Aaachhh, ... ternyata anda *TIDAK BERHASIL* menangkap makna yang saya selalu nyatakan, bahwa setiap orang berjuang sesuai kemampuan saja! Saat masih bayi baru bisa merangkak, yaa majulah dengan merangkak! Jangan paksakan diri untuk berdiri melangkah maju, ... bisa terjungkel dan berakibat fatal tidak bisa bangun lagi!

Kekuatan rakyat yang masih sangat lemah, tentu saja BELUM berkemampuan mengubah sistem yg jelek diberlakukan sekarang ini! Kita hanya bisa mengikuti gerak kemajuan reformasi-demokrasi yang sedang bergulir, berusaha mencapai apa yang masih mungkin bisa dicapai saja dahulu, untuk maju sedikit saja lebih baik. Itulah yang saya bilang, berusahalah mencapai kemajuan sedikit, sekalipun maju merayap!

Yaitu, jangan biarkan capres terjelek berhasil berkuasa, ... agar keadaan tidak lebih jelek! TIDAK ada hubungan dengan coblos idola, ... kecuali hanya berharap situasi bisa maju sedikit saja lebih baik kalau Jokowi bisa meneruskan jabatan Presiden 5 tahun kedepan, jangan sampai terjadi sebaliknya! Kalau capres terjelek berkuasa tentu keadaan menjadi lebih jelek dan lebih menderita bagi rakyat banyak!

Itu saja! Sudah cukup sampai disini saja!



ajeg 於 30/8/2018 0:58 寫道:
Yang membawa soal 'apatis' kan Anda, dan kelihatannya pemahaman
Anda rancu dengan 'pesimis'. Apatis itu masa bodoh, tidak peduli.
Makanya saya perjelas dengan fakta:

"Anda sendiri menyimpulkan dengan baik bahwa pemilu dalam
sistem UUD amandemen ini lebih jelek (dari sistem UUD'45),
tapi toh sistem jelek ini tetap Anda dukung/biarkan sebagai penentu
nasib bangsa untuk 5 tahun ke depan.Apa yang tampak sebagai
dukungan inilah justru bentuk apatis yang sesungguhnya. Apatis,
masa bodoh, tak peduli. Biarpun sistemnya jelek, calon yang disediakan
pun jelek semua, masa bodoh amat, yang penting nyoblos salahsatunya...
Tunduk, tercucuk, tak berkutik!"

Jujur saja saya nyaris keselek kopi saking geli membaca cara Anda
membandingkan golput. Di era Orba "tidak ada salahnya" tetapi di era
pemilu yang Anda sebut jelek ini golput justru disalahkan karena
"tidak ada perubahaan apa pun". Betul pertanyaan Lusi, perubahan apa
yang sudah Anda dapatkan sejak Soeharto terjungkel (setidaknya sejak
pilpres 2014)?

Sekedar mengingatkan saja, Anda tidak boleh lempar kesalahan ke golput
atau siapa pun atas ketakutan Anda sendiri. Kalau takut idola Anda kalah
ya Anda coblos saja dia di pilpres, tidak usah paranoid dan lempar kesalahan
ke orang lain. Tidak usah juga mengajak orang untuk ikut ketakutan. Cukup
yakinkan saja orang dengan perobahan baik (kalau ada) yang sudah dibawa
idola Anda.

Semua argumen Anda soal pilpres (dan menentang golput) jadi gugur
karena analogi pemilu Anda dengan makanan itu kok mirip Megawati yang menganggap kemenangan di pilpres sebagai "buka puasa kekuasaan"; alias memandang pemilu cuma untuk menang-menangan belaka.

--- SADAR@... wrote:

Biar lebih fokus lagi kemasalah pemilu dengan pilihan GOLPUT nya, baik nya jangan terjebak soal apatis dan mana yang lebih apatis lagi. Betul juga komentar bung Lusi, perjuangan rakyat tidak sebatas dipemilu saja, jadi sekalipun golput tidak berarti apatis, masih ada yang lain bisa dikerjakan.

Tapi, ... saya tetap pada pernyataan dengan GOLPUT, sadar atau tidak berarti membiarkan kemungkinan yang lebih jelek berkuasa. Sedang disaat ada kemungkinan mencapai yang sedikit saja lebih baik, itupun harus diraih. Disitulah suara kita berikan, agar yang lebih jelek tidak berkuasa. Yang jelas akan lebih celaka dan membawa penderitaan berkepanjangan bagi rakyat banyak.

Saya melihatada perbedaan prinsip GOLPUT diera Suharto dan diera reformasi-demokrasi sekarang ini. Diera Suharto sejak pemilu 1971 sampai terakhir 1997, hanya menjadi alat pengesahan jenderal Suharto menjadi pemenang meneruskan kekuasaan saja! Tidak ada kekuatan apapun yg bisa menjadi pilihan lain, ... sebelum pemilu dimulai juga sudah bisa dipastikan Suharto menang, kok! Jadi, GOLPUT tidak ada salahnya.

Beda dengan pilpres langsung sejak tahun 2004, sekalipun juga tidak terhindar adanya kecurangan-kecurangan yang terjadi, masih ada kemungkinan pilihan yg diambil dari capres-capres yang muncul itu! Dari yang jelek-jelek itu juga masih ada yang bisa dikategorikan lebih jelek/jahat! Artinya, dengan sikap GOLPUT jelas TIDAK ada tujuan yg bisa dicapai! TIDAK ada perubahan perubahan apapun, bahkan secara tidak langsung membiarkan yang terjelek bisa berkuasa! Yang akan membuat rakyat banyak lebih menderita berkepanjangan, dan perjuangan rakyat akan jadi lebih berat dan lebih sulit lagi, ... Kenapa tidak ikut berikan suara pada capres yg diperkirakan sedikit saja lebih baik dan jangan biarkan yg terjelek itu berkuasa. Bukankah sesuai perhitungan dengan keberhasilan yang sedikit lebih baik itu berkuasa, keadaan akan maju sedikit lebih baik dan tidak sejelek yg terjelek itu kalau berkuasa.

Sama halnya, disaat kita sudah menderita kelaparan berhari-hari, satu ketika ada hidangan dimeja yang disuguhkan, sekalipun kita tidak suka, selama kita perhitungkan ada menu yang yang lebih baik untuk kesehatan, kenapa tidak kita makan saja dahulu. Atau lebih ekstrim lagi, tapol didalam penjara yang kurang makan bergizi, kelaparan berkepanjangan juga perlu tangkap kadal, tikus atau apa adanya saja untuk dimakan menambah gizi, protein, ... jangan biarkan diri mati percuma! Biarlah tubuh kembali cukup kuat dan berkemampuan meraih tujuan berikut.


ajeg 於 29/8/2018 17:35 寫道:

Supaya fokus membahas pemilu (dan golput), topik ini

dipisah dulu dari thread sebelumnya (Meiliana Tanjung Balai),

kasus yang muncul akibat pemerintahan yang buruk.


=================


Apa iya golput bersikap apatis dalam pemilu?


Jelas tidak.


Kalau pun ada yang pesimis, kita semua tahu apa penyebab orang jadi pesimis terhadap pemilu.


Anda sendiri menyimpulkan dengan baik bahwa pemilu dalam sistem UUD amandemen ini lebih jelek (dari sistem UUD'45), tapi toh sistem jelek ini tetap

Anda dukung/biarkan sebagai penentu nasib bangsa untuk 5 tahun ke depan.

Apa yang tampak sebagai dukungan inilah justru bentuk apatis yang sesungguhnya. Apatis, masa bodoh, tak peduli. Biarpun sistemnya jelek, calon yang disediakan pun jelek semua, masa bodoh amat, yang penting nyoblos salahsatunya...

Tunduk, tercucuk, tak berkutik!


Golput tidak begitu. Sejak digulirkan pada Pemilu 1971, golput sudah menjadi gerakan perlawanan akibat tidak terwakilinya aspirasi Rakyat dalam pemilu. Dan, sejak diberlakukannya UUD amandemen, perlawanan Rakyat melalui pemilu ini terpaksa menusuk lebih dalam lagi ke persoalan sistem bernegara yang haluannya dirobah-paksa menjadi neoliberal – perobahan paksa yang antara lain menghasilkan sitem pemilu jelek ini.


Jadi, golput tidak apatis. Golput sangat peduli langkah bangsa ini menuju cita-cita Proklamasi 17845, dan bukan hanya bicara menang-menangan di satu-dua pemilu belaka.


Singkatnya, perlawanan golput sekarang lebih mendasar dan meluas ke 8

penjuru angin. Kalau disederhanakan, golput sekarang yah gerakan menjaga kewarasan.


Gampangnya, ibarat disodori sajian menu-menu tak sehat ketika kadar kolesterol sedang tinggi, jangan apatis, jangan masa bodoh. Tolak saja karena tubuh Anda sedang tidak butuh menu begituan. Atau, jangan berharap lahirnya kucing ketika pilihan yang disodorkan justru tikus rumah dan tikus got. Jangan masa bodoh,

periksa dulu predator apayang disodorkan. Bisakah memenuhi aspirasi akan lahirnya kucing dambaan.


--- SADAR@... wrote:


Justru akan lebih naif bersikap apatis, konkritnya memilih GOLPUT tanpa bisa mencapai perubahan yg dimimpikan, sebalikinya bisa berarti membiarkan yang terjelek berhasil berkuasa!

ajeg 於 28/8/2018 21:50 寫道:

Hasil baik seperti apa yang bisa didapat dari cara /
sistem yang buruk?

Terlalu naiflah berharap tikus melahirkan kucing.

--- SADAR@... wrote:

TIDAK, ...! Tidak ada anggapan hasil kemenangan dengan 37% lebih besar dari 63%! Saya sepenuhnya juga yakin, pilpres secara langsung yg dijalankan belasan tahun terakhir ini jauh lebih JELEK ketimbang Presiden dipilih oleh MPR! Yang harus bertanggungjawab penuh pada MPR dengan melaksanakan GBHN yang telah ditentukan MPR!

Yang jadi masalah yang harus kita hadapi secara nyata, keputusan pilpres model sekarang inilah yang diberlakukan dan harus diikuti, ... kekuatan rakyat belum cukup kuat untuk merubah lebih baik, kecuali berusaha keras jangan pasangan capres yang terjelek berhasil berkuasa saja!

ajeg 於 26/8/2018 21:02 寫道:

Karena Anda begitu meyakini 37% lebih besar dari 63%, alias

yakin 37% adalah suara mayoritas, maka saya yakin di antara kita

pasti ada yang kurang sehat.


Hehe...


--- SADAR@... wrote:

Apakah bung yakin dengan GOLPUT mencapai lebih 51%, misalnya, AKAL-SEHAT itu bisa dicapai?

Bukankah seandainya hendak mencapai PEMILU yang lebih SEHAT, yang dinamakan kekuatan rakyat itu harus mengajukan dan memperjuangkan sekuat tenaga ide/pemikiran mekanisasi dan ketentuan-ketentuan PEMILU yang dianggap lebih ADIL, lebih SEHAT, lebih menjamin keluarkan pemimpin yg berkualitas, ...! PERJUANGKAN itu, ... syukur bisa diterima dan itulah yang dijalankan.

ajeg 於 25/8/2018 23:36 寫道:

Memang, perlu pemikiran segar untuk paham apa itu akal sehat.
Jelasnya, Jokowi yang cuma mengumpulkan 37% suara dukungan
tapi diberi hak untuk berkuasa atas 100%. Di mana demokratisnya?
Di mana akal sehatnya?

Itulah yang hendak dicapai dengan bergolput, mengembalikan dulu
akal sehat ke tempatnya.

--- sadar@... wrote:

Tapi bung Ajeg, ... dari tulisan yang Fw. kan saya baca ulang juga TIDAK menjelaskan apa yang hendak dicapai dengan GOLPUT. Kalau yang bung maksudkan, mencapai golput mayoritas, jangankan golput bisa mencapai 99%, sampai sekarang ini juga BELUM pernah mencapai 51%! Tapi, sekalipun diambil contoh ekstrim, golput bisa tercapai 99%, juga TIDAK MERUBAH hasil pemilu yang dimenangkan segelintir orang itu saja. Lalu, apa yang bisa dicapai deengan golput? Karena memang spt bung katakan pemilu kurangajar saja!

Sedang untuk merubah/memperbaiki saya yakin juga TIDAK akan tercapai dengan golput itu! Justru dengan makin banyak yg golput, keadaan akan terus lebih memburuk, apalagi dengan berhasilnya capres terjelek/terjahat yang berkuasa! Bukankah dengan demikian rakyat banyak jadi makin menderita berkepanjangan, ...

Salam,

ChanCT


ajeg 於 25/8/2018 15:25 寫道:

Apa yang hendak dicapai dengan bergolput sudah saya tulis

belasan tahun di berbagai milis termasuk di sini. Yang terbaru,

belum Anda tanggapi,

kontes idola <https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/232032>

(kembalikan akal sehat ke tempat yang benar)

        
        


    Yahoo! Groups

<https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/232032>

--- SADAR@... wrote:

Lho, ... bukankah dalam setiap langkah perjuangan HARUS memperhitungkan setiap perubahan perkembangan yang terjadi untuk pertahankan prinsip TETAP BISA MAJU lebih baik atau setidaknya mengurangi penderitaan rakyat banyak, ... sekalipun sedikit saja! Jadi, tidak main seruduk dengan main mutlak-mutlakan dan absulut-absolutan saja, yang dengan kata lain RADIKALIS!

Disinilah perbedaan realistis dan radikalis, ... bisa tidak menemukan taktik-perjuangan agar gerak kemajuan yang MASIH BISA dicapai sesuai kondisi subjektif dan oebjektif yang dihadapi atau mengambil sikap apatis, persetan dengan kedua capres-cawapres yang sama-sama jelek dan jahat itu, dengan sikap GOLPUT membiarkan yang lebih jelek dan jahat itu berkuasa!

Bahwa disekitar Jokowi masih tidak sedikit pejabat korup, pelanggar HAM tentu TIDAK ada yang menyangkal, itulah kenyatan yang memang harus dihadapi, ... dan harus terus diperbaiki dan diperjuangkan lebih baik sesuai perkembangan kekuatan rakyat yang ada. Sebaliknya kalau dibiarkan Prabowo yang berkuasa, apa keadaan bisa jadi lebih baik???

Atau coba kalian kasih argumentasi yang meyakinkan apa yang hendak kalian capai dengan GOLPUT itu??? Bisakah dengan alternatif lain mencapai tujuan mengurangi penderitaan rakyat banyak?


Tatiana Lukman 於 25/8/2018 0:49 寫道:

Ha...ha...emangnya baru tahu kalau si Chan itu orangnya sangat oportunis!!! Saya dituduh mendukung Prabowo karena saya nyatakan kritik si kader itu sesuai dengan kenyataan dan prakteknya Jokowi. Setelah ada berita tentang si calon wakilnya Jokowi, langsung bilang, sekarang lain lagi situasinya, harus dipertimbangkan pilih yang kurang jahat, dengan insinuasi , pilih Prabowo. Eh, sekarang balik lagi ke Jokowi!! Kebingungan dia nggak tahu yang mana yang kurang jahat!! Karena sebetulnya dua-duanya SAMA JAHATNYA KEPADA RAKYAT!!! Soalnya si Chan itu ingin menunjukkan, apapun dan bagaimanapun cara dan argumentasinya, supaya orang tidak Golput! Sama seperti dalam soal Tiongkok, si Chan ingin menegakkan benang basah!!! Ya mana bisa!!!

On Friday, August 24, 2018 4:44 PM, Jonathan Goeij wrote:

Sebenarnya lebih mengherankan lagi itu anda bung Chan, sudah tahu seperti yg anda uraikan dibawah, juga sudah tahu peranan Ma'ruf Amin dalam membakar massa dengan memberi label penista agama dalam fatwanya bahkan menjadi penggerak berbagai aksi akbar itu, sudah tahu si Jokowi tidak becus dan tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai negara melindungi rakyatnya sendiri dengan berkedok "tidak akan membela" memerintahkan polisi secara tidak langsung memroses tuduhan dakocan seperti itu, eh kok bisa2nya masih menyuruh orang2 mendukung tanpa reserve kedua orang itu yang merupakan Pontius Pilatus dan Imam Besar Kayafas dengan men-nakut2i mencegah yang jahat berkuasa.





---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke