Betul sudah bagus diskusinya.

Ini ada contoh barusan diacara 60 minutes di CBS, alma deutscher yg adalah 
salah satu music prodigy. Umur 10 alma sudah compose buat opera. Ini 
kelainannya.

https://www.cbsnews.com/news/the-12-year-old-prodigy-whose-first-language-is-mozart/

 

ya memang harus bakat harus ada. Practice sampai botakpun gak akan bisa jago. 
Classical music itu kaya’ math. Musik2 lain lebih gampang. Gak ada orang yg 
bisa main music klasik tanpa belajar. Adapun sangat jarang termasuk alma ini yg 
memang dari sononya sudah BISA.

 

Bakat itu perlu dan practice juga perlu. Kalau mau jago di classical music 
pasti harus ada bakat yg hebat. Gak bisa bakat sekedarnya ditambah waktu 
practice yg banyak akan bikin jago. Gak akan!

Sebaliknya bakat yg luar biasa kalau tidak pernah/jarang practice juga gak akan 
jago. Mustahil bisa jago!

 

Kasus seperti alma ini, ketika dia lagi compose lagu misalnya, itu sudah 
termasuk practice. Jadi practice itu bukan harus duduk main instrument. Ini 
pendapatnya sigoblok jonathan itu!

 

Orang2 yg jago itu banyak yg hanya duduk nonton youtube, lihat orang main 
diyoutube lalu mereka bisa tahu harus main suatu repertoire itu sebaiknya 
gimana. Ini bakatnya seseorang yg unik dan tidak bisa dimiliki orang lain. 
Setiap pemusik itu unik adanya.

 

Ada anak Indonesia yg tinggal di amerika main biola dan piano. Jarang sekali  
practicenya. Practice biolanya hanya dimobil kalau lagi pergi ke suatu tempat. 
Dia bisa jadi concertmaster di middle school di region kotanya. Begitu juga dia 
akhirnya menang piano competition paling gede dikotanya  diakhir SMP nya kelas 
8 walaupun kelas 6 dan 7 belum menang kompetisi yg gede2. Practice pianonya 
juga sangat minim hanya 10 -15 menit sehari dan paling2 hanya 3-4hari/minggu. 
Anak ini juga berbakat tetapi bukan music prodigy seperti alma deutscher.

 

Persoalannya bukan pada setiap anak itu punya bakat music atau tidak. 
persoalannya adalah seberapa besar bakatnya. Ini yg menjadi patokan mereka2 yg 
percaya utk mendengarkan music klasik waktu sibayi masih dalam kandungan. Ini 
benar menurut science krn memang semasa didalam kandungan itu brain sudah 
developed dan bisa mendengar lagu. Lagu klasik itu beda sekali sama pop music 
misalnya. Istilah2 di classical music seperti dynamic, rithmic, modulation, 
harmonization, phrasing dll itu gak ada di pop music. Lagu klasik itu bisa dari 
20 detik s/d berjam2 seperti piano concerto. Lagu pop 10 menit saja sudah lama 
sekali. Belum lagi ngomong form nya classical music yg ada sonata, minuet dll. 
Pop music ya paling2 hanya verse bridge refrain. Kalau kita bandingkan 
classical music itu tujuannya rithmic dan structural development, sedangkan pop 
music buat entertainment atau deliver a message saja.

 

Disinilah kekuatan classical music yg dapat menjadi stimulus buat brain 
development dan ini sejak bayi masih dalam kandungan.

 

Tetapi bukan berarti otaknya bakalan langsung pinter sepinter Einstein. Science 
nya sudah menunjukkan memang IQ naik kalau main classical music. Tetapi bagi 
saya pribadi bukan ini pentingnya. Ada aspek positif yg lain dari classical 
music seperti misalnya bikin anak lebih bisa focus/konsentrasi dan disiplin. 
Ini benar ada seorang anak Chinese American dibawah bimbingan seorang pianist 
top di boston faculty di NEC, MIT dan BU. Guru ini ceritera sama saya bahwa 
anak ini brilliant pianist. Tapi waktu kecilnya sekitar 5 tahun pertama dia 
ambil lesson sama guru ini. aduh kata guru ini anak ini lari kesini, lari 
kesitu, susah dikontrol. Lambat laun berubah dan setelah umur 10 an dia sudah 
mulai tenang. Akhirnya dia menang piano competition di Harvard univ.

 

Persoalannya di USA itu adalah, banyak orang2 asia menggunakan classical music 
utk masuk ivy league. Makanya banyak orang2 tua gila ini paksa anaknya belajar 
instrument. Kasihan sekali kalau lihat anak2nya. Pertama2 sih gak apa2 krn 
memang fun. Tetapi setelah mulai agak serius warna kompetisi sudah semakin 
tinggi/ketat, anak2 ini tidak bisa lagi bermain classical music for fun saja. 
Mereka masuk daerah: serius. Disini letak permasalahannya. Ketika semakin 
serius dan banyak kompetisi, mereka harus practice lebih banyak dan bagi yg 
tidak terlalu berbakat, anak2 ini menjadi stress. Kasihan sekali. Akhirnya 
hasilnya apa? anak2 ini meninggalkan classical music krn merasa tidak mampu. 
Ini kan salah sekali. Kesalahan ini disebabkan oleh orang tuanya yg menuntut 
terlalu banyak yg menggunakan classical music sbg alat utk masuk ivy league 
universities. 

 

Seharusnya kan classical music itu dipelajari utk pairing dengan otak kirinya 
yg selalu belajar sciences disekolah. Ketika seseorang hanya belajar 
science/mengasah otak kiri, otak kanannya lemah. Disini terjadi 
ketidakseimbangan otak kiri dan otak kanan. Makanya sering kita lihat orang2 yg 
sukses dalam bidangnya sangat lemah empathy, moral, humanity dll.

 

Kembali ke langlang ya jelas dia ngomong begitu krn memang tidak bisa disangkal 
practice itu penting. Lang lang mah gak ada apa2nya dibandingkan piano virtuosa 
pertama Liszt. Omongan 99% practice 1% talent itu sumbernya adalah Liszt. Ini 
jagoannya piano. Bukan itu pesan yg mau disampaikan. Pesan yg mau disampaikan 
itu memang benar bahwa practice itu penting tetapi bukan berarti tanpa bakat, 
practice akan mencetak another Liszt atau lang lang.

 

Ini yg menjadi pendapat sigoblok jonathan. Sekali saja saya sudah tahu kearah 
mana opini nya itu berada. Memang ada2 saja yg bisa saya goblok2in ttg sigoblok 
jonathan ini. lucu ya?!

 

Nesare

 

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, November 23, 2017 4:04 AM
To: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GELORA45] Lang Lang: 'I'd play the piano at 5am'

 

  

Yang ditakuti istri saya, kalau anak kami suka main di jalanan, takut jadi 
straatjongen.

Kalau saya, lebih takut, kalau sampai tidak bisa melawan, kalau diganggu, 
diperes

anak lain. Jadi ya, pilih sekolah, dan belajarkan dia pencak silat.

Waktu itu dia baru 12 tahun. Anak teman biasa baru mau terima kalau sudah umur 

14 tahun, supaya bisa mengikuti conditie training yang cukup berat.

Saya bilang, meskipun baru 12 tahun, tetapi karena main sepak bola dan tennis, 
fi/

siknya kuat. lalu dicoba. Ternyata dia bisa ikuti conditie training.

Pernah sekali mereka latihan conditie training lari 10 km di tepi laut.. Anak 
saya yang

sudah terlatih lari , sampai duluan. Beberapa menit kemudian baru pelatihnya 
dan 

yang lain2 muncul. Wah, dia tertawa, bilang sudah lama tunggu kok baru sampai.

Rupanya yang ketinggalan sudah saling berunding. Tahu2 anak saya disergap 
mereka, 

dilemparkan ke laut. Dia befrenang, basah seluruhnya, masih bisa tertawa.....

Ya, dia sibuk sekali habis sekolah. Pulang2 langsung belajar, sore 2 kali 
seminggu

latihan tennis di club. Saptu pagi sepakb bola. Jumat malam pencak silat.

Kemudian sepak bolanya terpaksa berhenti, karena selain 2 kali main di club, 
juga masih

dua kali dilatih di selectie training. Kemudian waktu di SMA, ketemu anak lain, 
diajak

jadi muridnya Kees Howeling, yang pernah melatih Kriyacek. Jadi Saptu pagi 
latihan

di Amsterdam, sedangkan kami masih tinggal di Maarssen. Oleh Kees Howeling 
dianjurkan

ikut latihan conditietraining hari Minggu di bekas juara lari 1500 m Nederland.

Ya, jadi sibuk sekali, tidak bisa jadi anak jalanan........Tetapi ya, dia 
senang main tennis,

ya kami turuti saja. Malah vacantienya, sebagain untuk bertanding tennis ke 
kota2 lain, 

sebagian untuk belajar mendahului pelajaran matematikanya, sebagaian untuk

membaca literatur2 yang jadi bahan ujian nantinya. Kalau tidak begitu, 
pelajarannya

bisa ketinggalan. Sisanya baru kami pakai vacantie pendek saja.

 

On 23 November 2017 at 03:01, b...@yahoo.com <mailto:bhjo@yahoocom>  [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > wrote:

  

Setujuuu sekali dgn. bung Chan bahwa Jadi, apa yang dinyatakan Lang Lang itu, 
hanya untuk mendorong anak2 mau rajin berlatih saja. Jadi maksudnya memang baik 
tetapi tidak sesuai dgn. fakta2 yg. kita ketahui.

 

Putri saya dulu juga belajar piano dan ballet tetapi bukan supaya ia menjadi 
akhli piano atau akhli ballet tetapi supaya tidak membuang waktunya utk. apa2 
yg. tidak berguna atau negatif utk. masa depannya. Tetapi buat saya pribadi, 
lebih penting belajar piano daripada belajar ballet.

 

Salam,

BH Jo


---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <SADAR@... 
<mailto:SADAR@...> > wrote :

Setujuuuu, dengan pendapat bung Jo, bagaimanapun juga yang menentukan bisa jadi 
tidak seseorang menjadi pemain musik, ballet, oalahraga, bisnis, ... atau 
apalah adalah BAKAT seseorang! Ada KELEBIHAN dalam otaknya dibanding orang 
biasa, dan anehnya, ... dalam kehidupan sesdeorang bisa saja dia suka, hobbi 
dengan musik, ballet, ... tapi betapapun dia berlatih keras setiap hari lebih 8 
jam, ... tetap saja tidak bisa jadi yang TOP hebat, sekalipun sudah lebih baik 
dari arata-rata yang lain. Artinya, memang ada BAKAT, GENIAL diotaknya yang 
tidak dipunyai orang tsb. dan, ... tentunya juga harus diikuti dengan kondisi 
fisik yg dibutuhkan untuk piano, ballet, ... itu!

 

Nah, kebetulan putri saya sejak kecil suka dengan piano dan ballet, ... dan 
nampak cukup giat berlatih piano dan ballet nya. Tapi, akhirnya dia mengambil 
ballet sb profesinya, ... setelah dalam pelajaran lebih lanjut, sekalipun jari 
tangan cukup lincah utk piano, ternyata jarinya kurang panjang dan karena harus 
direnggangkan sebesar2nya dirasakan sakit kalau berlatih terlalu lama. Begitu 
juga dengan ballet, disamping seseorang harus suka dan giat untuk berlatih, 
tetap saja TIDAK semua orang bisa jadi balener yg baik, karena masih dibutuhkan 
kondisi fisik yg menunjang. Ada sementara orang yang rongga tempurung 
sendi-sendi lebih besar, sehingga bisa berputar dengan sudut lebih besar dari 
orang pd umumnya! Jadi, dia bisa melakukan gerak dengan sudut lebih lebih, 
sedang orang lain bagaimanapun berlatih TETAP TIDAK mungkin lakukan gerak itu! 
Padahal gerak lebih itulah yg dikehendaki untuk memperindah gerak ballet!

 

Begitu juga dalam masalah politik, bisnis, ... saya perhatikan antara BAKAT dan 
Latihan/praktek, ... TETAP BAKAT seseorang harus lebih BESAR dan MENENTUKAN! 
Untuk menjadi politikus, bisnis yg berhasil, dia harus mempunyai bakat, 
ketajaman yg sensitive dengan gerak politik, ekonomi dalam masyarakat yang 
terjadi. Juga TIDAK semua orang bisa, sekalipun sama-sama hidup dan praktek 
dalam masyarakat yang sama!

 

Jadi, menurut saya, apa yang dinyatakan Lang Lang itu, hanya untuk mendorong 
anak2 mau rajin berlatih saja, ... bhw setiap anak bisa main piano dengan baik. 
Tapi, utk menjadi pemain piano yg TOP spt Lang Lang Li Wen Ti, ya tetap saja 
TIDAK semua orang bisa.

 

Salam,

ChanCT

 

 

From: bhjo@... [GELORA45] 

Sent: Thursday, November 23, 2017 4:34 AM

To: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  

Subject: RE: [GELORA45] Lang Lang: 'I'd play the piano at 5am'

 

  

Pendapat Professor di Conservatory of Music di Beijing dimana seorang yang 
mendewakan bakat adalah betul. Walaupun dia adalah bukan seorang akhli dalam 
neuroscience. Apa yg. dikatakan bung Goeij juga betul bahwa "sebenarnya kita 
tidak tahu pasti apakah seorang anak berbakat atau tidak". Maka dari itu 
Professor ini juga tidak bisa mengetahui mula2 bahwa sebetulnya Lang Lang itu 
berbakat atau tidak berdasarkan susunan otaknya (sel2 otak dan cabang2  
hubungannya satu dgn. yg. lain) yg. cuma diketahui kalau otak Lang Lang di 
otopsi. Barangkali dimasa depan kita bisa mengetahui bakat yg. asalnya dari 
susunan otaknya dgn. funksinya dgn. menggunakan scan seperti MRI scan, PET scan 
dan perkembangan Functional MRI scan Functional PET scan tanpa diperlukan 
otopsi, yg. hanya bisa dibuat setelah orang meninggal. 

 

Kita tahu dari otopsi dari otak seorang genius seperti Einstein yg. berlainan 
dgn. orang2 biasa

dimana:

The regions involved in speech and language are smaller, while regions involved 
with numerical and spatial processing are larger. Other studies have suggested 
an increased number of  <https://en.wikipedia.org/wiki/Glial_cell> glial cells 
in Einstein's brain. Juga bagian dari otak yg. menghubungkan otak sebelah kiri 
dan otak sebelah kanan yg. namanya corpus callosum (seperti kabel/kawat tebal 
gabungan) dari Einstein lebih tebal dari orang2 biasa.

 

Jadi kalau kita otopsi Lang Lang, kemungkinan sekali otak bagian musik atau 
bakat musiknya berlainan dari otak2 kita ini.





Secara kasarnya seperti Computer yg. bisa berguna dan berfunksi dgn. baik 
karena adanya Hardware/chips (seperti bakat atau funksi neuroanatomy dari otak) 
dan Software (seperti latihan/praktek). Kalau chips-nya kurang bagus 
bagaimanapun bagusnya software, tidak akan mempunyai computer yg. bagus. Kalau 
software-nya sama (lama prakteknya sama) utk. dua computer yg. berbeda 
chips-nya (susunan otaknya), tentu hasilnya akan lain.

 

Jadi pendapat Lang Lang bahwa 10% bakat dan 90% praktek adalah ngawur dan salah 
kaprah apalagi dia bukan seorang neuroscientist atau neuropathologist.  Orang 
biasa yg. tidak berbakat musik seperti saya, kemungkinan sekali, biarpun 
berpraktek musik 18 jam sehari juga tidak bisa akan mencapai keakhlian 10% dari 
Lang Lang. Pendapat Praktek adalah lebih penting dari Bakat adalah salah 
kaprah. Kedua2-nya penting tetapi bakat (dari susunan otak dgn. funksinya) jauh 
lebih penting. Ttg. berapa presentasinya masing2, kita bisa tidak tahu dgn. 
tepat. Secara kasarnya, biar lebih jelas, kepandaian manusia dan kera/monyet 
berbeda, ya karena susunan otaknya (yg. menghasilkan bakat) berlainan.

 

BH Jo

 

 

---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , 
<jonathangoeij@... <mailto:jonathangoeij@...> > wrote :

Yang satu seseorang yang telah mengabdikan diri dan berpengalaman puluhan tahun 
mendidik anak, yang satu seorang yang keminter narcist merasa benar sendiri 
yang rush to judgement. Memangnya siapa yang harus diikutin?

 

Professor di Conservatory of Music di Beijing yang diceritakan Lang Lang itu 
adalah contoh seorang yang mendewakan bakat dan rush to judgement meng-condemn 
seseorang tidak berbakat dan karenanya tidak berharga utk diajarin dan disuruh 
pulang saja. Sang professor tidak bisa melihat minat sang anak (dan keluarga) 
untuk belajar yang sedemikian tinggi, tidak tahu bagaimana pendapat sang 
professor saat ini setelah melihat kesuksesan Lang Lang yang bahkan jauh 
melampaui dirinya sendiri itu.

 

Btw, sang principal sama sekali tidak berkata bakat itu tidak penting, yg 
dikatakan beliau "sebenarnya kita tidak tahu pasti apakah seorang anak berbakat 
atau tidak" dan hal ini memang benar sekali, tidak bisa dengan seenaknya saja 
meng-judge seorang anak tidak berbakat dan tidak ada harganya untuk diajarin, 
yg dilakukan professor di Beijing itu adalah hal nyata rush to judgement. Ada 
anak yang seperti berbakat tinggi tetapi karena lack of interest kurangnya 
minat kurang/tidak mau belajar/latihan dan kurangnya support keluarga pada 
akhirnya bakat itu tetap terpendam dalam2 tidak tergali lagi, sebaliknya ada 
anak yang seakan kurang berbakat tetapi menunjukkan minat tinggi latihan keras 
dan dukungan keluarga pada akhirnya menjadi excel dalam bidangnya itu, Lang 
Lang adalah contoh yang kedua.

 

 

---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <nesare1@... 
<mailto:nesare1@...> > wrote :

Ya jelas salah pendapat principalnya. Mana ada orang music bilang: bakat tidak 
penting?

Gak ada!

Bakat selalu ada. Begitu juga practice harus ada.

Jelas sekali principalnya jualan dagangannya: sekolah music.

Yg beli ya orang2 seperti ente yg mau paksa2 anak belajar music supaya dianggap 
hebat dan bagus di resume shg bisa masuk ivy league.

Ini yg sedang dan masih terjadi dinegara ente.

 

Liszt yg virtuosi piano pertama itu bilang practice itu penting krn dia harus 
perform bagus dalam setiap tournya terutama utk ngimbangi counterpart biolanya 
paganini. Ini yg dikutip oleh orang2 musik terutama piano utk menekankan 
pentingya practice. Kalau seorang professional cari duitnya dari music, ya gak 
usah disuruh juga dia harus practice donk. Gimana gak practice? Kan mesti 
ngapalin lagunya? Ini baru notes belum lagi emotion, musical, dynamic dll? Gak 
usah disuruh juga dia harus practice!!!!!

 

Orang bakatnya main basket, disuruh main biola atau piano terutama classical 
music gimana bisa?

Kalau bisa sampai mana bisanya?

 

Ente suka paksa2 anak2 ente itu sudah bener! Itu urusan ente!

Tapi jangan paksa2 anak orang lain!

 

Ngomong2 ente emangnya bisa main piano atau string instrument yg lain ndak?!

Jangan hanya sembunyi diketiak principal yg jualan sekolah musiknya!

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> ] 
Sent: Wednesday, November 22, 2017 11:08 AM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com <mailto:gelora45@yahoogroups.com> >
Subject: [GELORA45] Lang Lang: 'I'd play the piano at 5am' [1 Attachment]

 

 

Lang Lang pun pernah satu saat dikatakan tidak punya bakat, hanya karena 
perseverance yang membuat Lang Lang bertahan. Saat ini, setelah "practice makes 
perfect" yang membuat Lang Lang menjadi salah satu pianist terkemuka saat ini, 
adakah lagi yang mengatakan Lang Lang tidak berbakat? Principal disekolahan 
tempat anak2 saya belajar piano pernah berkata kurang lebih begini "sebenarnya 
kita tidak tahu pasti apakah seorang anak berbakat atau tidak, kita cuman 
mengajar dan membuat anak senang belajar/latihan, setelah anak tsb terus 
latihan dan akhirnya jadi bagus barulah kita tahu anak itu berbakat atau 
tidak."  

 

---

However, his teacher in Beijing, nicknamed Professor Angry by Lang Lang, had 
other ideas. "Professor Angry didn't like me and she always gave me a hard 
time," he remembers. "One afternoon she said that I had no talent, that I 
shouldn't play the piano and I should go home. She basically fired me before I 
could even get into the conservatory!"

....

 


 
<https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2011/may/14/lang-lang-piano-china-father>
 Lang Lang: 'I'd play the piano at 5am'


 




                


  <https://s.yimg.com/nq/storm/assets/enhancrV2/23/logos/theguardian.png> 


Lang Lang: 'I'd play the piano at 5am'


Rosanna Greenstreet

Aged nine, Lang Lang, the virtuoso Chinese pianist, was told by his ambitious 
father to kill himself after his t...

 

 

 

 

Aged nine, Lang Lang, the virtuoso Chinese pianist, was told by his ambitious 
father to kill himself after his teacher 'fired' him for having no talent. He 
tells Rosanna Greenstreet about the extreme pressure put on him to succeed

 

 <https://www.theguardian.com/profile/rosannagreenstreet> Rosanna Greenstreet

Friday 13 May 2011 19.05 EDT

 



Lang Lang. Photograph: Zack Seckler/Getty Images

 

When  <https://www.theguardian.com/music/lang-lang> Lang Lang was nine, his 
father told him to kill himself. Four years before, his father had decided that 
his only son should become the No 1 classical pianist in China. He gave up his 
job as a policeman and took his son to live in Beijing, leaving Lang Lang's 
mother behind, planning to get the child into the prestigious Central 
Conservatory of Music.

However, his teacher in Beijing, nicknamed Professor Angry by Lang Lang, had 
other ideas. "Professor Angry didn't like me and she always gave me a hard 
time," he remembers. "One afternoon she said that I had no talent, that I 
shouldn't play the piano and I should go home. She basically fired me before I 
could even get into the conservatory!"

Unbelievably, when Lang Lang's father heard the news, he demanded that the boy 
take his own life. "It's really hard to talk about. My father went totally 
nuts," says Lang Lang quietly. "He said: 'You shouldn't live any more – 
everything is destroyed.'" The father handed his son a bottle saying, "Take 
these pills!" When Lang Lang ran out on to the balcony to get away from him, 
his father screamed: "Then jump off and die."

"I got totally crazy too," says Lang Lang. "I was beating the wall, trying to 
prevent myself from being a pianist by destroying my hands. I hated everything: 
my father, the piano, myself. I went nuts too. And then somehow, we just 
stopped. My father went out or I ran out – I can't remember, but somehow we 
stopped. After that I didn't want to play piano any more. I said, "OK, fine. 
Let's go home.'"

Now 28, Lang Lang has surpassed his father's ambition. The musician's recitals 
and concerts sell out in every major city in the world and he is the first 
Chinese pianist to be engaged by the Vienna and Berlin philharmonic orchestras.

Lang Lang has played to President Obama at the White House and before a global 
audience of billions at the opening of the Beijing Olympic Games in 2008. The 
"Lang Lang effect" is credited with inspiring China's 40 million classical 
piano students and, in 2009, he was listed in Time Magazine's 100 Most 
Influential People in the World. His name, Lang Lang, has even become a 
trademark.

Advertisement

Now the pianist is based in New York and lives a rock star lifestyle, but he 
began his career in a Beijing slum under a super-strict regime of practice 
overseen by his unforgiving father, Lang Guoren. Lang Lang explains: "I started 
lessons when I was three and a half. In the beginning I just played a little 
but, when I was five, I played my first recital, and from that point my parents 
had high hopes for me; especially my father."

Lang Lang's parents are from Shenyang, an industrial city north-east of 
Beijing. They married at the end of the cultural revolution. Lang Lang says: 
"People were starting to connect with the west, and the piano was becoming an 
important instrument. My mother had always wanted to be a musician and my 
father played in the air force orchestra before the budget was cut and he had 
to become a policeman. My parents bought our piano before I was born – it cost 
half their annual salary."

Born during China's one-child policy (which is still in operation), the young 
musician became his parents' sole focus. When Lang Lang was nine, his father 
and his piano teacher decided that he must leave Shenyang for Beijing, home of 
the Central Conservatory of Music. If his father had been strict before, he 
soon became a lot harder.

Lang Lang explains: "My father quit his job as a policeman and we went to 
Beijing. My mother didn't come – she needed to earn money for us. Twenty years 
ago, the trains from Shenyang to Beijing were slow and took a whole day or 
night. As we had to save money, my mum couldn't always come to see me. I really 
missed her. It was a bad time. I didn't want to leave my home town where I had 
my friends, relatives, my mum and our little apartment."

Lang Lang and his father rented a room in a slum where five families shared one 
sink and one toilet. Their room was furnished with their piano and a bunk bed. 
"We rented the cheapest place in a bad neighbourhood," says Lang Lang. "The 
walls were thin – almost like paper – and the neighbours were pissed off 
because I practised at 5am. They would throw punches at our door and I was 
scared that I would get beaten up."

 

 

In Beijing, Lang Lang's father had to be both mother and father. Lang Lang 
says: "He didn't like to cook or do the laundry, because my mum had always done 
it. We couldn't do much, because we only had Mum's salary and had to pay for 
expensive piano lessons once a week, and if there was a competition, twice a 
week. It was really hard. My father became strict and strange. In the morning I 
practised for one hour, and after school I practised the whole afternoon and 
early evening and then I would do homework. I was practising 65% of the time. 
My father and I always had arguments about how to play this or that. He had a 
very strong personality and I also have quite a strong personality, so there 
was a big clash. Sometimes he hit me – not hard though, he was just trying to 
scare me. He yelled really loud too."

Lang Lang's father does not understand English, but in the past, he has spoken 
about the way he pushed his son. He said: "The way I see it is, pressure always 
turns into motivation. Lang Lang is well aware that if he fails to be 
outstanding at playing the piano, he has nothing."

Lang Lang disagrees. "I think that attitude is wrong because there are a lot of 
things you can do in the world," he says. "When I was nine, I didn't like my 
father. I knew he had dedicated his life to me, but I thought it was too much. 
I found the pressure unnecessary because I was a workaholic from the very 
beginning. I could understand if I was lazy and didn't care, but I didn't need 
that kind of push, because I knew what I wanted."

Indeed, the musician has always had as much faith in himself as his father has. 
But it was after Professor Angry had told Lang Lang some home truths, that the 
boy's relationship with his father hit an all-time low. But they did not return 
to Shenyang afterwards. "For three months, I didn't touch the piano," says Lang 
Lang. "We stayed in Beijing, I don't know why. Probably because having to go 
home would have resulted in shame for us."

 

 

Then one day at school, his fellow students hectored Lang Lang into playing 
some Mozart. He laughs: "They asked me to play, and I said no, I don't play any 
more. Then they just applauded and applauded They gave me a score and forced me 
to play. I started and realised that I actually loved to play the piano. So I 
went home and told my father, 'Find me another teacher, I'd like to play 
again.'"

So began 19 months of intensive practice as father and son redoubled their 
attempts to get Lang Lang into the conservatory. Finally, when Lang Lang was 
10, he was admitted on a full scholarship. Lang Lang and his father remained in 
their slum until he was 15, when they left for America to continue his studies 
in Philadelphia.

Lang Lang says: "When we came to America, my father could see that the American 
system was much more relaxed. At that time he said he still believed in the 
Chinese way. But as we met different musicians from different countries, his 
opinion changed. He is 58 now and his personality has totally changed, he 
doesn't push me any more. When I turned 22, he let go."

Asked whether his father feels bad about the way he hot-housed his only son, 
Lang Lang replies: "I think he does. When journalists ask him about it, he 
starts to cry."

Does Lang Lang think he would have succeeded without his father? "Yes, 
absolutely," he says emphatically. "Over the years I have seen so many 
different cultures and different ways of bringing up kids. I believe that no 
matter how you train your kid, you need to give them love. Sometimes my father 
pushed me too much, but he loved me."

Nowadays, Lang Lang's father stays at home, managing his son's affairs in  
<https://www.theguardian.com/world/china> China, and the pianist's mother 
travels with him.

He explains: "When I was a boy, I didn't spend so much time with her, so now I 
really like her with me. My mum stayed at home for years, working, so now it's 
time for her to see the world."

 
<http://ticketing.southbankcentre.co.uk/find/festivals-series/lang-lang-inspires-young-pianists-week>
 Lang Lang Inspires (17-22 May) is part of Southbank Centre Celebrates Festival 
of Britain,  <http://www.southbankcentre.co.uk/> southbankcentre.co.uk

 

 

 

 



Kirim email ke