AWW.

Pak HermanSyah, saya lanjutkan lagi.

----- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>

Dalam Islam, narkoba sedikit atau banyak tetap haram, baik untuk dipakai
sendiri apalagi diperjual belikan. Dalam konteks ini, sekali lagi, Islam dan
sekularisme tidak bisa dikompromikan

Masalah pelacuran atau zina adalah masalah maksiat (dalam Islam termasuk
dosa besar), kedudukannya dalam konteks dosa sama saja dengan berbohong,
KKN, atau berprasangka jelek, jangankan agama, Tuhan pun tidak bisa
menghilangkannya (maaf saya agak kasar). Tapi tentu ada maksud Tuhan mengapa
dosa tidak bisa hilang di muka bumi (buka cuma pelacuran), karena kita
adalah manusia, bukan malaikat, perjuangan untuk menghindari dosa adalah
sarana kita untuk meng up grade posisi kita menjadi lebih mulia dari
malaikat, tapi kalau kita terjerembab dan lebih memperturutkan hawa nafsu,
maka posisi kita tidak lebih baik dari unta, bahkan lebih jelek lagi. Saya
ingin mempertegas lagi, walaupun pelacuran atau korupsi (KKN) tidak bisa
diberantas, tapi Islam tidak memberi toleransi pada umatnya untuk melakukan
hal tersebut, inilah bedanya dengan sekularisme.

Kasus lesbi dan gay tercatat dalam al Quran pada kasus Nabi Luth (dalam
tradisi Kristiani dikenal dengan Sodom dan Gomorah). Islam sangat menentang
hal tersebut dan mengatakannya sebagai perbuatan yang sangat keji. Lihat QS
Al Ankabut (29) ayat 26 - 33.

Menyebut penerimaan terhadap lesbi dan gay sebagai "masyarakat maju",
rasanya sebuah kemunduran. Tapi saya bisa faham karena "maju" dalam bingkai
sekular.

> Saya kira tidak ada negara yang mau rakyatnya jadi korban narkoba, jadi
> menurut saya nggak mungkin 'penghalalan' itu terjadi.  Memang di negara2
> Eropa Barat, spt Belanda, dan Swiss, orang boleh mengkonsumsi narkoba
> sejauh itu untuk kepentingan sendiri dan tidak memperjual belikannya.
> Kalau ketahuan memproduksi dan memperjual belikannya bukan untuk keperluan
> rumah sakit dan obat2an, ya diseret ke meja hijau.
>
> Kalau soal pelacuran, ini kan profesi paling tua di dunia.  Menurut saya
> ia akan terus exist selama manusia ada.  Agama apapun di dunia ini nggak
> akan mampu mencegahnya.  Kalaupun terlihat mampu, sebenarnya itu hanya
> dari luarnya saja.  Penyebab timbulnya pelacuran menurut saya sangat
> komplex.  Tidak bisa dibasmi hanya dengan dogma2 agama.
>
> Kalau soal lesby dan gay, seingat saya, ada ayat di Qur'an yang mengakui
> keberadaan manusia jenis ini.  Tapi lupa ayat yang mana.  Bisa juga saya
> salah.  Terlepas dari agama, masalah ini kan sebenarnya lama sekali
> menjadi perdebatan publik sebelum akhirnya diakui sebagai bagian dari
> kenyataan yang hidup dan boleh hidup di masyarakat?  Jadi, pasti bukan
> tanpa alasan lesbi dan gay itu akhirnya diterima oleh masyarakat (terutama
> oleh masyarakat maju).
>
> Tapi, kalau setahu anda, Al Qur'an mengatakan apa mengenai lesbi dan gay
> ini?

Persis Pak HermanSyah, memilih agama dengan akal. Karena itu dalam pikiran
saya, Islam itu adalah sebuah sistem yang pasti lebih sempurna dari aturan
partai politik. Untuk memasukinya orang harus tahu hak dan kewajibannya,
mempelajari AD ART, bahkan ada latsarmil-nya sebelum pembaretan. Dan yang
pasti ada PUD-nya, kalau melanggar berat bisa dipecat dari kesatuan. Kalau
Islam yang sekedarnya hanya karena bapak ibunya Islam (padahal bila bapak
ibunya PII anaknya tidak otomatis PII kan Pak Joni?), tidak pernah bayar
iuran tahunan seperti mayoritas anggota PII, tahun berikutnya dia tidak
diberi kartu anggota lagi. Pendek kata, Islam itu sistem, dan tidak bisa
asal-asalan memasukinya. Ada kesadaran untuk memasukinya, karena begitu
masuk, dia menjadi obyak dan subyek hukum. Karena itu Tuhan berkata, "Tidak
ada paksaan dalam memasuki Islam, telah jelas mana yang salah dan mana yang
benar........" artinya si 'calon' ini harus mengetahui dulu mana yang benar
dan mana yang salah, baru masuk atau menolak. Kalau Islam tidak begitu,
kategorinya adalah budaya seperti yang dijelaskan Pak hermanSyah.
Dalam tradisi Islam, ilmu Alloh itu meliputi segala hal (tidak sekedar
psikologi,  kedokteran,  ekonomi,  teknik, pendidikan, dsb.), bahkan Tuhan
membuat perumpamaan.... seandainya semua pohon dijadikan pena dan air laut
dijadikan tinta untuk menuliskan ilmu Alloh, pasti tidak akan cukup, bahkan
jika didatangkan dua kali lipatnya pun masih tidak akan cukup. Inilah
integralisme Islam atas "agama" dan iptek.


> Ya, dan seyogyanya kita memilih suatu agama dengan akal pula, jadi bukan
> karena turun temurun atau karena dipaksa-paksa.  Tapi untuk masyarakat
> berkembang, hal ini pasti sangat sulit sekali dilakukan.
>
> Berdasarkan ilmu pengetahuan, agama adalah bagian dari suatu kebudayaan.
> Dan kebudayaan termasuk sebagai sebuah cabang ilmu.  Dengan demikian agama
> bisa kita asumsikan sebagai bagian dari ilmu kebudayaan, yang berarti juga
> merupakan bagian integral dari ilmu pengetahuan, sementara kalau dalam
> Islam menurut anda, ilmu pengetahuanlah yang merupakan bagian integral
> dari agama.
>
> Definisi mana yang lebih tepat?  Barangkali kita bisa tinjau secara
> matematis.  Pertama, kita integralkan ilmu pengetahuan dari batas bawah
> sampai batas atas, lalu kita katakan bahwa hasilnya adalah 'agama'.  Lalu
> kita coba diferensiasikan agama itu maka mustinya yang muncul adalah ilmu2
> pegetahuan. Ya psikologi, ya kedokteran, ya ekonomi, ya teknik, ya
> pendidikan, ya dsb. dst.
>
> Sekarang kita integralkan ilmu pengetahuan dari batas bawah sampai batas
> atas, dengan asumsi agama merupakan bagian dari ilmu kebudayaan, dan kita
> sebut hasilnya adalah 'semesta pengetahuan', maka mustinya kalau kita
> diferensiasikan semesta pengetahuan itu,  yang muncul adalah cabang2 ilmu
> pengetahuan yang saya sebut diatas, termasuk agama.
>
> Nah, sekarang kita tinggal memilih, mana dari 2 pernyataan diatas yang
> lebih tepat?  Apakah agama merupakan bagian integral dari pengetahuan atau
> pengetahuan yang merupakan bagian integral dari agama?
>

Sulit memang kalau bingkai rujukan kita sudah terbiasa memisahkan agama
dengan pengetahuan. Dalam hadits tadi, justru Islam ingin menegaskan bahwa
upaya perbaikan dan penelitian agar menghasilkan korma yang baik itu adalah
bagian dari agama. Upaya yang sungguh-sungguh dalam lapangan pertanian (dan
tentu dalam lapangan lainnya) adalah sama spiritualnya dengan sholat tahajud
yang membuat jidat hitam itu, atau sama spritualnya dengan sikap santun dan
pengasih terhadap sesama. Karena itu kalau ulama hanya dinisbatkan kepada
mereka yang ahli dalam Quran dan Hadits itu salah, mereka yang ahli dalam
bidang Fisika seperti Pak Imam Dermawan atau Pak Misrin Ahmad*) adalah
ulama, selama bingkai rujukannya adalah "Islam sistem" tadi.

Wassalam. DZArifin.

=====================
*) Terima kasih atas informasinya


>
> Menurut saya ini bukti bahwa agama belum tentu bisa memecahkan seluruh
> masalah duniawi, karena misalnya ilmu pertanian tidak ada di dalam kitab
> suci.  Tapi bahwasanya agama itu dibutuhkan agar manusia itu senantiasa
> berbuat baik, seimbang jiwanya, terkendali nafsunya, dan suci pikiran,
> perkataan serta perbuatannya, itu tidak bisa ditawar-tawar lagi.
>
> Salam hangat,
> HermanSyah XIV.
>
> --[YONSATU -
ITB]----------------------------------------------------------
> Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
> Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
>
>
>


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>


Kirim email ke