Masjid di Manhattan, Gereja di Bekasi
Sabtu, 21 Agustus 2010 | 03:29 WIB

Sementara nasib tempat ibadah jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan di 
Pondok Indah Timur, Bekasi, Indonesia, masih belum menentu, mendadak terdengar 
berita dari nun jauh di Gedung Putih, Washington DC, AS.

Presiden AS Barack Obama pada makan malam bersama masyarakat Muslim merayakan 
bulan suci Ramadhan lantang menegaskan dukungan atas rencana pembangunan pusat 
Islam dan masjid di dekat kawasan selatan pulau Manhattan, Kota New York, yang 
tersohor dengan sebutan Ground Zero, tempat dua gedung World Trade Centre 
sempat menjulang tinggi mencakar langit sebelum dihancurleburkan serangan 
terorisme 11/9/2001.

Pada acara iftar di Gedung Putih itu, Presiden Obama bersabda bahwa kaum Muslim 
memiliki hak yang sama untuk menunaikan ibadah agama seperti siapa pun juga di 
negeri Amerika Serikat. Termasuk hak membangun tempat ibadah dan pusat 
komunitas di selatan Manhattan sesuai dengan hukum dan peraturan lokal yang 
berlaku.

Sebelumnya Obama tuntas mengupas prahara 11/9 yang digunakan sebagai dasar 
alasan menentang rencana pembangunan islamic centre yang terletak tiga blok 
dari situs Ground Zero. Di dalam orasi yang mengatasnamakan dirinya sebagai 
kepala negara maupun rakyat AS, Obama mengajak agar semua pihak menyadari dan 
menghormati sensitivitas yang merundung pembangunan kembali kawasan Ground Zero 
sebab malapetaka 11/9 merupakan peristiwa traumatis sangat mencengkam sanubari 
bangsa dan negara AS!

Sepenuhnya memafhumi bahwa penderitaan mereka yang kehilangan anggota keluarga 
luar biasa berat, Obama mengakui bahwa kawasan Ground Zero memang bersuasana 
sakral, maka sangat rawan melukai perasaan pihak tertentu. Namun, ternyata 
Obama pluralis seperti Gus Dur sebab menegaskan: salah satu cara menaklukkan 
trauma masa lalu justru kemampuan—bukan saja kompromi dan toleransi— 
menghormati mereka yang beda sebagai way of life masyarakat AS yang sama sekali 
bertolak belakang dari mazhab nihilisme yang dianut kaum teroris!

Presiden Obama mengingatkan bahwa Presiden Thomas Jef- ferson sudah 
menyelenggarakan iftar perdana di Gedung Putih lebih dari 200 tahun silam, di 
samping fakta masa lalu berulang kali muncul polemik kontroversi mengenai 
pembangunan sinagog atau gereja Katolik di tengah mayoritas Protestan di AS, 
tapi bangsa AS telah membuktikan diri senantiasa mampu menanggulangi segenap 
permasalahan kerukunan beragama.

Obama mengakhiri sabdanya dengan harapan agar komitmen terhadap kebebasan 
beragama harus dipertahankan sebagai jati diri sebuah negara yang terbuka bagi 
segenap umat beragama tanpa kenal diskriminasi.

Manhattan dan Bekasi

Sabda Obama didukung Wali Kota New York Michael Bloomberg yang seminggu sebelum 
Obama sudah resmi menyatakan dukungan terhadap rencana pembangunan pusat Islam 
di dekat kawasan Ground Zero di selatan Manhattan, Kota New York. Bloomberg 
menyetarakan sabda Obama dengan surat Presiden George Washington mendukung 
sebuah kongregasi Yahudi di Newport, Rhode Island, sebagai peringatan atas 
kesetaraan hak asasi beragama yang sama dan merata bagi setiap warga AS.

Namun, para penentang rencana pembangunan islamic centre di dekat Ground Zero 
tentu saja berang atas sabda Obama. Misalnya Rev Peter King dari New York 
langsung memvonis sabda Obama: keliru! Menurut pemuka Nasrani itu, memang kaum 
Muslim berhak membangun masjid, tapi mereka telah menyalahgunakan hak mereka 
dengan membangun masjid di dekat Ground Zero. Sungguh disayangkan presiden 
malah memolitisasi masalah tata krama tenggang rasa beragama. Seharusnya Obama 
mengimbau mereka yang berencana membangun masjid itu menghormati sanak kaum 
Nasrani yang gugur di Ground Zero dengan tak usah membangun masjid dan pusat 
Islam di situ.

Obama memang melawan arus mayoritas sebab menurut polling CNN, nyaris 70 persen 
rakyat AS menentang pembangunan masjid dan islamic centre di dekat Ground Zero. 
Salah seorang pemuka gerakan antipembangunan masjid di Ground Zero, Pamela 
Geller, menuduh Obama berpihak pada kaum Islamic Jihadists.

Bahkan, cendekiawan Muslim, Akbar Ahmed, yang hadir pada makan malam bersama 
merayakan bulan Ramadhan di Gedung Putih itu menyatakan terkejut karena 
sebenarnya citra Barack Obama yang Nasrani sudah babak belur diserang tuduhan 
pro-Islam, tapi ternyata malah secara terbuka mendeklarasikan dukungan terhadap 
rencana pembangunan masjid dan pusat Islam di Ground Zero.

Secara kehumasan, sikap Obama layak dikhawatirkan membahayakan kadar 
popularitas dirinya di mayoritas rakyat negara yang sedang susah payah 
dipimpinnya. Namun, tampaknya Presiden AS ini memang lebih mengutamakan 
kepentingan negara, bangsa, dan rakyat menyeluruh ketimbang kepentingan 
kelompok tertentu, apalagi sekadar popularitas dirinya sendiri. Itu masalah 
masjid di Manhattan.

Mengenai nasib gereja jemaat HKBP di Pondok Indah Timur, Bekasi, Indonesia, 
marilah kita semua pada bulan suci Ramadhan ini berdoa memohon kepada Allah 
yang Mahakasih agar berkenan menganugerahkan pencerahan bagi kita semua agar 
senantiasa lebih mengutamakan kasih sayang ketimbang kebencian, apalagi 
kekerasan. Amin

Jaya Suprana Budayawan
http://cetak.kompas.com/read/2010/08/21/03290219/masjid.di.manhattan.gereja.di.bekasi

Kirim email ke