Dear Ibu Chairunisa,

Pertama, mohon tegaskan jika ada nukilan/kutipan tulisan yang ibu 
sertakan sehingga jelas ketika membacanya. Maaf sekadar info.

Kedua, jika ibu lihat entry di wiki spt saya nyatakan di tanggapan 
saya atas tulisan ibu Flora, di sana dinyatakan ada dua sikap di 
kalangan ulama dan cendekiawan muslim tentang penerjemahan Allah ke 
bahasa lain, ada yang menganggap bisa diterjemahkan ada yang tidak.

Ketiga, dari segi etimologi, semua bahasa punya asal, tapi bukan 
berarti suatu kata, entah serapan atau terjemahan itu lalu dianggap 
bukan 'asli' bahasa itu. Coba sebutkan bahasa sekarang 
yang 'asli' ... dari awal memang tidak berubah. Tidak ada! Karena 
memang demikian sifat bahasa, selalu berubah dan beradaptasi.

Khusus untuk bahasa Arab, ibu bisa pelajari dari referensi yang ada 
dan tersedia/mudah diakses, bahwa bahasa Arab adalah satu2nya bahasa 
di dunia yang paling 'tua' dan paling ajeg, baku aturannya. Bahasa 
Arab Quran khususnya, yang secara khusus tidak bisa dianggap sama 
dengan bahasa Arab (apapun dialeknya) pada umumnya, terutama 
Arab 'amiyah (colloquial), tapi sama dengan bahasa Arab fushah 
(standar/baku) dari terutama dari segi grammar (nahu-sharaf). Apakah 
tidak mungkin Allah punya 'alasan' (baca: hikmah) untuk memilih 
bahasa Arab sebagai bahasa Wahyu? Allaahu a'lam.

Dengan demikian, sebagaimana 'ngaconya' cara Zionis Yahudi 
menggunakan prinsip 'asal-usul' atau 'sejarah' untuk mengklaim tanah 
Palestina, menggunakan etimologi semata bukanlah sebuah kemutlakan 
dalam menentukan apakah Allah itu proper name atau bukan KARENA jelas 
(bagi saya setidaknya) bahwa Allah menyebut dan memanggil dirinya 
dengan Allah sebagai proper nama, bukan 'rabb' (tuhan yang 
menciptakan) atau 'ilah' (tuhan yang disembah) saja yang sifatnya 
generik.

Terakhir, saya pribadi menyerahkan kepada kita masing-masing tanpa 
harus berakhir dengan 'shoot the messenger' dalam konteks ini karena 
kita semua well educated dan well informed serta tidak segan untuk 
terus mencari dan ingin tahu akan suatu hal hingga ke dasarnya 
sehingga terserah berdasar argumen apa kita memutuskan 
suatu 'keyakinan' atau pendapat.

Bagaimana mba Flora?

salam,
satriyo


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear Pak Satriyo dan Mba Flora,
> 
> Menurut anda berdua bahwa nama Allah adalah proper name, nombre 
propio
> atau nama asli yang tidak bisa di terjemahkan.
> 
> Ok, masalah ini bisa kita diskusikan dan apakah benar bahwa nama 
Allah
> itu proper name yang tidak bisa diterjemahkan??
> 
> Pertama) Jika saya bertemu Pak Flora dan Pak Satriyo di milis ini 
dan
> kemudian saya katakan bahwa nama saya adalah Chairunisa Mahadewi, 
maka
> nama tsb adalah proper name; seperti halnya nama Flora dan Satriyo
> yang terlebih dulu diperkenalkan oleh yang empunya sebagai proper
> name; artinya tidak bisa diterjemahkan.
> 
> Dengan demikian kita bisa mencari tahu, apakah nama Allah itu 
sendiri
> adalah nama yang langsung diperkenalkan oleh-Nya kepada Nabi 
Muhammad
> saw sehingga nama Allah adalah sebuah proper name yang tidak bisa
> diterjemahkan??
> 
> Dalam ilmu bahasa diketahui bahwa bahasa arab termasuk serumpun 
dengan
> bahasa ibrani dan bahasa aramik yang dikenal dengan bahasa bangsa 
semit.
> 
> Dalam menilai kata Allah, kita harus memahami bahwa kata tsb  
serumpun
> dengan kata-kata dalam bahasa yang lebih tua yaitu bahasa Ibrani dan
> bahasa aramik. Kata Allah cognate dengan kata Ibrani yaitu "El",
> "Eloah", "Elohim" dan dalam bahasa Aramik adalah " Elah", "Alaha"
> semua itu tercantum dalam perjanjian lama yang ditulis dalam bahasa
> Ibrani dan Aramik.
> 
> Contoh dalam Daniel 5:1
> 
> "Be Shum elah yisra'el ..."
> "Demi Nama Allah Israel."
> 
> Sedangkan contoh dari bahasa Ibrani semisal;
> 
> "Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah"
> 
> Yaitu Habakuk 3 : 3, yang bererti -
> 
> "Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari
> pergunungan Paran, Sela."
> 
> Umat Islam menyakini bahwa Bapa Tauhid atau yang mula-mula menjadi
> proklamator untuk agama Tauhid adalah Nabi Ibrahim as, seperti
> tertulis di dalam Qur'an ; Qs.2:133, Qs.2:135
> 
> Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan
> tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada 
Allah)
> dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik".
> (QS. 3:67)
> 
> Dengan demikian telah dikenal dalam masyarakat Yahudi dan masyarakat
> Nasrani tentang ke-Esa'an Tuhan dimana hal tersebut belumlah dikenal
> dalam budaya masyarakat arab pra Islam yang menganut polytheis 
kecuali
> masyarakat arab yang telah beralis menjadi Nasrani seperti 
dibuktikan
> dalam  Salah satu inskripsi kuno yang ditemukan pada tahun 1881 di
> kota Zabad, sebelah tenggara kota Allepo (Arab: Halab), sebuah kota 
di
> Syria sekarang, meneguhkan dalil tersebut. Inskripsi Zabad ini telah
> dibuktikan tanggalnya berasal dari azman sebelum Islam, tepatnya 
tahun
> 512. Menariknya, inskripsi ini diawali dengan perkataan Bism-al-lah,
> "Dengan Nama al-lah" (bentuk singkatnya: Bismillah, "Dengan Nama
> Allah"), dan kemudian diusul dengan nama-nama orang Kristen Syria.
> Bunyi lengkap inskripsi Arab Kristen ini dapat direkonstruksi 
sebagai
> berikut:
> 
> "Bism' al-lah: Serjius bar 'Amad, Manaf wa Hani bar Mar al-Qais,
> Serjius bar Sa'd wa Sitr wa Sahuraih"
> 
> terjemahannya :
> 
> - Dengan Nama Allah: Sergius putra Amad, Manaf dan Hani putra Mat
> al-Qais, Sergius putra Sa'ad, Sitr dan Shauraih. (8)
> 
> Menurut Yasin Hamid al-Safadi, dalam The Islamic Calligraphy,
> inskripsi pra-Islam lainya yang ditemukan di Ummul Jimal dari
> pertengahan abad ke-6 Masehi, membuktikan bahwa berbeda dengan yang
> terjadi di Arab selatan, di sekitar Syria nama 'Allah' disembah 
secara
> benar. Inskripsi Ummul Jimmal diawali dengan kata-kata Allah ghafran
> (Allah mengampuni). (9)
> 
> Bahkan menurut Spencer Trimingham, dalam bukunya Christianity among
> the Arabs in the pre-Islamic Times, membuktikan bahwa pada tahun 
yang
> sama dengan diadakannya Majma' (Konsili) Efesus (431), di wilayah 
suku
> Arab Hartis (Yunani: Aretas ) dipimpin seorang uskup yang 
bernama 'Abd
> Allah (Hamba Allah). (10)
> 
> Dari bukti-bukti arkeologis ini, jelas bahwa sebutan Allah sudah
> dipakai di lingkungan Kristen arab sebelum zaman Islam yang dimaknai
> sebagai sebutan bagi Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi.
> 
> Dari Ulasan di atas dapat di tarik kesimpulan dari benar merah yang
> diuraikan bahwa kata Allah merupakan serapan dari bahasa Ibrani dan
> Aramik yang memang telah dikenal DALAM MASYARAKAT TENTANG KONSEP
> KETAUHIDAN, ketika diserap dalam bahasa budaya arab maka dikenal 
kata
> Allah dari asal kata dua perkataan Arab; (Al-) yang memberi arti
> khusus dan (-ilah) memberi arti Tuhan. Sebaik-baik translasi 
perkataan
> Allah itu ialah Tuhan yang satu yang sebenar-benarnya.
> 
> Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kata Allah bukanlah porper name
> yang tidak bisa diterjemahkan karena dianggap diperkenalkan langsung
> oleh-NYa tetapi kata Allah merupakan kata serapan dari bahasa yang
> lebih tua dari bahasa arab yaitu bahasa Ibrani ("El", "Eloah",
> "Elohim" dan dalam bahasa Aramik (" Elah", "Alaha") yang di serap
> dalam bahasa Arab menjadi Allah dimana asal katanya adalah Al-Ilah
> menjadi Allah.
> 
> Nah Pak Satriyo dan Mba Flora, silahkan jika ada data-data lain yang
> bisa menunjukan bahwa kata Allah adalah proper name dan bukan kata
> serapan dari bahasa lain selain arab;)
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas"
> <florapamungkas@> wrote:
> >
> > 
> > Numpang nimbrung ...
> > 
> > Allah adalah proper name, nombre propio, nama asli.
> > Berhubung nama asli, maka tidak untuk diterjemahkan.
> > Nama asli ALLAH ini mengandung keunikan, uniqueness, el ùnico,
> satu-satunya,
> > the One and Only.
> > Beda hal nya jika kita menyebut Tuhan = God
> > Kata god, singular = tuhan, bisa dijamakkan, menjadi gods /dewa2,
> yang ini
> > maskulin/male gendernya. 
> > Sedang kalau digenderkan feminin/female- menjadi goddess/dewi2, 
> > Jadi kata God ini lebih bisa membiaskan kejamakan dan juga jenis
> kelamin. 
> > 
> > Sedangkan Allah, the Creator, tidak terikat pada kejamakan, tidak 
laki2
> > maupun perempuan. 
> > Allah is shapeless, imageless, genderless.
> > Untuk itulah umat Islam lebih bersikap determined untuk menyebut
> Allah, Sang
> > Pencipta.
> > Karena Allah bersih dari pengasosiasi-an plural dan ke-jender-an 
itu.
> > 
> > Jauh sebelum turunnya Al Qur'an dan hingga kini, orang Arab 
Kristen,
> Arab
> > Yahudi juga menyebut Allah sebagai Tuhan.
> > Semua agama yang berasal dari Nabi Ibrahim, sama2 menyebut Allah 
sebagai
> > Tuhan.
> > Di CNN saya pernah lihat perayaan Natal di sebuah gereja di Iraq.
> > Dalam nyanyian koor di gereja, mereka menyebut-nyebut Allah dalam
> nyanyian2
> > mereka.
> > Kepada ibu guru saya yang orang Arab Palestina, saya tanyakan 
kenapa
> > nyanyian mereka menyebut Allah.. Allah?
> > Dia jawab bahwa memang orang Arab Kristen, Arab Yahudi juga sama 
seperti
> > kita menyebut Allah. 
> > 
> > BTW, soal menterjemahkan nama,
> > saya pernah mengalami kebingungan waktu tinggal di Argentina.
> > Dalam berbagai kesempatan, orang2 bertanya kepada saya:
> > siapa namamu di Indonesia?  Saya jawab: Flora
> > Mereka bilang, Lha iya, Flora itu kan nama Spanyolnya, di 
Indonesia apa?
> > Saya bingung, wong memang ortu kasih nama itu, di akte kelahiran 
juga
> > begitu: Floradianti.
> > Maksud almarhum Bapak saya: Radiant Flower, lalu di-jawa-in jadi
> Floradianti
> >  disingkat Flora.
> > Memang sih kalau maksa mau diterjemahin ke Indonesia, bisa saja 
jadi
> Bunga,
> > Sekar, Kusuma.
> > Tapi kalau saya dipanggil dengan nama2 itu, bisa dipastikan saya
> tidak akan
> > menoleh atau menyahut.
> > 
> > Rupanya di kalangan orang yang berbahasa Spanyol, nama2 orang 
banyak
> > diterjemahkan ke bhs spanyol.
> > Seperti: Charles= Carlos, (ceweknya Carla), William= Guillermo, 
George=
> > Jorgè, Ronald= Ronaldo, dsb.
> > 
> > Saya masih kurang terbiasa dengan terjemah2an nama.
> > Baru2 ini teman kerja suami datang ke rumah.  Lalu
> security/resepsionis di
> > lantai dasar menelpon saya.
> > Dia bilang: Mrs. Pamungkas, Mr. Steven wants to see you.
> > Saya bingung, merasa nggak kenal, lalu telepon diserahkan ke Mr.
> Steven itu.
> > Hola, Flora!  Que tal? Soy Esteban, y Wahyu esta?
> > Ya ampuuun... rupanya Esteban, lagi cari suami saya (Wahyu).
> > Dari tadi kek .. bilang Esteban, jangan Steven gitu, bikin bingung
> ajah...
> > 
> > Kalau nama Bambang, Endang, Tuti, Rini, dsb itu nama asli juga ya
> (cmiiw)
> > Seperti halnya nama Allah, nama asli yang hanya mutlak miliknya 
Sang
> > Pencipta.
> > Dulu waktu kecil, saya diajarin berdoa dalam bahasa Jawa dan
> memanggil Gusti
> > Allah ...
> > 
> > Wassalam,
> > Flora
> > 
> > ----------------------------------------------
> > Re: "My Choice, My Image, My Dress," Muslimah Australia 
> > Posted by: "Chae" chairunisa_mahadewi@   chairunisa_mahadewi 
> > Mon Apr 16, 2007 10:39 pm (PST) 
> > 
> > ......................dst.............
> > 
> > Bukankah Allah, adalah nama panggilan pada sang Pencipta dalam 
bahasa
> > arab?? apakah saya tidak boleh memanggilnya dalam bahasa yang 
lain??
> > misalnya saya hendak memanggil-Nya lebih mesra dalam bahasa
> > sunda..misalnya dengan panggilan "Gusti nu Maha Agung"
> > 
> > Kalau dulu Musa memanggilnya dengan sebutan "Aku" pada sang 
Pencipta,
> > kemudian Yesus memanggilnya lebih mesra dengan sebutan 
Ayah...apakah
> > itu sebuah kesalahan???
> > 
> > .................dst..............
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke