Wah, Mbak Fitri hebat betul yah doanya? Kok bisa ada orang berdoa kepada Allah minta orang lain dimasukkan neraka? Membalas semua perbuatannya? Terlepas dari kita setuju atau tidak dengan Ny. Mus, menurut logika saya tidak pantaslah kita sebagai orang yang mengaku beragama berdoa kepada Tuhan untuk minta orang lain dimasukkan neraka. Itu urusan Tuhan, Mbak. Dia lebih tahu mana yang terbaik. Anda urus saja diri sendiri, doakan orang-orang yang anda cinta dan sayangi. Bahkan ujian yang terbesar adalah doakan musuhmu. Dan tidaklah tepat menilai orang kafir hanya kalau kita tidak setuju dengan pendapatnya. Dari mana anda tahu Allah berpendapat Ny. Mus itu kafir? Saran saya Mbak, kalau tidak suka dengan postingan Ny. Mus, ya tidak usah dibaca, atau tanggapi dengan kepala dingin dan beri postingan yang lebih elegan isinya, bantah dengan logika seperti Fadli dan miliser2 yang berbobot lainnya, bukan dengan kutuk-mengutuk.
fitri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Fadli kaban, saya setuju pendapat bapak mengenai Ny. Muskitawati..karena waktu itu saya sempat ribut dengan dia karena beberapa postingnya yang berbau agama dan menjelek kan islam dengan notabene dia bilang seorang umat muslim...dan saya pernah posting ke moderator beberapa milis untuk mereject semua posting dari dia, karena saya yakin dia mempunyai misi tertentu untuk memfitnah Islam karena bukan saja di mediacare tp dia posting ke banyak milis..saran saya agar moderator media care me reject semua posting dari dia..saya yakin dia non muslim dan mempunyai misi memfitnah Islam. Saya berdoa agar Allah SWT membalas semua perbuatannya dan memasukan kafir ini kedalam neraka jahanam. Terima kasih. ----- Original Message ----- From: Fadli Kaban To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 15, 2006 12:15 AM Subject: Re: [mediacare] Re: Saran untuk Nyonya Muskitawati Mungkin juga saya dimaksud orang yang 'ribut' seperti di bilang Pak Danny. Logikanya begini Pak, saya orang yang beragama, agama saya jadikan panutan hidup, Nabi Muhammad saya jadikan sebagai suri tauladan, dan terakhir, saya juga mempelajari agama saya sebaik-baiknya. Saya tidak menemukan kesalahan di dalam agama saya. Bahkan apabila di masukkan dalam sistem sehari2. Saya juga sama seperti Gusdur, dan beberapa ulama yang saya kagumi, menolak apabila syari'at dijadikan hukum formal negara ini dan saya juga merasa bahwa demokrasi sebenarnya juga merupakan hal yang diajarkan agama saya. Memang ada beberapa pihak atau golongan yang rada extrem, tapi banyak pula yang menyebarkan Islam dengan damai bukan? AA Gym contohnya. Sekarang bandingkan dengan pernyataan Ny Mus. Islam agama teroris? Islam agama Bising? Islam penuh kebohongan? Al-Quran yang mulia sudah dirubah isinya? Islam sebenarnya menganut sistem Matrilineal (Maaf kalau s alah penulisan karena saya mahasiswa teknik). Atas dasar apa? Mana bukti sejarahnya? Mana bukti yang menguatkan? Dengan BANGGA Ny Mus mengatakan bahwa buktinya telah dihancurkan. Lalu darimana dia membuat hipotesis itu? Apa dari dugaan? Atau hanya pandangan ibu semata? Kalau Ny Mus menyatakan sesuatu dan mengatakan bahwa buktinya sudah dihancurkan, maka datang dari mana pernyataan ibu? Ingat Bu, apabila anda sudah melemparkan sebuah opini atau pernyataan yang merendahkan orang atau golongan, ditambah ibu tidak bisa membuktikan (atau hanya mengambil kesimpulan dari sampel yang sangat kecil) maka opini atau pernyataan Ibu dapat digolongkan sebagai fitnah. Ny Mus mengaku bahwa dia adalah seorang ilmuwan (atau mungkin cara berpikir Ibu seperti ilmuwan), maka apabila ibu ingin membuat pernyataan, ibu tidak bisa mengambil sampel dari segolongan kecil dari objek yang ibu teliti. Apabila ibu ingin meneliti kelakuan Umat Islam, mengapa ibu hanya mengambil sampel dari Organisasi Islam Radikal (yang sejujurnya saya juga tidak begitu suka kelakuannya)? Bukankah ada Daarut Tauhid pimpinan AA Gym yang begitu santun? Bukankah ada NU pimpinan Gusdur yang sangat toleran dengan Umat beragama di Indonesia? Mungkin kata2 saya cuma dianggap angin lalu, tapi cobalah untuk berpikir. Buat apa kita menjelek2kan orang lain sedangkan diri kita belum tentu benar? Bukankah lebih baik kita saling introspeksi diri. Mengapa kita tidak bisa (atau mungkin tidak mau?) menciptakan iklim yang damai? Bukankah damai itu indah? Apabila ada segelintir golongan yang berusaha merusak kedamaian itu, bukankah jadi tugas kita untuk mencegahnya? Jangan menghakimi sesuatu apabila kita hanya melihat sedikit kejelekkannya. Sama juga, apabila ada Golongan Islam yang radikal, bukankah ada juga Golongan Islam yang damai? Jadi mengapa hanya karena ada segelintir orang yang bertindak tidak benar, maka kita harus menjelek2kan kaumnya? Contoh kecil, dalam kampung A ada seorang pencuri dan dia tertangkap basah mencuri di kampung C yang letaknya sangat berjauhan dari kampung A. Maka, benarkah apabila kita mengatakan bahwa kampung A adalah kampung maling? Anda tentu bisa menjawab hal itu sendiri. Peace, Love , And Honesty IrwanK juga <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Danny, Saya salah seorang yang mungkin anda maksud 'ribut melulu'.. Tapi saya bisa jamin, saya gak main pentungan/parang/bom sebagai bahasa saya.. Dan saya kira anda sudah paham alasan saya 'meributkan' (meminjam istilah anda) si mus ini.. Hanya saja mungkin ada kalangan yang tidak senang kalau saya merespon si mus dengan cara seperti itu.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K On 11/13/06, Danny Lim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya mendukung Rexy Mawardi, SARA di Belanda dibicarakan open se open-opennya, via koran, radio, TV, di kampus, di tempat pekerjaan dll. Kalau ngga percaya tanya James. Karena open, maka terjadi interaksi positif sesama golongan masyarakat. Yang ribut melulu ada juga, yaitu mereka-mereka yang memang dasarnya radikal. Kelompok ini mau diapakan juga tetap tidak mengenal damai, pentungan/parang/bom adalah bahasa mereka. Saya lihat di Media Care juga ada segelintir pikiran radikal, namun mayoritasnya moderat kok dus bisa mencerna email-email Mustikawati tanpa adrenaline. Saya sendiri senang membaca email-email Mustikawati. Yang dilarang mas Radityo mungkin perdebatan DOGMA AGAMA. Nah seperti telah saya katakan berulang kali, dogma agama memang TIDAK pantas diperdebatkan. Agamamu untukmu, agamaku untukku. Jadi bukan cuma di milis Media Care, di milis Zamanku pun perdebatan dogma agama tidak akan menghasilkan apa-apa. Salam hangat, Danny Lim, Nederland --- In mediacare@yahoogroups.com, rexy mawardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Saya tidak sependapat dengan Sdr Radityo. Biarlah, > kalau kita ingin iklim bebas berbicara, Nyonya > Mustikawati tetap diijinkan di milis ini. Cukup banyak > aggota milis ini merasa didewasakan justru dengan > informasi atau mungkin oleh pihak yg tidak sependapat > disebut provokasi beliau.Kekurangan besar dalam > kehidupan beragama di Indonesia terletak pada > kurangnya iman kita dibenturkan dengan berbagai > argumentasi yang kontra sehingga kita merasa "adhem > ayem". Kehadiran Nyonya Mustikawati justru ditunggu > oleh mereka yang ingin kehidupan agamanya matang dan > tertantang.Bagi orang media, tetap saja masukan beliau > ada gunanya. > > > > > > --- radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > > Sekadar saran untuk Nyonya Muskitawati. Mengingat > > begitu banyaknya postingan Anda mengalir me > > MEDIACARE, namun sayangnya, sebagian besar tidak > > bisa kami approve karena amat kental bernuansa > > agama, dan juga forward-an dari milis lain. > > > > Untuk itu Anda kami sarankan untuk memposting ke > > milis ZAMANKU, dimana diskusi tentang agama bisa > > lebih bebas karena sesuai misi dan visi milis. Kirim > > ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > Sepertinya email Anda terdaftar disana. > > > > Saran lainnya, kenapa Anda tidak bikin weblog > > juga? Opini Anda pasti akan lebih banyak diakses > > secara meluas, dibandingkan hanya diposting ke > > milis-milis. > > > > > > Sekian dan terima kasih. > > > > salam, > > > > rd --------------------------------- Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited. --------------------------------- Sponsored Link Degrees for working adults in as fast as 1 year. Bachelors, Masters, Associates. Top schools