[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

2009-05-09 Terurut Topik dick tito

wakatu tu untuang hari indak hujan. Sahinggonyo indak takuik kanai aia
kanciang urang-urang nan tagia takanciang di ateh langik. Sabana
badabok darah manantian urang nan tibo. Salain partamo kali basuo,
tantu sajo maarok an pasan kok ka lai sampai. Ruponyo
Alhamdulillah. Sarawa kotok ranang sa ukuran anak kelas 5 SD sampai
juo ka tangan.

Tapi ado nan lupo ciek. Bukankah wakatu tu Uak Sjarif indak ado lai?

Salam
Dick Tito
Ps . Minggu, JKS


On 5/8/09, sjamsir_sjarif hamboc...@yahoo.com wrote:

 Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa
 ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari
 hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar
 rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi
 kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke
 langit.

 Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau
 hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju,
 telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang
 sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil
 di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.


 Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat
 Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada
 larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia
 keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966.

 Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat
 mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan
 topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik
 kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.

 Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun
 aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :)

 Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman,
 saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak
 pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak
 yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh
 Langik`sari...

 Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat
 lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat
 ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya
 dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan
 kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?
 Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...

 Salam,
 --MakNgah
 Sjamsir Sjarif
 Nan lah Takanciang di Langik :)


--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik ricky avenzora
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,
 
1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
 
2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada 
komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang 
kontinyu menulis. 
 
3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama ini 
gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb:
 
a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait 
pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang 
bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang 
sudah saya contohkan
 
b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan 
cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan 
lain.
 
4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga 
filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke 
dua. 
 
 
Salam,
r.a.
 
 
MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 

Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak
mau. 
Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa
lalu. 
Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku
cari dan tak perlu harus selalu menanti.  

Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
bak serta kentongan menjadi menipis
Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris  
Kami gelisah 
Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
kerjakan.  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: 
  From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net]
MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009,
5:13 PM 
  MENANPUNG AIR HUJAN 
    
  Seminggu ini di kotaku 
  Listrik hidup mati, hidup mat 
  Air ledeng juga enggan mengalir 
  Entah apa yang jadi penyebabnya 
    
  Kami sudah mulai gelisah 
  Apa yang akan dikerjakan ? 
  Tadi malam listrik mati cukup lama 
  Untung di luar terang bulan 
  Persediaan air di bak dan di kentongan 
  Sudah mulai menipis 
  Nggak cukup untuk mandi 
  Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 
    
  Menjelang jam sepuluh malam 
  Listrik menyala lagi 
  Sebelum tidur 
  Ku periksa lagi kran ledeng 
  Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 
  Biar air bisa mengalir ke bak 
  Walau kami sedang tidur 
  Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 
    
  Tak lama kemudian akupun tertidur 
  Satu jam kemudian aku tersentak 
  Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 
  Aku sempat berfikir 
  Menunggu Ledeng mengalir ? atau 
  Bangun dan menanmpung air hujan ? 
  Andaikan ada suamiku 
  Aku pasti memilih tidur nyenyak 
  Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 
    
  Suasana di luar yang sunyi dan sepi 
  Serta keinginan punya persediaan air 
  Membuat rasa takutku hilang 
    
  Ku ambil semua wadah 
  Yang bisa untuk menampung air 
  Ku jejer di halaman 
  Di bawah cucuran atap 
  Setelah itu aku kembali tidur 
  Ku dengar hujan semakin lebat 
    
  Jelang tidur 
  Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 
  Hujan yang tak selalu hadir 
  Sementara tak ada sumber air lain 
  Ketika hujan datang 
  Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 
  Mereka membuat tangki-tangki 
  Seperti tangkinya perusahaan minyak 
  Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 
  Pemakaian airpun di buat 
  Sehemat mungkin 
    
  Beda sekali dengan di kampungku 
  Air mengalir dari gunung 
  Tak berhenti sepanjang waktu 
  Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 
  Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 
  Lalu akupun kembali tertidur 
    
  Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 
  Kulihat wadah-wadah penampung air 
  Penuh berisi air 
  Alhamdulillah kataku 
  Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 
    
  Sesore ini 
  Air ledeng masih tidak mengalir 
  Namun kulihat langit yang berawan 
  Memberikan harapan 
  Sebentar lagi akan turun hujan 
    
  Ya Allah yang Maha Penyayang 
  KepadaMu kami memohon 
  Izinkanlah hujan turun 
  Biar kami tampung 
  Untuk berbagai keperluan 
  Kami juga memohon Ya Allah 
  Jangan turunkan hujan berlebihan 
  Yang akan menyebabkan kesengsaraan 
    
  Bengkulu, 8 Mei 2009 
    
    
  Hanifah Damanhuri 
 


  





  
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta 

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik ricky avenzora
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,
 
1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
 
2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada 
komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang 
kontinyu menulis. 
 
3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama ini 
gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb:
 
a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait 
pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang 
bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang 
sudah saya contohkan
 
b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan 
cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan 
lain.
 
4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga 
filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke 
dua. 
 
 
Salam,
r.a.
 
 
MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 

Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak
mau. 
Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa
lalu. 
Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku
cari dan tak perlu harus selalu menanti.  

Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
bak serta kentongan menjadi menipis
Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris  
Kami gelisah 
Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
kerjakan.  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: 
  From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net]
MENANPUNG AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009,
5:13 PM 
  MENANPUNG AIR HUJAN 
    
  Seminggu ini di kotaku 
  Listrik hidup mati, hidup mat 
  Air ledeng juga enggan mengalir 
  Entah apa yang jadi penyebabnya 
    
  Kami sudah mulai gelisah 
  Apa yang akan dikerjakan ? 
  Tadi malam listrik mati cukup lama 
  Untung di luar terang bulan 
  Persediaan air di bak dan di kentongan 
  Sudah mulai menipis 
  Nggak cukup untuk mandi 
  Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 
    
  Menjelang jam sepuluh malam 
  Listrik menyala lagi 
  Sebelum tidur 
  Ku periksa lagi kran ledeng 
  Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 
  Biar air bisa mengalir ke bak 
  Walau kami sedang tidur 
  Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 
    
  Tak lama kemudian akupun tertidur 
  Satu jam kemudian aku tersentak 
  Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 
  Aku sempat berfikir 
  Menunggu Ledeng mengalir ? atau 
  Bangun dan menanmpung air hujan ? 
  Andaikan ada suamiku 
  Aku pasti memilih tidur nyenyak 
  Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 
    
  Suasana di luar yang sunyi dan sepi 
  Serta keinginan punya persediaan air 
  Membuat rasa takutku hilang 
    
  Ku ambil semua wadah 
  Yang bisa untuk menampung air 
  Ku jejer di halaman 
  Di bawah cucuran atap 
  Setelah itu aku kembali tidur 
  Ku dengar hujan semakin lebat 
    
  Jelang tidur 
  Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 
  Hujan yang tak selalu hadir 
  Sementara tak ada sumber air lain 
  Ketika hujan datang 
  Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 
  Mereka membuat tangki-tangki 
  Seperti tangkinya perusahaan minyak 
  Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 
  Pemakaian airpun di buat 
  Sehemat mungkin 
    
  Beda sekali dengan di kampungku 
  Air mengalir dari gunung 
  Tak berhenti sepanjang waktu 
  Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 
  Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 
  Lalu akupun kembali tertidur 
    
  Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 
  Kulihat wadah-wadah penampung air 
  Penuh berisi air 
  Alhamdulillah kataku 
  Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 
    
  Sesore ini 
  Air ledeng masih tidak mengalir 
  Namun kulihat langit yang berawan 
  Memberikan harapan 
  Sebentar lagi akan turun hujan 
    
  Ya Allah yang Maha Penyayang 
  KepadaMu kami memohon 
  Izinkanlah hujan turun 
  Biar kami tampung 
  Untuk berbagai keperluan 
  Kami juga memohon Ya Allah 
  Jangan turunkan hujan berlebihan 
  Yang akan menyebabkan kesengsaraan 
    
  Bengkulu, 8 Mei 2009 
    
    
  Hanifah Damanhuri 
 


  





  
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta 

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik hanifah daman


Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak 
nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka 
tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi 
ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan 
tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk 
nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke 
UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami 
tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di 
mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Oh ya bung RA, 
uni belum bisa menyambung puisi bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang. 
Harap maklum. Salam. Hanifah

ricky avenzora wrote: 
 Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 
    
  1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
 puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
 ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
    
  2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
 in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
 anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
 mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau 
 ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada 
 yang kontinyu menulis. 
    
  3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama 
 ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: 
    
  a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN 
 bait pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan 
 ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == 
 seperti yang sudah saya contohkan 
    
  b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya 
 dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis 
 oleh rekan lain. 
    
  4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan 
 juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan 
 bait ke dua. 
    
    
  Salam, 
  r.a. 
    
    
  MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 
  Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. 
  Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
 Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. 
 Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
 dan tak perlu harus selalu menanti.  
  Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
 bak serta kentongan menjadi menipis 
  Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris   
  Kami gelisah 
  Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
 kerjakan.   
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote:   From: 
 hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN 
 To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM   
 MENANPUNG AIR HUJAN       Seminggu ini di kotaku   Listrik hidup mati, 
 hidup mat   Air ledeng juga enggan mengalir   Entah apa yang jadi 
 penyebabnya       Kami sudah mulai gelisah   Apa yang akan dikerjakan ?   
 Tadi malam listrik mati cukup lama   Untung di luar terang bulan   
 Persediaan air di bak dan di kentongan   Sudah mulai menipis   Nggak cukup 
 untuk mandi   Bagaimana kalau ada yang kebelet ?       Menjelang jam 
 sepuluh malam   Listrik menyala
  lagi   Sebelum tidur   Ku periksa lagi kran ledeng   Memastikan apa sudah 
 dalam keadaan terbuka   Biar air bisa mengalir ke bak   Walau kami sedang 
 tidur   Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah       Tak lama 
 kemudian akupun tertidur   Satu jam kemudian aku tersentak   Di luar ku 
 dengar rintik-rintik hujan   Aku sempat berfikir   Menunggu Ledeng mengalir 
 ? atau   Bangun dan menanmpung air hujan ?   Andaikan ada suamiku   Aku 
 pasti memilih tidur nyenyak   Akhirnya kuputuskan bangun sendirian       
 Suasana di luar yang sunyi dan sepi   Serta keinginan punya persediaan air 
   Membuat rasa takutku hilang       Ku ambil semua wadah   Yang bisa
  untuk menampung air   Ku jejer di halaman   Di bawah cucuran atap   
 Setelah itu aku kembali tidur   Ku dengar hujan semakin lebat       Jelang 
 tidur   Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api   Hujan yang tak selalu 
 hadir   Sementara tak ada sumber air lain   Ketika hujan datang   Air 
 hujan tak dibiarkan kembali ke tanah   Mereka membuat tangki-tangki   
 Seperti tangkinya perusahaan minyak   Air hujan tersebut di alirkan masuk ke 
 tangki   Pemakaian airpun di buat   Sehemat mungkin       Beda sekali 
 dengan di kampungku   Air mengalir dari gunung   Tak berhenti sepanjang 
 waktu   Terbayang 

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik hanifah daman


Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak 
nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka 
tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi 
ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan 
tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk 
nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke 
UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami 
tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di 
mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya 
sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga 
ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada 
alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi 
bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang.
 Harap maklum. Salam. Hanifah

ricky avenzora wrote: 
 Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 
    
  1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
 puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
 ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
    
  2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
 in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
 anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
 mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau 
 ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada 
 yang kontinyu menulis. 
    
  3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama 
 ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: 
    
  a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN 
 bait pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan 
 ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == 
 seperti yang sudah saya contohkan 
    
  b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya 
 dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis 
 oleh rekan lain. 
    
  4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan 
 juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan 
 bait ke dua. 
    
    
  Salam, 
  r.a. 
    
    
  MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 
  Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. 
  Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
 Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. 
 Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
 dan tak perlu harus selalu menanti.  
  Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
 bak serta kentongan menjadi menipis 
  Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris   
  Kami gelisah 
  Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
 kerjakan.   
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote:   From: 
 hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN 
 To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM   
 MENANPUNG AIR HUJAN       Seminggu ini di kotaku   Listrik hidup mati, 
 hidup mat   Air ledeng juga enggan mengalir   Entah apa yang jadi 
 penyebabnya       Kami sudah mulai gelisah   Apa yang akan dikerjakan ?   
 Tadi malam listrik mati cukup lama   Untung di luar terang bulan   
 Persediaan air di bak dan di kentongan   Sudah mulai menipis   Nggak cukup 
 untuk mandi   Bagaimana kalau ada yang kebelet ?       Menjelang jam 
 sepuluh malam   Listrik menyala
  lagi   Sebelum tidur   Ku periksa lagi kran ledeng   Memastikan apa sudah 
 dalam keadaan terbuka   Biar air bisa mengalir ke bak   Walau kami sedang 
 tidur   Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah       Tak lama 
 kemudian akupun tertidur   Satu jam kemudian aku tersentak   Di luar ku 
 dengar rintik-rintik hujan   Aku sempat berfikir   Menunggu Ledeng mengalir 
 ? atau   Bangun dan menanmpung air hujan ?   Andaikan ada suamiku   Aku 
 pasti memilih tidur nyenyak   Akhirnya kuputuskan bangun sendirian       
 Suasana di luar yang sunyi dan sepi   Serta keinginan punya persediaan air 
   Membuat rasa takutku hilang       Ku ambil semua wadah   Yang bisa
  untuk menampung air   Ku jejer di halaman   Di bawah cucuran atap   
 Setelah itu aku kembali tidur   Ku dengar hujan semakin lebat       Jelang 
 tidur   Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api   Hujan yang tak selalu 
 hadir   Sementara tak ada sumber air lain   Ketika hujan datang   Air 
 hujan tak dibiarkan kembali ke tanah   Mereka membuat tangki-tangki   
 Seperti tangkinya perusahaan minyak   Air hujan 

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik avenzora19
Dear Uni Ifah,

Apo pulo tu kompor ngiyiang? 
Hahaa...alun pernah ambo mandanga nyo lai doch. 

Tapi kok lai pakai kompor juo brgkali rancak juo namonyo tuh Ni,ambo ndak 
ba kompor gai doch.api sen no dalam sakam.:..::ahahahaha. salah ya 
Ni? Maap dach ya Ni, gue bingung nich ngobrolnya kalau kebanyakan pakai gaya 
merendah ginihahaha...:ahahaha. 

Selamat akhir minggu dan salam utk keluarga. 

Salam,
r.a

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: hanifah daman iffa...@yahoo.com

Date: Sat, 9 May 2009 05:44:29 
To: avenzor...@yahoo.comavenzor...@yahoo.com
Cc: RantauNet@googlegroups.comRantauNet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)




Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak 
nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka 
tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi 
ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan 
tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk 
nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau ke 
UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari kami 
tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur di 
mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya 
sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga 
ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada 
alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung puisi 
bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang.
 Harap maklum. Salam. Hanifah

ricky avenzora wrote: 
 Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 
    
  1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
 puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
 ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
    
  2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
 in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
 anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
 mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau 
 ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada 
 yang kontinyu menulis. 
    
  3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama 
 ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: 
    
  a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN 
 bait pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan 
 ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == 
 seperti yang sudah saya contohkan 
    
  b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya 
 dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis 
 oleh rekan lain. 
    
  4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan 
 juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan 
 bait ke dua. 
    
    
  Salam, 
  r.a. 
    
    
  MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 
  Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. 
  Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
 Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. 
 Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
 dan tak perlu harus selalu menanti.  
  Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
 bak serta kentongan menjadi menipis 
  Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris   
  Kami gelisah 
  Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
 kerjakan.   
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote:   From: 
 hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN 
 To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM   
 MENANPUNG AIR HUJAN       Seminggu ini di kotaku   Listrik hidup mati, 
 hidup mat   Air ledeng juga enggan mengalir   Entah apa yang jadi 
 penyebabnya       Kami sudah mulai gelisah   Apa yang akan dikerjakan ?   
 Tadi malam listrik mati cukup lama   Untung di luar terang bulan   
 Persediaan air di bak dan di kentongan   Sudah mulai menipis   Nggak cukup 
 untuk mandi   Bagaimana kalau ada yang kebelet ?       Menjelang jam 
 sepuluh malam   Listrik menyala
  lagi   Sebelum tidur   Ku periksa lagi kran ledeng   Memastikan apa sudah 
 dalam keadaan terbuka   Biar air bisa mengalir ke bak   Walau kami sedang 
 tidur   Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah       Tak lama 
 kemudian akupun tertidur   Satu jam kemudian aku tersentak   Di luar ku 
 dengar rintik-rintik hujan   Aku sempat berfikir   Menunggu Ledeng

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik hanifah daman


Kompor nginyiang kasukno pakai HP, tapi indak lo biri biri doh. Nan pantiang 
ngenet urang ngenet lo awak. Kadang kanai bangih dek ikua ba jelo2, tapaso 
icak2 ndak tau alias basimada. Kadang sasek bagai namo nan di sapo. Mauh yo 
dunsanak nan ndak nyaman dek ikua ba jelo2. Salam juga untuk keluarga. Smg 
akhir pekannya menyenangkan. Salam. Hanifah

avenzor...@yahoo.com wrote: 
 Dear Uni Ifah,
 
 Apo pulo tu kompor ngiyiang? 
 Hahaa...alun pernah ambo mandanga nyo lai doch. 
 
 Tapi kok lai pakai kompor juo brgkali rancak juo namonyo tuh Ni,ambo ndak 
 ba kompor gai doch.api sen no dalam sakam.:..::ahahahaha. salah 
 ya Ni? Maap dach ya Ni, gue bingung nich ngobrolnya kalau kebanyakan pakai 
 gaya merendah ginihahaha...:ahahaha. 
 
 Selamat akhir minggu dan salam utk keluarga. 
 
 Salam,
 r.a
 
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
 -Original Message-
 From: hanifah daman iffa...@yahoo.com
 
 Date: Sat, 9 May 2009 05:44:29 
 To: avenzor...@yahoo.comavenzor...@yahoo.com
 Cc: RantauNet@googlegroups.comRantauNet@googlegroups.com
 Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
 
 
 
 
 Bung RA yth. Hari ini, listrik dan ledeng mati total. Bayangan hujanpun ndak 
 nampak. Akhirnya uni bilang ke uda yg sudah datang sejak subuh, untuk membuka 
 tutup sumur dan menimba air seperti jaman kuliah di padang dulu. Yang terjadi 
 ketika tutup yg terdiri dari kayu dan seng n fiber glass, keluar rombongan 
 tawon yg nempel di kayunya. Memang sudah tau jg ada lebah di situ, tp tdk 
 nyangka udah banyak. Cepat2 di asapi. Trus kami pergi nyari pak ephi lintau 
 ke UMB. kami cari ke UMB pusat, eh taunya di UMB gdg baru yg tak jauh dari 
 kami tinggal. Eh rupanya pak ephi bawa keluarga. Uni temui anak2 sedang tidur 
 di mushola UMB tsb. Untung disana ada air, dan tempat bermain luas. Rupanya 
 sepeninggal kami, tawon terrebv mengejar ayam bangkok tetangga. Lalu tetangga 
 ikut measapi sumur kami hingga tawon benar2 hijrah. Paling tidak sudah ada 
 alternatif tempat mengambil air. Oh ya bung RA, uni belum bisa menyambung 
 puisi bersama tsb, krn uni pakai kompor nginyiang.
  Harap maklum. Salam. Hanifah
 
 ricky avenzora wrote: 
 Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia, 
    
  1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
 puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
 ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
    
  2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
 in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
 anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
 mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau 
 ada komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya 
 ada yang kontinyu menulis. 
    
  3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama 
 ini gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb: 
    
  a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN 
 bait pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan 
 ulang bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == 
 seperti yang sudah saya contohkan 
    
  b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya 
 dengan cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis 
 oleh rekan lain. 
    
  4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan 
 juga filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan 
 bait ke dua. 
    
    
  Salam, 
  r.a. 
    
    
  MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 
  Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak 
 mau. 
  Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
 Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. 
 Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
 dan tak perlu harus selalu menanti.  
  Tadi malam listrik pun kembali mati cukup lama, membuat persediaan air di 
 bak serta kentongan menjadi menipis 
  Jangankan untuk mandi, untuk pipis pun sudah tidak bisa ditiris   
  Kami gelisah 
  Mengapa terang bulan di luar sana tidak mau menuntun apa yang harus kami 
 kerjakan.   
    
    
    
    
    
    
    
    
    
    --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote:   From: 
 hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR 
 HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM   
 MENANPUNG AIR HUJAN       Seminggu ini di kotaku   Listrik hidup mati, 
 hidup mat   Air ledeng juga enggan mengalir   Entah apa yang jadi 
 penyebabnya       Kami sudah mulai gelisah   Apa yang akan dikerjakan ? 
   Tadi malam listrik mati cukup lama   Untung di luar terang bulan   
 Persediaan air di bak dan di kentongan   Sudah mulai menipis   Nggak cukup 
 untuk mandi   Bagaimana kalau ada yang

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik ricky avenzora
Dear Uni Iffah,
 
Salam kembali nich dari kami semua, kebetulan sedang di dpn PC rame-2 membaca 
topik-topik tertentu di RN.
 
Salam,
r.a


  
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-09 Terurut Topik hanifah daman
MENAMPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
 
Seminggu ini di kotaku
Listrik hidup mati, hidup mat
Air ledeng juga enggan mengalir
Entah apa yang jadi penyebabnya
 
Entah mengapa
Seminggu ini listrik di kota ku 
hidup enggan mati tak mau
Entah m,engapa pula
Sang ledeng bertingkah
Dan berpolah pula seperti itu
Jika mati, maka matilah 
Agar ku hidupkan kembali
Strongkeng dari masa lalu
Jika berhenti, maka teruslah berhenti
Agar aku tahu kemana air harus kucari dan
Tak perlu harus selalu menanti
 
Kami sudah mulai gelisah
Apa yang akan dikerjakan ?
Tadi malam listrik mati cukup lama
Untung di luar terang bulan
Persediaan air di bak dan di kentongan
Sudah mulai menipis
Nggak cukup untuk mandi 
Bagaimana kalau ada yang kebelet ?
 
Tadi malam listrikpun kembali mati cukup lama
Membuat persediaan air di bak serta kentongan
menjadi menipis
Jangankan untuk mandi
Untuk pipispun sudah tidak bisa ditiris
Kami gelisah
Mengapa terang bulan di luar sana
Tidak mau menuntun apa yang harus kami kerjakan
 
Menjelang jam sepuluh malam 
Listrik menyala lagi
Sebelum tidur
Ku periksa lagi kran ledeng
Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka
Biar air bisa mengalir ke bak
Walau kami sedang tidur
Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah
 
Jelang tidur, listrik kembali menyala
Namun ledeng tetap enggan mengalirkan air
Kubiarkan kran air terbuka
Berharap air akan mengalir
Ketika kami tertidur nanti
 
Tak lama kemudian akupun tertidur
Satu jam kemudian aku tersentak
Di luar ku dengar rintik-rintik hujan
Aku sempat berfikir
Menunggu Ledeng mengalir ? atau
Bangun dan menanmpung air hujan ?
Andaikan ada suamiku
Aku pasti memilih tidur nyenyak
Akhirnya kuputuskan bangun sendirian
 
Suasana di luar yang sunyi dan sepi
Serta keinginan punya persediaan air
Membuat rasa takutku hilang
 
Ku ambil semua wadah 
Yang bisa untuk menampung air
Ku jejer di halaman
Di bawah cucuran atap
Setelah itu aku kembali tidur
Ku dengar hujan semakin lebat
 
Jelang tidur
Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api
Hujan yang tak selalu hadir
Sementara tak ada sumber air lain
Ketika hujan datang
Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah
Mereka membuat tangki-tangki
Seperti tangkinya perusahaan minyak
Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki
Pemakaian airpun di buat
Sehemat mungkin
 
Beda sekali dengan di kampungku
Air mengalir dari gunung
Tak berhenti sepanjang waktu
Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang
Ketika berkecimpung bersama teman sebaya
Lalu akupun kembali tertidur 
 
Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang
Kulihat wadah-wadah penampung air 
Penuh berisi air
Alhamdulillah kataku
Ada saja kemudahan yang diberikan Allah
 
Sesore ini 
Air ledeng masih tidak mengalir
Namun kulihat langit yang berawan
Memberikan harapan
Sebentar lagi akan turun hujan
 
Ya Allah yang Maha Penyayang
KepadaMu kami memohon
Izinkanlah hujan turun
Biar kami tampung
Untuk berbagai keperluan
Kami juga memohon Ya Allah
Jangan turunkan hujan berlebihan
Yang akan menyebabkan kesengsaraan
 
Bengkulu, 8 Mei 2009
 
 
Hanifah Damanhuri
 
Catatan : warna hijau tulisan pertama hanifah, warna hitam tulisan bung RA, 
warna Biru tua, perbaikan tulisan pertama hanifah oleh hanifah. Salam. Hanifah
 


--- On Sat, 5/9/09, ricky avenzora avenzor...@yahoo.com wrote:


From: ricky avenzora avenzor...@yahoo.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Saturday, May 9, 2009, 2:35 PM







Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia,
 
1. Terima kasih Ni atas ijin nya, dan teima kasih juga atas saran Uni ttg  
puisi lamersing dulu. Saya bukan tidak merespon Ni, hanya saja nampaknya 
ada mizkom dalam aturan main nulis puisi bersama tsb. 
 
2. Nulis puisi bersama adalah salah satu jenis permainan untuk membentuk 
in-group feeling pada suatu kelompok. Dalam proses menulis  bersama ini 
anggota kelompok yang ikut akan saling mencoba memahami satu sama lain untuk 
mencapai suatu tujuan bersama, Dengan demikian barangkali kurang pas kalau ada 
komandan nya, yang diperlukan adalah ada yang memulai dan selanjutnya ada yang 
kontinyu menulis. 
 
3. Jika Uni setuju, maka utk puisi bersama  Menampung Air Hujan Bersama ini 
gimana kalau kita buat aturan mainnya sbb:
 
a. setiap yang ingin ikut maka harus menulis satu bait penuh dgn RUJUKAN bait 
pusi yang sudah Uni tulis, dan  Uni sendiri tetap bisa ikut menuliskan ulang 
bait puisi Uni tersebut (dengan pola kata dan rasa yang baru). == seperti yang 
sudah saya contohkan
 
b.  Agar mudah utk semua, maka setiap yang berkenan ikut mohon hendaknya dengan 
cara langsung saja menulis bait baru di bawah bait yg telah ditulis oleh rekan 
lain.
 
4. Bagi saya pribadi, menampung air hujan bersama terdengar puitis dan juga 
filosofis. Sebagai penyemangat, maka ijinkan saya utk juga menuliskan bait ke 
dua. 
 
 
Salam,
r.a.
 
 
 
 
 
 
 
 




  
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN

2009-05-08 Terurut Topik Elthaf (elthaf)
Bu Iffah, ambo bisa marasakan kepedihan dan kesedihan nan mandalam
karano iko manyangkuik aia, aia untuak basuci, untuak mambarasiahkan.
sangat kontras jo di Sungai tanang, kampuang ibu Iffah, 
Doa ambo semoga kesediahan ko lakehlah berlalu, amiin.
 
Wassalam,
Elthaf



From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
Behalf Of hanifah daman
Sent: Friday, May 08, 2009 5:14 PM
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN


MENANPUNG AIR HUJAN 

  

Seminggu ini di kotaku 

Listrik hidup mati, hidup mat 

Air ledeng juga enggan mengalir 

Entah apa yang jadi penyebabnya 

  

Kami sudah mulai gelisah 

Apa yang akan dikerjakan ? 

Tadi malam listrik mati cukup lama 

Untung di luar terang bulan 

Persediaan air di bak dan di kentongan 

Sudah mulai menipis 

Nggak cukup untuk mandi 

Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 

  

Menjelang jam sepuluh malam 

Listrik menyala lagi 

Sebelum tidur 

Ku periksa lagi kran ledeng 

Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 

Biar air bisa mengalir ke bak 

Walau kami sedang tidur 

Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 

  

Tak lama kemudian akupun tertidur 

Satu jam kemudian aku tersentak 

Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 

Aku sempat berfikir 

Menunggu Ledeng mengalir ? atau 

Bangun dan menanmpung air hujan ? 

Andaikan ada suamiku 

Aku pasti memilih tidur nyenyak 

Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 

  

Suasana di luar yang sunyi dan sepi 

Serta keinginan punya persediaan air 

Membuat rasa takutku hilang 

  

Ku ambil semua wadah 

Yang bisa untuk menampung air 

Ku jejer di halaman 

Di bawah cucuran atap 

Setelah itu aku kembali tidur 

Ku dengar hujan semakin lebat 

  

Jelang tidur 

Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 

Hujan yang tak selalu hadir 

Sementara tak ada sumber air lain 

Ketika hujan datang 

Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 

Mereka membuat tangki-tangki 

Seperti tangkinya perusahaan minyak 

Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 

Pemakaian airpun di buat 

Sehemat mungkin 

  

Beda sekali dengan di kampungku 

Air mengalir dari gunung 

Tak berhenti sepanjang waktu 

Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 

Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 

Lalu akupun kembali tertidur 

  

Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 

Kulihat wadah-wadah penampung air 

Penuh berisi air 

Alhamdulillah kataku 

Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 

  

Sesore ini 

Air ledeng masih tidak mengalir 

Namun kulihat langit yang berawan 

Memberikan harapan 

Sebentar lagi akan turun hujan 

  

Ya Allah yang Maha Penyayang 

KepadaMu kami memohon 

Izinkanlah hujan turun 

Biar kami tampung 

Untuk berbagai keperluan 

Kami juga memohon Ya Allah 

Jangan turunkan hujan berlebihan 

Yang akan menyebabkan kesengsaraan 

  

Bengkulu, 8 Mei 2009 

  

  

Hanifah Damanhuri 





--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN

2009-05-08 Terurut Topik hanifah daman
Amin YRA, makasih doanya uda elthaf.
 
Jadi taragak pulang kampuang awak jadi no.
Ado basadiokan sumua, kabatulan masin pompa alah lamo rusak, si uda sadang 
pulkam. . Nan labiah tabedo, kamar mandi di musajik, nan biaso dipakai sabagai 
alternatif dek warga nan kakariangan aia, sadang dibangun ulang. Lai tadanga 
jam2 tatantu kalua aia sangenek, di sedot kawan pakai pompa. Indak kabagian 
awak. 
 
Wass
 
Hanifah

--- On Fri, 5/8/09, Elthaf (elthaf) elt...@chevron.com wrote:


From: Elthaf (elthaf) elt...@chevron.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Friday, May 8, 2009, 5:23 PM



Bu Iffah, ambo bisa marasakan kepedihan dan kesedihan nan mandalam karano iko 
manyangkuik aia, aia untuak basuci, untuak mambarasiahkan. sangat kontras jo di 
Sungai tanang, kampuang ibu Iffah, 
Doa ambo semoga kesediahan ko lakehlah berlalu, amiin.
 
Wassalam,
Elthaf



From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf 
Of hanifah daman
Sent: Friday, May 08, 2009 5:14 PM
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN







MENANPUNG AIR HUJAN 

  

Seminggu ini di kotaku 

Listrik hidup mati, hidup mat 

Air ledeng juga enggan mengalir 

Entah apa yang jadi penyebabnya 

  

Kami sudah mulai gelisah 

Apa yang akan dikerjakan ? 

Tadi malam listrik mati cukup lama 

Untung di luar terang bulan 

Persediaan air di bak dan di kentongan 

Sudah mulai menipis 

Nggak cukup untuk mandi 

Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 

  

Menjelang jam sepuluh malam 

Listrik menyala lagi 

Sebelum tidur 

Ku periksa lagi kran ledeng 

Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 

Biar air bisa mengalir ke bak 

Walau kami sedang tidur 

Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 

  

Tak lama kemudian akupun tertidur 

Satu jam kemudian aku tersentak 

Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 

Aku sempat berfikir 

Menunggu Ledeng mengalir ? atau 

Bangun dan menanmpung air hujan ? 

Andaikan ada suamiku 

Aku pasti memilih tidur nyenyak 

Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 

  

Suasana di luar yang sunyi dan sepi 

Serta keinginan punya persediaan air 

Membuat rasa takutku hilang 

  

Ku ambil semua wadah 

Yang bisa untuk menampung air 

Ku jejer di halaman 

Di bawah cucuran atap 

Setelah itu aku kembali tidur 

Ku dengar hujan semakin lebat 

  

Jelang tidur 

Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 

Hujan yang tak selalu hadir 

Sementara tak ada sumber air lain 

Ketika hujan datang 

Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 

Mereka membuat tangki-tangki 

Seperti tangkinya perusahaan minyak 

Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 

Pemakaian airpun di buat 

Sehemat mungkin 

  

Beda sekali dengan di kampungku 

Air mengalir dari gunung 

Tak berhenti sepanjang waktu 

Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 

Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 

Lalu akupun kembali tertidur 

  

Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 

Kulihat wadah-wadah penampung air 

Penuh berisi air 

Alhamdulillah kataku 

Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 

  

Sesore ini 

Air ledeng masih tidak mengalir 

Namun kulihat langit yang berawan 

Memberikan harapan 

Sebentar lagi akan turun hujan 

  

Ya Allah yang Maha Penyayang 

KepadaMu kami memohon 

Izinkanlah hujan turun 

Biar kami tampung 

Untuk berbagai keperluan 

Kami juga memohon Ya Allah 

Jangan turunkan hujan berlebihan 

Yang akan menyebabkan kesengsaraan 

  

Bengkulu, 8 Mei 2009 

  

  

Hanifah Damanhuri 




  
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

2009-05-08 Terurut Topik sjamsir_sjarif

Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa 
ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari hujan 
lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar rumah kami 
untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi kita pun dapat 
menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke langit. 

Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau 
hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju, 
telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang 
sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil di 
Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.


Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat Amerika 
PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada larangan 
pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia keluar negeri, 
saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. 

Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat 
mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan 
topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik kandung 
saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.

Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun 
aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :)

Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman, saya 
Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak pulang 
kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak yang 
merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh Langik`sari... 

Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat 
lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat 
ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya 
dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan 
kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh? 
Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...

Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif
Nan lah Takanciang di Langik :)

--- In rantau...@yahoogroups.com, hanifah daman iffa...@... wrote:

 MENANPUNG AIR HUJAN
  
 Seminggu ini di kotaku
 Listrik hidup mati, hidup mat
 Air ledeng juga enggan mengalir
 Entah apa yang jadi penyebabnya
  
 Kami sudah mulai gelisah
 Apa yang akan dikerjakan ?
 Tadi malam listrik mati cukup lama
 Untung di luar terang bulan
 Persediaan air di bak dan di kentongan
 Sudah mulai menipis
 Nggak cukup untuk mandi 
 Bagaimana kalau ada yang kebelet ?
  
 Menjelang jam sepuluh malam 
 Listrik menyala lagi
 Sebelum tidur
 Ku periksa lagi kran ledeng
 Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka
 Biar air bisa mengalir ke bak
 Walau kami sedang tidur
 Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah
  
 Tak lama kemudian akupun tertidur
 Satu jam kemudian aku tersentak
 Di luar ku dengar rintik-rintik hujan
 Aku sempat berfikir
 Menunggu Ledeng mengalir ? atau
 Bangun dan menanmpung air hujan ?
 Andaikan ada suamiku
 Aku pasti memilih tidur nyenyak
 Akhirnya kuputuskan bangun sendirian
  
 Suasana di luar yang sunyi dan sepi
 Serta keinginan punya persediaan air
 Membuat rasa takutku hilang
  
 Ku ambil semua wadah 
 Yang bisa untuk menampung air
 Ku jejer di halaman
 Di bawah cucuran atap
 Setelah itu aku kembali tidur
 Ku dengar hujan semakin lebat
  
 Jelang tidur
 Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api
 Hujan yang tak selalu hadir
 Sementara tak ada sumber air lain
 Ketika hujan datang
 Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah
 Mereka membuat tangki-tangki
 Seperti tangkinya perusahaan minyak
 Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki
 Pemakaian airpun di buat
 Sehemat mungkin
  
 Beda sekali dengan di kampungku
 Air mengalir dari gunung
 Tak berhenti sepanjang waktu
 Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang
 Ketika berkecimpung bersama teman sebaya
 Lalu akupun kembali tertidur 
  
 Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang
 Kulihat wadah-wadah penampung air 
 Penuh berisi air
 Alhamdulillah kataku
 Ada saja kemudahan yang diberikan Allah
  
 Sesore ini 
 Air ledeng masih tidak mengalir
 Namun kulihat langit yang berawan
 Memberikan harapan
 Sebentar lagi akan turun hujan
  
 Ya Allah yang Maha Penyayang
 KepadaMu kami memohon
 Izinkanlah hujan turun
 Biar kami tampung
 Untuk berbagai keperluan
 Kami juga memohon Ya Allah
 Jangan turunkan hujan berlebihan
 Yang akan menyebabkan kesengsaraan
  
 Bengkulu, 8 Mei 2009
  
  
 Hanifah Damanhuri



--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK 

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

2009-05-08 Terurut Topik Riri Chaidir
Waduh mak Ngah ...

 

Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... 

Jan - jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah .

 

Ha ha

 

 

 

Riri

Bekasi, L 46

 

-Original Message-
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
Behalf Of sjamsir_sjarif
Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

 

 

Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa
ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari
hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar
rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi
kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke
langit. 

 

Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau
hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju,
telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang
sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil
di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.

 

 

Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat
Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada
larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia
keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. 

 

Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat
mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan
topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik
kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.

 

Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun
aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :)

 

Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman,
saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak
pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak
yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh
Langik`sari... 

 

Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat
lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat
ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya
dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan
kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?
Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...

 

Salam,

--MakNgah

Sjamsir Sjarif

Nan lah Takanciang di Langik :)

 


--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

2009-05-08 Terurut Topik avenzora19
Dear Pak Riri,

Untuang ambo lambek lahia satuhun dari Apak,sahinggo tahun2 tu ambo yakin 
alu buliah pai ka lua ba talbun (talanjang bunta) ria pai mandi hujan lai 
doch. 

Baa lah hariang nyo tu-eh?

Hahahahahaha 


Salam,
r.a
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Riri Chaidir riri.chai...@rantaunet.org

Date: Fri, 8 May 2009 19:50:59 
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN  -- Jangan diminum... :)


Waduh mak Ngah ...

 

Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... 

Jan - jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah .

 

Ha ha

 

 

 

Riri

Bekasi, L 46

 

-Original Message-
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
Behalf Of sjamsir_sjarif
Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

 

 

Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa
ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari
hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar
rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi
kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke
langit. 

 

Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau
hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju,
telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang
sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil
di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.

 

 

Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat
Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada
larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia
keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. 

 

Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat
mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan
topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik
kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.

 

Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun
aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :)

 

Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman,
saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak
pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak
yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh
Langik`sari... 

 

Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat
lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat
ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya
dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan
kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?
Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...

 

Salam,

--MakNgah

Sjamsir Sjarif

Nan lah Takanciang di Langik :)

 





--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

2009-05-08 Terurut Topik Riri Chaidir
Ricky dan mak Ngah 

 

Ha ha, Ricky rugi, dunsanak awak nan lain ko basorak2 manarimo kiriman mak
Ngah, like lah di http://www.youtube.com/watch?v=5kHsqaJdCqE

 

IFYI, video tu sabanyo potongan carito.

 

Langkoknyo: kisah takanciang di ateh langik mak Ngah ko memberikan
inspirasi bagi John Paul Young untuk menulis lagu. Tentunya dalam bahasa
Inggris. Cuma karano di kamusnyo ndak basuo kato takanciang digantinyo
menjadi Love,  sehingga jadilah lagu nan cukuik populer
http://www.youtube.com/watch?v=NNC0kIzM1Fo
http://www.youtube.com/watch?v=NNC0kIzM1Fofeature=PlayListp=79BF7771367C5
A81index=0 feature=PlayListp=79BF7771367C5A81index=0

 

Ha ha, batua ndak tu Mak Ngah .

 

Riri

Bekasi, L 46

 

 

 

 

 

 

 

 

  _  

From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
Behalf Of avenzor...@yahoo.com
Sent: Friday, May 08, 2009 7:59 PM
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

 

Dear Pak Riri,

Untuang ambo lambek lahia satuhun dari Apak,sahinggo tahun2 tu ambo
yakin alu buliah pai ka lua ba talbun (talanjang bunta) ria pai mandi
hujan lai doch. 

Baa lah hariang nyo tu-eh?

Hahahahahaha 


Salam,
r.a

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Riri Chaidir 
Date: Fri, 8 May 2009 19:50:59 +0700
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

Waduh mak Ngah ...

 

Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ... 

Jan - jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah .

 

Ha ha

 

 

 

Riri

Bekasi, L 46

 

-Original Message-
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
Behalf Of sjamsir_sjarif
Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

 

 

Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa
ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari
hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar
rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi
kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke
langit. 

 

Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau
hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju,
telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang
sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil
di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.

 

 

Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat
Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada
larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia
keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966. 

 

Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat
mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan
topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik
kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.

 

Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan diminun
aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ... :)

 

Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman,
saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak
pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak
yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh
Langik`sari... 

 

Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat
lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat
ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya
dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan
kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?
Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...

 

Salam,

--MakNgah

Sjamsir Sjarif

Nan lah Takanciang di Langik :)

 








--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-08 Terurut Topik ricky avenzora
Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia
 
1. Gimana kalau puisi Menampung Air Hujan Uni ini kita jadikan sebagai bahan 
utk membuat puisi bersama? Sebagai lanjutan dari PUISI BERSAMA yang dulu 
tertunda (ttg LAMERSING). 
 
2. Jika boleh dan setuju, maka tolong ijinkan saya untuk memulainya dengan 
menulis bait pertama dengan cara mengembangkan bait pertama yang sudah Uni 
tulis. 
 
 
MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA
 
Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau.
Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu.
Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
dan tak perlu harus selalu menanti. 
 
..
..

 
Salam,
r.a.

--- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote:

From: hanifah daman iffa...@yahoo.com
Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG AIR HUJAN
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM







MENANPUNG AIR HUJAN 
  
Seminggu ini di kotaku 
Listrik hidup mati, hidup mat 
Air ledeng juga enggan mengalir 
Entah apa yang jadi penyebabnya 
  
Kami sudah mulai gelisah 
Apa yang akan dikerjakan ? 
Tadi malam listrik mati cukup lama 
Untung di luar terang bulan 
Persediaan air di bak dan di kentongan 
Sudah mulai menipis 
Nggak cukup untuk mandi 
Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 
  
Menjelang jam sepuluh malam 
Listrik menyala lagi 
Sebelum tidur 
Ku periksa lagi kran ledeng 
Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 
Biar air bisa mengalir ke bak 
Walau kami sedang tidur 
Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 
  
Tak lama kemudian akupun tertidur 
Satu jam kemudian aku tersentak 
Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 
Aku sempat berfikir 
Menunggu Ledeng mengalir ? atau 
Bangun dan menanmpung air hujan ? 
Andaikan ada suamiku 
Aku pasti memilih tidur nyenyak 
Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 
  
Suasana di luar yang sunyi dan sepi 
Serta keinginan punya persediaan air 
Membuat rasa takutku hilang 
  
Ku ambil semua wadah 
Yang bisa untuk menampung air 
Ku jejer di halaman 
Di bawah cucuran atap 
Setelah itu aku kembali tidur 
Ku dengar hujan semakin lebat 
  
Jelang tidur 
Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 
Hujan yang tak selalu hadir 
Sementara tak ada sumber air lain 
Ketika hujan datang 
Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 
Mereka membuat tangki-tangki 
Seperti tangkinya perusahaan minyak 
Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 
Pemakaian airpun di buat 
Sehemat mungkin 
  
Beda sekali dengan di kampungku 
Air mengalir dari gunung 
Tak berhenti sepanjang waktu 
Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 
Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 
Lalu akupun kembali tertidur 
  
Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 
Kulihat wadah-wadah penampung air 
Penuh berisi air 
Alhamdulillah kataku 
Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 
  
Sesore ini 
Air ledeng masih tidak mengalir 
Namun kulihat langit yang berawan 
Memberikan harapan 
Sebentar lagi akan turun hujan 
  
Ya Allah yang Maha Penyayang 
KepadaMu kami memohon 
Izinkanlah hujan turun 
Biar kami tampung 
Untuk berbagai keperluan 
Kami juga memohon Ya Allah 
Jangan turunkan hujan berlebihan 
Yang akan menyebabkan kesengsaraan 
  
Bengkulu, 8 Mei 2009 
  
  
Hanifah Damanhuri





  
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN (BERSAMA)

2009-05-08 Terurut Topik hanifah daman


Boleh bung RA. Menampung air hujan mungkin pernah di lakukan semua orang, 
paling tidak kasusnya tidak asing. Kalau lemersing, belum tentu semua orang 
tau.  Apa ada syarat untuh puisi bersama ? Komando tentu ada di tangan bung RA. 
Yang di lemersing, setelah ada yg nulis, bung ra nggak ngasih respon, makanya 
terhenti. Jangan2 yang telah menulis merasa tidak di hargai, lalu nggak mau 
ikutan nulis puisi bersama lagi. Mudah2an uni salah ya, dan jangan marah ya. 
Salam. Hanifah

ricky avenzora wrote: 
 Dear Rangkayo Hanifah dan Majelis RN Yang Mulia 
    
  1. Gimana kalau puisi Menampung Air Hujan Uni ini kita jadikan sebagai bahan 
 utk membuat puisi bersama? Sebagai lanjutan dari PUISI BERSAMA yang dulu 
 tertunda (ttg LAMERSING). 
    
  2. Jika boleh dan setuju, maka tolong ijinkan saya untuk memulainya dengan 
 menulis bait pertama dengan cara mengembangkan bait pertama yang sudah Uni 
 tulis. 
    
    
  MENAMPUNG AIR HUJAN BERSAMA 
    
  Entah mengapa seminggu ini listrik di kota ku hidup enggan mati pun tak mau. 
 Entah mengapa pula sang ledeng bertingkah dan berpolah pula seperti itu. 
  Jika mati, maka matilah agar aku hidupkan kembali strongkeng dari masa lalu. 
  Jika berhenti, maka teruslah berhenti agar aku tahu kemana air harus ku cari 
 dan tak perlu harus selalu menanti.  
    
  .. 
  .. 
   
    
  Salam, 
  r.a. 
  --- On Fri, 5/8/09, hanifah daman iffa...@yahoo.com wrote: 
  From: hanifah daman iffa...@yahoo.com Subject: [...@ntau-net] MENANPUNG 
 AIR HUJAN To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 5:13 PM 
  MENANPUNG AIR HUJAN 
    
  Seminggu ini di kotaku 
  Listrik hidup mati, hidup mat 
  Air ledeng juga enggan mengalir 
  Entah apa yang jadi penyebabnya 
    
  Kami sudah mulai gelisah 
  Apa yang akan dikerjakan ? 
  Tadi malam listrik mati cukup lama 
  Untung di luar terang bulan 
  Persediaan air di bak dan di kentongan 
  Sudah mulai menipis 
  Nggak cukup untuk mandi 
  Bagaimana kalau ada yang kebelet ? 
    
  Menjelang jam sepuluh malam 
  Listrik menyala lagi 
  Sebelum tidur 
  Ku periksa lagi kran ledeng 
  Memastikan apa sudah dalam keadaan terbuka 
  Biar air bisa mengalir ke bak 
  Walau kami sedang tidur 
  Kebetulan hanya ada aku dan gadisku di rumah 
    
  Tak lama kemudian akupun tertidur 
  Satu jam kemudian aku tersentak 
  Di luar ku dengar rintik-rintik hujan 
  Aku sempat berfikir 
  Menunggu Ledeng mengalir ? atau 
  Bangun dan menanmpung air hujan ? 
  Andaikan ada suamiku 
  Aku pasti memilih tidur nyenyak 
  Akhirnya kuputuskan bangun sendirian 
    
  Suasana di luar yang sunyi dan sepi 
  Serta keinginan punya persediaan air 
  Membuat rasa takutku hilang 
    
  Ku ambil semua wadah 
  Yang bisa untuk menampung air 
  Ku jejer di halaman 
  Di bawah cucuran atap 
  Setelah itu aku kembali tidur 
  Ku dengar hujan semakin lebat 
    
  Jelang tidur 
  Aku teringat ketika di Bagan Si Api-Api 
  Hujan yang tak selalu hadir 
  Sementara tak ada sumber air lain 
  Ketika hujan datang 
  Air hujan tak dibiarkan kembali ke tanah 
  Mereka membuat tangki-tangki 
  Seperti tangkinya perusahaan minyak 
  Air hujan tersebut di alirkan masuk ke tangki 
  Pemakaian airpun di buat 
  Sehemat mungkin 
    
  Beda sekali dengan di kampungku 
  Air mengalir dari gunung 
  Tak berhenti sepanjang waktu 
  Terbayang kecipak-kecipak air di Tabek Gadang 
  Ketika berkecimpung bersama teman sebaya 
  Lalu akupun kembali tertidur 
    
  Aku terbangun ketika azan subuh berkumandang 
  Kulihat wadah-wadah penampung air 
  Penuh berisi air 
  Alhamdulillah kataku 
  Ada saja kemudahan yang diberikan Allah 
    
  Sesore ini 
  Air ledeng masih tidak mengalir 
  Namun kulihat langit yang berawan 
  Memberikan harapan 
  Sebentar lagi akan turun hujan 
    
  Ya Allah yang Maha Penyayang 
  KepadaMu kami memohon 
  Izinkanlah hujan turun 
  Biar kami tampung 
  Untuk berbagai keperluan 
  Kami juga memohon Ya Allah 
  Jangan turunkan hujan berlebihan 
  Yang akan menyebabkan kesengsaraan 
    
  Bengkulu, 8 Mei 2009 
    
    
  Hanifah Damanhuri 
 


  

--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner

[...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

2009-05-08 Terurut Topik masrursiddik masrursiddik
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Mak Ngah,sarato dunsanak sado e di RN,

Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu *Sekolah Negeri
Larak*kalau hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam
orang, buka
baju, telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km.
Senang sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa
kecil di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.

Buliah pulo Bernostalgia, tahun 1949 ambo acok ikuik ayah nan jadi guru di
Sekalah Rakyat Larak, Panampuang, Biaro

Wakatu tu kami tingga di Tarok. Tiok pagi ayah naik kareta ka Biaro. Jadi
kami jalan kaki dari Biaro ka Panampuang, 2 km

Samo kah sakolah nan di makasuik Mak Ngah

Tarimokasih dan sallam untuk semu

Masrur Siddik
L/67 Bandung



2009/5/8 Riri Chaidir riri.chai...@rantaunet.org

  Ricky dan mak Ngah



 Ha ha, Ricky rugi, dunsanak awak nan lain ko basorak2 manarimo kiriman mak
 Ngah, like lah di http://www.youtube.com/watch?v=5kHsqaJdCqE



 IFYI, video tu sabanyo potongan carito.



 Langkoknyo: kisah “takanciang di ateh langik” mak Ngah ko memberikan
 inspirasi bagi John Paul Young untuk menulis lagu. Tentunya dalam bahasa
 Inggris. Cuma karano di kamusnyo ndak basuo kato “takanciang” digantinyo
 menjadi “Love”,  sehingga jadilah lagu nan cukuik populer
 http://www.youtube.com/watch?v=NNC0kIzM1Fofeature=PlayListp=79BF7771367C5A81index=0



 Ha ha, batua ndak tu Mak Ngah …



 Riri

 Bekasi, L 46
















  --

 *From:* RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] *On
 Behalf Of *avenzor...@yahoo.com
 *Sent:* Friday, May 08, 2009 7:59 PM

 *To:* RantauNet@googlegroups.com
 *Subject:* [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)



 Dear Pak Riri,

 Untuang ambo lambek lahia satuhun dari Apak,sahinggo tahun2 tu ambo
 yakin alu buliah pai ka lua ba talbun (talanjang bunta) ria pai mandi
 hujan lai doch.

 Baa lah hariang nyo tu-eh?

 Hahahahahaha


 Salam,
 r.a

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From*: Riri Chaidir
 *Date*: Fri, 8 May 2009 19:50:59 +0700
 *To*: RantauNet@googlegroups.com
 *Subject*: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)

 Waduh mak Ngah ...



 Tahun2 segitu (1966) ambo alah mulai suko mandi ujan ...

 Jan – jan nan waktu itu aianyo agak angek angek tu dari mak Ngah …



 Ha ha







 Riri

 Bekasi, L 46



 -Original Message-
 From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
 Behalf Of sjamsir_sjarif
 Sent: Friday, May 08, 2009 7:31 PM
 To: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: [...@ntau-net] Re: MENANPUNG AIR HUJAN -- Jangan diminum... :)





 Sejak kecil di Kampung, saya senang sekali mandi dengan air hujan, istimewa
 ditengah-tengah hujan lebat. Airnya sangat menyejukkan badan. Kalau hari
 hujan lebat, saya dengan adik, Rivai suka lari-lari ke sawah di sekitar
 rumah kami untuk mandi di tengah-tengah hujan lebat. Bahkan sambil mandi
 kita pun dapat menampung air hujan untuk diminum dengan menengadah ke
 langit.



 Saya ingat 1941 umur enam tahun waktu kelas satu Sekolah Negeri Larak kalau
 hujan lebat pulang sekolah kami serombongan anak-anak enam orang, buka baju,
 telanjang bulat, lari-lari sepanjang jalan sampai pulang jarak 2km. Senang
 sekali main-main mandi hujan lebat lari-lari bersama teman akrab masa kecil
 di Kampung. Kenangan indah tak terlupakan.





 Tanggal 11 Maret 1966 saya seharusnya terbang berangkat dengan Pesawat
 Amerika PanAm dari Jakarta ke San Francisco. Tetapi, karena hari itu ada
 larangan pemerintah tidak membolehkan seorangpun warganegara Indonesia
 keluar negeri, saya terkatung di Jakarta sampai tanggal 29 Maret 1966.



 Perjalanan penerbangan yang sangat panjang pertama kali saya alami sangat
 mengesankan, tak terlupakan. Sekedar sebingkah kenangan, sehubungan dengan
 topik posting ini, ada surat lucu nakal yang saya kirimkan kepada adik
 kandung saya, Rivai Sjarif, sesampainya saya di Berkeley, California, USA.



 Antaro lain-lain batulih Riv, kok hujan labek hari di Kampuang, jan
 diminun aia hujan lai yo? Sabab ... Uda lah takanciang di ateh langik! ...
 :)



 Tahun 1965 sesudah hampir duapuluh tahun menginggalkan Kampuang Halaman,
 saya Pulang Kampung. Sampai di rumah, karena saya suah sekian laama tidak
 pulang kampung, Riv berkelakar kepada Mak dan Ayah di depan orang banyak
 yang merindukan saya, Koh no aah, Urang nan takanciang di Ateh
 Langik`sari...



 Waktu itu saya terperanjat, karena saya susah lupa kelakar saya dalam surat
 lama itu. Namun Riv, Ayah, Mak dan dunsanak-dunsanak di Kampung tetap ingat
 ceritera legend itu. Waktu surat pertama itu dahulu diterima Riv, rupanya
 dibacakannya ssurat itu dirumah. Riv ingat Ayah dan Mak menggeleng-gelengkan
 kepala sambil senyum pahit Alaa ... iyo bana macam-macam kalakuanno eeh?
 Dunsanak-dunsanak lain sabana kaya galak-galak mandangakan carito tu ...



 Salam,

 --MakNgah

 Sjamsir