maaf yach, apa nggak salah tuch Faisal Basri atau Hasan Basri? Hasan basri
khan udach almarhum

ok byee
HAR
----- Original Message -----
From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, September 01, 1999 7:11 AM
Subject: Re: Calon Pemimpin Indonesia?


> Jeffrey Anjasmara:
> Salah...Kedaulatan tertinggi ada di tangan Mr. Irwan sebagai
pengejawantahan
> suara 35% pencoblos. Dia yang berhak menentukan siapa yg paling
demokratis,
> siapa yang reformis, dlsb.
> Anda bilang mendukung PAN dan PKB, nyatanya anda sibuk menjelekkan Amien,
AM
> Fatwa dlsb. karena mereka tidak mendukung PDIP. Anda angkat Hasan Basri
> sebagai pahlawan dari PAN yg sejati, hanya semata-mata dia mencalonkan
> Megawati. Kesimpulan yang dapat ditarik dari posting-posting anda kan
semua
> yang tidak mendukung PDIP bukan reformis, mau anda tutup-tutupi bagaimana
> lagi sih? Kalau ngomong jangan diputar-putar ah. Setelah gerombolan anda
> BRidwan-Efron sibuk kasak-kusuk menjelekkan Amien, sekarang diperkuat oleh
> Saluling. Rupanya benar bahwa Permias@ dapat menipu peserta dengan
berbagai
> jalinan tanya jawab yang rapi sehingga dapat menjerumuskan peserta.
> Penyusunan tanya-jawab ini mengingatkan pada acara dari desa ke desa.
> Dari dulu anda sebut-sebut rakyat terus. Sekarang bagaimana anda
menjelaskan
> posisi anda terhadap sistem pemilu model berjenjang yang dianut Indonesia
> saat ini? Apakah perlu diubah atau tidak? Bila tidak (berhubung Megawati
> tidak menghendaki) maka selamanya sistem perwakilan (MPR) akan berlaku.
> Konsekuensinya tidak ada yang berhak mengklaim sebagai calon tetap
presiden
> sebelum Sidang Umum MPR. Hal sesederhana ini harusnya anda camkan sebelum
> selalu menulis rakyat-rakyat-rakyat. Bosan dan geli bacanya. Anda kok
nggak
> belajar-belajar sih. Ih, capek tahu.
> Sekarang begini, suara 35% apakah dapat dianggap mewakili keseluruhan
suara
> rakyat? Bagaimana bila yang 65% kemudian mengumpulkan suaranya dengan cara
> menggalang persatuan pendapat dari wakil-wakil rakyat terpilih? Pertanyaan
> selanjutnya, suara 35% apakah bukan suara kelompok, yaitu suara kelompok
> pendukung Mega dan PDI-P. Bukan suara rakyat! Enak saja main klaim-nya.
> Sudah mengklaim tidak memakai dasar masih pakai ngotot lagi. Aneh bener
deh.
> Nih, biar anda tidak asal njeplak bibit anti demokrasi. Justru anda yang
> hendak menanamkan bibit anti demokrasi. Anda kan yang hendak memaksakan
> kehendak agar Mega menjadi presiden. Kok melangkahi suara wakil-wakil
> rakyat. Bung, anda cuma 1 orang dari 100 juta pemilih. Anda tidak berhak
> mengklaim bahwa pendapat anda yang paling benar. Masih banyak yang juga
> meluangkan pikiran dan waktu untuk mengevaluasi kejadian-kejadian di
> Indonesia. Makanya berkaca dulu sebelum mengklaim pihak lain pembawa virus
> demokrasi, bibit anti demokrasi. Anda ini yang justru tidak demokratis.
> Rakyat.
>
> Efron:
> Tadinya saya pikir Anda adalah orang yang cerdas dan mumpuni. Rupanya Anda
> lebih tolol ketimbang para politisi oportunis machiavelis.
> Memangnya 65% suara itu bisa bergabung lalu mengalahkan suara 35% PDIP?
> Berpikirlah yang realistislah! Memangnya orang-orang yang duduk di DPR dan
> MPR itu kambing dan keledai sehingga bisa diatur untuk bersatu melawan
> 35%-nya PDIP? Tengoklah "poros tengah"! Sebentar lagi mereka itu akan
> menjadi bangkai.
> Ingat, presiden RI bukan dipilih langsung oleh rakyat tapi oleh anggota
MPR.
> Jadi kalau mau berkoar-koar untuk menjatuhkan capres lainnya sebaiknya
> dilakukan di hadapan anggota MPR bukan dengan jualan obat di kaki-lima.
> Menyoal posisi saya sudah dijelaskan sebelumnya namun Anda sungguh bebal
tak
> menyimak. Ini saya paste-kan.
> -----Original Message-----
> From:   Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> <mailto:[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]>
> Sent:   Monday, 30 August, 1999 8:06 AM
> To:     [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Subject:        Re: MEGA &amp; LIPPOGATE
>
> Halo Jeff,
>
> Anda benar! Kalau dibilang "garis keras" bisa saya terima. Yang ada dalam
> diri saya sendiri saya tak pernah mencari suatu yang abu-abu. Kalau nggak
> hitam ya putih.
> Saya condong kepada PDIP bukan karena Mega. Tiga kali saya ikut pemilu
orba
> saya mencoblos PDI yang saat itu Mega tak populer (kecuali pemilu 97 saya
> tak ikut mendaftar). Saat itu saya menilai PDI sebagai partai wong cilik.
> Apalagi Suryadi adalah datang dari SMA yang sama dengan saya yaitu SMA 1
> Yogya. Jadi sentimen seperguruan cukup berpengaruh.
> Sekarang PDI meradang dan bermigrasi ke PDIP. Sebagai partai wong cilik
Mega
> tetap konsisten mengemban arah partai. Saya makin bersimpati karena PDIP
> tidak saja ditekan oleh pemerintah tapi juga oleh para oportunis
machiavelis
> yang ingin nongkrong di atas. Gebleknya lagi mereka itu meniup angin agama
> untuk menekan. Emangnya saya yang Kristen ini disuruh indekost.
> Anda agar hati-hati dan tak perlu LATAH ikut-ikutan menggunakan istilah
> "menghujat". Istilah menghujat pertama kali saya kenal/tahu dari Alkitab.
> Menghujat adalah padanan "to blaspheme". Kata ini dipakai oleh Pemuka
Agama
> Yahudi kepada Yesus Kristus sebagai "menghujat Allah" karena ngaku-ngaku
> Anak Allah.
> Kalau saya menghujat AR, emangnya AR itu malaikat atau Tuhan. Saya
> ngonek-ngoneke AR karena dari dulu saya nggak suka komentarnya yang banyak
> disiarkan di radio swasta di Yogya. Bikin kuping saya panas. Hanya saja
saya
> (waktu itu) nggak berani mengecamnya karena beliau dosen. Bisa-bisa dengan
> sifat machiavelis-nya saya dibikin tidak lulus. Sekarang, sesama Kagama
saya
> bisa ngomong apa saja tentangnya.
> Wassalam,
> Efron
>
> -----Original Message-----
> From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> <mailto:[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]>
> Sent:   Sunday, 29 August, 1999 5:24 AM
> To:     [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Subject:        Re: MEGA &amp; LIPPOGATE
>
> Here you go again....
> Kelompok Irwan-Efron-bRidwan ini kan kelompok garis keras pendukung PDIP.
> Jalan hidup mereka ditentukan oleh naik-turunnya pamor PDIP. Kalau kita
> lihat kan bRidwan ini rada halus cara penyampaiannya, cuma ujungnya masih
> tetap bisa kita pegang ke mana arahnya. Beda dengan kedua orang pertama
tadi
> yg tanpa tedeng aling-aling memuja Megawati. Kita sudah lihat kan
bagaimana
> bRidwan ini sejak sebulan mengarahkan dan memancing penghujatan kepada
> Amien? Kelihatannya dia memang satelit PDIP yg dipasang PDIP di milis ini.
> Tulisan bRidwan ini memang lebih perlu dicermati ke mana arahnya.
>

Kirim email ke