Rekan-rekan yang budiman,

Dimanapun, tampaknya akan selalu ada politisi ataupun pendukung politisi yang 
menggunakan agama atau isu-isu primordial lainnya dalam kampanye. Jadi ini 
bukan unik atau spesifik karakter demokrasi kita. Persoalannya lebih pada 
bagaimana pihak pihak yang berwenang, termasuk para kontestan mensikapinya. 
Tentu kita semua masih ingat bagaimana kasus berbagai selebaran atau tulisan 
tulisan di internet yang mengatakan Obama adalah Muslim dalam kampanye pilpres 
Amerika tahun lalu.

Saya cuplik sebagian tulisan di blok saya soal ini, yang saya tulis tahun lalu. 
Poin saya semata-mata adalah bahwa relasi agama dan politik adalah persoalan 
umum di banyak negara. Tugas kita adalah dewasa mensikapinya.

"Dinegara maju seperti Amerika, dinegara berkembang seperti Indonesia, soal 
agama dan politik tampaknya sama saja. Fenomena Barack Obama di Amerika adalah 
bukti paling mutakhir betapa agama tak dapat dilepaskan dari kehidupan politik.

Diawal kemunculannya sebagai bakal calon presiden lebih dari setahun yang lalu 
sebagian publik Amerika mulai mempersoalkan kaitan Obama dengan Islam. Ayahnya 
yang berasal dari Kenya adalah seorang muslim. Berkembang pula rumor bahwa 
ketika berada di Indonesia, Obama bersekolah di "madrasah." Bagi publik 
Amerika, madrasah berkonotasi sebagai sekolah tempat muslim radikal. Seorang 
reporter Fox News, ketika membahas masalah ini di sekitar akhir 2007 lalu 
berkomentar kira-kira begini: "if he really attended a radical muslim school in 
Indonesia, this is huge!" Kalimat "this is huge" maksudnya untuk menunjukkan 
bahwa ini adalah masalah besar yang tak boleh diabaikan. CNN kemudian membuat 
liputan tandingan atas masa lalu Obama di Indonesia. Nyatalah kemudian bahwa 
Obama hanyalah bersekolah di SD negeri dikawasan Menteng Jakarta Pusat.

Salah satu website kelompok konservatif di Amerika, Human Events, mengulas 
bahwa bila Obama terpilih sebagai presiden, maka ia akan menjadi presiden 
muslim pertama di Amerika. Brian Williams, seorang pewawancara terkenal dari 
NBC Amerika, ketika menjadi panelis dalam debat antara Hillary dan Obama dalam 
pemilihan pendahuluan di Ohio, juga mengkonfirmasi dan meminta komentar Obama 
soal kemuslimannya. Kata Brian, "sebagian publik Amerika mempercayai rumor 
bahwa anda ketika disumpah menjadi senator mewakili Negara Bagian Illinois, 
tidak menggukana Bible, tapi menggunakan Koran (Qur'an), apa pendapat anda?" 
Obama ketika itu hanya tersenyum dan sekali lagi menyatakan berita itu bohong 
dan dia tidak pernah menjadi muslim. Seorang pendeta konservatif, yang menjadi 
pendukung John McCain, saya lupa namanya, selalu menyebut nama Obama secara 
lengkap dalam pidatonya: Barack Hussein Obama. Kata "Hussein" selalu lebih 
ditekankan dalam penyebutan itu. Maksudnya tentu saja untuk menunjukkan kaitan 
antara Obama dengan muslim/Islam.

Dalam salah satu FGD (Focused Group Discussion) yang disiarkan oleh stasiun 
televisi publik PBS, salah satu yang muncul dibenak peserta ketika ditanya soal 
Obama oleh moderator adalah bahwa dia seorang muslim. Ketika ditanya lagi apa 
memang benar begitu, kebanyakan peserta itu ragu-ragu. Artinya mereka tidak 
yakin apa benar Obama bukan muslim. Fenomena paling terkini adalah kartun di 
surat kabar The New Yorker yang menggambarkan Obama berpakaian seperti Taliban 
dan Michelle (istrinya) yang berpakaian teroris dan bersenjata, sedang beradu 
kepalan tangan (tanda keakraban) dengan latar belakan bendera Amerika yang 
dibakar. Stasiun TV Fox News yang juga memberitakan kartun ini, menyiarkan pula 
hasil survey terbaru soal kaitan Obama dengan muslim. Dari survey itu, 12 
persen publik Amerika percaya bahwa Obama seorang muslim, 32 persen percaya 
Obama dibesarkan keluarga muslim, dan lebih dari 40 persen percaya bahwa Obama 
memiliki "muslim connection.""

Peace!
djayadi, columbus, ohio.



--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Herry Mety" <mambo...@...> wrote:
>
> Rekan-rekan milist yang budiman,
>
> Sekali lagi kita dibuat terperangah dan bertanya-tanya, ada apa dengan 
> praktik demokrasi kita? Beberapa hari ini, di beberapa media beredar berita 
> tentang black campaign terhadap Budiono di Medan. Selebaran itu mengatakan 
> bahwa istri Budiono adalah seorang Katolik. Terlepas dari benar atau tidak, 
> saya hanya bertanya: mengapa agama seseorang dibawa-bawa? MEMANGNYA KENAPA, 
> KALAU ISTRI BUDIONO KATOLIK? ATAU BERAGAMA LAIN SELAIN ISLAM? ATAU LEBIH 
> EKSTRIM, MEMANGNYA KENAPA KALAU ISTRI BUDIONO TIDAK BERAGAMA?
>
> Kalau memang benar istri Budiono atau salah seorang anak bangsa yang muncul 
> dalam kancah kepemimpinan nasional adalah seorang Katolik atau beragama lain 
> selain Islam, memangnya kenapa? Apakah hanya orang Islam saja yang menjadi 
> anak bangsa di republik ini? Apakah orang-orang yang beragama lain selain 
> Islam tidak mampu menjadi pemimpin nasional atau menjadi pemimpin di bidang 
> publik lainnya?
>
> Saya bukan pendukung siapapun dalam PILEG lalu dan PILPRES nanti. Ternyata, 
> bangsa ini masih juga terjebak pada primordialisme dan sektarianisme. Sangat 
> menyedihkan...
>
> Tabik,
>
> Herry Metty

Kirim email ke