[budaya_tionghua] Re: Budaya tersinggung, OOT

2007-10-30 Terurut Topik Golden Horde
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Rekan-rekan,
...
Belum lama Lee Kuan Yew mengkritik kelambanan DPR menangani SEZ  
(Special Economic Zones) di Batam dan Bintan. 
Para anggota DPR tersinggung mereka mengkritik Singapura habis-
habisan, what next?
SEZ yang dimulai di RRT, sekarang mau dicontoh di berbagai negera 
termasuk India, Russia dan Indonesia, telah berhasil berubah 
Shenzhen kampung yang sepi, gersang dan miskin, menjadi salah satu 
kota modern di dunia.  Mengapa Indonesia takut mencontohnya?
... 
Jangan hanya berpolitik, agar terpilih lagi dalam pemilu yad.
..
Salam 
Liang U
---

Disebabkan  beberapa alasan tertentu maka rencana pembangunan SEZ 
(Special Economic Zones) di Batam dan Bintan  bersama  Singapura 
memanglah  tidak berjalan  seperti yang diharapkan semula dan 
mengalami keterlambatan.

Di Tiongkok, pemerintah Singapura lebih berhasil  berkerjasama dengan 
pemerintah setempat membangun sebuah kawasan industri seperti  salah 
satunya Suzhou Industrial Park yang telah berjalan selama 12 tahun 
dan memperkerjakan sekitar 400,000 buruh serta membawa pemasukkan 
pajak sekitar 45 milliar yuan ke pemerintah setempat. 
(http://www.chinadaily.com.cn/bizchina/2007-
10/30/content_6215940.htm).

Suzhou Industrial Park ini  pada awalnya juga ada   masalah antara 
kedua belah pihak, tetapi hal ini dapat diatasi dan berkembang lebih 
lanjut hingga sekarang, bahkan dijadikan salah satu model kerja sama 
antara pemerintah Singapura dan Tiongkok.

Keterlambatan membangun SEZ di Batam dan Bintan berarti  juga 
keterlambatan menciptakan lapangan kerja baru di sektor industri. 
Kondisi ini diperburuk lagi dengan berita adanya beberapa pabrik yang 
menutup usahanya di Indonesia pada minggu lalu, seperti  penutupan 
dua  pabrik milik Panasonic ( PT. Panasonic Electronic Device 
Indonesia dan PT. Matsushita Toshiba Picture Display) dan sebuah 
pabrik gelas (PT. Nippon Glass).

Ribuan karyawan ketiga pabrik tersebut terpaksa dirumahkan atau 
kehilangan lapangan pekerjaan. Karyawan ketiga  pabrik itu  
mengadakan unjuk rasa didepan kedutaan Jepang memprotes penutupan 
pabrik, dan sepertinya tuntutan karyawan dan penutupan pabrik 
tersebut  tidaklah mendapat respons  yang cukup memadai dari pihak 
pemerintah maupun  dari  DPR, karena pemerintah dan DPR   juga 
mengetahui tidak dapat  berbuat banyak atau  dapat menghalangi 
penutupan ketiga pabrik itu. 

Diduga bahwa Panasonic memindahkan kegiatan bisnisnya ke Vietnam, 
karena mereka telah membangun pusat penelitan dan pengembangannya (R 
 D Research Centre) di Hanoi serta meluaskan usahanya  disana.

Mengambil model  dari Tiongkok, Vietnam sekarang memiliki sejumlah 
150  kawasan industri (Industrial and export-processing zones ) yang 
tersebar di 49  kota, dimana  90 diantaranya sudah beroperasi, 
sedangkan  lainnya masih dalam taraf konstruksi. 

Industrial and export-processing zones ini telah menarik sekitar 
2,500 perusahan asing  dengan total investasi 24  milliar dollar, 
selain 2700 perusahan lokal yang menanamkan modalnya sekitar 135 
trilliun Dong di kawasan-kawasan industri ini.
(http://www.vneconomy.com.vn/eng/?
param=articlecatid=17id=901420c3d0fcbd).

Pertumbuhan perekonomian Vietnam bersama India adalah yang tertinggi  
sesudah Tiongkok di kawasan Asia. Menurut survey  yang dilakukan oleh 
United Nations Conference on Trade and Development,  Vietnam sekarang 
menduduki peringkat ke 6 dunia sebagai tujuan penanaman modal asing 
(foreign direct investment) sesudah Tiongkok, India, Amerika, Russia  
dan Brasilia.. http://www.vneconomy.com.vn/eng/?
param=articlecatid=07id=c94382e71db464

Dan kedepan Vietnam memproyeksikan dirinya  akan menjadi suatu negara 
indusri baru pada tahun 2020.

Daya tarik Vietnam  sebagai target investor asing adalah upah 
buruhnya yang relatif masih murah (malah lebih rendah dari Tiongkok), 
disiplin dan produktivitasnya tinggi. Bagi Taiwan (investor yang 
terbesar), Jepang dan Korea kedekatan budaya dan agama  mereka dengan 
Vietnam  disebutkan sebagai salah satu potensinya juga.( 
http://english.vietnamnet.vn/biz/2007/10/752046/). 

Investor dari Indonesia juga sudah mulai berinvestasi ke Vietnam 
seperti salah satunya ialah  Ciputra Group yang membangun suatu 
kawasan kota baru di Hanoi yaitu Ciputra Hanoi International City 

Salah satu keberhasilan dan motor  pertumbuhan perekonomian yang 
tinggi di Tiongkok yangdiikuti oleh  Vietnam, bukan saja terletak 
pada upah buruhnya yang murah dan banyak jumlahnya (karena negara 
lain juga banyak yang murah dengan jumlah yang besar)  tetapi  sistim 
pemerintahannya yang  lebih terpusat  dan tidak terseret dalam arus  
perdebatan  politik berkepanjangan antara kepentingan kelompok elit, 
seperti yang ditulis oleh Melissa Chan dalam Aljazeera  (The 
driving force is a central 

[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah 
merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat 
orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. 
Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah 
sedemikian jauh.
 
 Salam,
 

Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung 
Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, 
TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato 
atau menulis dalam bahasa Indonesia.

Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata 
yang menyakitkan ini.

Salam

Danardono



[budaya_tionghua] Butuh Informasi

2007-10-30 Terurut Topik Donny Halim
Dear All, 

Perkenalkan nama saya donny.
Saat ini saya sedang mencari sanggar tari professional khusus untuk tari-tarian 
dari tionghua.
Kemungkinan akan kita sewa untuk suatu pertunjukan.
Mohon informasinya.

Terima kasih,
Donny
Donny Halim

PT First Media Tbk
Lippo Cyber Park
Boulevard Gajah Mada No.2170
Lippo karawaci Tangerang
Tel: (62-21) 5555
Fax: (62-21) 55777373
Mail:[EMAIL PROTECTED]
 




[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik dharma hutauruk
Mohon maaf, 
saya seorang Batak namun karena sejak kecil banyak membaca buku dan majalah 
budaya Tionghoa, maka senang bergaul dengan rekan-rekan keturunan Tionghoa.
Saya ingat majalah yang menjadi langganan ayah saya adalah Tiongkok yang 
diterbitkan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia.
Saya juga sudah berkesempatan berdarma wisata ke negeri Tiongkok selama dua 
minggu, termasuk berperahu di Sungai Lie dan berpetualang di pegunungan Hwan 
San (?) hingga berbelanja di Guang Chow.
Terus terang, sewaktu di Tiongkok, pemandu wisata selalu mengatakan negeri 
China (baca :chaina) yang tentu saya artikan Cina.
Kami juga sudah menerbitkan buku Cina dan Masyarakatnya dengan berbagai 
pertimbangan, termasuk dari penerjemahnya salah seorang PhD keturunan Tionghoa 
dari UNAIR.
Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai menyakitkan, 
saya kurang paham karena memang dulu kita belajar tentang RRT (Republik Rakyat 
Tiongkok) namun setelah orde baru berubah menjadi RRC  
Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh.
Horas,

dharma hutauruk
www.erlangga.co.id



- Original Message 
From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, October 30, 2007 5:24:41 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia 
==...

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] . 
wrote:

 Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah 
merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat 
orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. 
Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah 
sedemikian jauh.
 
 Salam,
 

Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung 
Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, 
TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato 
atau menulis dalam bahasa Indonesia.

Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata 
yang menyakitkan ini.

Salam

Danardono




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Amoy Singkawang

2007-10-30 Terurut Topik Others
Hari ini saya membaca bagian pertama dari artikel yang membahas
tentang Amoy Singkawang.
 
Intinya adalah pernikahan gadis tionghua indonesia di singkawang
dengan pria taiwan. Kayaknya issue ini pernah dibahas tetapi tetap
saja menarik untuk disimak.
 
Setahu saya, pria Taiwan yang cari gadis singkawang adalah low class
di sononya, yang kagak bisa memenangkan hati gadis taiwan sendiri
karena RUMORNYA sih gadis taiwan itu cewe matre cewe matre.
 
Mungkin anda-anda yang tinggal di Taiwan saat ini bisa kasih comment.
Karena menurut saya sih, gadis tionghua di Indonesia juga cewe matre,
hehehe...Dan itu sama sekali tidak dapat disalahkan.
 
Faktor kemiskinan nampaknya menjadi penentu disini. Orang TengLang
ternyata memang tidak identik dengan kesejahteraan ekonomi. 
 
 
ASN.


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia==...

2007-10-30 Terurut Topik peter liem
Bung Eki Yesi:
Sekarang saya baru mengerti bahwa masalah anda ialah
untuk menerangkan persoalan penggunaan istilah China,
Cina, Tiongkok, tionghua di Indonesia atau dalam
bahasa Indonesia. Tidak hanya etimology, untuk
menerangkan asal usul kata, juga perlu sosiologi dan
sejarah untuk dapat mengerti penggunaan istilah
istilah tersebut. Hal itu telah dijelaskan oleh
artikel Kong Yuanzi. Namun perlu juga diterangan
bagaimana orang tionghua menyebut diri sendiri di
Indonesia sekarang dan pada jaman dulu, seperti kata
kata: tenglang/ cino vs huana/jowo dsb dan soal
terpisahnya golongan Tionghua dari golongan bumiputra
secara hukum dan sosial dalam sejarah kolonial. Wish
you good luck.
Peter Liem
--- eki yesi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 terima kasih bung peter
 ini adalah berkaitan dengan epistemologi pengetahuan
 berikut ilmu semantik dari setiap kata. jelas
 walaupun menulis tesis dalam bahasa inggris ataupun
 belanda, tetap tidak bisa menghindar dari kata
 tionghoa, karena dalam penulisan ilmiah ada beberapa
 kata yang harus ditulis asli dari kultur kata itu
 berasal. dan kita tahu perhimpunan tionghoa tetap
 sebuatkan tionghoa dalam kepanjangannya tidak
 mungkin PITI misalnya diingriskan menjadi (PI[c]I).
 apalagi nanti bila mengutip sumber daari artikel
 kong Yuanzi, tentu banyak kata tionghoa yang
 dikutip, nah di sini kita bedakan kata sebagai
 sebuah disiplin akademik suatu ilmu dengan kata
 dalam fungsinya sebagai alat komunikasi. kata
 sebagai alat komunikasi bisa diterjemahkan ke dalam
 bahasa apapun, sedangkan kata dalam satu disiplin
 tertentu kadang harus kita kutip dari kata aslinya
 bukan terjemahnya, ini adalah problem semantika
 kata. thanks
 - Original Message 
 From: peter liem [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, October 28, 2007 8:42:03 PM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok
 dan Cina di Wikipedia Indonesia==...
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
 
 
 Bung Eki Yesi dan Bung Chan yang
 budiman:
 
 Persoalan istilah  Tiongkok dan Cina , Tionghua dan
 
 Cina adalah persoalah di Indonesia saja. Di
 Nederland
 
 ( dalam bahasa Belanda)seperti dalam bahasa Inggeris
 
 tidak ada persoalan.  Tiongkok(N)ialah China (baca
 
 shina) dalam bahasa Belanda. Tionghua( adj) adalah
 
 Chinees(baca shinees) Orang Tionghua : Chinees (laki
 
 laki), Chinese (perempuan), plural:Chinezen. Bahasa
 
 Tionghua: Het ChineesPeter Liem
 
 --- eki yesi senandunglove@ yahoo.com wrote:
 
 
 
  ya untung dibahas..
 
  saya mahasiswa s2 di belanda. saat ini sedang
 
  persiapan penulisan tesis. berkaitan dengan
 
  permasalahan penyebutan cina dan tionghoa, saya
 
  berterima kasih diingatkan disini jd tmbah
 semangat.
 
  rencana saya ngangkat tesis `KONTRIBUSI TIONGHOA
 
  TERHADAP MASYARAKAT MUSLIM DALAM PERGERAKAN
 
  SOSIO-RELIGIO ABAD 20`. alasan utama ngangkat itu
 
  berawal dari tema tempo tentang kurang
 
  diperhatikannya peran muslim tionghoa abad 20,
 untuk
 
  itu sudah menjadi kwajiban ni untuk nulis hal yang
 
  mungkin bisa memberi sedikit yang berarti untuk
 
  masyarkat, agar mereka semua mengerti bahwa
 siapapun
 
  kita, sedikit banyak telah berbuat untuk
 masyarakat
 
  ini. so jangan ada yang disembunyikan dong. he he
 
  nah masalahnya, ada sedikit masalah (ya tp
 sebentar
 
  lagi beres) untuk kata tionghoa , prof di belanda
 
  (supervisor sini) kayaknya lebih familier dengan
 
  sematik kata China, nah itu gua harus jelasin
 bahwa
 
  secara sematik cina dan tionghoa jelas lain. OK,
 
  kawan kawan aku butuh info tentang data2 untuk
 itu.
 
  thank.
 
  
 
  
 
   _ _ _
 _ __
 
  Do You Yahoo!?
 
  Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
 
  protection around 
 
  http://mail. yahoo.com 
 
  
 
  [Non-text portions of this message have been
 
  removed]
 
  
 
  
 
 
 
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
 
 !--
 
 #ygrp-mkp{
 border:1px solid
 #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px
 0px;padding:0px 14px;}
 #ygrp-mkp hr{
 border:1px solid #d8d8d8;}
 #ygrp-mkp #hd{

color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px
 0px;}
 #ygrp-mkp #ads{
 margin-bottom:10px;}
 #ygrp-mkp .ad{
 padding:0 0;}
 #ygrp-mkp .ad a{
 color:#ff;text-decoration:none;}
 --
 
 
 
 !--
 
 #ygrp-sponsor #ygrp-lc{
 font-family:Arial;}
 #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
 margin:10px

0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
 #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
 margin-bottom:10px;padding:0 0;}
 --
 
 
 
 !--
 
 #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial,
 helvetica, clean, sans-serif;}
 #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
 #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial,
 helvetica, clean, sans-serif;}
 #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
 #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
 #ygrp-text{
 font-family:Georgia;
 }
 #ygrp-text p{
 margin:0 0 1em 0;}
 
=== message truncated ===



Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik peter liem
Bung Skalaras dan BungDanar:
Saya kira istilah Cino(bah jawa) tetap tidak enak
didengar. Lain dengan wong cino yang rasanya neutral
kedengaranya. Lebih enak lagi kedengarannya ialah
istilah cinten.
Peter Liem
--- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di
 Solo, tidak pernah 
 merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi
 sangat marah saat 
 orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk
 mengganti kata Tionghoa. 
 Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan
 sosialnya sudah 
 sedemikian jauh.
  
  Salam,
  
 
 Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu,
 TERMASUK bung 
 Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila
 memakai bahasa Jawa, 
 TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka
 berbicara, berpidato 
 atau menulis dalam bahasa Indonesia.
 
 Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali
 pemakaian kata 
 yang menyakitkan ini.
 
 Salam
 
 Danardono
 
 



[budaya_tionghua] Belajar Dan Latihan Bersama Bela Diri Taijiquan

2007-10-30 Terurut Topik Hendri Irawan
encoding: UTF-8

Rekan-rekan sekalian,

Milis Budaya Tionghoa akan mengadakan kelas belajar dan latihan
bersama bela diri Taijiquan. Berikut ini adalah keterangan dari sang
pelatih, King Hian.

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa taijiquan 太極拳 (ejaan lama:
t’ai chi ch’üan) adalah seni bela diri, bukan sekedar ‘senam
kesehatan’ yang dianggap hanya cocok dilakukan oleh para manula.
Padahal, untuk memperoleh manfaat dari taijiquan sebagai latihan
kesehatan, kita juga harus berlatih aspek bela diri dari taijiquan.
 
Tujuan latihan taijiquan ini adalah untuk memperkenalkan taijiquan
sebagai latihan penjaga kesehatan sekaligus sebagai seni bela diri.
Bentuk dasar yang dipakai adalah taijiquan aliran Yang 楊式太極拳,
dengan tambahan/modifikasi dari aliran lain. Sama seperti aliran bela
diri Tionghoa lainnya, Taijiquan terdiri dari empat aspek yaitu:
tendangan-pukulan (tida 踢æ‰), kuncian (qinna æ'拿), bantingan
(shuaijiao æ`è·¤), dan totokan (dianxue 點穴).
 
Perlu dijelaskan bahwa pelatih yang ada bukanlah seorang Taiji Master
(seorang guru besar yang benar-benar menguasai taijiquan). Pelatih di
sini adalah sebagai senior yang akan berlatih bersama dalam
mempelajari taijiquan. Diharapkan teman2 di milis BT yang menyenangi
bela diri bisa berlatih bersama, bertukar pikiran, dan saling membagi
ilmu.
 
Latihan akan diadakan setiap Kamis malam jam 19.30-21.30 di Jl.
Pangeran Jayakarta
No.46 blok D/14 (Kompleks Ruko di samping Honda Auto Plaza)
.
Untuk tahap awal materi latihan adalah sbb:
no. materi latihan durasi (menit)
1   pemanasan  peregangan 10
2   pukulan, tendangan, tangkisan 10
3   kuda2  langkah 10
4   gulingan  jatuhan 10
5   taolu 套路 (jurus) 30
6   qinna æ'拿 (kuncian) 25
7   tuishou 推手 (tangan mendorong) 25
total : 120 menit
 
Biaya latihan adalah Rp. 50.000,- perbulan, teman2 yang ingin berlatih
taijiquan bisa mendaftar ke email:
[EMAIL PROTECTED]
atau
[EMAIL PROTECTED]

Pakaian latihan bebas, yang penting tidak terlalu ketat.
Lebih baik pakai kaos oblong dengan celana panjang yang longgar.
Umur minimal 6 tahun, maksimal 100 tahun. 
Tidak ada perbedaan jenis kelamin.
 
Latihan pertama akan dimulai tanggal 8 November 2007, kalau jumlah
peserta mencapai minimal 6 orang.

Hormat saya,
Yongde



[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik johnsiswanto

Horas bah laeku Hutauruk,

Salam kenal, senang sekali anda mau nimbrung di milis ini..
Setahu saya, milis ini sangat welcome kepada teman-teman yang mau 
bergaul, dengan prinsip-prinsip kebersamaan dan persabatan, saya 
juga berasal dari salah satu kota kecil di Sumatera Utara dan fasih 
berbahasa Batak, apakah lae bisa (berbahasa batak) ?

Salam hangat,

John Siswanto 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dharma hutauruk 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mohon maaf, 
 saya seorang Batak namun karena sejak kecil banyak membaca buku 
dan majalah budaya Tionghoa, maka senang bergaul dengan rekan-rekan 
keturunan Tionghoa.
 Saya ingat majalah yang menjadi langganan ayah saya 
adalah Tiongkok yang diterbitkan Kedutaan Besar Tiongkok di 
Indonesia.
 Saya juga sudah berkesempatan berdarma wisata ke negeri Tiongkok 
selama dua minggu, termasuk berperahu di Sungai Lie dan berpetualang 
di pegunungan Hwan San (?) hingga berbelanja di Guang Chow.
 Terus terang, sewaktu di Tiongkok, pemandu wisata selalu 
mengatakan negeri China (baca :chaina) yang tentu saya artikan Cina.
 Kami juga sudah menerbitkan buku Cina dan Masyarakatnya dengan 
berbagai pertimbangan, termasuk dari penerjemahnya salah seorang PhD 
keturunan Tionghoa dari UNAIR.
 Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai 
menyakitkan, saya kurang paham karena memang dulu kita belajar 
tentang RRT (Republik Rakyat Tiongkok) namun setelah orde baru 
berubah menjadi RRC  
 Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh.
 Horas,
 
 dharma hutauruk
 www.erlangga.co.id
 
 
 
 - Original Message 
 From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Tuesday, October 30, 2007 5:24:41 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di 
Wikipedia Indonesia ==...
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Skalaras skalaras@ . 
wrote:
 
  Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak 
pernah 
 merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah 
saat 
 orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata 
Tionghoa. 
 Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya 
sudah 
 sedemikian jauh.
  
  Salam,
  
 
 Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung 
 Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa 
Jawa, 
 TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, 
berpidato 
 atau menulis dalam bahasa Indonesia.
 
 Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian 
kata 
 yang menyakitkan ini.
 
 Salam
 
 Danardono
 
 
 
 
 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
 http://mail.yahoo.com 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik Skalaras
Bahasa Jawa ada versi bhs Ngoko dan bhs Kromo, kalau kita pakai ngoko, tentu 
akan aneh menggunakan istilah Cinten, itu saja.

ZFy

  - Original Message - 
  From: peter liem 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, October 30, 2007 9:58 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia 
Indonesia ==...


  Bung Skalaras dan BungDanar:
  Saya kira istilah Cino(bah jawa) tetap tidak enak
  didengar. Lain dengan wong cino yang rasanya neutral
  kedengaranya. Lebih enak lagi kedengarannya ialah
  istilah cinten.
  Peter Liem
  --- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
  wrote:

   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di
   Solo, tidak pernah 
   merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi
   sangat marah saat 
   orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk
   mengganti kata Tionghoa. 
   Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan
   sosialnya sudah 
   sedemikian jauh.

Salam,

   
   Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu,
   TERMASUK bung 
   Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila
   memakai bahasa Jawa, 
   TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka
   berbicara, berpidato 
   atau menulis dalam bahasa Indonesia.
   
   Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali
   pemakaian kata 
   yang menyakitkan ini.
   
   Salam
   
   Danardono
   
   



   

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Re: dear all member

2007-10-30 Terurut Topik Golden Horde
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Purnama Sucipto Gunawan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya membutuhkan informasi mengenai biografi Bpk Haji Karim oei
sejarah yayasannya. 
sejarah Mesjid jami yang ada di jalam hayam wuruk. 
menurut kabar mesjid ini adalah yang tertua di Jakarta ini didirikan 
oleh suku tionghoa sendiri. 
. 
 Terima kasih atas bantuanya
 Purnama
---

Mengenai H. Abdul Karim (Oey Tjeng Hien), telah ditulis dalam  sebuah 
buku  auto biografinya (255 hal) berjudul Mengabdi Agama, Nusa Dan 
Bangsa  yang diterbitkan pada tahun 1982 (cetakan pertama) oleh PT 
Inti Idayu Press, Gunung Agung.

Mungkin buku ini sudah tidak  dicetak  kembali, tetapi  dapat  
ditanyakan pada  toko buku Wali Songo, Kwitang-Jakarta pusat.

Mengenai  sejarah Mesjid  Jami di Kebon Jeruk  yang didirikan pada 
tahun 1786 oleh seorang Muslim Tionghoa bernama Tschoa yang  juga 
disebut disebut Kapitan Tamien Dossol, kepala  dari   Muslim 
Tionghoa  antara tahun 1780-1797, dapat dilihat dalam sebuah buku 
yang berjudul Mesjid-mesjid tua di Jakarta, karangan A. Heuken SJ. 

Buku ini  merupakan salah satu dari seri 3 buku yang berjudul Gedung-
gedung ibadat yang tua di Jakarta (Mesjid, Kelenteng dan Gereja)yang  
diterbitkan pada tahun 2003 oleh Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 
dan masih dapat dijumpai pada  beberapa toko buku Gramedia.

Semoga informasi ini dapat membantu.

Salam
G.H.




[budaya_tionghua] Re: OOT Fwd: Sejarah Gedung Sumpah Pemuda 281028

2007-10-30 Terurut Topik idakhouw
The students lived in a boarding house belonging to Sie Kong Liang.
The house stands at what is now Jl. Kramat Raya 106. Kong Liang was so
irate at the nonpayment of rent that he brought the case to court in
1934. (THE JAKARTA POST SATURDAY, OCTOBER 14, 2000)

Kramat Raya 106: Birthplace of the Youth Pledge

By Ida Indawati Khouw

Every Oct. 28 Indonesia celebrates Hari Sumpah Pemuda (Youth Pledge
Day), to commemorate the day in 1928 when youths from various islands
vowed to unite and found an independent state. This article, the 60th
on historic and protected buildings and sites in Jakarta, provides a
brief history of the building where the young activists made their
pledge.

JAKARTA (JP): A bitter fact unwritten in history: Many of the heroic
youths who organized the historic Youth's Pledge on Oct. 28, 1928,
were so poor they could not pay the rent for their boarding house.

It was in this house that the youths pledged to unite despite their
different ethnic, religious, social and political backgrounds to found
an independent Indonesia.

If you were not aware of the dire financial straits of the youths, you
are not alone. The history books, of course, focus on the heroic side
of their lives.

The students lived in a boarding house belonging to Sie Kong Liang.
The house stands at what is now Jl. Kramat Raya 106. Kong Liang was so
irate at the nonpayment of rent that he brought the case to court in
1934.

There is no record of how much in arrears the youths were to Kong
Liang. However, the Goddess of Fortune was apparently on the youths'
side, as Kong Liang lost the legal battle.

The students' victory was attributed to their lawyers, Muhammad Yamin
and Amir Sjarifoeddin from the Indonesische Clubgebouw (IC
Indonesian Clubhouse), which was also a tenant of Kong Liang's building.

The owner, who did not live in the house, appealed the decision but
Yamin and Sjarifoeddin urged IC chairman Roesmali not to appear in
court and to avoid the case. At the suggestion of friends, Roesmali
fled to his hometown in Sumatra.

It is unclear how this little legal drama ended.

The historic event at Kong Liang's house that Indonesia observes every
year as Hari Sumpah Pemuda was in fact the second Youth Congress. It
was during this event that the patriotic song Indonesia Raya (Great
Indonesia) by Wage Rudolf Supratman was first sung to mark such an
auspicious occasion. The song later became the national anthem.

Youths living in the house belonged to various ethnic associations,
such as Jong Java (Younger Generations of Java), an organization
grouping students from Java.

It was a trend among students to rent a house during their study in
Batavia (the former name of Jakarta). These rented houses were known
as in de kost, Dutch for boarding and lodging.

The rent for each student was 7.5 guilders per month.

Education was still not universal, especially for people outside Java,
and those who wanted to continue their studies had to do so in Java,
most often in Batavia.

It was normal for students to associate only with other students from
the same area, and they formed groups based on their place of origin,
such as Jong Celebes from Sulawesi, Jong Sumatranen Bond from Sumatra,
Jong Ambon from Maluku, Jong Bataks Bond from North Sumatra.

Aside from being a place to stay, the Javanese youths made use of the
boarding house to hold political discussions and to rehearse for
traditional Javanese performances, which were put on by the Langen
Siswo arts group.

Unlike Dutch houses which had large rooms and spacious yards, the
rooms in the boarding house were not very big. The house consisted of
numerous rooms with a comfortable veranda in the back, and the
property was large enough to accommodate the approximately 1,000
youths who attended the youth congress.

The congress was able to go forward only after the various youth
groups were able to agree on a common agenda: to unite and fight for
freedom from Dutch colonial rule.

Numerous documents suggest that by the end of 1927, segregation among
the youths began to fade to the point where the students living at Jl.
Kramat Raya 106 were not only Javanese.

They then named the house Indonesische Clubgebouw. The activities of
the students included reading the house contained a small library
full of books and newspapers holding political discussions and
playing billiards.

Topics of the informal discussions, usually held after dinner and
running well into the night, included the qualities of the ideal
national leader and how youths from different areas could understand
other cultures and languages in order to create a spirit of nationalism.

They could be categorized as idealist utopian youths ... They
discussed the idea of nation, national language and the free state,
whereas the Dutch colonial government was very harsh against such
thoughts, according to the book Peranan Gedung Kramat Raya 106 dalam
Melahirkan Sumpah Pemuda (The Role of the Kramat Raya 106 Building in
the Birth of the 

[budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan

2007-10-30 Terurut Topik Alfonso
Cari jodoh di Taiwan sendiri gampang2 susah. 
Cowok Taiwan yang mencari istri di Singkawang tidak semuanya low 
class. Hal ini karena prinsip cewek Taiwan. Iya, jaman sekarang 
prinsip cewek Taiwan adalah karir nomor 1/lebih penting (shiye wei 
zhu). Mungkin saja cowok yang mencari istri di Singkawang itu selalu 
bertemu dengan cewek model itu saat di Taiwan. Lalu umurnya sudah 
tua dan akhirnya karena desakan keluarga, dia pun terpaksa mencari 
istri di luar negeri.

Tapi ya memang alasan paling banyak adalah low class tadi karena ada 
istilah di antara orang Taiwan kalau Mata cewek Taiwan ada di atas 
kepalanya. Artinya mata cewek Tw melihat hal yang perfeksionis 
segalanya. Jadi susah bagi cowok Taiwan mendapatkan mereka.

Hal ini menjadi prinsip sebaliknya saat di Indonesia, di mana cewek 
Indonesia masih memegang prinsip rumah tangga nomor 1 (jiating wei 
zhu), ditambah -konon- ekonomi orang Singkawang yang ga gitu bagus, 
penampilan lumayan, tahu budaya Tionghoa, dan sudah terkenal di 
Taiwan...ya kloplah. Ada pembeli ya pasti ada penjual.

Tapi skrg, cowok Taiwan sudah banyak yang mengalihkan pencarian 
istri ke Vietnam, yang kabarnya lebih cerdas dibanding dari 
Indonesia. Ini kata orang Taiwan lho.

Di Pasar Malam Fengchia kota Taichung-Taiwan, ada 1 penjual Heilun 
(bakso, jagung, kol, jeroan babi) yang sangat ramai. Bos ceweknya 
itu orang Singkawang lho. Tapi lincahnya minta ampun. Dia bisa 
menghitung harga per 10 mangkok sekaligus sambil memotong sayur! 
Saya melihatnya sendiri.

Alfonso
Belajar Mandarin conversation gratis 
di:http://groups.yahoo.com/group/everydaymandarin/join?


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Others [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hari ini saya membaca bagian pertama dari artikel yang membahas
 tentang Amoy Singkawang.
  
 Intinya adalah pernikahan gadis tionghua indonesia di singkawang
 dengan pria taiwan. Kayaknya issue ini pernah dibahas tetapi tetap
 saja menarik untuk disimak.
  
 Setahu saya, pria Taiwan yang cari gadis singkawang adalah low 
class
 di sononya, yang kagak bisa memenangkan hati gadis taiwan sendiri
 karena RUMORNYA sih gadis taiwan itu cewe matre cewe matre.
  
 Mungkin anda-anda yang tinggal di Taiwan saat ini bisa kasih 
comment.
 Karena menurut saya sih, gadis tionghua di Indonesia juga cewe 
matre,
 hehehe...Dan itu sama sekali tidak dapat disalahkan.
  
 Faktor kemiskinan nampaknya menjadi penentu disini. 
Orang TengLang
 ternyata memang tidak identik dengan kesejahteraan ekonomi. 
  
  
 ASN.



[budaya_tionghua] Menelusuri Praktik ??Kawin Foto?? Amoy Singkaw ang dengan Pria Taiwan (2-Habis)

2007-10-30 Terurut Topik HKSIS
 http://jawapos.com/index.php?act=detail_cid=310302
Rabu, 31 Okt 2007,
Menelusuri Praktik ”Kawin Foto” Amoy Singkawang dengan Pria Taiwan (2-Habis) 


Melepas Dua Putri, Ibu Terima Uang Susu Rp 6 Juta 
Tidak seluruh amoy Singkawang yang digaet pria Taiwan hidup bahagia setelah 
menikah. Tidak sedikit yang bernasib sebaliknya. Bahkan, sampai ada yang 
mengadu ke polisi karena merasa dicurangi para makelar. 

HASYIM ASHARI, Singkawang 

Banyak keluarga Tionghoa di Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar), yang 
kebetulan anak gadisnya disunting pria Taiwan, bersikap tertutup bila dikorek 
ceritanya. 

Di antara sepuluh keluarga yang didatangi Pontianak Post (Grup Jawa Pos), hanya 
dua yang bersedia diwawancarai. Salah satunya adalah keluarga Ng Khiuk Hiong. 
Wanita 65 tahun ini tinggal di Kelurahan Sedau, sekitar 15 kilometer dari Kota 
Singkawang.

Perjalanan ke rumah Khiuk harus melewati jalan setapak. Di kanan-kiri jalan 
setapak itu, banyak tumbuh semak belukar. Jika dibandingkan dengan rumah-rumah 
di sekitarnya, tempat tinggal Khiuk terlihat lebih mentereng dan lebih besar. 
Ukurannya sekitar 6 meter x 14 meter. 

Dulu, rumah ini tidak begini. Bernapas saja susah, tutur Khiuk, mengawali 
perbincangannya dengan Pontianak Post (PP).

Selama ngobrol, Khiuk harus didampingi penerjemah. Maklum, dia hanya bisa 
berbahasa Khek, bahasa daerah setempat. 

Kehidupan keluarga Khiuk pernah sangat menderita. Itu terjadi ketika suaminya, 
Phang Hon Siu, jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada 1992. Sejak saat itulah, 
Khiuk harus bekerja keras untuk menghidupi enam anaknya (tiga putri, tiga 
putra). Karena serba pas-pasan dan untuk makan saja susah, saya tidak kuat 
lagi menyekolahkan mereka, ceritanya.

Di tengah kondisi keluarga yang serbasusah, datang seseorang ke rumah Khiuk. 
Orang itu memberi tahu, ada pria Taiwan yang sedang mencari istri. 

Kabar itu lantas diteruskan Khiuk ke putri sulungnya, Phang Miao Sung. Sung 
kini berumur 32 tahun. Saat ditawari untuk menikah dengan pria Taiwan, usia 
Sung 19 tahun. Ketika itu, Khiuk berharap, jika putrinya benar-benar dinikahi 
pria Taiwan, beban berat keluarganya bisa berkurang. 

Pendek cerita, Sung akhirnya benar-benar dinikahi pria Taiwan. Setelah menikah, 
Sung langsung diboyong ke Taiwan. Menantu saya pedagang, ujar Khiuk, tanpa 
bersedia merinci lebih jelas pekerjaan menantunya itu.

Agaknya, kisah sukses Sung digaet pria Taiwan membuat adik-adiknya terpengaruh 
untuk mengikuti jejak sang kakak. Beberapa bulan setelah Sung menikah, adiknya, 
Phang Miao Ha, juga dinikahi pria Taiwan. Bahkan, saat itu, umur Miao Ha baru 
15 tahun (kini 28 tahun). 

Saya tidak pernah memaksa putri-putri saya. Saya bilang, kalau tidak cocok, 
tidak perlu dipaksakan. Rupanya, mereka sama-sama suka, tutur Khiuk. Tak 
lenyap dari ingatan Khiuk, saat melepas putri-putrinya untuk dinikahi pria 
Taiwan, dia diberi uang susu Rp 3 juta. Jadi, untuk dua putrinya, Khiuk 
menerima Rp 6 juta. 

Dua tahun berselang, putri ketiga Khiuk, Phang Yuk Fui, juga dinikahi pria 
asing. Hanya, yang berbeda dengan kakak-kakaknya, Yuk Fui dinikahi pria asal 
Hongkong. Setelah menikah, Yuk Fui juga diboyong suaminya ke Hongkong. 

Sejak saat itulah, perekonomian keluarga Khiuk terus bertambah baik. Itu berkat 
jasa tiga putrinya. 

Mereka mengirimi saya 5.000 dolar Taiwan (sekitar Rp 1,5 juta) dua bulan 
sekali. Selain untuk keperluan sehari-hari, ditabung untuk bangun rumah, tutur 
Khiuk yang kini dikaruniai lima cucu dari tiga anak perempuannya itu.

Kini, rumah Khiuk terlihat lebih mentereng daripada rumah-rumah lain di 
sekitarnya. Dulu, rumah itu hanya berukuran 4 meter x 6 meter. Dinding dan 
lantainya papan. Atapnya kumpulan daun nipah. 

Tapi, sekarang, semua berubah. Di rumah itu ada empat kamar tidur. Dinding dan 
lantainya dilapisi marmer.

Kisah keluarga Khiuk adalah potret mereka yang sukses setelah dinikahi pria 
Taiwan. Tapi, tidak sedikit yang bernasib malang. Seorang di antara mereka 
adalah Tjew Sin Fung. Amoy berusia 17 tahun itu bernasib malang setelah 
dinikahi pria Taiwan. Ketika didatangi wartawan PP di tempat penampungannya di 
sebuah shelter milik LBH Peka, Singkawang, wajahnya sendu. Selama menceritakan 
nasib kelamnya, wanita bertubuh semampai yang akrab disapa Afung itu sesekali 
menyeka air matanya yang berlinang. 

Sama dengan kisah amoy-amoy lain, kesediaan Afung dinikahi pria Taiwan 
dilatarbelakangi alasan ekonomi. Waktu itu saya ingin membantu mama, 
ceritanya. 

Dia lantas menuturkan penggalan pahit kehidupan keluarganya. Bapak saya 
meninggal dua tahun lalu karena sakit paru-paru, katanya. Sejak saat itu, ibu 
Afung, Tjew Miao Ngo, yang berusia 55 tahun menjadi tulang punggung keluarga. 
Afung dan dua saudaranya hidup dalam kemelaratan. 

Setahun kemudian, pada 2006, Afung ditawari bibinya, Kimoi, menikah dengan pria 
Taiwan. Kata bibi, umur pria Taiwan itu 30-an tahun, ujarnya. Terdorong ingin 
membantu keluarga, Afung tidak berpikir panjang. Pernikahan pun dilaksanakan. 

Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik liang u
Sdr. Hutauruk,
Di milis ini pernah diulas oleh seorang profesor panjang lebar tentang masalah 
itu, mungkin anda dapat cari di arsip milis.
Salam
Liang U


- Original Message 
From: dharma hutauruk [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, October 30, 2007 7:24:58 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia 
Indonesia ==...

Mohon maaf, 
saya seorang Batak namun karena sejak kecil banyak membaca buku dan majalah 
budaya Tionghoa, maka senang bergaul dengan rekan-rekan keturunan Tionghoa.
Saya ingat majalah yang menjadi langganan ayah saya adalah Tiongkok yang 
diterbitkan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia.
Saya juga sudah berkesempatan berdarma wisata ke negeri Tiongkok selama dua 
minggu, termasuk berperahu di Sungai Lie dan berpetualang di pegunungan Hwan 
San (?) hingga berbelanja di Guang Chow.
Terus terang, sewaktu di Tiongkok, pemandu wisata selalu mengatakan negeri 
China (baca :chaina) yang tentu saya artikan Cina.
Kami juga sudah menerbitkan buku Cina dan Masyarakatnya dengan berbagai 
pertimbangan, termasuk dari penerjemahnya salah seorang PhD keturunan Tionghoa 
dari UNAIR.
Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai menyakitkan, 
saya kurang paham karena memang dulu kita belajar tentang RRT (Republik Rakyat 
Tiongkok) namun setelah orde baru berubah menjadi RRC 
Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh.
Horas,

dharma hutauruk
www.erlangga. co.id

- Original Message 
From: RM Danardono HADINOTO rm_danardono@ yahoo.de
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Tuesday, October 30, 2007 5:24:41 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia 
==...

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] . 
wrote:

 Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah 
merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat 
orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. 
Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah 
sedemikian jauh.
 
 Salam,
 

Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu, TERMASUK bung 
Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila memakai bahasa Jawa, 
TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka berbicara, berpidato 
atau menulis dalam bahasa Indonesia.

Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali pemakaian kata 
yang menyakitkan ini.

Salam

Danardono

 _ _ _ _ __
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail. yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Betul. Istilah Wong Cino merujuk pada satuan etnologis, tanpa kontex 
negatif. Istilah Cinten, adalah dalam bahasa Jawa tinggi (Kromo 
Inggil).

Salam

Danardono



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, peter liem [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Skalaras dan BungDanar:
 Saya kira istilah Cino(bah jawa) tetap tidak enak
 didengar. Lain dengan wong cino yang rasanya neutral
 kedengaranya. Lebih enak lagi kedengarannya ialah
 istilah cinten.
 Peter Liem
 --- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras
  skalaras@ wrote:
  
   Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di
  Solo, tidak pernah 
  merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi
  sangat marah saat 
  orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk
  mengganti kata Tionghoa. 
  Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan
  sosialnya sudah 
  sedemikian jauh.
   
   Salam,
   
  
  Begitulah pak. Politisi politisi asal Jawa kala itu,
  TERMASUK bung 
  Karno, walau menggunakan istilah wong Cino bila
  memakai bahasa Jawa, 
  TETAP menggunakan istilah Tionghoa kalau mereka
  berbicara, berpidato 
  atau menulis dalam bahasa Indonesia.
  
  Herannya malah politisi asal Tionghoa yang mengawali
  pemakaian kata 
  yang menyakitkan ini.
  
  Salam
  
  Danardono
  
 





[budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...

2007-10-30 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dharma hutauruk 
[EMAIL PROTECTED] wrote:


 Membaca komentar anggota milis yang menganggap kata Cina sebagai 
menyakitkan, saya kurang paham karena memang dulu kita belajar 
tentang RRT (Republik Rakyat Tiongkok) namun setelah orde baru 
berubah menjadi RRC  
 Saya tentu ingin mendalami masalah ini lebih jauh.
 Horas,
 
 dharma hutauruk

Saya takkan katakan, kata ini menyakitkan, kalau tidak demikian 
adanya. Untuk memahaminya anda harus lebih memperdalam interaksi anda 
dengan saudara sauadara Tionghoa (bukan Cina) di Indonesia. lebih 
banyaklah membaca.

Salam

Danardono



Re: [budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan

2007-10-30 Terurut Topik @}PurPLe;[EMAIL PROTECTED];---
Dalam situasi kemiskinan yang menjerat, perempuan (termasuk anak-anak)
memang menjadi kelompok masyarakat yang paling rentan untuk menjadi korban.
Kasus pernikahan perempuan tionghoa singkawang dengan pria Taiwan merupakan
salah satu contoh nyata dampak dari stereotype yg di/terbangun yang semakin
meminggirkan tionghoa. Stereotype dan penomorduaan kewarganegaraan membuat
tionghoa yg tidak mampu memperoleh akses terhadap bantuan-bantuan yang
seharusnya menjadi kewajiban negara terhadap warga negara yg tidak mampu (i
e. Kasus tegal alur, cina benteng). Kisah seorang ayah yang meracuni semua
anggota keluarganya, dan kemudian membunuh dirinya sendiri, karena tidak
lagi mampu menghidupi mereka, merefleksikan tingkat kemiskinan yg terjadi di
komunitas tionghoa kal-bar. 

Saya pernah mendengar istilah mai moi (arti: menjual anak perempuan-bahasa
Ho Pho Hakka-komunitas Hakka di Singkawang dan sekitarnya) yang digunakan
utk menggambarkan fenomena pernikahan perempuan tionghoa singkawang dengan
pria Taiwan.  Istilah ini menggambarkan dengan baik posisi perempuan
tionghoa yang sangat rentan dalam komunitas tionghoa miskin. Sebagai
komunitas yg menganut sistim patrialkal, perempuan memperoleh tempat kedua
dalam sistim komunitas tionghoa. Penempatan itu membuat perempuan tidak
memperoleh kesempatan akses yang sama terhadap bidang-bidang yang
mempengaruhi perkembangan hidupnya, misalnya pendidikan. Posisi laki-laki
yang menjadi garis penerus keluarga, mendapat privilege utk memperoleh
kesempatan akses utama untuk pendidikan, keuangan, etc. Diskriminasi global
dan struktural yang menciptakan kondisi kemiskinan + sistim masyarakat yg
menomorduakan perempuan membuat perempuan tionghoa ibarat sudah jatuh ke
comberan tertimpa tangga dan tembok runtuh (multi-layered discrimination).

Kondisi miskin yang menjerat keluarga tionghoa menempatkan beban yang besar
kepada (anak) perempuan di keluarga tersebut. Mereka digunakan sbg tameng
utama dan jalan pintas untuk mengeluarkan keluarganya dari kubangan
kemiskinan. Alhasil mereka tidak memiliki kebebasan bahkan hak untuk membuat
keputusan terhadap kehidupan mereka sendiri. Hidup mereka ditentukan oleh
para penentu keputusan di keluarga. Tingkat pendidikan dan akses informasi
yang rendah membuat mereka dalam kondisi terbebat matanya dan berjalan bak
sapi dicucuk hidungnya. Iming-iming hidup yang modern dan lebih nyaman
(krn tidak perlu bercocok tanam di sawah) di negeri seberang sana yang agak
dekat dengan tanah leluhur dan masih orang Kita, juga membuat hati dan
harapan para perempuan tionghoa miskin ini melambung tinggi.Dengan bekal
jaminan masih orang Kita dan passport yg biasanya memalsukan umur yang
sebenarnya (asli 16, menjadi 23), berangkatlah perempuan itu dengan harapan
bercampur kekhawatiran. Harapan akan bisa mengirimkan uang utk membantu
keluarga mereka di kal-bar, dan kekhawatiran mengenai kehidupan yg harus
mereka jalani di tanah asing (tapi pemikiran masih orang Kita bisa sedikit
menenangkan). 

Memang tidak disangkal ada kisah-kisah yang berakhir bahagia (walau Ga
seperti Cinderella, tapi paling tdk, kehidupan yang normal dan tingkat
ekonomi yang  baik dan keluarga di kalbar bisa membangun rumah yang lebih
besar lengkap dengan parabola), namun kisah-kisah yang berakhir memilukan
juga tidak sedikit (kl tidak bisa dibilang lebih banyak), kisah sang
perempuan yang kemudian dicerai paksa dan diusir oleh mertua-nya setelah
melahirkan anak laki-laki untuk keluarga suaminya (yg tentu saja didukung
oleh si suami), Dan lebih banyak lagi kisah pernikahan yang ternyata jebakan
saja, karena setibanya di tempat tujuan, ternyata mereka dijual oleh para
suami mereka menjadi pelacur. Jaminan orang Kita hanya tinggal kata-kata
kosong belaka. Bangsa yang berkebudayaan dan peradaban tinggi dalam
situasi ini akhirnya hanya menjadi kalimat lumpuh yang kehilangan makna. 
Ingin pulang? Darimana uangnya? Setelah pulang? Harus menyiapkan dan
menebalkan hati dicibir-cibir dan dihina oleh komunitasnya sendiri?
Memperoleh label perempuan kotor murahan yang diasingkan dimana-mana? 

Saat ini, menjadi perempuan tionghoa yang menikah pria Taiwan sudah memiliki
stigma tersendiri di komunitas tionghoa. Menciptakan kondisi perempuan yg
kehilangan kontrol akan hidupnya sendiri dan meletakkan nasib-nya sepenuhnya
ditangan para asing orang Kita itu. Ibarat bermain judi, jika menemukan
jodoh yang baik, sukur, jika tidak, walahualam deh nasibnya. Hanya Tuhan
yang bisa menolong. 

Istilah Amoy Singkawang sesungguhnya juga membawa makna derogatif saat ini.
Istilah ini menciptakan image perempuan tionghoa singkawang yang sudah
dijadikan komoditi/barang dagangan, selain asal penggunaan kata Amoy yang
juga adalah terutama saat melecehkan perempuan tionghoa secara verbal di
kal-bar. Karena itu saya sendiri sangat berkeberatan dengan penggunaan
istilah ini. 

Tionghoa memang beragam, tidak satu macam saja.

Julia 
---Original Message---
 
From: Alfonso
Date: 10/31/07 06:28:12
To: 

Istilah (Re: [budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan)

2007-10-30 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh

- Original Message - 
From: @}PurPLe;[EMAIL PROTECTED];--- 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 31, 2007 11:17 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Amoy Singkawang-Taiwan

 Istilah Amoy Singkawang sesungguhnya juga membawa
 makna derogatif saat ini.
 Istilah ini menciptakan image perempuan tionghoa singkawang
 yang sudah dijadikan komoditi/barang dagangan,
 selain asal penggunaan kata Amoy yang juga adalah terutama
 saat melecehkan perempuan tionghoa secara verbal di kal-bar.
 Karena itu saya sendiri sangat berkeberatan dengan
 penggunaan istilah ini.

---

Repot juga kalau peristilahan sedikit-sedikit di-'politisasi'-kan, dan lalu 
terus-menerus di-pro-kontra-kan.

Banyak rekan di milis ini yang saya yakin juga tahu bahwa di Jakarta, 
terutama di daerah Kota sana,  sekarang ini istilah Cungkuo, yang hanya 
sekedar berarti Tiongkok, juga sudah mempunyai makna derogatif.

Apa lalu kita harus mem-pro-kontra-kan juga istilah Cungkuo ini?? Seperti 
halnya dengan kasus Cina versus China, barangkali besok-besok akan ada 
anjuran untuk jangan bilang Cungkuo, bilang saja Zhungguo, he he he...

Wasalam.