Sebutan rasis terlalu keras, apalagi ditujukan kepada pelawak yang memang
tidak fokal berpolitik atau tidak fanatik terhadap aliran politik manapun.
Seseorang baru bisa disebut rasis kalau memang dalam segala tindak
tanduknya, perbuatannya, ucapannya dan pemikirannya sudah wujud paham
kebencian, ketidak-sukaan dan berat sebelah kepada golongan-golongan lain
diluar golongan atau kelompoknya sendiri. kalau hanya keceplos atau khilap
karena gurau itu tidak termasuk rasis. Yang diperlukan hanyalah permintaan
maaf kepada yang tersinggung jika diperlukan.Pangeran Harry dari England
saja yang kelas bangsawan dari negara berpengaruh bisa keceplos menyebut
sesuatu yang berbau rasis kepada tentara bawahannya, apalagi seorang Tukul.
SH




On Wed, Jan 28, 2009 at 11:51 AM, Berthy B Rahawarin
<brahawa...@yahoo.com>wrote:

> Dear All,
>
> Saudara Rudi Iskandar yang menulis "Surat Pembaca" di bawah, mungkin
> sedikit membawa kekeliruan persepsi, seperti halnya pijakan KPI.
>
> Mas Tukul itu sedang "membawa lawakan hiburan". Kalau ada interpretasi
> out-of context ke sikap rasialis, itu tentu jauh dari benak kepolosan
> melawak mas Tukul. Saya bukannya tidak melihat kekurangan pada kreatifitas
> pada "Empat Mata" yang menjadi "Bukan Empat Mata", tetapi dalam
> keseluruhannya, acara mas Tukul dan Tim, adalah hiburan kreatifitas nan
> alami yang cerdas. Mas Tukul adalah satu dari satu juta orang Indonesia yang
> selera humor spontan.
>
> Kalimat yg saudara Rudi sebutkan, meskipun saya atau pembaca lain tidak
> menonton, tampaknya interpretasinya mudah nan luar biasa ditangkap maksud
> dan konteksnya. Itu yang mengigit kuku, tidak ditujukan kepada "Manusia di
> Kalimantan" tetapi "keistimewaan alam Kalimantan yang punya 'Orang-Utan'
> yang dalam bahasa Inggris juga tidak diterjemahkan, tetapi tetap
> mempertahankan kata "Orang-utan". Mestinya, ucapan saudara Tukul menjadi
> perhatiannya yang khusus bagi Kalimantan. Daerah lain yang merasa tidak
> pernah disebut saudara Tukul, tampaknya ingin mendapat perhatian Tukul.
>
> Mari memajukan dan mendukung kreatifitas Anak Bangsa dengan memberi ruang
> keluwesan kreatifitas. Saya tidak punya interese pada Tukul atau tim-nya,
> tapi pada hidupnya kreatifitas dan kecerdasan anak bangsa mengelolah dialog
> pemikiran dan bahasa yang tidak selalu mengernyitkan dahi.
>
> So mas Rudi dan Tim KPI, mari kita belajar dengan rendah hati mengikuti
> show yang membawa hiburan. Karena, banyak "lawak" di negeri ini yang tidak
> lucu, karena aktornya pejabat, birokrat, dst, orang-orang yang mestinya
> dihormati, bukan ditertawakan.

Kirim email ke