Bukan bunyi bell, melainkan SEPERTI bunyi bell, dan setelah yang SEPERTI
getaran itu berlalu terpaterilah kata-kata itu dalam ingatan Nabi SAW.
Contoh sederhana, bagaimana bisa Chae membaca tulisan Abah ini, karena
getaran elektromagnet menggetarkan sensor dalam mata Chae, atau bagaimana
bisa Chae mendengarkan orang membaca Al-Quran atau suara apa saja, karena
getaran udara menggetarkan sensor berupa gendang telinga Chae. Namun proses
dari sensor dalam mata maupun dalam telinga sehingga bisa melihat atau
mendengar, sampai sekarang akal anusia belum mampu bahkan tidak akan mampu
menjelaskan, betapa pula getaran seperti lonceng itu setelah diterima sensor
dalam diri Nabi SAW berproses sehingga terpateri dalam ingatan Nabi SAW
berupa kalimat-kalimat dalam bahasa Arab.

Banyak sekali hal yang BIASA saja tidak bisa dijelaskan oleh otak manusia.
Coba Chae tadahkan telapak tangannya ke langit seperti berdoa. Bentuknya
simetris, keduanya tidak bisa berimpit. Hanya bisa berimpit setelah salah
satu tangan itu DIPUTAR sehingga sebuah menghadap ke langit, yang sebuah
lagi menghadap ke bumi. Tentu hal ini bisa pula sepatu kiri masuk ke dalam
sepatu kanan, atau sepatu kanan masuk sepatu kiri. Manusia tidak bisa
lakukan ini, karena, karena manusia hanya kenal 3 dimensi. Bentuk telapak
tangan yang simetris itu adalah dalam dua dimensi, baru bisa berimpit jika
DIPUTAR melalui tiga dimensi. Maka sepatu kiri saling berimpit dengan sepatu
kanan kalau DIPUTAR melalui 4 dimensi. Manusia dalam pengalamannya hanya
kenal 3 dimensi. Di situlah keterbatasan manusia dalam hal mengenal PROSES.

Sebuah contoh lagi. Kereta api hanya kenal SATU dimensi. Lihat gambar

X=======[][]][]]]][]][]=======X

Gerak kereta api (KA) maju mundur hanya sebatas daerah kiri kanan sepanjang
rel yang dibatasi oleh kedua palang X. Itu KA terkurung dalam batas kedua
palang X.. Gerak KA dibatasi oleh dua titik.

Kalau mobil bisa keluar dari kurungan itu, lihat gambar. Gerak maju mundur
dipalang oleh dua garis XXXXXXX, tetapi mobil bisa bergerak ke arah samping
sehingga bisa keluar dari kurungan, karena mobil kenal gerak dua dimensi.

X                                                      X
X                                                      X
X                   [][][][][]                       X
X                   [][][][][]                       X
X                                                      X
X                                                      X


Akan teapi kalau seperti kedaannya di bawah, dimana gerak mobil (M) dikurung
oleh dua garis sejajar yang saling tegak lurus terpenjaralah M itu dalam
kurungan berupa segi empat panjang itu. Apa ada yang bisa keluar dari
kurungan seperti yang mengurung M tersebut?

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
X                                                      X
X                   [][][][][]                       X
X                   [][][][][]                       X
X                                                      X
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Ada, yaitu helikopter(H). Ia bisa keluar ke arah mukanya Chae yang sedang
membaca tulisan Abah ini. H itu kenal gerak tiga dimensi. Tetapi kalau H itu
dikurung dalam hanggar (airplain hangar) yang besar, terkurunglah H tsb
dalam hanggar itu dibatasi oleh 3 bidang yang saling tegak lurus. H itu
tidak bisa keluar dari penjara itu, karena H itu hanya kenal gerak 3
dimensi. Ini bisa diteruskan, yaitu ada "sesuatu" yang bisa keluar dari
hanggar itu, kalau sesuatu itu kenal gerak 4 dimensi. Bagaimana prosesnya?
Kita manusia ini tidak tahu bagaimana itu proses keluar dari hanggar itu,
karena manusia pengalamannya hanya terbatas pada ruang tiga deminsi.

Jadi Abah ulangi: "Di situlah keterbatasan manusia dalam hal mengenal
PROSES". WaLlahu a'lamu bisshawab

Wassalam,
HMNA


----- Original Message ----- 
From: "Chae" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, February 01, 2007 10:41
Subject: [wanita-muslimah] Re: Tuhan yangTransenden was Pengaruh budaya arab


> Abah,
>
> Terima kasih atas tambahanya...kalau boleh tanya bagaiman process
> penerimaan wahyu ketika wahyu datang seperti bunyi gemerincing Bell
> seperti yang dikatakan oleh Rasul...bagaimana bunyi bell ni bisa di
> transform ke dalam bahasa arab??;)
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Chae:
> > Pak Her, Tuhan itu transenden karena dia beyond our imagination
> kalau bahasa
> > Qur'an sih Lam Yalid walam Yulad " dan tidak ada sesuatupun yang
> > menyamai-Nya".
> >
> > Ning:
> > Nyelak dikit : Koreksi mbak Chae. "Lam Yalid wa Lam Yuulad" artinya
> "Tidak
> > beranak, dan tidak dilahirkan".  "Lam Yaqullahuu kufuwwan ahad", baru
> > artinya dan tidak ada satu pun yang menyamai-Nya..
> >
> > HMNA:
> > Yang lebih pendek ayatnya: Laysa kamitslihi.
> >
> > Kemudian dari pada itu saya tambahkan sikit seperti di bawah
> >
> > Saya pakai diagram:
> > -------> input [proses] ------>output
> >
> >                                             |--------------------------|
> > ------->wahyu (transenden} |  Nabi Muhammad SAW | -------->verbal
> >                                             |--------------------------|
> > Proses dalam kotak artinya Nabi Muhammad SAW menerima langsung wahyu itu
> > secara verbal, ataupun melalui Jibril. Output berupa yang verbal itu
> adalah
> > teks berupa kalimat-kalimat yang terkumpul dalam Al-Quran yang berbahasa
> > Arab, yang mengandung Risalah (message). Bahasa Arabnya bersifat lokal,
> > tetapi Risalah (message) permanen, tekstual, tidak dibatasi oleh
> ruang dan
> > waktu. Yang tekstual bisa dikembangkan secara kontekstual dan
> takwil, tanpa
> > melanggar yang tekstual. Bahkan bahasa Arab yang mulanya lokal itu
> berubah
> > menjadi tidak lokal lagi dalam wilayah pada zaman Khlafah Islamiyah, dan
> > sekarang juga tidak lokal lagi karena dipakai sebagai bahasa
> pengantar dalam
> > PBB, sehingga juga sudah bersifat internasional.
> >
> > The textual approach, tends to view religious phenomena merely on
> the level
> > of core element. On the other hand, the contextual approach can  likely
> > reduce  the  substantial element of religion, for it tends to view
> religion
> > on the level of periphery. Frankly speaking the textual and contextual
> > approaches , thus,  open  new  awareness  of  religious  studies
> formed in
> > the synthesis of  the  two  approaches". And again: "Methodologically
> > speaking,  this combined-approach  enables  us  to obtain the holistic
> > picture of the religion and to escape from its distorted-meaning."
> > Alhasil, kalau pakai akal yang jernih yang tekstual itu mesti sejalan
> > bergandeng tangan dengan yang kontekstual hingga bisa mencapai yang
> > holistik. Contohnya? Baca Seri  559 di bawah..Alhasil tidaklah perlu a
> > priori dan alergi pada yang tekstual.
> > -------------------------
> > Wassalam,
> > HMNA
> > *****************************************************
> >
> > BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
> >
> > WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> > [Kolom Tetap Harian Fajar]
> > 559. Tekstual, Kontekstual dan Takwil tentang Ibadah Qurban
> >
> >  Ibadah Qurban dimulai sesudah Shalat 'Iyd alQurban = 'Iyd alAdhha =
> 'Iyd
> > alNahar. Disebut 'Iyd alQurban, karena pada hari itu orang mulai
> berqurban,
> > baik yang sedang berhaji di Mina, maupun ummat Islam di seluruh dunia.
> > Disebut 'Iyd alAdhha, hari raya sepenggal matahari naik, karena pada
> posisi
> > matahari di bola langit seperti itu orang bershalat 'Iyd. Disebut 'Iyd
> > alNahr, hari raya menyembelih, karena pada hari itu orang mulai
> menyembelih
> > binatang ternak empat kaki.
> >
> >  Kata Qurban adalah bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata yang
> > terdiri dari huruf-huruf: Qaf, Ra, Ba, artinya dekat. Qurbaan adalah
> wazan
> > (pola) Fu'laan. Qurban ini telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam
> > bentuk kurban atau korban. Kurban dan korban dalam rasa bahasa Indonesia
> > sudah menyimpang dari Qurban menurut rasa bahasa Al Quran. Kurban
> dan korban
> > dalam rasa bahasa Indonesia tidak lagi diapresiasikan maknanya yang asli
> > yaitu dekat. Namun apabila Qaf, Ra, Ba dalam bentuk qarib dan dalam
> bentuk
> > ism tafdhil (superlatif) aqrab, yang diserap ke dalam bahasa
> Indonesia dalam
> > bentuk karib dan akrab, masih terasa maknanya yang asli: sahabat
> karib dan
> > pergaulan yang akrab. Kata kurban atau korban dalam rasa bahasa
> Indonesia
> > dipengaruhi oleh rasa bahasa barat: offering, sacrifice (Inggris),
> > slachtoffer (Belanda). Kurban atau korban dirasakan sebagai sesuatu yang
> > dipersembahkan. Karena sudah terbiasa dan mendarah daging
> turun-temurun kata
> > kurban dan korban itu dirasakan sebagai suatu persembahan, sesajen, maka
> > sangat sukar sekali kata kurban dan korban dirasakan sebagai mendekatkan
> > batin kita kepada Allah SWT. Dalam Al Quran dekat dan Qurban
> dirangkaikan:
> > QRBA QRBANA (S.  ALMA^DT, 27), dibaca: qarraba- qurba-nan, artinya:
> keduanya
> > mendekatkan (diri kepada Allah) dengan Qurban (5:27).
> >
> >  Melaksanakan syari'ah tanpa landasan 'aqidah yang bersih dari
> tahyul serta
> > khurafat (paganism), tidak akan mendapatkan nilai ukhrawi. Berqurban
> > haruslah berlandaskan atas aqidah yang bersih dari paganism, bersih dari
> > rasa bahasa korban sebagai suatu persembahan (offering) yang sakral
> > (sacrifice) sifatnya. Untuk itu kita mesti bertitik tolak dari tekstual.
> >
> > Firman Allah SWT:
> > -- FADZA WJBT JNWBHA FKLWA MNHA WATH'AMWA ALQAN'A WALM'ATR . LN YNAL
> ALLH
> > LHWMHA WLA DMA^WHA WLKN YNALH ALTQWY MNKM (S. ALHJ, 36-37), dibaca:
> > -- Faidza- wajabat junu-buha- fakulu- minha- wath'imul qa-ni'a wal
> mu'tar.
> > Lay yana-lalla-ha luhu-muha- wala- dima-uha- wala-kiy yanuhut taqwa-
> minkum
> > (s. alhaj), artinya:
> > -- apabila telah rebah badannya (hewan sembelihan), maka makanlah
> sebagian
> > darinya dan beri makanlah orang yang tidak meminta dan orang yang
> meminta .
> > Tidak akan sampai kepada Allah daging-dagingnya dan tidak
> darah-darahnya,
> > melainkan yang sampai kepadaNya ialah ketaqwaan kamu (22:36-37).
> > -- FSHL LRBK WANHR (S. ALKWTSR, 2), dibaca:
> > -- fashalli lirabbika wan har (s. alkawtsar), artinya:
> > -- maka shalatlah bagi Maha Pemeliharamu dan sembelihlah (108:2).
> >
> > Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Bara':
> > -- qa-lan nabiyyu saw inna awwala ma- nabda-u fi- yawmina- ha-dza-
> nushalli-
> > tsumma  narji'u fananhar, aw qama- qa-la, artinya:
> > -- Bersabna Nabi SAW pertama-tama yang kita lakukan pada hari ini
> shalat,
> > kemudian kita kembali, lalu menyembelih (hewan Qurban). Demikianlah,
> 'Ibadah
> > Qurban tidak boleh tidak harus dimaknai secara tekstual, tidak boleh
> > bertentangan dengan Nash: ayat (22:36-37), (108:2) dan Shahih
> Bukhari, yaitu
> > menyembelih binatang Qurban, supaya dapat dimakan dagingnya.
> >
> >  Karena darah dan daging hewan itu tidak akan sampai kepada Allah, maka
> > orang dapat mengangkatnya ke tataran nilai berbuat baik kepada orang
> miskin,
> >
> > Buat apa diberikan secara konsumtif. Dalam konteks visi produktif,
> secara
> > kontekstual lebih baik hewan Qurban itu diberikan kepada mereka itu
> untuk
> > diternakkan supaya terbuka lapangan kerja, yang sangat dibutuhkan
> Supaya
> > dapat diternakkan maka binatang qurban itu tidak usah yang jantan,
> melanikan
> > semuanya betina. Secara tekstual tidak ada ketentuan bahwa hewan
> Qurban itu
> > mesti jantan. Namun pendekatan kontekstual ini bertabrakan dengan yang
> > tekstual, karena qurban itu harus disembelih dan dimakan dagingnya.
> >
> > Dalam hal ini akal mesti bekerja. Apabila itu dilihat dari segi
> pasar, maka
> > itu sangat mempunyai nilai ekonomis. Produksi saja tanpa pasar tidak ada
> > gunanya. Bahkan tidak kurang dalam kegiatan ekonomi harus memperluas
> bahkan
> > kalau perlu menciptakan pasar. Allah SWT telah menciptakan pasar bagi
> > peternak kelas bawah dalam bulan Dzulhijjah setiap tahun. Melalui kredit
> > usaha tani (KUT), para peternak dapatlah berternak sapi, kambing dan
> > biri-biri khusus "diproduksi" untuk dipasarkan sekali setahun.
> >
> >  Maka menyembelih hewan Qurban setiap tahun sebagai pasar bagi para
> peternak
> > kecil-kecilan, 'Ibadah Qurban itu secara kontekstual sekali-gus
> mempunyai
> > nilai ekonomis, nilai sosiologis dan tidak bertabrakan dengan pendekatan
> > tekstual. Bahkan dengan memotong hewan korban yang dagingnya diberikan
> > kepada orang miskin sekali gus terbinalah komunikasi dalam konteks
> > psikologis, yaitu ikatan batin antara yang memberi dengan yang menerima
> > daging yang secara langsung dapat bermakna pula sebagai nilai kesehatan,
> > peningkatan gizi, mengkonsumsi protein.
> >
> >  Yang terakhir penggantian Isma'il dengan binatang sembelihan dapat
> > ditakwilkan dalam dua hal:
> > Pertama, menyembelih naluri kebinatangan dalam diri kita, dan dengan
> > demikian kita bisa bertqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT,
> sebagai
> > tumpuan untuk dapat meningkat menjadi taqwa, tujuan akhir bagi ummat
> Islam.
> > Kedua, manusia tidak boleh dijadikan seperti binatang qurban, yaitu
> tidak
> > boleh "disembelih" dalam arti yang majasi (metaforis), yaitu kita
> > berkewajiban untuk mencegah agar supaya nilai kemanusiaan tidak
> > diinjak-injak, dan inilah kewajiban asasi manusia (KAM).
> >
> > Alhasil, "berdamailah" yang Tekstual, Kontekstual dan Takwil secara
> > holistik. WaLlahu a'lamu bishShawab.
> >
> > *** Makassar, 26 Januari 2003.
> >     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> >
> > Wassalam
> > *************************************************
> >
> >
> > ----- Original Message ----- 
> > From: "Tri Budi Lestyaningsih (Ning)" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> > Sent: Wednesday, January 31, 2007 15:59
> > Subject: RE: [wanita-muslimah] Tuhan yangTransenden was Pengaruh
> budaya arab
> >
> >
> > >
> > > Nyelak dikit :
> > >
> > > Koreksi mbak Chae. "Lam Yalid wa Lam Yuulad" artinya "Tidak
> beranak, dan
> > > tidak dilahirkan".  "Lam Yaqullahuu kufuwwan ahad", baru artinya dan
> > > tidak ada satu pun yang menyamai-Nya..
> > >
> > > Silakan dilanjut lagi diskusinya.
> > >
> > > -----Original Message-----
> > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Chae
> > > Sent: Wednesday, January 31, 2007 3:13 PM
> > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > Subject: [wanita-muslimah] Tuhan yangTransenden was Pengaruh
> budaya arab
> > >
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sriwening herpribadi
> > > <herpribadi@> wrote:
> > >
> > > >   1. Menurut saya tidak mungkin sesuatu yang transenden ketika
> > > bersentuhan dengan sesuatu yang tidak transenden maka akan menjadi
> tidak
> > > transenden dan kenyataannya justru sebaliknya sesuatu yang tidak
> > > transenden akan menjadi lebih transenden ketika bersentuhan dengan
> yang
> > > transenden. Kenapa? karena sesuatu yang transenden memiliki kekuatan
> > > intervensi yang jauh lebih kuat daripada sesuatu yang tidak
> transenden.
> > >
> > > Chae: Pak Her, Tuhan itu transenden karena dia beyond our imagination
> > > kalau bahasa Qur'an sih Lam Yalid walam Yulad " dan tidak ada
> sesuatupun
> > > yang menyamai-Nya".
> > >
> > > Ketika Tuhan menyapa manusia, maka dalam sapa'an-Nya menjadi tidak
> > > transeden itulah yang kita namakan wahyu. Logikanya bagaimana manusia
> > > bisa memahami sesuatu yang bersifat transeden... yaitu sesuatu
> yangtidak
> > > tergapai oleh akal pikiranya, oleh daya ciptanya, oleh budi
> pekertinya,
> > > oleh angan-angannya...
> > >
> > > Dan jika wahyu bersifat transenden..lalu bagaimana wahyu bisa dipahami
> > > oleh manusia??? kecuali kalau wahyu tsb masuk ke wilayah tidak
> > > transenden atau menjadi tidak transenden. Kalau dalam bahasa
> Qur'anya.."
> > > Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan
> > > dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau
> dengan
> > > mengutus seorang utusan (malaikat)...Qs.42:51
> > >
> > > Pelan..pelan ya Pak Her agar mudah buat saya;)
> > >
> > > Tuhan itu transenden yaitu " Tidak ada sesuatupun yang menyamai-NYa"
> > > artinya semua diluar dirinya yaitu (makhluk) ciptaan-Nya adalah non
> > > transenden..
> > >
> > > Dan di dalam Qur'an di katakan bahwa ..."Dan tidak ada bagi seorang
> > > manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
> > > perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang
> > > utusan (malaikat)...Qs.42:51
> > >
> > > Jadi ketika Tuhan menyapa makhluk-Nya maka digunakan (dengan
> > > perantara) yang berada diluar diri-Nya yaitu: wahyu,dibelakang tabir
> > > atau mengutus malaikat...
> > >
> > > Disini bisakah kita pahami mengenai Tuhan yang transenden sedang
> > > makhluk-Nya tidak??? termasuk kepada Qur'an itu sendiri??

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

Kirim email ke