[Keuangan] Mohon masukan mengenai judul skripsi keuangan

2009-03-19 Terurut Topik watie_it04
untuk anggota milist ini, yang memang punya kapasitas akan issu keuangan. Saya 
minta minta masukan dari Anda semua untuk judul skripsi keuangan. Mohon 
masukkannya y..thanx..



Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik dyah wikan astuti
Kalau menurut saya sebagai masyarakat awam, tim ekonomi sudah bekerja cukup 
baik ya...Buktinya krisis global dari Amerika ngga bikin negara kita terpuruk 
spt th 1998 kemaren.Dan kalau kita dikasih mandat sbg tim ekonomi blm tentu 
juga kinerja kita bisa lebih baik dari mereka. Krn dalam ekonomi biasanya 
selalu ada oportunity cost. Kalau kita menghalangi eksport rotan mentah, 
berarti kita berharap ekspor berupa barang jadi shg menambah value added bagi 
PDB, tetapi berarti juga kalau ngga boleh ekspor rotan mentah, pasar kita hanya 
tergantung pada domestik. Sedangkan daya beli kita rendah, so harga rotan akan 
menjadi rendah dan itu bisa mengakibatkan demand rotan naik, sehingga akan 
mendorong pengambilan rotan semakin banyak, shg bisa terjadi penggundulan hutan.
Pengetahuan saya ttg ekonomi makro ngga gitu bagus sih, tp sebaiknya kita 
berikan apresiasi bagi tim yg bekerja utk negeri ini. Kalau ada masukan silakan 
sampaikan ke mereka, bersama-sama kita bangun negeri ini, jangan justru 
mencemooh dan menjuluki dg istilah yg kurang menyenangkan. Itu sih menurut saya 
pribadi ya...mohon maaf kalau kurang berkenan. 
--- On Wed, 3/18/09, dito herwiand...@yahoo.com.sg wrote:


From: dito herwiand...@yahoo.com.sg
Subject: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, March 18, 2009, 3:05 AM






Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Angga Aliya ZRF - detikFinance

Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan 
karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi 
yang sedang melanda saat ini.

Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh 
Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh 
botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol.

Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh 
botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel 
Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).

Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia 
ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat 
ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang.

Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan 
terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi 
sepanjang sejarah, ujarnya.

Salah satu kemunduran ekonomi lainnya, terlihat ari deindustrialisasi atau 
penurunan daya saing pasca krisis. Ia mengatakan, penyebabnya adalah kebijakan 
yang mendorong liberalisasi, contohnya seperti ekspor rotan mentah yang membuat 
pengrajin lokal gulung tikar, sementara China malah jadi eksportir besar.

Ia menambahkan, selama mengamati kondisi ekonomi Indonesia saat ini, ia 
menyimpulkan lima hal menggambarkan kondisi indonesia saat ini, yakni 
kesengsaraan, kesenjangan, ketergantungan, kerentanan dan kerusakan.

Kerentanan terlihat di langkanya sumber daya alam, energi. Struktur finansial 
kita juga belum terlalu kuat. Kita tersangkut krisis karena struktur finansial 
belum kuat dilihat dari pelemahan nilai tukar, ujarnya.

Sedangkan kerusakan bisa terlihat dari banyak eksploitasi sumber daya alam 
dalam negeri yang dilakukan oleh pihak asing atas kebijakan pemerintah.

(ang/qom)

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik Ari Condro
Yah, perajin rotan di cirebon harus banyak membuka pasar di luar negeri sih.

Mereka banyak yg young entrepreneurs kok, jadi pemerintah yg kudu 
mengakselerasi dan mewadahi para tenaga muda ini dengan mengikutsertakan 
pameran ke luar negeri dan bangun jejaring bisnisnya.


salam,

Ari Condro
92.0636-TN3
YM : masarcon

-Original Message-
From: dyah wikan astuti dyah...@yahoo.com

Date: Wed, 18 Mar 2009 03:29:00 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'


Kalau menurut saya sebagai masyarakat awam, tim ekonomi sudah bekerja cukup 
baik ya...Buktinya krisis global dari Amerika ngga bikin negara kita terpuruk 
spt th 1998 kemaren.Dan kalau kita dikasih mandat sbg tim ekonomi blm tentu 
juga kinerja kita bisa lebih baik dari mereka. Krn dalam ekonomi biasanya 
selalu ada oportunity cost. Kalau kita menghalangi eksport rotan mentah, 
berarti kita berharap ekspor berupa barang jadi shg menambah value added bagi 
PDB, tetapi berarti juga kalau ngga boleh ekspor rotan mentah, pasar kita hanya 
tergantung pada domestik. Sedangkan daya beli kita rendah, so harga rotan akan 
menjadi rendah dan itu bisa mengakibatkan demand rotan naik, sehingga akan 
mendorong pengambilan rotan semakin banyak, shg bisa terjadi penggundulan hutan.
Pengetahuan saya ttg ekonomi makro ngga gitu bagus sih, tp sebaiknya kita 
berikan apresiasi bagi tim yg bekerja utk negeri ini. Kalau ada masukan silakan 
sampaikan ke mereka, bersama-sama kita bangun negeri ini, jangan justru 
mencemooh dan menjuluki dg istilah yg kurang menyenangkan. Itu sih menurut saya 
pribadi ya...mohon maaf kalau kurang berkenan. 
--- On Wed, 3/18/09, dito herwiand...@yahoo.com.sg wrote:


From: dito herwiand...@yahoo.com.sg
Subject: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, March 18, 2009, 3:05 AM






Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Angga Aliya ZRF - detikFinance

Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan 
karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi 
yang sedang melanda saat ini.

Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh 
Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh 
botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol.

Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh 
botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel 
Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).

Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia 
ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat 
ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang.

Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan 
terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi 
sepanjang sejarah, ujarnya.

Salah satu kemunduran ekonomi lainnya, terlihat ari deindustrialisasi atau 
penurunan daya saing pasca krisis. Ia mengatakan, penyebabnya adalah kebijakan 
yang mendorong liberalisasi, contohnya seperti ekspor rotan mentah yang membuat 
pengrajin lokal gulung tikar, sementara China malah jadi eksportir besar.

Ia menambahkan, selama mengamati kondisi ekonomi Indonesia saat ini, ia 
menyimpulkan lima hal menggambarkan kondisi indonesia saat ini, yakni 
kesengsaraan, kesenjangan, ketergantungan, kerentanan dan kerusakan.

Kerentanan terlihat di langkanya sumber daya alam, energi. Struktur finansial 
kita juga belum terlalu kuat. Kita tersangkut krisis karena struktur finansial 
belum kuat dilihat dari pelemahan nilai tukar, ujarnya.

Sedangkan kerusakan bisa terlihat dari banyak eksploitasi sumber daya alam 
dalam negeri yang dilakukan oleh pihak asing atas kebijakan pemerintah.

(ang/qom)

















  

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik Dody Dharma Hutabarat
Bang Poltak, kayaknya kurang fair kalau membandingkan Indonesia dengan Jerman 
atau Inggris.
Akumulasi kekayaan kedua negara ini jauh melebihi Indonesia.
Melihat iklim politik kita, sepertinya para tukang kibul itu masih mendapat 
tempat di media.



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik Hadi Pranggono
Well Done, seperti biasanya jawaban keren dari Pak Poltak. 

Pak Poltak boleh dong di share referensi datanya yang Pak Poltak sebut dari 
Internet jadi kami juga bisa ikut belajar, diantaranya :

1. Historis posisi hutang luar negeri Indonesia.
2. Historis persentase hutang luar negeri Pemerintah VS Swasta.
3. Historis GDP Indonesia versi Nilai Pasar dan PPP.

Dulu rasanya pernah lihat kaya gini di website IMF, bener ga pak Poltak ? tapi 
saya kok lupa nama websitenya. 

Regards,

Pranggono


--- Pada Rab, 18/3/09, Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com menulis:

Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Topik: Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 18 Maret, 2009, 5:50 PM












At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote:



Ini masalah serius di Indonesia.



Ekonom nya demen ngomong politik

Sementara Politikusnya demen ngomong Ekonomi



Dan dua-duanya demen ngibul...



Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

Angga Aliya ZRF - detikFinance



Foto: Wahyu Daniel/detikFinance

Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu 

diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca 

situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini.



Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman 

Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang 

ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan 

teknokrat bodoh dan tolol.



Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia 

itu teh botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi 

Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).



Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat 

Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, 

ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita 

menjadi adiktif pada utang.



Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau 

sedang kentut?  Kok nggak ada bedanya.



Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang 

besar?  Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di 

mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang 

swasta.  Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga 

tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 

Milyar (utang swasta).



Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) 

atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar 

(berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP).



Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan 

asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin 

oleh induk perusahaan di negara asal.  Dan kalaupun ada utang luar 

negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan 

dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal 

perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor.



Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt 

to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan 

negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar 

60%.  Itukah yang disebut ketergantungan yang tinggi terhadap utang 

luar negeri?



Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam 

negeri 100%...?  Bisa saja.  Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga 

yang akan meroket.  Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga 

sekarang.  Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi.   Dan 

sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi 

jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan 

Imam Sugema?



Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya 

masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang 

bunganya sangat-sangat- sangat rendah.  Maka jelas utang demikian 

(dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia.  Bodoh sekali 

Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang 

dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat.  Kecuali kalau 

Imam Sugema yang bayar.



Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. 

Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per 

kapita tertinggi sepanjang sejarah, ujarnya.



Ini jelas nggak fair.  Manipulatif.

Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan 

perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi 

sepanjang sejarah?



Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan 

meningkatkan pendapatan perkapita.

Utang adalah membeli waktu.

Apa ada yang jualan waktu?




 

  




 

















  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 

Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik 
itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana 
ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan 
searah.


Nazar
on:tebo


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... 
wrote:

 At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote:
 
 
 Ini masalah serius di Indonesia.
 
 Ekonom nya demen ngomong politik
 Sementara Politikusnya demen ngomong Ekonomi
 
 Dan dua-duanya demen ngibul...
 
 
 
 
 Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
 Angga Aliya ZRF - detikFinance
 
 Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
 Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu 
 diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca 
 situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini.
 
 Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman 
 Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang 
 ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan 
 teknokrat bodoh dan tolol.
 
 Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia 
 itu teh botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi 
 Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).
 
 Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat 
 Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, 
 ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita 
 menjadi adiktif pada utang.
 
 
 Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau 
 sedang kentut?  Kok nggak ada bedanya.
 
 Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang 
 besar?  Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di 
 mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang 
 swasta.  Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga 
 tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 
 Milyar (utang swasta).
 
 Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) 
 atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar 
 (berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP).
 
 Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan 
 asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin 
 oleh induk perusahaan di negara asal.  Dan kalaupun ada utang luar 
 negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan 
 dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal 
 perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor.
 
 Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt 
 to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan 
 negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar 
 60%.  Itukah yang disebut ketergantungan yang tinggi terhadap utang 
 luar negeri?
 
 Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam 
 negeri 100%...?  Bisa saja.  Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga 
 yang akan meroket.  Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga 
 sekarang.  Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi.   Dan 
 sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi 
 jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan 
 Imam Sugema?
 
 Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya 
 masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang 
 bunganya sangat-sangat-sangat rendah.  Maka jelas utang demikian 
 (dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia.  Bodoh sekali 
 Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang 
 dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat.  Kecuali kalau 
 Imam Sugema yang bayar.
 
 
 
 Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. 
 Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per 
 kapita tertinggi sepanjang sejarah, ujarnya.
 
 Ini jelas nggak fair.  Manipulatif.
 Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan 
 perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi 
 sepanjang sejarah?
 
 Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan 
 meningkatkan pendapatan perkapita.
 Utang adalah membeli waktu.
 Apa ada yang jualan waktu?





Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 03:54 PM 3/19/2009, you wrote:

Well Done, seperti biasanya jawaban keren dari Pak Poltak.

Pak Poltak boleh dong di share referensi datanya yang Pak Poltak 
sebut dari Internet jadi kami juga bisa ikut belajar, diantaranya :

1. Historis posisi hutang luar negeri Indonesia.
2. Historis persentase hutang luar negeri Pemerintah VS Swasta.
3. Historis GDP Indonesia versi Nilai Pasar dan PPP.


Posisi hutang luar negeri Indonesia bisa dilihat di website 
IMF.  Data ini juga ada di websitenya depkeu.
Persentase dengan hutang luar negeri bisa dihitung dengan menggunakan 
data asumsi APBN dan nilai tukar.
GDP nilai pasar dan PPP bisa diakses via websitenya World Bank ataupun UN.

Link berikut bisa cukup membantu:
http://unstats.un.org/unsd/databases.htm




Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Daku la ya bilang, hehe..

Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus 
dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang 
ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik 
yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik 
dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga 
dibahas tentang ekonomi dan politik.  Artinya harus ada kerja sama antara 
politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man)


salam

nazar
on: tebo-jambu


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... 
wrote:

 At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
 
 Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi 
 dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik 
 kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. 
 Politik dan ekonomi berjalan searah.
 
 
 Siapa bilang?
 
 Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak 
 beresan ekonomi.  Bukan sebaliknya.
 
 Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap 
 orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing.  Pada 
 keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi 
 politik.  Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi 
 fenomena lokal.  Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah 
 ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini 
 sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
 
 Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain 
 memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri.  Mereka 
 merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada 
 orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
 
 Itulah awal matinya otonomi seseorang.
 Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).





[Keuangan] Re: Mohon masukan mengenai judul skripsi keuangan

2009-03-19 Terurut Topik nazar
Saya ikut kasih usulan sederhana.

Coba teliti tentang pengaruh hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi 
nasional. Atau pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi 
nasional. Atau pengaruh impor- ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. 
Atau pengaruh pasar saham dan pasar barang terhadap ekonomi nasional (pasar 
mana yang lebih berpengaruh?). 



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, watie_it04 watie_i...@... 
wrote:

 untuk anggota milist ini, yang memang punya kapasitas akan issu keuangan. 
 Saya minta minta masukan dari Anda semua untuk judul skripsi keuangan. Mohon 
 masukkannya y..thanx..





Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik Agung Bayu Purwoko
  *Posisi Pinjaman Luar Negeri Pemerintah berdasarkan Sumber Pinjaman* (dalam
Miliar USD)  *No.* *Uraian* *Tahun*  *2004* *2005* *2006* *2007* *Q1 2008
* *Q2 2008
*

Januari 2009 *)
 a. BILATERAL
34.27 32.32 31.83 32.14 34.33 33.23 35.26 b. MULTILATERAL 19.46 18.78 18.84
19.05 18.77 18.80 20.20 c.
EXPORT CREDIT
13.68 11.63 11.22 10.98 11.33 11.07 10.22 d.
COMMERCIAL CREDIT
0.07 0.06 0.07
0.06
0.06
0.06
0.04 e. LEASING
0.22 0.22 0.06
0.02
0.01
0.01
0.00 f.
BONDS AND NOTES
0.17 0.17
-
-
-
-
-








 *Total Utang Pemerintah* *68.58* *63.09* *62.02* *62.25* *64.49* *63.17* *
65.73*
sumber : http://www.dmo.or.id/content.php?section=46

2009/3/19 nazar nazart...@gmail.com

   Daku la ya bilang, hehe..

 Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu
 harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan
 tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik
 (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus
 mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi
 mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada
 kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic
 hit man)

 salam

 nazar
 on: tebo-jambu

 --- In 
 AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com,
 Poltak Hotradero hotrad...@... wrote:
 
  At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
 
  Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi
  dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik
  kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung.
  Politik dan ekonomi berjalan searah.
 
 
  Siapa bilang?
 
  Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak
  beresan ekonomi. Bukan sebaliknya.
 
  Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap
  orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada
  keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi
  politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi
  fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah
  ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini
  sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
 
  Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain
  memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka
  merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada
  orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
 
  Itulah awal matinya otonomi seseorang.
  Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).
 

  




-- 
Agung Bayu Purwoko
Economic Research Group
Bank Indonesia Padang


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik yanindyawirawan
hi,

kalo saya boleh re-phrase ucapan pak poltak: politikus sebelum berbicara 
tentang ekonomi, harus mengerti dahulu apa yang akan diungkapkannya (ie. 
ngerti ekonomi), dan ekonom kalau mau ngomong tentang politik, ya 
mendingan jadi politikus aja sekalian:)


regards,
bayu
sorry, one liner. tapi berhubung jum'at, boleh 'kan...





nazar nazart...@gmail.com 
Sent by: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
20 Mar 2009 07:22 Mail Size: 27969

Please respond to
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com


To
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'




Our Ref

Your Ref




Daku la ya bilang, hehe..

Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu 
harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi 
memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan 
tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, 
ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam 
teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. 
Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku 
ekonomi (ecconomic hit man)

salam

nazar
on: tebo-jambu

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
hotrad...@... wrote:

 At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
 
 Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi 
 dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik 
 kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. 
 Politik dan ekonomi berjalan searah.
 
 
 Siapa bilang?
 
 Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak 
 beresan ekonomi. Bukan sebaliknya.
 
 Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap 
 orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada 
 keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi 
 politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi 
 fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah 
 ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini 
 sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
 
 Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain 
 memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka 
 merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada 
 orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
 
 Itulah awal matinya otonomi seseorang.
 Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).




**
This message originated from the Internet. Its originator may or may not 
be who
they claim to be and the information contained in the message and any
attachments may or may not be accurate.
**



The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited
whose main office in Indonesia is at Jl. Jendral Sudirman Kav. 29-31, 
Jakarta 12920, Indonesia



-
***
This e-mail is confidential. It may also be legally privileged.
If you are not the addressee you may not copy, forward, disclose
or use any part of it. If you have received this message in error,
please delete it and all copies from your system and notify the
sender immediately by return e-mail.

Internet communications cannot be guaranteed to be timely,
secure, error or virus-free. The sender does not accept liability
for any errors or omissions.
***
SAVE PAPER - THINK BEFORE YOU PRINT! 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'

2009-03-19 Terurut Topik rangga almahendra
bang poltak yang paling pintarr.

pertanyaannya, bagaimana jika setiap orang dibebaskan mengambil keputusan
ekonomisnya masing2, tapi kemudian justru merugikan dimensi sosial
disekitarnya? menimbulkan kerusakan lingkungan, budaya dan matinya individu2
yang tidak punya cukup skala untuk bersaing? apakah ini yang anda sebut
wajar dan normal?

bukankah sudah cukup pula bukti sejarah, bahwa keserakahan dan otonomi
ekonomi tanpa batas, seperti yang anda agung2kan itulah yang menjadi sumber
malapetaka ekonomi akhir2 ini?.

saya bukan pengagum pemerintahan sentralistik, tapi saya juga tidak
sepenuhnya sepakat dengan pendapat bang poltak.Seperti juga, saya tidak
bersimpati dengan ekonom indef yang memakai bahasa kasar bodoh dan tolol,
tapi membaca nada komentar bang poltak, tampaknya juga menunjukkan kualitas
yang setali tiga uang...(maaf bang)

Buat saya, keputusan ekonomi tetap harus dibingkai oleh ideologi,harus ada
keberpihakan. Dan disinilah dimensi politik berperanan. Perkara siapa yang
ngibul dan dikibuli, itu urusan lain. Lha buat apa juga memberi analisis
yang penuh angka dan data, tapi kering dan miskin dengan sentuhan jiwa..
mudah2an bisa menjadi bahan renungan mas iman sugema dan bang poltak
hotradero

salam hangat

Rangga









2009/3/19 nazar nazart...@gmail.com

   Daku la ya bilang, hehe..

 Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu
 harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan
 tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik
 (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus
 mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi
 mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada
 kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic
 hit man)

 salam

 nazar
 on: tebo-jambu


 --- In 
 AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com,
 Poltak Hotradero hotrad...@... wrote:
 
  At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
 
  Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi
  dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik
  kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung.
  Politik dan ekonomi berjalan searah.
 
 
  Siapa bilang?
 
  Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak
  beresan ekonomi. Bukan sebaliknya.
 
  Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap
  orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada
  keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi
  politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi
  fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah
  ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini
  sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
 
  Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain
  memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka
  merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada
  orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
 
  Itulah awal matinya otonomi seseorang.
  Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).
 

  



[Non-text portions of this message have been removed]