Ibu Lies yang tegar ...

Luar biasa !  

Saya pikir pengalaman Bu Lies dapat menjadi "knowledge" yang akan membantu 
bukan cuma dokter, tetapi juga penderita (pasien) dan lebih-lebih juga keluarga 
penderita ...  seperti yang baru saja saya alami !

Saya baru saja kehilangan,  ditinggal pergi oleh isteri saya, Shermine atau 
Cherry (sempat juga bertemu dengan Bu Lies) .. persisnya tanggal 17 Agustus 
2007, pukul 22.45.. Ketika meninggal dunia,  kami keluarga besar belum percaya 
dengan indikasi suspect multiple myeloma ...CA pada plasma darah....  Kamis 
16/8 pagi masih bisa mandi sendiri, bahkan sekitar pukul 13.00 masih sempat 
mengubungi saya per telpon mengabarkan kesulitan bernafas ... Minta agar saya 
menghubungi dokter ahli pernafasan yang merujuk kami untuk observasi ke RS 
PELNI ... Sayangnya, --meskipun saya ikhlas dan menilai ini adalah keputusan 
Allah-- pihak rumah sakit atau tim dokter terlambat mengambil tindakan .. 
Bayangkan keluhan semakin sesak sejak menjelang siang (pk 11 - 12) ..kok baru 
ditangani sekitar pukul 21.00.  Itu pun gagal karena perlu guided CT scan yang 
Alhamdulillah karena 17/8 hari libur (dokter dan sistem pelayanan di RS juga 
libur !!??) ..katanya baru bisa dilakukan hari Sabtu 18/8 ..  Sekali lagi, 
mungkin ini juga karena sudah keputusan Allah, tengah malam (pk 24,00) ternyata 
ruang/petugas CT Scan bisa membantu dan dokter bedah pun siap untuk melakukan 
tindakan (memasang selang semi permanen guna mengeluarkan cairan dari rongga 
paru & diafragma) ..  Memang hasilnya tidak banyak menolong, bahkan Almarhumah 
semakin merosot kondisinya setelah masuk ICU pada pkl 02.00 dinihari, dan 
bertahan sampai pukul 22.45 WIB.  Innalillahi wa inna illaihi rajiun !  Mohon 
doanya ...

Hikmah yang ingin saya sharing, karena tidak puas dengan penjelasan dokter, 
--makanya saya ingin mendorong Bu Lies untuk menuliskan pengalaman hebat-nya 
menghadapi CA dengan sangat luarbiasa--,  ketika mendapat kabar isteri suspect 
MM ... saya dan anak2 saya setiap malam browsing internet. Menelusuri semua 
situs yang bisa menjelaskan "what, why, when, how" tentang MM ... sumber2 di 
negeri kita memang sangat sedikit .. Alhamdulillah kami belajar sangat banyak, 
dari tidak tahu sama sekali, sampai mengenai cukup banyak semua gejala awal, 
symptom dan keluhan2 yang sering ditemukan, berbagai tes klinik dan lab yang 
harus dilewati, stadium dan setiap implikasinya..sampai pengobatan yang hanya 
memberikan "perpanjangan waktu" saja ...  BAHKAN, ini yang sangat menjadi 
inspirasi kami ... kami menemukan banyak sekali (sekitar 150-an) tulisan dari 
beberapa situs dan blog para survivor MM .. yang menceritakan indikasi awal, 
masa penderitaan, masa pengobatan ..dan yang melewati vonis waktu secara klinis 
tetapi masih bertahan hidup ... apa saja yang mereka lakukan,  bagaimana upaya 
untuk menjaga kondisi tubuh dan metabolismanya,  diet dan suplemen2 yang mereka 
pergunakan .. Pokoknya kami belajar banyak ..meski pun pelajaran tersebut tidak 
dapat kami lakukan untuk isteri/ibu kami tercinta, karena Allah lebih 
menyayangi-Nya dan memanggil lebih dahulu ...

NAH, Ibu Lies yang super ... saya sudah dua-tiga kali mendengar dan juga 
membaca cuplikan cerita tentang perjuangan Ibu Lies memerangi CA ... Alangkah 
bagus-nya seperti yang Ibu sampaikan untuk menyusun CHICKEN SOUP tentang CA itu 
.. Ibu sudah memulainya, mohon untuk diteruskan serta dilengkapi dengan sisi 
human interest-nya .. termasuk atau yang paling penting menguraikan gejala awal 
yang Ibu alami ... juga peran keluarga untuk memotivasi sampai Ibu bertekad 
untuk terus berjuang .. Semoga Allahu Rabbi memberikan hidayah-Nya ..dan karena 
Dia yang memiliki semua penyakit, maka pasti Dia juga punya Penawar terbaik 
..dan dengan ridha-Nya  juga mengangkat penyakit Ibu ..serta tentu menyembuhkan 
dengan sesembuh-sembuhnya .. Amin.

Sekedar catatan ... yang saya pahami, untuk jenis penyakit tertentu, seperti CA 
yang serius dan pasti punya pengaruh psikologis kepada penderita mau pun 
keluarga,  sebaiknya disampaikan kepada keluarga terdekat ....untuk kemudian 
dengan bijakasana disampaikan kepada penderita, pertimbangnya  keluarga yang 
tahu persis kondisi psikologis penderita... TETAPI dalam kasus Almarhumah 
isteri saya, justru disampaikan langsung oleh dokter kepada isteri saya ... dan 
bayangkan stress yang dihadapi, dampaknya menghadapi kami semua .. sampai tidak 
mengijinkan kami menunggui di rumah sakit, kecuali yang diijinkan hanya pada 
hari Kamis 16/7 karena esoknya adalah hari libur nasional ..dan akhirnya hari 
itulah hari terbaik dia pergi meninggalkan kami semua, --terutama saya bersama 
tiga puteri saya ...  

Ibu Lies ... terus tegar... !!
Saya dan saya pikir kita semua ingin Ibu terus berjuang dan Insya Allah semua 
perhitungan akan dilakukan oleh Allahu Rabbi sesuai dengan kemampuan dan 
ikhtiar Ibu .. Dan doa kami, agar Ibu terus sehat dan disempatkan 
menuliskan/melengkapi semua pengalaman tersebut ... Saya juga sedang mencoba 
menuliskan pengalaman kami berempat "mengenali dan memahami serta mendampingi 
penderita MM" ...

Salam dan Doa dari saya,

Ibnu Taufan


  ----- Original Message ----- 
  From: Lies Sudianti 
  To: [EMAIL PROTECTED] ; milis Bicara ; lintas milis ; lintasmilis ; 
KemahmarComm ; [EMAIL PROTECTED] ; hobby club ; Komunikasi Empati ; 
mayapadaprana 
  Cc: Dede Farhan ; Yetti ; tevy ambara ; muhammad ridwan 
  Sent: Tuesday, August 28, 2007 5:24 PM
  Subject: [Bicara] BAGAIMANA CARA MENGHADAPI SEBUAH VONIS




  VONIS...... dalam bidang apapun seringkali merupakan sesuatu yang sangat 
tidak menyenangkan, apakah itu menderita suatu penyakit yang mematikan, dipecat 
atau diputus kontrak, dituduh melakukan kejahatan yang membuat seseorang harus 
mendekam di penjara, ditolak, dicerai..... atau vonis dibidang apapun termasuk 
kegagalan dalam bidang pendidikan, semuanya sangat tidak menyenangkan dan 
terkadang bisa mempengaruhi kestabilan fisik maupun mental.

  Aku ingat sembilan tahun lalu aku divonis menderita kanker mulut rahim 
stadium 3 B dimana waktu itu dokter memberikan bayangan bahwa aku tidak perlu 
dioperasi yang membuat aku berpikir penyakit ku ternyata tidak parah dan hatiku 
terasa besar karena dibebaskan dari penyakit yang menakutkan itu. Tapi apa yang 
sebenarnya terjadi? ternyata aku tidak jadi dioperasi justru karena sel 
kankerku sudah menyebar kemana mana sehingga tidak ada gunanya dioperasi. Yang 
membuat aku merasa semakin down justru karena aku merasa penyakitku tidak 
berbahaya.... seandainya aku tidak merasa diberi harapan kemungkinan aku tidak 
se-shock saat itu. Ada kemarahan, ketakutan dan nyaris putus asa yang 
menyelimuti akal sehatku yang membuat aku merasa kematian sudah sangat dekat.
  Tapi dengan serta merta aku melawan pikiran yang mengharu biru yang nyaris 
membuatku benar benar putus asa dan apatis karena merasa sudah tidak mungkin 
ada harapan. aku memang marah kepada suami dan adikku yang menerima message 
dari sang dokter yang tidak mau menyampaikan langsung pada pasien karena alasan 
keluarga lebih mengenal watak pasien sehingga diharapkan lebih mampu 
menyampaikan berita yang kurang menggembirakan tsb. ternyata penanganan seperti 
itu justru membuatku marah, tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih 
berhak tahu tentang nasib seseorang selain orang itu sendiri apalagi kalau 
menyangkut hidup dan mati.
  Dengan segera kulawan semua pikiran dan perasaan negatip yang melemahkan itu, 
aku segera bangkit dan berkata pada diriku sendiri bahwa umur di tangan Tuhan, 
tidak ada seorang pun yang bisa menentukan kapan kita mati ... walau seorang 
dokter ahli sekalipun. Aku yakin sakit tidak berbanding lurus dengan kematian, 
sakit berbanding lurus dengan sehat sebagai bentuk hukum alam tentang 
keseimbangan karena itu sampai ajal menjemput kita tidak boleh menyerah separah 
apapun penyakit yang kita derita. Dan pada saat itu aku menanamkan pada diriku 
sendiri bahwa kalaupun sel sel kanker itu akan merenggut nyawaku maka dia harus 
bekerja keras untuk menaklukkan tubuhku karena aku tidak akan membiarkannya 
menaklukkan aku dengan mudah. Yang aku lakukan selanjutnya adalah bertanya 
langsung pada dokter tentang kondisi penyakitku serta kansku untuk sembuh 
sekecil apapun itu layak diperjuangkan dan waktu itu aku memperjuangkan peluang 
hidup yang 25%. Yang mengherankan saat aku mengembalikan segalanya kepada 
realita tiba tiba semua rasa takut hilang yang ada justru semangat untuk 
melawan, semangat untuk menjalani proses kehidupan baru yang belum pernah 
kubayangkan sebelumnya, bahkan walau sering mendengar tentang kanker aku 
sendiri tidak punya bayangan seperti apakah bentuknya.

  Aku mencari bahan referensi tentang kanker dan membaca banyak tulisan tentang 
mereka yang sukses melawan kanker salah satunya adalah CHICKEN SOUP buat 
penderita kanker, aku terus menerus berkomunikasi dengan semua dokter yang 
menangani aku, aku membuat catatan dari semua peristiwa yang kujalani obat yang 
kumakan, kemoterapi, radiasi, sinar dalam, penderitaan yang harus kujalani 
selama 4 bulan di rumah sakit, doa dan sholat yang menjadi sangat nikmat karena 
jelas yang diminta, aku menjalani semuanya dengan santai, tanpa rasa takut, dan 
rasa sakit yang luar biasa pun tidak membuatku mau menelan morfin karena aku 
yakini ini adalah proses mengurangi dosa dosaku yang menggunung. Aku ikhlaskan 
semuanya hanya kepada Allah. Aku melakukan meditasi, visualisasi untuk bisa 
membunuh dan melawan sel sel kanker yang bersarang ditubuhku, setiap hari aku 
olah raga dan olah napas  di rumah sakit dan yang pasti aku tidak mau merasa 
seperti pasien yang sedang menunggu kematian, aku makan apa saja seperti orang 
sehat. Dan aku akan marah sekali kalau ada pengunjung yang menangis karena 
buatku justru itu membuat aku menjadi lemah, aku juga menolak mereka yang sakit 
karena kondisiku sangat rentan akibat kemoterapi sehingga anti bodiku tidak 
akan sanggup melawan penyakit seringan flu sekalipun. Dengan segala daya 
akhirnya aku terbebas dari penyakit itu, walau dokter wanti wanti agar aku 
tetap kontrol karena katanya tidak ada istilah sembuh buat pasien kanker yang 
ada sel kankernya sudah tidak aktif tapi bisa saja kambuh lagi jika ada 
pemicunya yang salah satunya adalah STRESS selain hidup yang tidak teratur, 
kita harus kembali ke alam seperti yang memang sudah dirancang oleh Tuhan agar 
layak untuk menjadi tempat hidup makhluk ciptaanNya, sayangnya tangan tangan 
jail dan ambisi manusia yang seringkali justru merusaknya.Kini sembilan tahun 
sudah berlalu tapi aku tetap tidak berani takabur karena banyak orang yang 
kukenal pernah menderita kanker sekarang ini terjangkit lagi dengan stadium 
yang lebih parah. Aku hanya ingin menekankan di sini bahwa VONIS apapun yang 
kita terima jangan langsung membuat kita terpuruk, percayalah segala sesuatu 
terjadi untuk sebuah alasan karena tidak ada yang sia sia di alam semesta ini.

  Hari ini aku baru saja mendapat VONIS ke dua yang aku anggap cukup berat 
yaitu KONTRAK KERJA ku di NISSAN akan berakhir bulan depan, aku sempat shock, 
gamang, sedih, merasa dicampakkan setelah pengabdianku selama ini, belum lagi 
membayangkan ke 3 anakku yang masih sekolah yang membutuhkan banyak biaya tapi 
kemudian aku sadar semua perasaan negatip itu justru akan membuat aku semakin 
lemah dan tidak berdaya karena itu langsung aku switch off. Aku tanamkan pada 
diriku bahwa WE ARE THE MASTER OF OURSELVES..... SO NEVER LET ANYTHING TAKE THE 
CONTROL.

   Aku percaya Tuhan tidak akan mencoba umatNya di luar kemampuannya, pasti ini 
hanya merupakan proses tertutupnya sebuah pintu untuk memberi kesempatan 
terbukanya  pintu pintu lain yang lebih menjanjikan.

  Beruntung aku kini punya PROFEC yang memberi sebuah arti buatku semoga aku 
bisa punya lebih banyak waktu untuknya. Akupun yakin keberadaan milis ini pasti 
bukan tanpa alasan, karena tak ada satupun kejadian di alam semesta ini tanpa 
ijin Tuhan bahkan sebuah daun kering pun berjatuhan karena ijin Nya.

  Salam EPOS,

  Lies Sudianti
  Founder & Moderator the Profec
  0816995258
  [EMAIL PROTECTED]



   

Kirim email ke