KADISPAR SALAHKAN WISATAWAN SOK KAYA
<http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/42372-kadispar-salahkan-wisatawan-sok-kaya>[image:
PDF]
<http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/42372-kadispar-salahkan-wisatawan-sok-kaya?format=pdf>[image:
Cetak]
<http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/42372-kadispar-salahkan-wisatawan-sok-kaya?tmpl=component&print=1&layout=default&page=>[image:
Surel]
<http://harianhaluan.com/index.php/component/mailto/?tmpl=component&link=195ada76b26a4642da7dfde631384f02df7b75ed>Jumat,
07 Agustus 2015 02:22

*HARGA MAKANAN DI PANTAI PADANG MENCEKIK*

Harga makanan di tempat wisata di Kota Padang masih saja main *pakuak.
*Pengunjung
sering *terpekik, *karena harga sangat tidak wajar. Tapi, Disparbud Kota
Padang malah menyalahkan pengunjung yang sok kaya.

*PADANG, HALUAN *—  Ter­nyata tak salah keluhan dan kritikan Menteri
PPN/Bap­penas Andrinof Chaniago yang menilai pejabat Pemko Padang yang
mengelola pari­wisata tidak professional. Ketika wisatawan mengeluh atas
layanan pariwisata, bu­kan­nya layanan yang diper­baiki, tapi malah
wisatawan yang disalahkan. Soal harga makanan di Pantai Muara Padang yang
main *pakuak, *Kadisparbud Kota  Padang, Dian Fakhri, malah menya­lahkan
pengunjung yang sok kaya. Mengapa tidak ber­tanya harga sebelum belanja.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadis­parbud) Kota Padang Dian
Fakhri Rabu (5/8) di Muaro Lasak, mengatakan penga­duan mengenai tarif menu
makanan di tempat wisata seperti di Muaro Lasak, Pantai Padang sudah sering
dia terima. Tetapi, kecer­dasan pengunjung tidak juga berubah. Dia juga
sering mendapat pengakuan dari pengunjung dan sering mem­baca di media
sosial bahwa harga makanan di tempat wisata tidak normal. Malah ada yang
mengatakan harga dua kali lipat di atas harga normal.

Sedangkan harga menu yang ditentukan oleh dinas pariwisata masih dalam
batas normal. Seperti harga mie rebus dipatok dengan harga Rp15.000,
kerupuk kuah Rp5.000, langkitang Rp5.000 serta minuman lainnya yang masih
normal. Menurutnya menu memang dibuat oleh pemilik lapak,

tapi telah disetujui Disparbud Kota Padang. Jadi tidak ada istilah
‘takicuah’ kalau menanyakan harga menu makanan sebelum memesan. Dia juga
tidak bisa melarang kalau pemilik toko memiliki harga menu sendiri. Untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan dinas pariwisata tetap meminta
pembeli untuk mena­nyakan harga makanan dan mi­numan sebelum memesannya.

“Janganlah sok kaya ketika kita mengunjungi tempat wisata. Tanyakan dulu
harganya per menu makanan dan minuman berapa. Jangan pesan dulu, itu kita
yang sok kaya namanya,” jelas Dian Fakhri.

Sorotan menu harga di tempat wisata tidak terjadi saat ini saja, kata Dian.
Pengunjung seharusnya sudah bisa belajar kepada wisata­wan barat. Karena
wisatawan barat sebelum memakan maka­nan ditanya dulu harganya. Lagi pula
jumlah penjual makanan di tempat wisata cukup banyak. Seperti di kawasan
Muaro Lasak dan Danau Cimpago jumlah pe­dagangnya lebih 100 orang. Dengan
petugas yang terbatas, menurut Dian memang tidak bisa mengontrol hal
seperti itu setiap waktu. “Kita ini ndak seperti itu. Dipesan banyak-banyak
setelah itu baru tanya harganya. Kalau harganya tinggi barulah terkejut.
Mana bisa seperti itu,” pungkas Dian.

Diapun mengakui kalau pe­dagang di Muaro Lasak atau di tempat wisata
lainnya tidak satu menu harga makanan atau harga tidak seragam. Karena
pedagang beralasan belanja bahan makanan berbeda-beda. Ada perbedaan setiap
warung makanan. Untuk menghindari tipuan sebaiknya pengunjung menanyakan
harga dulu.

“Kita sudah berulang kali mengatakan tanyakan dulu harga makanan sebelum
dipesan. Nanti dinas pariwisata pula yang disa­lahkan karena tidak bisa
me­ngawasi. Memang kami bisa mengawasi semua pedagang. Pekerjaan kami masih
banyak yang lain,” ucapnya.

Seperti diketahui, pengelolaan tempat wisata Kota Padang me­mang jauh dari
sikap profesional. Layanan yang tidak ramah hingga pemerintah yang cepat
puas de­ngan hasil pembenahan wisata.

Hal ini menjadi sorotan pelaku wisata dan pengamat wisata Ridwan Tulus dan
James Hellyward. Ridwan Tulus menilai jika berbicara masalah pelayanan maka
tolak ukurnya kepuasan. Jika konsumen jasa atau kon­sumen layanan tidak
puas maka dipastikan akan terjadi komplain atau komentar dari pihak terkait.

Untuk menghindari atau me­muaskan pelaku wisata dinas terkait harus bisa
menerima pengaduan dari pelaku wisata. Jangan hanya dari masyarakat atau
pedagang di tempat wisata saja. “Makanya wajar saja seting­kat menteri yang
mengomentari pelayanan wisata di Kota Padang khususnya dan di Sumbar
umum­nya. Tapi komentar yang mem­bangun itupun ditolak atau tidak diakui,”
terang Ridwan.

Ridwan menilai Dinas Pari­wisata Kota Padang memang tidak bisa menerima
kritikan yang membangunan dari penikmat wisata. Baginya ketika sudah
melakukan tugas atau perbaikan wisata maka pelayanan sudah maksimal.

“Jika masih berpikir seperti itu tidak akan maju wisata kita. Yang namanya
kritikan tentu membangunan dan perlu bagi perbaikan bagi wisata kita. Toh
ujungnya PAD Kota Padang juga yang meningkat.

Sebaiknya Dinas Pariwisata bisa mengontrol per­soalan harga makanan dan
minu­man di tempat wisata. Kalau perlu buat koperasi sehingga pedagang di
tempat wisata wajib belanja di sana sehingga harga tidak melam­bung tinggi.
Sesuka pedagang saja,” tutur Ridwan Tulus.

James Hellyward menilai orang yang menjabat Kadis Parbud haruslah orang
yang mengerti, paham dan peduli dengan kepariwisataan.

Jangan tempatkan orang yang tidak mengerti pariwisata. Karena jika
demikian, berbagai macam persoalan akan muncul. Apalagi, seorang kepala
dinas tidak boleh berbicara seperti itu. Karena, pariwisata berbicara soal
layanan, jika pelanggan atau konsumen tidak puas wajib baginya untuk
memperbaiki.

“Untuk itu, carilah kepala dinas yang tepat. Sebab, berbicara masalah
pariwisata berbicara masalah kepuasan ada tolak ukurnya secara umum,”
paparnya.

Realitasnya harga menu makanan di tempat wisata di Kota Padang, khususnya
di Pantai Muara Kota Padang cenderung dua atau tiga kali lipat dari harga
normal. Seperti mie rebus dijual satu porsi Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.
Kerupuk mie dijual mulai dari harga Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Harga menu
itu yang di­sodorkan pedagang ketika pe­ngunjung mau membayar. Ke­banyakan
pedagang tidak mem­berikan daftar harga menu ketika memesan makanan,
terutama pada malam hari.

Anggota DPRD Kota Padang Faisal Nasir melihat dinas pariwisata tidak punya
konsep, sehingga kejelasan juga tidak nampak dalam mengelola pariwisata.
Apalagi, Kepala Dinas Pariwisata tidak mengerti dengan pariwisata, yang
berujung kepada pekerjaan yang tidak jelas.

Yang dilakukan Dinas Pariwisata apa? Dinas Pariwisata perlu punya konsep.
Karena pariwisata itu berbicara soal kenyamanan, kebersihan dan keindahan.
Bagaimana me­menuhi ketiga itu kalau konsep saja tidak punya,” urainya.

Begitu juga yang disampaikan anggota DPRD Kota Padang dari Komisi IV
Iswandi. Dia juga menilai Disparbud Kota Padang tidak punya konsep yang
jelas. Apalagi, persoalan tarif juga sudah dijanjikan 6 bulan yang lalu.
Sampai saat ini belum ada realisasinya. Ini membuktikan Kadisparbud tidak
mampu mengelola pariwisata.

“Kalau tidak mampu lebih baik mundur saja, dari pada nanti dimundurkan.
Makanya saya dari Komisi IV mendukung sekali Walikota dan Wakil Walikota
melakukan penjaringan untuk kepala SKPD. Kalau perlu seluruh kepala SKPD di
Kota Padang dilelang. Karena kita melihat hasil lelang beberapa SKPD
mendapatkan orang yang benar-benar mau bekerja,” harapnya.

Salah seorang pedagang di Pantai Muaro Lasak Asri mengatakan sudah bukan
rahasia kalau harga di tempat wisata mahal-mahal. Karena di tempat wisata
merupakan tempat untuk menikmati pemandangan. “Kami menaikkan harga itu
bukan tanpa alasan. Ada sewa kursi, lamanya tempat duduk. Jelas ada
perbedaan harga di warung. Sejarusnya penikmat wisata paham itu,” tutupnya.
*(h/ows)*


*http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/42372-kadispar-salahkan-wisatawan-sok-kaya
<http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/42372-kadispar-salahkan-wisatawan-sok-kaya>*

Pada 7 Agustus 2015 03.44, Sjamsir Sjarif <sjamsirsja...@gmail.com> menulis:

> Hotel-hotel nan indak mambayia Pajak ko samo juo kategorinyo jo Pamalak yo?
>
>
> http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/42367-hotel-di-pessel-masih-banyak-belum-bayar-pajak-
>
> -- Nyit
>



*Wassalam*



*Nofend St. Mudo38th+/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok
SelatanTweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola *

*https://www.facebook.com/nofend <https://www.facebook.com/nofend>*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke