Cara ini sama dengan keluhanya Pak Eka "masak mau pecat orang harus
beri pesangon".

bener, saya cenderung setujua bahwa karyawan spt ini yang ngga punya kemampuan dan keberanian dalam menghadapi tantangan, klau udha bosen resign aja cari tempat lain jangan nungguin di PHK dan minta pesangon, apa ini culture orang indo yang selalu ngga mau rugi pengennnya untung terus tapi kurang modal dan mental. dalam satu buku managment saya pernah baca "Love your jobs but never fall in love with your company", well terjemahin sendiri dah..

Menariknya India pun melakukan hal yang sama (restrukturisasi peraturan
labour/union) dimana peraturan hiring/layoff dibuat mudah dan peran
union dikesampingkan.

Menarik bukan, jadi jangka panjangnya (cara spore dan india) adalah
model pro-market ala kapitalisme.

( banyak yang "gatel" gak nich denger istilah 'pro market' dan
kapitalisme)  :-))

hhahaha Nama Carlos  bisa jadi sasaran tembak pro buruh nich hahahhah,any way  udah lah dari pada sibuk demo bikin macet mendingan kerja, buat produksi rejeki ngga ketuker koq, kalau kita kerja baik, perusahaan sukses ujung-2nya juga dapat bonus juga, kalau bonus nya kurang gede yaa bikin perusahaan sendiri hahahah



Kalau soal orang Singapore gak pernah senyum di MRT itu sebenarnya
sempat muncul artikelnya di koran Strait Times tahun 2000an.

 

Saya masih ingat karena punya komplain yang sama seperti Pak Budi kalau
mereka jarang senyum :)

lho Indonesia aja yang emang murah senyum, di negara2 eropa penumpang kereta cuek abis dan sibuk membaca dari free koran setiap pagi di station metro atau buku, ini juga sangat efektif, "terus ntar ada yang bilang" yaa cuman kan metro disana  bagus ngga padet kayak jabotabek,  jangan salah, kalau yang pernah ke UK metro disana kalau pagi dan sore juga padetnya minta ampun, sampai  mereka buat tabloid yang kecil supaya ngga merepotkan kalau membacanya,
 

-mcp


Kirim email ke