Cak, namanya saja TETUKO , jadi ya Sing Tuku Ora Teko Sing Teko
Ora Tuku...........  alias tidak ada implementasinya. tetep
wae...
Yg saya thu kalau yg diatur atur itu kalau sumber dananya dari
uang negara ( APBN), ini ada di PP 54/ 2010 ttg pengadaan
barang dan jasa dimana berapa "Penghasilan" seseorang itu
diatur atur.dalam aturannya standar remunerasi/billing rate ditentukan
berdasarkan jenis pekerjaannya ( internasional/dalam negeri)
besarnya berdasarkan tingkatan pendidikannya ( S1,S2,S3) dan
pengalamannya ( berapa tahun )
Lha yang untuk Gaji Kampeni yg tidak pakai uang negara kan
bebas bebas saja to Perusahaane mau ngasih berapa gajinya (
ukuranya berdasarkan produktivitasnya dan tidak ada masalah
apakah Londo abang atau londo coklat ) , baru diatur atur kalau
Negoro sing mbayari spt gajinya Peg Neg intitusinya tidak boleh
semaunya memberikan gaji. Jadi boleh boleh saja kampeni Gaji
sakhelolah asalkan tidak dibebankan ke Negara tinggal wani
piro... ada yang gajinya besar tapi bonusnya kecil ada yg
gajinya kecil tapi bonusnya besar sekali , ini kan strategi
masing masing kampeni saja )saya nggak tahu apa kalau di oil kampeni ada aturan 
 khusus
besaran Gaji masing masing , mungkin kalau ada untuk membatasi
besaran yg bisa di CR yg sesuai PP no.79/2010 ttg CR, lha kalau
kampeninya mau gaji besar ( diluar batasan CR )  karena
produktifitasnya besar , ya nggak papa kan , asalkan tdk di CR
kan.
ISM



> Kang Yudi memang orang Indonesia jago konsep. Lihat cerita
> wayang ada konsep "Gatot Kaca" yang gagah bisa terbang,
> dalam realisasinya dibikin Tetuko di Nurtanio Bandung. Koq
> terbang sebentar saja kemudian nyaris tak terdengar. Ada
> konsep "Antareja" yang bisa ambles bumi sampai dalam.
> Perminyakan hiruk pikuk dengan pemboran, sampai sekarang tak
> satupun lahir pabrik Rig di negeri kita.  Ada konsep "Togog
> (Ponokawan)", akhirnya banyak yang jadi Togog, sehingga
> menjadi Republik Togog. Sampai konsep sistim penggajian yg
> tetap  jadi konsep saja.

>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: "Yudie Iskandar" <yudieiskan...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 3 Apr 2013 07:04:34
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
> Ini emang masalah klasik, tapi tidak semerdu Beethoven.
> Pada zaman p Kardaya jadi bos Patrajasa, dia sampai roadshow
> ke amrik sana, belum di Indonesia omong disana sini,
> menyatakan bahwa sistem penggajian bumiputera akan diubah
> (saat itu lagi gencarnya braindrain ahli perminyakan).
> Sampai dia turun dan penggantinya memperkenalkan konsep
> "Indonesian Incorporated". Intinya BPMIGAS adalah holding co
> utk HR national kan logonya dah nempel diseluruh badge KKKS,
> jadi bisa mindahin  employee dari satu KKKS ke KKKS
> lainnya.
 Saking semangatnya, waktu itu saya undang petinggi
> HR nya utk bicara di suatu forum regular para operator
> migas.. Ternyata paparan dia g begitu nyambung dengan slide
> presentasi pak kepala di forum HR sebulan sebelumnya di
> Bali.. Jadi pantes kalo konsep yg bagus inipun kandas, wong
> di internal mereka saja g ada kesepahaman.
 Jadi memang
> kita masih ☺kέ☑..:D sebatas konsep doang.
>
> Salam,
>
> “_^
>
> -----Original Message-----
> From: Andang Bachtiar <abacht...@cbn.net.id>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 03 Apr 2013 11:37:28
> To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL
> (Perolehan keahliannya dibiayai Migas "rakyat" Indonesia,
> ee,..Orang
 Asing yg memanfaatkannya) - krn kita tdk
> menghargai bangsa senDiri (?)

> ADB, geologist merdeka!
>
> Saya muLai dg fwd-an curhatan temen saya, seorang CEO sebuah
>
> perusahaan minyak di Jkt:
>
> "Minggu lalu saya sempat diskusi dg bbrp teman yg saya
> anggap punya
 otoritas di urusan per-migas-an kita tentang
> expat bangsa asing. Saya
 menanyakan apakah saya boleh
> memakai tenaga expat nasional
> (berkewarganegaraan Indonesia), dg tarif sama dg expat
> asing, daripada
 uangnya utk orang asing, kan lebih baik
> buat WNI. Yg saya maksud expat
 nasional adalah tenaga
> ahli WNI tapi kerja di luar negeri dg
> pengaLaman internasional di mana2. Tapi ya begitulah ..
> diskusinya gak
 ada kesimpulan.... Karena untuk urusan
> kayak begini, mentogh2nya:
 Masih beLum ada mekanismenya
> dlm aturan2 di permigasan kita u/menggaji
 tenaga ahLi
> Indonesia menyamai atau Lebih besar dr penggaJian tenaga
> ahli asing."
>
> (Pertanyaan saya: Memangnya mekanisme yg ada itu spt apa koq
> sampai
 tdk bisa mengakomodasi sistim penggajian
> berdasarkan fungsi, keaHLian
 dan prestasi, malahan koq
> berdasarkan ras "indonesia" vs asing :)

> Memang masaLah penggajian expat vs nasionaL-indonesia ini
> lucu
> sekaLigus bebaL tp nyata: sejak dulu sampai Skrg. Gak waras2
> ae awak
 dewe iki. Contoh waktu ada reorganisasi suatu
> kumpeni PSC/KKkS asing
 duLu, seorang rising star nationaL
> diangkat jadi VP dan akan digaji
 sama dengan VP yg expat
> tapi ditolak oleh otoritas migas karena
 berpaspor
> Indonesia berdasar aturan BAPENAS tidak boleh. Lalu kawan
> ini dipindah ke headquarternya di Calgary dan tetap bekerja
> untuk blok
 yg di Indonesia itu, digaji standard Expat
> menggunakan anggaran PSC
 Blok tsb dalam "head quarter
> overhead". Setelah itu kawan ini
> ditranfer lagi ke Indonesia dibayar pake dolar amrik
> standard expat,
 gajinya tetap dari Calgary pake duit PSC
> (head quarter overhead) dan
 tidak ditolak oleh otoritas
> kita. Wkwkwkwk. Padahal dananya berasal
 dari sumber yang
> sama produksi migas di Blok tsb.
>
> Nah, masihkah kita akan mengulangi kebebaLan yg sama skrg
> ini dg
 mereka-reKa-yasa Lagi spy bisa menghargai bangsa
> sendiri? ApaLagi kaLo
 kita ingat bhw skrg ini banyak
> tenaga ahli migas WNI yg kerja di LN,
 mereka jadi pinter
> krn sdh dididik dg biaya Indonesia melalui cost
 recovery
> semasa mereka kerja di PSC ind. Sangat sayangkan, mereka
> jadi
 pinter di Indonesia tapi yg menikmati malah
> Petronas, Arab dll.
 Seharusnya keahlLian mrk itu bisaLah
> dinikmati Pertamina, Medco atau
 PSC Ind dg tarif yg sama
> dg expat sesuai keahliannya.
>
> Ayo dong, yang punya kuasa bikin2 aturan. Berhentilah
> bermain2 dg
 mendiskriminasi bangsa sendiri. Itu juga
> mungkin saLah satu penyebab
 knp gak kunjung bergerak maJu
> penemuan cadangan2 baru kita!
>
> SaLam
> ADB
>
>



___________________________________________________________
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id


Kirim email ke