Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)]
Maap Kang Sulis, First of all, saya perlu tegaskan bahwa saya tidak mewakili institusi lembaga FEUI. Memang banyak individu-individu FEUI yang berkecimpung dimana-mana berkontribusi pemikiran ekonomi, tapi mereka adalah bersifat individual. Saya rasa posisi Anis pun demikian. Nah, masalah idelogi dahulu yang perlu dilihat sebelum diturunkan menjadi kebijakan, hal ini memang kondisi ideal. Tapi, saya agak tidak percaya kebijakan diturunkan murni dari ideologi yg dianut suatu negara. Saya melihat faktor lain, yaitu kepentingan. Kepentingan ini bisa kepentingan penguasa, apalagi di negara oligarki, pasti bisa kepentingan penguasanya; tapi bisa juga kepentingan luas masyarakatnya. Kalau banyak aktivis di Indonesia mengagung-agungkan Evo Morales atau Hugo Chavez karena kebijakannya yang anti asing dan menasionalisasi perusahaan minyak dinegaranya masing-masing; dan menganggap mereka menjalankan kebijakan anti neoliberal; buat saya perlu dilihat juga dari sisi kepentingan Morales dan Chaves sebagai penguasa yg ingin tetap berkuasa. Apakah itu untuk kepentingan rakyatnya, masih sangat diragukan. Menganai tulisan yang diforward Utong, saya tidak perlu menanggapi. Toh, tulisan itu lag-lagi cuma menciptakan stigmasisasi negatif dengan menyebut komprador atau penjual negara kepada Widjojo cs, yg beberapa diantara orang-orang itu saya kenal secara personal maupun secara pemikiran. Tidak ada fakta dan analisa obyektif ditulisan yg difroward Utong itu, tapi lebih ke pembentukan opini saja. dendi --- On Fri, 5/29/09, Sulistiono Kertawacana wrote: From: Sulistiono Kertawacana Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)] To: PPIBelgia@yahoogroups.com Date: Friday, May 29, 2009, 3:32 AM Menarik Bung Utong, ...saya menunggu juga nigh penjelasan dari Bung Dendi dan Bung Anis, sebab Institusi FEUI sangat dominan dalam mewarnai kebijakan ekonomi Indonesia untuk menyebut nama lain sebagai arsitek pembangunan era soeharto yg banyak dikritik berbagai kalangan...ditunggu ya Bung Dendi dan Bung Anis komentarnya hehe Pada 29 Mei 2009 03:02, Furqon Azis menulis: ada postingan menarik yang sayah copi dari milis PPI-India ** Mailing List|Milis Nasional Indonesia PPI-India ** From: heru atmodjo To: temu_er...@ xxx Sent: Friday, July 09, 2004 3:47 PM Subject: Re: [temu_eropa] CATATAN SEORANG KLAYABAN: GURU DAN MURID Sejak Republik Indonesia, yang kita dirikan dan kita bela dengan darah rakyat, jatuh ke tangan komplotan komprador rezim Suharto, memang jarang kita mengangkat masalah mental dan martabat bangsa ini. Foto Camdessus, IMF, di istana Merdeka, melipat tangannya memandang Harto menandatangani perjanjian penjualan bangsa ini, hanya beberapa orang saja bisa dihitung yang menyorot gambaran seorang budak yang memakai predikat presiden dan tuan budaknya IMF . Saya, mendapat pendidikan di Amerika, pendidikan militer di USAF. Klas kami terdiri dari perwira sekutu Amerika, Allied Forces, NATO, CENTO, SEATO dan lainnya. Saya mendapat perintah dari Kepala Staf AU ketika itu untuk tidak menerima uang apapun dari Amerika. Menurut pimpinan saya, kami telah diberi bekal cukup untuk belajar. Cukup, artinya uang saku untuk makan, dan uang buku. Di sekolah, setiap pertengahan bulan siswa-siswa mendapat tambahan uang dari sekolah (dari Amerika), $6.00/hari bagi seorang siswa. Ada dua negara waktu itu yang tidak mau menerimanya, Indonesia dan Burma (waktu itu di bawah U Than). Perwira siswa negara lainnya, Philipina, Muangthai, Taiwan, Jepang, Columbia, Chili, Haiti, Argentina, Belanda, dan sekutu-sekutu AS, lainnya semua menerimanya. Mereka senang. Bahkan seorang perwira Argentina dan negara amerika Latin, dimana rate US$: Peso= 1:30, gajihnya diterima di amerika dengan rate 1:1. Karena itu mereka jadi kaya-kaya. Seorang guru, ia sipil b ukan militer, tapi dari Universitas terkemuka seperti Yale, Harvard, mendekati kami yang tidak pergi ambil uang. Ia tanya: "Apa kalian tidak mau dollar?' tanyanya. Kami, perwira Burma dan Indonesia, menjawab:"Masalahnya bukan tidak suka dollar, kami menolak menjual negara." kata kawan kita dari Burma. Kami menimpali: "Kami suka uang, tapi tidak mau menjual harga diri". Instruktur kami nyengir, dan pergi. Hal demikian, bukan hanya sampai disitu. Kemudian ternyata, itu menjadi penilaian politik guru itu kepada kita. Dalam catatan mereka, kami digolongkan kepada "DIE HARD STUDENTS" Tentang pelajaran di Amerika. Disana pelajaran kita adalah tentang perang nuklir Bagaimana menggunakan bom satu Mega Ton (MT), lima MT, di Uni Soviet, waktu itu. Sedang di Nagasaki dan Hiroshima itu hanya 10 KT. Berapa jangkauan radiasinya, tingkat kerusakan akibat ledakan itu, yang bersifat strategis. Di darat, yang bersifat t
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)]
istem komando atau ada yang >> percaya sistem mekanisme pasar. Kalau ada yang salah, misalnya, dari >> ideologi komunis, itu adalah salah pemimpinnya yang yang kemudian jadi kurup >> dan diktator. Tapi, memang ideologi yang kemudian diturunkan menjadi sistem >> ekonomi-politik, kadang membuat rentan pemimpin atau orang-orangnya >> menyalahgunakan kekuasaan, seperti pada sistem komunis macam Cuba atau Korea >> Utara atau Uni Sovyet dulu. >> >> Nah, masalah sistem apa yang terbaik saya udah tulis perkembangan terakhir >> di note di facebook saya. Saya tidak bicara ideologi, karena ini sangat >> normatif dan abstrak, juga tidak bicara sistem ekonomi politik secara >> langsung karena sangat luas, tapi akan lebih jelas jika kita bicara >> kebijakan. >> >> dendi >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> >> --- On *Thu, 5/28/09, Sulistiono Kertawacana > a...@alumni. ui.ac.id >* wrote: >> >> >> From: Sulistiono Kertawacana > ui.ac.id >> > >> Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY >> (kita dijadikan bangsa bebek) >> To: ppibel...@yahoogrou ps.com >> Date: Thursday, May 28, 2009, 11:18 AM >> >> Tong jadi kampanye terselubung neh hehehe..mana yg kelompok mendukung >> tag line lainnya hehhe ditunbggu nigh komentar BUng Dendi dan Bung Anis hehe >> >> Kind regards, >> Sulistiono Kertawacanahttp://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ >> <http://sulistionokertawacana.blogspot.com/> >> >> >> >> > > > -- > Best regards, > Sulistiono Kertawacana > http://sulistionoke rtawacana. blogspot. > com/<http://sulistionokertawacana.blogspot.com/> > > -- > Kind regards, > Sulistiono Kertawacanahttp://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ > <http://sulistionokertawacana.blogspot.com/> > > > > > -- Best regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionokertawacana.blogspot.com/
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)]
Terima kasih atas postingan dari milis PPI India Itu, Luar biasa Bagus.
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)]
as i dengan tokoh2 ideolog seperti yang sudah diinisisasi pemikirannya sekitar tahun 1947-an (CMIIW) gerakan Neolib oleh Friedrich Von Hayek, Ludwig von Mises, Milton Friedman dan Karl Popper (popper ini bisa dianggap mentornya George Soros kalo gak salah)...mereka ini membentuk Mont Pelerin Society yang kemudian ada semacam cabangnya di Institute of Economic Affairs , London dan Herritage Foundation di Washington DC. Hayek kemudain dapat nobel bidang ekonomi tahun 1974 sedangkan Friedman tahun 1976 Margaret Thatcher.(sedikit banyak mungkin dipengaruhi Keith Joseph yang deket ama Institute of Economic Affairs) .melakukan privatisasi diberbagai sektor yangs ebelumnya dianggap publik sekira tahun 1979 atau awal 1980-an dan disitulah UK sedikit banyak meninggal Negara Kesejaheraan dan meninggalkan aliran Keynesian... . Jadi justru sangat urgent bagi calon pemilih Capres menngusung ideology yg dia anut..ini akan lebih seru...kalo awal2 kemerdekaan ada tokoh amcam Syahrir yang jelas2 ambil posisi partai sosialis...kira2 kenapa ekonomi kerakyatan ini agak segam neybeut sosialis apakah memang beda atau memang alkergis aja thd sebutan sosialis? mohon pencerahannya heheh Pada 28 Mei 2009 15:47, dendi ramdani menulis: Karena udah disebut sama Kang Sulis, jadi enggak enak nih... Ada dua point yng diutarakan Mas Drajat diemail yg diforward Sulis. Pertama tentang bunga yang tinggi, dan fee yg besar untuk underwriter penerbitan surat utang di New York. Kedua, keputusan berutang dengan menerbitkan surat utang. Point yang kedua saya tidak akan komentari dulu disini. Komentar saya untuk poin yang pertama. Ada penjelasan kenapa bunga surat utang (obligasi) pemerintah jauh lebih tinggi dibandingkan surat utang pemerintah AS. Ini karena country risk negara Indonesia jauh lebih besar dari negara AS atau negara maju lainnya. Country risk ini berkaitan dengan semua hal yang mengarah pada kemampuan pemerintah Indonesia membayar utang dan bunganya. Jadi untuk mengkompensasi resiko yang tinggi, maka bunga sebagai imbalan harus juga tinggi. Bisa saja pemerintah menawarkan bunga sama dengan surat utang pemerintah AS, katakanlah 2%. Tapi, dampaknya adalah harga obligasi itu akan turun. Misalnya harga obligasinya tertulis 1 milyar dolar, karena permintaan rendah, maka harga turun. Pada akhirnya, penurunan harga obligasi akan sebesar jumlah untuk mengkompensasi bunga yang rendah tadi (2%). Jadi, tingkat bunga surat obligasi yang tinggi adalah hasil valuasi pihak-pihak yang berminat terhadap obligasi pemerintah RI. Ini penjelasan rasionalnya. Bukan stigmasasi (negatif) neolib... atau apalah... neolib ini bukan ideologi setan yang jelas-jelas setan itu ya koruptor... atau semacam orang pembuat kasus Lapindo atau perusak hutan yang harus di perangi. Sayangnya, banyak orang enggak tahu apa neolib, tapi dipelintir sehingga dia bagaikan setan yang menakutkan. Kalau diperhatikan semua ideologi, baik liberalisme (istilah neoliberal sebetulnya enggak ada dalam literature ekonomi politik, tapi dia lahir sebagai istilah yang digunakan para aktivis anti globalisasi) , maupun sosialisme, komunisme sekalipun mempunyai tujuan yang mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, kemakmuran dan pemerataan. Cuma, mereka punya cara yang berbeda-beda, ada yg pakai sistem komando atau ada yang percaya sistem mekanisme pasar. Kalau ada yang salah, misalnya, dari ideologi komunis, itu adalah salah pemimpinnya yang yang kemudian jadi kurup dan diktator. Tapi, memang ideologi yang kemudian diturunkan menjadi sistem ekonomi-politik, kadang membuat rentan pemimpin atau orang-orangnya menyalahgunakan kekuasaan, seperti pada sistem komunis macam Cuba atau Korea Utara atau Uni Sovyet dulu. Nah, masalah sistem apa yang terbaik saya udah tulis perkembangan terakhir di note di facebook saya. Saya tidak bicara ideologi, karena ini sangat normatif dan abstrak, juga tidak bicara sistem ekonomi politik secara langsung karena sangat luas, tapi akan lebih jelas jika kita bicara kebijakan. dendi --- On Thu, 5/28/09, Sulistiono Kertawacana wrote: From: Sulistiono Kertawacana Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) To: ppibel...@yahoogrou ps.com Date: Thursday, May 28, 2009, 11:18 AM Tong jadi kampanye terselubung neh hehehe..mana yg kelompok mendukung tag line lainnya hehhe ditunbggu nigh komentar BUng Dendi dan Bung Anis hehe Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ -- Best regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ -- Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
akan lebih jelas jika kita bicara > kebijakan. > > dendi > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- On *Thu, 5/28/09, Sulistiono Kertawacana < > sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id>* wrote: > > > From: Sulistiono Kertawacana > Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY > (kita dijadikan bangsa bebek) > To: PPIBelgia@yahoogroups.com > Date: Thursday, May 28, 2009, 11:18 AM > > Tong jadi kampanye terselubung neh hehehe..mana yg kelompok mendukung tag > line lainnya hehhe ditunbggu nigh komentar BUng Dendi dan Bung Anis hehe > > Kind regards, > Sulistiono Kertawacana > http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ > <http://sulistionokertawacana.blogspot.com/> > > > > > -- Best regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionokertawacana.blogspot.com/
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
Karena udah disebut sama Kang Sulis, jadi enggak enak nih... Ada dua point yng diutarakan Mas Drajat diemail yg diforward Sulis. Pertama tentang bunga yang tinggi, dan fee yg besar untuk underwriter penerbitan surat utang di New York. Kedua, keputusan berutang dengan menerbitkan surat utang. Point yang kedua saya tidak akan komentari dulu disini. Komentar saya untuk poin yang pertama. Ada penjelasan kenapa bunga surat utang (obligasi) pemerintah jauh lebih tinggi dibandingkan surat utang pemerintah AS. Ini karena country risk negara Indonesia jauh lebih besar dari negara AS atau negara maju lainnya. Country risk ini berkaitan dengan semua hal yang mengarah pada kemampuan pemerintah Indonesia membayar utang dan bunganya. Jadi untuk mengkompensasi resiko yang tinggi, maka bunga sebagai imbalan harus juga tinggi. Bisa saja pemerintah menawarkan bunga sama dengan surat utang pemerintah AS, katakanlah 2%. Tapi, dampaknya adalah harga obligasi itu akan turun. Misalnya harga obligasinya tertulis 1 milyar dolar, karena permintaan rendah, maka harga turun. Pada akhirnya, penurunan harga obligasi akan sebesar jumlah untuk mengkompensasi bunga yang rendah tadi (2%). Jadi, tingkat bunga surat obligasi yang tinggi adalah hasil valuasi pihak-pihak yang berminat terhadap obligasi pemerintah RI. Ini penjelasan rasionalnya. Bukan stigmasasi (negatif) neolib... atau apalah... neolib ini bukan ideologi setan yang jelas-jelas setan itu ya koruptor... atau semacam orang pembuat kasus Lapindo atau perusak hutan yang harus di perangi. Sayangnya, banyak orang enggak tahu apa neolib, tapi dipelintir sehingga dia bagaikan setan yang menakutkan. Kalau diperhatikan semua ideologi, baik liberalisme (istilah neoliberal sebetulnya enggak ada dalam literature ekonomi politik, tapi dia lahir sebagai istilah yang digunakan para aktivis anti globalisasi), maupun sosialisme, komunisme sekalipun mempunyai tujuan yang mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, kemakmuran dan pemerataan. Cuma, mereka punya cara yang berbeda-beda, ada yg pakai sistem komando atau ada yang percaya sistem mekanisme pasar. Kalau ada yang salah, misalnya, dari ideologi komunis, itu adalah salah pemimpinnya yang yang kemudian jadi kurup dan diktator. Tapi, memang ideologi yang kemudian diturunkan menjadi sistem ekonomi-politik, kadang membuat rentan pemimpin atau orang-orangnya menyalahgunakan kekuasaan, seperti pada sistem komunis macam Cuba atau Korea Utara atau Uni Sovyet dulu. Nah, masalah sistem apa yang terbaik saya udah tulis perkembangan terakhir di note di facebook saya. Saya tidak bicara ideologi, karena ini sangat normatif dan abstrak, juga tidak bicara sistem ekonomi politik secara langsung karena sangat luas, tapi akan lebih jelas jika kita bicara kebijakan. dendi --- On Thu, 5/28/09, Sulistiono Kertawacana wrote: From: Sulistiono Kertawacana Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) To: PPIBelgia@yahoogroups.com Date: Thursday, May 28, 2009, 11:18 AM Tong jadi kampanye terselubung neh hehehe..mana yg kelompok mendukung tag line lainnya hehhe ditunbggu nigh komentar BUng Dendi dan Bung Anis hehe Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
wah ude pake jargon2 nih temen2 he2 Kalo gw sih dulu males pake mega pro, soalnya bagusan tiger lebih mantab and macho he2..g nyambung sama materi diskusi... Tio From: M Roil Bilad To: PPIBelgia@yahoogroups.com Sent: Thursday, May 28, 2009 10:16:26 AM Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) Lebih cepat memang lebih baik menuju kemandirian bangsa!!!
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
Lebih cepat memang lebih baik menuju kemandirian bangsa!!!
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
cerita oh mama oh papa kayak di majalah kartini jaman baheula... salam, bagusco --- On Thu, 5/28/09, Furqon Azis wrote: From: Furqon Azis Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) To: PPIBelgia@yahoogroups.com Date: Thursday, May 28, 2009, 2:32 PM cerpen nya ga ada euy, klo cerbung gmana ? hehehe -utong- .
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
cerpen nya ga ada euy, klo cerbung gmana ? hehehe -utong- From: bagusco To: PPIBelgia@yahoogroups.com Sent: Thursday, May 28, 2009 9:24:14 AM Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) cer-pen ada gak Pak Utong? panjang pisan euy... salam, bagusco --- On Thu, 5/28/09, Furqon Azis wrote: From: Furqon Azis Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) To: ppibel...@yahoogrou ps.com Date: Thursday, May 28, 2009, 2:00 PM Saya setuju "lebih cepat lebih baik" negara kita tercinta berhenti hutang, tp gimenong?? cerita uang dulu ah Uang dalam sebuah masyarakat ibarat darah di dalam tubuh manusia. Kelebihan atau kekurangannya akan menyebabkan tekanan tinggi dan rendah (inflasi dan deflasi). Pemerintah, sebagai sebuah institusi, bisa mendapatkan uang lewat beberapa cara, seperti: • Setoran dividen dari perusahaan milik negara (BUMN). • Penerbitan berbagai jenis surat hutang. • Pajak. Kalau orang biasa ditanya berapa banyak uang beredar yang sepantasnya ada dalam sebuah masyarakat, jawaban logisnya adalah tergantung berapa banyak BARANG DAN JASA yang sanggup diperdagangkan oleh komunitas tersebut dalam perdagangan sehari-hari mereka. Tetapi siapa sebenarnya yang menentukan jumlah uang beredar, dan bagaimana uang diedarkan? Karena uang hanyalah medium pertukaran barang dan jasa di dalam komunitas tersebut, untuk melayani masyarakat tersebut, logisnya adalah tak seorangpun yang berhak mengambil keuntungan dari pengadaan uang. Orang yang berproduksi pantas mendapatkan uang, dan orang yang tidak berproduksi tidak mendapatkan apa-apa. Petani menghasilkan hasil tani, nelayan mencari ikan dan hasil laut, penenun kain membuat pakaian, tukang masak mengolah hasil tani menjadi makanan, tukang kayu membuat bangunan dan perkakas rumah, orang-orang terdidik menjadi guru di sekolah, dll. Semua orang mengerjakan dan memberikan kontribusi ke masyarakat sesuai kemampuannya. Uang harusnya diciptakan OLEH komunitas tersebut UNTUK melayani komunitas tersebut. Tetapi kemudian sekelompok kecil anggota komunitas tersebut, yang diberkati dengan daya pikir yang lebih tajam, sekaligus keserakahan yang tak terhingga, memahami bahwa mereka bisa TIDAK memberikan kontribusi apapun tetapi memiliki segala-galanya di masyarakat tersebut. Kelompok ini adalah "Pengada (Pencipta) Medium Uang." Kalau demi memiliki uang dan menghindari sistem bartel yang merepotkan, masyarakat tersebut rela MEMINJAM uang kepada kelompok tersebut, maka masyarakat ini secara de facto telah menjadi budak abadi dari kelompok pencipta uang itu. Misalkan : masyarakat ini terdiri dari 100 penduduk. Ada yang jadi petani, nelayan, tukang kayu, penenun kain, tukang masak, penambang, guru dll. Kemudian sang Pencipta Uang, katakanlah seorang penambang emas, berhasil membujuk masyarakat tersebut untuk menggunakan koin emas buatannya sebagai medium pertukaran (uang). Semua orang membeli emas darinya, dan sebagai gantinya memberikan barang / jasa tertentu kepadanya. Yang lain, karena tidak memiliki barang, akhirnya harus meminjam kepada tukang emas tersebut. Bila tukang emas ini meminjamkan 1000 koin emas dan menagih 5% bunga kepada masyarakat ini, maka tanpa menggunakan hukum bunga-berbunga sekalipun, dalam waktu 20 tahun tukang emas ini akan memiliki semua koin emas dia kembali, dan masyarakat ini masih tetap berhutang 1000 koin emas kepadanya. Saat itu, tak satu pun koin beredar di masyarakat, sehingga tidak mungkin masyarakat tersebut sanggup membayar. Tentu saja, dalam prakteknya, memasuki tahun ke-2 sekalipun tukang emas tersebut sudah harus meminjamkan koin emasnya kepada anggota masyarakat ini, tukang emas ini tidak ingin bunga yang dia terima membuat suplai uang di masyarakat menurun, karena nantinya skema ini akan terbongkar. Penurunan suplai uang di komunitas manapun selalu menciptakan resesi / depresi ekonomi. Agar sistem ini tidak gagal, komunitas tersebut harus terus mengajukan pinjaman baru, agar saat bunga / cicilan pokok pinjaman lama dibayarkan, suplai uang di komunitas tersebut tidak berkurang. Tidak masalah medium apa yang Anda gunakan sebagai uang, selama sang pencipta uang adalah pemilik medium uang (bukannya masyarakat itu sendiri) dan berhak menagih bunga atas pinjamannya, masyarakat ini tidak akan pernah sanggup melepaskan diri dari perbudakan bunga, siklus inflasi dan resesi. Pihak yang paling berkepentingan agar emas menjadi medium pertukaran uang, bisa Anda yakin bahwa dia pasti memiliki banyak emas yang ingin dia jual atau pinjamkan. Inilah satu-satunya motivasi dia untuk mempromosikan emas sebagai uang. Karena kemampuan komunitas tersebut untuk berhutang ada batasnya, dan akibat bunga pinjaman yang harus mereka bayarkan, sebagian anggota komunitas tersebut pun jatuh miskin pada tahun-tahun p
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
cer-pen ada gak Pak Utong? panjang pisan euy... salam, bagusco --- On Thu, 5/28/09, Furqon Azis wrote: From: Furqon Azis Subject: Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek) To: PPIBelgia@yahoogroups.com Date: Thursday, May 28, 2009, 2:00 PM Saya setuju "lebih cepat lebih baik" negara kita tercinta berhenti hutang, tp gimenong?? cerita uang dulu ah Uang dalam sebuah masyarakat ibarat darah di dalam tubuh manusia. Kelebihan atau kekurangannya akan menyebabkan tekanan tinggi dan rendah (inflasi dan deflasi). Pemerintah, sebagai sebuah institusi, bisa mendapatkan uang lewat beberapa cara, seperti: • Setoran dividen dari perusahaan milik negara (BUMN). • Penerbitan berbagai jenis surat hutang. • Pajak. Kalau orang biasa ditanya berapa banyak uang beredar yang sepantasnya ada dalam sebuah masyarakat, jawaban logisnya adalah tergantung berapa banyak BARANG DAN JASA yang sanggup diperdagangkan oleh komunitas tersebut dalam perdagangan sehari-hari mereka. Tetapi siapa sebenarnya yang menentukan jumlah uang beredar, dan bagaimana uang diedarkan? Karena uang hanyalah medium pertukaran barang dan jasa di dalam komunitas tersebut, untuk melayani masyarakat tersebut, logisnya adalah tak seorangpun yang berhak mengambil keuntungan dari pengadaan uang. Orang yang berproduksi pantas mendapatkan uang, dan orang yang tidak berproduksi tidak mendapatkan apa-apa. Petani menghasilkan hasil tani, nelayan mencari ikan dan hasil laut, penenun kain membuat pakaian, tukang masak mengolah hasil tani menjadi makanan, tukang kayu membuat bangunan dan perkakas rumah, orang-orang terdidik menjadi guru di sekolah, dll. Semua orang mengerjakan dan memberikan kontribusi ke masyarakat sesuai kemampuannya. Uang harusnya diciptakan OLEH komunitas tersebut UNTUK melayani komunitas tersebut. Tetapi kemudian sekelompok kecil anggota komunitas tersebut, yang diberkati dengan daya pikir yang lebih tajam, sekaligus keserakahan yang tak terhingga, memahami bahwa mereka bisa TIDAK memberikan kontribusi apapun tetapi memiliki segala-galanya di masyarakat tersebut. Kelompok ini adalah "Pengada (Pencipta) Medium Uang." Kalau demi memiliki uang dan menghindari sistem bartel yang merepotkan, masyarakat tersebut rela MEMINJAM uang kepada kelompok tersebut, maka masyarakat ini secara de facto telah menjadi budak abadi dari kelompok pencipta uang itu. Misalkan : masyarakat ini terdiri dari 100 penduduk. Ada yang jadi petani, nelayan, tukang kayu, penenun kain, tukang masak, penambang, guru dll. Kemudian sang Pencipta Uang, katakanlah seorang penambang emas, berhasil membujuk masyarakat tersebut untuk menggunakan koin emas buatannya sebagai medium pertukaran (uang). Semua orang membeli emas darinya, dan sebagai gantinya memberikan barang / jasa tertentu kepadanya. Yang lain, karena tidak memiliki barang, akhirnya harus meminjam kepada tukang emas tersebut. Bila tukang emas ini meminjamkan 1000 koin emas dan menagih 5% bunga kepada masyarakat ini, maka tanpa menggunakan hukum bunga-berbunga sekalipun, dalam waktu 20 tahun tukang emas ini akan memiliki semua koin emas dia kembali, dan masyarakat ini masih tetap berhutang 1000 koin emas kepadanya. Saat itu, tak satu pun koin beredar di masyarakat, sehingga tidak mungkin masyarakat tersebut sanggup membayar. Tentu saja, dalam prakteknya, memasuki tahun ke-2 sekalipun tukang emas tersebut sudah harus meminjamkan koin emasnya kepada anggota masyarakat ini, tukang emas ini tidak ingin bunga yang dia terima membuat suplai uang di masyarakat menurun, karena nantinya skema ini akan terbongkar. Penurunan suplai uang di komunitas manapun selalu menciptakan resesi / depresi ekonomi. Agar sistem ini tidak gagal, komunitas tersebut harus terus mengajukan pinjaman baru, agar saat bunga / cicilan pokok pinjaman lama dibayarkan, suplai uang di komunitas tersebut tidak berkurang. Tidak masalah medium apa yang Anda gunakan sebagai uang, selama sang pencipta uang adalah pemilik medium uang (bukannya masyarakat itu sendiri) dan berhak menagih bunga atas pinjamannya, masyarakat ini tidak akan pernah sanggup melepaskan diri dari perbudakan bunga, siklus inflasi dan resesi. Pihak yang paling berkepentingan agar emas menjadi medium pertukaran uang, bisa Anda yakin bahwa dia pasti memiliki banyak emas yang ingin dia jual atau pinjamkan. Inilah satu-satunya motivasi dia untuk mempromosikan emas sebagai uang. Karena kemampuan komunitas tersebut untuk berhutang ada batasnya, dan akibat bunga pinjaman yang harus mereka bayarkan, sebagian anggota komunitas tersebut pun jatuh miskin pada tahun-tahun pembayaran berikutnya. Manusia, sebagai makluk sosial, menyadari bahwa anggota masyarakat yang tidak beruntung ini tidak bisa dibiarkan begitu saja dan perlu dibantu. Maka diciptakanlah sebuah institusi sederhana untuk membantu mereka, yaitu Pemerintah, yang juga akan berfungsi untuk m
Re: [PPIBelgia] Fwd: [jurnalisme] Contoh PRAKTIK Neolib era SBY (kita dijadikan bangsa bebek)
Saya setuju "lebih cepat lebih baik" negara kita tercinta berhenti hutang, tp gimenong?? cerita uang dulu ah Uang dalam sebuah masyarakat ibarat darah di dalam tubuh manusia. Kelebihan atau kekurangannya akan menyebabkan tekanan tinggi dan rendah (inflasi dan deflasi). Pemerintah, sebagai sebuah institusi, bisa mendapatkan uang lewat beberapa cara, seperti: • Setoran dividen dari perusahaan milik negara (BUMN). • Penerbitan berbagai jenis surat hutang. • Pajak. Kalau orang biasa ditanya berapa banyak uang beredar yang sepantasnya ada dalam sebuah masyarakat, jawaban logisnya adalah tergantung berapa banyak BARANG DAN JASA yang sanggup diperdagangkan oleh komunitas tersebut dalam perdagangan sehari-hari mereka. Tetapi siapa sebenarnya yang menentukan jumlah uang beredar, dan bagaimana uang diedarkan? Karena uang hanyalah medium pertukaran barang dan jasa di dalam komunitas tersebut, untuk melayani masyarakat tersebut, logisnya adalah tak seorangpun yang berhak mengambil keuntungan dari pengadaan uang. Orang yang berproduksi pantas mendapatkan uang, dan orang yang tidak berproduksi tidak mendapatkan apa-apa. Petani menghasilkan hasil tani, nelayan mencari ikan dan hasil laut, penenun kain membuat pakaian, tukang masak mengolah hasil tani menjadi makanan, tukang kayu membuat bangunan dan perkakas rumah, orang-orang terdidik menjadi guru di sekolah, dll. Semua orang mengerjakan dan memberikan kontribusi ke masyarakat sesuai kemampuannya. Uang harusnya diciptakan OLEH komunitas tersebut UNTUK melayani komunitas tersebut. Tetapi kemudian sekelompok kecil anggota komunitas tersebut, yang diberkati dengan daya pikir yang lebih tajam, sekaligus keserakahan yang tak terhingga, memahami bahwa mereka bisa TIDAK memberikan kontribusi apapun tetapi memiliki segala-galanya di masyarakat tersebut. Kelompok ini adalah "Pengada (Pencipta) Medium Uang." Kalau demi memiliki uang dan menghindari sistem bartel yang merepotkan, masyarakat tersebut rela MEMINJAM uang kepada kelompok tersebut, maka masyarakat ini secara de facto telah menjadi budak abadi dari kelompok pencipta uang itu. Misalkan : masyarakat ini terdiri dari 100 penduduk. Ada yang jadi petani, nelayan, tukang kayu, penenun kain, tukang masak, penambang, guru dll. Kemudian sang Pencipta Uang, katakanlah seorang penambang emas, berhasil membujuk masyarakat tersebut untuk menggunakan koin emas buatannya sebagai medium pertukaran (uang). Semua orang membeli emas darinya, dan sebagai gantinya memberikan barang / jasa tertentu kepadanya. Yang lain, karena tidak memiliki barang, akhirnya harus meminjam kepada tukang emas tersebut. Bila tukang emas ini meminjamkan 1000 koin emas dan menagih 5% bunga kepada masyarakat ini, maka tanpa menggunakan hukum bunga-berbunga sekalipun, dalam waktu 20 tahun tukang emas ini akan memiliki semua koin emas dia kembali, dan masyarakat ini masih tetap berhutang 1000 koin emas kepadanya. Saat itu, tak satu pun koin beredar di masyarakat, sehingga tidak mungkin masyarakat tersebut sanggup membayar. Tentu saja, dalam prakteknya, memasuki tahun ke-2 sekalipun tukang emas tersebut sudah harus meminjamkan koin emasnya kepada anggota masyarakat ini, tukang emas ini tidak ingin bunga yang dia terima membuat suplai uang di masyarakat menurun, karena nantinya skema ini akan terbongkar. Penurunan suplai uang di komunitas manapun selalu menciptakan resesi / depresi ekonomi. Agar sistem ini tidak gagal, komunitas tersebut harus terus mengajukan pinjaman baru, agar saat bunga / cicilan pokok pinjaman lama dibayarkan, suplai uang di komunitas tersebut tidak berkurang. Tidak masalah medium apa yang Anda gunakan sebagai uang, selama sang pencipta uang adalah pemilik medium uang (bukannya masyarakat itu sendiri) dan berhak menagih bunga atas pinjamannya, masyarakat ini tidak akan pernah sanggup melepaskan diri dari perbudakan bunga, siklus inflasi dan resesi. Pihak yang paling berkepentingan agar emas menjadi medium pertukaran uang, bisa Anda yakin bahwa dia pasti memiliki banyak emas yang ingin dia jual atau pinjamkan. Inilah satu-satunya motivasi dia untuk mempromosikan emas sebagai uang. Karena kemampuan komunitas tersebut untuk berhutang ada batasnya, dan akibat bunga pinjaman yang harus mereka bayarkan, sebagian anggota komunitas tersebut pun jatuh miskin pada tahun-tahun pembayaran berikutnya. Manusia, sebagai makluk sosial, menyadari bahwa anggota masyarakat yang tidak beruntung ini tidak bisa dibiarkan begitu saja dan perlu dibantu. Maka diciptakanlah sebuah institusi sederhana untuk membantu mereka, yaitu Pemerintah, yang juga akan berfungsi untuk mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Tetapi, karena dari tahun ke tahun semakin banyak uang yang diperlukan untuk membantu anggota masyarakat yang tidak beruntung ini, skala pemerintah dan uang yang diperlukan untuk membiayai mereka pun terus bertambah besar. Pemerintah, yang didirikan untuk menjadi penolong, perlahan-lahan justru berubah menjadi penodon