Permasalahan yang saya angkat di bawah hanyalah sekedar menanggapi pernyataan 
bodoh yang diutarakan oleh Ny Muskitawati, bukan pembenaran atas apa yang 
tertulis dalam sebuah kitab suci. Kenyataannya adalah, bahwa sangat mungkin hal 
itu untuk terjadi, mengingat hukum alam yang belum sepenuhnya dimengerti oleh 
manusia. Sebagaimana dapat dilihat dalam tanggapan saya, yang saya utarakan 
adalah kesalahan-kesalahan dalam asumsi yang mendasari kesimpulan yang dimiliki 
ole Ny Muskitawati.

Dan untuk menanggapi pernyataan Saudara Lurino mengenai kitab suci dan 
kenyamanan material, adalah salah kalau anda menganggap bahwa kitab suci hanya 
mementingkan hal-hal yang immaterial saja. Kitab suci juga membahas perilaku 
politik, pelaksanaan ekonomi yang baik untuk masyarakat luas, dan juga hubungan 
sosial sesama manusia. Kitab suci, setidaknya dalam agama saya, Quran membahas 
secara eksplisit bagaimana praktik ekonomi sebaiknya berrlangsung, dan 
bagaimana cara membina hubungan sosial antar manusia dengan baik, dan bagaimana 
memberlakukan hukum yang meliputi hukum masyarakat dan kesinambungan 
keseluruhannya dalam sebuah syariah Islam, termasuk didalamnya pernikahan, 
hubungan dengan orangtua, hubungan dengan tetangga, dll. Tidak mungkin ada 
sebuah kenyamanan yang immaterial sementara seseorang merasa tidak nyaman 
secara material. 

Tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah perdebatan adalah bukan untuk mengetahui 
siapa yang memiliki nilai yang paling benar, karena kebenaran adalah sebuah hal 
yang sangat subyektif. Tapi adalah untuk mengetahui bagaimana pola berpikir 
dari lawan diskusi kita. Atas dasar apa mereka memiliki pemikiran sebagaimana 
mereka miliki. Namun, dalam hal Ny Muskitawati, saya perlu melakukan kritik, 
karena perdebatan yang Ny Muskitawati berikan tidak berdasarkan pada 
argumentasi yang logis. Tidak ada landasan yang jelas atas tiap-tiap 
argumennya, dan hanya didasarkan pada opini individu semata.
Salam,

Stephanus Iqbal




________________________________
From: Lurino <lblu...@yahoo.com>
To: zamanku@yahoogroups.com
Sent: Fri, December 18, 2009 4:08:36 PM
Subject: Re: [zamanku] Re: Tafsir Penciptaan Bumi versi Al-Quran

  
saya cuma bisa ketawa ngeliat kalian2 ini... orang atheis dan orang theis 
masing2 akan mencari kebenaran sejauh2nya atas apapun yang mereka percayai 
karena memang otak manusia nggak tahan menghadapi informasi yang nggak 
konsisten. jadinya ya kayak kalian2 ini, berdebat ngalor ngidul mengadu 
kebenaran siapa yang paling bener ketika sebenarnya keduanya sama2 nggak 
relevan.

manusia primitif tradisional yang menulis kitab2 suci itu menulis dengan 
pemikiran terdalam mereka, atas dasar pengetahuan yang ada pada saat itu. 
karena itu mitos2 penciptaan ala taurat memiliki kemiripan dengan mitos2 lokal 
di tanah tempat ketiga buku itu ada. islam, sebagai salah satu perkembangan 
dari agamanya orang2 ibrani, mengambil mitos penciptaan dari taurat dan 
direvisi sesuai dengan pengetahuan yang ada pada masanya ditulis. hasilnya ya 
nggak jauh2 beda. coba kalo ada kitab suci yang ditulis sekarang ini. saya 
yakin di bagian penciptaan alam semesta isinya bakal berisi hal2 tentang 
relativitas, black hole, dark matter, dan sebangsanya.

point saya adalah: bagi kita saat ini untuk berdebat kusir mengenai tafsir 
semacam ini sangat nggak relevan. kitab suci, sebagai elemen dari sebuah agama, 
hadir sebagai kodifikasi nilai2 luhur, tata hidup, dan kepercayaan yang dipakai 
untuk menciptakan keamanan, kenyamanan, dan keselarasan dalam masyarakatnya 
pada saat itu. nggak lebih, nggak kurang. kitab suci nggak punya urusan ngomong 
soal kebenaran material, karena urusannya kitab suci adalah kenyamanan 
immaterial.




Lurino
/tukangmikir




________________________________
From: stephanus iqbal <krag...@yahoo. com>
To: zama...@yahoogroups .com
Sent: Fri, December 18, 2009 10:26:04 AM
Subject: Re: [zamanku] Re: Tafsir Penciptaan Bumi versi Al-Quran

  
From: muskitawati <muskitawati@ yahoo.com>
To: zama...@yahoogroups .com
Sent: Wed, December 16, 2009 9:32:13 PM
Subject: [zamanku] Re: Tafsir Penciptaan Bumi versi Al-Quran

  

Penulis diatas ini hanyalah satu contoh dari jutaan rakyat Indonesia yang 
merusak cara berpikirnya dengan keimanan Islam.

Tafsir itu hanyalah tebak2an yang sama sekali tidak ada jaminan benar.

Malaikat, Jibril, Tuhan, Allah, Dewa, Jin, Setan, dan Thian kesemuanya adalah 
simbol2 abstract dari berbagai agama yang dijadikannya sebagai "variable" untuk 
menggantikan kelemahannya dalam berpikir sehingga tak perlu memikir.

Satu hari dimanapun dan diplanet manapun dalam alam semesta ini waktunya adalah 
sama, yaitu rentang waktu terbitnya matahari di Timur hingga terbenamnya di 
Barat.  Jadi tidak ada satupun tempat dimuka bumi ini dan juga dalam galaxy 
Bimasakti kita yang memiliki kadar waktu sehari = 50 ribu tahun.  Bahkan di 
kutub sekalipun, rentang terbitnya dan terbenamnya matahari secara teoritis 
adalah 6 bulan bukan 50 ribu tahun.

Begitulah, seperti sudah saya katakan sebelumnya, TAFSIR itu hanyalah tebak2an 
sama sekali bukan analysis seorang peneliti.  Artinya, janganlah sekalipun anda 
berdebat dengan merujuk kepada tafsir karena setiap orang bisa bebas memberi 
tafsir apa saja tak perlu bukti dan tak perlu dipercaya.

Ny. Muslim binti Muskitawati.



Menanggapi pernyataan Ny. Muskitawati di atas,
Terlihat dari pernyataan Ny. Muskitawati, bahwa Nyonya adalah seorang atheis. 
"Variabel" yang Nyonya sebutkan di atas sebagai pelengkap kelemahan manusia 
dalam berpikir adalah sebuah pembodohan terhadap konsep keagamaan itu sendiri. 
Yang perlu Nyonya ketahui adalah dalam konsep keagamaan, keyakinan atau iman 
adalah suatu hal yang mutlak. Keyakinan ini timbul atas dasar yang berbeda-beda 
untuk tiap-tiap individu. Namun, bukanlah sebagai alasan dari kemalasan 
berpikir sebagaimana Nyonya nyatakan. Saya sering bertukar pikiran tentang ini 
dengan penganut atheis, dan saya menemukan beberapa dari mereka yang memang 
cerdas, tapi saya mulai beranggapan bahwa Nyonya bukan salah satu dari golongan 
yang cerdas tersebut.
Pernyataan kedua dari Nyonya, dimana Ny. Muskitawati menyatakan bahwa satu hari 
di planet manapun adalah sama, adalah pembodohan terhadap ilmu ilmiah yang sama 
sekali menyatakan hal yang berbeda. Seharusnya Nyonya melakukan riset terlebih 
dahulu tentang berapa lamakah satu hari di Planet Mars atau Venus atau Jupiter 
atau Saturnus, yang kesemuanya memiliki lama yang berbeda masing-masing, supaya 
tidak nampak sebegitu bodohnya.
http://starryskies. com/solar_ system/venus/ a_day_and_ a_year_on_ venus.htm
Link tersebut merupakan salah satu contoh bahwa 1 hari Venus adalah lebih dari 
setahun waktu di Bumi.
Saya yakin kita semua adalah orang yang terbuka untuk berpendapat, namun 
hendaknya menggunakan otak dan bukan hanya emosi saja.
Tanggapan selanjutnya adalah, maka sangat dimungkinkan jika ada sebuah tempat 
dalam galaksi kita, maupun dalam galaksi lain, dimana satu hari disana adalah 
50 ribu tahun di Bumi, atau bahkan sebaliknya.

Salam,
Stephanus Iqbal

 
 


      

Kirim email ke