Jadi inget, dulu ada yg nanya di milis. Seorang istri yg maunya di rumah saja, tidak mau bekerja. Sementara si suami inginnya istri bekerja atau setidaknya melakukan sesuatu. Demi eksistensi dirinya. Lantas si istri nanya ke milis, minta dalil bahwa istri itu harusnya di rumah, bukan bekerja. Saya cuma mikir, ah, emang nyari pembenaran aja kali tuh :)
Eniwei, kalaupun kita sudah sepakat mengenai persepsi 'pemimpin' itu sendiri, dan akses thd perempuan dibuka, biasanya sih masih ada ganjalan 'klasik' lainnya yg seringkali menjebak perempuan dlm dilema2 klasik juga. Ambil contoh, kuota 30% di DPR. Banyak anggota legislatif yg mengeluh bahwa jam kerjanya "tidak ramah thd perempuan". Jabatan pemimpin itu sendiri, baik sbg direktur, manajer, dll menuntuk ritme dan jam kerja spt laki2. Perempuan yg berani melintasi wilayah ini, apalagi mereka yg memiliki suami dan anak2, memang dituntut menjadi super woman (dan seringkali jadi dilematis, kecuali punya suami yg okeh). Belum lagi, tipe2 pekerjaan yg tersedia mayoritas menuntut komitmen full time berada di kantor. Sehingga, bukan cuma berkaitan dng persepsi kita thd 'pemimpin' saja, tapi bagaimana dunia pekerjaan dikonstruksikan. Solusinya, ya spt cerita mbak Raiya di Hongkong. Suami istri bekerja, cari pembantu utk ngurus rumah dan anak. Karena dari segi ekonomi, lebih menguntungkan dibandingkan si istri dirumah yg melakukan tugas domestik. Ini juga berkaitan dng konsep 'kesetaraan jender' yg sudah dibahas sebelumnya juga oleh mbak Chae. Di kalangan feminis (barat) sendiri punya persepsi yg berbeda mengenai hal ini. Apakah spt model yg ditawarkan oleh feminis liberal (yg umumnya ada di amerika) yg beranjak dari 'sameness', yg outputnya model universal breadwinner dimana perempuan punya akses yg sama, tapi playing fieldnya masih tidak berubah.... atau model yg ditawarkan oleh feminis radikal (yg umumnya ada di eropa) yg kesetaraan gendernya beranjak dari 'difference' dan menghasilkan output yg berbeda, model caregiver, mis: tugas domestik perempuan dihargai oleh negara dng menerjemahkan konsep care ethics ke dalam social policy thd perempuan? (Note buat mbak ade: Ini jadi pertanyaan juga buat mbak Ade yg dari tulisannya, pemikirannya masih statis aja spt dulu :) yg mengadvokasikan perempuan sebaiknya berada di wilayah domestik mana pernah bicara soal penghargaan real thd tugas domestik. Paling banter ya pahala. Kalau mentok, emang Tuhan jadi pelarian yg gampang. Kalau ada komplen, disuruh ngadunya ke Tuhan. Halah...) (Note buat mas janoko: radikal dan liberal itu asli dari nancy fraser, bukan dari saya :P) Ini yg saya baca dari tulisannya nancy fraser. Dia kemudian berusaha menerobos dua benchmark dari kesetaraan gender ini dng menawarkan satu model yg dia namakan sbg universal caregiver lengkap dng 7 prinsipnya. Bukan cuma persepsi soal pemimpin dan mengubah playing field, tapi juga merekonstruksi relasi perempuan dan laki2 yg kalau saya bilang sih, mengubah semua orang jadi "perempuan", hehehe :) Perempuan kan cenderung terbiasa melakukan kerja publik-privat sekaligus dibanding laki2. Meskipun ada laki2 yg spt itu juga, pak sabri, misale :D. Makanya ada yg menolak mengatakan, ini istri/suami saya, atau ini boy/girlfriend saya, tapi menggunakan kata 'my partner' atau 'tetangga dekat' :P Dipikir2, kayanya lebih seru gitu manggilnya, dibanding suami/istri, pacar, dll.. hehehe. Eh tapi itu pilihan pribadi sih. Menurut mbak mia gimana? Diskusi kaya gini enaknya sambil ngumpul2, makan soto betawi ma es jeruk :) salam, herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Menyambung yang tadi. Pengertian 'pemimpin' yang artinya kewajiban menafkahi pasangannya, dalam kehidupan nyata jadi bablas kemana-mana. Kebablasan itu adalah: - pengertian bahwa perempuan nggak (harus) menafkahi dirinya dan keluarganya. - lalu bablas melebar bahwa perempuan boleh menjadi dependent, misalnya secara ekonomi finansial terhadap suami. - pengertian 'pemimpin' yang di Quran dikaitkan dengan 'memberi nafkah' itu, melebar ke wilayah publik, seperti jabatan eksekutif negara, legislatif DPR, dll. - melebar terus ke pimpinan perusahaan, direktur, manajer, supervisor - bablas terus sehingga isteri lupa kewajibannya untuk jadi insan independen dan interdependen, cuma suami yang punya bank account, nggak ada kewajiban joint account, manja di sangkar emas, perempuan- perempuan miskin pencari nafkah nggak tercatat sebagai pencari nafkah di BPS, karena mereka pun nggak mengakui bahwa mereka juga pencari nafkah. - bablas terus ke bentukan sosial kita di masyarakat perempuan maupun laki-laki dan anak-anak kita. Lha, saya tanya sekarang..yang bablas itu siapa? Kenapa teks Quran 'provider' yang dikaitkan dengan mencari nafkah untuk pasangan perempuannya itu tafsirannya jadi kemana-mana??? salam Mia ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/zAINmC/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/