Saya mau sharing betapa susahnya untuk meminta akademisi untuk menulis di majalah Berita Sedimentologi dan aktif di Forum Sedimentologi Indonesia (FOSI). Saya pernah tanya kenapa tidak menyumbang tulisan, alasannya mula-mula karena tidak ada nomor ISSN / ISBN. Karena hal ini kami mendaftarkan majalah ini ke LIPI. Setelah mendapat ISSN / ISBN masih juga tidak banyak mendapat kontribusi. Tapi alasannya ganti: FOSI / Berita Sedimentologi ini adalah majalah atau organisasi LOKAL. Jadi sayang kalau papernya di publish secara domestik, lebih baik sekalian INTERNATIONAL.
Akhirnya kami cenderung untuk minta kawan-kawan dari industri untuk menyumbangkan tulisan. Mungkin karena mereka tidak cari cum / credit point dan mungkin mereka memang 'jatuh cinta' jadi mau menulis seperti Awang sampaikan sebelumnya. Herman -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 24, 2008 6:53 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral Presentation "Perasaan" bahwa poster kelas dua harus dihapuskan baik dari panitia konvensi maupun peserta konvensi, juga penulisnya. Tidak bisa dinafikan bahwa perasaan kelas dua itu masih ada. IPA dalam lima tahun terakhir ini boleh dikatakan tak menganut pembedaan itu, sekali paper lengkapnya dimuat dalam proceedings, maka hilanglah mana paper oral mana paper poster. Menyiapkan poster lebih susah daripada sekedar menyiapkan presentasi oral. Menyiapkan poster lebih makan waktu, tenaga, dan biaya. Dulu saat presentasi oral masih menggunakan slide 35 mm menyiapkan presentasi oral sama susahnya dengan menyiapkan poster. Sekarang, dengan menggunakan power point presentation, 10 menit sebelum presentasi pun kita masih bisa melakukan perubahan atas bahan presentasi bila diperlukan. Presentasi oral hanya 15-20 menit, lalu diskusi 5-10 menit; habis itu orang melupakannya. Pembicara hanya cukup membawa flash disk dan memberikan bahannya ke panitia untuk di-copy. Nah, poster : booth-nya dijagai pembuatnya bisa setengah hari-sehari. Lalu ia/mereka juga mesti siap sedia menjawab pertanyaan pengunjung selama posternya digantung. Membawanya ke tempat konvensi pun tak sederhana, tak hanya disakui seperti flash disk; tapi mesti dibawa menggunakan tabung pipa, dibawa terbang, jauh melintasi benua2 (kalau mengikuti konvensi internasional), merepotkan. Dan, biaya membuat poster dengan kualitas cetak yang prima sungguh tak murah biayanya. Maka, sungguh tak adil kalau poster dikelasduakan sebab dalam banyak hal menyiapkannya lebih susah daripada presentasi oral. Hanya, dalam pengamatan saya, orang2 lebih senang menonton presentasi oral daripada presentasi poster. Mengapa ? Sebagian karena kesalahan panitia juga yang menempatkan abstrak2 yang menurutnya menarik menjadi presentasi oral; sedangkan yang ditaruh di poster yang menurutnya biasa2 saja; atau bila tak tertampung di oral, maka ditaruh di poster saja. Sebagian lagi karena penonton umumnya pasif, mereka merasa lebih nyaman duduk di ruang yang enak, setengah gelap, dan mengikuti presentasi oral dengan nyaman. Coba kalau melihat poster, mereka mesti berdiri, berhadapan dengan penulisnya, dan merasa canggung bila diam saja tak bertanya. Jadi, para pengunjung poster hanya berjalan-jalan cepat melihat poster2 dari jauh. Unrtuk mendekatinya agak enggan, apalagi kalau di booth poster itu gak ada orang lain hanya penulisnya. Umumnya si pengunjung tak akan mampir untuk berdiskusi dengan penulisnya. Maka, begitu juga alasan mengapa booth poster sering juga tak dijagai penulisnya -yang lihat aja gak ada kok... Kalau booth poster bersebelahan dengan booth pameran industri, nah celakalah,sebab booth pameran industri selalu menjadi magnet yang paling kuat di setiap konvensi. Maka,kalau poster terasa sebagai kelas dua, ya kesalahannya ada di kita juga. Semuanya harus berubah sebab presentasi poster harus dihargai setinggi presentasi oral, penghargaannya juga harus sebanyak kategori2 penghargaan di oral, jangan dibedakan. Penulis poster harus menyerahkan full paper seperti juga oral. Tentang nilai cum untuk penulisan makalah, mestinya saat ini sudah direvisi. IPA tak mencetak prosiding-nya secara langsung, tetapi berdasarkan pesanan. Alasannya, biaya mencetak prosiding IPA itu semakin mahal,sehingga satu volume harganya bisa sekitar Rp 1 juta. Memang di penilaian cum ada kategori2 tertentu apakah makalahnya dimuat di jurnal nasional, internasional, di publikasi yang punya ISBN, atau ISSN, dll. Dalam era digital seperti sekarang mestinya aturan2 itu ditinjau lagi. Menulis paper untuk mengejar nilai cum guna mencapai posisi2 tertentu di akademik memang pendorong semangat berkarya; hanya setelah posisi itu tercapai, diharapkan jangan berkurang berkaryanya. Menulis memang bisa berkorelasi dengan mengejar jabatan, sebab begitu memang rangsangan aturannya; tetapi menulis paper sejatinya adalah untuk kemajuan sains yang pada akhirnya berguna juga untuk kemajuan bangsa. Pengalaman pribadi saja, belasan tahun saya telah menulis paper dan berbagai publikasi lainnya, sampai saat ini ada 130 publikasi, setengahnya adalah paper2 ilmiah di berbagai pertemuan atau jurnal2 nasional dan internasional yang ada makalah lengkapnya. Tidak ada nilai cum, tidak ada posisi jabatan tertentu yang diberikan karena karya2 tulis itu. Yang ada hanyalah perasaan cinta kepada geologi yang semakin mendalam. Tetapi begitulah bila orang jatuh cinta, tentu banyak ia menulis surat. salam, awang Eddy Subroto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mas Syaiful, He he enggak, saya di Bandung saja (di kantor). Lho kan ITB mempergunakan jasa AI3 (jangan tanya singkatannya karena saya lupa) dari Jepang. Jadi kalau saya kirim email, maka setelah melalui servernya ITB, email saya jalan-jalan dulu ke Jepang dan baru dikirim ke server IAGI. Mungkin di perjalanan itu jam saya diganti dengan GMT. Jadi kalau ingin tahu saat saya mengirim, ya GMT + 7. Hal lain, sampai saat ini masih sulit seseorang mengklaim makalah di prosidings yang diterbitkan dalam bentuk CD, padahal kecenderungan sekarang organisasi besar seperti AAPG menerbitkan prosidingsnya dalam bentuk CD yang praktis. Nah, beberapa teman yang mengajukan permohonan kenaikan jabatan banyak yang terganggu (terhambat) karena tidak memiliki prosidings yang dalam bentuk buku. Pak Zaim (kalau baca) akan dapat mengomentari juga masalah ini. Semoga saja milis ini dibaca oleh pejabat yang berwenang mengganti kebijakan sehingga presentasi dalam bentuk oral atau poster nilainya sama. Kalau seperti di IPA yang menerbitkan makalah baik poster maupun oral di prosidings tidak masalah. Kita dapat saja menyebutnya sebagai makalah oral toh tidak diminta bukti daftar acara. Yang diminta hanya prosidingsnya saja. Jadi walau saya sudah mendapat CD dari Konvensi IPA, misalnya, kalau saya mau menggunakan makalah di dalam CD itu untuk naik jabatan dan tidak mau bermasalah, maka saya harus beli bukunya. Karena itu saya terus tanya terbitnya Proceedings IPA tahun sebelumnya karena makalah saya ada di dalamnya. Untuk IPA yang akan datang ini tampaknya saya tidak perlu beli buku prosidingsnya, lha makalah saya tidak diterima. Wsalam, EAS > Abah Yanto, pak Eddy, dkk lainnya, > > Terimakasih atas masukan dari pak Eddy. Sebelumnya mohon maaf, apakah pak Eddy sedang berada di luar negeri? Catatan waktu di komputer yg pak Eddy gunakan berbeda jauh dengan wib, sehingga ada 2 kemungkinan: komputernya salah setting utk waktu, atau ya itu tadi, pak Eddy sedang jalan2 ke luar negeri. > > Mengenai tindakan dari 'panitia' (iagi, ipa, dll), sudah dilakukan kok. Tidak hanya sekedar abstrak, bahkan full paper atau > extended-abstract utk makalah yg dipresentasikan sbg poster, juga sudah dimasukkan proceedings (entah dalam format digital atau pun hardcopy). Artinya, utk kedua jenis presentasi tsb, sudah diperlakukan hal yg sama: penulis/presenter sama2 diminta mengirimkan makalah lengkapnya. > > Nah, mungkin sekarang mesti dihimbau agar yg dikemukakan oleh pak Eddy tentang perbedaan kredit yg didapat, utk dihapuskan alias kreditnya mesti sama. > > Jaman dulu, paling tidak hingga akhir abad 20, memang utk ikut > presentasi oral atau poster sangat jauh berbeda, sbb: > > Makalah utk PRESENTASI ORAL (jadul): > * setelah membuat abstrak dan diterima, harus mengirimkan makalah lengkap; > * harus mempersiapkan materi presentasi (yg sangat sederhana ya dengan plastik murahan utk ditulisi spidol, atau yg agak mahal dikit dg plastik khusus dan tulisan atau gambar dicetak: ini kalo mau > menggunakan overhead projector alias OHP; nah, yg lebih canggih waktu dulu, menggunakan slide projector, bisa satu projector dan satu layar, atau dua projector dan dua layar: mesti ribet utk mempersiapkan gambar di draftsman, terus difoto dulu dg kamera positif, dst, dst) --> yg jelas, rumit, repot, makan banyak waktu, tenaga, dan biaya. > > Makalah utk PRESENTASI POSTER (jadul): > * cukup mengirimkan abstrak saja; > * tinggal menentukan media (kertas, karton, dll) dan tulisan serta gambar tinggal ditempelkan saja. > > JAMAN KINI, semua persiapan sama (abstrak, makalah lengkap), bedanya hanya cara presentasi. > > Nah, kembali kepada pak Eddy dan rekan2 di lembaga yg memberikan kredit utk karyawan yg memberikan presentasi, apakah kedua jenis presentasi tsb dapat dihargai sama? Sekarang, dalam beberapa kasus, membuat poster lebih syusyahhh lho dibandingkan mempersiapkan > presentasi oral (seperti disitir oleh pak Eddy). > > Bagaimana? > > salam, > syaiful -------------------------------------------------------------------------------- PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) * acara utama: 27-28 Agustus 2008 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 * abstrak / makalah dikirimkan ke: www.grdc.esdm.go.id/aplod username: iagi2008 password: masukdanaplod -------------------------------------------------------------------------------- PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. --------------------------------------------------------------------- --------------------------------- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. -------------------------------------------------------------------------------- PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) * acara utama: 27-28 Agustus 2008 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 * abstrak / makalah dikirimkan ke: www.grdc.esdm.go.id/aplod username: iagi2008 password: masukdanaplod -------------------------------------------------------------------------------- PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------