Gak perlu didebat krn MD itu bukan S3/Phd!

Bukan lama belajar yg menentukan level S1, S2 dan S3, melainkan requirement utk 
mendapatkan gelar2 S1, S2 dan S3.

Utk mendapatkan gelar doctorate itu seseorang harus menulis disertasi. Seorang 
MD tidak. begitu juga ada kurikulum yang harus diambil sampai lulus. Ini 
tergantung system pendidikannya bukan lama sekolahnya.

 

Kwalitas Pendidikan itu bukan karena lama tidaknya Pendidikan tetapi tergantung 
dari system pendidikannya. Factor yg mempengaruhi system Pendidikan itu banyak. 
Jadi kalau seorang dokter lulusan Indonesia kwalitasnya lebih rendah drpd 
seorang dokter lulusan USA itu bukan karena lama atau pendek masa sekolahnya. 
Sekali lagi itu krn system pendidikannya. Jadi salah kaprah kalau bilang 
sekolah kedokteran Indonesia hanya level S1 dan sekolah kedokteran USA level 
S3. Persoalannya adalah kurikulum mata kuliah utk menjadi seorang dokter itu 
apakah sudah lulus. Dinegara miskin dan berkembang kalau tenaga dokter sangat 
diperlukan akan mempersingkat jenjang sekolahnya. Ini sangat logis. Ngapain 
suruh calon dokter ambil mata kuliah non medical related? Sudah saya tulis 
jurusan music sangat disukai/dihargai utk masuk sekolah kedokteran di USA. 
Ngapain ambil mata pelajaran matematika kelas tinggi kalau mau jadi guru agama, 
montir AC, bidan?! Gak banyak gunanya utk profesionalisme pekerjaannya. Itu 
system pendidikannya. 

 

MD itu gelar professional bukan gelar tertinggi dikedokteran!

Gelar tertingginya namanya Phd! Untuk dapet gelar ini harus nulis disertasi 
yang artinya dia bikin suatu hipotesa/thesis dimana dia buktikan adalah benar 
dalam risetnya.

 

Seorang MD kalau mau jadi jago dibidangnya harus sekolah lagi utk ambil Phd! 
Kalau tidak ya dia gak beda sama dengan montir. Bedanya montir dan dokter hanya 
pasiennya saja. montir mobil pasiennya adalah mobil dan pasien seorang dokter 
adalah manusia. Jadi dokter itu adalah tukang dalam bhs Indonesia.. Gak ada yg 
perlu dihebat2kan dan dibangga2kan.

 

Kalau seorang MD sudah puas dengan pekerjaannya sbg seorang dokter ya dia stop 
disitu.

Tetapi kalau dia masih belum puas dan mau belajar lagi, dia bisa ambil Phd 
dibidang yang sama misalnya seorang radiologist bisa ambil Phd bidang radiology 
baik riset maupun buat ngajar. Begitu juga bidang2 kedokteran lainnya. Makanya  
banyak staff pengajar dimedical school itu ada gelar Dr didepan dan Phd 
dibelakang. Ini artinya dia seorang MD dan juga Phd. Atau hanya menulis gelar 
DR. didepan yang mengunjukkan dia mendapatkan gelar tertinggi dibidangnya.

kalau orang menulis gelar MD dibelakang namanya artinya orang ini bukan DR yang 
adalah S3/Phd level, hanya MD saja.

 

Dah cukup mau ngurus persimmon.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Tuesday, January 23, 2018 4:56 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Pendidikan kedokteran di Belanda

 

  

Ikut nimbrung. Benar bahwa dulu pada waktu jaman Belanda pendidikan di 
Indonesia tidak banyak bedanya dgn pendidikan di Belanda atau di luar negeri 
lain. Tetapi sesudahnya, perkembangan science dan technology berkembang terus 
dan sangat cepat sedari 30 tahun yg lalu. Dan perkembangan ini tidak bisa di 
ikuti oleh Indonesia dan ini antara lain karena riset di Indonesia tidak 
berkembang. Di bidang yg saya pelajari, saya belum pernah melihat publikasi 
dari Indonesia dimajalah internasional atau luar negeri/LN. Padahal saya pernah 
melihat publikasi dari Thailand, Singapore, Korea Selatan, Malaysia. Tentunya 
yg paling banyak dari Asia adalah dari Jepang dan Tiongkok. Selain kemacetan 
ilmu, juga kemacetan dalam praktisnya. Contoh: dulu kalau orang sakit di obati 
di Indonesia atau di LN, ya tidak banyak bedanya.Tetapi sekarang lain, 
misalnya, sampai sekarang operasi transplansi jantung, hati, pankreas, jantung 
dan paru2 sekali gus belum ada di Indonesia. Juga radiosurgery, Gamma-knife 
radiation, "operasi janin yg masih dalam kandungan" dan banyak prosedur lain yg 
tidak bisa dilakukan di Indonesia. Padahal prosedur 2 tsb diatas sudah prosedur 
rutin di banyak negara di LN. Masih ingat Prof. Barnard dari Afrika Selatan, 
sudah melakukan tranplantasi jantung kira2 40 tahun yg lalu! Transplansi 
jantung sudah rutin di negara2 maju. Sebetulnya perdebatan titel Dr versus PhD 
dll dari berbagai negara tidak sepenting seperti apa yg bisa dilakukan di 
negara yg bersangkutan secara praktis. 



            • Re... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
              • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
              • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
              • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
              • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... b...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... b...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
              • ... b...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
          • RE: [GE... nesa...@yahoo.com [GELORA45]
  • RE: [GELORA45] Pendidika... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
  • RE: [GELORA45] Pendidika... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
  • RE: [GELORA45] Pendidika... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke