Meener Jeims (inikah pelafalan nama anda dalam bhs Indonesia?), Seandainya saya belajar Pancasila seumur hidup dan tetap ndak ngerti2, apakah meneer Jeims akan melarang saya berkomentar ttg Pancasila? (Kalau anda pendukung pak Harto, pertanyaan ini saya batalkan :-))
Saya pikir, seandainya pun saya belajar agama Islam, Kristen, dsb termasuk belajar ajaran2 yg saya percayai sendiri selama seumur hidup, saya akan tetap tak bisa mengerti2 sepenuhnya karena ajaran agama itu hal yg tak bisa diseragamkan tafsiran dan pengertiannya. Makanya saya tak mengerti kenapa ada yg meminta saya 'belajar dulu agama X' ketika berdiskusi ttg agama padahal kalau mau fair, diskusi agama harus berbasis pada prinsip2 yg juga diterapkan ketika belajar ilmu2 'duniawi' (semacam ilmu2 eksakta) di sekolah2 dan di kampus2. Justru sebaliknya saya merasa banyak jenis pelajaran eksakta dgn banyak konsep2 matematika yg bukan hanya lebih mudah dipelajari dan dimengerti kemudian, bahkan saya bisa mengerti kenapa ada bagian2 dalam pelajran eksakta tsb yg harus lebih dulu dipelajari untuk bisa memahami bagian2 yg lainnya. Jadi kalau berpegang pada konsep agama sebagai konsep individual yg tafsiran dan pengertian ajaran2-nya tak bisa diseragamkan, maka makna kata benda 'blasphemy' itu tidak pernah ada, melainkan hanya ada di DALAM PIKIRAN orang2 yg CUMA merasa dan menganggap memiliki SATU AGAMA dg PENAFSIRAN TUNGGAL. Orang2 ini yg demikian mudah merasa tersinggung ketika mereka manganggap (cuma menganggap/ berasumsi lho) bahwa SATU TAFSIRAN yg seragam ajaran2 agamanya diubah oleh orang lain. Orang2 semacam ini ada di setiap agama, baik Islam, Kristen, Hindu, Buddha bahkan di antara aliran2 kepercayaan atau cult2 semacam yg dibangun oleh David Koresh, oleh KKK atau oleh cult yg lari dari AS hanya untuk bunuh diri ramai2 di Guyana, selain contoh hanngat saat sekarang: konflik Syiah dan Sunni di antara ummat Islam. Di sinilah saya sejak awal merasa dan menulis keyakinan saya bahwa para pemeluk agama Kristen tidak akan demo2 atau protes bakar karena mayoritas di antara mereka (spt rekan Idakhow) sama sekali tidak merasakan dokumenter itu sebagai suatu 'blasphemy' sebab mereka sudah terdidik atau dididik atau dibiasakan dg perbedaan. Mis. mereka sudah biasa melihat atau cuma mendengar atau cuma diberitahu berbagai patung2 atau gambar2 Jesus mulai dari yg jenis yg paling umum (berwajah Eropah) sampai Jesus berkulit hitam. Pada konteks ini saya membandingkan reaksi yg dingin2 dari umat Kristen dan Yahudi thd dokumenter ini dg reaksi sebagian muslim yg begitu gampang marah2 ketika ada kasus kartun nabi padahal kalau dilihat dari sumber awalnya, mestinya berita pameran di Denmark itu lebih sulit tersebar luas karena tidak diawali oleh kantor berita besar spt CNN. Sebaliknya media2 yg merupakan sumber awal yg memuat headline berita kartun nabi berasal dari koran2 di negara2 Islam/ Arab. Kesimpulan lain, saya menulis ini untuk membiasakan semua anggota2 milis, atau umumnya warga Indonesia, berbicara ttg hal2 yg selama ini dianggap 'taboo' atau sensitif untuk dibicarakan sebab saya yakin tingkat 'emotion-driven sensitivity' (semacam perasaan 'taboo', perasaan mudah tersinggung, perasaan takut dianggap 'blasphemy, dsb yg sifatnya semu) seseorang thd suatu topik adalah fungsi berbanding terbalik dg frekuensi keterlibatan orang tsb dalam topik 'sensitif' tsb. Sebaliknya, kardar rasional orang tsb berbanding langsung dg frekuensi keterlibatan orang tsb dalam topik 'sensitif' tsb. Artinya, apabila suatu topik yg tadinya dianggap sensitif lebih sering dibicarakan, maka kadar 'sensitivity' SECARA EMOSIONAL yg dimiliki oleh mereka yg terlibat dalam topik tsb akan semakin menurun (dan sebaliknya kadar rasional ybs semakin tinggi. Ilustrasi perubahan kadar sensitifitas dan kadar pola pikir rasional setelah melewati masa ber-abad2 di antara sebagian besar umat kristen secara tak langsung sudah diberikan oleh anda2 semua. Salam --- In mediacare@yahoogroups.com, James A <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalau memang gak perduli, gak ngerti, dan gak mau mengerti ya sebaiknya jangan komentar atuh :) > > Jadi keliatan banget ngga ngertinya dimana :P > > Sudahlah Pak, komentar yang lain saja, yang gampang-gampang gitu loh. Jangan pilih topik yang sulit, apalagi situ sudah bilang gak ngerti dan gak mau ngerti. > > Seperti yang dibilang Idakhouw, gak ada yang aneh di dokumenter itu (basbang).