[Keuangan] Mohon masukan mengenai judul skripsi keuangan
untuk anggota milist ini, yang memang punya kapasitas akan issu keuangan. Saya minta minta masukan dari Anda semua untuk judul skripsi keuangan. Mohon masukkannya y..thanx..
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Kalau menurut saya sebagai masyarakat awam, tim ekonomi sudah bekerja cukup baik ya...Buktinya krisis global dari Amerika ngga bikin negara kita terpuruk spt th 1998 kemaren.Dan kalau kita dikasih mandat sbg tim ekonomi blm tentu juga kinerja kita bisa lebih baik dari mereka. Krn dalam ekonomi biasanya selalu ada oportunity cost. Kalau kita menghalangi eksport rotan mentah, berarti kita berharap ekspor berupa barang jadi shg menambah value added bagi PDB, tetapi berarti juga kalau ngga boleh ekspor rotan mentah, pasar kita hanya tergantung pada domestik. Sedangkan daya beli kita rendah, so harga rotan akan menjadi rendah dan itu bisa mengakibatkan demand rotan naik, sehingga akan mendorong pengambilan rotan semakin banyak, shg bisa terjadi penggundulan hutan. Pengetahuan saya ttg ekonomi makro ngga gitu bagus sih, tp sebaiknya kita berikan apresiasi bagi tim yg bekerja utk negeri ini. Kalau ada masukan silakan sampaikan ke mereka, bersama-sama kita bangun negeri ini, jangan justru mencemooh dan menjuluki dg istilah yg kurang menyenangkan. Itu sih menurut saya pribadi ya...mohon maaf kalau kurang berkenan. --- On Wed, 3/18/09, dito herwiand...@yahoo.com.sg wrote: From: dito herwiand...@yahoo.com.sg Subject: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 18, 2009, 3:05 AM Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Angga Aliya ZRF - detikFinance Foto: Wahyu Daniel/detikFinance Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini. Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol. Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3). Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang. Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi sepanjang sejarah, ujarnya. Salah satu kemunduran ekonomi lainnya, terlihat ari deindustrialisasi atau penurunan daya saing pasca krisis. Ia mengatakan, penyebabnya adalah kebijakan yang mendorong liberalisasi, contohnya seperti ekspor rotan mentah yang membuat pengrajin lokal gulung tikar, sementara China malah jadi eksportir besar. Ia menambahkan, selama mengamati kondisi ekonomi Indonesia saat ini, ia menyimpulkan lima hal menggambarkan kondisi indonesia saat ini, yakni kesengsaraan, kesenjangan, ketergantungan, kerentanan dan kerusakan. Kerentanan terlihat di langkanya sumber daya alam, energi. Struktur finansial kita juga belum terlalu kuat. Kita tersangkut krisis karena struktur finansial belum kuat dilihat dari pelemahan nilai tukar, ujarnya. Sedangkan kerusakan bisa terlihat dari banyak eksploitasi sumber daya alam dalam negeri yang dilakukan oleh pihak asing atas kebijakan pemerintah. (ang/qom) [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Yah, perajin rotan di cirebon harus banyak membuka pasar di luar negeri sih. Mereka banyak yg young entrepreneurs kok, jadi pemerintah yg kudu mengakselerasi dan mewadahi para tenaga muda ini dengan mengikutsertakan pameran ke luar negeri dan bangun jejaring bisnisnya. salam, Ari Condro 92.0636-TN3 YM : masarcon -Original Message- From: dyah wikan astuti dyah...@yahoo.com Date: Wed, 18 Mar 2009 03:29:00 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Kalau menurut saya sebagai masyarakat awam, tim ekonomi sudah bekerja cukup baik ya...Buktinya krisis global dari Amerika ngga bikin negara kita terpuruk spt th 1998 kemaren.Dan kalau kita dikasih mandat sbg tim ekonomi blm tentu juga kinerja kita bisa lebih baik dari mereka. Krn dalam ekonomi biasanya selalu ada oportunity cost. Kalau kita menghalangi eksport rotan mentah, berarti kita berharap ekspor berupa barang jadi shg menambah value added bagi PDB, tetapi berarti juga kalau ngga boleh ekspor rotan mentah, pasar kita hanya tergantung pada domestik. Sedangkan daya beli kita rendah, so harga rotan akan menjadi rendah dan itu bisa mengakibatkan demand rotan naik, sehingga akan mendorong pengambilan rotan semakin banyak, shg bisa terjadi penggundulan hutan. Pengetahuan saya ttg ekonomi makro ngga gitu bagus sih, tp sebaiknya kita berikan apresiasi bagi tim yg bekerja utk negeri ini. Kalau ada masukan silakan sampaikan ke mereka, bersama-sama kita bangun negeri ini, jangan justru mencemooh dan menjuluki dg istilah yg kurang menyenangkan. Itu sih menurut saya pribadi ya...mohon maaf kalau kurang berkenan. --- On Wed, 3/18/09, dito herwiand...@yahoo.com.sg wrote: From: dito herwiand...@yahoo.com.sg Subject: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 18, 2009, 3:05 AM Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Angga Aliya ZRF - detikFinance Foto: Wahyu Daniel/detikFinance Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini. Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol. Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3). Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang. Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi sepanjang sejarah, ujarnya. Salah satu kemunduran ekonomi lainnya, terlihat ari deindustrialisasi atau penurunan daya saing pasca krisis. Ia mengatakan, penyebabnya adalah kebijakan yang mendorong liberalisasi, contohnya seperti ekspor rotan mentah yang membuat pengrajin lokal gulung tikar, sementara China malah jadi eksportir besar. Ia menambahkan, selama mengamati kondisi ekonomi Indonesia saat ini, ia menyimpulkan lima hal menggambarkan kondisi indonesia saat ini, yakni kesengsaraan, kesenjangan, ketergantungan, kerentanan dan kerusakan. Kerentanan terlihat di langkanya sumber daya alam, energi. Struktur finansial kita juga belum terlalu kuat. Kita tersangkut krisis karena struktur finansial belum kuat dilihat dari pelemahan nilai tukar, ujarnya. Sedangkan kerusakan bisa terlihat dari banyak eksploitasi sumber daya alam dalam negeri yang dilakukan oleh pihak asing atas kebijakan pemerintah. (ang/qom) [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Bang Poltak, kayaknya kurang fair kalau membandingkan Indonesia dengan Jerman atau Inggris. Akumulasi kekayaan kedua negara ini jauh melebihi Indonesia. Melihat iklim politik kita, sepertinya para tukang kibul itu masih mendapat tempat di media. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Well Done, seperti biasanya jawaban keren dari Pak Poltak. Pak Poltak boleh dong di share referensi datanya yang Pak Poltak sebut dari Internet jadi kami juga bisa ikut belajar, diantaranya : 1. Historis posisi hutang luar negeri Indonesia. 2. Historis persentase hutang luar negeri Pemerintah VS Swasta. 3. Historis GDP Indonesia versi Nilai Pasar dan PPP. Dulu rasanya pernah lihat kaya gini di website IMF, bener ga pak Poltak ? tapi saya kok lupa nama websitenya. Regards, Pranggono --- Pada Rab, 18/3/09, Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com menulis: Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Topik: Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 18 Maret, 2009, 5:50 PM At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote: Ini masalah serius di Indonesia. Ekonom nya demen ngomong politik Sementara Politikusnya demen ngomong Ekonomi Dan dua-duanya demen ngibul... Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Angga Aliya ZRF - detikFinance Foto: Wahyu Daniel/detikFinance Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini. Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol. Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3). Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang. Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau sedang kentut? Kok nggak ada bedanya. Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang besar? Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang swasta. Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 Milyar (utang swasta). Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar (berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP). Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin oleh induk perusahaan di negara asal. Dan kalaupun ada utang luar negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor. Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar 60%. Itukah yang disebut ketergantungan yang tinggi terhadap utang luar negeri? Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam negeri 100%...? Bisa saja. Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga yang akan meroket. Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga sekarang. Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi. Dan sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan Imam Sugema? Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang bunganya sangat-sangat- sangat rendah. Maka jelas utang demikian (dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia. Bodoh sekali Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat. Kecuali kalau Imam Sugema yang bayar. Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi sepanjang sejarah, ujarnya. Ini jelas nggak fair. Manipulatif. Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi sepanjang sejarah? Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan meningkatkan pendapatan perkapita. Utang adalah membeli waktu. Apa ada yang jualan waktu? Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba!
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan searah. Nazar on:tebo --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote: Ini masalah serius di Indonesia. Ekonom nya demen ngomong politik Sementara Politikusnya demen ngomong Ekonomi Dan dua-duanya demen ngibul... Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Angga Aliya ZRF - detikFinance Foto: Wahyu Daniel/detikFinance Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini. Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol. Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh botol, ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3). Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang. Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau sedang kentut? Kok nggak ada bedanya. Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang besar? Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang swasta. Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 Milyar (utang swasta). Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar (berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP). Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin oleh induk perusahaan di negara asal. Dan kalaupun ada utang luar negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor. Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar 60%. Itukah yang disebut ketergantungan yang tinggi terhadap utang luar negeri? Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam negeri 100%...? Bisa saja. Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga yang akan meroket. Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga sekarang. Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi. Dan sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan Imam Sugema? Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang bunganya sangat-sangat-sangat rendah. Maka jelas utang demikian (dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia. Bodoh sekali Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat. Kecuali kalau Imam Sugema yang bayar. Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi sepanjang sejarah, ujarnya. Ini jelas nggak fair. Manipulatif. Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi sepanjang sejarah? Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan meningkatkan pendapatan perkapita. Utang adalah membeli waktu. Apa ada yang jualan waktu?
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
At 03:54 PM 3/19/2009, you wrote: Well Done, seperti biasanya jawaban keren dari Pak Poltak. Pak Poltak boleh dong di share referensi datanya yang Pak Poltak sebut dari Internet jadi kami juga bisa ikut belajar, diantaranya : 1. Historis posisi hutang luar negeri Indonesia. 2. Historis persentase hutang luar negeri Pemerintah VS Swasta. 3. Historis GDP Indonesia versi Nilai Pasar dan PPP. Posisi hutang luar negeri Indonesia bisa dilihat di website IMF. Data ini juga ada di websitenya depkeu. Persentase dengan hutang luar negeri bisa dihitung dengan menggunakan data asumsi APBN dan nilai tukar. GDP nilai pasar dan PPP bisa diakses via websitenya World Bank ataupun UN. Link berikut bisa cukup membantu: http://unstats.un.org/unsd/databases.htm
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Daku la ya bilang, hehe.. Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man) salam nazar on: tebo-jambu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote: Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan searah. Siapa bilang? Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak beresan ekonomi. Bukan sebaliknya. Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat) Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik. Itulah awal matinya otonomi seseorang. Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).
[Keuangan] Re: Mohon masukan mengenai judul skripsi keuangan
Saya ikut kasih usulan sederhana. Coba teliti tentang pengaruh hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Atau pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Atau pengaruh impor- ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Atau pengaruh pasar saham dan pasar barang terhadap ekonomi nasional (pasar mana yang lebih berpengaruh?). --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, watie_it04 watie_i...@... wrote: untuk anggota milist ini, yang memang punya kapasitas akan issu keuangan. Saya minta minta masukan dari Anda semua untuk judul skripsi keuangan. Mohon masukkannya y..thanx..
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
*Posisi Pinjaman Luar Negeri Pemerintah berdasarkan Sumber Pinjaman* (dalam Miliar USD) *No.* *Uraian* *Tahun* *2004* *2005* *2006* *2007* *Q1 2008 * *Q2 2008 * Januari 2009 *) a. BILATERAL 34.27 32.32 31.83 32.14 34.33 33.23 35.26 b. MULTILATERAL 19.46 18.78 18.84 19.05 18.77 18.80 20.20 c. EXPORT CREDIT 13.68 11.63 11.22 10.98 11.33 11.07 10.22 d. COMMERCIAL CREDIT 0.07 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.04 e. LEASING 0.22 0.22 0.06 0.02 0.01 0.01 0.00 f. BONDS AND NOTES 0.17 0.17 - - - - - *Total Utang Pemerintah* *68.58* *63.09* *62.02* *62.25* *64.49* *63.17* * 65.73* sumber : http://www.dmo.or.id/content.php?section=46 2009/3/19 nazar nazart...@gmail.com Daku la ya bilang, hehe.. Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man) salam nazar on: tebo-jambu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote: Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan searah. Siapa bilang? Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak beresan ekonomi. Bukan sebaliknya. Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat) Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik. Itulah awal matinya otonomi seseorang. Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi). -- Agung Bayu Purwoko Economic Research Group Bank Indonesia Padang [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
hi, kalo saya boleh re-phrase ucapan pak poltak: politikus sebelum berbicara tentang ekonomi, harus mengerti dahulu apa yang akan diungkapkannya (ie. ngerti ekonomi), dan ekonom kalau mau ngomong tentang politik, ya mendingan jadi politikus aja sekalian:) regards, bayu sorry, one liner. tapi berhubung jum'at, boleh 'kan... nazar nazart...@gmail.com Sent by: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 20 Mar 2009 07:22 Mail Size: 27969 Please respond to AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com To AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com cc Subject Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol' Our Ref Your Ref Daku la ya bilang, hehe.. Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man) salam nazar on: tebo-jambu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote: Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan searah. Siapa bilang? Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak beresan ekonomi. Bukan sebaliknya. Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat) Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik. Itulah awal matinya otonomi seseorang. Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi). ** This message originated from the Internet. Its originator may or may not be who they claim to be and the information contained in the message and any attachments may or may not be accurate. ** The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited whose main office in Indonesia is at Jl. Jendral Sudirman Kav. 29-31, Jakarta 12920, Indonesia - *** This e-mail is confidential. It may also be legally privileged. If you are not the addressee you may not copy, forward, disclose or use any part of it. If you have received this message in error, please delete it and all copies from your system and notify the sender immediately by return e-mail. Internet communications cannot be guaranteed to be timely, secure, error or virus-free. The sender does not accept liability for any errors or omissions. *** SAVE PAPER - THINK BEFORE YOU PRINT! [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
bang poltak yang paling pintarr. pertanyaannya, bagaimana jika setiap orang dibebaskan mengambil keputusan ekonomisnya masing2, tapi kemudian justru merugikan dimensi sosial disekitarnya? menimbulkan kerusakan lingkungan, budaya dan matinya individu2 yang tidak punya cukup skala untuk bersaing? apakah ini yang anda sebut wajar dan normal? bukankah sudah cukup pula bukti sejarah, bahwa keserakahan dan otonomi ekonomi tanpa batas, seperti yang anda agung2kan itulah yang menjadi sumber malapetaka ekonomi akhir2 ini?. saya bukan pengagum pemerintahan sentralistik, tapi saya juga tidak sepenuhnya sepakat dengan pendapat bang poltak.Seperti juga, saya tidak bersimpati dengan ekonom indef yang memakai bahasa kasar bodoh dan tolol, tapi membaca nada komentar bang poltak, tampaknya juga menunjukkan kualitas yang setali tiga uang...(maaf bang) Buat saya, keputusan ekonomi tetap harus dibingkai oleh ideologi,harus ada keberpihakan. Dan disinilah dimensi politik berperanan. Perkara siapa yang ngibul dan dikibuli, itu urusan lain. Lha buat apa juga memberi analisis yang penuh angka dan data, tapi kering dan miskin dengan sentuhan jiwa.. mudah2an bisa menjadi bahan renungan mas iman sugema dan bang poltak hotradero salam hangat Rangga 2009/3/19 nazar nazart...@gmail.com Daku la ya bilang, hehe.. Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku ekonomi (ecconomic hit man) salam nazar on: tebo-jambu --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote: Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan searah. Siapa bilang? Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak beresan ekonomi. Bukan sebaliknya. Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat) Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik. Itulah awal matinya otonomi seseorang. Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi). [Non-text portions of this message have been removed]