Saya ingin kembali pada "kepercayaan" saya dan pernah saya kemukakan dalam milis ini, bahwa sumber ketidak beresan di Tanah Air tercinta ini adalah KEMISKINAN.
Coba jejerkan ( disepadankan ) ranking korupsi dari negara2 didunia dengan masing2 pendapatannya per kapita. Saya pernah melakukannya, tapi sayang datanya sudah hilang. Yang saya ingat kalau 10 angka tertinggi korupsinya, maka rangking dari negara2 dengan angka ranking pada batas angka 5 kebawah, maka itu terdiri dari negara2 dengan pendapatan perkapita dibawah USD.3500. USD.3500 perkapita juga merupakan Benchmark dimana Demokrasi dinegara2 tersebut sudah mulai dijalankan dengan benar dan mencapai tujuannya. Statistik ini secara empiris bisa disimpulkan, makin miskin negaranya, makin tinggi tingkat korupsinya/KKN nya Sebenarnya setelah Perang Dunia II, negara2 di Asia, khususnya "Timur Jauh" yakni Cina, Korea, Taiwan, Negara2 Asia Tenggara,ditahun 1945 masing2 negara berangkat dari "titik nol" yang sama yaitu sebagai negara bekas Jajahan Jepang. Tapi kenapa, saat ini kesejahteraannya berbeda-beda ? Menurut pendapat saya, kuncinya adalah KEPEMIMPINAN NASIONAL dengan SIKAP KERAS, TEGAS, BERANI DAN MEMILIKI KEKUASAAN YANG PENUH DITANGANNYA ( Cenderung otoriter ) Negara2 itu Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia dan sekarang Cina sebagai buah hasil Kepemimpinan Mao, yang direformasi oleh Deng Tsao Ping. Korea Selatan oleh Kim Dae Yung, Taiwan oleh Chang Kai Sek, Singapura oleh Lie Kwan Yu, Malaysia oleh Mahatir. Mereka adalah PEMIMPIN2 YANG CINTA TANAH AIR DAN BANGSANYA, berhati teguh atas keyakinannya untuk membawa bangsanya menjadi bangsa yang sejahtera dan dihormati oleh bangsa2 lain didunia. Sekarang negara2 itu berpendapatan perkapita diatas USD.3500, bandingkan dengan Indonesia yang saat ini adalah USD.660 perkapita dan sebelum krisis hanya USD.1100 per kapita. Menghidupkan Demokrasi di negara miskin hanya usaha" menegakkan benang basah", yang tercipta adalah kekacauan politik, sehingga pembangunan menjadi tersendat2, Lihat contohnya India.Mungkin India adalah negara yang paling dahulu memilih demokrasi di Asia, tapi hasilnya hanya menjadi negara yang kumuh karena tidak mampu menahan laju pertambahan penduduk, yang sebetulnya merupakan masalah utama di India.Pendapatan perkapitanya saat ini sekitar USD.600. Menurut pendapat saya , KKN tidak ada hubungannya dengan agama, tapi berhubungan erat dengan Nation Character melalui Kepemimpinan Nasional. Wass, -----Original Message----- From: Syafril Hermansyah [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 4:30 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) & Korupsi On Thu, 13 Nov 2003 11:48:57 +0700 Abdullah Sodik <[EMAIL PROTECTED]> wrote: [ ... ] > Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi > bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, > tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang > diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Mungkin benar begitu ...tp adakah yg tahu kriteria "korupsi" yg digunakan oleh Global Corruption Index atau Transparency International Index seperti apa ? Tolok ukur kita terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan saja orang-2x yg lama bekerja di rumah sakit, maka kriteria (dan tolok ukur) dia dalam menentukan seseorang sakitnya "parah" atau tidak parah akan berbeda dg orang biasa; shg sering kita jadi "gemes" melihat perawat yg lamban beresponse padahal pasiennya sudah parah. Kita sering mendengar akhir-2x ini mengenai betapa malangnya negeri ini krn departemen yg mendidik kita (depdiknas), yg mengurusi soal moral (dep. agama), yg mengurusi kesehatan (DepKes) dan mengadili benar/tidaknya (DepKeh dan Kejaksaan) mrpkan departemen terkorup di negeri ini. Tentu saja mereka tidak berpendapat seperti itu, dan ini akibat perbedaan kriteria (tolok ukur). Saya dulu sempat berpendapat bahwa kalau kita bisa berantas korupsi (KKN) maka produktifitas anak negeri ini akan meningkat, tp setelah saya pikir ulang pendapat itu tidak bagus. Dg pola berpikir seperti itu maka kita jadi terperangkap kepada hal-2x negatif yg justru merusak produktifitas. Mestinya semua orang berpikir soal pencapaian target, dan membuat tolok ukur pencapaiannya; shg semua orang berlomba-lomba mencapai tolok ukur tsb dan tidak lagi punya waktu untuk melakukan korupsi. Transparansi juga akan mencegah niatan berkorupsi, plus meningkatkan semangat kompetisi dalam pencapaian target. Siapa yg tidak bisa memenuhi kriteria produktifitas dalam kurun waktu tertentu, ya langsung mundur jabatan ... terlihat jelas ukurannya, terlihat jelas maslahatnya bagi orang banyak. -- syafril ------- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>