[budaya_tionghua] Re: Budaya tersinggung, OOT
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan, ... Belum lama Lee Kuan Yew mengkritik kelambanan DPR menangani SEZ (Special Economic Zones) di Batam dan Bintan. Para anggota DPR tersinggung mereka mengkritik Singapura habis- habisan, what next? SEZ yang dimulai di RRT, sekarang mau dicontoh di berbagai negera termasuk India, Russia dan Indonesia, telah berhasil berubah Shenzhen kampung yang sepi, gersang dan miskin, menjadi salah satu kota modern di dunia. Mengapa Indonesia takut mencontohnya? ... Jangan hanya berpolitik, agar terpilih lagi dalam pemilu yad. .. Salam Liang U --- Disebabkan beberapa alasan tertentu maka rencana pembangunan SEZ (Special Economic Zones) di Batam dan Bintan bersama Singapura memanglah tidak berjalan seperti yang diharapkan semula dan mengalami keterlambatan. Di Tiongkok, pemerintah Singapura lebih berhasil berkerjasama dengan pemerintah setempat membangun sebuah kawasan industri seperti salah satunya Suzhou Industrial Park yang telah berjalan selama 12 tahun dan memperkerjakan sekitar 400,000 buruh serta membawa pemasukkan pajak sekitar 45 milliar yuan ke pemerintah setempat. (http://www.chinadaily.com.cn/bizchina/2007- 10/30/content_6215940.htm). Suzhou Industrial Park ini pada awalnya juga ada masalah antara kedua belah pihak, tetapi hal ini dapat diatasi dan berkembang lebih lanjut hingga sekarang, bahkan dijadikan salah satu model kerja sama antara pemerintah Singapura dan Tiongkok. Keterlambatan membangun SEZ di Batam dan Bintan berarti juga keterlambatan menciptakan lapangan kerja baru di sektor industri. Kondisi ini diperburuk lagi dengan berita adanya beberapa pabrik yang menutup usahanya di Indonesia pada minggu lalu, seperti penutupan dua pabrik milik Panasonic ( PT. Panasonic Electronic Device Indonesia dan PT. Matsushita Toshiba Picture Display) dan sebuah pabrik gelas (PT. Nippon Glass). Ribuan karyawan ketiga pabrik tersebut terpaksa dirumahkan atau kehilangan lapangan pekerjaan. Karyawan ketiga pabrik itu mengadakan unjuk rasa didepan kedutaan Jepang memprotes penutupan pabrik, dan sepertinya tuntutan karyawan dan penutupan pabrik tersebut tidaklah mendapat respons yang cukup memadai dari pihak pemerintah maupun dari DPR, karena pemerintah dan DPR juga mengetahui tidak dapat berbuat banyak atau dapat menghalangi penutupan ketiga pabrik itu. Diduga bahwa Panasonic memindahkan kegiatan bisnisnya ke Vietnam, karena mereka telah membangun pusat penelitan dan pengembangannya (R D Research Centre) di Hanoi serta meluaskan usahanya disana. Mengambil model dari Tiongkok, Vietnam sekarang memiliki sejumlah 150 kawasan industri (Industrial and export-processing zones ) yang tersebar di 49 kota, dimana 90 diantaranya sudah beroperasi, sedangkan lainnya masih dalam taraf konstruksi. Industrial and export-processing zones ini telah menarik sekitar 2,500 perusahan asing dengan total investasi 24 milliar dollar, selain 2700 perusahan lokal yang menanamkan modalnya sekitar 135 trilliun Dong di kawasan-kawasan industri ini. (http://www.vneconomy.com.vn/eng/? param=articlecatid=17id=901420c3d0fcbd). Pertumbuhan perekonomian Vietnam bersama India adalah yang tertinggi sesudah Tiongkok di kawasan Asia. Menurut survey yang dilakukan oleh United Nations Conference on Trade and Development, Vietnam sekarang menduduki peringkat ke 6 dunia sebagai tujuan penanaman modal asing (foreign direct investment) sesudah Tiongkok, India, Amerika, Russia dan Brasilia.. http://www.vneconomy.com.vn/eng/? param=articlecatid=07id=c94382e71db464 Dan kedepan Vietnam memproyeksikan dirinya akan menjadi suatu negara indusri baru pada tahun 2020. Daya tarik Vietnam sebagai target investor asing adalah upah buruhnya yang relatif masih murah (malah lebih rendah dari Tiongkok), disiplin dan produktivitasnya tinggi. Bagi Taiwan (investor yang terbesar), Jepang dan Korea kedekatan budaya dan agama mereka dengan Vietnam disebutkan sebagai salah satu potensinya juga.( http://english.vietnamnet.vn/biz/2007/10/752046/). Investor dari Indonesia juga sudah mulai berinvestasi ke Vietnam seperti salah satunya ialah Ciputra Group yang membangun suatu kawasan kota baru di Hanoi yaitu Ciputra Hanoi International City Salah satu keberhasilan dan motor pertumbuhan perekonomian yang tinggi di Tiongkok yangdiikuti oleh Vietnam, bukan saja terletak pada upah buruhnya yang murah dan banyak jumlahnya (karena negara lain juga banyak yang murah dengan jumlah yang besar) tetapi sistim pemerintahannya yang lebih terpusat dan tidak terseret dalam arus perdebatan politik berkepanjangan antara kepentingan kelompok elit, seperti yang ditulis oleh Melissa Chan dalam Aljazeera (The driving force is a central
[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono
[budaya_tionghua] Butuh Informasi
Dear All, Perkenalkan nama saya donny. Saat ini saya sedang mencari sanggar tari professional khusus untuk tari-tarian dari tionghua. Kemungkinan akan kita sewa untuk suatu pertunjukan. Mohon informasinya. Terima kasih, Donny Donny Halim PT First Media Tbk Lippo Cyber Park Boulevard Gajah Mada No.2170 Lippo karawaci Tangerang Tel: (62-21) 5555 Fax: (62-21) 55777373 Mail:[EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
Mohon maaf, saya seorang Batak namun karena sejak kecil banyak membaca buku dan majalah budaya Tionghoa, maka senang bergaul dengan rekan-rekan keturunan Tionghoa. Saya ingat majalah yang menjadi langganan ayah saya adalah Tiongkok yang diterbitkan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia. Saya juga sudah berkesempatan berdarma wisata ke negeri Tiongkok selama dua minggu, termasuk berperahu di Sungai Lie dan berpetualang di pegunungan Hwan San (?) hingga berbelanja di Guang Chow. Terus terang, sewaktu di Tiongkok, pemandu wisata selalu mengatakan negeri China (baca :chaina) yang tentu saya artikan Cina. Kami juga sudah menerbitkan buku Cina dan Masyarakatnya dengan berbagai pertimbangan, termasuk dari penerjemahnya salah seorang PhD keturunan Tionghoa dari UNAIR. Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai menyakitkan, saya kurang paham karena memang dulu kita belajar tentang RRT (Republik Rakyat Tiongkok) namun setelah orde baru berubah menjadi RRC Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh. Horas, dharma hutauruk www.erlangga.co.id - Original Message From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 30, 2007 5:24:41 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==... --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] . wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Amoy Singkawang
Hari ini saya membaca bagian pertama dari artikel yang membahas tentang Amoy Singkawang. Intinya adalah pernikahan gadis tionghua indonesia di singkawang dengan pria taiwan. Kayaknya issue ini pernah dibahas tetapi tetap saja menarik untuk disimak. Setahu saya, pria Taiwan yang cari gadis singkawang adalah low class di sononya, yang kagak bisa memenangkan hati gadis taiwan sendiri karena RUMORNYA sih gadis taiwan itu cewe matre cewe matre. Mungkin anda-anda yang tinggal di Taiwan saat ini bisa kasih comment. Karena menurut saya sih, gadis tionghua di Indonesia juga cewe matre, hehehe...Dan itu sama sekali tidak dapat disalahkan. Faktor kemiskinan nampaknya menjadi penentu disini. Orang TengLang ternyata memang tidak identik dengan kesejahteraan ekonomi. ASN. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia==...
Bung Eki Yesi: Sekarang saya baru mengerti bahwa masalah anda ialah untuk menerangkan persoalan penggunaan istilah China, Cina, Tiongkok, tionghua di Indonesia atau dalam bahasa Indonesia. Tidak hanya etimology, untuk menerangkan asal usul kata, juga perlu sosiologi dan sejarah untuk dapat mengerti penggunaan istilah istilah tersebut. Hal itu telah dijelaskan oleh artikel Kong Yuanzi. Namun perlu juga diterangan bagaimana orang tionghua menyebut diri sendiri di Indonesia sekarang dan pada jaman dulu, seperti kata kata: tenglang/ cino vs huana/jowo dsb dan soal terpisahnya golongan Tionghua dari golongan bumiputra secara hukum dan sosial dalam sejarah kolonial. Wish you good luck. Peter Liem --- eki yesi [EMAIL PROTECTED] wrote: terima kasih bung peter ini adalah berkaitan dengan epistemologi pengetahuan berikut ilmu semantik dari setiap kata. jelas walaupun menulis tesis dalam bahasa inggris ataupun belanda, tetap tidak bisa menghindar dari kata tionghoa, karena dalam penulisan ilmiah ada beberapa kata yang harus ditulis asli dari kultur kata itu berasal. dan kita tahu perhimpunan tionghoa tetap sebuatkan tionghoa dalam kepanjangannya tidak mungkin PITI misalnya diingriskan menjadi (PI[c]I). apalagi nanti bila mengutip sumber daari artikel kong Yuanzi, tentu banyak kata tionghoa yang dikutip, nah di sini kita bedakan kata sebagai sebuah disiplin akademik suatu ilmu dengan kata dalam fungsinya sebagai alat komunikasi. kata sebagai alat komunikasi bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apapun, sedangkan kata dalam satu disiplin tertentu kadang harus kita kutip dari kata aslinya bukan terjemahnya, ini adalah problem semantika kata. thanks - Original Message From: peter liem [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, October 28, 2007 8:42:03 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia==... Bung Eki Yesi dan Bung Chan yang budiman: Persoalan istilah Tiongkok dan Cina , Tionghua dan Cina adalah persoalah di Indonesia saja. Di Nederland ( dalam bahasa Belanda)seperti dalam bahasa Inggeris tidak ada persoalan. Tiongkok(N)ialah China (baca shina) dalam bahasa Belanda. Tionghua( adj) adalah Chinees(baca shinees) Orang Tionghua : Chinees (laki laki), Chinese (perempuan), plural:Chinezen. Bahasa Tionghua: Het ChineesPeter Liem --- eki yesi senandunglove@ yahoo.com wrote: ya untung dibahas.. saya mahasiswa s2 di belanda. saat ini sedang persiapan penulisan tesis. berkaitan dengan permasalahan penyebutan cina dan tionghoa, saya berterima kasih diingatkan disini jd tmbah semangat. rencana saya ngangkat tesis `KONTRIBUSI TIONGHOA TERHADAP MASYARAKAT MUSLIM DALAM PERGERAKAN SOSIO-RELIGIO ABAD 20`. alasan utama ngangkat itu berawal dari tema tempo tentang kurang diperhatikannya peran muslim tionghoa abad 20, untuk itu sudah menjadi kwajiban ni untuk nulis hal yang mungkin bisa memberi sedikit yang berarti untuk masyarkat, agar mereka semua mengerti bahwa siapapun kita, sedikit banyak telah berbuat untuk masyarakat ini. so jangan ada yang disembunyikan dong. he he nah masalahnya, ada sedikit masalah (ya tp sebentar lagi beres) untuk kata tionghoa , prof di belanda (supervisor sini) kayaknya lebih familier dengan sematik kata China, nah itu gua harus jelasin bahwa secara sematik cina dan tionghoa jelas lain. OK, kawan kawan aku butuh info tentang data2 untuk itu. thank. _ _ _ _ __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail. yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] !-- #ygrp-mkp{ border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;} #ygrp-mkp hr{ border:1px solid #d8d8d8;} #ygrp-mkp #hd{ color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;} #ygrp-mkp #ads{ margin-bottom:10px;} #ygrp-mkp .ad{ padding:0 0;} #ygrp-mkp .ad a{ color:#ff;text-decoration:none;} -- !-- #ygrp-sponsor #ygrp-lc{ font-family:Arial;} #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{ margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;} #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{ margin-bottom:10px;padding:0 0;} -- !-- #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;} #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;} #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;} #ygrp-text{ font-family:Georgia; } #ygrp-text p{ margin:0 0 1em 0;} === message truncated ===
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
Bung Skalaras dan BungDanar: Saya kira istilah Cino(bah jawa) tetap tidak enak didengar. Lain dengan wong cino yang rasanya neutral kedengaranya. Lebih enak lagi kedengarannya ialah istilah cinten. Peter Liem --- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono
[budaya_tionghua] Belajar Dan Latihan Bersama Bela Diri Taijiquan
encoding: UTF-8 Rekan-rekan sekalian, Milis Budaya Tionghoa akan mengadakan kelas belajar dan latihan bersama bela diri Taijiquan. Berikut ini adalah keterangan dari sang pelatih, King Hian. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa taijiquan å¤ªæ¥µæ³ (ejaan lama: tâai chi châüan) adalah seni bela diri, bukan sekedar âsenam kesehatanâ yang dianggap hanya cocok dilakukan oleh para manula. Padahal, untuk memperoleh manfaat dari taijiquan sebagai latihan kesehatan, kita juga harus berlatih aspek bela diri dari taijiquan. Tujuan latihan taijiquan ini adalah untuk memperkenalkan taijiquan sebagai latihan penjaga kesehatan sekaligus sebagai seni bela diri. Bentuk dasar yang dipakai adalah taijiquan aliran Yang æ¥å¼å¤ªæ¥µæ³, dengan tambahan/modifikasi dari aliran lain. Sama seperti aliran bela diri Tionghoa lainnya, Taijiquan terdiri dari empat aspek yaitu: tendangan-pukulan (tida 踢æ), kuncian (qinna æ'æ¿), bantingan (shuaijiao æ`è·¤), dan totokan (dianxue é»ç©´). Perlu dijelaskan bahwa pelatih yang ada bukanlah seorang Taiji Master (seorang guru besar yang benar-benar menguasai taijiquan). Pelatih di sini adalah sebagai senior yang akan berlatih bersama dalam mempelajari taijiquan. Diharapkan teman2 di milis BT yang menyenangi bela diri bisa berlatih bersama, bertukar pikiran, dan saling membagi ilmu. Latihan akan diadakan setiap Kamis malam jam 19.30-21.30 di Jl. Pangeran Jayakarta No.46 blok D/14 (Kompleks Ruko di samping Honda Auto Plaza) . Untuk tahap awal materi latihan adalah sbb: no. materi latihan durasi (menit) 1 pemanasan peregangan 10 2 pukulan, tendangan, tangkisan 10 3 kuda2 langkah 10 4 gulingan jatuhan 10 5 taolu å¥è·¯ (jurus) 30 6 qinna æ'æ¿ (kuncian) 25 7 tuishou æ¨æ (tangan mendorong) 25 total : 120 menit Biaya latihan adalah Rp. 50.000,- perbulan, teman2 yang ingin berlatih taijiquan bisa mendaftar ke email: [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED] Pakaian latihan bebas, yang penting tidak terlalu ketat. Lebih baik pakai kaos oblong dengan celana panjang yang longgar. Umur minimal 6 tahun, maksimal 100 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Latihan pertama akan dimulai tanggal 8 November 2007, kalau jumlah peserta mencapai minimal 6 orang. Hormat saya, Yongde
[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
Horas bah laeku Hutauruk, Salam kenal, senang sekali anda mau nimbrung di milis ini.. Setahu saya, milis ini sangat welcome kepada teman-teman yang mau bergaul, dengan prinsip-prinsip kebersamaan dan persabatan, saya juga berasal dari salah satu kota kecil di Sumatera Utara dan fasih berbahasa Batak, apakah lae bisa (berbahasa batak) ? Salam hangat, John Siswanto --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dharma hutauruk [EMAIL PROTECTED] wrote: Mohon maaf, saya seorang Batak namun karena sejak kecil banyak membaca buku dan majalah budaya Tionghoa, maka senang bergaul dengan rekan-rekan keturunan Tionghoa. Saya ingat majalah yang menjadi langganan ayah saya adalah Tiongkok yang diterbitkan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia. Saya juga sudah berkesempatan berdarma wisata ke negeri Tiongkok selama dua minggu, termasuk berperahu di Sungai Lie dan berpetualang di pegunungan Hwan San (?) hingga berbelanja di Guang Chow. Terus terang, sewaktu di Tiongkok, pemandu wisata selalu mengatakan negeri China (baca :chaina) yang tentu saya artikan Cina. Kami juga sudah menerbitkan buku Cina dan Masyarakatnya dengan berbagai pertimbangan, termasuk dari penerjemahnya salah seorang PhD keturunan Tionghoa dari UNAIR. Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai menyakitkan, saya kurang paham karena memang dulu kita belajar tentang RRT (Republik Rakyat Tiongkok) namun setelah orde baru berubah menjadi RRC Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh. Horas, dharma hutauruk www.erlangga.co.id - Original Message From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 30, 2007 5:24:41 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==... --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Skalaras skalaras@ . wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
Bahasa Jawa ada versi bhs Ngoko dan bhs Kromo, kalau kita pakai ngoko, tentu akan aneh menggunakan istilah Cinten, itu saja. ZFy - Original Message - From: peter liem To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 30, 2007 9:58 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==... Bung Skalaras dan BungDanar: Saya kira istilah Cino(bah jawa) tetap tidak enak didengar. Lain dengan wong cino yang rasanya neutral kedengaranya. Lebih enak lagi kedengarannya ialah istilah cinten. Peter Liem --- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: dear all member
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Purnama Sucipto Gunawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya membutuhkan informasi mengenai biografi Bpk Haji Karim oei sejarah yayasannya. sejarah Mesjid jami yang ada di jalam hayam wuruk. menurut kabar mesjid ini adalah yang tertua di Jakarta ini didirikan oleh suku tionghoa sendiri. . Terima kasih atas bantuanya Purnama --- Mengenai H. Abdul Karim (Oey Tjeng Hien), telah ditulis dalam sebuah buku auto biografinya (255 hal) berjudul Mengabdi Agama, Nusa Dan Bangsa yang diterbitkan pada tahun 1982 (cetakan pertama) oleh PT Inti Idayu Press, Gunung Agung. Mungkin buku ini sudah tidak dicetak kembali, tetapi dapat ditanyakan pada toko buku Wali Songo, Kwitang-Jakarta pusat. Mengenai sejarah Mesjid Jami di Kebon Jeruk yang didirikan pada tahun 1786 oleh seorang Muslim Tionghoa bernama Tschoa yang juga disebut disebut Kapitan Tamien Dossol, kepala dari Muslim Tionghoa antara tahun 1780-1797, dapat dilihat dalam sebuah buku yang berjudul Mesjid-mesjid tua di Jakarta, karangan A. Heuken SJ. Buku ini merupakan salah satu dari seri 3 buku yang berjudul Gedung- gedung ibadat yang tua di Jakarta (Mesjid, Kelenteng dan Gereja)yang diterbitkan pada tahun 2003 oleh Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta dan masih dapat dijumpai pada beberapa toko buku Gramedia. Semoga informasi ini dapat membantu. Salam G.H.
[budaya_tionghua] Re: OOT Fwd: Sejarah Gedung Sumpah Pemuda 281028
The students lived in a boarding house belonging to Sie Kong Liang. The house stands at what is now Jl. Kramat Raya 106. Kong Liang was so irate at the nonpayment of rent that he brought the case to court in 1934. (THE JAKARTA POST SATURDAY, OCTOBER 14, 2000) Kramat Raya 106: Birthplace of the Youth Pledge By Ida Indawati Khouw Every Oct. 28 Indonesia celebrates Hari Sumpah Pemuda (Youth Pledge Day), to commemorate the day in 1928 when youths from various islands vowed to unite and found an independent state. This article, the 60th on historic and protected buildings and sites in Jakarta, provides a brief history of the building where the young activists made their pledge. JAKARTA (JP): A bitter fact unwritten in history: Many of the heroic youths who organized the historic Youth's Pledge on Oct. 28, 1928, were so poor they could not pay the rent for their boarding house. It was in this house that the youths pledged to unite despite their different ethnic, religious, social and political backgrounds to found an independent Indonesia. If you were not aware of the dire financial straits of the youths, you are not alone. The history books, of course, focus on the heroic side of their lives. The students lived in a boarding house belonging to Sie Kong Liang. The house stands at what is now Jl. Kramat Raya 106. Kong Liang was so irate at the nonpayment of rent that he brought the case to court in 1934. There is no record of how much in arrears the youths were to Kong Liang. However, the Goddess of Fortune was apparently on the youths' side, as Kong Liang lost the legal battle. The students' victory was attributed to their lawyers, Muhammad Yamin and Amir Sjarifoeddin from the Indonesische Clubgebouw (IC Indonesian Clubhouse), which was also a tenant of Kong Liang's building. The owner, who did not live in the house, appealed the decision but Yamin and Sjarifoeddin urged IC chairman Roesmali not to appear in court and to avoid the case. At the suggestion of friends, Roesmali fled to his hometown in Sumatra. It is unclear how this little legal drama ended. The historic event at Kong Liang's house that Indonesia observes every year as Hari Sumpah Pemuda was in fact the second Youth Congress. It was during this event that the patriotic song Indonesia Raya (Great Indonesia) by Wage Rudolf Supratman was first sung to mark such an auspicious occasion. The song later became the national anthem. Youths living in the house belonged to various ethnic associations, such as Jong Java (Younger Generations of Java), an organization grouping students from Java. It was a trend among students to rent a house during their study in Batavia (the former name of Jakarta). These rented houses were known as in de kost, Dutch for boarding and lodging. The rent for each student was 7.5 guilders per month. Education was still not universal, especially for people outside Java, and those who wanted to continue their studies had to do so in Java, most often in Batavia. It was normal for students to associate only with other students from the same area, and they formed groups based on their place of origin, such as Jong Celebes from Sulawesi, Jong Sumatranen Bond from Sumatra, Jong Ambon from Maluku, Jong Bataks Bond from North Sumatra. Aside from being a place to stay, the Javanese youths made use of the boarding house to hold political discussions and to rehearse for traditional Javanese performances, which were put on by the Langen Siswo arts group. Unlike Dutch houses which had large rooms and spacious yards, the rooms in the boarding house were not very big. The house consisted of numerous rooms with a comfortable veranda in the back, and the property was large enough to accommodate the approximately 1,000 youths who attended the youth congress. The congress was able to go forward only after the various youth groups were able to agree on a common agenda: to unite and fight for freedom from Dutch colonial rule. Numerous documents suggest that by the end of 1927, segregation among the youths began to fade to the point where the students living at Jl. Kramat Raya 106 were not only Javanese. They then named the house Indonesische Clubgebouw. The activities of the students included reading the house contained a small library full of books and newspapers holding political discussions and playing billiards. Topics of the informal discussions, usually held after dinner and running well into the night, included the qualities of the ideal national leader and how youths from different areas could understand other cultures and languages in order to create a spirit of nationalism. They could be categorized as idealist utopian youths ... They discussed the idea of nation, national language and the free state, whereas the Dutch colonial government was very harsh against such thoughts, according to the book Peranan Gedung Kramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda (The Role of the Kramat Raya 106 Building in the Birth of the
[budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan
Cari jodoh di Taiwan sendiri gampang2 susah. Cowok Taiwan yang mencari istri di Singkawang tidak semuanya low class. Hal ini karena prinsip cewek Taiwan. Iya, jaman sekarang prinsip cewek Taiwan adalah karir nomor 1/lebih penting (shiye wei zhu). Mungkin saja cowok yang mencari istri di Singkawang itu selalu bertemu dengan cewek model itu saat di Taiwan. Lalu umurnya sudah tua dan akhirnya karena desakan keluarga, dia pun terpaksa mencari istri di luar negeri. Tapi ya memang alasan paling banyak adalah low class tadi karena ada istilah di antara orang Taiwan kalau Mata cewek Taiwan ada di atas kepalanya. Artinya mata cewek Tw melihat hal yang perfeksionis segalanya. Jadi susah bagi cowok Taiwan mendapatkan mereka. Hal ini menjadi prinsip sebaliknya saat di Indonesia, di mana cewek Indonesia masih memegang prinsip rumah tangga nomor 1 (jiating wei zhu), ditambah -konon- ekonomi orang Singkawang yang ga gitu bagus, penampilan lumayan, tahu budaya Tionghoa, dan sudah terkenal di Taiwan...ya kloplah. Ada pembeli ya pasti ada penjual. Tapi skrg, cowok Taiwan sudah banyak yang mengalihkan pencarian istri ke Vietnam, yang kabarnya lebih cerdas dibanding dari Indonesia. Ini kata orang Taiwan lho. Di Pasar Malam Fengchia kota Taichung-Taiwan, ada 1 penjual Heilun (bakso, jagung, kol, jeroan babi) yang sangat ramai. Bos ceweknya itu orang Singkawang lho. Tapi lincahnya minta ampun. Dia bisa menghitung harga per 10 mangkok sekaligus sambil memotong sayur! Saya melihatnya sendiri. Alfonso Belajar Mandarin conversation gratis di:http://groups.yahoo.com/group/everydaymandarin/join? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Others [EMAIL PROTECTED] wrote: Hari ini saya membaca bagian pertama dari artikel yang membahas tentang Amoy Singkawang. Intinya adalah pernikahan gadis tionghua indonesia di singkawang dengan pria taiwan. Kayaknya issue ini pernah dibahas tetapi tetap saja menarik untuk disimak. Setahu saya, pria Taiwan yang cari gadis singkawang adalah low class di sononya, yang kagak bisa memenangkan hati gadis taiwan sendiri karena RUMORNYA sih gadis taiwan itu cewe matre cewe matre. Mungkin anda-anda yang tinggal di Taiwan saat ini bisa kasih comment. Karena menurut saya sih, gadis tionghua di Indonesia juga cewe matre, hehehe...Dan itu sama sekali tidak dapat disalahkan. Faktor kemiskinan nampaknya menjadi penentu disini. Orang TengLang ternyata memang tidak identik dengan kesejahteraan ekonomi. ASN.
[budaya_tionghua] Menelusuri Praktik ??Kawin Foto?? Amoy Singkaw ang dengan Pria Taiwan (2-Habis)
http://jawapos.com/index.php?act=detail_cid=310302 Rabu, 31 Okt 2007, Menelusuri Praktik Kawin Foto Amoy Singkawang dengan Pria Taiwan (2-Habis) Melepas Dua Putri, Ibu Terima Uang Susu Rp 6 Juta Tidak seluruh amoy Singkawang yang digaet pria Taiwan hidup bahagia setelah menikah. Tidak sedikit yang bernasib sebaliknya. Bahkan, sampai ada yang mengadu ke polisi karena merasa dicurangi para makelar. HASYIM ASHARI, Singkawang Banyak keluarga Tionghoa di Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar), yang kebetulan anak gadisnya disunting pria Taiwan, bersikap tertutup bila dikorek ceritanya. Di antara sepuluh keluarga yang didatangi Pontianak Post (Grup Jawa Pos), hanya dua yang bersedia diwawancarai. Salah satunya adalah keluarga Ng Khiuk Hiong. Wanita 65 tahun ini tinggal di Kelurahan Sedau, sekitar 15 kilometer dari Kota Singkawang. Perjalanan ke rumah Khiuk harus melewati jalan setapak. Di kanan-kiri jalan setapak itu, banyak tumbuh semak belukar. Jika dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya, tempat tinggal Khiuk terlihat lebih mentereng dan lebih besar. Ukurannya sekitar 6 meter x 14 meter. Dulu, rumah ini tidak begini. Bernapas saja susah, tutur Khiuk, mengawali perbincangannya dengan Pontianak Post (PP). Selama ngobrol, Khiuk harus didampingi penerjemah. Maklum, dia hanya bisa berbahasa Khek, bahasa daerah setempat. Kehidupan keluarga Khiuk pernah sangat menderita. Itu terjadi ketika suaminya, Phang Hon Siu, jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada 1992. Sejak saat itulah, Khiuk harus bekerja keras untuk menghidupi enam anaknya (tiga putri, tiga putra). Karena serba pas-pasan dan untuk makan saja susah, saya tidak kuat lagi menyekolahkan mereka, ceritanya. Di tengah kondisi keluarga yang serbasusah, datang seseorang ke rumah Khiuk. Orang itu memberi tahu, ada pria Taiwan yang sedang mencari istri. Kabar itu lantas diteruskan Khiuk ke putri sulungnya, Phang Miao Sung. Sung kini berumur 32 tahun. Saat ditawari untuk menikah dengan pria Taiwan, usia Sung 19 tahun. Ketika itu, Khiuk berharap, jika putrinya benar-benar dinikahi pria Taiwan, beban berat keluarganya bisa berkurang. Pendek cerita, Sung akhirnya benar-benar dinikahi pria Taiwan. Setelah menikah, Sung langsung diboyong ke Taiwan. Menantu saya pedagang, ujar Khiuk, tanpa bersedia merinci lebih jelas pekerjaan menantunya itu. Agaknya, kisah sukses Sung digaet pria Taiwan membuat adik-adiknya terpengaruh untuk mengikuti jejak sang kakak. Beberapa bulan setelah Sung menikah, adiknya, Phang Miao Ha, juga dinikahi pria Taiwan. Bahkan, saat itu, umur Miao Ha baru 15 tahun (kini 28 tahun). Saya tidak pernah memaksa putri-putri saya. Saya bilang, kalau tidak cocok, tidak perlu dipaksakan. Rupanya, mereka sama-sama suka, tutur Khiuk. Tak lenyap dari ingatan Khiuk, saat melepas putri-putrinya untuk dinikahi pria Taiwan, dia diberi uang susu Rp 3 juta. Jadi, untuk dua putrinya, Khiuk menerima Rp 6 juta. Dua tahun berselang, putri ketiga Khiuk, Phang Yuk Fui, juga dinikahi pria asing. Hanya, yang berbeda dengan kakak-kakaknya, Yuk Fui dinikahi pria asal Hongkong. Setelah menikah, Yuk Fui juga diboyong suaminya ke Hongkong. Sejak saat itulah, perekonomian keluarga Khiuk terus bertambah baik. Itu berkat jasa tiga putrinya. Mereka mengirimi saya 5.000 dolar Taiwan (sekitar Rp 1,5 juta) dua bulan sekali. Selain untuk keperluan sehari-hari, ditabung untuk bangun rumah, tutur Khiuk yang kini dikaruniai lima cucu dari tiga anak perempuannya itu. Kini, rumah Khiuk terlihat lebih mentereng daripada rumah-rumah lain di sekitarnya. Dulu, rumah itu hanya berukuran 4 meter x 6 meter. Dinding dan lantainya papan. Atapnya kumpulan daun nipah. Tapi, sekarang, semua berubah. Di rumah itu ada empat kamar tidur. Dinding dan lantainya dilapisi marmer. Kisah keluarga Khiuk adalah potret mereka yang sukses setelah dinikahi pria Taiwan. Tapi, tidak sedikit yang bernasib malang. Seorang di antara mereka adalah Tjew Sin Fung. Amoy berusia 17 tahun itu bernasib malang setelah dinikahi pria Taiwan. Ketika didatangi wartawan PP di tempat penampungannya di sebuah shelter milik LBH Peka, Singkawang, wajahnya sendu. Selama menceritakan nasib kelamnya, wanita bertubuh semampai yang akrab disapa Afung itu sesekali menyeka air matanya yang berlinang. Sama dengan kisah amoy-amoy lain, kesediaan Afung dinikahi pria Taiwan dilatarbelakangi alasan ekonomi. Waktu itu saya ingin membantu mama, ceritanya. Dia lantas menuturkan penggalan pahit kehidupan keluarganya. Bapak saya meninggal dua tahun lalu karena sakit paru-paru, katanya. Sejak saat itu, ibu Afung, Tjew Miao Ngo, yang berusia 55 tahun menjadi tulang punggung keluarga. Afung dan dua saudaranya hidup dalam kemelaratan. Setahun kemudian, pada 2006, Afung ditawari bibinya, Kimoi, menikah dengan pria Taiwan. Kata bibi, umur pria Taiwan itu 30-an tahun, ujarnya. Terdorong ingin membantu keluarga, Afung tidak berpikir panjang. Pernikahan pun dilaksanakan.
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
Sdr. Hutauruk, Di milis ini pernah diulas oleh seorang profesor panjang lebar tentang masalah itu, mungkin anda dapat cari di arsip milis. Salam Liang U - Original Message From: dharma hutauruk [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 30, 2007 7:24:58 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==... Mohon maaf, saya seorang Batak namun karena sejak kecil banyak membaca buku dan majalah budaya Tionghoa, maka senang bergaul dengan rekan-rekan keturunan Tionghoa. Saya ingat majalah yang menjadi langganan ayah saya adalah Tiongkok yang diterbitkan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia. Saya juga sudah berkesempatan berdarma wisata ke negeri Tiongkok selama dua minggu, termasuk berperahu di Sungai Lie dan berpetualang di pegunungan Hwan San (?) hingga berbelanja di Guang Chow. Terus terang, sewaktu di Tiongkok, pemandu wisata selalu mengatakan negeri China (baca :chaina) yang tentu saya artikan Cina. Kami juga sudah menerbitkan buku Cina dan Masyarakatnya dengan berbagai pertimbangan, termasuk dari penerjemahnya salah seorang PhD keturunan Tionghoa dari UNAIR. Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai menyakitkan, saya kurang paham karena memang dulu kita belajar tentang RRT (Republik Rakyat Tiongkok) namun setelah orde baru berubah menjadi RRC Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh. Horas, dharma hutauruk www.erlangga. co.id - Original Message From: RM Danardono HADINOTO rm_danardono@ yahoo.de To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, October 30, 2007 5:24:41 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==... --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] . wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono _ _ _ _ __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail. yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
Betul. Istilah Wong Cino merujuk pada satuan etnologis, tanpa kontex negatif. Istilah Cinten, adalah dalam bahasa Jawa tinggi (Kromo Inggil). Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, peter liem [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Skalaras dan BungDanar: Saya kira istilah Cino(bah jawa) tetap tidak enak didengar. Lain dengan wong cino yang rasanya neutral kedengaranya. Lebih enak lagi kedengarannya ialah istilah cinten. Peter Liem --- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras skalaras@ wrote: Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh. Salam, Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato atau menulis dalam bahasa Indonesia. Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata yang menyakitkan ini. Salam Danardono
[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dharma hutauruk [EMAIL PROTECTED] wrote: Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai menyakitkan, saya kurang paham karena memang dulu kita belajar tentang RRT (Republik Rakyat Tiongkok) namun setelah orde baru berubah menjadi RRC Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh. Horas, dharma hutauruk Saya takkan katakan, kata ini menyakitkan, kalau tidak demikian adanya. Untuk memahaminya anda harus lebih memperdalam interaksi anda dengan saudara sauadara Tionghoa (bukan Cina) di Indonesia. lebih banyaklah membaca. Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan
Dalam situasi kemiskinan yang menjerat, perempuan (termasuk anak-anak) memang menjadi kelompok masyarakat yang paling rentan untuk menjadi korban. Kasus pernikahan perempuan tionghoa singkawang dengan pria Taiwan merupakan salah satu contoh nyata dampak dari stereotype yg di/terbangun yang semakin meminggirkan tionghoa. Stereotype dan penomorduaan kewarganegaraan membuat tionghoa yg tidak mampu memperoleh akses terhadap bantuan-bantuan yang seharusnya menjadi kewajiban negara terhadap warga negara yg tidak mampu (i e. Kasus tegal alur, cina benteng). Kisah seorang ayah yang meracuni semua anggota keluarganya, dan kemudian membunuh dirinya sendiri, karena tidak lagi mampu menghidupi mereka, merefleksikan tingkat kemiskinan yg terjadi di komunitas tionghoa kal-bar. Saya pernah mendengar istilah mai moi (arti: menjual anak perempuan-bahasa Ho Pho Hakka-komunitas Hakka di Singkawang dan sekitarnya) yang digunakan utk menggambarkan fenomena pernikahan perempuan tionghoa singkawang dengan pria Taiwan. Istilah ini menggambarkan dengan baik posisi perempuan tionghoa yang sangat rentan dalam komunitas tionghoa miskin. Sebagai komunitas yg menganut sistim patrialkal, perempuan memperoleh tempat kedua dalam sistim komunitas tionghoa. Penempatan itu membuat perempuan tidak memperoleh kesempatan akses yang sama terhadap bidang-bidang yang mempengaruhi perkembangan hidupnya, misalnya pendidikan. Posisi laki-laki yang menjadi garis penerus keluarga, mendapat privilege utk memperoleh kesempatan akses utama untuk pendidikan, keuangan, etc. Diskriminasi global dan struktural yang menciptakan kondisi kemiskinan + sistim masyarakat yg menomorduakan perempuan membuat perempuan tionghoa ibarat sudah jatuh ke comberan tertimpa tangga dan tembok runtuh (multi-layered discrimination). Kondisi miskin yang menjerat keluarga tionghoa menempatkan beban yang besar kepada (anak) perempuan di keluarga tersebut. Mereka digunakan sbg tameng utama dan jalan pintas untuk mengeluarkan keluarganya dari kubangan kemiskinan. Alhasil mereka tidak memiliki kebebasan bahkan hak untuk membuat keputusan terhadap kehidupan mereka sendiri. Hidup mereka ditentukan oleh para penentu keputusan di keluarga. Tingkat pendidikan dan akses informasi yang rendah membuat mereka dalam kondisi terbebat matanya dan berjalan bak sapi dicucuk hidungnya. Iming-iming hidup yang modern dan lebih nyaman (krn tidak perlu bercocok tanam di sawah) di negeri seberang sana yang agak dekat dengan tanah leluhur dan masih orang Kita, juga membuat hati dan harapan para perempuan tionghoa miskin ini melambung tinggi.Dengan bekal jaminan masih orang Kita dan passport yg biasanya memalsukan umur yang sebenarnya (asli 16, menjadi 23), berangkatlah perempuan itu dengan harapan bercampur kekhawatiran. Harapan akan bisa mengirimkan uang utk membantu keluarga mereka di kal-bar, dan kekhawatiran mengenai kehidupan yg harus mereka jalani di tanah asing (tapi pemikiran masih orang Kita bisa sedikit menenangkan). Memang tidak disangkal ada kisah-kisah yang berakhir bahagia (walau Ga seperti Cinderella, tapi paling tdk, kehidupan yang normal dan tingkat ekonomi yang baik dan keluarga di kalbar bisa membangun rumah yang lebih besar lengkap dengan parabola), namun kisah-kisah yang berakhir memilukan juga tidak sedikit (kl tidak bisa dibilang lebih banyak), kisah sang perempuan yang kemudian dicerai paksa dan diusir oleh mertua-nya setelah melahirkan anak laki-laki untuk keluarga suaminya (yg tentu saja didukung oleh si suami), Dan lebih banyak lagi kisah pernikahan yang ternyata jebakan saja, karena setibanya di tempat tujuan, ternyata mereka dijual oleh para suami mereka menjadi pelacur. Jaminan orang Kita hanya tinggal kata-kata kosong belaka. Bangsa yang berkebudayaan dan peradaban tinggi dalam situasi ini akhirnya hanya menjadi kalimat lumpuh yang kehilangan makna. Ingin pulang? Darimana uangnya? Setelah pulang? Harus menyiapkan dan menebalkan hati dicibir-cibir dan dihina oleh komunitasnya sendiri? Memperoleh label perempuan kotor murahan yang diasingkan dimana-mana? Saat ini, menjadi perempuan tionghoa yang menikah pria Taiwan sudah memiliki stigma tersendiri di komunitas tionghoa. Menciptakan kondisi perempuan yg kehilangan kontrol akan hidupnya sendiri dan meletakkan nasib-nya sepenuhnya ditangan para asing orang Kita itu. Ibarat bermain judi, jika menemukan jodoh yang baik, sukur, jika tidak, walahualam deh nasibnya. Hanya Tuhan yang bisa menolong. Istilah Amoy Singkawang sesungguhnya juga membawa makna derogatif saat ini. Istilah ini menciptakan image perempuan tionghoa singkawang yang sudah dijadikan komoditi/barang dagangan, selain asal penggunaan kata Amoy yang juga adalah terutama saat melecehkan perempuan tionghoa secara verbal di kal-bar. Karena itu saya sendiri sangat berkeberatan dengan penggunaan istilah ini. Tionghoa memang beragam, tidak satu macam saja. Julia ---Original Message--- From: Alfonso Date: 10/31/07 06:28:12 To:
Istilah (Re: [budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan)
- Original Message - From: @}PurPLe;[EMAIL PROTECTED];--- To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 31, 2007 11:17 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan Istilah Amoy Singkawang sesungguhnya juga membawa makna derogatif saat ini. Istilah ini menciptakan image perempuan tionghoa singkawang yang sudah dijadikan komoditi/barang dagangan, selain asal penggunaan kata Amoy yang juga adalah terutama saat melecehkan perempuan tionghoa secara verbal di kal-bar. Karena itu saya sendiri sangat berkeberatan dengan penggunaan istilah ini. --- Repot juga kalau peristilahan sedikit-sedikit di-'politisasi'-kan, dan lalu terus-menerus di-pro-kontra-kan. Banyak rekan di milis ini yang saya yakin juga tahu bahwa di Jakarta, terutama di daerah Kota sana, sekarang ini istilah Cungkuo, yang hanya sekedar berarti Tiongkok, juga sudah mempunyai makna derogatif. Apa lalu kita harus mem-pro-kontra-kan juga istilah Cungkuo ini?? Seperti halnya dengan kasus Cina versus China, barangkali besok-besok akan ada anjuran untuk jangan bilang Cungkuo, bilang saja Zhungguo, he he he... Wasalam.