Tak perlu sedih, kenyataan politik memang begitu. Tanpa bermaksud menjadikannya 
kiblat, perbandingan saja, di AS semenjak merdeka 1776 juga berlaku seperti 
konsensus tak tertulis, bahwa presiden AS harus laki-laki, anglo saxon, kulit 
putih, dan beragama protestan. Soal agama baru didobrak saat Kenedy yang 
Katholik dilantik tahun 1960, hampir 2 abad setelah merdeka. Soal warna kulit 
baru berubah saat Obama dilantik, 233 tahun setelah merdeka! Bahkan lawan 
politik Obama juga meniupkan isu Obama sebagai muslim saat pipres AS lalu. Itu 
di AS lho, yang katanya sangat pluralis dan rakyatnya sudah berpendidikan jauh 
lebih tinggi dari Indonesia.

Dalam kasus ini, disengaja atau tidak, isu fundamental agama kembali dibawa ke 
dalam ranah politik. Itu yang menyedihkan!

Salam,



________________________________
Dari: Herry Mety <mambo...@yahoo.co.id>
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Terkirim: Jumat, 26 Juni, 2009 11:28:36
Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Apa Masalahnya kalau Istri Boediono Bukan 
Islam?





Rekan-rekan milist yang budiman,

Sekali lagi kita dibuat terperangah dan bertanya-tanya, ada apa dengan praktik 
demokrasi kita? Beberapa hari ini, di beberapa media beredar berita tentang 
black campaign terhadap Budiono di Medan. Selebaran itu mengatakan bahwa istri 
Budiono adalah seorang Katolik. Terlepas dari benar atau tidak, saya hanya 
bertanya: mengapa agama seseorang dibawa-bawa? MEMANGNYA KENAPA, KALAU ISTRI 
BUDIONO KATOLIK? ATAU BERAGAMA LAIN SELAIN ISLAM? ATAU LEBIH EKSTRIM, MEMANGNYA 
KENAPA KALAU ISTRI BUDIONO TIDAK BERAGAMA?

Kalau memang benar istri Budiono atau salah seorang anak bangsa yang muncul 
dalam kancah kepemimpinan nasional adalah seorang Katolik atau beragama lain 
selain Islam, memangnya kenapa? Apakah hanya orang Islam saja yang menjadi anak 
bangsa di republik ini? Apakah orang-orang yang beragama lain selain Islam 
tidak mampu menjadi pemimpin nasional atau menjadi pemimpin di bidang publik 
lainnya?

Saya bukan pendukung siapapun dalam PILEG lalu dan PILPRES nanti. Ternyata, 
bangsa ini masih juga terjebak pada primordialisme dan sektarianisme. Sangat 
menyedihkan. ..

Tabik,

Herry Metty

Kirim email ke