg, Virginia  USA
 

 Luthfi Fauzie wrote:

  Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
  nama doang "Patrick" Boo
  Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
 
  -Original Message-
  From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
  Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
  

Re: Selingan..

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Uffara Boestamam wrote:
Sedikit selingan...boleh kan?!.bw: Boleh donk, gue juga lagi enggak
ada kerjaan nich (bebek sudah ngumpul  semua dikandang).

 ***
 1. It hurts to love someone and not be loved in
 return, but  what is more painful is to love someone
 and never find the  courage to let that person know
 how you feel.

bw: duh, penakut amat sich. Baru ditolak tiga kali...he...he...

 2. Maybe God wants us to meet a few wrong people
 before  meeting the right one so that when we
 finally meet the right person, we will know how to be
 grateful for that gift.

 bw: bilang aja hobi pacaran, susah banget sich.

 3. Love is when you take away the feeling, the
 passion, and the romance in a relationship- and find
 out you still care for that person.

bw: especially if he/she already took some of your money :)

 4. A sad thing in life is when you meet someone
 who means a lot to you, only to find out in the end
 that it was  never meant to be and you just have to
 let go.

 bw: cuma dua orang yang saya tahu begini: Ebiet G. Ade sama Obbie
 Mesakh

 5. When the door of happiness closes, another opens
 but oftentimes we look so long at the closed
 door that we don't see the one which  has been opened
 for us.

bw: pengalaman sering bengong kalau habis dimarahin boss.

 6. The best kind of friend is the kind you can sit on
 a porch and  swing with, never say a word,
 and then walk away feeling like  it was the best
 conversation you've ever had.

bw: friend apa lagi ngambek...jangan-jangan disebelahnya provokator.

 7. It's true that we don't know what we've got until
 we lose it,  but it's also true that we don't
 know what we've been missing until it arrives.

bw: yang pertama dompet, yang kedua kereta api. bener enggak?

 8. Giving someone all your love is never an assurance
 that  they'll love you back! don't expect
 love in return; just wait for  it to grow in their
 heart but if it doesn't, be content it grew in yours.

bw: kaya finance aja, pake ROR, gimana kalau pake NPV saja. Soal grow
serahin saja sama 'rogaine'.

 9. There are things you'd love to hear that you would
 never hear  from the person whom you would
 like to hear them from, but don't be so deaf as not to
 hear it from the one who says it from his  heart.

bw: yang ini agak susah dimengerti, kayaknya soal sakit kuping, iya
khan?

 10. Never say goodbye if you still want to try never
 give  up if you still feel you can go on -
 never say you don't love a person anymore if you can't
 let go.

bw: kalo gue inget-inget, nyang eni kayak syair lagu. Sapa yang nyanyi
yach?



Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)

1999-05-12 Terurut Topik FNU Brawijaya

Blucer Rajagukguk wrote:

  Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan
  pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang
  memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan
  untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini.
  Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda
  lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar
  fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan
  beberapa kursi kepada orang item.

 BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat orang 
putih, latin ataupun asia. Ada
 gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa 
dituntut sekolah atau perusahaan tsb.
 Mendingan cek lebih lanjut dech.

Lho kepriben tho, wong yg nglakoni yang cerita. Yang dapat jatah sekolah juga
hampir tiap hari ketemu. Bagaimana kalo anda yang nge-check.

  FNU Brawijaya:
  Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif?
  Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang
  berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk
  memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah
  orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung
  Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan
  segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg
  mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang
  mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian
  tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik,
  dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya.
 

 BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal 
persentase memang bisa digugat, justru
 reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan jumlah 
hispanik dan hitam di US.Kemudian
 dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan kecurigaan 
(sistem persentase), maka pihak yang
 dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan 
perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU
 anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan dan 
keadilan hukum untuk semua pihak.

Finally you got my point tho Bung Blucer. Jadi semuanya berdasarkan persentase.
Makanya saya juga menggugat kenapa WNI keturunan diberi jatah di PTN sampe
15%. Berarti telah terjadi diskriminasi terhadap penduduk lainnya!! (nggak mau
kalah dengan jumlah pentung dari mbak Ida). Nah, selesai sudah main-main saya
dengan istilah DISKRIMINASI untuk menggiring ke konklusi anda tadi. Jadi di AS
inipun tidak ada free competition. Untuk masuk Army, bila dilakukan test secara
murni, perolehan rangking akan berat sebelah, tidak sesuai dengan persentase tadi.
Inilah yang saya bawa sebagai keadilan bagi SELURUH lapisan masyarakat.
Nah, ngono lho..


  BW: Oom Liem, Oom Eka Cipta, Oom Ciputra,Oom Prayogo, Oom Bob Hasan merupakan lima 
besar oom-oom yang dekat dengan
  Cendana. Bukan itu saja, mereka juga dekat dengan pejabat tinggi dan pejabat 
partai termasuk Golkar. Proses saling
  perah-memerah ini berlangsung cukup kontinu, dimana lima oom kaya ini berbagi susu 
dan kue kepada Cendana dan
  pejabat-pejabat. Silahkan cek, mega proyek mana yang tidak terlibat dengan kelima 
oom ini, Cendana serta pejabat tinggi
  lainnya (mudah-mudahan ketemu :)). Sedangkan pengusaha Cina yang lain banyak yang 
bergerak dengan kerja kerasnya, namun
  tetap juga bagi-bagi dengan keamanan setempat, ataupun berpartner dengan pejabat 
daerah untuk mengamankan bisnisnya.
  Jadi sungguh lucu jika hanya menganggap saudara suku Cina yang memiliki porsi 
terbesar harta Indonesia, karena tidak
  ada satupun diantara mereka yang bergerak sendirian tanpa ada orang dibelakangnya. 
Enggak tahu jika diantara pembaca,
  ada yang matanya 'belekan' memandang kasus ini, sehingga tidak mampu melihat fakta 
yang sangat jelas terjadi di negeri
  ini.

Bung Blucer my dear (hehehedear, a doe a female dear. Hmmm kebalik!!!). Malah 
nyanyi
Keempat orang selain Oom Liem ini masih berkiprah di RI ini. Bahkan beberapa
dari mereka menjadi donatur partai reformis. Silakan di-check datanya

Bukan suku cina yang memiliki porsi terbesar harta Indonesia ya? Hehehe
Iya deh, mata saya belekan. Hahaha.. bung blucer...bung blucer my doe, eh,
my dear

  FNU Brawijaya:
  Apakah ada yg terketuk dengan himbauan Suharto? Ada! Banyak! Kita tahu lah
  para pengusaha keturunan yg tahu terima kasih itu. Yang nggak tahu terima
  kasih macam Liem gemblung itu ada nggak? Ada! Buanyak sekaleee!
 

 BW: Apa sich yang bung tahu antara hubungan Suharto dengan Oom Liem (belajar 
menyebut nama orang dengan sopan). Kok
 sepertinya bung melihat bahwa antara Soeharto 

Re: May Day! 14th! VIRUS ALERT (fwd)

1999-05-12 Terurut Topik Ezra Ibrahim

This is to si Pohan!

-- Forwarded message --
Date: Tue, 11 May 1999 06:29:37, -0500
From: MR HENRI J DELGER
Subject: Re: May Day! 14th! VIRUS ALERT

My response from Prodigy

 VIRUS ALERT!!!...
 THERE IS GOING TO BE A RIOT MAY 14 OF HACKERS SO I WOULD NOT GET
ON
 THAT WHOLE  DAY I AM TELLING YOU THIS BECAUSE YOU ARE MY FRIENDS
AND
 I DONT WANT YOUR COMPUTER TO GET INFECTED FROM A HACKERS IDEA OF
A
 FUN TIME. SOME THINGS THEY ARE GOING TO DO IS MAIL BOMB AND GIVE
 VIRUSES AND TOS PEOPLE OFF SO IF I WERE YOU I WOULD TELL ALL OF
YOUR
 FRIENDS AND FORWARD THIS TO AS MANY PEOPLE AS POSSIBLE AND CLEAR
OUT
 YOUR MAILBOXES THE DAY BEFORE AND DONT READ ANYTHING THE DAY
AFTER
 JUST DELETE IT ALL. THIS IS NOT A JOKE PLESES SEND IT TO AS MANY
 PEOPLE AS SOON AS YOU CAN!


 JUST DELETE IT ALL. THIS IS NOT A JOKE PLESES

Oh yes, it is.  You needn't be concerned about someone so stupid they
think PLESES is a word.

What I'd like to do is to get nice people like yourself to write back
to your senders, who need to know they're falling for a hoax, rather
than write to me.  One easy way to do that is to keep the text below
as a file you can insert into your replies to them.  Read it, pass it
on, or whatever.  Just don't send people to me here, I'm already
swamped.  Thanks, Henri.`


===

That's a well-known HOAX message.  In future, just delete such
nonsense messages, and don't waste your time with them.  Do you
subscribe to the "VirusHelp Mailing List?"  If not, perhaps you
should.  Here's what it says about this problem.  If you'd like a
free
subscription to VirusHelp, go to:
http://pages.prodigy.net/henri_delger/vhelp.htm

===
INTERNET VIRUS HOAXES: There's a long list of hoax messages being
circulated by email, warning about non-existent "viruses,"
including: Good Times, Pen Pals, Join the Crew, WIN A HOLIDAY, Bud
Frogs, and others.  New ones are constantly being dreamed up,
pleading that you forward them to every one you know.

These hoax messages typically warn of disaster if you even read a
suspect email message.  The truth is, there's no way that simply
reading an ASCII (text-only) message could spread a virus to your
computer, because text messages cannot be infected.

However, files attached to a harmless e-mail message could be
hazardous.  Use common sense: watch where you get your downloads,
be wary of anything that seems too good to be true, and keep a backup
of your essential data files.

To reduce the spread of such hoaxes, and to avoid annoying other
people, do not spread such warnings unless you have verified their
accuracy.  For more information, go to:
http://www.kumite.com/myths/
===



News Pemilihan Umum (daily updated), http://www.asiagateway.com/pemilu/

1999-05-12 Terurut Topik Okki Senobroto

Salam PERMIAS,

Silahkan kunjungi http://www.asiagateway.com/pemilu/
Updated daily, informasi mengenai semua partai.

Salam,
--
Okki Senobroto
[EMAIL PROTECTED]
http://www.nawala.com



Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (2)

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

FNU Brawijaya wrote:

 Blucer Rajagukguk wrote:

   Bagaimanakah program di AS ini? Nah, di bidang perekonomian, disediakan
   pinjaman $50,000 tanpa bunga. Saya punya kenalan (orang hitam) yang
   memakai fasilitas ini. Di bidang pendidikan, terdapat sekolah, jatah gratisan
   untuk orang hitam. Saya juga punya teman yg memanfaatkan fasilitas ini.
   Belum segala macam beasiswa dari apa itu ya NCAAA (?). Ya anda
   lebih tahu lah. (Ini pake fakta juga lho mbak ida). Dan ini benar-benar
   fasilitas dari sekolah tsb, mereka harus / disyaratkan untuk memberikan
   beberapa kursi kepada orang item.
 
  BW: ada jatah gratisan buat orang hitem, berarti akan ada jatah gratisan buat 
orang putih, latin ataupun asia. Ada
  gratisan buat pria,mesti ada yang gratis buat wanita. Kalau tidak begini bisa 
dituntut sekolah atau perusahaan tsb.
  Mendingan cek lebih lanjut dech.

 FNU Brawijaya:hampir tiap hari ketemu. Bagaimana kalo anda yang nge-check.

BW: Kalo temannya yang item dapat pinjeman bukan berarti yang laen enggak dapet mas. 
Temen saya, adeknya Markus (mudah-mudahan
enggak kenal :) khan Asia, dia juga dapet pinjeman sekitar $40,000. Saya enggak bilang 
anda bohong, tetapi point saya bukan
hanya black people yang dapat, tetapi semuanya dapetsekali lagi semua warga negara 
Amerika yang dianggap eligible untuk
mendapatkan loan.

   FNU Brawijaya:
   Nah, apakah segala macam fasilitas untuk minoritas ini bukan diskriminatif?
   Padahal yg bule juga banyak yg miskin. Kita kan lihat banyak fasilitas yang
   berat sebelah macam ini lah. Di bidang kemiliteran, US Army dituntut untuk
   memberi jatah lebih kepada orang Hispanik. Setelah diteliti ternyata jatah
   orang hitam yg kebanyakan, bukan jatah untuk orang putih. Nah, Bung
   Blucer, apakah praktek ini bukan diskriminatif? Ini yang saya maksud dengan
   segala macam tulisan saya kemarin. Apakah orang bule sudah tidak ada yg
   mampu lolos dari test masuk US Army? Apakah yg putih tidak ada yang
   mau masuk ke US Army? Apakah AS tidak meminta segala macam isian
   tentang origin dlsb. Kalo gitu kok bisa tahu persentase yg item, yg hispanik,
   dan yg putih? Nah, silakan dibaca-baca lagi deh referensinya.
  
  BW: Dari course business law yang saya pelajari (Federal statutes disini), soal 
persentase memang bisa digugat, justru
  reasonnya adalah telah terjadi diskriminasi. Hal ini terjadi melalui hitungan 
jumlah hispanik dan hitam di US.Kemudian
  dibandingkan persentase penerimaannya. Jika hitungan yang ada menimbulkan 
kecurigaan (sistem persentase), maka pihak yang
  dirugikan bisa membawa masalah ini ke court. Demikian juga halnya dengan 
perusahaan-perusahaan yang lain. Jadi melalui UU
  anti-diskriminasi, segala tindakan diskriminasi akan dapat dicegah demi kesamaan 
dan keadilan hukum untuk semua pihak.

 FNU Brawijaya:Makanya saya juga menggugat kenapa WNI keturunan diberi jatah di PTN 
sampe
 15%. Berarti telah terjadi diskriminasi terhadap penduduk lainnya!! (nggak mau
 kalah dengan jumlah pentung dari mbak Ida).

bw: pernah nyita-nyita jadi hansip mas. Kok mau jadi hansip, pake ngajak-ngajak ida 
sich. Amerika membagi ras dalam 5 besar:
white, black, latin dan asia, native american. Ini memang sangat mudah dibedakan, 
kelemahannya juga banyak dan vital, antara
kelompok yang satu dengan yang lain terjadi kecemburuan sosial, tidak merasa bersatu, 
dan saling merendahkan.Di Indonesia, satu
ngebedainnya susah. Dua, lho, banyak yang berasal dari Yunan selatan yang notabene 
Cina juga, apa ada yang mau ngaku dari
afrika apa indian?
Oh yach, Esensi dari persentase yang terjadi di US timbul karena superioritas white 
terhadap kulit lainnya, yang kemudian
diikuti oleh superioritas black atas latino, dll. Jadi jiwa pemakaian persentase itu 
untuk menghilangkan diskriminasi, bukan
untuk menciptakan diskriminasi. Sistem persentase juga hanya salah satu cara untuk 
mengurangi superioritas  pihak majority
terhadap minority, bukan sebaliknya. Tujuannya untuk membuat individu sadar bahwa 
setiap warganegara punya hak dan kewajiban
yang sama.

 FNU Brawijaya:Nah, selesai sudah main-main saya
 dengan istilah DISKRIMINASI untuk menggiring ke konklusi anda tadi. Jadi di AS
 inipun tidak ada free competition. Untuk masuk Army, bila dilakukan test secara
 murni, perolehan rangking akan berat sebelah, tidak sesuai dengan persentase tadi.
 Inilah yang saya bawa sebagai keadilan bagi SELURUH lapisan masyarakat.
 Nah, ngono lho..

bw: Lho malah selesai main-main lagi? lucu banget sih ente. Diskriminasi ini mau 
diberantas di US, sayangnya masih banyak yang
fanatik sama kulit putih, dan lucunya yang lain ikut-ikutan fanatik sama kelompok 
sendiri.Karena itu buat WNI, biarkan saja
test secara murni, saya sangat percaya bahwa kompetisi akan lebih cepat meningkatkan 
kemampuan bangsa. Siapapun yang punya
prestasi, perlu dihargai. Wong sama-sama warga negara kok milih-milih. Kalau pakai 
batasan-batasan, ujung-ujungnya akan
menimbulkan KKN lagi. Anak ABRI 

Re: Ketidakadilan vs Kegelapmataan (1)

1999-05-12 Terurut Topik FNU Brawijaya

Blucer Rajagukguk wrote:

 Provokator bukan provokator namanya kalau tidak tahu apa yang sedang dialami 
masyarakat. Semua benih perpecahan akan
 selalu ada bagaimanapun situasi sosialnya. Apakah jika kesenjangan sosial terhapus, 
provokator akan lenyap? enggak juga.
 Kebutuhan yang lain akan muncul pada saat masyarakat mencapai tahapan baru. Tapi 
bukan berarti kita mendiamkan
 kesenjangan sosial. Konteks persoalan Madura yang saya bahas adalah rencana aksi 
balasan yang sedang dipikirkan. Menurut
 saya ini tidak tepat, dan hanya menmbah persoalan baru, sementara persoalan lama 
belum terpecahkan.

Lho, lha ini kan pemikiran senada dg ane punya. Kok malah kayak repeater aja jadi 
ya ndak
perlu ngotot... Makanya nggak perlu cari treatment gimana ngilangin provokator, lebih 
perlu
cari cara bikin masyarakat kebal terhadap provokator. Conto ilustrasi, kita nggak 
perlu bunuhi
setiap kuman penyebab malaria, bikin aja obat yg manjur. Makin canggih kumannya, ya 
cari obat
yg makin canggih juga. Salah satu cara yg saya sebutkan ya hilangin lah kesenjangan 
sosial.
Ini kan sama saja dengan membasmi tempat-tempat bersarangnya sumber penyakit malaria
tho Lak iyo cak.


 Ramah-tamah itu penting. Ini merupakan kulit luar yang tampak dari batin kita. Jika 
yang ramah-tamah itu munafik, yach
 urusannyalah dengan Tuhannya.

Temtutemtu kemaren kan ane nanyain relevansi antara ramah-tamah
dengan kemustahilan untuk membantai. Saya bilang tidak ada relevansinya.


 Soal hubungan bung dengan Madura tidak saya masalahkan, tetapi kalau bung merasa 
agak berat sebelah dalam memandang kasus
 ini, itu hanya untuk kepentingan bung sendiri.

Lho ini gimana, sengaja mensalah-tarsirkan tulisan saya atau saya yg salah
nulis redaksionalnya.


 Kalau untuk setiap kerusuhan belum tentu ditungangi provokator, tapi melihat urutan 
waktunya, kesiapan petugas, besaran
 massanya, akan lebih bisa untuk dianalisa apakah provokator berperan atau tidak.
 Bicara akar permasalahan tentu sangat luas, bukan hanya kesenjangan sosial saja, 
tingkat pendidikan masyarakat, kemampuan
 memahami agama sendiri dan mentoleransi agama yang lain, memahami kemajemukan budaya 
dan bukan hanya meninggikan budaya
 sendiri, dlsb. Jadi yang perlu diselesaikan sangat banyak.

Nah, kita perlu lihat mana yang dapat dikerjakan terlebih dahulu, dan disesuaikan
dengan prioritas dari urutan penting-tindaknya problem. Semua juga penting,
tapi kan ada yg lebih penting. Kalo dapat diselesaikan berbarengan ya syukur.

Kita juga perlu melihat lamanya efek dari treatment itu. Misalnya, untuk meningkatkan
pemahaman agama sendiri kan sangat sulit untuk menilainya, dan memerlukan
suatu proses yang lama dan terus menerus. Hasil yang muncul juga sulit untuk
dikuantifikasi. Demikian pula dengan faktor lain yg anda sebutkan itu.

Yang paling mudah dikuantifikasi jelas kesenjangan sosial. Sudah tidak perlu dibahas
bahwa faktor ini tidak dapat berdiri sendiri lah. Irlandia utara dapat kita jadikan 
contoh
bahwa kesenjangan sosial tidak ada dalam konflik mereka. Makanya saya mencoba
ngangkat ini masalah tho? Gimana cara kita menformulasikan HOW - nya itu.


 Soal mahasiswa demontrasi, saya sangat setuju. bahkan diacara screening PNS-pun saya 
jawab setuju asalkan tidak merusak
 milik masyarakat. Jadi istilah provokator itu bukan hanya milik ORBA. Selama digaris 
yang benar, membela hak rakyat,
 tidak usah takut kepada provokator. Tetapi pada saat menghantam, membakar ataupun 
merencanakan membunuh suatu kelompok,
 diperlukan pemikiran yang lebih mendalam.

Nah, makanya mestinya pemerintah kita mesti memberikan kanal kepada semua
pihak untuk menyalurkan aspirasi langsung ke jalan ini. Caranya gimana supaya
tidak diikuti kebrutalan? Apakah perlu dibikin lapangan di depan istana? Di depan
setiap kantor pemerintah? Jadi perlu dilokalisir agar jendela-jendela perkantoran
di sepanjang jalan tidak dilempari. Tapi ya jangan lalu dilokalisir agar dapat mudah
ditumpas kayak Tiananmen itu



'--

 FNU Brawijaya wrote:

  Bung Blucer, peran provokator adalah memanas-manasi.
  Tanpa benih yang dapat ditumbuhkan, maka segala usaha
  untuk menanam kekacauan akan sia-sia. Tujuan kita harusnya
  menyelesaikan benih-benih ini, bukan sekedar membungkam
  para provokator. Makanya saya kemarin bilang anda suka kayak
  pejabat karena lebih senang berbicara yang ada di permukaan
  (hehe...sorry). Kita sebagai student mestinya berusaha
  menggali akar masyarakat, eh, masalah itu. Jadi ini bukan masalah
  ramah-tamah dan sebagainya. Kalau soal ramah tanah orang Jepang
  jauh lebih ramah. Tapi lihat sendiri bagaimana kebengisan tentara
  Jepang pada saat PD-II. Berapa juta yg dibunuh, berapa ratus ribu
  yg diperkosa seperti binatang kemudian dibunuh. Eh, ini benar-benar
  ada fotonya ya...jadi bukannya tanpa fakta (iya kan mbak ida?). Nah, buat
  yang kemarin merinding dengan foto kepala ibu dan anak, silakan 

Kejaksaan Agung dan KKN

1999-05-12 Terurut Topik Ali Simplido

Bung Jaya;
ini nih ada berita menarik tentang Kejaksaan Agung dan
Pak Amien Rais.

Well, since si Ghalieb ini selalu meng-agung2-kan
dirinya, Kejaksaan Agung sekarang menjadi Kejaksaan
TIDAK Agung:-)

salam

Ali Simplido

***

SUARA PEMBARUAN DAILY


Wajar, Amien Menolak Undangan Kejagung

Jakarta, Pembaruan

Pengamat Hukum Adnan Buyung Nasution mengatakan sikap
Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang
menolak undangan Kejaksaan Agung
(Kejagung) adalah tindakan wajar.

Pola pemanggilan semacam itu adalah pola-pola salah
yang selama ini diterapkan oleh rezimotoriter Orde
Baru.

Pada tahap penyelidikan sekarang ini, seharusnya
Kejaksaan Agung aktif mendekati informan untuk
mendapatkan data- untuk kemudian dianalisis. Hal itu
dikatakannya menjawab wartawan di Jakarta, Selasa
(11/5).

Dikatakan sudah saatnya Kejagung melakukan perubahan
mental dengan mengembangkan pendekatan baru yang lebih
demokratik dan akomodatif terhadap semua
aspirasi, agar mendapat simpati dari masyarakat.

''Seandainya saya diperlakukan semacam itu, pasti saya
tolak mentah-mentah,'' kata Buyung tegas. Lebih lanjut
dikatakan, kalau setiap orang mengkritik dipanggil
dan diekspos besar-besaran di media massa, hal itu
dapat dikategorikan sebagai tindak intimidasi dan
teror mental kepada masyarakat.

Di manapun di dunia ini, proses penyelidikan selalu
dilakukan secara diam-diam dengan menggunakan akal,
guna mendapatkan bahan dan informasi lengkap.
Selanjutnya bahan tersebut dianalisis dan diramu
hingga diperoleh petunjuk adanya kesalahan, baru
kemudian dilakukan penyidikan.

''Kalau sudah panggil orang untuk dimintai keterangan,
itu sudah termasuk interogasi dan masuk ke dalam tahap
penyidikan,'' kata Buyung mengingatkan.

Sementara itu Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak
Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Hendardi juga mengecam
pemanggilan Amien Rais oleh Kejaksaan
Agung dan menilainya sebagai penggunaan otoritas
kekuasaan negara untuk memberikan rasa khawatir atau
menghukum masyarakat yang berpandangan politik
kritis dan berbeda dengan pemerintah.

Di masa Orde Baru, cara-cara tersebut, diakui terkenal
efektif untuk meredam setiap kritik dari masyarakat
atau orang-orang yang peduli kepada suatu masalah.

''Kalau masyarakat dipanggil dan dimintai bukti,
lantas apa pekerjaan jaksa,'' katanya mengkritik.
Hendardi menilai wajar jika Amien Rais menolak
undangan
Kejaksaan Agung. Seharusnya, kejaksaan aktif mencari
informasi awal, bukan malah memanggil orang untuk
ditakut-takuti atau memberikan rasa khawatir kepada
publik.

Undangan Kejaksaan Agung terhadap Amien, bukanlah
bagian dari proses pro yustisia dan dapat dianggap
seperti undangan perkawinan. Sehingga tidak ada
kewajiban bagi Amien untuk datang memenuhi undangan
tersebut.

Sejauh ini pihaknya justru menilai Kejaksaan Agung
lebih merupakan institusi yang pada dasarnya bukan
untuk mengusut dan memberantas KKN, melainkan lebih
memproteksi para pelaku KKN, bahkan melestarikan
sistem KKN itu sendiri. (129)

_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Bung Brawi,

tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.

Andrew Pattiwael


On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

 Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account.
 Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake
 account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension
 untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo
 bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga.
 Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering
 komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering
 diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali

 Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo
 saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih
 menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah.
 Silakan check aja dulu.

 Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar
 mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai
 bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka
 sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg
 membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa.
 Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai
 penyebutan ini.

 Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi
 saya ya maklum saja.


 '---
 Blucer Rajagukguk wrote:

  Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
  negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
  arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
  kelompoknya.
 
  Hendro Susiyanto wrote:
 
   Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
   selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
   yang apa lah.
  
   Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
   bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
   DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
   saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
   menentukan arah perjalanan bangsa ini.
  
   Wassalam.
  
   On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:
  
Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
   
   
Patrick wrote:
   
 Computer Programmer lulusan Luar Negeri
 atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
 tidak masalah.

 Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
 Yang penting, kamu mahir dalam
 computer programming, dan bersedia
 menerima dan menyelesaikan semua
 tugas-tugas yang kami berikan ke anda.

 Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
 orang yang berwawasan luas.
 Singkat kata, saya benci orang-orang yang
 berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).

 Lain dari situ . tawaran saya
 adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
 sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.

 Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
 bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
 USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
 Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.

 Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
 Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
 cabang di New York City, NY  USA.
 Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
 opportunities membuka bisnis di
 Kuala Lumpur, Malaysia.

 Secara bersamaan, kami pun ingin
 membuka opportunities memdirikan bisnis
 di Jakarta, Indonesia.

 Thanks.
 -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
 Blacksburg, Virginia  USA
 

 Luthfi Fauzie wrote:

  Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
  nama doang "Patrick" Boo
  Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
 
  -Original 

Jargonisme

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Bung Brawi,

Tetapi tetap, bagi kebanyakan orang, khususnya kalangan yang berasal dari
keturunan, panggilan 'tauke'  tetap merupakan panggilan yang tidak mengenakan
Tidak semua tauke itu keturunan bukan, dan tidak semua keturunan adalah
pedagang.

Sama seperti ketika anda saya panggil (secara tidak sengaja) dengan
'Cung' . Anda tersinggung berat bukan ?! Nah sama seperti panggilan
'tauke' ini dapat menyinggung perasaan orang lain. Anda sendiri tidak mau
diperlakukan seperti itu bukan? Saya maklum karena anda kan Graduate
student dan saya ini adalah undergrad yang belum selesai separoh untuk
soal ketika saya panggil anda 'cung'.

Cobalah kita menghindarkan panggilan2 yang dapat menyinggung perasaaan umum.

Andrew Pattiwael



Congratulations

1999-05-12 Terurut Topik John Tumbelaka

Kepada Yth. Anggauta-anggauta Permias,

Anggauta-anggauta Staf Vita Bahari, Inc. dengan ini mengucapkan bayak selamat
kepada Graduating Class 1999 dan juga mengucapkan sukses dslam usaha mereka
dikemudian hari.

Kami juga ingin menarik perhatian sundara-saudara terhadap
perobahan-perobahan dalam website www.vitabahari.com. Mereka yang suka
mengunjunginya dihari-hari yang telah lampau akan menyadari bahwa website
tsb. telah diganti untuk tujuan yang lebih internasional. Kami di Vita
Bahari,inc. baru-baru ini telah merobah servis kami, tidak hanya ke
Indonesia, tetapi kesemua negara diluar Amerika Serikat. Akan tetapi, kami
dengan ini mengulangi komitment kami kepada masyarakat Indonesia yang ada
disini pada umumnya, dan mahasisa-mahasiswa Indonesia dan anggauta Permias
chususnya. Kami bersama ini ingin berjanji akan meneruskan servis kami kepada
Anda.  Dalam bulan-bulan y.a.d. Kami bermaksud akan mengusahakan  suatu
website yang akan mencerminkan kebudayaan Indonesia dan ditulis dalam bahasa
Indonesia. Website ini akan meliputi semua form yang diperlukan untuk
mengtransport milik saudara ke Indonesia dan halaman "pertanyaan- pertanyaa
yang paling sering dimajukan" akan di-isi  informasi yang paling baru.

Sekali lagi kami mengucapkan selamat kepada mereka yang menyelesaikan
studinya dengan baik dan dengan ini kami mengucapkan sukses dalam usaha
mereka dihari-hari kemudian.



Hormat kami,


John Tumbelaka  Tarina Thibeault
Robert Thibeault Jr.
Managing Director   Operations Manager  Special
Projects Coordinator



Re: Congratulations

1999-05-12 Terurut Topik Krisnadi Dayanto

Wah pak... ngiklan gratis nih yeee
Selamat mah selamat aja... pake embel-embel serpis segala. Congrat juga
lah

KD.

--- John Tumbelaka [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kepada Yth. Anggauta-anggauta Permias,

 Anggauta-anggauta Staf Vita Bahari, Inc. dengan ini
 mengucapkan bayak selamat
 kepada Graduating Class 1999 dan juga mengucapkan
 sukses dslam usaha mereka
 dikemudian hari.

 Kami juga ingin menarik perhatian sundara-saudara
 terhadap
 perobahan-perobahan dalam website
 www.vitabahari.com. Mereka yang suka
 mengunjunginya dihari-hari yang telah lampau akan
 menyadari bahwa website
 tsb. telah diganti untuk tujuan yang lebih
 internasional. Kami di Vita
 Bahari,inc. baru-baru ini telah merobah servis kami,
 tidak hanya ke
 Indonesia, tetapi kesemua negara diluar Amerika
 Serikat. Akan tetapi, kami
 dengan ini mengulangi komitment kami kepada
 masyarakat Indonesia yang ada
 disini pada umumnya, dan mahasisa-mahasiswa
 Indonesia dan anggauta Permias
 chususnya. Kami bersama ini ingin berjanji akan
 meneruskan servis kami kepada
 Anda.  Dalam bulan-bulan y.a.d. Kami bermaksud akan
 mengusahakan  suatu
 website yang akan mencerminkan kebudayaan Indonesia
 dan ditulis dalam bahasa
 Indonesia. Website ini akan meliputi semua form yang
 diperlukan untuk
 mengtransport milik saudara ke Indonesia dan halaman
 "pertanyaan- pertanyaa
 yang paling sering dimajukan" akan di-isi  informasi
 yang paling baru.

 Sekali lagi kami mengucapkan selamat kepada mereka
 yang menyelesaikan
 studinya dengan baik dan dengan ini kami mengucapkan
 sukses dalam usaha
 mereka dihari-hari kemudian.



 Hormat kami,


 John Tumbelaka  Tarina Thibeault
 Robert Thibeault Jr.
 Managing Director   Operations Manager
Special
 Projects Coordinator


_
Do You Yahoo!?
 Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: Untuk Brawijaya(Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

H...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Notrida Mandica wrote:

 Hello Dearly Bung Jaya,

 Thank you for the lovely e-mail.
 Tapi saya tidak ngambek dengan ktirikan Bung Jaya. Tidak pernah!
 Saya cuma mau konsentrasi saja membahas masalah pendidikan. JUST IT.
 Rupanya Bung Jaya betul juga, kadang-kadang saya sangat childish.
 Mungkin karena saya masih sangat kecil.

 thank you again.  I really appreciate your words.

 salam,

 ida


 From: FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL (Re: Hemat Waktu sampai 50
 PersenuntukJadi Insinyur
 Date: Tue, 11 May 1999 18:12:27 -0400
 
   Dear Bung Jaya,
  
   Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
   semoga diskusi ini tidak terhambat oleh sinism.
  
   salam,
  
   ida
 
 My dearest mbak Ida,
 
 Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa data. By the way,
 semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena hanya melihat pendapat
 yg senada.
 
 My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis ini masih jauh lebih
 kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya adalah 577 : 210 juta.
 Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung demokrasi adalah
 sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu saat pertama mbak hendak
 membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan komentar saya).
 Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan oleh Sukarno yang
 kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan "demokrasi terpimpin"
 di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada jaman Suharto.
 Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran perolehan suara 90%)
 kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat secara cepat.
 Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak sebagai calon
 politikus ulung yang ingin melakukan reformasi malah melakukan
 hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah suatu ironi?
 
 Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak saya kurangi 1 point.
 Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian. Tapi jangan kawatir,
 999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya yg cuman 3 buah saja.
 Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu, (2) komentar nggak mutu;
 dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe..
 
 Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di milis ini kan sayang
 dengan
 embak (Iya endak rekan-rekan..hehe).
 
 Salam,
 Jaya
 
 
 -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)


 __
 Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com




Topic forum ekonomi hari Sabtu (pukul 3:30pm, bukan 4:30pm)

1999-05-12 Terurut Topik RiZwAn RiZaL

Kepada rekan2 mahasiswa di Boston dan sekitarnya,

Mohon maaf sebelumnya ada kesalahan jadwal acara yang seharusnya
diadakan pada pukul 3:30pm (setengah empat sore), bukan 4:30pm.  Terima
kasih.

Berikut topik yang akan dibicarakan dalam forum ekonomi hari Sabtu di
Northeastern University.

Judul topik:
"Menuju Paradigma Baru-Tantangan Setelah Krisis"

Sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Soedradjad, pembahasan akan
mentitik-utamakan sudut pandang ekonomi dan pembangunan.  Hal-hal yang
harus dilakukan setelah krisis ekonomi-sosial dan politik selesai.
Dilanjutkan dengan usaha-usaha untuk bangkit kembali dengan semangat
dan perspektif baru yang meninggalkan kekurangan dan kesalahan orde
baru ke arah pembangunan yang berkeadilan.  Pembahasan juga menyangkut
permasalahan dan tantangan serta peluang dalam ekonomi, sosial, dan
politik.

Acara juga dilanjutkan dengan tanya-jawab masalah dan peluang di dalam
bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Sekali lagi acara akan berlangsung di :
Hari: Sabtu
Jam : 3.30pm-5:30pm
 (harap datang 15 menit sebelumnya)
Tanggal : 15 Mei 1999
Tempat  : Curry Student Center, room 333
  Northeastern University

Untuk alasan konsumsi, mohon diberitahukan jumlah mahasiswa yang akan
datang ke salah satu mahasiswa dari Universitas yang  turut serta dalam
kegiatan.
Mohon hubungi melalui e-mail atau telfon:
Ardistia Dwiasri (NU) :
   [EMAIL PROTECTED] atau 617-267-3273
Youngky (MIT) :
[EMAIL PROTECTED] atau 617-354-3728
Vera Wijaya (Harvard) :
[EMAIL PROTECTED]
Dian Abdullatief (BU):
[EMAIL PROTECTED] atau 617-713-0948
Emilyn (BC) :
[EMAIL PROTECTED] atau 617-964-5264

Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih atas perhatiannya.


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Untuk Brawijaya(Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL

1999-05-12 Terurut Topik Priyo Pujiwasono

Heh.
iya nih, Mbak Ida sama Bung Jaya kok jadi "berantem".
Mbok daripada berantem, gimana kalau "merger" saja?
Mau apa mau?, atau minimal "koalisi" saja deh.
Hayo, apa bedanya: merger, koalisi, joint-venture, strategic alliance,
akuisisi? Pilih yang mana..:)
Buat Lae Helson: welcome back!..:-)
Salam,
~yo

--- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
 H...

 Helson SIAGIAN
 ---
 http://gwu.edu/~siagian
 ---


 On Wed, 12 May 1999, Notrida Mandica wrote:

  Hello Dearly Bung Jaya,
 
  Thank you for the lovely e-mail.
  Tapi saya tidak ngambek dengan ktirikan Bung Jaya.
 Tidak pernah!
  Saya cuma mau konsentrasi saja membahas masalah
 pendidikan. JUST IT.
  Rupanya Bung Jaya betul juga, kadang-kadang saya
 sangat childish.
  Mungkin karena saya masih sangat kecil.
 
  thank you again.  I really appreciate your words.
 
  salam,
 
  ida
 
 
  From: FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED]
  Reply-To: Indonesian Students in the US
 [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL (Re: Hemat
 Waktu sampai 50
  PersenuntukJadi Insinyur
  Date: Tue, 11 May 1999 18:12:27 -0400
  
Dear Bung Jaya,
   
Nampaknya anda 'senang' membuat kesimpulan
 tanpa data. By the way,
semoga diskusi ini tidak terhambat oleh
 sinism.
   
salam,
   
ida
  
  My dearest mbak Ida,
  
  Nampaknya anda 'sedang' membuat kesimpulan tanpa
 data. By the way,
  semoga diskusi ini tidak sekedar lancar karena
 hanya melihat pendapat
  yg senada.
  
  My dearest mbak Ida, pluralisme pendapat di milis
 ini masih jauh lebih
  kecil dari pluralisme di tanah air. Bandingannya
 adalah 577 : 210 juta.
  Untuk mencapai kata sepakat sambil menjunjung
 demokrasi adalah
  sulit. Mbak Ida sudah terjebak satu kali, yaitu
 saat pertama mbak hendak
  membuat kelompok kecil (karena ngambek dengan
 komentar saya).
  Pada saat itu, langkah anda persis yg dilakukan
 oleh Sukarno yang
  kehilangan kesabaran, sehingga menghasilkan
 "demokrasi terpimpin"
  di tahun 1950-an itu. Hal ini terjadi lagi pada
 jaman Suharto.
  Langkah pemenangan Golkar (dengan sasaran
 perolehan suara 90%)
  kan untuk memudahkan pencapaian kata mufakat
 secara cepat.
  Inilah harga dari demokrasi ini, sayangnya mbak
 sebagai calon
  politikus ulung yang ingin melakukan reformasi
 malah melakukan
  hal yg sama dengan yang mau direformasi. Bukankah
 suatu ironi?
  
  Makanya dengan terpaksa jumlah keahlian embak
 saya kurangi 1 point.
  Tadinya 1000 macam menjadi 999 buah keahlian.
 Tapi jangan kawatir,
  999 buah kan jauh lebih banyak dari keahlian saya
 yg cuman 3 buah saja.
  Mau tahu keahlian saya; (1) kritik nggak mutu,
 (2) komentar nggak mutu;
  dan (3) bikin mbak Ida merengut. Hehehe..
  
  Eh, sorry lho kalau pedes, soalnya kita semua di
 milis ini kan sayang
  dengan
  embak (Iya endak rekan-rekan..hehe).
  
  Salam,
  Jaya
  
  
  -- I disapprove of what you say, but I will
   defend to death your right to say it. -
 Voltaire
  
  \\\|///
\\  - -  //
 (  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
  oooO (   )
 (   )  ) /
  \ (  (_/
   \_)
 
 
 
 __
  Get Your Private, Free Email at
 http://www.hotmail.com
 


_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: Untuk Brawijaya(Re: SISTEM PENDIDKAN NASIONAL

1999-05-12 Terurut Topik Agus Suratno

Hee... tadinya saya lebih seneng membaca. Tapi berhubung saran mas Priyo
"nyaris" sama dengan "flatform" saya tentang "merger" antara mba Ida sama
Bung Jaya saya ikutan nulis:

SETUJU.BANGEETTT.

Siapa lagi yang ikutan setuju?


Agus Suratno



 On Wed, 12 May 1999, Priyo Pujiwasono wrote:

 Heh.
 iya nih, Mbak Ida sama Bung Jaya kok jadi "berantem".
 Mbok daripada berantem, gimana kalau "merger" saja?
 Mau apa mau?, atau minimal "koalisi" saja deh.
 Hayo, apa bedanya: merger, koalisi, joint-venture, strategic alliance,
 akuisisi? Pilih yang mana..:)
 Buat Lae Helson: welcome back!..:-)
 Salam,
 ~yo

 --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
  H...
 



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah 
eyang
troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.

Andrew G Pattiwael wrote:

 ketidak tahuan? mungkin.
 tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho...
 Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada
 hubungannya

 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.

 Andrew

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya
  tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering
  digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan
  istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
 
  Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi terus terang
  saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan
  untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini
  sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah
  menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada.
  Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam
  berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini.
  Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
 
  Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih
  lanjut.
 
 
  '
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun
   penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang
   dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam
   dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif,
   jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan
   istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua
   dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah
   juga memakai istilah yang sama.
   Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam
   pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa.
  
   Andrew Pattiwael
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
   
Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang 
tauke
adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila 
sekarang
arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo 
gitu Bung
Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
   
   
   
'--
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Bung Brawi,

 tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
 atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
 keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
 pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
 istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
 Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
 sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
 sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
 panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
 Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.

 Andrew Pattiwael
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)
 



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Vincent Sitindjak

- Original Message -
From: Andrew G Pattiwael
 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.

ya udah tau gitu koq terus aja bolak-balik, kaya ping-pong aja...



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri
tidak terasa.

FNU Brawijaya wrote:

 Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
 WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.

 Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke
 adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang
 arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
 sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
 Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...

 '--
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Bung Brawi,
 
  tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
  atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
  keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
  pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
  istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
  Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
  sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
  sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
  panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
  Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
 
  Andrew Pattiwael
 

 --
 Salam,
 Jaya

 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

Oh...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Andrew G Pattiwael wrote:

 ketidak tahuan? mungkin.
 tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho...
 Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada
 hubungannya

 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.


 Andrew

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya
  tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering
  digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan
  istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
 
  Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi terus terang
  saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan
  untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini
  sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah
  menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada.
  Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam
  berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini.
  Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
 
  Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih
  lanjut.
 
 
  '
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun
   penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang
   dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam
   dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif,
   jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan
   istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua
   dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah
   juga memakai istilah yang sama.
   Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam
   pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa.
  
   Andrew Pattiwael
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
   
Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang 
tauke
adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila 
sekarang
arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo 
gitu Bung
Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
   
   
   
'--
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Bung Brawi,

 tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
 atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
 keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
 pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
 istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
 Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
 sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
 sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
 panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
 Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.

 Andrew Pattiwael
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)
 




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

Ah...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

 he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah 
eyang
 troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.

 Andrew G Pattiwael wrote:

  ketidak tahuan? mungkin.
  tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho...
  Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada
  hubungannya
 
  seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
  tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.
 
  Andrew
 
  On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
 
   Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya
   tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering
   digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan
   istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
  
   Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi terus terang
   saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan
   untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini
   sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah
   menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada.
   Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam
   berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini.
   Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
  
   Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih
   lanjut.
  
  
   '
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun
penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang
dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif,
jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan
istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua
dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah
juga memakai istilah yang sama.
Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam
pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa.
   
Andrew Pattiwael
   
On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
   
 Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
 WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.

 Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang 
tauke
 adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila 
sekarang
 arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
 sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo 
gitu Bung
 Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...



 '--
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Bung Brawi,
 
  tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang 
lain
  atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
  keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
  pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
  istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
  Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
  sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
  sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
  panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
  Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
 
  Andrew Pattiwael
  
   --
   Salam,
   Jaya
  
  
   -- I disapprove of what you say, but I will
   defend to death your right to say it. - Voltaire
  
  \\\|///
\\  - -  //
 (  @ @  )
   oOOo-(_)-oOOo---
   FNU Brawijaya
   Dept of Civil Engineering
   Rensselaer Polytechnic Institute
   mailto:[EMAIL PROTECTED]
   Oooo
  oooO (   )
 (   )  ) /
  \ (  (_/
   \_)
  




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

"Hm..." yang saya berikan untuk menanggapi Daeng Ida ternyata memotivasi
9 (sembilan) orang teman untuk berkomunikasi ke saya lewat jalur
pribadi (10 orang kalau termasuk yang di jalur umum). Ada yang
bernostalgia membahas masa lalu, ada yang hanya bertanya, ada yang
bertanya sekaligus ngasih jawaban, ada yang hanya sekedar membahas
satu istilah, dan ada yang menjelaskan suatu "cara" yang baik. Yang pasti,
ada yang hanya satu atau dua kali kirim e-mail, tapi ada yang sampai
sekarang masih berbalas-balasan.

Terimakasih dan e-mail ini bukan untuk ditanggapi lebih lanjut.

Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

 Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
 macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
 walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
 Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
 Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
sendiri
 tidak terasa.

 FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu 
Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
  
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Dodo D.

ikutan   Ah...  juga

Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
langsung (face to face). Berantem kali ye..??

Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

--- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ah...


 Helson SIAGIAN
 ---
 http://gwu.edu/~siagian
 ---


 On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

  he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
 :) Lagian istilah eyang
  troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
 
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   ketidak tahuan? mungkin.
   tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
 itu lho...
   Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
 nga ada
   hubungannya
  
   seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
 antar
   tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
 saya ini.
  
   Andrew
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
 artinya
tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
 engkong sering
digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
 dengan
istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
   
Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
 terus terang
saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
 yg berlebihan
untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
 ketidaktahuan. Ini
sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
 sehingga malah
menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
 tidak perlu ada.
Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
 keseharian, terutama dalam
berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
 menulis posting ini.
Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
   
Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
 direply lebih
lanjut.
   
   
'
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
 namun
 penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
 Kan yang
 dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
 pengantar dalam
 dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
 yang positif,
 jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
 anda mengunakan
 istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
 orang tua
 dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
 tidak salah
 juga memakai istilah yang sama.
 Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
 semacam
 pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
 bertenggang rasa.

 Andrew Pattiwael

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
 Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
 masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
 bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
 Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
 bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
 istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
 
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
 kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
 tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
 membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
 seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
 panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
 student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
 Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
 mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
   
--
Salam,
Jaya
   
   
-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire
   
   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

hot discussion bukan berarti berantem khan :). Kayak di korsel sama taiwan,
sering juga tuch, anggota parlemennya tonjok-tonjokan.

Dodo D. wrote:

 ikutan   Ah...  juga

 Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
 membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
 langsung (face to face). Berantem kali ye..??

 Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
 dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
 pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

 --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ah...
 
 
  Helson SIAGIAN
  ---
  http://gwu.edu/~siagian
  ---
 
 
  On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:
 
   he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
  :) Lagian istilah eyang
   troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
  
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
ketidak tahuan? mungkin.
tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
  itu lho...
Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
  nga ada
hubungannya
   
seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
  antar
tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
  saya ini.
   
Andrew
   
On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
   
 Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
  artinya
 tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
  engkong sering
 digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
  dengan
 istilah tauke. Artinya ya selalu positif.

 Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
  terus terang
 saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
  yg berlebihan
 untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
  ketidaktahuan. Ini
 sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
  sehingga malah
 menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
  tidak perlu ada.
 Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
  keseharian, terutama dalam
 berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
  menulis posting ini.
 Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?

 Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
  direply lebih
 lanjut.


 '
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
  namun
  penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
  Kan yang
  dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
  pengantar dalam
  dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
  yang positif,
  jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
  anda mengunakan
  istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
  orang tua
  dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
  tidak salah
  juga memakai istilah yang sama.
  Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
  semacam
  pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
  bertenggang rasa.
 
  Andrew Pattiwael
 
  On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
 
   Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
  Patrick kan bukan orang
   WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
  masalah ras.
  
   Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
  bukan, dibilang tauke
   adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
  Tidak tahu bila sekarang
   arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
  bahasa mandarin
   sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
  istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
   Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
  
  
  
   '--
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
Bung Brawi,
   
tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
  'menyindir'  orang lain
atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
  kepada golongan
keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
  tidak semua
pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
  membawa-bawa
istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
  seperti itu.
Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
  panggilan 'cung'
sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
  student,
sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
  Saya rasa
panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
  mengenakkan.
Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
   
Andrew Pattiwael

 --
 Salam,
 Jaya


 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to 

(Voltaire) RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

Dipotong dari Signature-nya Bung Brawi

Saya memang berbeda pendapat dengan Bung Brawi, namun saya harus
menghargai Hak dan Kebebasan Bung Brawi untuk mengeluarkan pendapat

Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Sesuai dengan Kehidupan Demokrasi yang Hakiki
dan tentunya Dijamin oleh UUD 1945

Andrew Pattiwael



(Face-to-face) RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Saya juga pengen tau ya...gimana kalau berdialog sambil bertatap muka,
saya bertatap muka dengan Bung Brawi, Kang Dodo, dan rekan2 lainnnya.
Apa saya bisa sevokal di milist, saat saling berpandang-pandangan,
melihat bagaimana raut muka masing-masing peserta dan tentunya ada
perasaan 'tidak enak' khas Indonesia, dimana sulit bagi saya untuk
'menentang' seniority.

Menepis apa yang pernah dikatakan oleh seorang 'tamu', saat berkunjung
di NU, bahwa pembicaraan di milist internet kebanyakan tidak berisi,
karena pembicara dikebanyakan milist cenderung hanya menggunakan emosi.
(Mungkin apa yang dikatakan oleh Beliau mempunyai kebenaran?)

Andrew Pattiwael



Re: Congratulations

1999-05-12 Terurut Topik Nasrul Indroyono

siip lah

Nasrul


___
Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ...
nggak tau deh...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote:

 ikutan   Ah...  juga

 Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
 membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
 langsung (face to face). Berantem kali ye..??

 Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
 dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
 pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

 --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ah...
 
 
  Helson SIAGIAN
  ---
  http://gwu.edu/~siagian
  ---
 
 
  On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:
 
   he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
  :) Lagian istilah eyang
   troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
  
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
ketidak tahuan? mungkin.
tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
  itu lho...
Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
  nga ada
hubungannya
   
seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
  antar
tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
  saya ini.
   
Andrew
   
On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
   
 Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
  artinya
 tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
  engkong sering
 digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
  dengan
 istilah tauke. Artinya ya selalu positif.

 Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
  terus terang
 saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
  yg berlebihan
 untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
  ketidaktahuan. Ini
 sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
  sehingga malah
 menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
  tidak perlu ada.
 Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
  keseharian, terutama dalam
 berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
  menulis posting ini.
 Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?

 Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
  direply lebih
 lanjut.


 '
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
  namun
  penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
  Kan yang
  dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
  pengantar dalam
  dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
  yang positif,
  jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
  anda mengunakan
  istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
  orang tua
  dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
  tidak salah
  juga memakai istilah yang sama.
  Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
  semacam
  pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
  bertenggang rasa.
 
  Andrew Pattiwael
 
  On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
 
   Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
  Patrick kan bukan orang
   WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
  masalah ras.
  
   Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
  bukan, dibilang tauke
   adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
  Tidak tahu bila sekarang
   arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
  bahasa mandarin
   sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
  istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
   Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
  
  
  
   '--
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
Bung Brawi,
   
tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
  'menyindir'  orang lain
atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
  kepada golongan
keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
  tidak semua
pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
  membawa-bawa
istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
  seperti itu.
Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
  panggilan 'cung'
sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
  student,
sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
  Saya rasa
panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
  mengenakkan.
Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
   
Andrew Pattiwael

 --
 Salam,
 Jaya


 -- I