[zamanku] Bukti Keberadaan Tuhan

2010-04-03 Terurut Topik Iman K.
 membutuhkan suatu sebab, kecuali 
bagian-bagian daripadanya saja.

Kant yang sebagaimana disebut dipengaruhi oleh filsafat Hume, juga mengkritik 
argumentasi kosmologis. Baginya, dunia noumena (esensi) tidak bisa disimpulkan 
dari dunia fenomena (gejala). Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan 
eksistensil sebagai hal yang niscaya adalah tidak mungkin, sebab hal itu hanya 
mungkin dalam pernyataan logika. Argumentasi kosmologis ini memiliki 
kontradiksi-kontradiksi metafisik.

Kritik Hume dan Kant bukanlah akhir dari problem argumentasi kosmologis. 
Pemikir-pemikir seperti Richard Taylor, Stuart C. Hackett, dan James Ross dapat 
disebut pembela argumentasi ini, dengan pertimbangan bahwa keberadaan Tuhan 
memang bukanlah hasil dari argumentasi, tapi paling tidak dengan argumentasi 
kosmologis diperlihatkan bagaimana dasar-dasar logis dalam kaitan antara suatu 
keberadaan yang terbatas dengan ada yang tidak terbatas.

hmm...

Nampaknya cerita saya ini akan menjadi tidak menarik kalau saya tulis lebih 
panjang lagi, jadi untuk sementara tulisan ini saya rasa cukup untuk menjawab 
teriakan beberapa orang yang kemarin suka teriak2 menolak keberadaan Tuhan. 

Hayuh buktikan kalau Tuhan itu tidak ada hihihi...


Salam, 



Iman K.
www.parapemikir.com/indo




[zamanku] Seks dan Spiritual

2010-04-03 Terurut Topik Iman K.
 ingin berspritualitas bisa mengetahui gambaran versi yang lain, yaitu 
versi yang lebih bermutu dari sekedar konek dan konak.

Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com 


[zamanku] Dulmatin : Martir atau Teroris ?

2010-04-03 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Mengikuti berita di media massa, seharusnya orang-orang seperti Dulmatin, 
Nurdin M Top, Dr.Azhari dan lain-lain itu sudah semestinya di cap sebagai 
teroris. TETAPI apakah kita mau adil untuk mengatakan bahwa dari sisi hukum 
sesungguhnya mereka bukanlah teroris. 

Menurut hukum, status seseorang baru akan diketahui jika  jika ia telah 
terbukti secara sah telah melakukan tindakan melawan hukum di depan pengadilan.

Jika demikian pakem hukum yang berlaku di seantero jagat raya ini, maka 
harusnya kita heran kenapa pula pulisi itu pada main hakim sendiri? Maen tembak 
mati? Tidak memberi ruang kepada hakim di pengadilan untuk mengadili?

Alasan pak pulisi itu sangat sederhana, mereka melawan atau dikhawatirkan 
melawan. Dengan alasan yang sangat sederhana itu terasa menjadi tidak ada 
gunakan peralatan densus 88 yang begitu canggih, terasa tidak ada artinya 
teknik pengepungan, terasa semua teknik sudah buntu selain teknik jalan pintas, 
yaitu tembak mati tanpa perlu pengadilan lagi.  (Apa polisipun sudah tidak 
percaya dengan pengadilan di Indonesia???)

Kalo sudah begini, sangat sulit untuk mengatakan siapa sesungguhnya yang 
melawan hukum?

Apakah menegakkan hukum dengan cara melawan hukum di anggap BENAR dan kita 
harus menyebutnya dengan pahlawan?  Sementara disisi lain, orang-orang meregang 
nyawa ditembak mati sebelum di ketahui benar apakah dia betul-betul melawan 
hukum dan kita secara berjamaah harus menyebutnya sebagai teroris?

Kalau terus terusan pulisi bertindak dengan cara seperti ini, saya sangat 
khawatir dikemudian hari mereka-mereka yang tewas di tembak mati itu bukannya 
malah dikenang sebagai teroris melainkan bisa berbalik arah. Mereka akan 
menjadi martir dan menjadi simbol perlawanan bagi orang-orang yang pernah 
ditekan dan di perlakukan dengan tidak baik oleh pulisi.

Kekhawatiran saya ini sedikitnya sudah terbukti, kalau dulu ada di sebagian 
wilayah yang menolak jasad 'teroris' itu makamkan dikampung halaman sang 
'teroris', tapi di wilayah lain mereka disambut bak pahlawan, di elu-elukan 
orang kampungnya sembari meneriakkan, mujahid...mujahid...

Salam, 


Iman K.





[zamanku] Takdir

2009-12-28 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Beberapa hari yang lalu ada postingan yang dikirim ke mailing list 
parapemi...@yahoogroups.com yang  isinya kira-kira mempertanyakan dan sekaligus 
mempersoalkan kelogisan sebuah pendapat yang mengatakan bahwa  semua fenomena 
alam itu terjadi karena  masih adanya pengaruh faktor X  sebagaimana yang di 
sampaikan oleh Bapak Tifakul Sembiring pada ceramah Idul Adha dipadang beberapa 
waktu yang lalu?


Ter-inspirasi dari pertanyaan tersebut, saya tergerak untuk menulis tentang apa 
yang disebut dengan hukum sebab akibat secara umum dan apa yang disebut dengan 
faktor X secara khusus. 

Walaupun tulisan ini sejatinya ter-inspirasi dari persoalan fenomena alam, 
namun dalam penekanannya nanti mungkin saya akan lebih banyak menelusuri 
fenomena yang khusus yaitu apa yang disebut sebagai takdir dan  apa yang 
disebut sebagai kehendak bebas plus juga akan menyinggung apa yang disebut 
sebagai Ketentuan yang terdefininsi  dan apa yang disebut sebagai Ketentuan 
yang tidak terdefinisi dari si pemilik ketentuan yang maha Mutlak, yaitu Tuhan 
semesta alam.


Kemerdekaan dan Pengaruhnya

Kemerdekaan atau kebebasan adalah merupakan kenikmatan yang termahal yang 
pernah dimiliki oleh umat manusia. Sepanjang sejarah kehidupan manusia kita 
telah menyaksikan bersama bagaimana orang-orang diseluruh dunia, lintas ras, 
bangsa, bahasa bahkan agama yang telah rela mengorbankan seluruh harta, darah 
bahkan nyawanya sekalipun demi sesuatu yang disebut dengan kemerdekaan atau 
kebebasan.

Rasanya hidup ini akan menjadi sangat terganggu dan bahkan sering sekali 
menjadi sangat menyakitkan jika seluruh gerak gerik dan aktifitas hidup kita di 
tentukan dibawah  kekuasaan pihak lain. 

Kita bisa bayangkan betapa menyeramkan dan menakutkannya hidup dibawah 
cengkraman Harimau yang lapar ditengah hutan belantara atau bagaimana 
menyakitkannya berada dibawah kendali kekuasaan penjahat yang tidak 
berperikemanusian yang telah menguasai seluruh aktifitas kehidupan kita, 
seluruh gerak gerik dan aktifitas kita harus selaras dan sesuai dengan arahan 
dan kemauan sipenjahat, tidak ada lagi yang tersisa dan tidak ada lagi harapan 
untuk bisa selamat kecuali semuanya tergantung kepada kemauan si penjahat.

Manusia sejak jaman dulu kala sampai abad milinium ini lebih banyak mengetahui 
bahwa rasa takut sedemikian rupa atas cengkraman “pihak lain” itu datangnya 
selalu berasal dari  binatang buas dan dari manusia yang super kuat dan 
berkuasa plus jahat lagi. Namun demikian, walaupun cengkraman itu datangnya 
“hanya” dari binatang buas dan penjahat yang tidak berperikemanusian, tetapi 
sejarah telah mencatat bahwa teror yang telah dihasilkannya juga sangat luar 
biasa.

Itu baru cengkraman dari “penguasa” yang terlihat. Akan lain halnya lagi jika 
manusia merasa dikuasai oleh suatu kekuatan yang Maha Dahsyat dan yang Maha 
Berkuasa plus tak terlihat, yang telah menguasai dan mengendalikan seluruh 
hidupnya dari alam yang ghoib baik diwaktu siang maupun diwaktu malam, diwaktu 
tidur maupun diwaktu terjaga, diwaktu sendiri maupun didalam kumpulan orang 
banyak, pastilah keadaan semakin parah, semakin menakutkan dan semakin 
menggetarkan jiwa. Dalam situasi seperti ini pastilah sudah tidak adalagi 
peluang untuk lolos dan selamat.

Demikianlah situasi dan jalannya nasib seseorang jika dia berada dibawah 
kendali penuh dan obsolut oleh suatu kekuatan yang berasal dari luar dirinya. 
Dan pertanyaan sekarang adalah apakah betul bahwa semua aktifitas hidup manusia 
tanpa terkecuali dikuasai dan dikendalikan penuh oleh kekuatan yang maha 
dahysat dan ghoib, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa?

Benarkah segala sesuatu yang ada dialam ini semuanya sudah diatur sedemikian 
rupa, sudah direncanakan sedemikian ketat dan telah digariskan “nasib”-nya 
sesuai kehendak yang Maha Kuasa dan yang Maha Ghoib, yaitu Tuhan semesta alam. 
Selanjutnya, benarkah akhirnya seluruh perbuatan manusia dan seluruh 
karakteristiknya juga sudah disetting dan disekenariokan sedemikian rupa sesuai 
kehendak Tuhan yang Maha Berkuasa?

Atau, Apakah yang berlaku adalah sebaliknya? Bahwa seluruh manusia bebas 
melakukan apa saja dan dimana saja sekehendak hatinya. Apakah manusia memiliki 
kebebasan yang sempurna sehingga dengannya manusia dikatakan sebagai makluk 
yang terbaik diantara semua makluk Tuhan yang maha kuasa?

Atau apakah ada celah lain dari dua kemungkinan tersebut? Apakah ada kemungkian 
teori ketiga, Jika iya bagaimana kita harus menjelaskannya?


BERSAMBUNG…


Salam,

Iman K.
http://www.parapemikir.com/indo/takdir.html



[zamanku] Agama sebagai biang kerok ?

2009-09-03 Terurut Topik Iman K.

Salam...

Agama sebagai biang kerok ?

Beberapa hari terakhir ini tiba-tiba ada orang yang teriak-teriak di milist 
parapemi...@yahoogroups.com mengumumkan ke jelekan agama Kristen dan agama 
Islam. Di sebelah sana berteriak Islam itu tidak beres, ini bisa dibuktikan 
dengan banyaknya  ke-ngawuran yang dilakukan oleh pemeluknya. Belum lagi 
melihat kenyataan yang lain dimana kita bisa menyaksikan dengan mudah bagaimana 
negera-negara yang mayoritas penduduknya Islam ternyata negaranya 
miskin-miskin. 

Ini sangat berbeda dengan negera-negara yang mayoritas penduduknya beragama 
kristen, di negara yang mayoritas kristen penduduknya bisa hidup makmur dan 
sejahtera. Dengan melihat kenyataan ini maka bisa disimpulkan bahwa negara yang 
berpenduduk mayoritas Islam adalah negara yang terbelakang.

Menyambut pernyataan atau tuduhan seperti itu, yang disebelah sini membalas 
dengan tak kalah sengitnya. Kawan yang disebelah sini mulai mengorek-ngorek 
ke-ngawuran orang Kristen dengan megungkit-ungkit kitab Injil mereka. Tidak 
puas dengan mengungkit-ungkit Injil, orang yang disebelah sini malah sekarang 
sibuk membandingkan dan menyalah-benarkan kitab-kitab antara kedua agama 
tersebut. 

Cerita diatas adalah cerita nyata, kita bisa menemukan banyak pertengkaran yang 
se-model dengan itu dimilist-milist yahoogroups.com. Sekarang yang menjadi 
pertanyaan kita adalah, betulkah agama Kristen dan agama Islam memang ngawur 
dan bermasalah sehingga menyebabkan banyak kejahatan kemanusian dan 
kemunduran/kemiskinan suatu negara?

Jawaban saya tentu saja pernyataan itu salah total, karena apa yang dikatakan 
tersebut sangatlah bertolak belakang dengan kenyataan. Dalam ilmu logika 
dikatakan bahwa yang disebut dengan benar secara materi adalah adanya persamaan 
antara pernyataan dengan kenyataan.

Jika dikatakan bahwa negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah 
menjadi miskin dan bodoh maka ini TELAH terbantahkah dengan sendirinya oleh 
fakta sejarah di mana pada masa lalu ada mayoritas penduduk suatu negeri yang 
beragama Islam ternyata terbukti kaya, makmur dan penduduknya pintar-pintar.

Pun sebaliknya, jika dikatakan bahwa jika penduduk suatu negeri beragama 
Kristen maka otomatis negeranya bisa makmur dan maju, inipun terbantahkan 
dengan fakta sejarah karena kenyataannya eropa pada abad kegelapan tidak 
mengalami hal seperti apa yang di klaim tersebut.

Melihat fakta sejarah ini maka adalah terlalu gegabah kalau seseorang 
menyalahkan agama sebagai kambing hitam atas gagalnya suatu persolan 
terlebih-lebih kepada persolan maju dan mundurnya suatu peradaban karena pada 
prinsipnya semua agama mangajarkan dan sekaligus mendorong pemeluknya kearah 
kebaikan materi dan non-materi.

Kepada mereka yang sebentar-sebentar menyalahkan agama dan atau mengkambing 
hitamkan agama sebagai biang keladi persoalan kemanusian kita katakan bahwa 
ketahuilah obor penerang manusia adalah ilmu pengetahuan. Jika seseorang atau 
sekelompok orang meguasai ilmu pengetahuan maka niscaya dia atau kelompoknya 
tersebut akan menjadi orang yang tercerahkan dan maju dan juga ketahuilah, 
bahwa semua agama samawi mengajarkan pemeluknya untuk mencari ilmu pengetahuan. 

Jika faktanya semua agama mengajarkan pemeluknya untuk mencari ilmu pengetahuan 
maka dengan sendirinya sudah terbantahkan jika masih ada orang yang beranggapan 
bahwa agamalah sebagai biang kerok semua persoalan kemanusian.

Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa jika suatu kaum di suatu negeri memeluk 
agama Islam maka dia akan bodoh dan tertinggal jauh jika dia tidak menghargai 
ilmu pengetahuan, pun sebaliknya jika di negeri lain ada yang berpenduduk 
yahudi, nasrani dan lain-lain yang tidak menghargai ilmu pengetahuan maka 
niscaya kebodohan dan keterbelakangan akan menyertai mereka pula. 

Sungguh sangat indah ayat Al-quran yang selalu menyebut ilmu secara 
berdampingan dengan cahaya. Cahaya adalah penerang di dalam kegelapan, dengan 
cahaya manusia hewan dan tumbuhan bisa hidup dan kalau kita mau berpikir maka 
seharusnya kita bisa menterjemahkan apa yang dimaksud oleh Al-quran tersebut 
dengan menegaskan bahwa sesungguhnya dengan cahaya atau ilmulah maka manusia 
bisa menjadi orang yang beradab dan terpelajar. 



Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com


[zamanku] Metode Filsafat

2009-07-19 Terurut Topik Iman K.
 
melibatkan banyak premis-premis yang memerlukan rumusan tersendiri.. Pada 
metode ini banyak jawab menjawab terjadi antara ahli kalam (tawawuf) dengan 
filsuf. 
 
Disini pembicaraan lebih ramai di sekitar hal-hal yang esktemporal dengan 
popularitas sebagai tumpuan dalam menghasilkan pengetahuan hikmah dan filsafat. 
 
Misalnya kita mengetahui secara umum (sudah populer) bahwa menguap didepan umum 
atau didepan mertua adalah tidak baik J . Pendapat menguap ‘tidak baik’ ini 
adalah perkara yang populer, bukan pada hakikat hikmah.
 
Beda dengan hal yang ekstemporal, misalnya kita mengetahui bahwa jika si A dan 
si B sama dengan si C, maka ketiganya adalah sama. Maksudnya jika ada dua hal 
sama dengan hal yang ketiga, maka sebenarnya ketiganya adalah sama , atau kalau 
dalam rumus akan jadi begini : ‘sama dengan sama adalah sama.’




Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Lama dan Baru

2009-07-19 Terurut Topik Iman K.
 mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang 
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) 
dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir 
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), 
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah 
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui 
segala sesuatu.(An-Nuur : 35 )
 
Sekarang kita sudah melihat dua kelompok menterjemahkan isi alam semesta ini, 
ulama jaman dulu mengatakan semua yang ada dialam semesta ini  adalah sesuatu 
yang baru dan berasal dari ketidak adaan, dan kelompok cerdik pandai mengatakan 
bukan demikian, semuanya berasal dari sesuatu yang ada.



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  

[zamanku] Minta kembali ke dunia

2009-06-26 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Dulu belanda sering membicarakan langit dan bumi adalah dua hal yang terpisah! 
'Kamu irlander yang penting sholat dan sedekah yang betul. Sana!, ndak usah 
urus urusan duniawi,' demikian 'perintah' dari menir-menir londo jaman tempoe 
doeloe kepada papi dan mami serta kakek dan nenek kita :)

Supaya tertib sholatnya dan jangan sempet menjadi masyarakat yang maju dan 
berbudaya , maka belanda membangun banyak masjid yang bagus-bagus.
 
'Dan kowe pak tani, kerja yang keras...biar cepat panen dan ik beli you punya 
rempah-rempah, niy uang mukanya...' begitu kita dengar dari film-film bertema 
sejarah penjajahan belanda di era tahun 80-an.

Kemarin bapaknya yang petani, sekarang dia menjadi petani dan sesok anaknya 
juga menjadi petani...(apes bener ekonomi indonesia).
Supaya jangan sempet mikir tentang potensi dirinya...maka belanda nyogok 
masyarakat dengan uang ijon  
 
Sehingga orang jaman sekarang menyimpulkan bahwa memang terpisah urusan dunia 
dan akherat. bahkan matematikanya juga terpisah dan berbeda :)

Sehingga orang jaman sekarang menyimpulkan bahwa kerja keras juga sudah tidak 
bisa diharapkan...pak tani dan tukang becak sebagai bukti nyatanya :)

Sehingga orang jaman sekarang menyimpulkan bahwa kerja cerdas juga sudah tidak 
bisa menolong, masih banyak yang stress di ujung jembatan sana :)

Sehingga orang jaman sekarang menyimpulkan bahwa kerja iklas lah jalan 
satu-satunya untuk melengkapi kedua jalan yang sudah bermasalah itu :)
 
Padahal kalau kita ingat apa yang dikatakan Al-quraan pada surat al-baqarah 
ayat 167, dikatakan bahwa :
 
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: Seandainya kami dapat kembali (ke 
dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas 
diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal 
perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke 
luar dari api neraka. 
 
Orang yang tadinya norak hidup didunia, dan seyogyanya bakalan direbus di 
neraka, TIDAK Lantas  MENGATAKAN  Tuhan tolong masukkan kami ke surga , tapi 
mereka mengatakan Tuhan , kembalikanlah kami ke dunia
 
Kenapa mereka yang akan digoreng di neraka tidak minta dimasukkan kesurga?
Ehh.Lho kok malah minta balik ke dunia?

Apa ndak lebih enak disurga dari pada didunia ?
 
Karena ternyata 'akherat' itu hanyalah sebuah istilah dari sebuah perjalanan 
yang satu...yakni keseimbangan hidup :)  
 
Kita lihat teori keseimbangan ini dalam rumus :
 
Jika A dan B sama dengan C , maka ketiganya adalah sama. Artinya jika kembali 
kedunia sama dengan mendapatkan jalan ke surga, maka sesungguhnya surga itu 
adalah sama dengan jalan. 


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com


[zamanku] Bermakna

2009-06-26 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Nyai Loro Kidul pun menarik kais kereta kudanya meniti jalan ke angkasa. Begitu 
pula pendekar dari dunia kramat itu,  melewati kobaran api yang dahsyat dengan 
menunggang kuda sembrani. Di sudut negeri yang lain,  Gatot Kaca dan Superman 
tertegun satu sama lain menatap ke unikan kostum terbang masing-masing.

Cerita demikian begitu akrab di telinga kita, kita bisa saja terbius atau 
ikut-ikutan menjadikan cerita seperti itu menjadi rujukan kita dalam 
berargumentasi ilmiah. Sebenarnya perlu ndak sih kita mengetahui cerita serupa 
itu? Apakah cerita seperti itu betul-betul ada atau hanya bohong belaka? Suatu 
hari kita harus mempertanyakan cerita serupa itu demi ketelitian kita dalam 
memilah baik dan buruknya pengaruh suatu cerita.

Konon ada tokoh nyata ( Vampir) tapi diperkenalkan sebagai tokoh tahayul 
(fiktif).  Sementara tokoh fiktif benaran  ( Rambo),  eh. malah di jadikan 
seolah-olah tokoh nyata. Tulisan ini tidak akan membahas ketokohan dan 
politisasi yang sedemikian rupa dan bukan pula bertujuan untuk menolak membaca 
novel dan komik :) 

Kritis dalam mempersoalkan cerita yang kita terima, bisa dimulai dari 
pengenalan kata. Pengenalan kata yang berhunungan dengan persoalan diatas 
didalam ilmu logika dikenal dengan istilah kata bermakna dan tak bermakna. 

Dalam pengertian kata yang lain dikenal ada istilah kata universal dan partial. 
Dan jika kita teliti, kita akan menemukan bahwa setiap kata universal selalu 
mempunyai dua macam pengertian, yaitu konotasi dan denotasi.

Konotasi menunjuk kepada sifat-sifat khusus dari kata yang dibicarakan, 
misalnya kata 'manusia'. Manusia adalah kata yang tidak diberikan kepada 
sembarang benda, tetapi khusus hanya kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat 
tertentu.

Berdasarkan sifat-sifat khusus tersebut akhirnya kita bisa mengetahui bahwa 
yang namanya manusia itu adalah suatu makluk hidup yang mempunyai persamaan 
seperti hewan dalam banyak hal tetapi berbeda dalam beberapa hal, seperti 
kemampuannya untuk menerima pendidikan, bekerja dengan menggunakan teknologi 
atau alat, membuat sesuatu dengan menggunakan kemampuan akal dan sebagainya.

Sedangkan denotasi menunjuk kepada barang apa saja yang dicakup oleh kata 
tersebut. Misalnya kata 'manusia', maka dia akan mencakup Budi, Carlie, Deni, 
Desi, Etty, manusia berkulit kuning, manusia berkulit putih, manusia berkulit 
hitam dan sebagainya.

Suatu kata yang memiliki pengertian konotasi dan denotasi itulah yang disebut 
sebagai kata yang bermakna atau konotatif. Sedangkan kata yang hanya memiliki 
konotasi tetapi tidak memiliki denotasi (cakupan) disebut sebagai kata tak 
bermakna.

Dari keterangan diatas sekarang kita bisa menguji, apakah kata-kata seperti Mak 
Lampir, Nyai Loro Kidul, Kuda Sembrani, Gatot Kaca dan Superman sebagaimana 
yang kita sebutkan diawal tadi itu termasuk kedalam kelompok kata yang bermakna 
atau tak bermakna.

Kuda sembrani misalnya, kita mengenal nama itu dari cerita yang ditulis 
dibuku-buku komik dan dongeng, yakni seekor kuda yang memiliki sayap yang dapat 
terbang. Kita dapat menangkap pengertiannya, tapi sampai kapanpun kita tidak 
akan menemukan jenis kuda yang seperti itu didalam realita kehidupan. Karena ia 
tidak mempunyai realitas, maka dia tidak mempunyai denotasi. Dan setiap kata 
yang tidak mempunyai denotasi maka dia termasuk kedalam kata yang tak bermakna.

Contoh yang lain adalah Superman, sama dengan cerita kuda sembrani, cerita 
tentang Superman juga hanya bisa kita dapati dari komik dan film saja, yaitu 
sosok jagoan yang bisa terbang kesana kemari dan kalau lagi marah, dia bahkan 
bisa mengejar dan meremukkan jet supersonik dengan menggunakan sorot matanya 
saja. Kita dapat menangkap pengertian dari cerita itu, tapi sama halnya dengan 
kuda sembrani, sampai kapanpun kita juga tidak akan pernah menemui manusia 
seperti itu dalam realitas. Dan sekali lagi, karena ia tidak mempunyai 
realitas, maka dia tidak mempunyai denotasi. Dan setiap kata yang tidak 
mempunyai denotasi maka dia termasuk kedalam kata yang tak bermakna.

Catatan : 
Tidak setiap kata yang tidak bisa diobservasi secara indrawi adalah sama dengan 
 kata yang tak bermakna. Kata seperti : Malaikat, Iblis, Surga, Neraka dan 
semacamnya adalah kata yang dapat dimengerti dan ada dalam realitas



Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com


[zamanku] Kaidah Mutazilah-Keadilan Illahi

2009-05-16 Terurut Topik Iman K.
 atas perbuatan jahatnya sementara orang itu sendiri 
tidak mempunyai kemampuan untuk merubah situasinya.


Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  __
Search, browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel.
http://sg.travel.yahoo.com

[zamanku] Filsafat Iluminasi dan Peripatetik

2009-05-16 Terurut Topik Iman K.
Salam...


Kajian tentang filsafat pada dasarnya selalu ‘berputar’ disekitar kesejatian 
eksistensi (keberadaan) dan atau kesejatian esensi (keapaan) . Dari kedua 
‘kesejatian’ ini yang manakah yang lebih utama?
 
Didalam literatur kuno, kita bisa menemui setidaknya ada dua kelompok besar 
sebagai peletak dasar kajian-kajian filafat tinggi, dan masing-masing kelompok 
dikenal dengan kelompok metode iluminasi dan peripatetik.
 
Metode iluminasi mempercayai bahwa dalam mengkaji filsafat tinggi (Ilahiah) 
atau ketuhanan, tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan argumentasi (istidlal) 
dan penalaran (ta’aqqul) saja, tetapi lebih dari itu yaitu diperlukannya 
penyucian jiwa serta perjuangan melawan hawa nafsu untuk menyingkap berbagai 
hakikat.
 
Metode Iluminasi ini mendapat dukungan dari banyak pihak terutama kalangan 
filsuf Islam, penganut paham ini dinamakan dengan kelompok paham iluminasionis 
dengan tokoh-tokohnya yang terkenal seperti Syekh Syihabuddin Syuhrawardi.
 
Berbeda dengan kelompok iluminasionis, kelompok metode peripatetik yang 
diilhami oleh Aristoteles mempercayai bahwa argumentasi adalah tempat 
bertumpunya segala persoalan. Kelompok ini terkenal dengan tokohnya yang 
bernama Syekh Ar Ra’is Ibnu Sina.
 
Plato terkadang juga dikaitkan dengan kelompok iluminasionis, namun demikian 
bagaimana kebenarannya masih perlu dikaji lebih dalam lagi berhubung penulis 
sejarah filsafat yang terkenal seperti Syahristani sekalipun tidak pernah 
menyebut Plato sebagai penganut paham ini. Kecuali dengan apa yang dikatakan 
oleh Syekh Syuhrawardi dalam bukunya ‘Hikmah al Isyraq’ bahwa Phytagoras dan 
Plato adalah termasuk dari beberapa cendikiawan kuno yang menganut aliran 
iluminatif. 
 
Terlepas dari apakah Plato termasuk orang yang menganut paham iluminasionis 
ataupun bukan, namun kita perlu mengingat kembali landasan filsafat plato yang 
terkenal tentang hakikat (filsafat tinggi).  Plato meletakkan pandangannya 
kepada tiga pilar utama yaitu :
 
1. Teori Ide.
Menurut teori ini apa-apa yang disaksikan manusia didunia ini, baik substansi 
ataupun aksiden, pada hakikatnya semua itu sudah ada didunia lain. Yang kita 
saksikan didunia ini semunya hanya semacam cermin atau bayangan dari dunia lain.
 
2. Teori tentang roh manusia.
Plato meyakini bahwa sebelum jasad manusia tercipta (manusia terlahir) , maka 
rohnya telah berada didunia lain yang lebih tinggi dan sempurna, yaitu dunia 
ide. Setelah jasad tercipta maka roh menempatinya dan sekaligus terikat 
dengannya.
 
3.  Plato menyimpulkan bahwa ilmu itu adalah mengingat kembali (remind) dan 
BUKAN mempelajari, yakni apa saja yang kita pelajari didunia ini pada 
hakikatnya adalah pengingatan kembali terhadap apa-apa yang sudah pernah kita 
ketahui sebelumnya. Logikanya adalah karena sebelum roh bergabung dengan jasad, 
roh tersebut SUDAH ADA didunia lain yang lebih tinggi dan sempurna dan telah 
menyaksikan dunia tersebut, dan dikarenakan hakikat dari segala sesuatu itu 
adalah di ‘ide’ nya maka seyogyanya ide ini telah mengetahui berbagai hakikat. 
Dengan demikian, maka segala sesuatu yang ada setelah roh terikat dengan jasad  
tidak lain adalah sesuatu yang tadinya kita sudah tahu dan sekarang sudah 
terlupakan..
 
Plato menjelaskan kemudian bahwa karena roh sudah terikat didalam jasad, maka 
roh tidak bisa lagi mendapatkan cahaya sebagaimana yang tadinya dia dapatkan. 
Hal ini persis seperti tirai yang menghalangi cermin sehingga cermin tidak bisa 
menerima pancaran cahaya karena terhalang oleh tirai tersebut. 
Dan ini hanya bisa disingkap dengan proses dialektika, atau metode iluminasi 
(penyucian jiwa , penahanan hawa nafsu dll) sehingga pancaran cahaya dapat 
masuk lagi kedalam cermin dan dan sekaligus bisa lagi merefleksikan gambaran 
dari dunia lain tadi.
 
Pandangan ini di tolak keras oleh Aristoteles,  menurut Aristoteles perkara 
‘ide’ itu adalah urusan mental (zhihn) , jadi tidak ada itu yang namanya 
universalia ‘ide’ . 
 
Kedua, masalah roh…, Aristoteles percaya bahwa roh itu diciptakan seiring atau 
hampir bersamaan dengan penciptaan jasad. Dan jasad bukan merupakan tirai 
penghalang sama sekali bagi roh, bahkan dengan ‘bantuan’ jasadlah roh baru bisa 
mendapatkan semua informasi dan ilmu baru. Pengetahuan dan informasi yang 
didapatkan roh adalah melalui perantara jasad berupa panca indra dan instrumen 
jasad lainnya. Dan lanjut Aristoteles lagi, bahwa roh itu tidak pernah berada 
didunia lain sehingga roh itu sudah built up dengan berbagai ilmu pengetahuan.



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Mengenal Metode Pemikiran Islam

2009-05-16 Terurut Topik Iman K.
Salam...



Sebelumnya sudah kita bicarakan tentang dua metode filsafat yang paling 
berpengaruh, yaitu filsafat iluminasi dan peripatetik, yang mana satu sama lain 
mempunyai ciri khas dan perbedaan tersendiri. 
 
Metode Iluminasi sangat bertumpu kepada kemampuan kita untuk menahan hawa nafsu 
dan pencerahanan batin sebagai upaya untuk mencapai hakikat selain argumen dan 
penalaran. Sedangkan metode peripatetik sangat mengandalkan argumen sebagai 
tumpuan utama dalam mencari hakikat. 
 
Kedua metode ini pada perkembangan berikutnya diakui sangat mempengaruhi 
kebudayaan Islam. Pendukung dari kedua paham ini diantaranya adalah tokoh-tokoh 
besar didalam dunia Islam. Namun terlepas dari itu semua, didunia Islam sendiri 
dikenal juga beberapa metode lainnya yang juga sangat berpengaruh  seperti 
metode tasawuf (irfan) dan metode kalam (teologi) . 
 
Sekarang mari kita lihat lebih kedalam lagi, mari kita perhatikan beberapa 
metode penting lainnya yang juga mempengaruhi corak filsafat dan yang berada 
langsung dibawah PENGARUH AJARAN ISLAM. Setidaknya sekarang kita bisa melihat 
ada 4 metode penting yang digunakan dalam pemikiran filsafat Islam, yaitu :
 
1. Metode Filsafat Argumentatif Peripatetik.
Metode ini sangat mengutamakan silogisme (qiyas) , argumentasi rasional 
(istidlal aqli) dan demonstrasi rasional (burhan aqli) . Metode argumentatif 
peripatetik ini dikenal memiliki banyak pengikut seperti Ibnu Rusyd, Ibnu 
Bajah, Mir Damad, Al Kindi , Ibnu Sina dan lain-lainnya. Tokoh paham ini yang 
paling menonjol adalah Ibnu Sina.
 
2. Metode Filsafat Iluminatif
Metode ini seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bertumpu kepada argumentasi 
rasional, demonstrasi rasional dan serta berjuang melawan hawa nafsu dan 
menyucikan jiwa.
 
3.  Metode Pengembaran Rohani (tasawuf)
Metode tasawuf (irfan)  semata-mata hanya bertumpu kepada penyucian jiwa dan 
mengadakan perjalanan guna mendekatkan diri kepada Allah sehingga mampu 
mengetahui dan sampai kepada berbagai hakikat. Beda dengan filsafat Iluminatif, 
metode irfan ini sama sekali tidak bertumpu kepada argumentasi rasional ataupun 
demonstarsi rasional. Berdasarkan metode ini tujuan bukan hanya untuk 
menyingkap hakikat TETAPI sampai kepada hakikat itu sendiri.
 
Metode irfan memilik satu persamaan dan dua sisi perbedaan dengan metode 
iluminasi. Sisi persamaannya adalah bertumpu kepada penyucian jiwa. Sedangkan 
perbedaannya adalah tentang penggunaan argumentasi dan demonstrasi rasional.
 
4.  Metode Teologi Argumentatif (kalam)  
Para teolog Islam (Mutakallimin) , seperti halnya para filsuf peripatetik 
bertumpu pada argumentasi penalaran dan demonstrasi rasional, namun demikian 
terdapat dua perbedaan yang mendasar didalam pengunaannya.
 
Yang pertama, para teolog muslim khususnya kaum mu`tazilah menggunakan 
penalaran rasional  ‘baik dan buruk’ berdasarkan kemampuan akal. Dan 
berdasarkan dengan prinsip ini maka kaum mu`tazilah mewujudkan berbagai prinsip 
yang lain seperti prinsip kelembutan, kewajiban atas Allah untuk mendahulukan 
yang baik dan sebagainya.
 
Sedangkan para filsuf berkeyakinan bahwa prinsip ‘baik dan buruk’ merupakan 
prinsip yang relatif dan klaim manusia.
 
Yang kedua, para teolog muslim mengklaim bahwa mereka lebih konsisten dalam 
membela Islam daripada filsuf, mereka berpendapat bahwa pembahasan filsafat 
adalah pembahasan yang bebas, mereka tidak menentukan tujuan ideologinya. 
Sementara teolog muslim jelas telah menentukan tujuan ideologinya. 



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Irfan

2009-04-17 Terurut Topik Iman K.
Salam...


Irfan atau tasawuf adalah sebuah fenomena tersendiri didalam kehidupan beragama 
dan bermasyarakat. Tidak seperti disiplin ilmu lainnya  seperti ilmu fiqih, 
ilmu hadist, ilmu tafsir alquran, ilmu teologi, ilmu filsafat dan lainnya, ilmu 
irfan dianggap unik karena bisa dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut 
pandang akademis dan sudut pandang sosial.
 
Para ahli irfan, jika dilihat dari sudut pandang akademis, mereka disebut 
urafa,  dan jika dilihat dari sudut pandang sosial, mereka disebut sufi 
(mutasawwifah). 
 
Urafa dan sufi tidak dipandang sebagai sekte yang terpisah didalam islam dan 
mereka sendiri mengakui perihal itu. Mereka bisa ditemui hampir disetiap sekte 
dan mazhab islam, tetapi pada saat tertentu mereka juga bisa bersatu membentuk 
kelompok sosial yang berbeda satu sama lain.
 
Kelompok-kelompok sosial yang mereka bentuk sering menyita perhatian banyak  
orang-orang disekitarnya. Mereka sering mengasingkan diri dan atau diasingkan 
dari kelompok masyarakat islam lainnya.
 
Faktor-faktor  yang mengasingkan mereka dari kelompok masyarakat islam lainnya 
diantaranya karena serangkaian gagasan dan pendapat mereka yang sering dianggap 
aneh dan berbeda, seperti aturan khusus yang menentukan pergaulan sosial 
mereka, pakaian dan kadang-kadang cara mereka menata rambut dan jenggotnya 
serta tempat tinggal bersama mereka seperti pasantren-pasantren khusus dan lain 
sebagainya.
 
Saya sebutkan demikian, bukan berarti secara serta merta semua penganut faham 
atau aliran irfan menunjukkan tanda-tanda lahiriah seperti itu untuk membedakan 
mereka dengan masyarakat umum lainnya, banyak juga diantara mereka yang tidak 
ikut-ikutan  mengikuti pola berpakaian dan tampilan lahiriah dengan 
aturan-aturan khusus yang sedemikian itu. 
 
Namun demikian, walaupun diantara mereka ada yang berpakaian dan berpenampilan 
sebagaimana layaknya masyarakat umum lainnya, tapi pada saat-saat tertentu 
mereka semua bisa saja secara bersama-sama  dalam metodelogi irfan/tasawuf 
(sayr wa suluk). Saya lebih condong untuk mengatakan bahwa golongan yang 
terakhir inilah yang disebut dengan sufi, bukan kelompok yang mengada-ada 
dengan pakaian dan jenggotnya supaya kelihatan sufi J
 
Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya, bahwa irfan/tasawuf bisa 
dilihat dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang sosial dan sudut pandang 
akademis. Kita akan kesulitan membicarakan irfan dari sudut sosial karena kita 
harus meneliti terlalu banyak mazhab/sekte-sekte dengan corak dan kebiasaan 
mereka yang satu sama lain sering sangat berbeda.
 
Saat ini yang mungkin dan yang mudah untuk kita telaah adalah melihat irfan 
sebagai disiplin ilmu secara akademis. Dilihat dari sudut pandang akademis, 
sebagai mana ilmu pengetahuan dan ilmu akademis lainnya, maka ilmu irfan-pun 
bisa dibagi menjadi dua cabang/aspek, yaitu aspek teori dan aspek praktik.
 
Dari aspek praktik irfan menjelaskan dan menguraikan hubungan dan tanggung 
jawab yang diemban manusia kepada dirinya sendiri, kepada alam semesta dan 
kepada Allah.
 
Kalau seperti itu terlihat pengertian irfan sama saja dengan pengertian akhlak 
(etika) , dan  keduanya memang merupakan ilmu praktik. Namun demikian, walaupun 
dari sudut pengertian antara irfan dan akhlak lebih kurang sama saja, tapi 
dalam ‘aturan main’  dan fokusnya terdapat beberapa perbedaan diantara 
keduanya. Bagaimana aturan main dan apa saja yang khas dari irfan ini nanti 
akan kita bahas pada artikel berikutnya yang kita beri judul ‘Mengenal Irfan”.


Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  

[zamanku] Kaidah Pokok Mutazilah

2009-04-17 Terurut Topik Iman K.

Salam...


Kalau kita perhatikan sekilas tentang apa saja yang dijadikan kaum Mu`tazilah 
sebagai akidah pokoknya, nampaknya tidak ada yang aneh dan istimewa disana, 
bahkan poin nomor satu dan dua disepakati secara umum oleh banyak ulama sebagai 
dasar akidah islam itu sendiri. Tetapi kenapa pemikiran mereka ini bagi 
sebagian tokoh islam lainnya malahan dianggap sebagai sebuah pemikiran yang  
‘berbahaya’ ?
 
Mari kita lihat 5 kaidah pokok yang dijadikan pedoman oleh kaum mutazilah
 
1. Akidah Tauhid
  
Sebelum ke pokok persoalan, kita tidak boleh lupa bahwa yang namanya tauhid itu 
memiliki beberapa jenis dan tingkatan, yaitu  : tauhid zati (keesaan zat), 
tauhid sifati (keesaan sifat), tauhid af`ali (keesaan perbuatan) dan tauhid 
ibadi (keesaan ibadah).
 
Tauhid zati : Artinya adalah bahwa zat Allah adalah satu dan tidak terpisah.. 
Tak ada tandingannya. Semua eksistensi yang lainnya adalah merupakan 
ciptaan-Nya dan eksistensinya jauh dibawah-Nya. Tidak ada satu eksistensipun 
yang pantas untuk diperbandingkan dengan-Nya.
 
Tauhid Sifati :  Artinya adalah bahwa sifat-sifat Allah seperti Maha 
Mengetahui, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha 
Adil dan seterusnya itu bukanlah merupakan eksistensi-eksistensi yang  terpisah 
dari zat Allah. Sifat-sifat tersebut identik dengan-Nya, dalam pengertian yang 
lain bahwa sifat-sifat Tuhan itu adalah sedemikian rupa sehingga 
sifat-sifat-Nya merupakan realitas zat Allah sendiri, atau dengan kata lain 
bahwa manifestasi Tuhan itu adalah sifat-sifat ini.
 
Tauhid af`ali : Artinya bahwa semua perbuatan-perbuatan (termasuk perbuatan 
mansusia,red) ada karena kehendak Alllah, dan sedikit banyak dikehendaki oleh 
zat suci-Nya.
 
Tauhid ibadi :  Artinya adalah bahwa selain Allah tak ada yang patut untuk 
disembah dan tak ada yang patut untuk diberi dedikasi. Menyembah atau beribadah 
kepada siapa atau kepada apa saja selain kepada Allah adalah syirik , dan orang 
yang melakukan hal seperti itu dianggap telah keluar dari tauhid islam.
 
Kalau kita perhatikan sekilas, dari ke empat jenis tauhid tersebut, tiga yang 
pertama adalah berhubungan dengan Allah sedangkan yang terakhir (tauhid ibadi)  
adalah berhubungan dengan makhluk.
 
Tapi secara prinsip tidaklah demikian adanya,  pernyataan ‘La ilaaha ilallah’ 
adalah sebuah pernyataan yang meliputi semua aspek tauhid, termasuk didalamnya 
adalah aspek tauhid ibadi. 
 
Kemudian, dari keempat tauhid tersebut, tauhid zati dan tauhid ibadi merupakan 
bagian utama dari akidah-akidah utama Islam. Siapapun yang mempersoalkan dan 
menentang kedua tauhid tersebut maka dia dianggap sudah keluar dari area Islam.
 
Sekarang kembali ke Mu`tazilah, bagi Mu`tazilah, yang disebut tauhid itu adalah 
tauhid sifati, bukan tauhid zati dan tauhid ibadi seperti yang sudah disepakati 
kebanyakan orang. Bahkan juga bukan tauhid af`ali sebagaimana tauhid yang 
dipahami oleh kaum asy`ariah.
 
Bersambung ke kaidah ke 2, keadilan Ilahi



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Mutazilah

2009-04-16 Terurut Topik Iman K.

Salam...


Persoalan dokrin atau akidah (tentang keyakinan hati) menjadi bahasan penting 
ketika ada diantara sekelompok orang yang mempersoalkan, apakah orang-orang 
fasik itu masih dianggap muslim (beriman) atau sudah jadi kafir karena 
kekufurannya?
 
Dan mengenai manusia, apakah manusia sesungguhnya mempunyai kehendak bebas atau 
apakah semua perbuatan manusia itu sudah “disetir” oleh Tuhan. Manusia itu bisa 
memilih nasibnya sendiri atau semuanya sudah ‘diatur’ oleh Tuhan?  Kenapa di 
al-quran ada ayat yang bilang bahwa manusia itu bebas untuk memilih dan 
berkehendak dan diayat lain-nya lagi mengatakan tidak bebas?
 
Apakah isi al-quran itu memang bertentangan satu sama lain?
 
Aneka pendapat dan persoalan mulai muncul kepermukaan untuk menjawab pertanyaan 
dan persolan tersebut.  Berbagai pendapat dan perselisihan-pun  mulai terjadi 
sejak jaman pemerintahan Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib.
 
Mu`tazilah 
 
Salah satu kelompok yang paling menonjol dalam jawab-menjawab persoalan 
kehendak bebas tersebut adalah kelompok Mu`tazilah. Kelompok ini pernah sangat 
disegani pendapat-pendapatnya, terutama ketika masa pemerintahan ada ditangan 
Al-Ma`mun (813-833M), Al-Mu`tasim (833-842) dan Al-Watsiq (842-847M).
 
 
Dokrin Mu`tazilah
 
Sebenarnya banyak sekali pendapat dan pandangan Mu`tazilah yang berkembang 
diluar pertanyaan-pertanyaan yang pernah diajukan dimasa itu, mereka bahkan 
mulai merambah ke banyak persoalan penting lainnya seperti : persoalan sosial, 
antropologi, fisika dan bahkan filsafat.
 
Menurut mereka, semua persoalan ajaran agama yang diajukan tersebut tidak akan 
mudah bisa dipahami jika tidak meneliti atau mengkaji persoalan-persoalan 
lainnya yang masih terkait satu sama lain.
 
Dan dari sekian banyak persoalan yang menjadi perhatian mereka itu, nampaknya 
ada lima dokrin utama ( sebagaimana yang mereka akui sendiri ) yang menjadi 
ajaran atau prinsip utama mereka, yaitu :
 

Tauhid 

Tidak adanya pluralitas dan sifat.
Keadilan Ilahi

Allah itu maha adil, maka dia tidak akan menindas makhluk-makhluknya.
Allah memberi balasan (Al wa`d wal wa`id)

Allah memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan hukuman bagi yang 
durhaka, dan tak ada yang samar dalam persoalan ini. Karena itu Allah akan 
memberikan ampunan-Nya jika sipendosa bertobat, tak mungkin ada ampunan tanpa 
bertobat.
Sebuah posisi diantara dua posisi (Manzilah wal manzilatain).

Orang fasik itu bukanlah orang beriman (mukmin), juga bukan orang kafir. Fasik 
merukan posisi antara orang beriman dan kafir.
Menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran ( Amar ma`ruf nahi munkar)
 
Pandangan Mu`tazilah mengenai kewajiban islam ini, pertama adalah bahwa syariat 
bukanlah satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi apakah sesuatu itu baik atau 
buruk, yang mana yang amar dan yang mana yang munkar. Akal manusia, 
setidak-tidaknya sebagian dapat mengidentifikasi sendiri yang manakah yang baik 
dan mana yang buruk, serta yang sebelah mana yang ma`ruf dan sebelah mananya 
yang munkar.
 
Kedua kewajiban ini dapat dikerjakan atau ditunaikan oleh siapa saja tanpa 
memerlukan imam. Tugas imam, atau imam  hanya diperlukan dalam mengelola 
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kenegaraan dan pemerintahan, 
seperti mengimplementasikan hukum yang sudah ditentukan, mengatur batas-batasan 
suatu negara dan lain-lain yang terkait dengan pemerintahan islam.
 
Bersambung...


Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  Start chatting with friends on the all-new Yahoo! Pingbox today! It's 
easy to create your personal chat space on your blogs. 
http://sg.messenger.yahoo.com/pingbox

[zamanku] Arti Filsafat

2009-04-15 Terurut Topik Iman K.

Salam...


Kata 'filsafat'  berasal dari bahasa Yunani, yaitu 'philosophia' . Kata 
philosophia merupakan gabungan dari  dua kata yaitu philos dan sophia. 



Arti Kata Filsafat
Philos berarti sahabat atau kekasih, sedangkan sophia memiliki arti 
kebijaksanaan, pengetahuan, kearifan. Dengan demikian maka arti dari kata 
philosophia adalah cinta pengetahuan. Atau dengan kata lain bisa juga diartikan 
sebagai orang yang senang mencari ilmu dan kebenaran .Plato dan Socrates 
dikenal sebagai philosophos (filsuf) yaitu orang yang cintai pengetahuan.
 
Sebelum Socrates, ada juga sekelompok orang yang menamakan diri mereka sebagai 
kelompok sophist yaitu kelompok para cendikiawan. Kelompok ini  menjadikan 
pandangan dan persepsi manusia sebagai suatu hakikat kebenaran, tapi karena 
kelompok ini sering keliru dalam memberikan argumen-argumennya maka lambat laun 
istilah sophist keluar dari arti aslinya dan berubah menjadi seseorang yang 
menggunakan argumen-argumen yang keliru (paralogisme) . 
 
Sebagaimana kata sophist yang mengalami perubahan arti, lambat laun kata 
philosophos (filsuf) pun akhirnya berubah arti yakni menjadi lawan kata 
sophist. Dengan perubahan ini maka terjadi juga pergeseran arti kata 
philosophos dari 'pencinta pengetahuan/ilmu' menjadi seseoarang yang 
berpengetahuan tinggi. Sedangkan philosophia (filsafat) berubah menjadi sinonim 
dengan ilmu.
 
Dan perlu untuk kita ingat bahwa kata filsuf (philosophos) dan filsafat 
(philosophia) ini baru menyebar luas setelah masa Aristoteles. Aristoteles 
sendiri tidak menggunakan istilah ini  (philosophia atau philosophos) dalam 
literatur-literaturnya.
 
Setelah masa kejayaan romawi dan persia memudar, penggunaan istilah filsafat 
berikutnya mendapat perhatian besar dari kaum muslimin di arab. Kata falsafah 
(hikmah) atau filsafat kemudian mereka sesuaikan dengan perbendaharaan kata 
dalam bahasa arab, yang memiliki arti berbagai ilmu pengetahuan yang rasional.
 
Ketika kaum muslimin arab saat itu ingin menjabarkan pembagian ilmu menurut 
pandangan Aritoteles, mereka (muslimin arab) kemudian mengatakan bahwa yang 
disebut dengan pengetahuan yang rasional  adalah pengetahuan yang memiliki dua 
bagian utama, yaitu Filsafat teoritis dan Filsafat praktek.
 
Filsafat teoritis adalah filsafat yang membahas berbagai hal sesuai dengan apa 
adanya, sedangkan filsafat praktek adalah pembahasan mengenai bagaimanakah  
selayaknya prilaku dan perbuatan  manuasia.
Filsafat teoritis kemudian dibagi menjadi 3 bagian yaitu : filsafat tinggi 
(teologi) , Filsafat Menengah (matematika) , dan filsafat rendah (fisika).  
Filsafat tinggi (ilahiah) ini kemudian dibagi lagi menjadi 2 bagian, yang 
pertama adalah filsafat yang berhubungan dengan perkara-perkara yang umum dan 
yang kedua adalah filsafat yang berhubungan dengan perkara-perkara khusus.
Sedangkan filsafat menengah (matematika) dibagi menjadi 4 bagian, yakni  ; 
Aritmetika, geometri, astronomi dan musik.   
Dari sekian pembagian ilmu dan pembahasan yang membicarakan filsafat, agaknya  
ada 1 hal yang mendapat porsi lebih utama dari yang lainnya, dan yang 1 hal ini 
dinamai dengan berbagai macam nama yang maksudnya tetap sama yaitu , filsafat 
tinggi ('uyla), filsafat utama (aula), ilmu tertinggi ( a'la), ilmu universal 
(kulli), teologi (Ilahiyah), dan filsafat metafisika.
Ketika 'perhatian' para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih tercurah pada 
masalah filsafat tinggi, maka akhirnya kita bisa melihat arti filsafat menurut 
para filsuf kuno yang terbagi menjadi dua, pertama adalah arti yang umum ; 
yaitu berbagai ilmu pengetahuan yang rasional dan yang kedua adalah arti 
khusus, yaitu : ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan (Ilahiyah) atau filsafat 
tinggi yang nota bene adalah pecahan dari filsafat teoritis.
Sekarang kita menemukan istilah umum dan khusus. Filsafat menurut istilah umum 
adalah ilmu pengetahuan yang  rasional, sedangkan menurut pendapat yang tidak 
umum filsafat adalah ilmu yang oleh orang-orang kuno disebut sebagai filsafat 
tinggi, filsafat utama, ilmu tertinggi, ilmu istimewa, atau ilmu Ilahiyah.
Sedangkan menurut terminologi muslimin filsafat adalah adalah nama bagi seluruh 
ilmu rasioanal dan BUKAN nama dari satu ilmu tertentu. Filsafat adalah sebuah 
ilmu yang memandang dan mengamati keberadaan (eksistensi) alam ini sebagai 
suatu objek yang satu.



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  

[zamanku] Ilmu dan Pengetahuan

2009-04-15 Terurut Topik Iman K.
Salam...


Apakah yang dimaksud dengan kata ‘ilmu?’
 
Kita sering mendengar disekitar kita kalimat-kalimat seperti ini : “ ILMU gue 
ga nyampe” , “ Gue TAHU dong “ , “ Gue ga PAHAM” dan lain-lain…

Sekilas…

Ya.. sekilas kita jarang memperhatikan apa perbedaan dari kalimat-kalimat 
tersebut, karena bagi kebanyakan kita, Mengabaikan kalimat “sepele” seperti itu 
tidak akan pernah merubah gaji yang kita terima dari kantor ? Jadi tidak ada 
urgensinya bagi kebanyakan orang untuk meneliti isi kalimat yang sering 
berseliweran di sekitar kita. Tapi sekarang, mungkin iseng-iseng untuk melepas 
“boring” dikantor atau dirumah, yuk kita teliti, apakah yang dimaksud dengan 
kata “ilmu” ?

Mari kita lihat…

Sebelum meneliti kata “ilmu” perlu kita bicarakan dulu teman dekatnya yang 
sering menjadi “pemicu kesalah pahaman” tentang satu perkara per perdefinisi, 
yaitu “Tahu” atau Pengetahuan.  

‘Ilmu’ dan ‘Pengetahuan’ adalah 2 hal yang mempunyai arti dan maksud yang 
berbeda. Ilmu dalam bahasa inggrisnya adalah “science” dan Pengetahuan adalah 
“knowledge”
 
Sehingga JELASLAH bagi kita sekarang untuk membedakannya J , Pengetahuan adalah 
hasil kerja fikir (penalaran) yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan 
menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara.
 
Lha? Maksudnya apa niy?
 
Maksudnya, mari kita lihat contoh J
 
Misalnya, Ahong pergi memancing….
Disitu Ahong TAHU persis pelampung kailnya selalu terapung. Ahong akan 
membantah kalau ada yang mengatakan pelampung kailnya tenggelam. Yang demikian 
namanya ‘pengetahuan’ bagi Ahong. Bagi Ahong sudah tidak ada keraguan lagi 
tentang mengapungnya palampung kail, walaupun dia dipengaruhi oleh gurunya yang 
mengatakan pelampung kail tenggelam, Ahong tetap akan bersikukuh untuk 
mengatakan terapung. 
 
Jika setelah mendengar perkataan gurunya, Ahong kemudian terpengaruh atau ragu 
tentang pelampung kailnya, maka sesungguhnya Ahong tidak lah tahu sama sekali 
tentang pelampung, Ahong tidak memeiliki ‘Pengetahuan’ tentang pelampung. 
 
Apakah yang dimaksud dengan ilmu?
 
Kalau kita ambil contoh diatas, misalnya sekarang Ahong mengetahui pelampungnya 
bisa mengapung karena berat jenis (BJ) pelampung lebih kecil dari berat jenis 
(BJ) air, sehingga menyebabkan pelampung menjadi mengapung, maka ini lah yang 
disebut ‘ilmu’ bagi Ahong.
 
Jadi perdefinisi bisa kita lihat, ‘Pengetahuan CUKUP puas dengan hanya menepis 
keraguan terhadap satu perkara’
 
Sedangkan ilmu tidak berhenti hanya pada pengetahuan saja, tetapi mampu 
menangkap asal-usul pengetahuan itu sendiri. Rangkaian cerita, mulai dari 
pelampung yang mengapung, sampai dengan bagaimana terjadinya pelampung 
mengapung, dan bagaimana cara kerja berat jenis (BJ) inilah yang disebut dengan 
‘ilmu’
 
Dalam pengetahuan modern, ilmu dibagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok a 
posteriori (pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi) dan 
kelompok a priori (pengetahuan yang TIDAK diperoleh dari percobaan/eksperimen) 
TAPI bersumber dari akal itu sendiri.
 

 


Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 


  

[zamanku] Filsafat

2009-04-13 Terurut Topik Iman K.
 hilang kata 
‘bukan’ –nya) . Jika peneliti berikutnya mengabaikan pentingnya urutan cara 
pendefinisian, bisa jadi dia tidak akan memperhatikan lagi istilah ‘ 
keseluruhan’ sebagai acuan dari  persoalan yang dihadapi dan langsung 
menggunakan istilah ‘sebagian’ sebagai kata ganti ‘keseluruhan’ . Sehingga 
orang terakhir yang bukan peneliti dan ahli ketika menemui istilah 
‘keseluruhan’ langsung saja beranggapan bahwa ‘keseluruhan’ sama dengan 
‘sebagian’.
 
Begitu pula dengan kata ‘filsafat’ , banyak terjadi kekeliruan umum tentangnya 
diantara para filsuf barat dan para pengikutnya di Timur. Kita bisa mulai 
bahasan ini dengan kekeliruan awal dan ‘keluwesan’ yang tidak perlu yang di 
ajukan oleh para filsuf belakangan ini. Keluwesan yang tidak perlu ini berawal 
dari cara pendefinisian kata ‘filsafat’ itu sendiri.




Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  

[zamanku] Kata buku suci

2009-04-02 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Terbersit untuk meneliti apa yang dikatakan dibuku-buku suci tentang alat yang 
dimiliki oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan/epistemologi. Keinginan 
untuk meneliti dibuku-buku suci ini adalah untuk merespon beberapa gelintir 
orang dimilist yahoogroups yang dihuni oleh beberapa orang islam fundamentalis, 
mereka sering dengan lantang mengkafirkan orang yang membahas sebuah persoalan 
tetapi tidak mengkait-kaitkannya kepada “dalil” di kitab suci.
 
Tentu saja respon saya ini akan dianggap reaktif dan membikin diskusi menjadi 
tidak dinamis oleh mereka yang membaca tulisan ini milist yang dihuni oleh 
orang-orang yang berpikiran terbuka dan tidak menjadi pengikut dari salah satu 
buku suci yang mungkin akan kita bicarakan.
 
Kita lihat apa yang dikatakan oleh buku/kitab suci, dan karena buku suci yang 
sering saya baca dan teliti adalah Al-quran maka sekarang kita mau lihat apa 
yang dikatakan oleh Al-quran.
 
Apakah Al-quran mendukung pendapat yang ini atau mendukung pendapat yang itu? 
Apakah menurut Al-quran alat yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan itu 
dengan indra, rasio atau hati? 
 
Al-quran dengan tegas mengatakan tidak yang ini dan juga bukan yang itu. Alat 
untuk mengetahui itu bukan hanya indra dan rasio. Dan juga bukan hanya hati. 
 
Jika anda berpegagang hanya kepada indra dan rasio, maka anda akan cenderung 
terlalu “keluar” dan sebaliknya jika anda hanya berpegangan kepada hati, maka 
anda akan cenderung terlalu “kedalam”.
 
Al-quran mengakui kedua alat epistemologi indra dan rasio sebagaimana yang bisa 
kita lihat di surat An-Nahal ayat 78,
 
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui 
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu 
bersyukur. “
 
Al-quran mengatakan, Anda tidak tahu dan untuk itu Kami berikan alat untuk 
mengetahui yaitu indra (pendengaran, penglihatan) dan rasio (hati).
 
Namun untuk beberapa urusan, indra dan rasio anda akan mengalami goncangan dan 
kekeliruan, untuk itu bersihkanlah alat itu dengan dengan mensucikan jiwa anda.
 
Al-quran menyampaikan pesan untuk membersihkan jiwa ini dengan pesan yang maha 
hebat dan mengguncang serta menusuk langsung kepada hati setiap siapa saja yang 
membacanya, Al-quran mengatakan pada surat Asy-Syams ayat 1 sampai dengan 10 :
 
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan 
siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta 
pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya 
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan 
ketakwaannya.  sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan 
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
 
Al-quran mengatakan “ Beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu dan 
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
 
Pertanyaannya adalah, bagaimana mensucikan jiwa? Dimana (bendanya) jiwa itu 
berada?
 
Tidak ada satu Profesor-pun yang mampu menyingkap dimana letak jiwa, tetapi 
satuhal yang bisa kita ketahui adalah bahwa indra dan rasio itu terletak dijiwa 
manusia. 
 
Oleh karena itu jika dikatakan beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa 
maka itu artinya beruntunglah orang-orang yang membersihkan apa saja yang 
melekat dijiwa ( indra dan rasio).
 
Kemudian Al-quran mengatakan lagi di surat Al-Ankabut ayat 69 :
 
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar 
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah 
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
 
Al-quran mengatakan, kepada siapa saja yang bersungguh-sungguh maka akan diberi 
jalan, akan diberi pengetahuan. Allah berjanji akan memberikan pengetahuan dan 
jalan kepada mereka yang bersungguh-sungguh walaupun mereka tidak memiliki 
kelebihan di alat indra dan rasio.
 
Penjelasan ini tidak berarti anda bisa menjadi Dokter Spesialis  dengan hanya 
duduk di pojok masjid menghitung jumlah klereng yang diikat disebuah tasbih. 
 
Antuk menjadi Dokter anda harus belajar di fakultas kedokteran. Alquran 
menyuruh menggunakan indra dan rasio untuk wilayah yang ini dan pensucian jiwa 
untuk wilayah yang itu.
 
Dengan kata lain, menurut buku suci Al-quran manusia memiliki 3 alat 
epistemologi, yang pertama adalah indra, yang kedua adalah rasio dan yang 
ketiga adalah pensucian jiwa.



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Beberapa Pendapat

2009-04-02 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Kita masih meneruskan pembicaraan tentang alat untuk memperoleh 
pengetahuan/epistemologi atau disubjudul sebelumnya kita sebutkan dengan 
istilah alat untuk mengetahui. 
 
Kita sudah mengulas sedikit tentang 2 alat utama untuk memperoleh pengetahuan, 
yaitu alat indra dan rasio. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita 
hanya memiliki 2 alat itu saja untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan 
mengetahui kebenaran serta hakikat dari kebenaran?
 
Ada yang menjawab iya, kita hanya memiliki 2 alat tersebut dan yang lainnya 
mengatakan tidak, kita tidak memiliki 2 alat melainkan hanya 1 alat saja yaitu 
indra saja atau rasio saja. 
 
Plato dan Descartes misalnya, mereka berpendapat bahwa alat untuk mendapatkan 
pengetahuan hanyalah satu saja yaitu rasio. Menurut Descartes, indra hanyalah 
berupa alat yang digunakan sebagai pelengkap kerja, tidak ubahnya seperti 
kendaraan bermotor hanya diperlukan untuk mengantar tetapi tidak untuk 
mendapatkan. Dengan kata lain Descartes ingin menegaskan bahwa indra hanyalah 
alat kerja, bukan alat untuk mendapatkan pengetahuan.
 
Dipihak lain ada juga yang berpendapat serupa tapi tak sama dengan Plato dan 
Descartes. Serupa karena merekapun percayai bahwa hanya ada satu alat yang 
dimilik oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Berbeda karena mereka 
percaya bahwa alat yang dimaksud adalah indra bukan rasio sebagaimana yang 
dikatakan oleh Plato dan Descartes.
 
Menurut mereka sesungguhnya semua pengetahuan itu tidak bisa tidak harus 
berhubungan secara langsung dengan indra. Termasuk kedalam kelompok yang 
mengatakan satu-satunya alat epistemologi itu indra antara lain John Locke, 
Hume dan Hobbes.
 
Namun demikian ada juga yang tidak berpendapat diantara kedua pendapat 
tersebut, tidak mengatakan indra dan juga tidak mengatakan rasio, melainkan ada 
alat yang ke 3 yaitu hati (baca : hati dalam istilah 
sufi/irfan/tasawuf/spiritual).
 
Ada beberapa ilmuwan barat yang sangat terkenal mempercayai bahwa satu-satunya 
alat epistemologi yaitu hati. Diantara mereka yang percaya dengan alat hati ini 
ada nama-nama besar seperti William James, Ahli jiwa dan filsuf terkenal dari 
Amerika. Ada Pascal ahli matematika yang cukup termasyur. Ada Alexis Carrel dan 
juga ada Bergson. 
 
Menurut mereka, bahwa apa yang dikatakan tentang indra dan rasio tersebut 
sebenarnya bukanlah alat epistemologi, melainkan hanya sekedar alat untuk 
mengarungi kehidupan.
 
Dengan kata lain, Rasio dan Indra yang dibicarakan oleh Descartes dan John 
Locke itu sesungguhnya bukanlah alat untuk menambah pengetahuan. Alat untuk 
menambah pengetahuan hanyalah hati.
 
Sekarang kita sudah melihat ada 3 pendapat dan pendapat yang manakah 
sesungguhnya yang paling bisa dipercaya? Kalau kita buka ulang buku-buku para 
filsuf besar kita hanya akan menemukan 1 jawaban diantara 3 pendapat tersebut. 
Jawaban mereka tentang alat untuk mengetahui yaitu kalau bukan indra, berarti 
rasio, kalau bukan salah satu dari ke 2 itu berarti yang ke 3, yaitu hati.
 
Terbersit untuk melihat dan mencari buku yang lain, kalau tadi sudah dibolak 
balik dari buku filsafat satu ke buku filsafat yang lain, isinya tidak jauh 
berbeda, sekarang bagaimana kalau kita buka apa pendapat-pendapat dari buku 
suci seperti Injil, Taurat, Zabur atau Al-quran?

Bersambung...

Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Alat untuk Mengetahui

2009-03-26 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Jika sebelumnya kita katakan bahwa manusia mempunyai potensi untuk  mengetahui 
seluruh isi langit dan bumi, sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, 
bagaimana cara mengetahuinya? Apa saja alat yang diperlukan untuk mengetahui 
apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi?
 
Alat yang diperlukan untuk mengetahui kesemuaannya itu salah satunya adalah 
“indra”. Manusia memiliki beberapa macam indra, seperti indra penglihatan, 
pendengaran, perasa, peraba dan penciuman. Jika saja manusia kehilangan semua 
indra tersebut niscaya manusia akan kehilangan bentuk 
pengetahuan/epistemologinya.
 
Orang yang terlahir buta sejak lahir tidak akan pernah bisa membayangkan aneka 
warna dan bentuk lahiriah segala sesuatu sebagaimana layaknya orang normal 
melihatnya. Orang yang kehilangan satu indra maka dia telah kehilangan satu 
ilmu.
 
Kita tidak akan mampu menjelaskan dengan cara apapun bagaimana warna pelangi, 
warna danau, warna langit, warna awan dan lain-lain kepada orang yang telah 
kehilangan penglihatannya sejak lahir.
 
Jika kita tanyakan kepada orang yang sudah buta sejak lahir, “tahukah kau 
bagaimana indahnya awan yang berarak putih di langit sana?” Maka kita akan 
menemukan situasi yang sulit dan mendapati si buta hanya melonggo lucu :). Kita 
tidak akan  bisa menjelaskan indahnya awan putih berarak dilangit nan biru itu 
kepada sibuta karena sibuta telah kehilangan satu alat epistemologinya.
 
Jika kita tetap memaksa ingin menjelaskan maka yang ada hanya rangkaian 
kelucuan dan kekonyolan. Jika sibuta bertanya, “bagaimana bentuk awan yang 
berarak putih itu om?”. Maka kita hanya mampu menunjukkan perumpamaan dengan 
sesuatu yang sudah dikenal oleh sibuta, misalnya mendekatkan rangkaian kain 
yang menyerupai awan kepada sibuta. 
 
Setelah sibuta memegang rangkaian kain yang dibuat seperti awan tersebut maka 
sibuta akan bergumam  “oh jadi begini bentuknya awan yang lagi berarak, tetapi 
bagaimana warna putih itu, seperti apakah warna putih Om?”
 
Menjelaskan warna putih kepada sibuta? Yang bisa kita lakukan hanyalah  
memberikan perumpamaan dengan sesuatu yang bisa dipahami oleh sibuta, ,misalnya 
kita katakan “ warna putih itu adalah seperti warna angsa”. 
 
Kalau sibuta bertanya lagi, “angsa itu seperti apa Om?”, kita bisa sodorkan 
angsa ke dekat sibuta dan mengatakan, “angsa itu seperti ini”. Dengan cara 
seperti itu apakah kemudian sibuta menjadi tahu seperti apa yang namanya awan 
putih berarak tersebut? Tidak, kita bahkan akan menemukan ‘kekacauan’ yang baru 
lagi dengan melihat sibuta berseru girang “Oh sekarang saya sudah mengerti, 
bagaimana indahnya awan putih yang sedang berarak!” 
 
“Bentuknya tipis dan warnanya panjang serta bulat, ya Om!” 
 
Kita tidak akan pernah bisa menjelaskan satu ilmu kepada orang yang telah 
kehilangan satu indra yang dituntut oleh ilmu tersebut dan karenanya tidak bisa 
tidak bahwa indra adalah salah satu alat yang sangat diperlukan untuk 
mengetahui segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi.
 
Tentu saja, karena indra hanya salah satu alat, maka kita akan membutuhkan alat 
yang lain untuk mencapai dan mengetahui kebenaran.

 
Salam,
 
 
 
Iman K.
www.parapemikir.com 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Seberapa Mengetahui?

2009-03-25 Terurut Topik Iman K.

Salam...
 
Dari analisa logis yang sudah disampaikan sebelumnya, kita telah sampai kepada 
pembicaraan bahwa dalam beberapa hal manusia pasti bisa mengetahui secara pasti 
atas kebenaran sesuatu dan dalam hal lainnya manusia tidak akan mampu 
mengetahuinya.
 
Kita telah mengutip pendapat dari beberapa orang, dan sekarang kita ingin 
mengutip pendapat dari kitab suci Al-quran. Apakah menurut Al-quran manusia 
bisa mengetahui hakikat kebenaran atau apakah memang betul bahwa sudah nasib 
dan suratan tangan manusia untuk berhenti di “Saya tidak tahu?”.
 
Pada surat Al-baqarah ayat 31 kita bisa melihat, 
 
===Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) SELURUHNYA, kemudian 
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku 
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! ===
 
Sangat jelas pada ayat tersebut menyatakan bahwa Allah telah mengajarkan kepada 
Adam SELURUH hakikat dan tidak ada satupun yang luput darinya. Dengan 
pengetahuan yang menyeluruh seperti itu, bahkan malaikatpun tidak sanggup untuk 
menandingi pengetahuan Adam.
 
Saya meyakini bahwa semua anak manusia adalah keturunan dari Nabi Adam yang 
diceritakan didalam Al-quran tersebut sehingga saya berkesimpulan bahwa sebagai 
anak cucu Adam maka sudah semestinya manusia mempunyai potensi yang sama dengan 
nenek moyangnya tersebut.
 
Keyakinan saya ini dipertegas juga dengan beberapa perintah di Al-quran yang 
menyuruh anak manusia untuk menggali pengetahuan seluas-luasnya tanpa batas, 
Alquran mengatakan :
 
“Katakanlah : “ Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi” ( QS. Yunus 
:101)
 
Katakanlah kepada semua orang bahwa anda semua adalah anak cucu Adam dan kalian 
bisa mengetahui segala yang ada dipenjuru langit dan bumi jika anda betul-betul 
menginginkan dan menelitinya. Allah akan menolong siapapun yang sungguh-sungguh 
ingin mencari kebenaran.
 
Jadi jika ada orang yang bertanya, seberapa besar peluang manusia untuk bisa 
mengetahui kebenaran segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi maka 
jawabannya adalah sangat besar dan sangat tak terbatas.
 
 
Salam,
 
 
Iman K.
www.parapemikir.com 
 


  Importing contacts has never been easier..Bring your friends over to 
Yahoo! Mail today! http://www.trueswitch.com/yahoo-sg

[zamanku] Berangkat dari Keraguan

2009-03-12 Terurut Topik Iman K.


Salam...

Kita telah mengetahui bahwa pada masa setelah Socrates, telah muncul seorang 
tokoh skeptisme yang bernama Pyrho. Berikutnya pada abad pertengahan sampai 
abad modern ini telah banyak pula bermuculan tokoh-tokoh skeptis lainnya.. 
Tokoh yang muncul belakangan tersebut ada yang tetap teguh berpendirian 
skeptis/ragu seperti pyrho dari awal hingga akhir tetapi ada juga yang bermula 
dari skeptis lalu kemudian menemukan kebenaran dan berubah menjadi seseorang 
yang mempercayai kepastian akan kebenaran.
 
Untuk meringkas tulisan, kita tidak akan mengulang pandangan tokoh-tokoh yang 
sejak awal sampai akhirnya tetap pada keragu-raguan. Tetapi kali ini kita akan 
melihat bagaimana mereka yang tadinya berangkat dari keragu-raguan kemudian 
akhirnya bersimpuh didalam kebenaran dan menemukan kebenaran itu sebagai suatu 
kepastian.
 
Diceritakan bahwa ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang filsuf besar, 
Descartes tiba kepada suatu permasalahan epistemologi yang sangat penting 
yaitu, apakah sesuatu yang telah didapat selama ini adalah merupakan suatu hal 
yang sudah pasti ataukah semuanya tidak mempunyai suatu kepastian.
 
Ia mencoba untuk memeriksa keyakinan terhadap agama yang dia anut selama ini. 
Ia mulai meneliti keyakinan agamanya dengan modal pengetahuan yang dia miliki, 
meneliti dengan filsafat dan berbagai ilmu lainnya, mungkinkah apa-apa yang 
telah dia ketahui selama ini adalah betul-betul sudah dia ketahui atau semua 
itu sebenarnya masih dalam tahap pengembangan yang tidak ada akhir dan 
kepastiannya?
 
Descartes kemudian mengatakan, “ Dengan dasar apa saya mengatakan bahwa alam 
ini ada, manusia ada, masyarakat ada dan Tuhan juga ada. Dengan dalil seperti 
apa saya akan mengatakan bahwa kota ini ada, alam semesta ini adalah demikian, 
agama yang dibawa oleh Yesus adalah begini dan begitu?”
 
Sebagaimana Pyrho, Descartes juga kemudian menelusuri apa yang bisa diperbuat 
oleh panca indra dan rasio. Descartes melihat bahwa apa saja yang bisa didapat, 
dilihat dan didengarnya dengan mengunakan panca indra dan rasio semuanya masih 
sangat lemah dan masih bisa diperdebatkan lagi. 
 
Menurut Descartes, panca indra adalah alat yang terlemah yang dimiliki oleh 
manusia, dan karenanya dia mencoba bersandar kepada kemampuan rasio. Namun 
demikian sebagaimana Pyrho, Descartespun menemukan bahwa tidak sedikit 
kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama didalam penelitian dengan 
menggunakan rasio. Melihat kenyataan ini, Descartes sang filsuf ternama itupun 
kemudian hampir-hampir kehilangan kepercayaan dan keyakinan, ia mulai meragukan 
segalanya dan sampai tak tersisa sedikitpun lagi keyakinan didalam dirinya.
 
Didalam keraguan dan kebimbangan yang dalam tersebut tiba-tiba dia tersentak 
dan berkata,
 
” Sekalipun saya ragu terhadap semua yang telah saya dapat selama ini, 
sekalipun saya ragu terhadap segala sesuatu yang ada didepan mata saya, namun 
satuhal yang TIDAK SAYA RAGUKAN adalah, bahwa saya TIDAK RAGU kalau saya sedang 
ragu”
 
Nampaknya Descartes telah mendapatkan satu kepastian tentang kemungkinan untuk 
mengetahui secara pasti. Ia sekarang tahu bahwa dia PASTI sedang ragu.
 
Dikhabarkan, Descartes kemudian berdiri diatas batu besar dialam terbuka dan 
mengatakan, “ Saya telah menemukan sesuatu ; dikala saya meragukan segala 
sesuatu, dikala saya meragukan panca indra saya, dikala saya meragukan rasio 
saya, meragukan apakah dunia ini ada, kota paris itu ada, manusia itu ada, 
Tuhan itu ada dan apakah saya sendiri ada? , semua keraguan saya itu adalah 
betul adanya.
 
Kemudian lanjutnya,  Namun satu hal yang tidak mungkin bisa saya ragukan, 
yaitu bahwa saya sekarang tengah merasa ragu. Bahkan sekalipun saya meragu kan 
tentang keraguan saya ini, apakah saya ini ragu atau tidak, tetapi saya tetap 
merasa yakin dan tahu secara pasti bahwa saya sekarang sedang ragu. Dan saya 
yang sedang ragu ini adalah betul-betul ada.
 
Begitulah, akhirnya Descartes berjalan di tengah hamparan bumi yang luas dan 
telah menemukan sebuah kepastian tentang pengetahuan, sambil berjalan dia 
bergumam, “ Saya sekarang sedang ragu, dan karena saya yang sedang merasakan 
keraguan ini adalah ada, maka saya adalah ada”, Dia terus berjalan sambil 
mengulang-ulang kata tersebut dan kemudian meyakini bahwa kepastian akan 
pengetahuan  itu adalah ada. Setidak-tidaknya dia tahu pasti tentang keraguan 
yang dia miliki.

Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Mungkinkah Mengetahui?

2009-03-06 Terurut Topik Iman K.
Salam...
 
Setelah kita tahu bahwa Ideologi itu muncul dari pandangan alam dan pandangan 
alam muncul dari pengetahuan
http://www.parapemikir.com/articles/6529/1/Kenapa-Berbeda/Page1.html 
 
Maka sekarang kita sudah bisa semakin jelas menyaksikan bahwa pengetahuan 
seseoranglah yang membuat semua persoalan bisa menjadi berbeda. Ada yang 
berpendapat bahwa alam semesta ini adalah begini, manusia adalah begini, 
masyarakat begini, sejarah begini dan yang lainnya mengatakan bahwa alam 
semesta ini adalah begitu, manusia adalah begitu, masyarakat adalah begitu dan 
sejarah adalah begitu.
 
Kesimpulan Begini dan begitu itu semuanya berangkat dari pandangan alam yang 
didapat atas pengetahuan/epistemologi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, 
apakah mungkin kesimpulan tentang pengetahuan tersebut yang betul adalah begini 
dan sekaligus begitu? Kedua-duanya betul?
 
Hemat saya tidak mungkin, tidak mungkin jika kita tanya kepada orang disamping 
kiri kita “Apakah bumi ini berputar” dan kemudian dia jawab IYA dan ketika kita 
tanya kepada orang disamping kanan kita “Apakah bumi ini berputar” dan dia 
jawab TIDAK lalu kemudian kita menganggap semua jawaban sama saja, kedua 
jawaban sama-sama BETUL.
 
Karena tidak mungkin kedua jawaban tersebut adalah BETUL, maka Pastilah salah 
satu jawaban tersebut adalah SALAH.
 
Kalau demikian, pertanyaannya berikutnya adalah pengetahuan/epistemologi 
seperti apakah yang betul dan epistemologi seperti apakah yang salah?
 
Dan untuk mendapat jawaban tentang epistemologi yang mana yang betul dan salah 
tentu kita harus urut dulu dari NOL, yaitu kemungkinan untuk 
MENGETAHUI/Episteomlogi. Apakah mungkin manusia mampu untuk mengetahui hakikat 
alam semesta, manusia, masyarakat dan sejarah? 
 
Ada beberapa pendapat mengenai persoalan ini, ada yang menolak 100%, ada yang 
mengatakan BISA 100% dan ada juga yang diantara keduanya. Bagi mereka yang 
menolak 100% mengatakan bahwa sudah nasib manusia bahwa “SAYA TIDAK TAHU” 
adalah jawaban satu-satunya terhadap epistemologi.
 
Mereka mengatakan “Saya tidak tahu apakah ada surga dan neraka, Saya tidak tahu 
apakah ada bidadari, tujuh lapis langit dan sebagainya”. Semua yang diomongkan 
oleh sifulan dan sifulan itu hanyalah tahayul dan bersifat spekulatif  serta 
dongeng belaka. Oleh karena itu pengetahuan yang tertinggi adalah “SAYA TIDAK 
TAHU!”.
 
Dijaman sekarang, penganut faham seperti ini disebut dengan kelompok skeptism 
atau “kelompok peragu” . Kelompok seperti ini sesungguhnya sudah ada sejak 
jaman kuda gigit besi pada jaman batu dulu.
 
Pada jaman setelah Socrates telah pernah muncul kelompok-kelompok serupa ini 
dengan tokohnya yang paling terkenal seperti Pyrho. Bagaimana argumen penolakan 
pyrho tentang ketidakmungkinan mendapatkan pengetahuan/epistemologi?  Dan 
apakah Descartes dan Imam Ghozali juga termasuk sebagai kelompok 
skeptisme/peragu?
 
B E R S A M B U N G . . .
 
 
Iman K.
www.parapemikir.com


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Kenapa Berbeda

2009-03-04 Terurut Topik Iman K.
Salam...
 
Jika kita tanya kepada orang disamping kiri kita, “kenapa anda meyakini bahwa 
manusia itu adalah begini dan bukan begitu”, maka dia akan memaparkan jawaban 
tentang ‘kebeginian’ sehingga dia tiba kepada keyakinan bahwa manusia itu 
adalah ‘begini’.
 
Pun demikian jika kita menoleh kepada orang yang disamping kanan kita, dan 
menanyakan, “ Dan kenapa anda meyakini bahwa manusia itu adalah begitu dan 
bukan begini”,  maka orang yang disamping kanan kita akan mengungkapkan jawaban 
yang berbeda dengan orang disamping kiri kita dengan memaparkan teori tentang 
‘kebegituan’ sehingga dia tiba kepada keyakinan bahwa manusia itu adalah 
‘begitu’.
 
Pertanyaannya sekarang adalah, kenapa masing-masing orang mempunyai jawaban 
yang berbeda atas satu permasalahan yang sama?
 
Disini menarik untuk kita teliti, apa sih yang menyetir pikiran orang sehingga 
kemudian masing-masing individu dan golongan cenderung untuk mempertahankan dan 
membela apa yang diyakininya.
 
Mari kita lihat dulu proses bagaimananya…, Bagaimana seseorang tiba kepada 
sebuah keyakinan.
 
Seseorang tiba kepada sebuah keyakinan tentang sesuatu sesuai dengan porsi 
pengetahuannya (epistemologi), dari pengetahuan yang didapat tersebut kemudian 
terbentuklah sebuah ‘pandangan alam’ dan dari pandangan alam ini muncullah 
sebuah ideologi yang pada akhirnya akan menentukan mana yang boleh dan mana 
yang tidak boleh, mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus ditolak, 
mana yang halal dan mana yang haram.
 
Dari proses kebagaimanaan tersebut, nanti kita akan memfokuskan pembicaraan 
kita  kepada teori pengetahuan. Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, alat 
untuk mendapatkan pengetahuan, sumber pengetahuan, tahapan pengetahuan dan jika 
memungkinkan akan kita kaji juga bentuk dan bagian pengetahuan..
 
Namun sebelum sampai kesana, sekarang kita perlu tahu sedikit, bagaimana 
hubungan pengetahuan dengan  ideologi seseorang. Bagaimana pengetahuan itu 
melahirkan “Pandangan Alam”. 
 
Pandangan Alam adalah bentuk dari sebuah kesimpulan, penafsiran dan hasil 
kajian seseorang terhadap alam semesta, manusia, masyarakat dan sejarah.
 
Sebagaimana yang saya kemukakan pada pembuka tulisan ini bahwa antara orang 
yang disebelah kiri dan kanan kita juga telah dan atau bisa terjadi perbedaan 
pandangan alam, yang satu mengatakan bahwa manusia itu adalah begini dan yang 
lainnya mengatakan begitu. Perbedaan pandangan alam secara otomatis akan 
membawa kepada perbedaan ideologi karena sandaran atau dasar sebuah ideologi 
itu adalah pandangan alam.
 
Ideologi akan menentukan sederet perintah dan larangan, anda tidak boleh 
begini, anda harus begitu, yang ini yang harus dipertahankan, yang itu yang 
harus ditolak, yang ini yang baik, yang itu yang jelek dan seterusnya. Dan 
semua perintah dan larangan yang ditentukan oleh ideologi tersebut mengandung 
sebuah pertanyaan “Kenapa?”
 
Kenapa tidak boleh begini, kenapa boleh begitu, kenapa harus mempertahankan 
yang ini dan kenapa harus menolak yang itu, kenapa yang ini baik dan kenapa 
yang itu jelek dan seterusnya. 
 
Dan semua jawaban atas pertanyaan “kenapa” itu akan dijawab oleh pandangan alam 
seseorang. Bentuk pandangan alam seperti apapun yang kita miliki terhadap alam 
semesta ini maka ideologi kitapun akan selalu mengikuti pandangan alam itu.
 
Misalnya, tidak mungkin orang yang mempunyai pandangan alam bahwa alam semesta 
ini adalah hanya materi semata, manusia itu adalah materi semata lalu ia akan 
meyakini bahwa akan adanya kehidupan yang kekal dan abadi yang non materi. 
Disinilah dikatakan bahwa ideologi merupakan buah hasil dari “pandangan alam”
 
Pandangan alam, tidak ubahnya seperti pondasi atau dasar dari sebuah bangunan, 
sedangkan ideologi adalah “bangunan atas” dari sebuah bentuk pemikiran. Dengan 
kata lain bisa dikatakan bahwa pandangan alam adalah “teori” dan ideologi 
adalah “praktek” dari sebuah pemikiran.
 
Salam,
 
 
Iman K.
www.parapemikir.com


  Importing contacts has never been easier...Bring your friends over to 
Yahoo! Mail today! http://www.trueswitch.com/yahoo-sg

[zamanku] Kenapa Berbeda

2009-03-03 Terurut Topik Iman K.
Salam...
 
 
Jika kita tanya kepada orang disamping kiri kita, “kenapa anda meyakini bahwa 
manusia itu adalah begini dan bukan begitu”, maka dia akan memaparkan jawaban 
tentang ‘kebeginian’ sehingga dia tiba kepada keyakinan bahwa manusia itu 
adalah ‘begini’.
 
Pun demikian jika kita menoleh kepada orang yang disamping kanan kita, dan 
menanyakan, “ Dan kenapa anda meyakini bahwa manusia itu adalah begitu dan 
bukan begini”,  maka orang yang disamping kanan kita akan mengungkapkan jawaban 
yang berbeda dengan orang disamping kiri kita dengan memaparkan teori tentang 
‘kebegituan’ sehingga dia tiba kepada keyakinan bahwa manusia itu adalah 
‘begitu’.
 
Pertanyaannya sekarang adalah, kenapa masing-masing orang mempunyai jawaban 
yang berbeda atas satu permasalahan yang sama?
 
Disini menarik untuk kita teliti, apa sih yang menyetir pikiran orang sehingga 
kemudian masing-masing individu dan golongan cenderung untuk mempertahankan dan 
membela apa yang diyakininya.
 
Mari kita lihat dulu proses bagaimananya…, Bagaimana seseorang tiba kepada 
sebuah keyakinan.
 
Seseorang tiba kepada sebuah keyakinan tentang sesuatu sesuai dengan porsi 
pengetahuannya (epistemologi), dari pengetahuan yang didapat tersebut kemudian 
terbentuklah sebuah ‘pandangan alam’ dan dari pandangan alam ini muncullah 
sebuah ideologi yang pada akhirnya akan menentukan mana yang boleh dan mana 
yang tidak boleh, mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus ditolak, 
mana yang halal dan mana yang haram.
 
Dari proses kebagaimanaan tersebut, nanti kita akan memfokuskan pembicaraan 
kita  kepada teori pengetahuan. Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, alat 
untuk mendapatkan pengetahuan, sumber pengetahuan, tahapan pengetahuan dan jika 
memungkinkan akan kita kaji juga bentuk dan bagian pengetahuan..
 
Namun sebelum sampai kesana, sekarang kita perlu tahu sedikit, bagaimana 
hubungan pengetahuan dengan  ideologi seseorang. Bagaimana pengetahuan itu 
melahirkan “Pandangan Alam”. 
 
Pandangan Alam adalah bentuk dari sebuah kesimpulan, penafsiran dan hasil 
kajian seseorang terhadap alam semesta, manusia, masyarakat dan sejarah.
 
Sebagaimana yang saya kemukakan pada pembuka tulisan ini bahwa antara orang 
yang disebelah kiri dan kanan kita juga telah dan atau bisa terjadi perbedaan 
pandangan alam, yang satu mengatakan bahwa manusia itu adalah begini dan yang 
lainnya mengatakan begitu. Perbedaan pandangan alam secara otomatis akan 
membawa kepada perbedaan ideologi karena sandaran atau dasar sebuah ideologi 
itu adalah pandangan alam.
 
Ideologi akan menentukan sederet perintah dan larangan, anda tidak boleh 
begini, anda harus begitu, yang ini yang harus dipertahankan, yang itu yang 
harus ditolak, yang ini yang baik, yang itu yang jelek dan seterusnya. Dan 
semua perintah dan larangan yang ditentukan oleh ideologi tersebut mengandung 
sebuah pertanyaan “Kenapa?”
 
Kenapa tidak boleh begini, kenapa boleh begitu, kenapa harus mempertahankan 
yang ini dan kenapa harus menolak yang itu, kenapa yang ini baik dan kenapa 
yang itu jelek dan seterusnya. 
 
Dan semua jawaban atas pertanyaan “kenapa” itu akan dijawab oleh pandangan alam 
seseorang. Bentuk pandangan alam seperti apapun yang kita miliki terhadap alam 
semesta ini maka ideologi kitapun akan selalu mengikuti pandangan alam itu.
 
Misalnya, tidak mungkin orang yang mempunyai pandangan alam bahwa alam semesta 
ini adalah hanya materi semata, manusia itu adalah materi semata lalu ia akan 
meyakini bahwa akan adanya kehidupan yang kekal dan abadi yang non materi. 
Disinilah dikatakan bahwa ideologi merupakan buah hasil dari “pandangan alam”
 
Pandangan alam, tidak ubahnya seperti pondasi atau dasar dari sebuah bangunan, 
sedangkan ideologi adalah “bangunan atas” dari sebuah bentuk pemikiran. Dengan 
kata lain bisa dikatakan bahwa pandangan alam adalah “teori” dan ideologi 
adalah “praktek” dari sebuah pemikiran.
 
Salam,
 
 
Iman K.
www.parapemikir.com
 


  Importing contacts has never been easier..Bring your friends over to 
Yahoo! Mail today! http://www.trueswitch.com/yahoo-sg

[zamanku] Sains

2009-02-07 Terurut Topik Iman K.
Salam,

Dibarat dewasa ini filsafat - khususnya metafisika - dianggap bukanlah sebagai 
sains. Sebagaimana yang dikatakan August Comte, bahwa filsafat dalam bentuk 
metafisika adalah fase kedua dalam perkembangan manusia, setelah agama yang 
disebut sebagai fase pertamanya.

Adapun yang disebut dengan fase ketiga atau fase yang paling modern dalam 
perkembangan manusia adalah sains yang bersifat positivistik ( yang dapat 
dilihat oleh indra lahir manusia ).

Dan karena sains merupakan perkembangan terakhir - fase ketiga- maka manusia 
modern harus meninggalkan fase-fase sebelumnya yang dianggap sudah kuno seperti 
fase agama -teologis- dan metafisika filosofis jika ingin tetap bisa dikatakan 
sebagai manusia modern.

Apakah kita harus meng amin-i saja apa yang dikatakan oleh August Comte 
tersebut? 

Mari kita lihat dari sisi yang lain...

Berbeda dengan apa yang terjadi dibarat, dalam tradisi ilmiah Islam filsafat 
tetap dipertahankan hingga kini dalam posisi ilmiahnya yang tinggi sebagai 
sumber atau basis bagi ilmu-ilmu umum yang biasa kita sebut sebagai sains, 
yakni cabang-cabang ilmu yang berkaitan dengan dunia empiris, dunia fisik.

Dalam tradisi Islam, Filsafat adalah induk dari semua ilmu yang menelaah ilmu 
rasional (aqliyyah) seperti metafisika, fisika dan matematika. Adapun 'sains' 
dalam tradisi ilmiah Islam adalah termasuk kedalam kelompok ilmu rasional 
dibawah ilmu-ilmu fisik, sehingga mau tidak mau sains harus tetap menginduk 
kepada filsafat, khususnya kepada metafisika filsafat. Alih-alih sains 
dikatakan terlepas dari filsafat sebagaimana yang disinyalir oleh 
August Comte, filsafat justru dipandang sebagai induk dari sains.

Para Filosof Muslim memandang bahwa terdapat sumber abadi dan sejati bagi 
segala apapun yang ada dijagad raya ini, yang pada gilirannnya akan dijadikan 
sebagai objek penelitian ilmiah. Sumber sejati ini penting dibicarakan untuk 
mengetahui asal usul dari objek apapun yang akhirnya kita pilih untuk diteliti, 
tak terkecuali objek-objek fisik. Tanpa sumber sejati seperti yang disebutkan 
diatas maka tidak mungkin ada apapun yang bisa kita jadikan sebagai objek 
penelitian kita.

Tuhan, itulah sumber sejati yang dimaksud, darimana segala sesuatu itu berasal. 

Dalam Islam, alam raya ( yang akan dijadikan objek penelitian oleh sains) 
disebut sebagai ayah/ayat  atau tanda-tanda Tuhan. Menurut Muhammad Iqbal, alam 
tak lain adalah medan kreativitas Tuhan. Oleh karena itu barang siapa saja yang 
meneliti dan mengadakan kajian terhadap alam semesta, maka sesungguhnya dia 
sedang melakukan penelitian terhadap cara Tuhan bekerja dalam penciptaan atau 
dalam bahasa yang lebih populer, maka sesungguhnya orang (sains) tersebut 
sedang melakukan penelitian tentang sunnatullah.

Dengan melihat apa yang dikatakan Muhammad Iqbal tersebut, maka seharusnya 
setiap orang yang mengadakan kajian dan penelitian terhadap alam maka 
seyogyanya makin bertambahlah kepercayaannya (imannya) kepada sang Pencipta 
(Tuhan) dan bukan malah sebaliknya seperti yang sering terjadi didunia barat 
dimana mereka malahan berusaha menyingkirkan Tuhan dari arena penelitiannya.

Selain sebagai basis metafisik ilmu (sains), filsafat juga bisa dijadikan 
sebagai basis moral bagi ilmu dengan alasan bahwa tujuan menuntut ilmu dari 
sudut aksiologis adalah untuk memperoleh kebahagiaan bagi siapa saja yang 
menuntutnya.

Filsafat, khususnya Metafisika adalah ilmu yang mempelajari sebab pertama atau 
Tuhan, yang menempati derajat tertinggi dari objek ilmu. Oleh karena itu sudah 
semestinyalah jika metafisika dijadikan basis etis penelitian ilmiah karena 
ilmu ini akan memberikan kebahagiaan kepada siapa saja yang mengkajinya.

Kembali perlu kita ingat, bahwa dalam tradisi ilmiah Islam, filsafat disebutkan 
sebagai sumber segala ilmu rasional (aqli) seperti matematika, fisika dan 
metafisika serta sub-devisi-sub-devisi mereka seperti :

Sub-devisi Matematika :
Aritmatika-Geometri-Aljabar-Musik-Astronomi dan Teknik.
Sub-devisi Fisika :
Minerologi-Botani-Zoologi-Anatomi-Kedokteran dan Psikologi
Sub-devisi Metafisika :
Ontologi-Teologi-Kosmologi-Antropologi-Eskatologi.

Maka dari itu, tidaklah mengherankan kalau filosof besar jaman dulu seperti 
Ibnu Sina dan Mulla Sadra menguasai bukan hanya metafisika filsafat tetapi juga 
seluruh cabang ilmu rasional dan sub-devisi-sub-devisinya. Tiba kepada kita 
sekarang ini, bagaimana mungkin kebanyakan dari mereka (orang barat) malah 
menyingkirkan induk ilmu (Filsafat) itu dari sains yang jelas-jelas merupakan 
anak kandung dari filsafat iitu sendiri. 


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com



[zamanku] Filsafat dan Agama

2009-02-07 Terurut Topik Iman K.
Salam,



Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa telah terjadi hujatan dan 
penentangan yang begitu keras dan sekaligus membabi buta dari beberapa kalangan 
mengenai kehadiran filsafat ke dalam kajian/wilayah agama. Mereka mengatakan 
filsafat sangat bertentangan dengan ajaran agama, khususnya agama Islam.

 

Apakah betul bahwa filsafat sangat bertentangan dengan agama?

 

Mengutip apa yang dikatakan oleh Al-Kindi, bahwa filsafat dan agama 
sesungguhnya adalah sama-sama berbicara dan mencari kebenaran, dan karena 
pengetahuan tentang kebenaran itu meliputi juga pengetahuan tentang Tuhan, 
tentang keesaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, maka barang siapa saja 
yang menolak untuk mencari kebenaran dengan alasan bahwa pencarian seperti itu 
adalah kafir, maka sesungguhnya yang mengatakan kafir tersebutlah yang 
sebenarnya kafir.

 

Diantara filsuf muslim yang paling peduli untuk menjawab perihal hubungan 
filsafat dengan agama ini adalah Ibn Rusyd. Ibn Rusyd bahkan menulis sebuah 
karya khusus untuk menjelaskan bagaimana sesungguhnya dan seharusnya hubungan 
antara filsafat dan agama. Menurut Ibn Rusyd, antara filsafat dan agama 
sesungguhnya tidak ada pertentangan. Agama alih-alih melarang, bahkan justru 
mewajibkan pemeluknya untuk belajar filsafat.

 

Jika filsafat mempelajari secara kritis tentang segala wujud yang ada dan 
merenungkannya sebagai petunjuk 'dalil' adanya sang pencipta dari satu sisi dan 
syari'ah pada sisi yang lain telah memerintahkan untuk merenungkan segala wujud 
yang ada, maka sesungguhnya antara apa yang dikaji oleh filsafat dan apa yang 
dianjurkan oleh syari'ah telah saling bertemu. Dengan kata lain bisa dikatakan 
bahwa mempelajari filsafat sesungguhnya telah diwajibkan oleh syari`ah.

 

Penekanan al'quran didalam surat 59 ayat 2 yang berbunyi : Fa`tabiru ya uli al 
abshar (Renungkanlah olehmu, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan 
(visi)) sesungguhya lebih kepada penekanan pentingnya untuk  menggunakan akal, 
atau gabungan antara penalaran intelektual (filsafat) dan penalaran hukum 
(syari'at).

 

Demikian juga surat 185 ayat 7 yang mengatakan :

 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala 
sesuatu yang diciptakan Allah

 

Juga adalah ayat yang menganjurkan supaya manusia menggunakan akal dan 
penalarannya untuk mempelajari totalitas wujud. Dengan demikian maka 
sesungguhnya syari`at telah mewajibkan kepada kita untuk menggali pengetahuan 
tentang alam semesta ini dengan penalaran. Namun demikian, untuk bisa melakukan 
penalaran yang benar maka disyaratkan seseorang itu harus mengetahui terlebih 
dahulu beberapa metode atau cara berpikiran yang logis dengan mempelajari ilmu 
logika supaya bisa melakukan pembuktian yang demonstratif.

 

Ibn Rusyd kemudian membandingkan kewajiban mempelajari ilmu logika sebagai alat 
untuk berfilsafat dengan kewajiban yang ditetapkan oleh para fuqaha untuk 
mempelajari katagori-kategori hukum yang termuat dalam ushul al-fiqh.

  

Ibn Rusyd menyatakan jika para fuqaha menyimpulkan kewajiban untuk memperoleh 
pengetahuan tentang penalaran hukum dari ayat fa`tabiru ya uli al abshar, 
maka alangkah lebih pantas jika ayat tersebut dijadikan sebagai dalil wajibnya 
untuk mempelajari pengetahuan rasional (rasional reasoning) bagi mereka yang 
ingin mengetahui Tuhan dan ciptaan-Nya.

 

Bagi mereka yang tetap ngotot mengatakan bahwa belajar filsafat tersebut adalah 
bid`ah, Ibn Rusyd mengatakan, anggaplah filsafat itu bid`ah karena tidak 
terdapat dikalangan orang-orang Islam pertama (salaf). Tetapi apakah hal serupa 
tidak berlaku juga bagi studi penalaran hukum (ushul al-fiqh) yang tercipta 
juga setelah periode salaf. 

 

Bagaimana mungkin jika yang satu dikatakan tidak bid`ah tetapi yang lainnya 
dikatakan bid`ah padahal keduanya membicarakan penalaran  hukum dan penalaran 
rasional yang sama-sama diciptakan setelah periode salaf.





Salam,



Iman K.
http://www.parapemikir.com


[zamanku] Filsafat dan Tasawuf

2009-02-07 Terurut Topik Iman K.
 pengetahuan kita tentang 
objek tersebut (yang tidak lain dari pada diri kita sendiri) adalah sama dan 
satu. Di sini kita mengalami bahwa mengetahui (to know) adalah sama dengan 
ada itu sendiri (to be).

 

Meskipun tasawuf dikategorikan oleh Ibn Khaldun sebagai ilmu naqliyyah (agama) 
dan karena itu berdasarkan pada otoritas, namun menurut kesaksian  Ibn Khaldun 
sendiri dalam Al Muqaddimah-nya, Tasawuf, pada perkembangan berikutnya, telah 
banyak memasuki dunia filsafat , sehingga sulit bagi keduanya untuk dipisahkan. 

 

Dalam kasus filsafat suhrawardi, misalnya, kita bisa melihat bahwa tasawuf 
bahkan telah dijadikan dasar bagi filsafatnya, sehingga orang menyebutnya 
filosof mistik (muta'allih). Sementara pada diri Ibn Arabi, kita melihat 
analisis yang sangat filosofis merasuki hampir setiap lembar karya-karyanya. 
Sehingga tasawufnya sering disebut tasawuf falfasi. Pada masa berikutnya, kita 
tahu bahwa Mulla Shadra, pada akhirnya telah dapat mensintesiskan keduanya, 
dalam apa yang kita sebut filsafat Hikmah Muta'aliyyah, atau teosofi 
transenden. Disini, unsur-unsur filosofis dan mistik berpadu erat dan saling 
melengkapi satu sama lain.





Salam,





Iman K.

http://www.parapemikir.com




[zamanku] Kenapa saya menentang Israil

2009-02-06 Terurut Topik Iman K.
Karena saya tidak mau menjadi manusia yag sia-sia...
 
Mereka yang sia-sia 

Setelah kita mengetahui sedikit tentang apa yang disebut dengan kebaikan 
perbuatan dan apa pula yang disebut dengan kebaikan pelaku perbuatan 
sebagaimana yang kita lihat dipostingan sebelumnya [ Menjawab mereka kaum 
intelektual,red]. Sekarang kita akan bertanya apakah jika seseorang melakukan 
perbuatan baik secara utuh sebagaimana yang disyaratkan tersebut, yakni 
melakukan perbuatan baik dan dengan niat yang baik pula maka amalannya tersebut 
secara otomatis akan diterima oleh Tuhan?
 
Mari kita lihat…
 
Adalah sangat mungkin bagi suatu perbuatan memiliki tubuh dan ruh, dengan kata 
lain adalah mungkin saja suatu perbuatan memiliki kebaikan perbuatan dan 
kebaikan pelaku namun pada saat yang sama ia menjadi rusak dari sudut pandang 
alam malakut karena pengingkaran terhadap kebenaran. 
 
Pengingkaran berarti bahwa seseorang merasakan kebenaran melalui rasio dan 
akalnya, tapi pada saat yang sama dia menentangnya. Dengan kata lain 
pengingkaran adalah suatu situasi dimana sesungguhnya pemikiran seseorang 
melalui  akal dan logika telah tunduk terhadap kebenaran dan telah bisa 
menerima kebenaran melalui akal dan logikanya, tetapi ruh dan egonya masih 
menentangnya karena perasaan sombong dan keengganannya untuk tunduk karena 
pengaruh eksternal seperti gengsi dan reputasi. 
 
Mereka yang walapun telah melakukan perbuatan baik dengan kebaikan perbuatan 
dan kebaikan pelaku, namun jika pada saat yang sama hati mereka masih 
mengingkari kebenaran maka semua perbuatannya akan menajadi percuma atau 
sia-sia belaka. Kemalangan atau kesia-siaan ini seperti panen yang tidak jadi 
akibat diserang hama atau force major lainnya.
 
Kesia-siaan sering dirusak oleh faktor lain diluar kebaikan perbuatan dan 
kebaikan pelaku. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukakan hal-hal 
yang percuma atau siai-sia. Misalnya setelah memberikan sedekah lalu kita 
bergumam sesuatu yang bisa menyakiti hati sipenerimanya. Sungguh perbuatan yang 
tadinya baik dan mempunyai niat yang baik seperti itu sekalipun maka ia akan 
menjadi sia-sia sebagaimana petani yang gagal panen.
 
Contoh kesia-siaan yang lain, katakanlah seorang Guru Besar Prof.DR. ‘X’ yang 
mempunyai keahlian yang sudah kesohor dan ditambah reputasi yang bagus  
menetapkan suatu hukum atau teori yang sudah diakui dunia, kemudian ada 
diantara orang-orang muda yang tidak terkenal dan yang tidak mempunyai reputasi 
menentang teorinya sekaligus menunjukkan kelemahan-kelemahan teori si Guru 
Besar dan Si Guru Besar mengakui didalam hatinya kebenaran teori yang baru 
dikemukakan oleh anak muda tersebut, sehingga akalnya tunduk terhadap 
argumen-argumen anak muda yang tidak terkenal itu, tetapi karena menjaga 
reputasi internasionalnya dan demi menjaga gengsinya maka dia menolak untuk 
mengakui kebenaran fakta-fakta yang diajukan oleh anak muda itu.
 
Pengingkaran terhadap kebenaran yang serupa contoh diataslah yang dikenal 
dengan istilah kafir didalam Islam. Walaupun hukum atau teori yang dikemukakan 
oleh Guru besar tersebut adalah hukum yang baik dan dibuat dengan niat yang 
baik tetapi penolakannya atas kebenaran yang baru ditemuinya menyebabkan semua 
yang diperbuatnya akan menjadi sia-sia sebagaimana yang diisyaratkan didalam 
al-quran sebagai debu yang tertiup angin kencang dan lenyap.
 
Jenis atau contoh kesia-siaan yang lain adalah pengingkaran karena fanatisme 
buta. Sering diantara kita karena terlalu percaya diri dan atau karena terlalu 
fanatik terhadap kelompok atau golongan  maka kita akan menganggap diri kitalah 
yang selalu benar dan menutup kemungkinan ada kebenaran diluar diri atau 
kelompok kita. Merasa benar sendiri dan menolak kebenaran dari pihak yang lain 
adalah sama dengan pengingkaran [kafir] dan pengingkaran yang disengaja dengan 
cara demikian itu tak pelak lagi akan memusnahkan segala amal perbuatan baik 
yang telah diperbuat. 
 
Kesia-siaan berikutnya adalah kesia-siaan akibat acuh tak acuh terhadap 
kebenaran dan keadilan. Kita sering diam dan hanya diam melihat semua persoalan 
yang berseliweran didepan kita, terutama kita-kita yang hidup dikota besar. 
Kita sering cuek melihat ketidak adilan yang terjadi didepan mata kita. 
Membiarkan pembantaian yang dilakukan oleh Israil didepan mata kita. Membiarkan 
ketidak adilan terjadi dipelupuk mata sama dengan mengingkari kebenaran, dan 
pengingkaran terhadap kebenaran akan berujung kepada kesia-siaan amal 
perbuatan. Sia-sia sebagaimana petani yang gagal panen akibat lalai terhadap 
hama.
 


Iman K.
www.parapemikir.com


  Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist.Download it now!
http://sg.toolbar.yahoo.com/

[zamanku] Mereka yang sia-sia

2008-09-16 Terurut Topik Iman K.

Salam...

Setelah kita mengetahui sedikit tentang apa yang disebut dengan kebaikan 
perbuatan dan apa pula yang disebut dengan kebaikan pelaku perbuatan 
sebagaimana yang kita lihat dipostingan sebelumnya [ Menjawab mereka kaum 
intelektual,red]. Sekarang kita akan bertanya apakah jika seseorang melakukan 
perbuatan baik secara utuh sebagaimana yang disyaratkan tersebut, yakni 
melakukan perbuatan baik dan dengan niat yang baik pula maka amalannya tersebut 
secara otomatis akan diterima oleh Tuhan?

 

Mari kita lihat.

 

Adalah sangat mungkin bagi suatu perbuatan memiliki tubuh dan ruh, dengan kata 
lain adalah mungkin saja suatu perbuatan memiliki kebaikan perbuatan dan 
kebaikan pelaku namun pada saat yang sama ia menjadi rusak dari sudut pandang 
alam malakut karena pengingkaran terhadap kebenaran. 

 

Pengingkaran berarti bahwa seseorang merasakan kebenaran melalui rasio dan 
akalnya, tapi pada saat yang sama dia menentangnya. Dengan kata lain 
pengingkaran adalah suatu situasi dimana sesungguhnya pemikiran seseorang 
melalui  akal dan logika telah tunduk terhadap kebenaran dan telah bisa 
menerima kebenaran melalui akal dan logikanya, tetapi ruh dan egonya masih 
menentangnya karena perasaan sombong dan keengganannya untuk tunduk karena 
pengaruh eksternal seperti gengsi dan reputasi. 

 

Mereka yang walapun telah melakukan perbuatan baik dengan kebaikan perbuatan 
dan kebaikan pelaku, namun jika pada saat yang sama hati mereka masih 
mengingkari kebenaran maka semua perbuatannya akan menajadi percuma atau 
sia-sia belaka. Kemalangan atau kesia-siaan ini seperti panen yang tidak jadi 
akibat diserang hama atau force major lainnya.

 

Kesia-siaan sering dirusak oleh faktor lain diluar kebaikan perbuatan dan 
kebaikan pelaku. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukakan hal-hal 
yang percuma atau siai-sia. Misalnya setelah memberikan sedekah lalu kita 
bergumam sesuatu yang bisa menyakiti hati sipenerimanya. Sungguh perbuatan yang 
tadinya baik dan mempunyai niat yang baik seperti itu sekalipun maka ia akan 
menjadi sia-sia sebagaimana petani yang gagal panen.

 

Contoh kesia-siaan yang lain, katakanlah seorang Guru Besar Prof.DR. 'X' yang 
mempunyai keahlian yang sudah kesohor dan ditambah reputasi yang bagus  
menetapkan suatu hukum atau teori yang sudah diakui dunia, kemudian ada 
diantara orang-orang muda yang tidak terkenal dan yang tidak mempunyai reputasi 
menentang teorinya sekaligus menunjukkan kelemahan-kelemahan teori si Guru 
Besar dan Si Guru Besar mengakui didalam hatinya kebenaran teori yang baru 
dikemukakan oleh anak muda tersebut, sehingga akalnya tunduk terhadap 
argumen-argumen anak muda yang tidak terkenal itu, tetapi karena menjaga 
reputasi internasionalnya dan demi menjaga gengsinya maka dia menolak untuk 
mengakui kebenaran fakta-fakta yang diajukan oleh anak muda itu.

 

Pengingkaran terhadap kebenaran yang serupa contoh diataslah yang dikenal 
dengan istilah kafir didalam Islam. Walaupun hukum atau teori yang dikemukakan 
oleh Guru besar tersebut adalah hukum yang baik dan dibuat dengan niat yang 
baik tetapi penolakannya atas kebenaran yang baru ditemuinya menyebabkan semua 
yang diperbuatnya akan menjadi sia-sia sebagaimana yang diisyaratkan didalam 
al-quran sebagai debu yang tertiup angin kencang dan lenyap.

 

Jenis atau contoh kesia-siaan yang lain adalah pengingkaran karena fanatisme 
buta. Sering diantara kita karena terlalu percaya diri dan atau karena terlalu 
fanatik terhadap kelompok atau golongan  maka kita akan menganggap diri kitalah 
yang selalu benar dan menutup kemungkinan ada kebenaran diluar diri atau 
kelompok kita. Merasa benar sendiri dan menolak kebenaran dari pihak yang lain 
adalah sama dengan pengingkaran [kafir] dan pengingkaran yang disengaja dengan 
cara demikian itu tak pelak lagi akan memusnahkan segala amal perbuatan baik 
yang telah diperbuat. 

 

Kesia-siaan berikutnya adalah kesia-siaan akibat acuh tak acuh terhadap 
kebenaran dan keadilan. Kita sering diam dan hanya diam melihat semua persoalan 
yang berseliweran didepan kita, terutama kita-kita yang hidup dikota besar. 
Kita sering cuek melihat ketidak adilan yang terjadi didepan mata kita. 
Membiarkan ketidak adilan terjadi dipelupuk mata sama dengan mengingkari 
kebenaran, dan pengingkaran terhadap kebenaran akan berujung kepada kesia-siaan 
amal perbuatan. Sia-sia sebagaimana petani yang gagal panen akibat lalai 
terhadap hama.

 


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com


[zamanku] Menjawab mereka kaum Intelektual.

2008-09-10 Terurut Topik Iman K.
 
(kebaikan pelaku). 
 
Kalau mereka melakukan perbuatan baik itu dengan NIAT ingin mencapai ridho 
Tuhan maka mereka akan sampai kepada ridhonya, dan jika mereka melakukannya 
dengan tujuan dan alasan lain maka mereka akan sampai kepada tujuan mereka yang 
lain, yakni selain Tuhan. Dengan kata lain yang semua perjalanan mempunyai 
tujuan akhir, dan jika perjalanannya diarahkan ke Tuhan maka dia akan sampai 
kepada Tuhan dan sebaliknya jika perjalanannya diarahkan kepada selain Tuhan 
maka dia akan sampai kepada tujuan yang selain kepada Tuhan.
 
 
 
Salam,
 
 
Iman K.
www.parapemikir.com
 


  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[zamanku] Mereka yang disebut Islam

2008-09-02 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Bahasan kali ini adalah penjelasan penting dari pembahasan awal kita kemarin, 
yang kita beri judul ‘perbuatan baik non muslim’. Sekarang kita tiba kepada 
persoalan dan sekaligus pertanyaan apa sih yang disebut muslim atau Islam itu?

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar dari kita beragama bukanlah karena 
kita telah memilih agama yang diyakini benar, melainkan karena sejak terlahir 
kita sudah mengikuti agama orang tua. Tak pelak lagi kita mayoritas beragama 
karena faktor keturunan dan faktor geografis.

Berbicara mengenai faktor geografis kita bisa melihat dengan mata kepala kita 
sendiri bahwa jika mayoritas penduduk suatu negara beragama Kristen maka 
seterusnya penduduk suatu negara tersebut akan terus didominasi oleh pemeluk 
agama kristen. Jika mayoritas penduduk suatu negara beragama Islam  maka 
seterusnya penduduk suatu negara tersebut akan terus didominasi oleh pemeluk 
agama Islam dan begitu seterusnya.

Persoalan geografis ini berlaku juga untuk penggunaan bahasa, Jika mayoritas 
penduduk suatu negara berbahasa Inggris maka seterusnya penduduk suatu negara 
tersebut akan terus menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa mereka. Jika 
mayoritas penduduk suatu negara berbahasa Indonesia maka seterusnya penduduk 
suatu negara tersebut akan terus menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa 
mereka dan begitu seterusnya. Perubahan tentang pola serupa ini hanya bisa 
terjadi jika terjadi peristiwa besar dan sangat luar biasa seperti terjadinya 
peperangan, penjajahan atau kehadiran orang-orang suci dan orang-orang yang 
sangat berpengaruh.

Kita mengenal agama sama kunonya dengan pengenalan kita terhadap bahasa dan 
orang tua kita. Kita mengenalnya sudah sejak terlahir kedunia ini, sehingga 
sangat sulit untuk lepas dan melepaskannya keyakinan kita terhadap suatu agama 
walaupun hanya untuk sekedar merenungkan kebenarannya. Lepas atau melepaskan 
keyakinan kita terhadap suatu agama sama sulitnya dengan kita melepaskan 
keyakinan tentang siapakah orang tua kita yang sebenarnya. [tentang ini, jika 
ada kesempatan mungkin akan kita bahas dengan tema khusus]

Sekarang kita kembali kepada tema kita kali ini, yakni mereka yang disebut 
muslim. Dalam persoalan yang kita ajukan ini, maka mereka-mereka yang terlahir 
didalam keluarga muslim karena faktor keturunan dan geografis disebut muslim, 
dan mereka-mereka yang terlahir diluar keturunan muslim dan kemudian meniru 
agama orang tua mereka, maka mereka disebut non muslim.

Sesungguhnya faktor keturunan dan faktor ‘kebetulan’ orang terlahir dari 
keluarga muslim ataupun non muslim tidaklah terlalu banyak bernilai. Karena 
nilai sesungguhnya dari muslim itu adalah hati yang tunduk kepada kebenaran. 
Pintu hatinya terbuka untuk menerima dan bertindak menurut kebenaran.

Jika seseorang memiliki fitrah tunduk kepada kebenaran dan karena adanya sebab 
tertentu realitas kebenaran tersembunyi atau tidak sampai kepadanya, maka 
sesungguhnya Allah tidak akan menghukumnya sebagaimana yang dikatakan al-quran 
surat   17 ayat 15 :

“Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak 
akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”

Mengacu kepada ayat al-quran tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa mustahil 
Tuhan menghukum seseorang bila kepadanya belum sampai kebenaran yang lengkap 
dan sempurna. Dengan kata lain bisa dikatakan, mustahil bagi Allah yang Maha 
Bijaksana dan Maha Pengasih menghukum seseorang yang mana kepadanya belum 
sampai berita dan peraturan tentang mana yang boleh dan mana yang dilarang. 
Artinya tidak layak hukuman diberikan tanpa adanya penjelasan terlebih dahulu.




Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com

Thread berikutnya berjudul : Mereka yang disebut Islam 2



  Try cool new emoticons, skins, plus more space for friends. 
Download Yahoo! Messenger Singapore now!
http://sg.messenger.yahoo.com



[zamanku] Mereka yang disebut beriman

2008-08-29 Terurut Topik Iman K.
 semua apa yang dilihat dengan mata kepalanya 
sendiri. Iblis mengakui fakta dan realistas yang dia hadapi adalah benar, namun 
perasaannya/hatinya masih menolak. Hatinya masih bergejolak tidak mau menerima 
kelebihan yang dimilik Adam. Hatinya menolak karena kesombongannya, hatinya 
tidak bisa tunduk bahkan menyimpan dendam yang tiada tara. Dan karena persoalan 
seperti inilah Tuhan menyebutnya termasuk orang-orang yang kafir.

Untuk menguji, apakah hati kita sudah tunduk kepada kebenaran maka kau  bisa 
perhatikan dirimu sendiri, apakah kau merasakan ada peperangan antara akal dan 
batinmu. Apakah ada peperangan antara apa yang kau pahami dengan apa yang kau 
rasakan….

Ujilah dirimu sendiri dan katakan sendiri apakah kau sudah beriman?  Apakah 
akal, hati dan jiwamu sudah tunduk terhadap kebenaran.


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com

Thread berikutnya berjudul : Mereka yang disebut islam




  Try cool new emoticons, skins, plus more space for friends. 
Download Yahoo! Messenger Singapore now!
http://sg.messenger.yahoo.com



[zamanku] Mereka yang disebut kafir

2008-08-28 Terurut Topik Iman K.

Salam...

Setelah kita melihat dan membaca apa alasan yang diajukan oleh kelompok kaum 
intelektual dan kelompok orang-orang sholeh pada postingan sebelumnya [mereka 
yang disebut kaum intelektual dan mereka yang disebut orang sholeh yang kaku] , 
dari alasan-alasan yang mereka ajukan nampaknya bisa kita saksikan bahwa titik 
tekan dari kedua kelompok ini adalah pada persoalan kafir atau tidak kafir.

Sekarang supaya kita bisa lebih mudah untuk memahami alur pikiran kedua 
kelompok tersebut maka perlu kiranya kita membahas  tentang apa dan bagaimana 
sih yang disebut dengan kafir tersebut? 

Kafir sesungguh dibagi menjadi dua macam, yang pertama adalah kafir karena 
menolak kebenaran dengan cara yang disengaja. Sedangkan yang kedua adalah kafir 
karena ketidak tahuan akan kebenaran.

Kafir model yang pertama ini sudah semestinyalah akan mendapatkan hukuman dari 
Tuhan. Sedangkan kafir yang model kedua, yakni kafir karena kebodohan atau 
ketidak tahuan yang tidak bersumber dari kelalaian maka dia akan diampuni oleh 
Tuhan.
 
Ini bisa kita buktikan dengan menyimak apa yang tercatat pada Al-quran surat 26 
ayat 88-89 yang berbunyi :
 
“(yaitu) pada hari dimana harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali 
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”

Tuhan mengatakan, yang diterima-Nya adalah orang-orang yang menghadap dengan 
hati yang bersih. Kalau demikian apa sih yang disebut dengan hati yang bersih?


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com

Thread berikutnya berjudul : Mereka yang disebut berhati bersih





  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/



[zamanku] Mereka yang disebut berhati bersih

2008-08-28 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Mengingat kembali kepada postingan sebelumnya, kita telah tiba kepada 
pertanyaan, apa sih yang disebut dengan hati yang bersih?

Ketahuilah bahwa yang disebut dengan hati yang bersih adalah hati yang tunduk 
kepada yang Haq, yaitu hati yang tunduk kepada kebenaran. Hati yang bersih 
adalah hati yang terpelihara dari kekafiran.

Dan selanjutnya perlu diketahui juga, bahwa tingkat ketundukan itu terbagi 
menjadi tiga, yang pertama disebut dengan tunduk secara fisik, yang kedua 
tunduk secara akal dan yang ketiga adalah ketundukan hati.

Untuk memudahkan pemahaman kita tentang tingkatan ketundukan ini, saya akan 
memberikan contoh ketundukan model yang pertama terlebih dahulu, yaitu 
ketundukan fisik. 

Yang disebut tunduk secara fisik adalah ketika seseorang bisa menerima 
kenyataan bahwa secara fisik dia sudah kalah dan bersedia dengan sadar dibawah 
kendali dari orang yang fisiknya lebih kuat. Misalnya didalam perkelahian, jika 
seseorang sudah merasa kalah maka dia akan menyerah kepada lawanya. Biasanya 
yang kalah akan mengangkat tangan pertanda menyerah kalah dan bersedia menjadi 
tawanan dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh lawannya.

Atau ketika seseorang terjebak digang preman, dimana dia harus menyerahkan 
uangnya karena diancam dengan pisau. Orang yang diancam secara fisik ini 
biasanya hanya menyerah secara fisik. Akalnya tetap akan melawan perbuatan para 
preman tersebut.

Tunduk secara fisik seperti ini, fisiknya memang tunduk tapi pikiran dan 
akalnya tidak akan pernah tunduk. Orang yang kalah secara fisik ini akan selalu 
mencari peluang bagaimana caranya untuk lepas dari kendali musuhnya. Hatinya 
tidak henti-hentinya mengecam musuhnya. Tunduk atau penundukan secara fisik 
begini biasanya dilakukan dengan kekerasan atau pemaksan.

Tunduk model kedua adalah tunduk secara akal. Akal tidak bisa ditundukkan 
dengan pemaksaan dan kekerasan. Kita tidak pernah menemukan ada orang jago 
matematika karena ditekan dengan kekuatan fisik. Satu-satunya yang dapat 
menundukkan akal adalah logika dan akal itu sendiri. Tidak mungkin orang bisa 
mengerti berapa berat jenis air dan berapa berat jenis pelampung dengan cara 
dipukuli dan dipaksa dengan kekerasan. Cara menghitung berat jenis harus dengan 
menggunakan rumus berat jenis bukan dengan cara yang lainnya.

Jika dengan rumus-rumus yang disodorkan akal bisa mengetahui dan paham 
bagaimana cara menghitung berat jenis, itu artinya akal sudah tunduk. Akal 
sudah menyerah dan bersedia dibawah kendali rumus-rumus tersebut untuk 
memastikan berapa berat jenis air dan pelampung tersebut. 

Mengenai ini ada contoh yang bagus, yaitu bagaimana ketika Gallileo menemukan 
fakta baru bahwa sesungguhnya bumilah yang mengelilingi matahari bukan 
sebaliknya sebagaimana yang dipercayai oleh orang-orang pada jaman itu. Omongan 
Galileo ini dianggap sesat dan menyesatkan oleh orang-orang sholeh yang kaku 
dari kalangan gereja pada saat itu. Mereka memaksa Galileo untuk menarik 
omongannya tersebut dan kalau tidak maka dia akan dibakar hidup-hidup.

Mendengar ancaman dari orang-orang sholeh yang kaku tersebut, Galileo akhirnya 
tunduk secara fisik dan bersedia untuk menarik omongannya. Tapi akalnya tidak 
bisa ditundukkan dengan ancaman tersebut, kemudian sambil duduk Galileo menulis 
sesuatu ditanah. Diberitakan isi tulisannya adalah “ Walaupun saya harus 
menarik omongan saya, tetapi itu tidak akan menghentikan bumi untuk terus 
berputar mengelilingi matahari”

Betul ancaman fisik dapat memaksa orang untuk berhenti berbicara dan posting 
dimailling list, tapi ancaman fisik tidak akan pernah mampu untuk menundukkan 
akal. Sejatinya akal hanya bisa ditundukkan oleh logika dan akal itu sendiri.

Jenis tunduk yang ketiga adalah ketundukan hati.



Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com

Thread berikutnya berjudul : Mereka yang disebut beriman



  __
Search, browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel.
http://sg.travel.yahoo.com



[zamanku] Mereka yang disebut orang Sholeh yang kaku

2008-08-27 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Kembali kepersoalan apakah orang-orang yang tidak mengikuti agama yang benar 
TETAPI melakukan pekerjaan dan perbuatan sesuai dengan ajaran agama yang benar, 
semua  amalannya itu akan diterima oleh Tuhan. Kita sudah membicarakan 
bagaimana alasan logis yang diajukan oleh kaum intelektual dipostingan 
sebelumnya. Dan kita juga sudah memperhatikan apa yang mereka kutip dari 
Al-quran sebagai landasan fundamentalnya.

Sekarang kita akan lihat, apa jawaban dari mereka yang disebut dengan kelompok 
orang-orang sholeh. Kelompok yang menentang bulat-bulat pendapat yang diajukan 
oleh kaum intelektual tersebut.

Mereka mengatakan secara tegas bahwa perbuatan baik non muslim tidak mungkin 
akan diterima oleh Tuhan. Perbuatan orang-orang kafir itu tidak ada nilainya 
sama sekali dimata Tuhan, semua amal perbuatan mereka itu akan ditolak dan 
tertolak. Kelompok orang-orang sholeh yang berpikiran kaku ini juga tidak lupa 
untuk membawa dua alasan penting untuk mendukung pendapatnya, yaitu :

Alasan penting yang pertama adalah alasan rasional, kalau memang perbuatan baik 
non muslim itu diterima dan perbuatan baik muslim juga diterima jadi apa 
bedanya menjadi muslim atau non muslim. Demikian juga sebaliknya, kalau 
perbuatan buruk non muslim akan mendapat hukuman dan perbuatan buruk muslim 
juga mendapat hukuman yang sama, jadi dimana letak perbedaannya antara menjadi 
muslim dan non muslim. Dalam hal ini apa pengaruhnya menjadi muslim atau non 
muslim?

Alasan penting kedua adalah alasan narasi, mereka mengutip argumentasinya 
dengan merujuk kepada apa yang tertulis pada alquran surat 14  ayat 18 :

“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti 
abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. 
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka 
usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”

Dengan bermodalkan ayat ini, maka kelompok orang-orang sholeh yang berpikiran 
sempit tersebut menegaskan bahwa perbuatan mulia semulia apapun, sekalipun 
lebih mulia dari perbuatan dan pengabdian para nabi sekalipun, maka sungguh 
perbuatan mereka akan sia-sia belaka jika tidak  digandengkan dengan keimanan 
kepada Tuhan.

Dan untuk melengkapi dalilnya, mereka juga terkadang mengutip ayat yang lain 
dari al-quran , seperti surat 24 ayat 39 :

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah 
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila 
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya 
(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan 
amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”

Dengan menambahkan ayat ini, maka sudah semakin kuatlah perhitungan atas 
orang-orang kafir, perbuatan mereka semuanya akan sia-sia dan semu bagaikan 
sebuah fatamorgana. Seolah-olah ada dan bermanfaat padahal tidak ada dan tidak 
berguna sama sekali.

Sampai disini kita sudah melihat, apa dan bagaimana alasan-alasan logis dan 
narasi yang disampaikan oleh dua kelompok yang paling berpengaruh tersebut.. 
Jalan pemikiran pertama mengatakan semua orang boleh dan dibolehkan masuk surga 
tanpa membeda-bedakan agamanya, apakah muslim atau non muslim semuanya sama 
saja dimata Tuhan.

Kelompok yang lain mengharamkan surga terhadap umat manusia manapun kecuali 
mereka muslim. Surga tertutup untuk orang-orang non muslim, surga dibuat khusus 
untuk orang Islam. Pendapat kelompok manakah gerangan yang paling logis dan 
yang paling masuk akal yang bisa kita terima? Apakah pendapat kelompok pertama 
ataukan pendapat kelompok yang kedua?

Atau apakah masih ada pendapat yang lain diluar pendapat tersebut?

Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com

Thread berikutnya berjudul : Mereka yang disebut kafir



  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/



[zamanku] Menjawab mereka

2008-08-26 Terurut Topik Iman K.
 adalah perbuatan 
baik dan pada hakikatnya adalah BAIK dan sudah BAIK dari sononya (innate), 
tidak peduli apakah yang berbuat itu adalah orang Islam, kristen, hindu,buda, 
negro, bule, orang asia atau siapapun. 

Kampanyenya adalah : Perbuatan baik adalah  selalu bernilai baik.
Apakah betul begitu?

Saya mengatakan, TIDAK! Pemikiran seperti itu tidak benar sama sekali, masih 
jauh panggang dari api. Perbuatan baik itu haruslah dilihat dari 2 dimensi, 
yakni :

1.  Dimensi Perbuatan. 
2.  Dimensi Pelaku.

Yang disebut dengan dimensi perbuatan (laku) adalah dimensi materi yang 
ternilai hanya secara historis dan sosial. 

Sedangkan dimensi pelaku (NIAT) adalah dimensi imateri dan ternilai bukan hanya 
secara historis dan sosial TAPI lebih dari itu yakni ternilai secara spiritual. 

Kita lihat contoh aplikasi kedua dimensi itu ditengah2 kita, 
Contoh yang paling bagus sebenarnya yang sering dibuat oleh holiwood dengan 
film-film mafia-nya. Holiwood  sering mengambarkan sosok tokoh  yang selalu 
berbuat baik diawal cerita dan baru ketahuan diakhir film ternyata tokoh itu 
adalah BOS MAFIA :)

Di dunia nyata kita juga bisa saksikan, banyak orang membangun rumah sakit, 
fasilitas umum dan itu adalah perbuatan BAIK. Tapi betapa banyak kita saksikan 
juga ternyata perbuatan baiknya dimodali oleh uang korupsi dan lain-lain dan 
menjadi urusan KPK. 

Contoh lain, kita sering melihat orang berkata sopan, dan perkataan sopan itu 
adalah pebuatan baik. Tapi siapakah gerangan yang tahu apa NIAT orang ketika 
berbicara sopan? 

Kita sering mendengar ada pemerkosaan, pencurian, penipuan dan lain-lain, dan 
ketika si pelakunya tertangkap banyak orang yang terperangah TIDAK MENDUGA 
bahwa dia yang selama ini sopan dan santun itu ternyata memiliki NIAT JAHAT. 

Dan banyak contoh-contoh lain, apalagi sekarang menjelang pemilu. Hampir semua 
calon presiden berlomba-lomba memoles senyum. Bukankah senyum itu adalah 
perbuatan baik 

Tapi semua orang tentu tahu, apakah PERBUATAN baiknya itu memang benilai baik, 
apakah betul-betul itu senyum tulus untuk melindungi masyarakat atau senyum 
perangkap untuk mengangkangi masyarakat?

Dengan beberapa contoh praktis itu saya rasa sekarang sudah bisa lebih mudah 
untuk membedakan apakah laku atau prilaku itu saja sudah cukup tanpa melibatkan 
NIAT ? 

JAdi sudah jelas alasan logisnya, bahwa perbuatan baik saja tidaklah cukup 
untuk mendapatkan tiket ke surga. Ada yang lebih penting dari itu yakni NIAT 
sipelaku.

Salam,

Iman K.
www.parapemikir.com




  Yahoo! Toolbar is now powered with Free Anti-Virus and Anti-Adware 
Software.
Download Yahoo! Toolbar now!
http://sg.toolbar.yahoo.com/



[zamanku] Mereka yang disebut kaum intelektual

2008-08-26 Terurut Topik Iman K.

Bahasan kali ini adalah sambungan dari artikel sebelumnya yang kami beri judul 
‘ada berapakah agama yang benar’. Kita telah sampai kepada pertanyaan ketiga 
yaitu  apakah orang-orang yang tidak mengikuti agama yang benar TETAPI 
melakukan pekerjaan dan perbuatan sesuai dengan ajaran agama yang benar, semua  
amalannya itu akan diterima oleh Tuhan? 

Misalnya agama yang benar telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada semua 
manusia, mendukung hak-hak orang yang tertindas, menengahi perselisihan, 
memerangi para pemeras dan penindas, menolong orang-orang yang bernasib malang, 
membantu orang-orang miskin, menegakkan keadilan dan memberikan pendidikan 
sebagaimana tugas kenabian pada setiap zamannya. Lalu kita bertanya apakah 
mereka yang melakukan tugas-tugas kenabian tersebut akan diberi pahala atau 
tidak? 

Dengan kata lain apakah keimanan kepada satu agama yang benar adalah sebagai 
prasyarat untuk memperoleh pahala disisi Tuhan? Disini kita akan menemukan dua 
jalan pikiran yang paling berpengaruh. Pertama adalah logika perdamaian mutlak 
(Absolute Conciliation) yang dibawakan oleh kaum intelektual, dan yang kedua 
adalah logika manifestasi murka Tuhan yang melebihi kasih sayang-Nya yang 
dibawakan oleh orang-orang sholeh yang kaku.

Mereka yang disebut kaum intelektual ini mengajukan argumennya dengan berbagai 
macam bukti, baik bukti rasional maupun bukti yang ditemukan didalam kitab suci 
Al-quran

Mereka mengatakan bahwa semua perbuatan baik sebagaimana yang disebutkan diatas 
itu pastilah akan mendapat pahala dari Tuhan dengan alasan :

Pertama, Allah memiliki hubungan yang sama terhadap semua wujud yang ada, Allah 
tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan siapapun. Allah tidak rasis, Dia ada 
dibarat dan juga ada ditimur, Ada diatas dan juga ada dibawah, Allah ada dimasa 
sekarang, masa lalu dan masa yang akan datang. Bagi Allah sama saja semuanya, 
Dia meliputi segala sesuatu, dia tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Allah tidak memiliki ikatan keluarga dan hubungan khusus dengan siapapun dan 
dari bangsa manapun, tidak dengan orang barat, timur, utara, selatan atau yang 
lainnya. Oleh karena itu tidak masuk akal kalau Tuhan memilih-milih siapa yang 
akan dimurkainya dan siapa yang akan dikasihinya dengan mengabaikan amal 
perbuatan manusia dari golongan tertentu dan menerima amal perbuatan dari 
kelompok yang lain.

Karena hubunga Allah dengan semua manusia adalah sama saja, maka tidak mungkin 
dan tidak masuk akal kalau Allah menerima perbuatan baik dari satu orang dan 
tidak dari orang yang lain. Jika perbuatan baiknya sama maka seyogyanya 
diterima dengan cara yang sama pula berdasarkan perinsip keadilan Illahi..

Kedua, Kebaikan dan keburukan itu hakikatnya ada pada perbuatan tersebut. 
Misalnya kejujuran, berkata-kata sopan, menegakkan keadilan dan lain-lain 
disebut baik karena pada hakikatnya pekerjaan tersebut adalah baik. Demikian 
juga keburukan, seperti mencuri, berbohong, korupsi dan lain-lain disebut buruk 
karena hakikat perbuatan tersebut memang sudah buruk dari sononya (innate). 

Jujur, sopan, menegakkan keadilan disebut baik bukanlah karena Allah 
memerintahkan untuk mengerjakannya. Demikian juga mencuri, rampok, korupsi 
disebut buruk bukanlah karena Allah telah melarangnya.

Dengan memperhatikan alasan kedua ini maka tidak alasan bagi Tuhan untuk 
menolak amalan baik dari seseorang dan menolaknya dari orang yang lain.

Kedua, Tuhan sudah menyatakan didalam Al-quranan pada surat 5 ayat 69 :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang 
Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah dan 
hari akherat serta beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka 
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” 

Jelas isi al-quran itu tidak terbantahkan lagi bahwa siapa saja yang beramal 
baik akan diterima disisi Tuhan.

Bersambung ke thread berikutnya yang berjudul : Mereka yang disebut orang 
Sholeh yang kaku


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com



  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/



[zamanku] Ada berapakah agama yang benar?

2008-08-25 Terurut Topik Iman K.
Salam...

Pembicaraan yang paling sensitif dan yang paling banyak dihindari pada zaman 
modern ini adalah pembicaraan tentang perbedaan agama-agama. Kebanyakan dari 
kita risih untuk membicarakan agama manakah yang paling benar. Masalah ini 
menjadi lebih sulit lagi karena di indonesia memang dilarang keras membicarakan 
masalah-masalah yang berhubungan dengan isyu SARA didepan umum.

Saya menyadari, dengan menulis isyu ini bisa jadi saya akan menjadi bahan 
ejekan, makian  dan tertawaan orang-orang dan bahkan boleh jadi lebih dari itu. 
Bisa jadi yang tadinya teman menjadi lawan dan yang tadinya lawan menjadi teman 
secara ideologi….bahkan tidak menutup kemungkinan saya akan dicari dan 
dimasukkan ke hotel pledo  .

Untuk membahas persoalan ini saya mulai dengan keingin tahuan saya dengan 
mengajukan tiga pertanyaan penting, yaitu : Pertama, Apakah sesorang wajib 
memilik satu agama saja atau mengikuti beberapa agama dalam waktu yang 
bersamaan? 

Kedua, Jika yang masuk akal adalah mengikuti satu agama saja, maka apakah kita 
bebas memilih salah satu agama mana saja tanpa membeda-bedakannya satu sama 
lain? Apakah semua agama saja saja dan ambil yang mana saja pasti BENAR? 

Atau apakah hanya ada satu agama saja yang benar di tiap-tiap zaman? Ini adalah 
jenis pertanyaan yang paling mudah untuk mendapatkan jawabannya, pastilah dalam 
satu zaman hanya ada satu agama saja yang benar, ini bisa dibuktikan secara  
mudah dengan melihat fakta bagaimana semua orang ingin mempertahankan agamanya 
karena mereka menggangap agamanyalah satu-satunya agama yang benar.

Fakta yang kita saksikan tersebut berbeda dengan apa yang dikampanyekan oleh 
mereka yang mengembangkan isyu pluralisme agama. Mereka mengatakan pada setiap 
zaman semua agama sama saja. Semua agama memiliki keabsahan yang sama..

Tentu saja benar adanya bahwa tidak ada pertentangan antara satu nabi dengan 
nabi yang berikutnya. Semua Nabi diseru dan diutus untuk menyeru kepada jalan 
Tuhan yang satu. Tidak masuk akal kalau Tuhan yang satu memerintahkan utusannya 
menyeru kepada jalan yang berbeda-beda dan menciptakan beberapa aliran yang 
saling bertentangan.

Namun demikian tidaklah berarti bahwa disetiap zaman dan dalam waktu yang 
bersamaan ada beberapa agama yang benar dan karenanya setiap orang bebas 
memilih agama manapun yang mereka inginkan sebagai mana orang memilih nomor 
undian secara acak.

Yang betul adalah setiap orang harus beriman kepada SEMUA Nabi utusan Tuhan, 
dan mengikuti apa yang dikabarkan oleh nabi-nabi tersebut. Dalam hal ini 
termasuk mengikuti dan mengimani  khabar siapa Nabi yang akan datang 
berikutnya. Dan sebaliknya harus mengimani apa yang dikatakan oleh nabi 
terakhir tentang siapa nabi sebelumnya. 

Setelah kita melihat fakta dan menerimanya dengan akal yang sehat bahwa setiap 
zamannya hanya ada satu agama yang benar, maka pertanyaan ketiganya adalah 
Apakah orang-orang yang tidak mengikuti agama yang benar TETAPI melakukan 
pekerjaan dan perbuatan sesuai dengan ajaran agama yang benar, semua  amalannya 
itu akan diterima oleh Tuhan? 

Misalnya agama yang benar telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada semua 
manusia, mendukung hak-hak orang yang tertindas, menengahi perselisihan, 
memerangi para pemeras dan penindas, menolong orang-orang yang bernasib malang, 
membantu orang-orang miskin, menegakkan keadilan dan memberikan pendidikan 
sebagaimana tugas kenabian pada setiap zamannya. Lalu kita bertanya apakah 
mereka yang melakukan tugas-tugas kenabian tersebut akan diberi pahala atau 
tidak? 

Dengan kata lain apakah keimanan kepada satu agama yang benar adalah sebagai 
prasyarat untuk memperoleh pahala disisi Tuhan? 

Bersambung ke thread berikutnya yang berjudul : Dua Jalan Pemikiran



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com



  New Email names for you! 
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/



[zamanku] Siapakah yang akan masuk Surga?

2008-08-24 Terurut Topik Iman K.

Salam...

Menyambung apa yang sudah kita bicarakan  sebelumnya apakah orang-orang yang 
telah berkorban demi kemanusiaan, mempersembahkan ilmu pengetahuan demi 
kemanusian, menolong orang sakit dengan meneliti segala macam obat-obatan demi 
keselamatan manusia, mereka itu semuanya akan masuk neraka karena mereka adalah 
non muslim?

Apakah pribadi-pribadi semacam Louis Pasteur, Socrates, Aristoteles, Plato, 
Isac Newton, Thomas Alfa Edison, Bunda Teresa, Khalil Gibran, Francis Bacon, 
Rene Descartes semuanya masuk neraka karena mereka adalah non muslim?

Kita sudah melihat dibahasan sebelumnya bahwa terdapat dua pendapat kelompok 
ekstrim menanggapi permasalahan ini, kelompok pertama adalah dari orang-orang 
sholeh yang kaku, mereka mengutip Alquran surat 3 ayat 85 :

“ Dan Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah 
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang 
yang rugi”

Dengan dalil ayat tersebut, maka orang-orang sholeh yang kaku itu mengatakan 
bahwa yang berhak masuk surga hanyalah orang-orang Islam, selain Islam sesuai 
dengan ayat al-quran tersebut maka semuanya akan masuk neraka tanpa pandang 
bulu, apakah dia itu adalah Louis Pasteur, Socrates, Aristoteles, Plato, Isac 
Newton, Thomas Alfa Edison, Bunda Teresa, Khalil Gibran, Francis Bacon, Rene 
Descartes dan lain-lain.

Pendapat kedua muncul dari mereka-mereka yang menyebut dirinya kaum 
intelektual, yakni dari para pemikir kebebasan dan kemanusiaan. Mereka mengutip 
apa yang dikatakan Al-quran pada surat 5 ayat 69 :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang 
Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada 
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” 

Melihat dua pendapat dengan masing-masing dalil yang mereka kemukakan tersebut, 
maka bagaimanakah kiranya nasib orang-orang yang telah berbuat banyak untuk 
tujuan kemanusiaan tersebut?

Menurut hemat saya, kita sebagai manusia tidak akan pernah tahu dan kita tidak 
punya hak sama sekali untuk mengatakan secara pasti, apakah si X atau si Y akan 
masuk surga atau neraka, apakah Louis Pasteur, Socrates, Aristoteles, Plato, 
Isac Newton, Thomas Alfa Edison, Bunda Teresa, Khalil Gibran, Francis Bacon, 
Rene Descartes akan masuk surga atau neraka.

Yang kita bisa tahu adalah apa yang kita lihat dari perbuatan mereka, menurut 
yang kita lihat dan kita saksikan bahwa mereka sudah berbuat baik dan berbuat 
banyak untuk kemanusian, mereka telah beramal dan menyumbangkan pemikiran untuk 
kemajuan umat manusia. Tetapi mengenai kepastian mutlak apakah mereka akan 
masuk surga atau masuk neraka, maka yang tahu kepastian tersebut hanyalah Allah 
semata.

Hanya Allah yang mengetahui niat semua manusia, hanya Allah lah yang tahu semua 
rahasia dan yang lebih rahasia dari rahasia. Hanya Allah yang tahu apa niat dan 
motivasi seseorang ketika melakukan perbuat baik dan semua amal-amal yang 
mereka lakukan.

Dimasa sekarang kita sering sok menghakimi seseorang, bahwa si X akan masuk 
surga dan si Y akan masuk neraka. Apakah kita memang punya hak dan mampu untuk 
melihat isi hati seseorang? Apakah kita bisa dan mampu untuk mengetahui niat 
seseorang?

Bahkan Nabi Muhammad sendiri tidak berani sembarangan untuk mengatakan bahwa si 
X akan masuk surga dan si Y akan masuk neraka. Nabi sendiri tidak berani 
menjamin dirinya sendiri akan masuk surga sebagaimana yang di tulis di al-quran 
surat 46 ayat 9 :

“Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku 
tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) 
terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan 
aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.

Dengan demikian, maka semakin teranglah bagi kita bahwa semua perbuatan baik 
akan dicatat dan dibalas oleh Allah, dan semua perbuatan baik itu tidak serta 
merta menempatkan seseorang kedalam surga atau neraka. Semua perbuatan baik itu 
akan disensor secara khusus oleh Allah dari niat mereka. Dan hasil ‘sensor’ 
dari niat manusia tersebut hanya Allah yang tahu hasilnya, apakah yang 
bersangkutan akan dimasukkan kesurga atau ke neraka.

Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com



  Get your new Email address!
Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/



[zamanku] Re: [parapemikir] Pemimpin Nir-empati

2008-08-22 Terurut Topik Iman K.
Salam,

Nampaknya mantan presiden kita itu belum begitu tau apa perbedaan hak dan 
kewajiban.
Memilih didalam pesta demokrasi itu adalah hak masyarakat dan bukan kewajiban.

Saya berpendapat, Sah saja semua masyarakat untuk menilai calon pemimpinnya, 
apakah layak, pantas dan bisa dipercaya ataukah tidak?

Kalau dari semua calon tidak ada yang meyakinkan untuk diberi amanah, maka 
pilihan yang lebih baik adalah TIDAK memberikan amanah kepada orang tersebut.

Tidak memberikan amanah kesembarang orang adalah pilihan yang tepat.

Pesan moralnya adalah, didiklah masyarakat supaya tau cara menilai calon 
pemimpinnya secara objektif, jangan sempat terjadi politisasi. Masyarakat tidak 
memilih karena dipolitisasi dan bukan murni dari hasil penilaian mereka sendiri.

Sehingga pada akhirnya, orang bisa memilih/memberikan amanahnya karena mereka 
memang mempercayai calon pemimpinnya, dan sebaliknya yang tidak memberikan 
amanah juga karena betul-betul memang tidak mempercayai para calon yang ada 
dari hasil penilaian yang objektif.

Salam,






  - Original Message - 
  From: victor silaen 
  To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
zamanku@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, August 05, 2008 7:11 PM
  Subject: [parapemikir] Pemimpin Nir-empati


Telah dimuat pada Harian Seputar Indonesia, 5 Agustus 2008 

 

 

Pemimpin Nirempati dan Megagolput 

Oleh Victor Silaen 

 

 Di Ambon, 5 Juli lalu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati 
Soekarnoputri mengatakan bahwa warga yang sengaja tidak menggunakan hak 
pilihnya (golongan putih/golput), baik dalam pilkada maupun pemilu, semestinya 
tidak boleh menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Menurut Megawati, sengaja 
menjadi golput sangat bertentangan dengan undang-undang dan menghancurkan 
tatanan demokrasi di Indonesia. Sementara di Malang, 15 Juli, Megawati 
mengatakan bahwa orang-orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 
nanti bisa dijuluki sebagai pengkhianat reformasi. Sistem pemilu Indonesia 
sekarang, menurutnya, merupakan hasil dari suatu proses panjang yang berawal 
dari adanya reformasi total, lalu empat kali amandemen konstitusi, dan diakhiri 
dengan kesempatan melahirkan tatacara pemilu langsung oleh rakyat. “Ini sudah 
merupakan tuntutan rakyat. Masyarakat sudah menuntut hak pilihnya dilakukan 
secara langsung. Nah, kalau golput lagi, itu khianati reformasi,” katanya. 

 

 Bagaimana kita patut menyikapi pernyataan mantan presiden ke-5 
ini? Prihatin. Sebab, alih-alih memberikan sosialisasi politik yang baik dan 
benar kepada rakyat, pernyataan itu justru bisa menjadi bumerang bagi dirinya 
sendiri. Karena, adalah fakta bahwa setiap kali pemilu diselenggarakan, selalu 
ada sejumlah orang yang menjadi golput. Apakah mereka dihukum karena itu? 
Tidak, karena dasar hukumnya memang tidak ada. 

 

 Golput sendiri jelas bukanlah fenomena baru di negara ini. Di 
akhir era Orde Baru, ia sempat dijadikan wacana. Menjelang Pemilu 1997, ada 
lembaga keagamaan yang menyatakan bahwa memilih itu wajib hukumnya. Sebaliknya 
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dalam surat penggembalaan yang 
dikeluarkannya saat itu, menyatakan bahwa menjadi golput tidaklah berdosa. Di 
era ketika kebebasan masih terbelenggu, bukankah suara kenabian seperti itu 
sangat memuliakan harkat-martabat manusia? Sebab, kesejatian manusiawi niscaya 
ditemukan ketika manusia dapat menikmati hidup yang bebas seturut kata hatinya. 
 

 

 Dari perspektif hak asasi manusia (HAM) pun, menjadi golput jelas 
merupakan HAM yang tidak dapat diganggu-gugat oleh pihak manapun. Artinya, jika 
hak memilih dalam pemilu tidak digunakan oleh seseorang, maka hal itu 
sepenuhnya merupakan urusannya sendiri. Yang penting ia menjadi golput bukan 
karena dua alasan berikut: 1) dipaksa atau diancam oleh pihak-pihak tertentu; 
2) terhambat oleh faktor-faktor tertentu. Sebab, jika karena alasan pertama, 
pihak-pihak pemaksa atau pengancam tersebut dapat dikenai hukuman pidana. Jika 
karena alasan kedua, maka pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Daerah (KPUD), 
maupun semua mitra kerja merekalah yang harus dimintai pertanggungjawaban. 
Sebab, pemilu diibaratkan sebagai pesta rakyat, sehingga atas dasar itulah 
seluruh rakyat harus diberi kemudahan (dan dijamin kebebasannya) untuk 
berpartisipasi di dalamnya. 

 

 Di era Orde Baru, kita juga selalu mendengar theme song pemilu 
menjelang hari “H’ pesta rakyat lima tahunan itu. Petikan syair lagu itu 
berbunyi demikian: ”Pemilihan umum telah memanggil kita. S’luruh rakyat 
menyambut gembira...” Boleh dibilang bahwa selain merupakan imbauan, lagu 
terse­but juga dimaksudkan sebagai sarana untuk menyugesti rakyat agar antusias 
menyambut pemilu. Mengapa perlu disugesti? Kar­ena, pada kenyataannya, selalu 
saja ada orang yang tidak bergairah menyongsong pemilu. Buktinya, setiap kali 
pemilu 

[zamanku] Re: [parapemikir] beda malaikat dan setan

2008-07-15 Terurut Topik Iman K.
Mas Angel harus bisa meneliti terlebih dahulu, apa berbedaan niat, proses dan 
hasil.

Dalam bahasa komputer dikenal dengan INPUT-PROSES-OUTPUT.

Dengan meneliti perihal tersebut nanti anda akan mampu membedakan perkara yang 
anda persoalkan ini, contoh yang serupa dengan pertanyaan anda ini adalah, 
apakah bedanya uang 1jt hasil merampok dengan 1jt hasil gajian?

Jawab, perbedaannya ada di NIAT-PROSES-NILAI

Salam,

Iman K.
www.parapemikir.com

  - Original Message - 
  From: angel michael 
  To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; zamanku@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, July 15, 2008 9:33 AM
  Subject: [parapemikir] beda malaikat dan setan



  dibeberapa aliran agama ada malaikat sebagai pemelihara
  dan juga ada setan yang suka berbuat kerusakan dan 
  menghancurkan!

  pertanyaan muncul:

  1. apa bedanya malaikat penghancur dengan setan?

  2. apa bedanya tuhan yang memutuskan menghancurkan sesuatu dengan setan?

  3. munafik-ah tuhan yang memelihara sekaligus menghancurkan?


  michael




  
http://angelmichael69.blogspot.com/2007/11/manusia-dibawah-satu-agama-akankah.html


  ===



   

[zamanku] Menjawab mereka kaum Intelektual.

-- Terurut Topik Iman K.
->










  
  Re: [zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
  
  
  
  
  
  








	

	zamanku 

	
		
			-- Terurut Topik --
			-- Terurut Waktu --
			





			
		
	



	
	
	




 




<!--
google_ad_client = "pub-7266757337600734";
google_alternate_ad_url = "http://www.mail-archive.com/blank.png";
google_ad_width = 160;
google_ad_height = 600;
google_ad_format = "160x600_as";
google_ad_channel = "8427791634";
google_color_border = "FF";
google_color_bg = "FF";
google_color_link = "006792";
google_color_url = "006792";
google_color_text = "00";
//-->







[zamanku] Menjawab mereka kaum Intelektual.
Iman K.


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice



Re: [zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
Iman K.
 


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice









 






  
  





Kirim email ke



  
  





 
 








 




<!--
google_ad_client = "pub-7266757337600734";
google_alternate_ad_url = "http://www.mail-archive.com/blank.png";
google_ad_width = 160;
google_ad_height = 600;
google_ad_format = "160x600_as";
google_ad_channel = "8427791634";
google_color_border = "FF";
google_color_bg = "FFFFFF";
google_color_link = "006792";
google_color_url = "006792";
google_color_text = "00";
//-->







[zamanku] Menjawab mereka kaum Intelektual.
Iman K.


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice



Re: [zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
Iman K.
 


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice


Re: [zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
Thesaints Now











 






  
  





Kirim email ke



  
  





 
 








 




<!--
google_ad_client = "pub-7266757337600734";
google_alternate_ad_url = "http://www.mail-archive.com/blank.png";
google_ad_width = 160;
google_ad_height = 600;
google_ad_format = "160x600_as";
google_ad_channel = "8427791634";
google_color_border = "FF";
google_color_bg = "FF";
google_color_link = "006792";
google_color_url = "006792";
google_color_text = "00";
//-->







[zamanku] Menjawab mereka kaum Intelektual.
Iman K.


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice



Re: [zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
Iman K.
 


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice


Re: [zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
Thesaints Now


[zamanku] Re: Menjawab mereka kaum Intelektual.
ttbnice













 






  
  





Kirim email ke