[bali] Re: Clean up di lempuyang
YTh Pak Bangsing, thanks infonya tentang Wayang Bethara Shiwa. Saya memang merasakan bahwa wayang tersebut punya jiwa, ya...khan saya nggak jadi beli . Kalau saya sih, sebuah karya besar kalau sudah dijaga dengan baik, sudah menenangkan jiwa kok. khan nggak perlu harus saya yang beli/jaga. Ok, thanks semua. Semoga Dharma selalu memayungi keseharian pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Met Galungan...deh!! Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Ibu Made Widiasari, Ketut Arthana,,dan teman-teman lp3b Selamat hari raya Galungan dan Kuningan bagi teman-teman yang merayakannya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi selalu menuntun kita ke jalan Dharma. Terimakasih atas info anda, dan saya ikut merasa gembira, mengingat demikian banyak teman-teman yang punya perhatian besar terhadap lingkungan Bali. Saya bisa mengerti, memang terdapat demikian banyak permasalahan lingkungan yang mesti segera ditangani, mulai dari hutan Kintamani, TNBB, dst. Yang jelas saya angkat topi buat teman-teman yang telah melakukan kegiatan nyata di lapangan dengan jalan menanam pohon. Mengenai Jro Dalang Diah, menurut saya beliau adalah seorang Mpu. Kita bisa banyak belajar dari sosok-sosok bersahaja seperti beliau ini. Saya sempat menelpon kakak saya, dan mendapat informasi darinya bahwa Ibu Made Widiasari sudah singgah ke rumah Jro Dalang Diah. Syukurlah bila Ibu Made mendapat pelajaran berharga dari sosok Jro Dalang Diah. Ada cerita menarik yang saya bisa sampaikan di sini. Suatu hari datang satu tamu dari Australia, yang diantar oleh seorang Guide. Sang Tamu sangat tertarik ingin membeli satu wayang karya Jro Dalang Diah, yaitu sosok Batara Siwa. Wayang Batara Siwa biasanya dilengkapi dengan benang tridatu(tiga warna). Perkiraan saya, wayang yang satu itu, telah dipasupati oleh Jro Dalang Diah. Entah bagaimana caranya sang Guide merayu, sampai Jro Dalang Diah kasihan kepadanya. Akhirnya sang tamu berhasil membeli wayang Batara Siwa milik beliau. Setelah itu Jro Dalang Diah merasa sakit kepala(pengeng sirahne) selama 3 hari. Beliau mesti membuat lagi wayang Batara Siwa, yang tentunya dipasupati. Setelah itu baru sakit kepalanya hilang. Oleh karena itu, bila saya berkunjung ke rumahnya, saya tidak sampai hati, menyatakan keinginan untuk membeli wayang Batara Siwa beliau. Bila saya beli, mungkin saja beliau kasihan kepada saya, berarti beliau mesti sakit selama 3 hari. Rasanya saya tidak sampai hati melakukannya. Beliau khan sudah sangat sepuh. Cerita lainnya, suatu hari datang seorang kolektor dari Perancis. Sang tamu kebetulan mendapat info tentang Jro Dalang Diah dari sebuah buku sejenis Guide book to Bali. Dalam buku itu termuat satu karya wayang kulit beliau. Sosok yang dimaksud adalah Calon Arang. Kemudian tertera nama seniman pembuatnya Jro Dalang Diah. Alamatnya North Bali. Sang kolektor tertarik untuk mengoleksi wayang Calon Arang. Yah Bali Utara segede itu, silahkan aja diubek-ubek untuk mencari Jro Dalang Diah. Sang Tamu agak surprise, mengingat dengan nanya seorang tukang ojek, dia bisa sampai ke alamat sang seniman, yaitu Desa Nagasepaha, Buleleng, Bali Utara. Saya pernah mambayangkan, bila setiap individu bisa hidup dari hobby-nya, dari bakatnya, rasanya hidup ini akan terasa begitu indah. Bayangkan saja, bila seseorang menyenangi pekerjaannya, rasanya disuruh kerja sampai malam juga, dia akan melakoninya dengan senang hati. Segitu dulu dari saya, semoga kedamaian selalu menyertai kita. Sampai jumpa. Om Shanti Shanti Shanti Om salam sejahtera dari Nyoman Bangsing On Thu, 12 Jun 2003 15:12:18 -0700 (PDT), nimade widiasari wrote YTh Pak Bangsing, pada prinsip kami mencoba membuat program berdasarkan masukan dari semua pihak yang menawarkan tantangan buat kami. Ya...maklumlah kan masing-masing orang punya daerah favorit, kalau yang suka Kintamani bilang, akan sangat menantang kalau kawasan Hutan Kintamani bisa diselamatkan, juga yang biasa mendapat paica di Lempuyang, TNBB/Sumber Klampok dan lain-lain. Kami akan coba membuat program di perbukitan di belakang Pulaki. Sebenarnya ada tantangan besar untuk melanjutkan mendampingi masyarakat Sumberkima (yang notabene multikultur) untuk menghentikan kebiasaan destructif fishingnya. Tapi tenang aja pak Bangsing, saya akan berusaha keras agar program Pulaki dapat juga berlangsung. Bagi kami, walau cuman nanam pohon juga merupakan tantangan besar, bahkan permintaan desa adat Tanjung Bungkak (denpasar) untuk menanam 1000 pohon Nyuh Bungkakpun, kami bantu sebisanya (300 pohon). Padahal kalau masing2 warganya dimintai pijer barang 2 pohon kan bisa ya? Tapi itu lagi, kami terbiasa dituntut, dan kami tidak ingin mengecewakan sang penuntut. he..he...he...he...,fun sajalah...kami terbiasa menghadapi berbagai karakter orang kok. Kami kelompok yang mencoba untuk belajar menikmati
[bali] Re: Clean up di lempuyang
YTh Pak Bangsing, thanks infonya tentang Wayang Bethara Shiwa. Saya memang merasakan bahwa wayang tersebut punya jiwa, ya...khan saya nggak jadi beli . Kalau saya sih, sebuah karya besar kalau sudah dijaga dengan baik, sudah menenangkan jiwa kok. khan nggak perlu harus saya yang beli/jaga. Ok, thanks semua. Semoga Dharma selalu memayungi keseharian pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Met Galungan...deh!! Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Ibu Made Widiasari, Ketut Arthana,,dan teman-teman lp3b Selamat hari raya Galungan dan Kuningan bagi teman-teman yang merayakannya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi selalu menuntun kita ke jalan Dharma. Terimakasih atas info anda, dan saya ikut merasa gembira, mengingat demikian banyak teman-teman yang punya perhatian besar terhadap lingkungan Bali. Saya bisa mengerti, memang terdapat demikian banyak permasalahan lingkungan yang mesti segera ditangani, mulai dari hutan Kintamani, TNBB, dst. Yang jelas saya angkat topi buat teman-teman yang telah melakukan kegiatan nyata di lapangan dengan jalan menanam pohon. Mengenai Jro Dalang Diah, menurut saya beliau adalah seorang Mpu. Kita bisa banyak belajar dari sosok-sosok bersahaja seperti beliau ini. Saya sempat menelpon kakak saya, dan mendapat informasi darinya bahwa Ibu Made Widiasari sudah singgah ke rumah Jro Dalang Diah. Syukurlah bila Ibu Made mendapat pelajaran berharga dari sosok Jro Dalang Diah. Ada cerita menarik yang saya bisa sampaikan di sini. Suatu hari datang satu tamu dari Australia, yang diantar oleh seorang Guide. Sang Tamu sangat tertarik ingin membeli satu wayang karya Jro Dalang Diah, yaitu sosok Batara Siwa. Wayang Batara Siwa biasanya dilengkapi dengan benang tridatu(tiga warna). Perkiraan saya, wayang yang satu itu, telah dipasupati oleh Jro Dalang Diah. Entah bagaimana caranya sang Guide merayu, sampai Jro Dalang Diah kasihan kepadanya. Akhirnya sang tamu berhasil membeli wayang Batara Siwa milik beliau. Setelah itu Jro Dalang Diah merasa sakit kepala(pengeng sirahne) selama 3 hari. Beliau mesti membuat lagi wayang Batara Siwa, yang tentunya dipasupati. Setelah itu baru sakit kepalanya hilang. Oleh karena itu, bila saya berkunjung ke rumahnya, saya tidak sampai hati, menyatakan keinginan untuk membeli wayang Batara Siwa beliau. Bila saya beli, mungkin saja beliau kasihan kepada saya, berarti beliau mesti sakit selama 3 hari. Rasanya saya tidak sampai hati melakukannya. Beliau khan sudah sangat sepuh. Cerita lainnya, suatu hari datang seorang kolektor dari Perancis. Sang tamu kebetulan mendapat info tentang Jro Dalang Diah dari sebuah buku sejenis Guide book to Bali. Dalam buku itu termuat satu karya wayang kulit beliau. Sosok yang dimaksud adalah Calon Arang. Kemudian tertera nama seniman pembuatnya Jro Dalang Diah. Alamatnya North Bali. Sang kolektor tertarik untuk mengoleksi wayang Calon Arang. Yah Bali Utara segede itu, silahkan aja diubek-ubek untuk mencari Jro Dalang Diah. Sang Tamu agak surprise, mengingat dengan nanya seorang tukang ojek, dia bisa sampai ke alamat sang seniman, yaitu Desa Nagasepaha, Buleleng, Bali Utara. Saya pernah mambayangkan, bila setiap individu bisa hidup dari hobby-nya, dari bakatnya, rasanya hidup ini akan terasa begitu indah. Bayangkan saja, bila seseorang menyenangi pekerjaannya, rasanya disuruh kerja sampai malam juga, dia akan melakoninya dengan senang hati. Segitu dulu dari saya, semoga kedamaian selalu menyertai kita. Sampai jumpa. Om Shanti Shanti Shanti Om salam sejahtera dari Nyoman Bangsing On Thu, 12 Jun 2003 15:12:18 -0700 (PDT), nimade widiasari wrote YTh Pak Bangsing, pada prinsip kami mencoba membuat program berdasarkan masukan dari semua pihak yang menawarkan tantangan buat kami. Ya...maklumlah kan masing-masing orang punya daerah favorit, kalau yang suka Kintamani bilang, akan sangat menantang kalau kawasan Hutan Kintamani bisa diselamatkan, juga yang biasa mendapat paica di Lempuyang, TNBB/Sumber Klampok dan lain-lain. Kami akan coba membuat program di perbukitan di belakang Pulaki. Sebenarnya ada tantangan besar untuk melanjutkan mendampingi masyarakat Sumberkima (yang notabene multikultur) untuk menghentikan kebiasaan destructif fishingnya. Tapi tenang aja pak Bangsing, saya akan berusaha keras agar program Pulaki dapat juga berlangsung. Bagi kami, walau cuman nanam pohon juga merupakan tantangan besar, bahkan permintaan desa adat Tanjung Bungkak (denpasar) untuk menanam 1000 pohon Nyuh Bungkakpun, kami bantu sebisanya (300 pohon). Padahal kalau masing2 warganya dimintai pijer barang 2 pohon kan bisa ya? Tapi itu lagi, kami terbiasa dituntut, dan kami tidak ingin mengecewakan sang penuntut. he..he...he...he...,fun sajalah...kami terbiasa menghadapi berbagai karakter orang kok. Kami kelompok yang mencoba untuk belajar menikmati
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Ysh. Ibu Made Widiasari, Ketut Arthana,,dan teman-teman lp3b Selamat hari raya Galungan dan Kuningan bagi teman-teman yang merayakannya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi selalu menuntun kita ke jalan Dharma. Terimakasih atas info anda, dan saya ikut merasa gembira, mengingat demikian banyak teman-teman yang punya perhatian besar terhadap lingkungan Bali. Saya bisa mengerti, memang terdapat demikian banyak permasalahan lingkungan yang mesti segera ditangani, mulai dari hutan Kintamani, TNBB, dst. Yang jelas saya angkat topi buat teman-teman yang telah melakukan kegiatan nyata di lapangan dengan jalan menanam pohon. Mengenai Jro Dalang Diah, menurut saya beliau adalah seorang Mpu. Kita bisa banyak belajar dari sosok-sosok bersahaja seperti beliau ini. Saya sempat menelpon kakak saya, dan mendapat informasi darinya bahwa Ibu Made Widiasari sudah singgah ke rumah Jro Dalang Diah. Syukurlah bila Ibu Made mendapat pelajaran berharga dari sosok Jro Dalang Diah. Ada cerita menarik yang saya bisa sampaikan di sini. Suatu hari datang satu tamu dari Australia, yang diantar oleh seorang Guide. Sang Tamu sangat tertarik ingin membeli satu wayang karya Jro Dalang Diah, yaitu sosok Batara Siwa. Wayang Batara Siwa biasanya dilengkapi dengan benang tridatu(tiga warna). Perkiraan saya, wayang yang satu itu, telah dipasupati oleh Jro Dalang Diah. Entah bagaimana caranya sang Guide merayu, sampai Jro Dalang Diah kasihan kepadanya. Akhirnya sang tamu berhasil membeli wayang Batara Siwa milik beliau. Setelah itu Jro Dalang Diah merasa sakit kepala(pengeng sirahne) selama 3 hari. Beliau mesti membuat lagi wayang Batara Siwa, yang tentunya dipasupati. Setelah itu baru sakit kepalanya hilang. Oleh karena itu, bila saya berkunjung ke rumahnya, saya tidak sampai hati, menyatakan keinginan untuk membeli wayang Batara Siwa beliau. Bila saya beli, mungkin saja beliau kasihan kepada saya, berarti beliau mesti sakit selama 3 hari. Rasanya saya tidak sampai hati melakukannya. Beliau khan sudah sangat sepuh. Cerita lainnya, suatu hari datang seorang kolektor dari Perancis. Sang tamu kebetulan mendapat info tentang Jro Dalang Diah dari sebuah buku sejenis Guide book to Bali. Dalam buku itu termuat satu karya wayang kulit beliau. Sosok yang dimaksud adalah Calon Arang. Kemudian tertera nama seniman pembuatnya Jro Dalang Diah. Alamatnya North Bali. Sang kolektor tertarik untuk mengoleksi wayang Calon Arang. Yah Bali Utara segede itu, silahkan aja diubek-ubek untuk mencari Jro Dalang Diah. Sang Tamu agak surprise, mengingat dengan nanya seorang tukang ojek, dia bisa sampai ke alamat sang seniman, yaitu Desa Nagasepaha, Buleleng, Bali Utara. Saya pernah mambayangkan, bila setiap individu bisa hidup dari hobby-nya, dari bakatnya, rasanya hidup ini akan terasa begitu indah. Bayangkan saja, bila seseorang menyenangi pekerjaannya, rasanya disuruh kerja sampai malam juga, dia akan melakoninya dengan senang hati. Segitu dulu dari saya, semoga kedamaian selalu menyertai kita. Sampai jumpa. Om Shanti Shanti Shanti Om salam sejahtera dari Nyoman Bangsing On Thu, 12 Jun 2003 15:12:18 -0700 (PDT), nimade widiasari wrote YTh Pak Bangsing, pada prinsip kami mencoba membuat program berdasarkan masukan dari semua pihak yang menawarkan tantangan buat kami. Ya...maklumlah kan masing-masing orang punya daerah favorit, kalau yang suka Kintamani bilang, akan sangat menantang kalau kawasan Hutan Kintamani bisa diselamatkan, juga yang biasa mendapat paica di Lempuyang, TNBB/Sumber Klampok dan lain-lain. Kami akan coba membuat program di perbukitan di belakang Pulaki. Sebenarnya ada tantangan besar untuk melanjutkan mendampingi masyarakat Sumberkima (yang notabene multikultur) untuk menghentikan kebiasaan destructif fishingnya. Tapi tenang aja pak Bangsing, saya akan berusaha keras agar program Pulaki dapat juga berlangsung. Bagi kami, walau cuman nanam pohon juga merupakan tantangan besar, bahkan permintaan desa adat Tanjung Bungkak (denpasar) untuk menanam 1000 pohon Nyuh Bungkakpun, kami bantu sebisanya (300 pohon). Padahal kalau masing2 warganya dimintai pijer barang 2 pohon kan bisa ya? Tapi itu lagi, kami terbiasa dituntut, dan kami tidak ingin mengecewakan sang penuntut. he..he...he...he...,fun sajalah...kami terbiasa menghadapi berbagai karakter orang kok. Kami kelompok yang mencoba untuk belajar menikmati segala kondisi, kami suka aliran musik Ska yang energik (enak buat loncat2)juga bisa menikmati wayang I.B Mambal yang klasik. Kami bisa nongkrong di Hard Rock Cafe/Cafe Wayang, juga bisa di warung ikan bakar si Meme di Labuan aji. Kami menghormati teman-teman intelektual/educated, juga berteman dengan keluarga pengebom ikan/pencuri kayu/pelacur di Sumberkima. Saya sempat memotret Jro Dalang Diah dirumahnya, sayang hasilnya kurang bagus, tapi saya coba crop dan perbesar, mungkin bagus jadinya. Ada satu hal yang saya dapatkan dari orang tua seperti beliau, Kecintaan akan
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Mbak Widi, Thanks info candanya.., kami doakan selalu sehat da .. tambah seksinya., ..kalau ke Bandung, bisa mampir ketemu temen-temen paguyuban di Bandung dong...,kami tunggu Sebelumnya, kami ucapkan : Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan semoga selalu dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi wasa MW -- From: nimade widiasari[SMTP:[EMAIL PROTECTED] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 13, 2003 8:14 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [bali] Re: Clean up di lempuyang Pak Wirata Yth, ntar dulu deh...kalau Bali barat lagi, daerah lain complain..he..he..kemarin habis Lempuyang, eh Padang Bai juga nanyain, Bugbug (Candidasa) juga, wah...gimana nih? Belum Bangli (Kehen) dan yang lainnya. Doain saya tetap sehat dan seksi...eh...salah..lagi, sehat walafiat maksud saya. Saya mesti ngisi kepala dulu barang seminggu di Bandung, ya...ngikutin seminar. Ntar Balik dari Bandung, saya baru mikir lagi, Ntar program sampah di Buleleng juga bakal dilanjutin. Cuman pak Wis, lagi sibuk sekarang...ngurus bapaknya yang sakit, Galungan, ngantar istri..., dan lain-lain. Keep calm dululah. Gimana setuju nggak?? Kalau nggak...juga nggak apa2.he..he...he..(sorry becanda). Widi thea --- Made Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Widi, Setuju, profesi yang ditekuni dengan benar dipadukan pengalaman yang banyak akan menghasilkan yang profesional dan bonafide. Ngomong-ngomong, kapan rencana di Bali barat lagi ? mw -- From: nimade widiasari[SMTP:[EMAIL PROTECTED] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 13, 2003 5:12 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [bali] Re: Clean up di lempuyang YTh Pak Bangsing, pada prinsip kami mencoba membuat program berdasarkan masukan dari semua pihak yang menawarkan tantangan buat kami. Ya...maklumlah kan masing-masing orang punya daerah favorit, kalau yang suka Kintamani bilang, akan sangat menantang kalau kawasan Hutan Kintamani bisa diselamatkan, juga yang biasa mendapat paica di Lempuyang, TNBB/Sumber Klampok dan lain-lain. Kami akan coba membuat program di perbukitan di belakang Pulaki. Sebenarnya ada tantangan besar untuk melanjutkan mendampingi masyarakat Sumberkima (yang notabene multikultur) untuk menghentikan kebiasaan destructif fishingnya. Tapi tenang aja pak Bangsing, saya akan berusaha keras agar program Pulaki dapat juga berlangsung. Bagi kami, walau cuman nanam pohon juga merupakan tantangan besar, bahkan permintaan desa adat Tanjung Bungkak (denpasar) untuk menanam 1000 pohon Nyuh Bungkakpun, kami bantu sebisanya (300 pohon). Padahal kalau masing2 warganya dimintai pijer barang 2 pohon kan bisa ya? Tapi itu lagi, kami terbiasa dituntut, dan kami tidak ingin mengecewakan sang penuntut. he..he...he...he...,fun sajalah...kami terbiasa menghadapi berbagai karakter orang kok. Kami kelompok yang mencoba untuk belajar menikmati segala kondisi, kami suka aliran musik Ska yang energik (enak buat loncat2)juga bisa menikmati wayang I.B Mambal yang klasik. Kami bisa nongkrong di Hard Rock Cafe/Cafe Wayang, juga bisa di warung ikan bakar si Meme di Labuan aji. Kami menghormati teman-teman intelektual/educated, juga berteman dengan keluarga pengebom ikan/pencuri kayu/pelacur di Sumberkima. Saya sempat memotret Jro Dalang Diah dirumahnya, sayang hasilnya kurang bagus, tapi saya coba crop dan perbesar, mungkin bagus jadinya. Ada satu hal yang saya dapatkan dari orang tua seperti beliau, Kecintaan akan profesi membuat kita tidak mempunyai halangan apapun untuk bekerja, bahkan sakit/usia lanjut.Bagi saya itulah kesaktian. Ketekunan akan profesi, akan menghasilkan kesaktian. Logic2 saja kan..?? Habis bertahun-tahun dilakoni dengan penuh kecintaan, jelas akan menghasilkan kualitas SDM yang great dan produk yang amazing. salam : Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Ketut Arthana, Made Widiasari dan teman lp3b Saya setuju Tut, bahwa kita mesti memberikan dukungan pada kawan kita Made Widiasari. Menurut hemat saya, dalam gerakan seperti clean up Bali perlu kita kedepankan prinsip Ngayah yang sudah membudaya di Bali. Pihak yang bisa nyumbang tenaga, silahkan nyumbang tenaga, yang mampu menyumbang pohon silahkan nyumbang pohon, yang punya ide, silahkan sumbangkan ide anda, mari kita bersama-sama bekerja demi kelestarian Bali kita tercinta. Saya belum tahu secara pasti, apakah kita punya data tentang daerah mana saja dari hutan-hutan yang ada di Bali yang perlu ditanami ulang. Tujuan yang ingin dicapai, yah agar nggak banjir terus tuh di Bali. Bila dimungkinkan, lakukan riset untuk mengetahui jenis
[bali] Re: Clean up di lempuyang
. Saya sempat memotret Jro Dalang Diah dirumahnya,sayang hasilnya kurang bagus, tapi saya coba crop danperbesar, mungkin bagus jadinya. Ada satu hal yangsaya dapatkan dari orang tua seperti beliau,"Kecintaan akan profesi membuat kita tidak mempunyaihalangan apapun untuk bekerja, bahkan sakit/usialanjut".Bagi saya itulah "kesaktian". Ketekunan akanprofesi, akan menghasilkan "kesaktian". Logic2 sajakan..?? Habis bertahun-tahun dilakoni dengan penuhkecintaan, jelas akan menghasilkan kualitas SDM yang"great" dan produk yang "amazing Widi, Inilah semangat hidup orang Bali, yang banyak dilupakan sekarang, komitment dan dedikasi pada yang dikerjakan. Hutan ? keweh to, sebagian hidup saya adalah menemani bapak saya menghijaukan bali barat, beliau kerja dikehutanan, dan tugasnya ya sebagian besar melakukan reboisasi, kejar-kejaran ama hujan, ribuan pohon mati karena hujan yang tadi datang ternyata masih jalan-jalan. Saya sangat sedih ketika jaman reformasi banyak orang membabat hutan bali barat. Tapi kalau pulaki kayaknya karakter hutannya memang sudah masuk sebelah timur garis Wallace ( nyerempet-nyerempetlah), jadi memang begitu. Saya sempat marah ama developer di Teluk Terima, mereka bilang pohon yang ditebang cuman segede lengan batangnya, eh bego amat, pohon disitu dari saya kecil ampe sekarang ya tetap segitu. Ternyata banyak sekali hal yang harus diperbaiki ya ? ketut arthana
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Pak Wirata Yth, ntar dulu deh...kalau Bali barat lagi, daerah lain complain..he..he..kemarin habis Lempuyang, eh Padang Bai juga nanyain, Bugbug (Candidasa) juga, wah...gimana nih? Belum Bangli (Kehen) dan yang lainnya. Doain saya tetap sehat dan seksi...eh...salah..lagi, sehat walafiat maksud saya. Saya mesti ngisi kepala dulu barang seminggu di Bandung, ya...ngikutin seminar. Ntar Balik dari Bandung, saya baru mikir lagi, Ntar program sampah di Buleleng juga bakal dilanjutin. Cuman pak Wis, lagi sibuk sekarang...ngurus bapaknya yang sakit, Galungan, ngantar istri..., dan lain-lain. Keep calm dululah. Gimana setuju nggak?? Kalau nggak...juga nggak apa2.he..he...he..(sorry becanda). Widi thea --- Made Wirata [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Widi, Setuju, profesi yang ditekuni dengan benar dipadukan pengalaman yang banyak akan menghasilkan yang profesional dan bonafide. Ngomong-ngomong, kapan rencana di Bali barat lagi ? mw -- From: nimade widiasari[SMTP:[EMAIL PROTECTED] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 13, 2003 5:12 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[bali] Re: Clean up di lempuyang YTh Pak Bangsing, pada prinsip kami mencoba membuat program berdasarkan masukan dari semua pihak yang menawarkan tantangan buat kami. Ya...maklumlah kan masing-masing orang punya daerah favorit, kalau yang suka Kintamani bilang, akan sangat menantang kalau kawasan Hutan Kintamani bisa diselamatkan, juga yang biasa mendapat paica di Lempuyang, TNBB/Sumber Klampok dan lain-lain. Kami akan coba membuat program di perbukitan di belakang Pulaki. Sebenarnya ada tantangan besar untuk melanjutkan mendampingi masyarakat Sumberkima (yang notabene multikultur) untuk menghentikan kebiasaan destructif fishingnya. Tapi tenang aja pak Bangsing, saya akan berusaha keras agar program Pulaki dapat juga berlangsung. Bagi kami, walau cuman nanam pohon juga merupakan tantangan besar, bahkan permintaan desa adat Tanjung Bungkak (denpasar) untuk menanam 1000 pohon Nyuh Bungkakpun, kami bantu sebisanya (300 pohon). Padahal kalau masing2 warganya dimintai pijer barang 2 pohon kan bisa ya? Tapi itu lagi, kami terbiasa dituntut, dan kami tidak ingin mengecewakan sang penuntut. he..he...he...he...,fun sajalah...kami terbiasa menghadapi berbagai karakter orang kok. Kami kelompok yang mencoba untuk belajar menikmati segala kondisi, kami suka aliran musik Ska yang energik (enak buat loncat2)juga bisa menikmati wayang I.B Mambal yang klasik. Kami bisa nongkrong di Hard Rock Cafe/Cafe Wayang, juga bisa di warung ikan bakar si Meme di Labuan aji. Kami menghormati teman-teman intelektual/educated, juga berteman dengan keluarga pengebom ikan/pencuri kayu/pelacur di Sumberkima. Saya sempat memotret Jro Dalang Diah dirumahnya, sayang hasilnya kurang bagus, tapi saya coba crop dan perbesar, mungkin bagus jadinya. Ada satu hal yang saya dapatkan dari orang tua seperti beliau, Kecintaan akan profesi membuat kita tidak mempunyai halangan apapun untuk bekerja, bahkan sakit/usia lanjut.Bagi saya itulah kesaktian. Ketekunan akan profesi, akan menghasilkan kesaktian. Logic2 saja kan..?? Habis bertahun-tahun dilakoni dengan penuh kecintaan, jelas akan menghasilkan kualitas SDM yang great dan produk yang amazing. salam : Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Ketut Arthana, Made Widiasari dan teman lp3b Saya setuju Tut, bahwa kita mesti memberikan dukungan pada kawan kita Made Widiasari. Menurut hemat saya, dalam gerakan seperti clean up Bali perlu kita kedepankan prinsip Ngayah yang sudah membudaya di Bali. Pihak yang bisa nyumbang tenaga, silahkan nyumbang tenaga, yang mampu menyumbang pohon silahkan nyumbang pohon, yang punya ide, silahkan sumbangkan ide anda, mari kita bersama-sama bekerja demi kelestarian Bali kita tercinta. Saya belum tahu secara pasti, apakah kita punya data tentang daerah mana saja dari hutan-hutan yang ada di Bali yang perlu ditanami ulang. Tujuan yang ingin dicapai, yah agar nggak banjir terus tuh di Bali. Bila dimungkinkan, lakukan riset untuk mengetahui jenis pohon mana yang sangat baik difungsikan sebagai penahan air tanah. Apa sudah tahu jenis pohon yang mana ? Saya lebih senang di gunung daripada di laut. Rasanya saya akan senang bila suatu saat bisa bergabung nanam pohon di hutan-hutan yang ada di pegunungan Bali. Saya ada satu pertanyaan pada Made Widiasari, apakah anda punya program untuk menghijaukan pebukitan yang gundul di sekitar Pulaki ? Nah kalau programnya sejenis ini, baru tantangan menarik ! Terkadang dalam hidup kita memerlukan tantangan. Mengenai salusi dari permasalahan lesunya pariwisata di Bali, barangkali ada diantara teman-teman yang punya
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Mbak Widi, Setuju, profesi yang ditekuni dengan benar dipadukan pengalaman yang banyak akan menghasilkan yang profesional dan bonafide. Ngomong-ngomong, kapan rencana di Bali barat lagi ? mw -- From: nimade widiasari[SMTP:[EMAIL PROTECTED] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, June 13, 2003 5:12 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [bali] Re: Clean up di lempuyang YTh Pak Bangsing, pada prinsip kami mencoba membuat program berdasarkan masukan dari semua pihak yang menawarkan tantangan buat kami. Ya...maklumlah kan masing-masing orang punya daerah favorit, kalau yang suka Kintamani bilang, akan sangat menantang kalau kawasan Hutan Kintamani bisa diselamatkan, juga yang biasa mendapat paica di Lempuyang, TNBB/Sumber Klampok dan lain-lain. Kami akan coba membuat program di perbukitan di belakang Pulaki. Sebenarnya ada tantangan besar untuk melanjutkan mendampingi masyarakat Sumberkima (yang notabene multikultur) untuk menghentikan kebiasaan destructif fishingnya. Tapi tenang aja pak Bangsing, saya akan berusaha keras agar program Pulaki dapat juga berlangsung. Bagi kami, walau cuman nanam pohon juga merupakan tantangan besar, bahkan permintaan desa adat Tanjung Bungkak (denpasar) untuk menanam 1000 pohon Nyuh Bungkakpun, kami bantu sebisanya (300 pohon). Padahal kalau masing2 warganya dimintai pijer barang 2 pohon kan bisa ya? Tapi itu lagi, kami terbiasa dituntut, dan kami tidak ingin mengecewakan sang penuntut. he..he...he...he...,fun sajalah...kami terbiasa menghadapi berbagai karakter orang kok. Kami kelompok yang mencoba untuk belajar menikmati segala kondisi, kami suka aliran musik Ska yang energik (enak buat loncat2)juga bisa menikmati wayang I.B Mambal yang klasik. Kami bisa nongkrong di Hard Rock Cafe/Cafe Wayang, juga bisa di warung ikan bakar si Meme di Labuan aji. Kami menghormati teman-teman intelektual/educated, juga berteman dengan keluarga pengebom ikan/pencuri kayu/pelacur di Sumberkima. Saya sempat memotret Jro Dalang Diah dirumahnya, sayang hasilnya kurang bagus, tapi saya coba crop dan perbesar, mungkin bagus jadinya. Ada satu hal yang saya dapatkan dari orang tua seperti beliau, Kecintaan akan profesi membuat kita tidak mempunyai halangan apapun untuk bekerja, bahkan sakit/usia lanjut.Bagi saya itulah kesaktian. Ketekunan akan profesi, akan menghasilkan kesaktian. Logic2 saja kan..?? Habis bertahun-tahun dilakoni dengan penuh kecintaan, jelas akan menghasilkan kualitas SDM yang great dan produk yang amazing. salam : Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Ketut Arthana, Made Widiasari dan teman lp3b Saya setuju Tut, bahwa kita mesti memberikan dukungan pada kawan kita Made Widiasari. Menurut hemat saya, dalam gerakan seperti clean up Bali perlu kita kedepankan prinsip Ngayah yang sudah membudaya di Bali. Pihak yang bisa nyumbang tenaga, silahkan nyumbang tenaga, yang mampu menyumbang pohon silahkan nyumbang pohon, yang punya ide, silahkan sumbangkan ide anda, mari kita bersama-sama bekerja demi kelestarian Bali kita tercinta. Saya belum tahu secara pasti, apakah kita punya data tentang daerah mana saja dari hutan-hutan yang ada di Bali yang perlu ditanami ulang. Tujuan yang ingin dicapai, yah agar nggak banjir terus tuh di Bali. Bila dimungkinkan, lakukan riset untuk mengetahui jenis pohon mana yang sangat baik difungsikan sebagai penahan air tanah. Apa sudah tahu jenis pohon yang mana ? Saya lebih senang di gunung daripada di laut. Rasanya saya akan senang bila suatu saat bisa bergabung nanam pohon di hutan-hutan yang ada di pegunungan Bali. Saya ada satu pertanyaan pada Made Widiasari, apakah anda punya program untuk menghijaukan pebukitan yang gundul di sekitar Pulaki ? Nah kalau programnya sejenis ini, baru tantangan menarik ! Terkadang dalam hidup kita memerlukan tantangan. Mengenai salusi dari permasalahan lesunya pariwisata di Bali, barangkali ada diantara teman-teman yang punya ide ? Jika ya, mari kita berbagi ide melalui milis ini. Rasanya terlalu bodoh bila kita tetap berharap pada sektor pariwisata. Okey segitu dulu. Sampai jumpa. salam sejahtera dari Nyoman Bangsing -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED] __ Do you Yahoo!? Yahoo! Calendar - Free online calendar with sync to Outlook(TM). http://calendar.yahoo.com -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Yth Pak Bangsing, pak Ketut dan teman2, pada intinya semua orang ingin melakukan sesuatu yang dirasakannya memang perlu tindakan real. Tapi biasanya sebelumnya orang juga akan ramai berwacana, sebagai gambaran dari kegundahannya, juga ada kekecewaan karena tidak ada yang melakukan sesuatu langsung di lapangan, hal tersebut berlangsung terus dan terus, saling menyalahkan terus dan akhirnya harapan tinggal harapan. Kesimpulannya; Mari kita lakukan sesuatu mulai dari diri sendiri, lakukan sajajangan menunggu siapa-siapa. Saya orang yang sudah sangat capai berharap dan menunggu sapaan ketika saya berjalan sendiri (romantis dan tragis ..he..he..)dan akhirnya ketika saya terus saja berjalansaya disapa, saya ditanya dan akhirnya saya ditemani dalam perjalanan tersebut. Jadi dehClean up ramai-ramai. Seribu orang mendukung Clean up Lempuyang, diluar target saya. Nasi bungkusnya 800, untung cukup, karena instansi dari Karangasem, sudah pulang duluan habis Clean up. Saya tumben begadang nonton wayang I.B Mambal yang sangat bagus, suaranya keren dan bukan wayang ecek2. Paginya Bondresnya juga lucu dan ngena banget. Akhirnya puas..banget(yang ini asli karena Clean up...bukan hal lainnya). salam : Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Teman teman anggota milis lp3b Buat Ketut Artana, saya kira kita mesti melihatnya dengan bijaksana. Mungkin itulah potret riil dari masyarakat kita. Untuk menyadarkan masyarakat kita, maka hal itu mesti dimulai sejak seseorang masih kanak-kanak. Coba kita fair saja, mana ada dulu orang desa yang punya wc. Saya dulu lahir di desa Nagasepaha dan umur pra sekolah tinggal di pegunungan tepatnya di atas Gitgit yaitu di Banjar Wirabuana, desa Gitgit(di kilometer 15 sebelum tugu pahlawan, kalau dari arah singaraja), dan SD kelas satu sekolah di desa Nagasepaha. Waktu itu yah belum ada WC di rumah-rumah penduduk. Bahwa kita perlu mengajak masyarakt agar peduli dengan kebersihan lingkungannya, saya kira kita semua sepaham. Hanya saja, perlu waktu, sabar Tut. Saya ikut bergembira bahwa teman-teman di Bali sudah aware dengan masalah lingkungan. Bahwa banyak yang hanya bicara Tri Hita Karana, yah lupakan saja mereka. Kita memerlukan orang-orang yang melakukan tindakan nyata. Saya berharap suatu saat nanti saya bisa ikut Ngayah. Saya baru saja punya kesempatan untuk membuka mail. Saat ini saya sedang berada di Montreal, Kanada, dalam rangka mengikuti conference. Hari ini adalah registrasinya. Besok 9 - 12 juni diisi dengan presentasi dari paper- paper yang ada. Saya kebagian mempresentasikan paper saya tanggal 12 juni nanti. Peserta seminar banyak yang meng-cancel kedatangan mereka, berhubung mereka khawatir dengan kasus SARS. Tolong doakan ya, semoga saya sehat-sehat saja. Saat ini waktu setempat menunjukkan pukul 21.00, mungkin di Bali Jam 9.00 pagi. Okey segitu dulu cerita singkat dari Montreal, sampai jumpa. Om Shanti Shanti Shanti Om salam sejahtera dari Nyoman Bangsing On Fri, 6 Jun 2003 00:58:40 -0700 (PDT), ketut arthana wrote Ibu made, Saya mau support kegiatan anda( saya kira teman teman yg lain mau support juga, pak nyoman sudarma dll ?), apa yang bisa saya bantu, cuman sekarang schedule saya sempit sekali. Saya ada idea, gimana kalau diwacanakan bahwa : SAMPAH-SAMPAH ITU MENGGANGU KESUCIAN PURA, TERUTAMA SAMPAH PELASTIK, istilahnya LETEH. Seperti saya ceritrakan dulu, saya sempat uring-uringan melihat sampah-sampah ini, banyak orang omong besar tentang Tri Hita Karana, cuman tempat sucinya aja penuh sampah yang bau sekali, apalagi rumahnya ya. Dengan jumlah sampah yang ada disitu, terakhir saya ke Lempuyang beberapa bulan yang lalu, kayaknya perlu beberapa hari untuk membersihkan areal sepanjang rute utama dan rute dari Lempuyang Madya, so discusting, really need big effort to do this Sebenarnya kondisi ini tidak hanya di lempuyang, juga tempat suci lainnya, sampai anak saya yang umur enam tahun berkata : daddy, why don't you tell the Balinese to take care the island, they have to learn to take care the sampah...rasanya menampar muka saya. Bagaimana saya bisa kontak anda, or anda kontak saya di 0811392639, or SMS, saya akan kontak balik. Saya perlu beberapa orang seperti anda, do it and talk dan bukan NATO. Best regards ketut arthana nimade widiasari [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Friends, saya minta maaf nggak aktif selama ini dalam kancah Bali Heritage. He..he..Tapi saya selalu baca dan mengikuti ide2, perbantahan dan lain-lain. Kebetulan saya sedang sibuk nyiapin acara Clean up di Pura Lempuyang. Ya...bolak-balik deh ke Karangsem/Abang/Tista. Oh ya, bagi teman-teman yang ingin ikut berpartisipasi dalam acara ini berikut susunan acaranya : Tanggal 7 Juni 2003 malam Pk 18.30-selesai,Ada pertunjukkan wayang, tari2an dari murid2 desa
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Ibu Ni Made Widiasari Yth., Saya ucapkan Selamat Berkarya kepada Ibu, saya mendukung kegiatan yg Ibu lakukan, setidaknya secara moril. Mudah-mudahan kigiatan yg Ibu lakukan bida mendapat dukungan pula dari masyarakat Bali, untuk keabikan Bali. Kalau boleh saya titip juga Pura-Pura Sad Khayangan lainnya yang ada di BAli juga bisa dilakukan hal yg sama, khususnya Pura Tanah Lot Tabanan. Saya sedih melihat gambar Pura Tanah Lot di Bali Post minggu yg lalu (saya lupa tanggalnya), dimana di tunjukkan gambar wisatawan manca negara yang relative bugil di seberang Pura memandangi pemandangan Pura. Ini karena kegagalan kami yg menentang pembangunan BNR dulu. Terima kasih dan Selamat berkarya. Wayan Sutika Ananta nimade widiasari wrote: Yth Pak Bangsing, pak Ketut dan teman2, pada intinya semua orang ingin melakukan sesuatu yang dirasakannya memang perlu tindakan real. Tapi biasanya sebelumnya orang juga akan ramai berwacana, sebagai gambaran dari kegundahannya, juga ada kekecewaan karena tidak ada yang melakukan sesuatu langsung di lapangan, hal tersebut berlangsung terus dan terus, saling menyalahkan terus dan akhirnya harapan tinggal harapan. Kesimpulannya; Mari kita lakukan sesuatu mulai dari diri sendiri, lakukan sajajangan menunggu siapa-siapa. Saya orang yang sudah sangat capai berharap dan menunggu sapaan ketika saya berjalan sendiri (romantis dan tragis ..he..he..)dan akhirnya ketika saya terus saja berjalansaya disapa, saya ditanya dan akhirnya saya ditemani dalam perjalanan tersebut. Jadi dehClean up ramai-ramai. Seribu orang mendukung Clean up Lempuyang, diluar target saya. Nasi bungkusnya 800, untung cukup, karena instansi dari Karangasem, sudah pulang duluan habis Clean up. Saya tumben begadang nonton wayang I.B Mambal yang sangat bagus, suaranya keren dan bukan wayang ecek2. Paginya Bondresnya juga lucu dan ngena banget. Akhirnya puas..banget(yang ini asli karena Clean up...bukan hal lainnya). salam : Widi --- Nyoman Bangsing [EMAIL PROTECTED] wrote: Ysh. Teman teman anggota milis lp3b Buat Ketut Artana, saya kira kita mesti melihatnya dengan bijaksana. Mungkin itulah potret riil dari masyarakat kita. Untuk menyadarkan masyarakat kita, maka hal itu mesti dimulai sejak seseorang masih kanak-kanak. Coba kita fair saja, mana ada dulu orang desa yang punya wc. Saya dulu lahir di desa Nagasepaha dan umur pra sekolah tinggal di pegunungan tepatnya di atas Gitgit yaitu di Banjar Wirabuana, desa Gitgit(di kilometer 15 sebelum tugu pahlawan, kalau dari arah singaraja), dan SD kelas satu sekolah di desa Nagasepaha. Waktu itu yah belum ada WC di rumah-rumah penduduk. Bahwa kita perlu mengajak masyarakt agar peduli dengan kebersihan lingkungannya, saya kira kita semua sepaham. Hanya saja, perlu waktu, sabar Tut. Saya ikut bergembira bahwa teman-teman di Bali sudah aware dengan masalah lingkungan. Bahwa banyak yang hanya bicara Tri Hita Karana, yah lupakan saja mereka. Kita memerlukan orang-orang yang melakukan tindakan nyata. Saya berharap suatu saat nanti saya bisa ikut Ngayah. Saya baru saja punya kesempatan untuk membuka mail. Saat ini saya sedang berada di Montreal, Kanada, dalam rangka mengikuti conference. Hari ini adalah registrasinya. Besok 9 - 12 juni diisi dengan presentasi dari paper- paper yang ada. Saya kebagian mempresentasikan paper saya tanggal 12 juni nanti. Peserta seminar banyak yang meng-cancel kedatangan mereka, berhubung mereka khawatir dengan kasus SARS. Tolong doakan ya, semoga saya sehat-sehat saja. Saat ini waktu setempat menunjukkan pukul 21.00, mungkin di Bali Jam 9.00 pagi. Okey segitu dulu cerita singkat dari Montreal, sampai jumpa. Om Shanti Shanti Shanti Om salam sejahtera dari Nyoman Bangsing On Fri, 6 Jun 2003 00:58:40 -0700 (PDT), ketut arthana wrote Ibu made, Saya mau support kegiatan anda( saya kira teman teman yg lain mau support juga, pak nyoman sudarma dll ?), apa yang bisa saya bantu, cuman sekarang schedule saya sempit sekali. Saya ada idea, gimana kalau diwacanakan bahwa : SAMPAH-SAMPAH ITU MENGGANGU KESUCIAN PURA, TERUTAMA SAMPAH PELASTIK, istilahnya LETEH. Seperti saya ceritrakan dulu, saya sempat uring-uringan melihat sampah-sampah ini, banyak orang omong besar tentang Tri Hita Karana, cuman tempat sucinya aja penuh sampah yang bau sekali, apalagi rumahnya ya. Dengan jumlah sampah yang ada disitu, terakhir saya ke Lempuyang beberapa bulan yang lalu, kayaknya perlu beberapa hari untuk membersihkan areal sepanjang rute utama dan rute dari Lempuyang Madya, so discusting, really need big effort to do this Sebenarnya kondisi ini tidak hanya di lempuyang, juga tempat suci lainnya, sampai anak saya yang umur enam tahun berkata : daddy, why don't you tell the Balinese to take care the island, they have to learn to take care the
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Dear Bangsing, Selamat ber conference ria lah, tidak usah khawatir ama SARS, aku bolak- balik ke Taiwan daritiga bulan yang lalu ampe sekarang, toh tetap sehat-sehat aja, ingat sering-sering cuci tangan aja. Bangsing, saya cuman salut ama junior kita neng Widi, saya udah bicara ama dia lewat telephone ( thanks for the call), ternyata dia masih gila. Lewat forum ini saya cuman ingin menyerukan untuk support orang gila satu ini, jangan sampai dia kehabisan nafas. Ya seperti Widi katakan, dulu saya juga raja protes, apalagi saat baru pulang ke Bali, menggerutu melulu kerjanya. Tapi akhirnya capek dan akhirnya hanya diterapkan di keluarga kecil saya saja, masalah saya adalah takut kepada komitmen. Widi, kemarin sebenarnya saya mau datang hari minggu, cuman ada meeting di sekolah anak saya ( Dyatmika ), biasa mencoba untuk membuat pendidikan yang lebih problem solving oriented dan bukan worker bee oriented. Lain kali, saya usahakan ikut. ketut arthana Do you Yahoo!? Free online calendar with sync to Outlook(TM).
[bali] Re: Clean up di lempuyang
Ysh. Teman teman anggota milis lp3b Buat Ketut Artana, saya kira kita mesti melihatnya dengan bijaksana. Mungkin itulah potret riil dari masyarakat kita. Untuk menyadarkan masyarakat kita, maka hal itu mesti dimulai sejak seseorang masih kanak-kanak. Coba kita fair saja, mana ada dulu orang desa yang punya wc. Saya dulu lahir di desa Nagasepaha dan umur pra sekolah tinggal di pegunungan tepatnya di atas Gitgit yaitu di Banjar Wirabuana, desa Gitgit(di kilometer 15 sebelum tugu pahlawan, kalau dari arah singaraja), dan SD kelas satu sekolah di desa Nagasepaha. Waktu itu yah belum ada WC di rumah-rumah penduduk. Bahwa kita perlu mengajak masyarakt agar peduli dengan kebersihan lingkungannya, saya kira kita semua sepaham. Hanya saja, perlu waktu, sabar Tut. Saya ikut bergembira bahwa teman-teman di Bali sudah aware dengan masalah lingkungan. Bahwa banyak yang hanya bicara Tri Hita Karana, yah lupakan saja mereka. Kita memerlukan orang-orang yang melakukan tindakan nyata. Saya berharap suatu saat nanti saya bisa ikut Ngayah. Saya baru saja punya kesempatan untuk membuka mail. Saat ini saya sedang berada di Montreal, Kanada, dalam rangka mengikuti conference. Hari ini adalah registrasinya. Besok 9 - 12 juni diisi dengan presentasi dari paper- paper yang ada. Saya kebagian mempresentasikan paper saya tanggal 12 juni nanti. Peserta seminar banyak yang meng-cancel kedatangan mereka, berhubung mereka khawatir dengan kasus SARS. Tolong doakan ya, semoga saya sehat-sehat saja. Saat ini waktu setempat menunjukkan pukul 21.00, mungkin di Bali Jam 9.00 pagi. Okey segitu dulu cerita singkat dari Montreal, sampai jumpa. Om Shanti Shanti Shanti Om salam sejahtera dari Nyoman Bangsing On Fri, 6 Jun 2003 00:58:40 -0700 (PDT), ketut arthana wrote Ibu made, Saya mau support kegiatan anda( saya kira teman teman yg lain mau support juga, pak nyoman sudarma dll ?), apa yang bisa saya bantu, cuman sekarang schedule saya sempit sekali. Saya ada idea, gimana kalau diwacanakan bahwa : SAMPAH-SAMPAH ITU MENGGANGU KESUCIAN PURA, TERUTAMA SAMPAH PELASTIK, istilahnya LETEH. Seperti saya ceritrakan dulu, saya sempat uring-uringan melihat sampah-sampah ini, banyak orang omong besar tentang Tri Hita Karana, cuman tempat sucinya aja penuh sampah yang bau sekali, apalagi rumahnya ya. Dengan jumlah sampah yang ada disitu, terakhir saya ke Lempuyang beberapa bulan yang lalu, kayaknya perlu beberapa hari untuk membersihkan areal sepanjang rute utama dan rute dari Lempuyang Madya, so discusting, really need big effort to do this Sebenarnya kondisi ini tidak hanya di lempuyang, juga tempat suci lainnya, sampai anak saya yang umur enam tahun berkata : daddy, why don't you tell the Balinese to take care the island, they have to learn to take care the sampah...rasanya menampar muka saya. Bagaimana saya bisa kontak anda, or anda kontak saya di 0811392639, or SMS, saya akan kontak balik. Saya perlu beberapa orang seperti anda, do it and talk dan bukan NATO. Best regards ketut arthana nimade widiasari [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Friends, saya minta maaf nggak aktif selama ini dalam kancah Bali Heritage. He..he..Tapi saya selalu baca dan mengikuti ide2, perbantahan dan lain-lain. Kebetulan saya sedang sibuk nyiapin acara Clean up di Pura Lempuyang. Ya...bolak-balik deh ke Karangsem/Abang/Tista. Oh ya, bagi teman-teman yang ingin ikut berpartisipasi dalam acara ini berikut susunan acaranya : Tanggal 7 Juni 2003 malam Pk 18.30-selesai,Ada pertunjukkan wayang, tari2an dari murid2 desa adat setempat (makemit). Kami juga mengundang bapak Bupati dan kita coba agar ada dialog tentang rencana pengelolaan sampah di Pura antara masyarakat dengan pemerintah Karangsemnya. Tanggal 8 pagi Clean up yang dilakukan oleh murid2 (7 sekolahan : SD, SMP dan SMK), masyarakat, kelompok pariwisata, instansi terkait di propinsi dan kabupaten, dll. Setelah Clean up ada Bondres dong, buat refreshing. Kami harap setelah selama 1 bulan ini mutar2 (safari kampanye ke sekolah2 dan kelompok masyarakat) tentang bagaimana sebaiknya mengelola sampah, ada semacam pencerahan dan pemicu bagi semua yang terlibat untuk mulai merubah kebiasaan buruk tentang sampah. Ya, saya harap di lempuyang tidak lagi ditemui Ibu2 yang pakai brokat perancis, dengan berlian segede jagung, membuang sampah dengan seenaknya ke tegalan atau semak2. Juga bapak2 dan anak2nya (kalau yang ini biasanya lebih melekat). Ada beberapa teman yang juga menyumbang bibit pohon majagau (300 pohon), yang dititipkan ke desa adat untuk ditanam pada musim hujan nanti. Untuk Desa adat Tanjung Bungkak juga sudah terima 300 bibit pohon kelapa (100 belum sempat diambil) dan 10 pohon cendana untuk di tanam tanggal 8 Juni 2003, ditelajakan masing2 (sekalian yang punya telajakan yang merawat. Ok, selamat berdiskusi tentang Bali Heritage, saya mau ke Gunung dulu..Habis enak sih...(Kagak ada Matinya...) Keep