[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)
wakatu tu untuang hari indak hujan. Sahinggonyo indak takuik kanai aia kanciang urang-urang nan tagia takanciang di ateh langik. Sabana badabok darah manantian urang nan tibo. Salain partamo kali basuo, tantu sajo maarok an pasan kok ka lai sampai. Ruponyo Alhamdulillah. Sarawa kotok ranang sa ukuran anak kelas 5 SD sampai juo ka tangan. Tapi ado nan lupo ciek. Bukankah wakatu tu Uak Sjarif indak ado lai? Salam Dick Tito Ps . Minggu, JKS On 5/8/09, sjamsir_sjarif hamboc...@yahoo.com wrote: Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif Nan lah Takanciang di Langik :) --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang. Harap maklum. Salam. Hanifah ricky avenzora wrote: Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang. Harap maklum. Salam. Hanifah ricky avenzora wrote: Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Dear Uni Ifah, Apo pulo tu kompor ngiyiang? Hahaa...alun pernah ambo mandanga nyo lai doch. Tapi kok lai pakai kompor juo brgkali rancak juo namonyo tuh Ni,ambo ndak ba kompor gai doch.api sen no dalam sakam.:..::ahahahaha. salah ya Ni? Maap dach ya Ni, gue bingung nich ngobrolnya kalau kebanyakan pakai gaya merendah ginihahaha...:ahahaha. Selamat akhir minggu dan salam utk keluarga. Salam, r.a Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Date: Sat, 9 May 2009 05:44:29 To: avenzor...@yahoo.comavenzor...@yahoo.com Cc: RantauNet@googlegroups.comRantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA) Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang. Harap maklum. Salam. Hanifah ricky avenzora wrote: Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Kompor nginyiang kasukno pakai HP, tapi indak lo biri biri doh. Nan pantiang ngenet urang ngenet lo awak. Kadang kanai bangih dek ikua ba jelo2, tapaso icak2 ndak tau alias basimada. Kadang sasek bagai namo nan di sapo. Mauh yo dunsanak nan ndak nyaman dek ikua ba jelo2. Salam juga untuk keluarga. Smg akhir pekannya menyenangkan. Salam. Hanifah avenzor...@yahoo.com wrote: Dear Uni Ifah, Apo pulo tu kompor ngiyiang? Hahaa...alun pernah ambo mandanga nyo lai doch. Tapi kok lai pakai kompor juo brgkali rancak juo namonyo tuh Ni,ambo ndak ba kompor gai doch.api sen no dalam sakam.:..::ahahahaha. salah ya Ni? Maap dach ya Ni, gue bingung nich ngobrolnya kalau kebanyakan pakai gaya merendah ginihahaha...:ahahaha. Selamat akhir minggu dan salam utk keluarga. Salam, r.a Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Date: Sat, 9 May 2009 05:44:29 To: avenzor...@yahoo.comavenzor...@yahoo.com Cc: RantauNet@googlegroups.comRantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA) Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang. Harap maklum. Salam. Hanifah ricky avenzora wrote: Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Dear Uni Iffah, Salam kembali nich dari kami semua, kebetulan sedang di dpn PC rame-2 membaca topik-topik tertentu di RN. Salam, r.a --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
MENAMPUNG AIR HUJAN (BERSAMA) Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Entah mengapa Seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati tak mau Entah m,engapa pula Sang ledeng bertingkah Dan berpolah pula seperti itu Jika mati, maka matilah Agar ku hidupkan kembali Strongkeng dari masa lalu Jika berhenti, maka teruslah berhenti Agar aku tahu kemana air harus kucari dan Tak perlu harus selalu menanti Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Tadi malam listrikpun kembali mati cukup lama Membuat persediaan air di bak serta kentongan menjadi menipis Jangankan untuk mandi Untuk pipispun sudah tidak bisa ditiris Kami gelisah Mengapa terang bulan di luar sana Tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Jelang tidur, listrik kembali menyala Namun ledeng tetap enggan mengalirkan air Kubiarkan kran air terbuka Berharap air akan mengalir Ketika kami tertidur nanti Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri Catatan : warna hijau tulisan pertama hanifah, warna hitam tulisan bung RA, warna Biru tua, perbaikan tulisan pertama hanifah oleh hanifah. Salam. Hanifah --- On Sat, 5/9/09, ricky avenzora avenzor...@yahoo.com wrote: From: ricky avenzora avenzor...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA) To: RantauNet@googlegroups.com Date: Saturday, May 9, 2009, 2:35 PM Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis bersama ini anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang kontinyu menulis. 3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama Menampung Air Hujan Bersama ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait pusi yang sudah Uni tulis, dan Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang sudah saya contohkan b. Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan lain. 4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke dua. Salam, r.a. --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN
Bu Iffah, ambo bisa marasakan kepedihan dan kesedihan nan mandalam karano iko manyangkuik aia, aia untuak basuci, untuak mambarasiahkan. sangat kontras jo di Sungai tanang, kampuang ibu Iffah, Doa ambo semoga kesediahan ko lakehlah berlalu, amiin. Wassalam, Elthaf From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of hanifah daman Sent: Friday, May 08, 2009 5:14 PM To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN
Amin YRA, makasih doanya uda elthaf. Jadi taragak pulang kampuang awak jadi no. Ado basadiokan sumua, kabatulan masin pompa alah lamo rusak, si uda sadang pulkam. . Nan labiah tabedo, kamar mandi di musajik, nan biaso dipakai sabagai alternatif dek warga nan kakariangan aia, sadang dibangun ulang. Lai tadanga jam2 tatantu kalua aia sangenek, di sedot kawan pakai pompa. Indak kabagian awak. Wass Hanifah --- On Fri, 5/8/09, Elthaf (elthaf) elt...@chevron.com wrote: From: Elthaf (elthaf) elt...@chevron.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:23 PM Bu Iffah, ambo bisa marasakan kepedihan dan kesedihan nan mandalam karano iko manyangkuik aia, aia untuak basuci, untuak mambarasiahkan. sangat kontras jo di Sungai tanang, kampuang ibu Iffah, Doa ambo semoga kesediahan ko lakehlah berlalu, amiin. Wassalam, Elthaf From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of hanifah daman Sent: Friday, May 08, 2009 5:14 PM To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)
Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif Nan lah Takanciang di Langik :) --- In rantau...@yahoogroups.com, hanifah daman iffa...@... wrote: MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)
Waduh mak Ngah ... Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... Jan - jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah . Ha ha Riri Bekasi, L 46 -Original Message- From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of sjamsir_sjarif Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif Nan lah Takanciang di Langik :) --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)
Dear Pak Riri, Untuang ambo lambek lahia satuhun dari Apak,sahinggo tahun2 tu ambo yakin alu buliah pai ka lua ba talbun (talanjang bunta) ria pai mandi hujan lai doch. Baa lah hariang nyo tu-eh? Hahahahahaha Salam, r.a Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Riri Chaidir riri.chai...@rantaunet.org Date: Fri, 8 May 2009 19:50:59 To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Waduh mak Ngah ... Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... Jan - jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah . Ha ha Riri Bekasi, L 46 -Original Message- From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of sjamsir_sjarif Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif Nan lah Takanciang di Langik :) --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)
Ricky dan mak Ngah Ha ha, Ricky rugi, dunsanak awak nan lain ko basorak2 manarimo kiriman mak Ngah, like lah di http://www.youtube.com/watch?v=5kHsqaJdCqE IFYI, video tu sabanyo potongan carito. Langkoknyo: kisah takanciang di ateh langik mak Ngah ko memberikan inspirasi bagi John Paul Young untuk menulis lagu. Tentunya dalam bahasa Inggris. Cuma karano di kamusnyo ndak basuo kato takanciang digantinyo menjadi Love, sehingga jadilah lagu nan cukuik populer http://www.youtube.com/watch?v=NNC0kIzM1Fo http://www.youtube.com/watch?v=NNC0kIzM1Fofeature=PlayListp=79BF7771367C5 A81index=0 feature=PlayListp=79BF7771367C5A81index=0 Ha ha, batua ndak tu Mak Ngah . Riri Bekasi, L 46 _ From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of avenzor...@yahoo.com Sent: Friday, May 08, 2009 7:59 PM To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Dear Pak Riri, Untuang ambo lambek lahia satuhun dari Apak,sahinggo tahun2 tu ambo yakin alu buliah pai ka lua ba talbun (talanjang bunta) ria pai mandi hujan lai doch. Baa lah hariang nyo tu-eh? Hahahahahaha Salam, r.a Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Riri Chaidir Date: Fri, 8 May 2009 19:50:59 +0700 To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Waduh mak Ngah ... Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... Jan - jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah . Ha ha Riri Bekasi, L 46 -Original Message- From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of sjamsir_sjarif Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir Sjarif Nan lah Takanciang di Langik :) --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia 1. Gimana kalau puisi Menampung Air Hujan Uni ini kita jadikan sebagai bahan utk membuat puisi bersama? Sebagai lanjutan dari PUISI BERSAMA yang dulu tertunda (ttg LAMERSING). 2. Jika boleh dan setuju, maka tolong ijinkan saya untuk memulainya dengan menulis bait pertama dengan cara mengembangkan bait pertama yang sudah Uni tulis. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. .. .. Salam, r.a. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner === Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~--~~~~--~~--~--~---
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
Boleh bung RA. Menampung air hujan mungkin pernah di lakukan semua orang, paling tidak kasusnya tidak asing. Kalau lemersing, belum tentu semua orang tau. Apa ada syarat untuh puisi bersama ? Komando tentu ada di tangan bung RA. Yang di lemersing, setelah ada yg nulis, bung ra nggak ngasih respon, makanya terhenti. Jangan2 yang telah menulis merasa tidak di hargai, lalu nggak mau ikutan nulis puisi bersama lagi. Mudah2an uni salah ya, dan jangan marah ya. Salam. Hanifah ricky avenzora wrote: Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia 1. Gimana kalau puisi Menampung Air Hujan Uni ini kita jadikan sebagai bahan utk membuat puisi bersama? Sebagai lanjutan dari PUISI BERSAMA yang dulu tertunda (ttg LAMERSING). 2. Jika boleh dan setuju, maka tolong ijinkan saya untuk memulainya dengan menulis bait pertama dengan cara mengembangkan bait pertama yang sudah Uni tulis. MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari dan tak perlu harus selalu menanti. .. .. Salam, r.a. --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM MENANPUNG AIR HUJAN Seminggu ini di kotaku Listrik hidup mati, hidup mat Air ledeng juga enggan mengalir Entah apa yang jadi penyebabnya Kami sudah mulai gelisah Apa yang akan dikerjakan ? Tadi malam listrik mati cukup lama Untung di luar terang bulan Persediaan air di bak dan di kentongan Sudah mulai menipis Nggak cukup untuk mandi Bagaimana kalau ada yang kebelet ? Menjelang jam sepuluh malam Listrik menyala lagi Sebelum tidur Ku periksa lagi kran ledeng Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka Biar air bisa mengalir ke bak Walau kami sedang tidur Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah Tak lama kemudian akupun tertidur Satu jam kemudian aku tersentak Di luar ku dengar rintik-rintik hujan Aku sempat berfikir Menunggu Ledeng mengalir ? atau Bangun dan menanmpung air hujan ? Andaikan ada suamiku Aku pasti memilih tidur nyenyak Akhirnya kuputuskan bangun sendirian Suasana di luar yang sunyi dan sepi Serta keinginan punya persediaan air Membuat rasa takutku hilang Ku ambil semua wadah Yang bisa untuk menampung air Ku jejer di halaman Di bawah cucuran atap Setelah itu aku kembali tidur Ku dengar hujan semakin lebat Jelang tidur Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api Hujan yang tak selalu hadir Sementara tak ada sumber air lain Ketika hujan datang Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah Mereka membuat tangki-tangki Seperti tangkinya perusahaan minyak Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki Pemakaian airpun di buat Sehemat mungkin Beda sekali dengan di kampungku Air mengalir dari gunung Tak berhenti sepanjang waktu Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang Ketika berkecimpung bersama teman sebaya Lalu akupun kembali tertidur Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang Kulihat wadah-wadah penampung air Penuh berisi air Alhamdulillah kataku Ada saja kemudahan yang diberikan Allah Sesore ini Air ledeng masih tidak mengalir Namun kulihat langit yang berawan Memberikan harapan Sebentar lagi akan turun hujan Ya Allah yang Maha Penyayang KepadaMu kami memohon Izinkanlah hujan turun Biar kami tampung Untuk berbagai keperluan Kami juga memohon Ya Allah Jangan turunkan hujan berlebihan Yang akan menyebabkan kesengsaraan Bengkulu, 8 Mei 2009 Hanifah Damanhuri --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur Lokasi pada setiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mak Ngah,sarato dunsanak sado e di RN, Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu *Sekolah Negeri Larak*kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Buliah pulo Bernostalgia, tahun 1949 ambo acok ikuik ayah nan jadi guru di Sekalah Rakyat Larak, Panampuang, Biaro Wakatu tu kami tingga di Tarok. Tiok pagi ayah naik kareta ka Biaro. Jadi kami jalan kaki dari Biaro ka Panampuang, 2 km Samo kah sakolah nan di makasuik Mak Ngah Tarimokasih dan sallam untuk semu Masrur Siddik L/67 Bandung 2009/5/8 Riri Chaidir riri.chai...@rantaunet.org Ricky dan mak Ngah Ha ha, Ricky rugi, dunsanak awak nan lain ko basorak2 manarimo kiriman mak Ngah, like lah di http://www.youtube.com/watch?v=5kHsqaJdCqE IFYI, video tu sabanyo potongan carito. Langkoknyo: kisah “takanciang di ateh langik” mak Ngah ko memberikan inspirasi bagi John Paul Young untuk menulis lagu. Tentunya dalam bahasa Inggris. Cuma karano di kamusnyo ndak basuo kato “takanciang” digantinyo menjadi “Love”, sehingga jadilah lagu nan cukuik populer http://www.youtube.com/watch?v=NNC0kIzM1Fofeature=PlayListp=79BF7771367C5A81index=0 Ha ha, batua ndak tu Mak Ngah … Riri Bekasi, L 46 -- *From:* RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] *On Behalf Of *avenzor...@yahoo.com *Sent:* Friday, May 08, 2009 7:59 PM *To:* RantauNet@googlegroups.com *Subject:* [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Dear Pak Riri, Untuang ambo lambek lahia satuhun dari Apak,sahinggo tahun2 tu ambo yakin alu buliah pai ka lua ba talbun (talanjang bunta) ria pai mandi hujan lai doch. Baa lah hariang nyo tu-eh? Hahahahahaha Salam, r.a Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From*: Riri Chaidir *Date*: Fri, 8 May 2009 19:50:59 +0700 *To*: RantauNet@googlegroups.com *Subject*: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Waduh mak Ngah ... Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... Jan – jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah … Ha ha Riri Bekasi, L 46 -Original Message- From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of sjamsir_sjarif Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :) Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan. Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA. Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :) Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ... Salam, --MakNgah Sjamsir