[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On Thursday 27 October 2005 04:07, Budi Rahardjo wrote: Bagaimana cara terbaik melakukan sinkronisasi database dengan situs web yang saya gunakan sebagai production? (Katanya pakai fitur replikasi?) Bagaimana kalau di tempat production nama database dan userid berbeda? (Dan saya tidak punya akses root atau DBA di production tersebut.) Kalau untuk MySQL, Jadi di tempat pak Budi adalah master dan production adalah slave, untuk di Master, harus mempunyai hak akses root, karena untuk memberi ijin kepada si user replikasi untuk melakukan replikasi. Dan di Slave diperlukan juga hak ases root untuk jalankan start slave, dan harus dapat akses untuk mengedit my.cnf. Userid replikasi bisa beda, tapi untuk nama database sepertinya haruslah sama. Untuk PostgreSQL ada beberapa yang bagus, untuk replikasi per database bisa pakai slony-i, atau untuk keseluruhan database bisa pakai pgcluster. dua-duanya setau saya harus mempunyai akses untuk administrasi untuk createuser dan edit konfigurasi file postgresql. -- Indra PT. Verinux Linux System http://www.verinux.com - Technology in a smart way http://www.rtrw.net - Internet untuk Semua
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On Thursday 27 October 2005 11:07, Budi Rahardjo wrote: Saya masih mencari CMS yang cocok untuk saya :) #1: Yang paling banyak saya temui adalah menggunakan database (MySQL atau Postgres) dan PHP sebagai back-end. Terus terang saya agak khawatir dengan PHP + db ini karena sering sekali terjadi masalah security. Dulu beberapa kali saya kena masalah ketika menggunakan phpnuke. Nah, saya tetap khawatir kalau ada masalah dengan db maka hancurlah semua yang sudah dibangun. :( Atau, mau tidak mau, terpaksa saya harus juga mengamati dan menekuni pengelolan MySQL itu. Bagaimana pendapat rekan-rekan sekalian? Apakah memang state of the art dari CMS harus menggunakan database? Dan apakah database sekarang sudah jauh lebih aman daripada beberapa tahun yang lalu? [Catatan: saya juga sudah bermain-main dengan MT menggunakan Berkeley DB.] Masalahnya bukan di databasenya. Databasenya sendiri relatif secure asalkan pemilik servernya rajin2 update. Yang umum jadi masalah adalah cara mengakses databasenya sehingga mudah dikerjai pakai SQL injection. IMHO, sumber masalahnya adalah API database PHP yang terlalu memudahkan kesalahan pemrograman dan juga dokumentasi2 (buku, googling) juga banyak yang mengandung kesalahan. Pendeknya, masalah ada di CMS-nya (atau di PHP-nya), bukan di databasenya. CMS dibuat menggunakan database dengan alasan yang sama CMS-nya dibuat pakai PHP dan bukan pakai assembler :) #2: Kalau misalnya saya ingin mengelola CMS di desktop saya (running Linux) dengan menggunakan MySQL secara offline, kemudian update ke remote. (Ala rsync, gitu.) Bagaimana cara terbaik melakukan sinkronisasi database dengan situs web yang saya gunakan sebagai production? (Katanya pakai fitur replikasi?) Bagaimana kalau di tempat production nama database dan userid berbeda? (Dan saya tidak punya akses root atau DBA di production tersebut.) bisa aja: - dump database lokal - rsync hasil dump ke remote server - load hasil dump di remote server yang jadi masalah kalau update dilakukan pada dua sisi, nah ini harus mikir lagi gimana caranya :) #3: Saya masih ngotot ingin menggunakan static files saja karena takut mengganggu kinerja dari server. Apakah ketakutan saya ini beralasan? tergantung, loadnya seperti apa? :) -- http://priyadi.net
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
Budi Rahardjo wrote: Saya masih mencari CMS yang cocok untuk saya :) #2: Kalau misalnya saya ingin mengelola CMS di desktop saya (running Linux) dengan menggunakan MySQL secara offline, kemudian update ke remote. (Ala rsync, gitu.) Bagaimana cara terbaik melakukan sinkronisasi database dengan situs web yang saya gunakan sebagai production? (Katanya pakai fitur replikasi?) Bagaimana kalau di tempat production nama database dan userid berbeda? (Dan saya tidak punya akses root atau DBA di production tersebut.) #3: Saya masih ngotot ingin menggunakan static files saja karena takut mengganggu kinerja dari server. Apakah ketakutan saya ini beralasan? Ini sih sekedar ide saja. Pakai CMS yang anda anggap paling mudah untuk di set up. CMS itu terserah mau pakai teknologi apa. Install CMS ini di mesin lokal anda. Isi contentnya. Lalu gunakan HTTrack untuk sedot CMS tersebut dan merubahnya menjadi halaman web statik. Tehnik ini mensyaratkan CMS yang URL nya mudah di konversi jadi halaman web statik. Nah situs web statik ini lalu di upload ke CVS server di situs publik yang anda inginkan. Lalu anda checkout dari CVS tersebut ke direktori situs web publik anda. Jadi di lokal anda mengisi ke CMS lokal anda tapi waktu upload anda konversi dulu ke halaman statik pakai HTTrack lalu upload pakai CVS. Dengan bantuan CVS maka hanya akan diupload halaman web yang berubah saja. Lalu di situs public anda tinggal melakukan update dari CVS. Kalau misalnya anda mahir Perl atau teman anda mahir Perl maka mungkin kerjaan konversi dan update situs ini bisa di jadikan 1 atau 2 script Perl dan anda tinggal panggil scriptnya. Nah mungkin cara ini memenuhi keinginan anda. Bagaimana?
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On 10/27/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: [Catatan: saya juga sudah bermain-main dengan MT menggunakan Berkeley DB.] Sedikit ada yang terlewat: kalau mau mencoba RDBMS yang berbasis berkas tunggal, bisa dicoba SQLite. Banyak pemakai MT tingkat lanjut yang menyarankan pemakaian SQLite sebagai alternatif menengah di antara Berkeley DB dan MySql. Ringan, lebih aman (karena tidak perlu koneksi lewat soket), dan cukup ditangani oleh sebuah berkas. -- amal
[teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq
On 10/27/05, adi [EMAIL PROTECTED] wrote: ... MM misalnya. katanya SPP mahal karena memang biaya pendidikan itu mahal, lah ini kan praktis modal abab doang juga masih mahal. Maksudnya modal adab doang itu bagaimana? ;-) ... Anyway, belum tentu yang SPP-nya mahal tidak punya public accountability. Justru itu perlu diukur. Saya bukannya alergi dengan pengukuran dan public accountability (meskipun saya tidak tahu maksudnya public accountability ini seperti apa). Justru sebaliknya. ;-) Bahkan, ketika saya diangkat menjadi Direktur salah satu pusat penelitian di ITB, fokus utama saya adalah membuat indikator dan kriteria keberhasilan sebuah pusat penelitian. Tidak bisa seseorang membuat klaim pusat penelitian tanpa ada ukuran yang jelas. Waktu itu saya coba membuat beberapa indikator; - teknologi (berapa banyak karya ilmiah, paten/haki, produk, dll) - people (berapa banyak SDM, latar belakang pendidikan, kemampuan. gak lucu kalau ada yang anggotanya hanya satu orang kan? kemudian bagaimana karir SDMnya) - proses (bagaimana pengelolaan/management sehari-hari, proses pengambilan keputusan, dsb.) - finansial (berapa pemasukan baik dari riset, layanan, dll.) Tidak semua harus bagus, tapi harus diukur untuk melihat kemajuan (atau kemunduran). Harus jujur terhadap diri sendiri. Ternyata untuk mengukur hal yang di atas, tidak mudah. :( Begitu ... -- budi
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On Thu, Oct 27, 2005 at 02:38:20PM +0700, Priyadi Iman Nurcahyo wrote: Masalahnya bukan di databasenya. Databasenya sendiri relatif secure asalkan pemilik servernya rajin2 update. kalau pakai statik html kan mestinya tidak perlu rajin-rajin update :-)) jadi tidak ada ya cms, yang free, yang bisa generate static html. bbrp kali ketemu di google tapi komersial. saya lagi berpikir soal pemberbedayaan konten lokal ... Salam, P.Y. Adi Prasaja
[teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq
On Thu, Oct 27, 2005 at 11:10:04PM +0700, Budi Rahardjo wrote: MM misalnya. katanya SPP mahal karena memang biaya pendidikan itu mahal, lah ini kan praktis modal abab doang juga masih mahal. Maksudnya modal adab doang itu bagaimana? ;-) tidak butuh sarana-prasarana pendidikan yang mahal. kecuali kuliah di hotel bintang 6 kali he..he.. jadi gak jelas, ini pendidikan bisnis atau bisnis pendidikan. Saya bukannya alergi dengan pengukuran dan public accountability (meskipun saya tidak tahu maksudnya public accountability ini seperti apa). Justru sebaliknya. ;-) public accountibility satu perguruan tinggi (bukan hanya PT), menurut saya, segala hal yang berkaitan dengan pencapaian 'target'/kontribusi sesuai dengan tujuan keberadaan perguruan tinggi yang bersangkutan terhadap arah pembangunan nasional dan masyarakat. tidak usah terlalu terjebak ke details, toh bukan kita yang berhak memutuskan :-) minimal kalau ada kesempatan 'sounding', yang seperti ini bisa dipikirkan bersama, melibatkan pemerintah dan masyarakat (LSM?). kalau boleh saya sederhanakan dengan contoh: kalau arah pembangunan nasional adalah UKM, maka, whatever fakultas/mata kuliah yang mengajarkan bagaimana cara membuka kafe di planet mars harus ditutup. perlu diingat ini tidak 'statis', akan selalu berubah (seperti kurikulum lah). intinya, mengukur apakah satu perguruan tinggi (masih) perlu ada atau tidak. karena secara de facto, bargain perguruan tinggi ini *besar* sekali. bayangkan kursus komputer wordstar misalnya, otomatis tidak akan laku sekarang, dan kalau nekad bisa gulung tikar. sekarang kalau perguruan tinggi mengajarkan wordstar, untuk mendapatkan gelar sarjana (ini misalnya, misalnya, misalnya), akan ikutan gulung tikar? tidak bukan? padahal demand ijasah masih tinggi dan itu menentukan posisi seseorang di lapangan pekerjaan, politik dll. (belum lagi kalau itu 'diabuse', misalnya kuliah naik pangkat dlsb, bagaimana akreditasi perguruan tinggi tempat dosen menuntut ilmu untuk memenuhi statuta, dlsb). untuk ini orang-orang yang cukup kritis dan rajin melakukan 're-questioning' seperti budi rahardjo, ibam, onno, made *) dan mungkin orang-orang dengan kredibilitas yang jelas dari bidang lain sangat dibutuhkan. ini kan bukan soal analisis metadata foto bugil (bule gila hi..hi..) demi popularitas atau melacak keberadaan handphone seken yang paling murah. kalau tidak ya sudah capek-capek, going nowhere lah... gimana pak? :-) mestinya tanggung jawab atas keberadaan PT itu besar dan harus jelas, harus 'kental'. dan yang lebih penting, barangkali, perlu diundang-undangkan. Ternyata untuk mengukur hal yang di atas, tidak mudah. :( Begitu ... iya. setelah beberapa puluh tahun Pak ... saya termasuk orang yang masih yakin bahwa perubahan bangsa ini (masih) bisa di-drive dari perguruan tinggi. seperti pak budi bilang. susah cari orang yang bisa berpikir logis. that's it. Salam, P.Y. Adi Prasaja *) bias sekali ya hi..hi..
[teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq
intinya, mengukur apakah satu perguruan tinggi (masih) perlu ada atau tidak. karena secara de facto, bargain perguruan tinggi ini *besar* sekali. bayangkan kursus komputer wordstar misalnya, otomatis tidak akan laku sekarang, dan kalau nekad bisa gulung tikar. sekarang kalau perguruan tinggi mengajarkan wordstar, untuk mendapatkan gelar sarjana (ini misalnya, misalnya, misalnya), akan ikutan gulung tikar? tidak bukan? padahal demand ijasah masih tinggi dan itu menentukan posisi seseorang di lapangan pekerjaan, politik dll. (belum lagi kalau itu 'diabuse', misalnya kuliah naik pangkat dlsb, bagaimana akreditasi perguruan tinggi tempat dosen menuntut ilmu untuk memenuhi statuta, dlsb). Memangnya masih ada SMA atau PT yang mengajarkan Wordstar,Lotus 123 atau Dbase ? Terus programingnya masih pakai pascal ? :) Carlos
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On Thu, Oct 27, 2005 at 07:33:58PM +0700, Ikhlasul Amal wrote: Ringan, lebih aman (karena tidak perlu koneksi lewat soket), dan cukup ditangani oleh sebuah berkas. ups .. tidak. RDBMS lebih 'aman' :-) misalnya orang menggunakan apache+php+sqlite, itu sama saja dengan menjadikan apache sebagai database server (sqlite embedded). tidak ada process separation, tidak ada autentifikasi, bagaimana bisa lebih aman :-) kalau dibilang lebih 'aman' maksudnya kualitas source codes, ya tentu saja, secara teoritis, source codes yang lebih pendek lebih secure he..he.. Salam, P.Y. Adi Prasaja
[teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq
lah, apa India nggak lebih pusing tuh? India miskinnya *lebih* dari Indonesia. bulan lalu saya ke New Delhi. [dan ke old Delhi] sopir three-wheeler (bajay) turun dari bajaynya terus kencing di pinggir jalan. he he he. kumuh. penduduknya lebih banyak dari Indonesia. korupsi di sana juga jalan tuh. tapi toh Bangalore tetap jalan. Ini buktinya kalau dari infrastruktur,ketersediaan fasilitas,dll sih Indonesia masih lebih baik dari India: http://timesofindia.indiatimes.com/articleshow/msid-1275783,curpg-1.cms Kalau dari sisi struktur kota sih,sebenarnya kota yg paling baik di India sekalipun (Bangalore) memang tidak siap/fit untuk menampung ratusan persh yang pindah kesana. Carlos
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On Friday 28 October 2005 02:26, adi wrote: On Thu, Oct 27, 2005 at 07:33:58PM +0700, Ikhlasul Amal wrote: Ringan, lebih aman (karena tidak perlu koneksi lewat soket), dan cukup ditangani oleh sebuah berkas. ups .. tidak. RDBMS lebih 'aman' :-) misalnya orang menggunakan apache+php+sqlite, itu sama saja dengan menjadikan apache sebagai database server (sqlite embedded). tidak ada process separation, tidak ada autentifikasi, bagaimana bisa lebih aman tergantung pemakaian juga, untuk sistem multi user dan antara user tidak saling percaya satu sama lainnya, sqlite lebih aman. kalau pakai mysql, semua user di satu server bisa connect ke socketnya. kemudian, satu proses mysql menangani berbagai database yang dimiliki user yang tidak saling percaya dengan menggunakan satu userid. artinya kalau ada apa2 dengan mysql, satu user mungkin bisa saja mengakses database milik orang lain. sedangkan kalau sqlite, database untuk masing-masing user dimiliki oleh masing-masing user. database milik user A diakses oleh program milik user A. IMO, user separation jauh lebih penting daripada process separation dalam sistem multiuser. -- http://priyadi.net
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On Fri, Oct 28, 2005 at 04:00:04AM +0700, Priyadi Iman Nurcahyo wrote: IMO, user separation jauh lebih penting daripada process separation dalam sistem multiuser. Ini dr segi pandang admin hosting ya, hehehe :-) IMHO sih sama pentingnya. Kalo satu lebih penting dr yg laennya itu sama saja memindahkan beban/hole ke sisi yg lain aja, tapi beban/hole masih ada. Aman dr user lain tapi kalo web applicationnya ngawur sampe bisa dijebol ya sama aja boong. Tapi I can see your point, at least damagenya bisa dicontrol dan diminimize ke satu user aja. Ronny pgpZS8ky7ubnS.pgp Description: PGP signature
[teknologia] Re: Tetap dari Silicon Valley (was: Re: [teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq)
Hmm... saya belum pernah main ke Amerika. Saya juga termasuk jarang baca-baca buku impor. Jadi saya gak tahu banyak tentang dunia di luar Indonesia. Tapi saya pernah baca buku Muchtar Lubis yang berjudul Buruk Rupa Manusia Indonesia. Kalau tidak salah, buku ini merupakan orasi Kebudayaan Muchtar Lubis. Semoga analisis Muchtar Lubis bisa menjelaskan mengapa kita sulit menemukan kultur sharing di Indonesia. Berikut saya kutip saja poin-poin Buruk Rupa Manusia Indonesia menurut Muchtar Lubis: 1. Hipokrit, munafik. 2. Melempar tanggung jawab, alias tidak mau disalahkan 3. Sulit membuat keputusan (indecisive) 4. Mudah melepas prinsip 5. Boros dan suka bersenang-senang. 6. Instan (kalau perlu membeli ijazah) 7. Iri pada orang yang mempunyai kelebihan 8. Mengagungkan status. Poin nomor tujuh, bisa jadi alasan utama mengapa kita sulit menemukan kultur sharing di Indonesia. Jadi umumnya orang yang punya kelebihan cenderung disimpan untuk diri sendiri saja. Takut dicela orang lain. Atau bisa jadi juga, orang yang punya kelebihan tidak ingin ada orang lain yang lebih baik dari dia. Jadi disimpan saja sendiri ilmunya. Pak Budi Rahardjo, juga sempat menuliskan dalam buku kumpulan-tulisannya Memahami Teknologi Informasi. Dalam artikel yang berjudul Hambarnya Teknologi Membutuhkan Bumbu Sharring, Pak Budi menutup dengan kata-kata yang cukup menarik:...Nampaknya teknologi kita masih hambar. Di mana bumbu 'sharring' bisa dibeli? Sekian. Zaki Akhmad http://www.zakiakhmad.info
[teknologia] Re: Tetap dari Silicon Valley (was: Re: [teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq)
On 10/25/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada hal (cultural) yang dimiliki oleh Silicon Valley yang tidak dimiliki oleh region lain. Bahkan di bagian Amerika yang lain sekalipun! Hal tersebut adalah: semangat sharing! btw. sharing yang dimaksud adalah model sharing yang seperti apa? Apakah sejak dari ide, proses hingga hasil juga di-share? :-)
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On 10/28/05, adi [EMAIL PROTECTED] wrote: ups .. tidak. RDBMS lebih 'aman' :-) misalnya orang menggunakan apache+php+sqlite, itu sama saja dengan menjadikan apache sebagai database server (sqlite embedded). tidak ada process separation, tidak ada autentifikasi, bagaimana bisa lebih aman :-) Sebagian sudah dijawab oleh Pri, saya tambahi dari sisi argumen yang saya peroleh di ProNet, mailing list Movable Type. Karena umumnya aplikasi CMS kelas lapak ini bekerja dengan satu akun ke basisdata (setting biasanya disimpan di berkas *.conf), jadi menurut sudut pandang tersebut, autentikasi sebenarnya tidak terlalu diperlukan apabila hak akses ke sebuah berkas sudah diatur oleh sistem operasi. Dengan demikian karena berkas basisdata tersebut hanya dapat diakses oleh akun A, dengan sendirinya tidak akan diakses oleh pemakai yang lain karena sudah dilindungi oleh sistem operasi. Selain itu, CMS kelas lapak ini umumnya menggunakan satu basisdata untuk semua, sehingga urusan multi-user atau multi-blog sudah ditangani oleh aplikasi. Kalaupun akan dibuat beberapa instan dari si CMS, berarti disediakan beberapa berkas SQLite dengan akses masing-masing (bukan lewat pintu gerbang gede, sebuah port RDBMS). Karena tidak perlu membuka port koneksi (yang memang sebenarnya tidak terlalu diperlukan untuk aplikasi kecil), jadi dianggap lebih aman. Oh ya, saya menjelaskan SQLite dalam konteks penjelasan Pak Budi terhadap Berkeley DB dan konteks yang lebih cocok adalah CMS untuk instalasi lokal. Kalau lebih luas, Apache+PHP+SQLite dan melayani banyak keperluan seperti ditulis Pak Adi di atas, ya beresiko. Pencoleng yang masuk tinggal ambil satu berkas SQLite, sudah deh... wassalam. ;) saja, secara teoritis, source codes yang lebih pendek lebih secure print hello world; -- kode paling aman ya? ;) -- amal
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On 10/28/05, Priyadi Iman Nurcahyo [EMAIL PROTECTED] wrote: On Friday 28 October 2005 01:54, adi wrote: kalau pakai statik html kan mestinya tidak perlu rajin-rajin update :-)) jadi tidak ada ya cms, yang free, yang bisa generate static html. bbrp kali ketemu di google tapi komersial. movabletype? free for non commercial use :) tapi lagi-lagi ini CMS spesifik blog. Atau bagaimana kalau begini: * buat halaman Web dinamik di lokal; * buat mirror statik dari halaman dinamik di lokal tersebut, pakai wget; * hasil wget disinkronkan ke server remote, cukup bagian yang diubah/ditambahi yang diunggah. Kalau menggunakan HTML statik, berarti aspek interaktif seperti komentar/respon pengunjung ditiadakan, ya? -- amal
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
On 10/27/2005 at 11:07 AM Budi Rahardjo wrote: Saya masih mencari CMS yang cocok untuk saya :) #1: Apakah memang state of the art dari CMS harus menggunakan database? Dan apakah database sekarang sudah jauh lebih aman daripada beberapa tahun yang lalu? Database sih saya rasa bisa diamankan dengan relatif mudah (akses hanya bisa via localhost/unix socket, tiap situs punya database user sendiri, dst). Yang susah itu adalah mengamankan script-nya sendiri. Biasanya pakai PHP, nah PHP ini memang mempermudah kita meng-hack script yang kita butuhkan dalam waktu singkat - namun, di lain pihak juga mudah bagi script kita utk ada security hole-nya. Untuk beberapa situs yang terpaksa pakai CMS, biasanya setup security-nya saya buat beberapa lapis. Contoh; saya install package dari Debian (bukan install dari source) - sehingga security patchesnya selalu up to date dengan usaha minimal dari saya. Lalu, saya proteksi dengan mod_throttle, untuk mencegah / meminimalkan efek DoS/DDoS. Kemudian juga ada su_php, yang menyebabkan script PHP dieksekusi dengan privileges dari owner script ybs (instead of Apache's privilege) Dan lain-lainnya. Tapi, untuk mensetting ini semua memang memakan waktu... Tapi, alhamdulillah jadinya sudah beberapa kali script kiddies jadi gagal membobol server via CMS ybs. #2: Kalau misalnya saya ingin mengelola CMS di desktop saya (running Linux) dengan menggunakan MySQL secara offline, kemudian update ke remote. (Ala rsync, gitu.) Kalau begini, masih tetap ada potensi masalah, karena CMS-nya masih tetap dinamis. Sehingga masih bisa dijebol, dan kemudian dari situ who knows kemana saja attacker ybs bisa mendapatkan akses. Solusi alternatif yang lebih aman mungkin begini: 1. Setup CMS di server local / LAN 2. Secara rutin, dari server live/internet, jalankan wget --mirror ke situs CMS di server lokal tsb 3. Hasil mirroring tadi (yang berupa static HTML files) dibuka aksesnya kepada umum. Sementara akses KE server local DARI Internet diblokir total. #3: Saya masih ngotot ingin menggunakan static files saja karena takut mengganggu kinerja dari server. Apakah ketakutan saya ini beralasan? IMHO, sangat beralasan (menilik spek server ybs), dan juga jika kita paranoid utk soal security. Salam, Harry
[teknologia] Re: Masih tentang content management system
Ikhlasul Amal wrote: On 10/28/05, Priyadi Iman Nurcahyo [EMAIL PROTECTED] wrote: On Friday 28 October 2005 01:54, adi wrote: kalau pakai statik html kan mestinya tidak perlu rajin-rajin update :-)) jadi tidak ada ya cms, yang free, yang bisa generate static html. bbrp kali ketemu di google tapi komersial. movabletype? free for non commercial use :) tapi lagi-lagi ini CMS spesifik blog. Atau bagaimana kalau begini: * buat halaman Web dinamik di lokal; * buat mirror statik dari halaman dinamik di lokal tersebut, pakai wget; * hasil wget disinkronkan ke server remote, cukup bagian yang diubah/ditambahi yang diunggah. atau, halaman dinamik hanya bisa diakses oleh admin (.htaccess). pengunjung hanya bisa mengakses halaman statis yang digenerate oleh sekrip. Kalau menggunakan HTML statik, berarti aspek interaktif seperti komentar/respon pengunjung ditiadakan, ya? komentar/respon bisa menggunakan layanan gratis saja :-D.
[teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq
On 10/27/2005 at 5:55 PM Patriawan, Carlos wrote: On 10/27/05, Harry Sufehmi [EMAIL PROTECTED] wrote: Sekolah anak saya mengajarkan software.. apa namanya ya, seperti Broderbund Print Shop itu lho. Tapi, versi yang LEBIH kunonya lagi :) Padahal, komputernya Pentium 4 :( Terus gamenya apa ? Digger ? Tetris ? Enggak, kayaknya mereka enggak tahu bahwa ada software untuk memperlambat jalannya game tsb :D Masih suka kena virus DenZuKo gak ? hihihi jadi inget jaman pra-sejarah. Aaah jadi ingat lagi siapa yg bikin Denzuko.. :) Yang bikin virus Mardi Bros tuh masih terus menuai hasilnya sampai sekarang :) masih tetap jadi salah satu tokoh populer di institusinya, he he. (kesimpulan: mari kita bikin virus ??) btw; gua udah bikinin account situs http://us.indoexpat.org Detilnya gua akan kirim via japri. Mudah2an bisa membantu dalam usaha elo mengkompori orang-orang Indonesia untuk go international :-) Salam, Harry
[teknologia] Re: Artikel Pilger: Suharto to Iraq
Yang bikin virus Mardi Bros tuh masih terus menuai hasilnya sampai sekarang :) masih tetap jadi salah satu tokoh populer di institusinya, he he. Yang bikin Mardi Bros orang Indonesia juga bukan sih kaya' Denzuko ? (kesimpulan: mari kita bikin virus ??) Jaman dulu kalo mau instant tenar orang(baca: mahasiswa) bikin virus boot sektor,jaman sekarang bikin worm atau nge-hack web orang lain. btw; gua udah bikinin account situs http://us.indoexpat.org Detilnya gua akan kirim via japri. Mudah2an bisa membantu dalam usaha elo mengkompori orang-orang Indonesia untuk go international :-) Ya begitulah jalan yg kudu ditempuh dalam pemrosesan to get the job done, kalau mau get the job done harus get the job dulu kan ... om Budi aja maunya magang di InfoSys tuch :) Carlos