--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Marthajan yb,
> 
>     Ya betul juga. Setiap budaya berkembang maju sesuai dengan 
perkembangan jaman, tak ada yang bisa menahan perubahan sesuai 
dengan perkembangan pikiran masyarakat saat itu. Saya setuju banget 
dengan menerima makna budaya yang kita anggap baik-baik, dan 
menyisihkan yang kita anggap tidak baik atau kurang serasi. 
-------------------------------------
MJ:
Nah ini dia inti dari tulisan saya itu. Terima kasih pada bung Chan 
yang bisa menangkap inti masalahnya. Tidak sepeti si Agung, Adrian 
dan UKM Bangka yang salah nangkep melulu.
Mereka hanya melihat sebaris kata lalu dikomentari. kan jadinya 
konyol.
Membuang yang sudah tidak cocok lagi menurut saya adalah keharusan, 
bukannya meneruskan apa2 yang sudah kadaluarsa.
Menyempurnakan adalah sesuatu yang positif bukan? kita kan bukannya 
robot2 yang udah disetel mesti begitu. Lah wong nenek moyang kita 
juga selalu merevisi adat2nya (buktinya adat 200 tahun lalu beda 
dengan adat/budaya 500 tahun lalu). ya enggak?
lalu kenapa kita tidak disalahkan kalau mau merevisi juga seperti 
yang telah dilakukan nenek moyang kita itu.
goblok khan?



>     Tapi, hendaknya juga jangan paksakan pemikiran kita itu untuk 
segera diikuti masyarakat umum, atau bahkan kita menghina kebiasaan 
itu, yang bla, bla, .... Kita boleh tidak lakukan itu pada diri kita 
sendiri, kita boleh mengajukan pemikiran kita kenapa dan 
berargumentasi secara baik-baik. Itu saja, sudah cukup. Kebiasaaan 
atau satu tradisi yang sudah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun 
tentu tidak mungkin kita rubah dalam sekejap. 
> 
>     Bagi yang masih suka mengikuti dan mungkin mereka lakukan, 
silahkan saja. Bagi yang merasa sudah tidak perlu diteruskan dan 
ambil sederhananya saja, tentu juga harus diperbolehkan. Terima dan 
hormatilah sebabik-baiknya setiap perbedaan yang ada, dan semua kita 
bisa hidup berdamai-damai secara harmonis didalam masyarakat ini.
> 
> Salam,
> ChanCT
---------------------------------------
MJ :
Ya, soalnya kalau semua orang yagn mau merevisi adat yang udah 
expired dan yagn mau menyesuaikan dengan perkembangan jaman selalu 
dicela, bagaimana jaman mau maju? harus ada yang berani, seperti 
cucunya Affandi yang kemarin saya ceritakan itu lho, jangan kaya si 
agung dan adrian atau ukm itu yang selalu bertindak tanpa pikir kaya 
robot demi pelestarian budaya yang sudah expired.
Gitu lho maksudku.




 
>  
>   ----- Original Message ----- 
>   From: marthajan04 
>   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, June 28, 2006 4:12 AM
>   Subject: [budaya_tionghua] Re: tatacara lamaran hakka dan hokkian
> 
> 
>   Ah Mas, saya enggak setuju. Walaupun hanya simbol tapi itu 
>   penghinaan buat jaman sekarang. Ibu mas kan waktu nikah masih 
>   ditahun awal empat puluhan. saya mengerti kalau dimasa itu 
bahkan 
>   mungkin di tahun limapuluhan masih takut melawan adat. tapi 
dijaman 
>   sekarang, sudah seharusnya itu disingkirkan.
>   saya ingat waktu cucu pelukis akbar kita Affandi, putrinya 
Kartika 
>   menikah dengan orang bule (entah apa), dia memakai upacara jawa 
tapi 
>   dia tidak mau upacara nginjak telurnya itu. Itu diberitakan di 
koran.
> 
>   Nah perempuan model ginilah yang saya puji, berani melawan adat 
yang 
>   merugikan dia.
>   Seharusnya semua perempuan kalau mau maju harus berani melawan 
adat 
>   yang merendahkan wanita.
>   Upacara mencuci kaki suami kalau diimbangi dengan suami mencuci 
juga 
>   kaki istrinya, baru boleh disebut baik. Tapi kalau sepihak, itu 
>   perendahan harkat wanita.
>   Begitu juga dengan pengikatan kaki wanita bangsawan china, 
>   penyutatan habis kelamin wanita dll. semuanya sangat biadab. 
>   Jaman sekarang sudah dilarang. Pengikatan kaki wanita china 
tidak 
>   lagi ada simbol2nya tapi penyutatan pada wanita masih 
disimbolkan. 
>   Seharusnya tidak perlu lagi ada simbol2an apa2 yang orang sudah 
>   tidak mau lakukan.
>   Walaupun saya tidak mengalami hal2 begitu, tapi saya tetap aja 
sakit 
>   hati kalau lihat ada wanita yang harus direndahkan laki2.
> 
>   Maaf ya, tapi itulah saya. saya paling tidak bisa menahan diri 
kalau 
>   liat yang gituan.
>   Wanita barat mana mau melakukan hal2 begitu. Makanya saya 
mengagumi 
>   mereka.
> 
>   salam,
>   MJ
> 
>   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO" 
>   <rm_danardono@> wrote:
>   >
>   > Saya setuju, bahwa pelestarian budaya tak boleh dilakukan 
dengan 
>   > mata yang merem. Pokoke budaya. Sebagian besar daripada budaya 
>   yang 
>   > diwariskan adalah tatanan kehidupan se-hari hari, yang ratusan 
>   tahun 
>   > yang silam mempunyai makna yang praktis.
>   > 
>   > Kita layak mempelajari dan mengharhai budaya, sebagai sesuatu 
>   harta 
>   > spiritual yang diwariskan leluhur kita, yang mampu memperjelas 
>   > jatidiri budaya kita. Ditumpu dengan pengetahuan sejarah, 
membantu 
>   > memberikan katerangan mengenai latarbelakang banyak hal bagi 
>   > generasi penerus.
>   > 
>   > Ibu saya waktu menikah ditahun 30an akhir menjalankan upacara 
>   > membersihkan kaki suami setelah menginjak telur. Ini sampai 
>   sekarang 
>   > dilakukan masyarakat Jawa di DN dan LN. Walaupun demikian, 
dalam 
>   > keseharian, ibu saya adalah partner sebaya ayah saya. Tak ada 
yang 
>   > ayah lakukan tanpa konsultasi dengan ibu saya.
>   > 
>   > Jadi, mengenai makna "membersihkan kaki" itu, juga dalam 
rangka 
>   > menghormati budaya dan tradisi.
>   > 
>   > Pelestarian budaya tak boleh diartikan, mempertahankan apa 
yang 
>   > telah menjadi tradisi secara 100% karena masa dan zaman 
berlalu.
>   > 
>   > Tak ada mempelai Jawa yang tak menggunakan busana mempelai 
Jawa 
>   yang 
>   > traditional, walau se-hari hari, kita tak memakai busana itu. 
>   > Sebaliknya, kira kira dua generasi yang lalu, mereka masih 
memakai 
>   > busana itu se-hari hari.
>   > 
>   > Pasti juga banyak budaya Tionghoa, yang dirasa complicated dan 
>   > meruwetkan bagi generasi muda. Bagaimana menjalankannya adalah 
>   > masalah kebijaksanaan.
>   > 
>   > Salam
>   > 
>   > danardono
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > 
>   > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "marthajan04" 
>   > <marthajan04@> wrote:
>   > >
>   > > Ul, terus terang gue sih malu kalau jaman sekarang 
berpakaian 
>   > > seperti jaman ribuan tahun lalu. Boro2 ratusan atau ribuan 
tahun 
>   > > lalu, dua puluh tahun lalu saja sudah enggak mau. 
>   > > Budaya juga kan harus ada kemajuan seiring kemajuan otak 
manusia.
>   > > sekarang mau tidak mau, kalau tidak mau dibilang ketinggalan 
>   > jaman, 
>   > > seluruh dunia melihat barat sebagai kemajuan dibidang apapun 
>   juga.
>   > > 
>   > > Ada anak jepang yang saya kenal, masih kuliah di Psychologi 
>   > tingkat 
>   > > master yang pinter luar biasa, bilang sama gua, dia sangat 
cemas 
>   > > lihat anak2 muda di Jepang, katanya, seandainya di USA ada 
>   > kejadian 
>   > > anak membunuh ortunya karena misal dilarang merokok, maka 
enggak 
>   > > lebih dari 2 bulan kemudian, di Jepang akan ada anak yang 
juga 
>   > > membunuh orang tuanya karena dilarang merokok.
>   > > 
>   > > Nah kan, dia sudah menceritakan bahwa budaya amrik itu sudah 
>   > mewabah 
>   > > keseluruh dunia, bukan hanya yang bagusnya saja yang ditiru, 
>   tapi 
>   > > sudah yang buruknya juga. Padahal di amriknya sendiri tidak 
>   sampai 
>   > > begitu.
>   > > 
>   > > cuman mau klarifikasi mengenai saya malu pakai pakaian yang 
>   > usianya 
>   > > sudah ribuan tahun.
>   > > lalu gimana sama jilbab yang umurnya ribuan tahun? kan kita 
juga 
>   > > mencela dan mengejeknya. saya sih mengejek entah kamu ul.
>   > > 
>   > > salam,
>   > > MJ
>   > > 
>   > > 
>   > > 
>   > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee" <ulysee@> 
wrote:
>   > > >
>   > > > 
>   > > > Kok memalukan sih? Justeru khan nyeni kalau masih segala 
>   pernak-
>   > > pernik
>   > > > budaya gitu, 
>   > > > Biarpun kadang-kadang jadi tidak ekonomis dan tidak 
praktis. 
>   > Tapi 
>   > > kalau
>   > > > enggak begitu khan enggak berkesan laaah.
>   > > > 
>   > > > 
>   > > > -----Original Message-----
>   > > > From: marthajan04 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
>   > > > Sent: Monday, June 26, 2006 11:57 PM
>   > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>   > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: tatacara lamaran hakka dan 
>   hokkian
>   > > > 
>   > > > MJ:
>   > > > ortu gue waktu ngawinin anak pertamanya yang lelaki memang 
>   masih 
>   > > > pakai lamaran ber-nampan2 dan pernikahan pakai acara 
pernak 
>   > pernik 
>   > > > budaya china pakai encim2 yang suaranya cempreng sebagai 
>   pembawa 
>   > > > acaranya... memalukan hehehe..
>   > > >
>   > >
>   >
> 
> 
> 
>    
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>










------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke