Re: Semua shalatnya batal <= Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Ternyata rasa humor pak HMNA juga tinggi. Selama ini di milis kesannya "keku" untuk berdiskusi. Jadi enteng rasanya KM Original Message From: mnur.abdurrah...@yahoo.co.id Date: 07/08/2010 4:50 To: Subj: Semua shalatnya batal <= Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa Semua shalatnya batal Empat orang shalat berjamaah. Tiba-tiba sang imam kentut. Makmum paling kanan terus menimpali: "Pak Imam kentut." Makmum paling kiri memperingatkan: "Kalau sementara shalat tidak boleh bicara." Makmum ditengah dengan gembira berkata: "Untungnya saya tidak bilang apa-apa." Wassalam, HMNA - Original Message - From: "Dwi Soegardi" To: Sent: Friday, August 06, 2010 22:19 Subject: Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa Seorang kiai dalam salat malamnya bermunajat dan mengadu kepada Tuhan di keheningan malam: "Ya Tuhanku, anakku satu-satunya, laki-laki, semenjak kecil aku didik, aku sayang, dan aku besarkan. Tetapi apa daya, dia telah dewasa sekarang, dan tanpa dapat aku cegah, dia berpindah agama, masuk agama Kristen. Tuhanku, di manakah keadilan-Mu?" Sementara sang kiai tersedu-sedu dalam doanya, tiba-tiba terdengarlah suara: "Lha Anak-Ku satu-satunya juga Kristen ." === sorry, provokatif ... hehehe [Non-text portions of this message have been removed]
Semua shalatnya batal <= Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Semua shalatnya batal Empat orang shalat berjamaah. Tiba-tiba sang imam kentut. Makmum paling kanan terus menimpali: "Pak Imam kentut." Makmum paling kiri memperingatkan: "Kalau sementara shalat tidak boleh bicara." Makmum ditengah dengan gembira berkata: "Untungnya saya tidak bilang apa-apa." Wassalam, HMNA - Original Message - From: "Dwi Soegardi" To: Sent: Friday, August 06, 2010 22:19 Subject: Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa Seorang kiai dalam salat malamnya bermunajat dan mengadu kepada Tuhan di keheningan malam: "Ya Tuhanku, anakku satu-satunya, laki-laki, semenjak kecil aku didik, aku sayang, dan aku besarkan. Tetapi apa daya, dia telah dewasa sekarang, dan tanpa dapat aku cegah, dia berpindah agama, masuk agama Kristen. Tuhanku, di manakah keadilan-Mu?" Sementara sang kiai tersedu-sedu dalam doanya, tiba-tiba terdengarlah suara: "Lha Anak-Ku satu-satunya juga Kristen ." === sorry, provokatif ... hehehe [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Seorang kiai dalam salat malamnya bermunajat dan mengadu kepada Tuhan di keheningan malam: "Ya Tuhanku, anakku satu-satunya, laki-laki, semenjak kecil aku didik, aku sayang, dan aku besarkan. Tetapi apa daya, dia telah dewasa sekarang, dan tanpa dapat aku cegah, dia berpindah agama, masuk agama Kristen. Tuhanku, di manakah keadilan-Mu?" Sementara sang kiai tersedu-sedu dalam doanya, tiba-tiba terdengarlah suara: "Lha Anak-Ku satu-satunya juga Kristen ." === sorry, provokatif ... hehehe 2010/8/6 Abdul Muiz عبد اÙ٠عز > > > Pak Ma'un ingin menguji calon menantunya bisa ngaji (sekalian ingin tahu > kebenaran hafalan qur'an) apa enggak dengan menyuruh sebagai imam shalat > berjamaah saat maghrib tiba dan san calon mertua menjadi makmum berdiri > persis di belakang sang imam. Sang calon menantu tidak berani menolak maka > ketika selesai membaca surat al fatihah, sang calon menantu memilih surat al > Ma'un, ketika menyuarakan ayat terakhir, ". alladziinahum yura'uuna wa > yamna'uunal ... berhenti sejenak terus dilanjutkan "Bapak". > > Kalau gusdur bermakmum shalat berjamaah pada pak Amin Ra'is, setelah Pak > Amin Ra'is menyelesaikan bacaan fatihah .. waladh dhaalliin, kira-kira > gusdur mau menjawab "amin" apa enggak ya ?? > > Wassalam > Abdul Mu'iz > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "H. M. Nur Abdurahman" wrote: > > > > Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika > mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya selalu > Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada pengeculian, > yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok pesantrennya. Nah > pernah pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu seorang ulama. Tiba waktu > shalat berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan tamunya untuk jadi imam. Akan > tetapi sang tamu tidak bersedia, karena yang pantas jadi imam kata sang tamu > yang ulama, mesti ahlul bait (tuan rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang > jadi imam. Terjadilah hal yang mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala > selesai membaca Al Fatihah: "wa ladhdhlln", terus para santri > menyambut: "Kiyi." > > > > Wassalam > > HMNA > > > > - Original Message - > > From: "Abdul Muiz" > > > [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Pak Ma'un ingin menguji calon menantunya bisa ngaji (sekalian ingin tahu kebenaran hafalan qur'an) apa enggak dengan menyuruh sebagai imam shalat berjamaah saat maghrib tiba dan san calon mertua menjadi makmum berdiri persis di belakang sang imam. Sang calon menantu tidak berani menolak maka ketika selesai membaca surat al fatihah, sang calon menantu memilih surat al Ma'un, ketika menyuarakan ayat terakhir, ". alladziinahum yura'uuna wa yamna'uunal ... berhenti sejenak terus dilanjutkan "Bapak". Kalau gusdur bermakmum shalat berjamaah pada pak Amin Ra'is, setelah Pak Amin Ra'is menyelesaikan bacaan fatihah .. waladh dhaalliin, kira-kira gusdur mau menjawab "amin" apa enggak ya ?? Wassalam Abdul Mu'iz --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" wrote: > > Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika > mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya selalu > Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada pengeculian, > yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok pesantrennya. Nah pernah > pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu seorang ulama. Tiba waktu shalat > berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan tamunya untuk jadi imam. Akan tetapi sang > tamu tidak bersedia, karena yang pantas jadi imam kata sang tamu yang ulama, > mesti ahlul bait (tuan rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang jadi imam. > Terjadilah hal yang mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala selesai membaca > Al Fatihah: "wa ladhdhlln", terus para santri menyambut: "Kiyi." > > Wassalam > HMNA > > - Original Message - > From: "Abdul Muiz"
Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Hey, hey ..beneran nih ya kita bisa bikin bikin buku Mati ktawa ala fatwa. Ayo cepetan bikin sebelum didahuluin orang. Terbitan WM. Pak HMNA lucu ya..:-) .mungkin itu bisa dikategorikan sebagai joke, bukan fatwa, tapi ndak papa kita bisa kita slipin sebagai kumpulan joke ala kiyai. Siapa yg punya waktu ngedit?funding bisa kita rencanakan. Salam Mia
Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
On 08/06/2010 05:53 AM, H. M. Nur Abdurahman wrote: > > > Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika > mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya > selalu Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada > pengeculian, yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok > pesantrennya. Nah pernah pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu > seorang ulama. Tiba waktu shalat berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan > tamunya untuk jadi imam. Akan tetapi sang tamu tidak bersedia, karena > yang pantas jadi imam kata sang tamu yang ulama, mesti ahlul bait (tuan > rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang jadi imam. Terjadilah hal yang > mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala selesai membaca Al Fatihah: > "wa ladhdhlln", terus para santri menyambut: "Kiyi." > > Wassalam > HMNA > Mia & Fero, diatas bisa jadi salah satu koleksi buku "Mati Ketawa ala Fatwa" ... HMNA sebenarnya punya rasa humor yang memuaskan. btw : Kiyai/kyai bukan gelar atau sebutan untuk ulama (Islam), Kyai dalam kultur jawa adalah gelar kehormatan untuk sesuatu yang dianggap "linuwih" (punya kelebihan) atau "mulia". Kerbau Bule di Solo dinakakan Kyai Slamet, Pusaka-Pusaka Kraton Jogya dan Solo juga disebut kyai : Kyai Sabuk Inten dan Kyai Nogososro (keris, yang kedua tidak ada hubungan dengan merk produk minuman teh), Kyai Plered (Tombak), Kyai Mendung (Payung). Kyai Sadrach malah dikenal sebagai pendiri "Gereja Kristen Jawi" wassalam ./sts -- this email transmitted by thunderbird a FREEDOM BASE mail client running on Virus Immune system Ubuntu 10.04 in Lenovo machine -- Ovi Mail: Making email access easy http://mail.ovi.com
Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
On 8/6/2010 5:53 AM, H. M. Nur Abdurahman wrote: > > Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika > mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya > selalu Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada > pengeculian, yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok > pesantrennya. Nah pernah pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu > seorang ulama. Tiba waktu shalat berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan > tamunya untuk jadi imam. Akan tetapi sang tamu tidak bersedia, karena > yang pantas jadi imam kata sang tamu yang ulama, mesti ahlul bait (tuan > rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang jadi imam. Terjadilah hal yang > mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala selesai membaca Al Fatihah: > "wa ladhdhlln", terus para santri menyambut: "Kiyi." > > Wassalam > HMNA -- ealah, Pak HMNA bisa bercanda juga ya? :D Selamat ya pak ... Suwer saya kaget tralala baca guyonan pak HMNA ini. Mau langsung ketawa tapi sempat gak percaya. Sekarang udah percaya, jadinya ketawa deh... hahaha Salam Manis, F e r o n a http://www.cakefever.com
Re: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya selalu Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada pengeculian, yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok pesantrennya. Nah pernah pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu seorang ulama. Tiba waktu shalat berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan tamunya untuk jadi imam. Akan tetapi sang tamu tidak bersedia, karena yang pantas jadi imam kata sang tamu yang ulama, mesti ahlul bait (tuan rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang jadi imam. Terjadilah hal yang mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala selesai membaca Al Fatihah: "wa ladhdhlln", terus para santri menyambut: "Kiyi." Wassalam HMNA - Original Message - From: "Abdul Muiz" To: Sent: Thursday, August 05, 2010 08:41 Subject: Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa Konon di sebuah pondok pesantren, seorang Kyahi pengasuh pondok bertanya pada santriwatinya, "rebonding itu apa sih", sang santriwati menjawab, "rebonding itu pelurusan, jadi kalau rambut direbonding ya artinya rambutnya diluruskan, begitu kyahi". Esoknya ketika sang Kyahi tsb memimpin shalat berjamaah, dia mempraktekkan kosa kata baru tsb, "Para jamaah sekalian, harap shaf-shafnya direbonding". Para jama'ah, " .". Wassalam Abdul Mu'iz --- Pada Kam, 5/8/10, al...@yahoo.com menulis: Dari: al...@yahoo.com Judul: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 5 Agustus, 2010, 7:00 AM Ada buku "mati ketawa ala fatwa" kah? Sepertinya ide lucu juga ya. Jadi jangan dibahas terlalu serius, lucu2an saja membahas MUI dari berbagai daerah mengeluarkan fatwa masing2. Kata temen ada fatwa ojeg haram karena memungkinkan laki2 dan perempuan, ini beneran ada kah? Apa bener ada fatwa "haram anti rokok" vs "haram rokok". Sebelumnya ada fatwa haram bonding kecuali untuk senengin swami. Fatwa mui mestinya memang jangan terlalu diseriusin, dalam arti mereka kan orang biasa yg berpendapat,bisa lucu, konyol, ada yang bagus juga, misalnya sekilas saya baca ada fatwa anti korupsi. Salam [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa
Konon di sebuah pondok pesantren, seorang Kyahi pengasuh pondok bertanya pada santriwatinya, "rebonding itu apa sih", sang santriwati menjawab, "rebonding itu pelurusan, jadi kalau rambut direbonding ya artinya rambutnya diluruskan, begitu kyahi". Esoknya ketika sang Kyahi tsb memimpin shalat berjamaah, dia mempraktekkan kosa kata baru tsb, "Para jamaah sekalian, harap shaf-shafnya direbonding". Para jama'ah, " .". Wassalam Abdul Mu'iz --- Pada Kam, 5/8/10, al...@yahoo.com menulis: Dari: al...@yahoo.com Judul: [wanita-muslimah] Mati ketawa ala fatwa Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 5 Agustus, 2010, 7:00 AM Ada buku "mati ketawa ala fatwa" kah? Sepertinya ide lucu juga ya. Jadi jangan dibahas terlalu serius, lucu2an saja membahas MUI dari berbagai daerah mengeluarkan fatwa masing2. Kata temen ada fatwa ojeg haram karena memungkinkan laki2 dan perempuan, ini beneran ada kah? Apa bener ada fatwa "haram anti rokok" vs "haram rokok". Sebelumnya ada fatwa haram bonding kecuali untuk senengin swami. Fatwa mui mestinya memang jangan terlalu diseriusin, dalam arti mereka kan orang biasa yg berpendapat,bisa lucu, konyol, ada yang bagus juga, misalnya sekilas saya baca ada fatwa anti korupsi. Salam [Non-text portions of this message have been removed]