Gereja Florida anggap sepi kecaman

Sebuah gereja Amerika yang berencana membakar mushaf al-Quran pada peringatan 
9/11 menyatakan tidak akan menggubris kutukan internasional.

Sebelum panglima tinggi AS di Afghanistan memperingatan nyawa serdadu Amerika 
akan terancam jika gereja Dove World Outreach Center di Florida tetap 
menjalankan rencana membakar salinan al-Quran.

Menlu AS Hillary Clinton mengatakan rencana gereja tersebut "merendahkan dan 
memalukan".

Negara-negara Muslim dan anggota Nato telah mengecam rencana pembakaran gereja 
tersebut.

Sementara itu, Jaksa Agung AS, Eric Holder, menyebut gagasan itu "idiotik dan 
berbahaya".

Namun, panitia, Pendeta Terry Jones mengatakan: ''Kami harus mengirimkan pesan 
yang jelas kepada unsur radikal Islam.''

Kontroversi berlangsung ketika hubungan Amerika dan Islam sedang disoroti.

Debat sengit sedang berlangsung di AS soal rencana membangun masjid dan pusat 
kebudayan Islam hanya beberapa blok dari Ground Zero, lokasi serangan 9//1 di 
New York.
'Masalah signifikan'
Massa warga Kabul membakar boneka Terry Jones

Massa warga Kabul membakar boneka Terry Jones

Meski jamaahnya beranggotakan tidak lebih dari 50 orang, rencana gereja di 
Gainesville, Florida itu menarik perhatian di seluruh dunia, termasuk 
penentangan melalui demonstrasi di Afghanistan dad Indonesia.

Jenderal David Petraeus, panglima AS di Afghanistan, hari Senin mengatakan aksi 
itu bisa menimbulkan masalah ''tidak hanya di Kabul, tapi di semua tempat di 
seluruh dunia''.

''Itu tidak beda dengan macam aksi yang digunakan Taliban dan bisa menimbulkan 
masalah besar,'' kata Petraeus dalam pernyataan.

Vatican, pemerintah Presiden Obama dan Nato juga menyatakan kekhawatiran atas 
rencana membakar al-Quran.

Jurubicara Gedung Robert Gibbs mengatakan hari Selasa bahwa ''segala jenis 
kegiatan yang bisa membahayakan pasukan kita pasti menjadi keprihatinan''.

Pimpinan Nato Fogh Rasmussen mengecam rencana tersebut, dan mengatakan kepada 
wartawan bahwa membakar al-Quran melanggar ''nilai-nilai'' persekutuan militer 
Nato.

Dr Jones - penulis buku berjudu Islam is of the Devil - mengatakan dia memahami 
kekhawatiran umum, tapi tiba ''waktunya bagi Amerika untuk berhenti minta maaf 
atas aksi kami dan tunduk kepada raja-raja''.

Pendeta lain dari gereja yang sama mengatakan kepada BBC bahwa anggotanya 
berniat membakar ratusan salinan al-Quran Sabtu malam (11/9), yang bertepatan 
dengan ulang tahun kesembilan serangan 9/11, dengan mengesampingkan perintah 
pemerintah kota agar tidak menggelar api unggu di ruang terbuka.

Suatu kelompok lintas agama yang melibatkan pemuka Kristen, Katolik Roma, 
Yahudi dan Muslim yang bertemu di Washington hari Selasa mengutuk rencana itu 
sebagai pelanggaran nilai-nilai Amerika dan Injil.

''Saya mendengar banyak warga Amerika muslim menyatakan mereka belum pernah 
merasakan resah atau terancam ini di Amerika sejak 11 September,'' kata Inggris 
Mattson, presiden Islamic Society of North America.

Kabar tentang rencana pembakaran ini menuai protes di Afghanistan dan Indonesia.

Di Kabul hari Senin, sekitar 500 demonstran meneriakkan yel-yel ''hidup Islam'' 
dan ''Mampuslah Amerika'' sambil membakar boneka Jones.

Ribuan warga muslim Indonesia menghadiri unjuk rasa pekan lalu di Jakarta dan 
beberapa kota lain.
Tulisan dicabut

Tudingan bahwa serdadu Amerika Serikat telah menodai al-Quran di Afghanistan 
dan Iraq memicu pertumpahan darah di masa lalu.

Gelombang unjuk rasa yang menelan korban berlangsung di Afghanistan pada tahun 
2008, ketika tersiar kabar seorang serdadu AS yang dikerahkan di Irak menembaki 
mushaf kitab suci umat Islam itu.

Korban jiwa juga jatuh dalam kerusuhan di Afghanistan tahun 2005 ketia majalah 
berita Newsweek melansir berita bahwa petugas interogasi AS di kamp tahanan 
Teluk Guantanamo memasukkan mushaf al-Quran ke dalam toilet.

Berita belakangan dinyatakan palsu dan dicabut oleh majalah tersebut.


Kirim email ke