Perkara shalat, saya pun sempat lama malas melakukan shalat. Pikir saya, shalat ini lama-lama menjadi ritual belaka seperti upacara bendera.
Tapi justru di situ saya merasa Allah itu sayang pada saya. Ketika saya ngeyel dan malas melakukan ibadah karena merasa itu cuma ritual belaka, saya diberi sebuah jalan cerita yang mau tidak mau membuat saya merasa buntu dalam hidup. Allah pun menurunkan pemeran cerita berikutnya yang membimbing saya terus menerus. Tidak mengajari dan menyuruh, karena saya alergi disuruh-suruh. Makin disuruh makin mbandel. Tapi Allah ndak pernah marah dengan kebandelan saya ini. Dan shalat memang jadi terapi yang menakjubkan. Belum lagi "pembalasan instan" yang ditunjukkan Allah tiap kali saya selesai melakukan shalat, membuat shalat menjadi pengalaman spiritual yang membuka hati saya, bahwa shalat bukan upacara bendera yang dijalani dgn hati bersungut-sungut karena merasa ini kewajiban dan ketaatan. Shalat pun tak lagi menjadi kewajiban, namun menjadi kebutuhan. Saya shalat bukan lagi karena merasa itu kewajiban, namun kebutuhan. Tidak ada lagi tempat berlari dan berlindung dari semua masalah di dunia ini selain Allah. Dan Shalat adalah salah satu dari sekian banyak cara saya berkomunikasi dengan Allah. Saya paham apa yang dirasakan anak Mbak Mia, karena saya dulu pun merasa begitu. Merasa shalat tak perlu karena sudah berbuat baik, tak pernah korupsi, tak pernah mencuri dalam segala bentuknya, selalu membantu mereka yang kesusahan, dsb. Tapi Allah punya rencana lain rupanya dan alhamdulillah rencana Allah terasa indah akhirnya ... Mudah2an anak Mbak Mia nanti pun bisa merasakan nikmatnya shalat, karena saya yakin manusia yang selalu berpikir untuk bermanfaat bagi makhluk lainnya, selalu dijaga Allah, walau mungkin dalam perjalanan hidupnya sempat keliru, tapi dia akan cepat menemukan lagi jalannya. Salam Manis, F e r o n a http://www.cakefever.com On 7/21/2010 7:31 AM, al...@yahoo.com wrote: > > > Anak saya sendiri mengaku nggak percaya agama sejak smp, dan ini anak > al-azhar, dg background keluarga NU, Muhammadiyah plus PKS hehe. > Komentar temen, like mother like son... Maksutnya anak kita itu seolah > komiknya bapak-ibunya...:-( > > Tapi gimana kamu mengisi batin/psikis dirimu kalo nggak solat?, tanyaku. > Dia bilang setiap kali berbuat baik dirinya terisi, termasuk kerja > dengan tekun (dia perawat di rumah sakit angkatan laut). > > Saya nasihatin dia, hati2 saja dengan ego kita sendiri, setiap saat bisa > jadi 'tuhan'. So kamu perlu solat. > > Kemudian saya sadar sendiri, bahwa nilai/paradigma yang sedang kita > usung sekarang adalah "tuhan personal" yang kita persepsikan dari > keinginan2 manusiawi kita yang masih dalam tahap begini ini. Dan > barangkali itulah "content" solat kita. > > Salam > Mia