Kelompok ini memang harus diperhatikan, tetapi seharusnya tidak diatasi
hanya dengan subsidi BBM. Pertama-tama perlu ada masa transisi (yang benar2
sementara, bukan semen-lama). Misalnya tadi itu, untuk bikers masih dapat
subsidi statis rp 500-1000 per liter selama setahun. (Ada produk BBM baru
misalnya RON 90 yang harganya antara RON 92 dengan RON 88).

Kedua, ya subsidi langsung. Bisa langsung perorangan atau sektoral atau
asosiasi.

Masalahnya memang pada kemampuan pemerintah menyalurkan subsidi langsung.
Tapi subsidi BBM juga sudah terbukti salah sasaran juga (orang kaya menerima
subsidi). Ya pemerintah kita harus meningkatkan kemampuan menyalurkan
subsidi dong.

2010/6/29 Ari Condro <masar...@gmail.com>

> kalau pedagang kecil yg keliling pake motor gerobak/box, orang jualan somai
> pakai motor gerobak, jualan aqua galonan tukan gordyn, juga nelayan yg
> melaut pakai bensin (yg gak disubsidi lagi) kagak diitung kenaikan biaya
> operasional plus kenaikan beban hidup karena harga lain pada naik yah, oom
> ?
>
> dulu kan abis kenaikan bm, mereka yg pertama muntah darah.  ukm dan sektor
> kelautan yg notabene banyak nelayan yg kapal pinjam, jaring nyewa, bensin
> beli sendiri.
>
> 2010/6/29 Hardi Darjoto <hardi...@gmail.com>
>
> >
> >
> > Memang sebaiknya BBM bersubsidi hanya untuk angkutan umum. Mobil dan
> motor
> > tidak. Bisa juga dibuatkan BBM bersubsidi statis (misalnya subsidi
> sebesar
> > Rp 500/ltr) untuk para bikers selama masa transisi.
> >
> > Namun ujungnya, memang pemerintah hrs mau berinvestasi (bisa dg obligasi
> > khusus) utk angkutan umum. Yaitu angkutan umum yang inter-moda, bisa
> > diandalkan jadwalnya, sopir yg tidak harus nyari setoran, parking lot yg
> > memadai di terminal2 pengumpul.
> >
> > Return dr investasi ini akan dibayar dari penghematan subsidi BBM dan
> > konsumsi BBM.
> >
> > Hardi
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke