Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti
umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan
Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1,
maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge
interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan
perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku
soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan
sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara
ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal
karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg
kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg
ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap
in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick,
kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar
lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya
aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus
menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi,
sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan
mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan
terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg
iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya
dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap
dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin
menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada
waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong
panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan
besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan
adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah,
jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin
ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun
terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada
alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan
sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg
dipicu oleh UGBO.
Salam
Yayang
----- Original Message -----
From: "Bambang P. Istadi" <bambang.ist...@energi-mp.com>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, March 09, 2010 4:45 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, pak RDP,...
Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai
exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..
Flow dimension :
Well depth = 9297 ft
Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4")
Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)
Fluid properties :
Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
Formation Volume Factor = 1 (water)
Rock property :
Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap
sebagai "high producer well" yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida
per hari dari karbonat)
System pressures :
Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
loss)
Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi
air 70% pada awal2 semburan. Berapa rate air yang didapat dari formasi
karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama
dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau
melewati/mendorong/menarik "fish" disumur yang dianggap berproduksi 1
juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
sangat besar.
Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan
MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
diskusinya,..
Wass.
Bambang
-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
2010/3/9 Nataniel Mangiwa <nataniel.mang...@gmail.com>:
Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval
mulai
dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294,
9295,
9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain
ngeributin itu
Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua
keyakinan
tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau
sudah
'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi?
Menurut
saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak
ada
cutting/logging.
Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu
cutting palsu !
Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss
pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke
formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya
pasti sudah ga akurat lagi sumbernya.
Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut
drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini
tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik).
Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak.
Btw, apa sih definisi "well kick" ?
rdp
------------------------------------------------------------------------
--------
--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------