Pak Bambang, selamat pagi.
 
Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk 
melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan 
perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan 
akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus 
hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims.
 
Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin 
saya ajukan:
1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi 
saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum 
kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur 
dapat kembali melakukan sirkulasi normal?
2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh 
apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman 
berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke 
permukaan?
3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur 
Pak?
4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata 
bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena 
differential sticking ataukah karena runtuhan?
5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya 
lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan 
dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur 
waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang 
terjadi setelah pemotongan dilakukan?
6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat 
fotonya).
 
Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. 
Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai 
kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini.
 
Salam hangat,
FF

--- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com> wrote:


From: Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com>
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14


Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah
mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground
blowout-UGBO .

kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan
oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi
fractures dan breach sampai kepermukaan. 

1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang
tidak bisa diatasi.
2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang
terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture
didalam sumur.
3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam
sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses
pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari
proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti
yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri
dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur.
4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa
meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture
agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya
supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka
saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion
yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga
berdampak pada sumur tersebut.

Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami
simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua
langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick
yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa,  sudah
terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam
waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi,
artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan
didalam sumur. 

Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe
adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053
psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena
drill pipe pressure turun dan berakhir drastis dengan terjadinya breach
ke permukaan. Rupanya claim tersebut hanya didasari oleh satu data yaitu
drill pipe pressure data saja (Davies/Lusiaga di Cape Town). Namun kalau
kita bandingkan turunnya drillpipe pressure tersebut dengan enam data2
yang lain, ceritanya akan beda. Turunnya drillpipe pressure secara
drastis tersebut disebabkan oleh dilakukannya bleed-off pressure pada
drill pipe sebelum dipompakan soaking fluid. Drill string merupakan
closed-loop system, jika ada penurunan pressure tidak berarti sumurnya
bocor. Kalau bocor tidak mungkin ada pressure sewaktu dipompakan soaking
fluid. Kalau ban mobil kita kempes, sobek kena paku, meskipun kita pompa
tidak akan ada pressure. Ada Enam data termasuk mud logger RTD ('black
box') yang antara lain menunjukan tank volume yang konstan, tidak adanya
loss disumur dll yang tidak menunjang claim ini. Bukti2 lain yang
menunjukkan bahwa sumur dalam keadaan tidak bocor bisa dibaca di paper
Elsevier, yang link sudah saya kirimkan.

Soal adanya retakan di rig site dengan arah SW / NE dari lubang semburan
pertama, melewati piperack mengarah ke lubang semburan kedua dan ketiga
(diseberang jalan tol). Jika disebabkan oleh lumpur bertekanan tinggi
dari bawah permukaan, seharusnya akan keluar juga lumpur dari rekahan
yang menciptakan rekahan tersebut. Padahal, dari crack/rekahan tersebut
tidak keluar apa2. Sebagai catatan, didalam sumur sudah tidak ada
tekanan tinggi, BOP dalam keadaan terbuka. Fakta lain, apabila suatu
UGBO sudah pecah sampai kepermukaan (breach), sudah terjadi pressure
release maka sudah tidak ada lagi 'sustained propagation pressure', yang
bisa memecahkan dan membuat lobang semburan2 lainnya lagi. Sedangkan
fakta menunjukkan bahwa lubang semburan kedua dan ketiga diseberang
jalan tol terjadi 3 - 4 hari sesudah lubang semburan utama, sejajar
dengan patahan Watukosek. Kita perkirakan retakan ini disebabkan oleh
lateral movement. 

Mengenai pamer data dan perhitungan yang lebih dulu di paper dan milis,
saya pikir sudah banyak orang yang berpendapat UGBO yang mengakibatkan
LUSI, menciptakan public opini duluan, sedangkan kita baru merelease
paper 3 tahun setelah semburan, dan bukan yang pertama pula. Begitu
Cak,..

Numpang sekalian,.. pak moderator, Paulus my bro,.. kalau yang dimaksud
tulisan saya yang menyinggung,.. mohon maaf, juga kepada rekan2 yang
kurang berkenan,..

Wass.
Bambang


-----Original Message-----
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 
Sent: Tuesday, March 09, 2010 5:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti

umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas,
dan 
Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr
BJP-1, 
maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge 
interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan 
perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan
aku 
soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2
kawan 
sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara 
ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal

karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg

kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka
yg 
ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan
menganggap 
in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan
kick, 
kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar 
lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya 
aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus 
menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan.
Jadi, 
sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan 
mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan

terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada
yg 
iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya 
dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap

dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini
makin 
menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO
pada 
waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong 
panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick,
kemungkinan 
besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga
disebutkan 
adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah,

jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada
ijin 
ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun 
terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada

alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan
dengan 
sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism
yg 
dipicu oleh UGBO.

Salam
Yayang




      

Kirim email ke