Dear all
Minggu
lalu, kebijakan mengenai KIA telah mulai dibahas, Banyak yang berpendapat
termasuk mahasiswa-mahasiswa S2 IKM FK UGM dari berbagai profesi yang membahas
mengenai situasi daerah masing-masing. Pendekatan analisis memang dianjurkan
menggunakan Segitiga Kebijakan yang mencakup: Isi, Konteks, Aktor, dan Proses.
Karena masih banyak yang ingin berpendapat, kami silahkan terus mendiskusikan
di miling list.
Sambil
membahas analisis kebijakan, kita masuk ke diskusi Pemetaan Intervensi KIA. Apa
yang disebut Pemetaan Intervensi? Pengembangan Pemetaan Intervensi KIA diilhami
oleh pemikiran yang dipaparkan oleh Kay
Bartholomew, Guy S. Parcel & Gerjo Kok.  Dalam usaha memetakan intervensi yang 
efektif, sejak tahun 2009, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
(PKMK) FK UGM telah mengembangkan berbagai program intervensi dan inovasi di
dalam KIA secara komprehensif. Hasilnya adalah sebuah model intervensi untuk
mengatasi berbagai masalah KIA yang kompleks.
Model Pemetaan Intervensi KIA pada sebuah kabupaten/kota dapat
digambarkan sebagai usaha menggambarkan berbagai intervensi dengan menggunakan
pendekatan continuum of care dari hulu ke hilir. Hasil intervensi diukur
dengan angka absolut kematian bayi dan ibu di kabupaten/kota. Ditegaskan bahwa
outcomenya adalah kematian, bukan cakupan-cakupan sehingga membutuhkan data
yang baik. Dengan indikator data kematian setempat, maka “adrenalin dalam
program penurunan kematian ibu dan bayi” dapat ditingkatkan.
      Pendekatan
ini dimulai dengan memetakan permasalahan yang terjadi di masyarakat sampai ke
rumah sakit. Mohon klik di www.kesehatan-ibuanak.net.
Pemetaan ini menggambarkan permasalahan dari hulu ke hilir. (Lihat sebelah 
kiri, berwarna Oranye). Dari
permasalahan tersebut, dengan menggunakan metode akar permasalahan, akan dicari
intervensi yang sesuai dengan permasalahannya (Sebelah kanan). Intervensi dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar:
1.    Intervensi kegiatan
langsung ke masyarakat (berwarna hijau tua), dan
2.    Intervensi penguatan
sistem manajemen dalam program (berwana biru tua).
Intervensi
kelompok pertama mengacu ke artikel di Lancet seperti intervensi di masyarakat
secara terjadwal, intervensi keluarga, dan intervensi klinik sampai ke RS
PONEK.
Pemetaan intervensi ini bertujuan agar kebijakan dan program KIA di sebuah
kabupaten dapat dijalankan secara komprehensif dan mempunyai besaran kebijakan
yang sesuai dengan permasalahan. Oleh karena itu ikon intervensi dilambangkan
dengan sebuah tombol yang dapat diputar. Anda dapat melakukan penilaian sendiri
akan intensitas program dan keadaan sistem manajemen sesuai permasalahan dengan
mengklik tombol-tombol tersebut.
         Jika dilihat pelakunya, maka tombol-tombol
intervensi di hulu sebagian besar dilakukan bukan oleh Dinas Kesehatan namun
lebih lintas sektor. Hal ini memang logis karena pendekatan hulu untuk mencegah
orang sehat menjadi sakit banyak dilakukan oleh sektor lain misal pangan dan
gizi, sanitasi, lingkungan  keluarga, dan
sebagainya. Di hilir lebih mengarah pada pelayanan kesehatan dari pelayanan
primer sampai rujukan di rumahsakit yang tentunya dilakukan oleh pelaku sektor
kesehatan.
Peta
ini tentunya berbeda-beda di setiap kabupaten. Secara garis besar di Indonesia
dapat dibagi menjadi 3 daerah yang berbeda sekali. Daerah tipe pertama seperti
Papua dimana kematian ibu dan bayi banyak terjadi di masyarakat. Daerah tipe 
kedua
seperti di NTT di kematian ibu dan bayi sedang beralih dari rumah/masyarakat ke
fasilitas kesehatan dan akhirnya meningkat di rumahsakit. Daerah tipe ketiga,
contohnya  adalah DIY dimana kematian ibu
dan bayi sebagian besar (90% lebih) berada di rumahsakit. 
Intervensi di daerah-daerah yang berbeda tersebut tentunya
berbeda intensitas di hulu dan hilirnya. Papua sangat membutuhkan perbaikan
hulu karena memang masih sangat buruk. Akan tetapi di DIY pendekatan hulu 
relatif
lebih ringan, sementara justru masalah pelayanan rumahsakit dan rujukan menjadi
factor penting yang menentukan jumlah kematian ibu dan bayi. Walaupun
berbeda-beda intensitasnya, tetap dianjurkan intervensinya merupakan kombinasi
hulu dan hilir dengan baik. Koordinasi hulu dan hilir sangat dibutuhkan. Sebagai
gambaran dengan pelayanan yang baik di rumahsakit, maka penyebab kematian dapat
diketahui secara lebih rinci. Dengan demikin  intervensi di hulunya menjadi 
lebih tepat dan
dapat didukung oleh seluruh stakeholders.
Dengan  pemahaman hulu
dan hilir yang terintegrasi ini maka intervensi KIA dapat berupa pelayanan
promotif dan preventif di masyarakat, keluarga, dan fasilitas kesehatan, serta 
pelayanan
kuratif di puskesmas dan rumahsakit. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama antar
profesi dalam menurunkan kematian ibu dan bayi, termasuk peran aktif para bidan,
dokter umum, spesialis obsgin, spesialis anak, sampai ke promotor kesehatan dan
perencana keuangan di pemerintah kabupaten.
Bagaimana komentar anda dengan model berfikir ini? Apakah
masuk akal?  Kami melihat bahwa model ini
sangat penting untuk menjadi dasar penyusunan policy brief dan usulan berbagai
strategi operasional untuk penurunan kematian ibu dan bayi. Silahkan anda
komentari model berfikir ini. Dengan komentar anda diharapkan model semakin 
baik dan semakin berguna untuk aplikasi di lapangan.

 
Salam
Laksono
TrisnantoroDosen Bagian IKM Fakultas Kedokteran UGM

Peneliti pada Pusat Kebijakan dan Manajemen (PKMK) FK UGM.

Kirim email ke