Betul, Habibie membawa RI ke kondisi yg sangat berbahaya.
Sebagaimana pernah saya tulis, Habibie akan berakhir seperti
Gorbachev yang hanya punya kerjaan menghadiri seminar dan
menjadi bintang iklan Piza Hut. Karir politik Habibie sudah habis. Wibawa
pemerintahannya juga sudah di ujung tanduk. Setelah
pensiun sebagai presiden dia akan selalu dikenang sebagai bapak
disintegrasi bangsa sebagai mana Gorbachev. Itu saya yakin sekali.
Cuma marilah kita kerjakan PR kita dengan baik.

Yang perlu kita pahami adalah seberapa keras kepala TNI saat ini.
Yang ada di benak saya saat ini mengapa kerusuhan ini 'diciptakan' adalah:
- ketakutan luar biasa dari milisi pro-otonomi setelah
  terbukti 80%  memilih merdeka. Mereka takut dengan dendam
  kaum pro-kemerdekaan, sehingga mereka lebih memilih menjadi
  abu daripada tinggal di Timtim.
- Akan dilakukan usaha perlawanan terus menerus oleh milisi ini,
  sehingga kompromi yg muncul adalah pembagian wilayah. Menurut
  saya there is no way kaum pro-kemerdekaan memberikan tempat bagi
  pro-otonomi. Dan kaum pro-otonomi sangat sadar karena juga sudah
  melakukan hal yg sama. Sementara itu mentransmigrasikan sekian
  puluh ribu orang jelas pemerintah RI tidak sanggup. Jalan
  satu-satunya adalah sekeping tanah Timtim untuk mereka. Bila
  tidak, maka kaum pro-otonomi akan menjadi korban balas dendam
  pro-kemerdekaan. Nah, ini point penting buat anda semua, jangan
  sampai anda secara tidak sengaja menjadi jagal bagi east
  timorese yg pro-otonomi ini.
- Kekawatiran ini ditangkap oleh TNI yang memang tidak akan rela
  begitu saja dengan melepas cuma-cuma.
- Agitasi pihak Australia dengan pengiriman surat kepada Habibie
  oleh Howard, dan diteruskan dengan move-move kepada UN dan AS
  jelas sudah dipelajari oleh TNI, dan TNI sudah mulai marah.
- Kita harus sadar bahwa harga diri saat ini satu-satunya yang
  dimiliki oleh TNI. Respek masy. DN yg menurun menjadikan mereka
  sangat sensitif terhadap agitasi militer pihak asing. Bilamana
  Australia sampai masuk tanpa ijin, maka nasionalisme masyarakat
  akan tersentuh. Gambar panzer dan persenjataan Australia yang
  akan dikirm dan digambarkan dalam skenario untuk mampu
  menghadapi TNI adalah suatu tamparan keras ke muka TNI.
  Penggambaran inipun akan merembes kepada anak-anak muda
  Indonesia yg mudah teragitasi oleh lawan dan diri kita
  sendiri. Kita sudah 300 tahun dijajah Belanda, ingatan
  bagaimana keangkuhan 'BULE' masih segar dalam ingatan. Dengan
  siraman minyak ini, maka TNI akan mempertahankan nama sekaligus
  berusaha mengambil hati rakyat kembali dengan berjuang all out.
  Mengundang UN Troops berarti perang terbuka berada di hadapan
  mata. Hal ini juga dipahami oleh AS, dan belakangan oleh Australia
  yang oportunis. Mengapa saya bilang Aussie oportunis? Di saat kita
  lagi fragile di bidang ekonomi dan hankam mereka getol menyerang
  kita. Begitu kita tersinggung lalu membusungkan dada mereka minta
  dukungan AS dan tak lupa emaknya British itu. Pada saat AS
  berusaha pull out dari masalah ini (2 hari lalu), Australia
  menurun lagi agitasinya. Pada saat AS memutuskan hubungan militer
  (hari ini/kemarin malam), maka mulai ramai lagi mulut para pejabat
  Australia dan Sidney Morning Herald sebagai corong pemerintahan.
- Untuk itu, menurut saya mengundang UN Troops dengan paksa akan
  berakibat fatal bagi kita, yaitu perang terbuka seperti terhadap
  Irak. Disusul embargo ekonomi, dlsb. Kita sendiri yg akan
  sengsara. Bisa-bisa adik-adik kitapun diberangkatkan ke medan
  perang.
- Untuk itu, saya sih sebetulnya berharap semua politisi sipil
  berdiri di belakang Habibie dengan tujuan:
  * ke dalam : menahan ambisi dan kesempatan militer untuk naik
              ke tampuk pimpinan RI. Dan meluruskan jalan bagi
              kelanggengan pemerintahan sipil yg berwibawa.
  * ke luar  : membuat Australia dan UN untuk berpikir 100 kali untuk
              mengirim pasukan tanpa ijin RI.
- Mengenai nasib rakyat Timtimnya sendiri, inilah harga yg
  harus dibayar oleh perbedaan pendapat dan kepentingan yg tidak
  akan dapat disatukan. Sebagai bangsa mereka akan survive.
  Korban saat ini untuk ukuran suatu bangsa yang menuju proses
  kemerdekaan masih sedikit.(Jangan diukur dari kemanusiaan ya?
  Kita kan lagi belajar olah strategi).
- Jangan lupa statement saya bahwa Habibie, para kandidat presiden,
  dan TNI mengakui kemenangan pro-kemerdekaan. Yg mereka pertahankan
  adalah harga diri TNI secara khusus dan RI secara umum, dengan
  cara menyelesaikan pledge-nya untuk mengamankan samapai term 2-3
  dari treaty New York itu.
- Saya rasa muncul kemungkinan pembagian wilayah Timtim. Wilayah yg
  baru tidak mesti menjadi propinsi RI, tetapi mungkin menjadi
  protektorat. Bila kemungkinan ini terjadi, marilah kita pergi
  pindah ke wilayah ini. Kenapa? RI akan mengucurkan dana secara
  gila-gilaan sebagaimana AS mengucurkan dana kepada Jerbar, sebagai
  kontes melawan Timtim. Lapangan kerja akan manis, bisnis enak,
  pokoknya banyak deh privillege yg akan diterima. Kekacauan saat
  ini saya rasa untuk menambah bargaining power pembagian wilayah
  Timtim.
- Jangan lupa pula bahwa kejadian ini akan mengubah konstelasi
  politik dan militer di kawasan asteng. Kita akan punya tetangga
  yg tidak akur bernama Timtim. Situasi kita akan tidak pernah
  akrab seperti Malaysia vs Singapura. Mereka pisah baik-baik
  saja masih begitu, apalagi kita ini. Makanya rasanya tamasya
  ke Timtim bakal menjadi impian mahal sampai satu generasi ke
  depan. Di segi lain, kita akan sadar bahwa kita mempunyai
  potensi ancaman serius dari selatan, di mana dulu kita lebih
  berorientasi ke utara. Saya rasa spending untuk militer akan
  naik dari saat ini 1.3% GNP ke level paling tidak 2%.
  Untuk pihak militer RI, ini juga merupakan kesempatan emas
  untuk menaikkan spending kemiliteran tanpa ribut-ribut dari
  Malaysia dan Singapura. Sementara itu celoteh Australia saya
  rasa tidak akan didengar. AS juga akan berpikir 100 kali bila
  RI dipaksa berpaling ke China untuk pembelian peralatan.
- Hubungan RI - Australia sulit untuk kembali mesra. Perseteruan
  antara pers Australia vs ABRI cq pemerintah sudah dan akan
  terus menjadi perseteruan antar pemerintah.
- Menilik politik luar negeri mereka yg makin aktif, mereka
  sepertinya berkehendak menjadi raja kecil di Asteng yg
  kemarin-kemarin dipegang RI. Australia yg tidak dapat masuk
  ke dalam ASEAN perlu mencari jalan dengan cara memperlemah
  fungsi ASEAN, dengan cara mengebiri RI, dan merebut 'hegemoni'
  Asteng yang dulu dipegang teguh oleh orang kuat bernama Suharto.
- Mengenai UU KKN, silakan protes. Saya setuju sekali. Hanya
  saja memang harus kita akui terdapat kekurangan mekanisme
  untuk pengerahan hankam di tubuh pemerintahan
  kita, bila muncul gangguan-gangguan keamanan. Contohnya
  di Kalbar kemarin, di Ambon, dlsb. Ini adalah kekurangan
  yg tidak dapat kita pungkiri, dan akan menjadi tugas berat
  untuk penyusun UU (yg moga-moga cukup pintar).
- Sekian laporan pandangan mata dari Stadion Senayan Jakarta.
  Saya kok berpikirnya jadi serius amat ya. Gua rapiin dikit bisa
  dijual ke Poskota nih. Hahaha...

+jeffrey anjasmara


>From: deddy priadi <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]>
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: Re: Sikap PERMIAS terhadap perkara Tim-Tim apa?
>Date: Thu, 9 Sep 1999 17:59:51 +0100
>
>rekan Anjas (Jeffrey),
>Two wrongs doesn't make one right!......rejim militer dan rejim
>(seolah-olah) sipil Habibie telah membawa negeri ini ke titik yang sangat
>memprihatinkan.
>
>ancaman militer (juga trium viratnya)
>jend. Wiranto, ex letjen. syarwan hamid dan ali alatas juga bahaya.
>Tapi Gus dur, mega dan amien harus buktikan bahwa mereka bisa dan mau
>bargaining dg militer. Partai-partai mereka juga telah menolak RUU KKN
>.Inipun spekulasi kalau BJH mundur (satu bulan sebelum waktunya?).
>
>Tapi, Fakta adalah: Terjadi tragedi kemanusiaan luar biasa di Timor timur
>(seperti di Aceh, ambon, jkt dan di mana-mana di indonesia).
>
>Fakta adalah:Militer tetap ngéyél untuk menggolkan RUU KKN (PKB).
>
>beraksi untuk sikap anti kekerasan !.....
>nasib mereka (dan kita) BUKAN sekedar ego apalagi komoditi !
>
>
>
>wass.
>deddy priadi
>ps: untuk menimbang segala implikasinya tentu adalah saran yang sangat
>bijaksana, namun saya berkeyakinan kebenaran harus disuarakan meskipun
>pahit.
>saya bersikap independen dan terlepas dari opini pers internasional.
>
>
>
>
>
>---- Original Message -----
>From: Jeffrey Anjasmara <[EMAIL PROTECTED]>
>To: <[EMAIL PROTECTED]>
>Sent: Thursday, September 09, 1999 1:34 PM
>Subject: Re: Sikap PERMIAS terhadap perkara Tim-Tim apa?
>
>
> > Bila Permias Portland hendak berdemo silakan tulis dengan
> > besar-besar sebagai Permias LOKAL PORTLAND. Dengan demikian Permias
>lokal
> > yang lain yang hendak memakai bentuk lain untuk menolong rakyat Timtim
>tidak
> > perlu ikut kena getah.
> >
> > Yang mesti mendapat garis bawah adalah BJH mengakui referendum,
> > semua kandidat presiden juga mengakui referendum. Yang sekarang
> > menjadi masalah berat bagi Indonesia adalah bagaimana keluar
> > dari Timtim tanpa kehilangan muka baik ke luar maupun ke dalam.
> >
> > Indonesia ingin menjaga martabat untuk dinilai mampu menangani
> > masalah dalam negeri. Bila anda meminta UN Troops masuk ke
> > Timtim maka langsung akan berhadapan dengan pemerintah RI.
> > AS sendiri bahkan sudah menyebutkan untuk tidak mengirim pasukan.
> > Sidney Morning Herald yang biasanya demikian getol melakukan
> > agitasi, bahkan hendak memusuhi Jakarta, sudah mengubah warna
> > pemberitaannya. Silakan baca deh.
> >
> > Kita harus cukup bijak dan mampu memahami bahwa kekuatan seperti
> > Australia dan AS - pun tidak akan mampu masuk ke Timtim tanpa
> > ijin Jakarta. Australia getol untuk masuk dan menyiapkan sebuah fregate
> > modern (dan satu fregate modern dari Inggris), kedua fregate ini diklaim
> > berklasifikasi jauh di atas unit kapal Indonesia manapun. Bagaimanapun
>juga
> > kata kunci ada di Jakarta. Dibilang 'No UN Troops', berarti tidak ada
>kapal
> > asing yang akan mendarat di bagian manapun di bumi pertiwi. Tidak ada
>negara
> > bahkan Australia yg punya concern cukup besar untuk mengirim pasukan
>tanpa
> > ijin Jakarta. Ada lebih dari 4 artikel di SMH yang membahas hal ini hari
> > ini.
> >
> > Satu hal yang paling penting, dan tidak pernah ditulis oleh media
> > manapun adalah potensi militer memegang kendali pemerintahan lagi
> > bila sampai terjadi konflik internasional di Timtim. Dengan
> > demikian perjuangan dan harapan kita dengan munculnya pemerintahan
> > sipil yang berwibawa tidak akan pernah kesampaian. Ingat, seburuk-
> > buruknya pemerintahan BJH, itu merepresentasikan pemerintahan
> > sipil pertama setelah 32 tahun. Bila BJH turun sebelum waktunya
> > baik dikudeta atau dengan cara baik-baik, saya rasa hasil akhirnya
>adalah
> > pemerintahan militer.
> >
> > Perlu diingat bahwa CNN-pun menulis bahwa situasi di Timtim sudah
>mereda.
> >
> > Untuk itu rekan-rekan lebih baik mengevaluasi kembali serpihan- serpihan
> > berita baik DN dan LN, dan menimbang implikasi-implikasi
> > jika UN nekad memasukkan pasukan tanpa ijin. Sebetulnya saya rasa
>demo-demo
> > oleh Permias lokal juga akan sayup-sayup basah sampai ke telinga yg
>dituju.
> > Tapi silakan deh ditimbang-timbang, kalau memang dirasa perlu silakan
> > ditindaklanjuti. Siapa tahu manjur.
> >
> > +anjas
> >
>

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke