Ha...ha...ha....kasihan Mas Jupri ini.

Jemaat Kristen diperkenankan "mengadili" pendetanya bahkan memecat sang
pendeta kalo si pendeta memang geblek. Orang juga bebas mengkritik dan
membuat parodi soal gereja. Anda bisa lihat dalam Mr. Bean misalnya, yang ia
dengan lugunya mengacaukan gereja untuk dibikin lelucon. Coba kalau itu
terjadi pada agama lain?

Kalau Anda rajin mengikuti "Analisis" (sebenarnya tak tepat disebut dengan
analisis) CW setiap Selasa di SP, Anda akan tahu gaya tulisan CW. Saya
termasuk penggemarnya. Tidak itu saja, saya juga memberikan kritikan
terhadap tulisannya langsung kepadanya. Bahkan posting inipun saya bcc-kan
kepada CW. Bagi saya CW masih tetap konsisten dengan keintelektualannya,
walau dulu pernah saya kecam habis-habisan saat CW bergabung dengan Amien
"Machiavelis" Rais dalam PAN.

Wassalam,
Efron

-----Original Message-----
From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 28 September, 1999 19:56 PM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Christianto Wibisono sang rasist

Dalam artikel terbaru di Suara Pembaruan Christianto Wibisono menghembuskan
lagi nafas SARA, justru dengan dasar anti SARA.

CW yang sejak awal saya curigai kebangsaannya menyatakan bahwa terjadi
gelombang nasionalisme chauvinis picik di Indonesia dengan saling bakar
bendera antara Indonesia dan Australia. Si 'Picek' Christianto Wibisono
hanya menuding orang Indonesia saja tanpa melihat bahwa hal ini merupakan
respon warga Indonesia yg masih punya rasa kebangsaan terhadap pembakaran
bendera Merah Putih di Australia. CW telah berat sebelah dalam menuding aksi
bakar membakar ini.

Dalam satu bagian yaitu :

   Sekarang setelah Soeharto lengser dan Habibie ingin memerdekakan,
   malah timbul gelombang nasionalisme Kumbokarno, chauvinisme model
   Hitler yang tidak berperikemanusiaan untuk tetap ingin menjajah
   Timtim. Ini adalah penyakit kriminal dan fasis yang dipelihara
   rezim KKN Soeharto, yang telanjur jadi kanker genetik, penyakit
   turunan. Rasialis baik terhadap Cina, bule, maupun keturunan hitam
   Melanesia. Oknum-oknum penguasa arogan di Jakarta sudah terlalu
   sering mengeksploitasi soal etnis dan SARA untuk melestarikan
   kekuasaan biadab mereka secara keji.

menunjukkan bahwa CW selalu aktif meniupkan masalah SARA untuk segala macam
permasalahan dengan tujuan-tujuan tertentu. Sungguh mengherankan bila kita
berbicara tentang Timtim tiba-tiba berbelok ke masalah SARA. Rupanya
kapabilitas CW sebagai penulis benar-benar tersumbat sebagaimana yang dia
klaim sendiri.

Sebagai penganut agama Non-Islam si Christianto Wibisono juga tidak sensitif
dengan para penganut Islam di Indonesia. Malaikat Jibril, sebagaimana
malaikat yg lain di dalam Islam tidak boleh dimain-mainkan hanya untuk
sekedar mencari sesuap nasi dari gaji sebagai kolumnis. Kedurhakaan CW
melebihi si Arswendo Atmowiloto yg berani-beraninya mendudukkan Nabi
Muhammad SAW dengan Suharto, Ainstein, dlsb.

Dalam bagian:
   Jadi setan itu memang bisa gentayangan. Jadi setan seperti busa
   napas Dasamuka menurut legenda wayang bisa masuk ke orang siapa
   saja di seluruh muka bumi. Dasamuka bisa muncul di tubuh Li Peng
   waktu memerintahkan tank menggilas mahasiswa di Tiananmen,
   juga bisa muncul di EGP menyedot duit Bank Bali, lalu di kalangan
   pribumi penuh dengan praktik KKN dan Hitler, Nero, Pol Pot, saling
   tikam, saling fitnah, saling jegal, saling bunuh seperti Ken Arok.

CW telah keluar dari garis batas dalam membakari sentimen SARA, dan menunjuk
langsung kelompok pribumi yang mempunyai sifat Hitler, Nero, Polpot, dan
lain-lain. Sungguh memalukan orang yg selalu menyuarakan anti SARA akhirnya
termakan sendiri untuk melakukan tindakan-tindakan rasist.

http://www.suarapembaruan.com/News/1999/09/280999/index.html

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke