[teknologia] Re: Fwd: [FLP] OOT: Seribu buku untuk Tuna Netra
Hm, bagaimana dengan Hak Cipta? Bukankah (hampir) semua buku itu ada hak cipta oleh penerbit/pengarangnya? Kayaknya ilegal deh kalo langsung maen ketik ulang dan redistribusi seperti itu. -- http://john.chendra.net
[teknologia] Re: Standar Kompetensi (SKKNI) Jaringan dan Sisadmin
232 halaman :) Kalau boleh tahu, ini nanti dibuat apa? Semacam certification untuk netadmin/sysadmin ? Atau panduan untuk pengajar mata kuliah ? Atau ? --- Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: On 12/27/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote: kok gak bisa diakses ya pak budi ?? missing link mungkin ? maap. tadi kurang kata docs di depannya. sekarang sudah diperbaiki. -- budi __ Yahoo! DSL Something to write home about. Just $16.99/mo. or less. dsl.yahoo.com
[teknologia] Re: Fwd: [FLP] OOT: Seribu buku untuk Tuna Netra
On 12/27/05, jchendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Hm, bagaimana dengan Hak Cipta? Bukankah (hampir) semua buku itu adahak cipta oleh penerbit/pengarangnya? Kayaknya ilegal deh kalolangsung maen ketik ulang dan redistribusi seperti itu.Mungkin sebaiknya dimulai dari buku-buku yang isinya adalah publik domain, seperti cerita rakyat atau kisah nabi-nabi dan sebagainya. Atau jangan-jangan buku semacam ini juga ada hak ciptanya?? (karena isinya sedikit banyak pasti ada kustomisasi dari setiap penulis).. Tetapi sangat ironis ya, kalau menghormati hak cipta buku mesti dimulai dari para tunanetra (dibandingkan dengan kita yang relatif lebih mudah memfotokopi)
[teknologia] Re: term privacy blog saya
Harry Sufehmi wrote: On 12/26/2005 at 10:06 AM ahutapea wrote: Bukan bermaksud untuk membela om BG atau MS, tapi kenapa tidak dibalik aja argumennya. Kalau saya ngak setuju sama EULA MS Office, masih ada kok product office lainnya seperti Open Office. Begitu juga dengan produk2 MS lainnya. Masalah terbesarnya sebetulnya adalah pada proprietary data format. Di kantor saya dulu, data dalam format MS-Office sudah mencapai kisaran ratusan gigabyte. Konversi semuanya ? Tentu memakan waktu tenaga yang tidak sedikit. Tapi, celakanya, juga tidak semuanya bisa dibuka dengan mulus di OpenOffice. Pak, argumennya kan ada pilihan. Semua ada pros-n-cons, upgrade-vs-migrate, dll. Responsive ? bwahaha... sori kelepasan :-) cuma kebetulan jadi teringat dulu ketika saya sedang meneliti sebuah web-app untuk intranet kantor, dan menemukan sebuah bug di Internet Explorer dengan tingkat yang cukup parah: show stopper. Gara2 bug tsb, maka web-app tsb jalannya akan sangat bermasalah. Sorry 'pak kalau ngebuat jadi kelepasan ;) Argumen saya itu adalah _responsive_ dan kalau boleh tau aplikasi vendor mana yang tidak ada bug? Memang dari pengalaman saya, kebanyakan biaya support itu cuma sekedar passing the buck; jadi, ketika ada masalah, maka manager kita bisa bilang oh itu tanggung jawab vendor, krn kita sudah bayar support utk setahun kok. Kenyataannya, kadang tech.support sangat tidak kompeten, sehingga lebih cepat jika kita pecahkan sendiri masalahnya :-) atau justru cuma melempar lagi tanggung jawab ke vendor lainnya, atau - yang paling parah - flat-out refused to solve the problem. Yay. :-) It's all about managing risk. ;) Sekarang kantor saya tersebut sudah memulai proses migrasi ke Star Office, he he. Nah, bapak kan punya opsi berarti ;) Saya ngak pernah bilang bahwa Microsoft itu hebat, tidak ada bug, bisa migrate ke vendor tanpa ada masalah dll. Yang berusaha saya bilang adalah bahwa customer punya pilihan kok untuk memilih no pada EULA. Itu saja... --alex
[teknologia] Re: Standar Kompetensi (SKKNI) Jaringan dan Sisadmin
On 12/27/05, James A [EMAIL PROTECTED] wrote: 232 halaman :) Kalau boleh tahu, ini nanti dibuat apa? Semacam certification untuk netadmin/sysadmin ? Atau panduan untuk pengajar mata kuliah ? Atau ? Sertifikasi. Nah, nanti mungkin ada Lembaga Sertifikasi yang memberikan sertifikasi untuk standar kompetensi ini. Buku ini juga bisa dijadikan panduan untuk tempat training. Kalau ada komentar mengenai isinya/content, silahkan ... -- budi
[teknologia] Re: Fair trade - was Re: [teknologia] Re: Diskusi Stem Cell Research di Indonesia Bagian ke dua
On 12/26/2005 at 7:25 PM Muhamad Carlos Patriawan wrote: negeri kecil),bedanya, orang tua mereka dulu selalu menanamkan prinsip berikut ke anak2nya Pendidikan nomor satu,sekolah yang bener,kalu mau hidup enak dan lepas dari kemiskinan harus belajar,belajar ilmu science dan matematika diutamakan Wah, saya saja kalah sama para petani itu ternyata ya.. Makanya,kalau mau membantu petani,lebih baik pendekatanya melalui beasiswa pendidikan ke anak-anak petani/nelayan tadi. Ini jangka panjangnya. Ide bagus. Saya sudah bicara dengan teman yang kira2 sepaham untul soal ini, dan dia juga sudah setuju. Mudah-mudahan kita bisa segera follow-up. Thanks for the idea. Anyway hal ini sebenarnya sudah kami (ehem) lakukan 3 dekade dan impactnya sudah terlihat.Saya yakin banyak kawan lain yang juga sudah melakukan hal yang sama. Siapa tuh kami ? :) Salam, Harry
[teknologia] Re: Bisnis outsourcing dan bisnis open-source-related ,sebuah perbandingan
On 12/27/2005 at 3:24 AM Muhamad Carlos Patriawan wrote: ketemu istri+anak kl cuti aja ? ah gak bener banget ini,malah justru kebalikannya dimana kita lebih sering spend time dengan keluarga. Benar, ini juga pengalaman saya. Kebetulan juga tim saya jadi kelinci percobaan skema super flexible working time, he he, jadi yang biasanya saja sudah menyenangkan, jadinya lebih enak lagi. Bekerja lebih tergantung pada target, bukan pada jam kerja. Cuma dari kita memang dituntut untuk lebih disiplin, agar jam kerja yang bebas tidak bablas sampai membobol deadline berbagai proyek. Untuk saya pribadi, masalah terbesar adalah berpisah dengan keluarga, terutama orang tua yang sudah mulai uzur. Otherwise, kita cukup bahagia tinggal di negeri orang. Kemarin ini kebetulan nonton drama Inggris di Star TV, walah kok senang ya bisa mendengar aksen yang aneh itu lagi, ehe he. Salam, Harry
[teknologia] Re: Fwd: [FLP] OOT: Seribu buku untuk Tuna Netra
On 12/27/05, Arif Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: On 12/27/05, jchendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Hm, bagaimana dengan Hak Cipta? Bukankah (hampir) semua buku itu ada hak cipta oleh penerbit/pengarangnya? Kayaknya ilegal deh kalo langsung maen ketik ulang dan redistribusi seperti itu. Mungkin sebaiknya dimulai dari buku-buku yang isinya adalah publik domain, seperti cerita rakyat atau kisah nabi-nabi dan sebagainya. Atau jangan-jangan buku semacam ini juga ada hak ciptanya?? (karena isinya sedikit banyak pasti ada kustomisasi dari setiap penulis).. Yang termasuk publik domain: catatan kuliah =)) Semua buku yang diterbitkan oleh penerbit berbadan hukum tentu saja memegang copyright atas terbitannya. Melakukan sesuatu terhadap isi buku itu kemungkinan besar bisa, asal minta ijin ke penerbitnya dulu.
[teknologia] Re: Standar Kompetensi (SKKNI) Jaringan dan Sisadmin
On 12/27/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Sertifikasi. Nah, nanti mungkin ada Lembaga Sertifikasi yang memberikan sertifikasi untuk standar kompetensi ini. Buku ini juga bisa dijadikan panduan untuk tempat training. Kalau ada komentar mengenai isinya/content, silahkan ... Susahnya membuat standar IMHO adalah dalam hal pembaharuan (update) secara periodik. Mungkin 3 tahun lagi standar yang ditulis saat ini sudah basi banget. AFAIK saya lihat Cisco selalu membuat soal2 ujiannya menjadi tambah kompleks. Saat saya ambil CCNA dulu, detail routing protocol semacam OSPF dan sejenisnya ada di CCNP, tapi sekarang sudah menjadi standar.
[teknologia] Re: term privacy blog saya
On 12/27/2005 at 10:48 AM ahutapea wrote: Saya ngak pernah bilang bahwa Microsoft itu hebat, tidak ada bug, bisa migrate ke vendor tanpa ada masalah dll. Rasanya saya enggak menuduh Anda demikian (maaf kalau merasa begitu), saya cuma tersedak saja ketika kebetulan membaca, coba bandingkan support dan licensing option MS dengan vendor2 besar lainnya. Kalau sudah, coba kasih tau saya yang paling responsive -- luka lama terbuka kembali, he he :-) Mudah-mudahan saya cuma satu-satunya korban yang apes seperti itu. Yang berusaha saya bilang adalah bahwa customer punya pilihan kok untuk memilih no pada EULA. Itu saja... Betul, tapi kita juga perlu ingat, EULA is not everything. Dalam memilih suatu solusi, ada banyak faktor yang perlu kita teliti terlebih dahulu. Nah, tahap ini (proper product evalution) yang sering di-skip (apalagi kalau marketing nya jago pendekatan ke boss kita, he he). Padahal, kalau sudah memilih sebuah solusi, apalagi yang proprietary, ada resiko vendor lock-in (among other risks). Kalau sudah terlanjur terperangkap, memang alternatif solusi tetap ada, namun akan lebih sulit untuk pindah. Nah, saya cuma sekedar mengingatkan ini kembali, jadi mudah2an tidak ada seorang pun anggota milis ini yang menjadi korban dalam situasi seperti itu. Thanks. Salam, Harry
[teknologia] Re: Standar Kompetensi (SKKNI) Jaringan dan Sisadmin
--- baskara [EMAIL PROTECTED] wrote: On 12/27/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Sertifikasi. Nah, nanti mungkin ada Lembaga Sertifikasi yang memberikan sertifikasi untuk standar kompetensi ini. Buku ini juga bisa dijadikan panduan untuk tempat training. Kalau ada komentar mengenai isinya/content, silahkan ... Susahnya membuat standar IMHO adalah dalam hal pembaharuan (update) secara periodik. Mungkin 3 tahun lagi standar yang ditulis saat ini sudah basi banget. AFAIK saya lihat Cisco selalu membuat soal2 ujiannya menjadi tambah kompleks. Saat saya ambil CCNA dulu, detail routing protocol semacam OSPF dan sejenisnya ada di CCNP, tapi sekarang sudah menjadi standar. Betul sekali yang dikatakan baskara, yang mungkin perlu dipikirkan adalah pembaharuan sertifikasi (update). Seperti misalnya Microsoft certification ada umur berlakunya berdasarkan versi (CMIIW). Bisa juga berdasarkan waktu, misalnya tiap 2 tahun mesti melakukan re-certification. Memaksa seseorang untuk selalu up-to-date. __ Yahoo! DSL Something to write home about. Just $16.99/mo. or less. dsl.yahoo.com
[teknologia] Re: Standar Kompetensi (SKKNI) Jaringan dan Sisadmin
Soal update, jelas akan kami lakukan. Selain dari itu ... apa ada lagi? -- budi
[teknologia] Re: Bisnis outsourcing dan bisnis open-source-related ,sebuah perbandingan
wah jadi bicarakan quality of life nich :) ahutapea wrote: Muhamad Carlos Patriawan wrote: ketemu istri+anak kl cuti aja ? ah gak bener banget ini,malah justru kebalikannya dimana kita lebih sering spend time dengan keluarga. betul 'om dan saya setuju sama om dengan Quality of life Tapi masalahnya seringan kan keluarga ngak mau dibawa jadi harus jadi single fighter. Gak mau dibawa ? ah yang bener :)) gak ada tuh yang seperti itu. Kalaupun ada yang gak mau dibawa,itu individual case saja :)) Terus lagi di amerika ngak ada yg namanya nasi, adanya cuman rice ;) Nah ini dia. Keyword pembedanya disini adalah kota dan bukan negara. (disini peran buku creative class yang thesisnya untuk mencari SDM berbakat adalah melalui daya tarik kotanya, bukan negaranya langsung). Tiap kota bedakan,Silicon Valley beda banget dengan Denver apalagi sama Manchester.SV itu mungkin sama jika di-ibaratkan antara Bali dan Indonesia,jadi Bali ada di Indonesia tapi kehidupan sehari2 di Bali beda dengan kehidupan diluar Bali. *sambil melirik Baskara dan Pak Made* Nah SV dan AS pun kurang lebih sama.SV sendiri de-facto lebih merupakan desa internasional,populasi orang AS generasi ketiga dan seterusnya apalagi di persh2 hitek khususnya Engineering kurang dari 20 persen.Mau cari restoran Arab,India,Thai,Halal gampang banget. Nyari orang ngomong Hindi,Chineese(Hokkien?) atau Vietnam di kantor atau jalanan masih gampang. Mau beribadah ? Mesjid dan komunitas di SV salah satu yg terbesar dan terbaik di AS (juga banyak tersedia rumah ibadah untuk penganut non-mainstream),Untuk Gereja ada Gereja Indonesia juga, temple juga banyak ..ada beberapa di milpitas dan sunnyvale. Nah keluar sedikit saja dari Bay Area,seperti ke Petaluma baru kerasa hawa amerika-nya lagi. Kesimpulannya: buat orang hitek berbakat, jangan belajar-bekerja di AS tapi belajar-bekerja-lah di Valley :)) Intinya, merantau bukan untuk semua orang dan ngak semua berani ngambil resiko dengan ngerantau. Dan orang China dan India memang jago banget untuk ilmu ngerantau dan survival skill nya :) Pertama itu pameo,tapi gua pikir pameo itu muncul deep inside our old man karena our old man gak dibiasakan berkompetisi secara global, apalagi orang-orang yang mau mikir jauh kedepan untuk berkompetisi secara global seperti Pak Budi Rahardjo,kalau di India org yg mikir dan bertindak seperti itu kan sudah ada dimana2. Kedua, orang Indonesia mana dulu :-) sebagian dari kita memang dibiasakan merantau dari bayi. Ketiga, belum ngerasain sich enaknya jadi expat di AS dan jadi mandornya bule,dikiranya orang-orang lebih tough tinggal di AS dibanding di Jakarta padahal sebenarnya tinggal di Jakarta **relatively** jauh lebih tough (apalagi untuk yg gak punya kontak atau support dari ortu). Carlos
[teknologia] Re: Fair trade - was Re: [teknologia] Re: Diskusi Stem Cell Research di Indonesia Bagian ke dua
Harry Sufehmi wrote: On 12/26/2005 at 7:25 PM Muhamad Carlos Patriawan wrote: negeri kecil),bedanya, orang tua mereka dulu selalu menanamkan prinsip berikut ke anak2nya Pendidikan nomor satu,sekolah yang bener,kalu mau hidup enak dan lepas dari kemiskinan harus belajar,belajar ilmu science dan matematika diutamakan Wah, saya saja kalah sama para petani itu ternyata ya.. Sama,saya juga kalah...makanya nich jadi malu kalau kalah bersaing lagi dengan orang India :) Makanya,kalau mau membantu petani,lebih baik pendekatanya melalui beasiswa pendidikan ke anak-anak petani/nelayan tadi. Ini jangka panjangnya. Ide bagus. Saya sudah bicara dengan teman yang kira2 sepaham untul soal ini, dan dia juga sudah setuju. Mudah-mudahan kita bisa segera follow-up. Thanks for the idea. Bang Harry,sebenarnya ada tidak sich organisasi yang bisa memberi langsung donasi untuk kasus irrational seperti busung lapar dst ?? saya koq malu ya karena gak bisa ngapa-ngapain langsung, yang penting organisasi sosial tersebut bisa diberi amanat dan tidak melewati jalur birokrat.Kalau ada mohon infonya japri saja. Anyway hal ini sebenarnya sudah kami (ehem) lakukan 3 dekade dan impactnya sudah terlihat.Saya yakin banyak kawan lain yang juga sudah melakukan hal yang sama. Siapa tuh kami ? :) Wah gak enak ngomongnya di milis,entar deh kalau Om nelpon lagi kemari :)) Carlos
[teknologia] Re: Bisnis outsourcing dan bisnis open-source-related ,sebuah perbandingan
ahutapea wrote: Where's the 'comfort zone' Sir ? The comfort zone is gone since 1995 :) hahaha, kenapa coba tahun '95. Pertanyaan sangat bagus :) karena tahun 94-95-96 ini lah awal-awal kejadian2 besar yang tidak pernah terjadi (atau terdengar) sebelumnya di Indonesia:riot bernuansa SARA di Medan/tasikmalaya, perang sara masal di kalimantan yang tidak ditangani polisi, riot anti-PDI megawati(kebetulan saya berada di depan kantor pdi mega waktu itu nontonin preman dan polisi yg masuk kedalam),majalah2 seperti tempo di berangus dan Bung Harmoko mati matian mengatakan tidak ada kandidat presiden lain selain Suharto. Maklum,ingatan saya dibantu Suharto: A political biography by Nelson. Mungkin sekarang baru kerasa om dan comfort zone sudah mulai bergeser. tapi paling ngak tahun terakhir, comfort zone masih ada disitu berupa padang rumput yang hijau. Paling alesan2 untuk ngebuat kita untuk cabut masih kurang besar dibandingkan alasan untuk tetap tinggal. Masalahnya sebagian besar dari kita itu **tidak kritis** dengan definisi comfort karena hanya melihat dari lingkungan sekitar saja sich.Tapi tidak melihat (atau pura pura tidak tahu) apakah comfort zone tersebut diatas fundamental yang kokoh atau tidak. Padahal orang2 pinter pada 1980an sudah banyak yg mengingatkan jika ekonomi yang berlandaskan hutang (baik hutang pemerintah atau swasta) dan kkn akan 'crash' someday. Survey saya selama ini berada di top corps labor yang biasanya kerja di perusahaan oil/gas/mining/telco yang kebanyakan kapasitasnya diatas rata2 jd bisa untuk 'ngadu nasib' di luar dan buat mereka comfort zone mereka masih enak disana. Kalau oil mining ya surga lah di Indonesia apalagi sekarang,jangankan di Indonesia ,Petronas Malaysia karena profitnya lebih dari double denger2 ngasih bonus setahun gaji.Tapi kan oil/mining sektor juga gak bisa menampung semua SDM,apalagi yang baru lulus,karena SDA ada limit,ada batas.Gak ada oil field baru di Indonesia (kecuali kalau ketemu ladang emas baru seperti kasus Busang-BreX he hehe ). Nah beda dengan pendekatan sektor hitek atau software yang kemungkinan berkembangnya adalah unlimited.Tantanganya kalau mau kita terjun di medan ini,harus siap fighting dengan India+China yang kita tidak terbiasa. Iya walaupun benar tapi kalau argumentasinya begini terus mah namanya persh Indonesia gak bakal punya motivasi untuk bersaing secara global :) Memang namanya kita terlambat dan salah jalan berdekade-dekade,ya mau gimana lagi selain hit resistance tersebut ? memang itu tantanganya koq. Setuju 'om, disetiap mawar pasti ada duri ;) Dan bagaimana kita ingin melewati tantangan2 tersebut.. Untuk melewati duri lihat 'petunjuk' dari The World Is Flat dan buku2 lain. Yang paling menarik buat saya,globalisasi dari tahun 2000 itu sebenarnya bukan lagi globalisasi negara,bukan globalisasi persh tapi sebenarnya globalisasi individu.Masalah orang gak percaya dengan the world is flat ya itu masalah dan wawasan pribadi,tapi kata2 the world is flat itu sendiri sebenarnya muncul dari orang asia sendiri. Dari pemahaman amatiran saya dengan maksud individu tsb kurang lebihnya individu gak bisa lagi terlalu tergantung (hidup-enak by default) dengan negara seperti dulu (kecuali kalau ente orang kuwait hehe) bahkan di negeri yang maju sekalipun seperti AS dan Malaysia. Carlos
[teknologia] Re: Fwd: [FLP] OOT: Seribu buku untuk Tuna Netra
baskara wrote: On 12/27/05, Arif Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: On 12/27/05, jchendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Hm, bagaimana dengan Hak Cipta? Bukankah (hampir) semua buku itu ada hak cipta oleh penerbit/pengarangnya? Kayaknya ilegal deh kalo langsung maen ketik ulang dan redistribusi seperti itu. Mungkin sebaiknya dimulai dari buku-buku yang isinya adalah publik domain, seperti cerita rakyat atau kisah nabi-nabi dan sebagainya. Atau jangan-jangan buku semacam ini juga ada hak ciptanya?? (karena isinya sedikit banyak pasti ada kustomisasi dari setiap penulis).. Yang termasuk publik domain: catatan kuliah =)) Semua buku yang diterbitkan oleh penerbit berbadan hukum tentu saja memegang copyright atas terbitannya. Melakukan sesuatu terhadap isi buku itu kemungkinan besar bisa, asal minta ijin ke penerbitnya dulu. Hati-hati, kemaren2 ini sudah ada sue-sue-an antara author/publisher vs google. Saya mah gak ngikutin karena cukup puas baca di barnes noble: http://www.authorsguild.org/news/sues_google_citing.htm http://seattletimes.nwsource.com/html/businesstechnology/2002622398_paul14.html Carlos
[teknologia] Re: [OOT] Local Indonesia Woman in Mercury News frontpage (tsunami orphanage)
Pada tanggal 12/27/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] menulis: Gak ada hubunganya dengan IT tapi baguslah buat baca2 karena ini dimuatdi front page SJ Mercury News,ini tentang seorang perempuan Indonesiadi Silicon Valley yang 'punya akses dan kontak'dan dengan jiwasosialnya,membangun proyek orphanage di Aceh.Kebetulan beliau berasaldari Aceh juga dan kehilangan family member waktu tsunami tahunkemaren.http://www.mercurynews.com/mld/mercurynews/news/13488585.htm Maaf... OOT Tertawa membaca yang ini: ``What does $1 buy here?'' Alyan asked back. ``Candy!'' the kids said in unison. ``In Takengon,'' Alyan said, ``one dollar will pay for three meals for a child.'' Her answer drew silence at first. Then one of the children said, ``Let's send more.'' *bagian serius* Alyan's family in Indonesia donated a 3,000-square-foot piece of land in Takengon, a lakeside village about 150 miles from the coastal city of Banda Aceh, which was devastated by the tsunami. 3000? Sepertinya dia akan mengalami kesulitan dengan hal ini. Teringat dengan pengembangan jalan (dengan cirikhas jejaring laba-laba) yang dikenal dengan Ladia Galaska (Laut Hindia-Gayo-Alas-Selat Malaka), yang bisa berperan banyak membangkitkan perekonomian masyarakat pedalaman Aceh namun menemui tantangan. http://www.walhi.or.id/kampanye/hutan/konversi/stop_konv_htn_glsk_020304/ Tujuan dan konsep yang digunakannya bagus, memang. Tapi terus terang, utopis. Dengan mata kepala sendiri, saya melihat barak-barak pengungsian saja masih centang-perenang di Aceh ini. Apalagi untuk sebuah perkampungan anak yatim. Anyway, belum pernah mendengar nama tersebut mencuat sebelum dan paska tsunami di Aceh ini :) -- heart-shaped-boxdarussalam-banda acehhttp://tintamerah.blogspot.comY!M:alexaceh
[teknologia] Re: [OOT] Local Indonesia Woman in Mercury News frontpage (tsunami orphanage)
3000? Sepertinya dia akan mengalami kesulitan dengan hal ini. Teringat dengan pengembangan jalan (dengan cirikhas jejaring laba-laba) yang dikenal dengan Ladia Galaska (Laut Hindia-Gayo-Alas-Selat Malaka), yang bisa berperan banyak membangkitkan perekonomian masyarakat pedalaman Aceh namun menemui tantangan. terimakasih masukanya Lex,saya IA saya sambungkan http://www.walhi.or.id/kampanye/hutan/konversi/stop_konv_htn_glsk_020304/ Tujuan dan konsep yang digunakannya bagus, memang. Tapi terus terang, utopis. Dengan mata kepala sendiri, saya melihat barak-barak pengungsian saja masih centang-perenang di Aceh ini. Apalagi untuk sebuah perkampungan anak yatim. Anyway, belum pernah mendengar nama tersebut mencuat sebelum dan paska tsunami di Aceh ini :) Ya maklum lah atas segala keterbatasanya :) kan ini initiatif individu/group,itu saja sebenarnya org yg bener2 terlibat dalam donasi bukan org Indonesia (meskipun initiatif dan ketuanya org Indonesia),tapi warga negara di Valley (khususnya umat muslim) yang mau melakukan sesuatu tapi tidak tahu harus kemana. Ada hal kenapa panti asuhan yang dibuat dan bukan yang lain,tapi nanti saja japri. Carlos
[teknologia] Globalisasi 3.0
Dari: http://rahard.wordpress.com/2005/12/27/globalisasi-30/ Thomas Friedman dalam bukunya The World is Flat mengatakan bahwa kita sudah memasuki globalisasi 3.0. Nah, apakah itu globalisasi 3.0 dan adakah versi-versi sebelumnya? Globalisasi 1.0 dimulai ketika jaman penjajahan (kolonialisme) dahulu. Pada jaman itu beruntunglah seseorang yang menjadi warga negara besar (negara penjajah? seperti Inggris, Belanda, Spanyol, dan seterusnya). Rugilah individu yang menjadi warga negara yang dijajah seperti Indonesia. Kemakmuran seseorang ditentukan oleh kewarganegaraannya. Itulah sebabnya orang berbondong-bondong ingin menjadi warga negara dari negara besar tersebut. Globalisasi 2.0 terjadi karena adanya industri dan bisnis. Peta kesuksesan berubah dengan munculnya perusahaan besar (multinational companies). Tidak penting lagi warga negara seseorang. Anda boleh menjadi warga negara Nigeria, Indonesia, India, Inggris, atau Amerika, yang penting adalah Anda menjadi bagian dari perusahaan besar seperti IBM, General Electric (GE), Schlumberger, dan seterusnya. Rugilah orang yang menjadi pegawai negeri (PNS). Ha ha ha. Maka berbondong-bondonglah orang ingin bekerja di perusahaan multinasional ini. Globalisasi 3.0 tidak lagi mementingkan kewarganegaraan ataupun perusahaan besar. Anda adalah diri Anda sendiri. Globalisasi 3.0 dimungkinkan dengan adanya teknologi informasi (seperti adanya Internet) yang memberdayakan individu-individu. Bisnis, usaha, karya, dan layanan dapat Anda lakukan dari rumah Anda. Anda tidak perlu menjadi warga negara dari sebuah negara tertentu ataupun menjadi pegawai dari perusahaan besar. Anda dapat sukses dengan menjadi diri Anda sendiri. Nah, siapkah kita untuk mengikuti globalisasi 3.0 ini?
[teknologia] Re: [OOT] Local Indonesia Woman in Mercury News frontpage (tsunami orphanage)
Pada tanggal 12/28/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] menulis: 3000? Sepertinya dia akan mengalami kesulitan dengan hal ini. Teringat dengan pengembangan jalan (dengan cirikhas jejaring laba-laba) yang dikenal dengan Ladia Galaska (Laut Hindia-Gayo-Alas-Selat Malaka), yang bisa berperan banyak membangkitkan perekonomian masyarakat pedalaman Aceh namun menemui tantangan.terimakasih masukanya Lex,saya IA saya sambungkan http://www.walhi.or.id/kampanye/hutan/konversi/stop_konv_htn_glsk_020304/ Tujuan dan konsep yang digunakannya bagus, memang. Tapi terus terang, utopis. Dengan mata kepala sendiri, saya melihat barak-barak pengungsian saja masih centang-perenang di Aceh ini. Apalagi untuk sebuah perkampungan anak yatim. Anyway, belum pernah mendengar nama tersebut mencuat sebelum dan paska tsunami di Aceh ini :) Ya maklum lah atas segala keterbatasanya :) kan ini initiatifindividu/group,itu saja sebenarnya org yg bener2 terlibat dalam donasibukan org Indonesia (meskipun initiatif dan ketuanya orgIndonesia),tapi warga negara di Valley (khususnya umat muslim) yang mau melakukan sesuatu tapi tidak tahu harus kemana. Bisa dimaklumi :) Saya sendiri mengatakan bahwa belum pernah mendengar namanya bukan berarti tidak kredibel. Lha... saya sendiri kerja sama yang bukan orang aceh, kok. Campur-campur suku bangsa, agama dan negara. That's not a big problem. Ada hal kenapa panti asuhan yang dibuat dan bukan yang lain,tapi nantisaja japri. Bagus. Selama ini juga penanggulangan lebih fokus pada orang-orang dewasa yang seharusnya sudah mulai bisa mandiri namun terus disuapi dengan bantuan, (Maaf... saya kurang bisa menerima yang begini :( ). Dan anak-anak yatim? Hanya sesekali dilirik. :) Ironis... Carlos-- heart-shaped-box darussalam-banda acehhttp://tintamerah.blogspot.comY!M:alexaceh
[teknologia] Re: [OOT] Local Indonesia Woman in Mercury News frontpage (tsunami orphanage)
Bisa dimaklumi :) Perlu bantuan teknis Bang Alex kelihatannya nich :-) Saya sendiri mengatakan bahwa belum pernah mendengar namanya bukan berarti tidak kredibel. Lha... saya sendiri kerja sama yang bukan orang aceh, kok. Campur-campur suku bangsa, agama dan negara. That's not a big problem. ooo salah nangkep ya,sorry2 ,saya gak bahas ttg 'nama'nya disitu,justru menjawab pertanyaan sisanya he he he Justru kalau ditanya kenapa gak ada namanya ? karena memang sengaja gak mau punya nama :) Ada hal kenapa panti asuhan yang dibuat dan bukan yang lain,tapi nanti saja japri. Bagus. Selama ini juga penanggulangan lebih fokus pada orang-orang dewasa yang seharusnya sudah mulai bisa mandiri namun terus disuapi dengan bantuan, (Maaf... saya kurang bisa menerima yang begini :( ). Dan anak-anak yatim? Hanya sesekali dilirik. :) Ironis... Terimakasih sudah dijawab sendiri :-) memang ada 'very strong reasoning' di ajaran dari Atas kenapa setelah bencana,seharusnya anak-anak dan wanita yang mestinya disantuni dulu.Ini ada hubunganya kalau anak2 itu nanti tumbuh dan menjadi mature/dewasa. Carlos
[teknologia] Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?
saya bisa melihat munculnya hasil rekayasa genetika (franken food anybody?): - jeruk obat sakit perut dari garut (gak perlu diatab/diapet) - apel obat pusing dari malang (gak perlu decolgen) - beras obat batuk (sekalian makan dan batuk hilang ;-) - ... bisnis nih! sebelum keduluan oleh thailand. venture capital: yayasan bill melinda gates ;-) tentu saja, saya hanya bisa ngomong karena ini bukan bidang yang saya kuasai. hik hik hik. :(( Hati hati penemuan genetika jeruk obatnya nanti dipatenkan orang asing pak ! baru dibahas lagi2 di Mercury News kalau sebagian negara maju mempatenkan obat2 tradisional -- http://www.mercurynews.com/mld/mercurynews/business/13492534.htm ...-cut begin... NEW DELHI - For thousands of years Indian villagers have used an extract from seeds of the neem tree as an insecticide. So when a U.S. company patented a process for producing the substance in 1994, India reacted with outrage. After spending millions of dollars in legal fees to successfully overturn the patent, India's government now is creating a 30-million-page database of traditional knowledge to fend off entrepreneurs trying to patent the country's ancient lore. India is not alone in worrying about ``bioprospectors'' profiting from the genetic resources of its plant life with no benefit to its people. It joined with China, Brazil and nine other nations a few years ago to begin pushing for international protections. But that is a tiny fraction of the problem. A 2003 study by Gupta's institute estimated about 7,000 patents worldwide are based on Indian indigenous knowledge, far too many for India to challenge in expensive legal fights. . cut- Carlos
[teknologia] Re: Globalisasi 3.0
On 12/28/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari:http://rahard.wordpress.com/2005/12/27/globalisasi-30/Thomas Friedman dalam bukunya The World is Flat mengatakan bahwa kita sudah memasuki globalisasi 3.0. Nah, apakah itu globalisasi 3.0dan adakah versi-versi sebelumnya?Globalisasi 1.0 dimulai ketika jaman penjajahan (kolonialisme) dahulu.Pada jaman itu beruntunglah seseorang yang menjadi warga negara besar (negara penjajah? seperti Inggris, Belanda, Spanyol, dan seterusnya).Rugilah individu yang menjadi warga negara yang dijajah sepertiIndonesia. Kemakmuran seseorang ditentukan oleh kewarganegaraannya.Itulah sebabnya orang berbondong-bondong ingin menjadi warga negara dari negara besar tersebut.Globalisasi 2.0 terjadi karena adanya industri dan bisnis. Petakesuksesan berubah dengan munculnya perusahaan besar (multinationalcompanies). Tidak penting lagi warga negara seseorang. Anda boleh menjadi warga negara Nigeria, Indonesia, India, Inggris, atau Amerika,yang penting adalah Anda menjadi bagian dari perusahaan besar sepertiIBM, General Electric (GE), Schlumberger, dan seterusnya. Rugilahorang yang menjadi pegawai negeri (PNS). Ha ha ha. Maka berbondong-bondonglah orang ingin bekerja di perusahaan multinasionalini.Globalisasi 3.0 tidak lagi mementingkan kewarganegaraan ataupunperusahaan besar. Anda adalah diri Anda sendiri. Globalisasi 3.0 dimungkinkan dengan adanya teknologi informasi (seperti adanyaInternet) yang memberdayakan individu-individu. Bisnis, usaha, karya,dan layanan dapat Anda lakukan dari rumah Anda. Anda tidak perlumenjadi warga negara dari sebuah negara tertentu ataupun menjadi pegawai dari perusahaan besar. Anda dapat sukses dengan menjadi diriAnda sendiri.Nah, siapkah kita untuk mengikuti globalisasi 3.0 ini?Kalo sekarang kita mempersiapkan diri buat globalisasi 3.0 ketinggalan terus jadinya. Kapan mau di depan? :)IMHO, sebaiknya kita mempersiapkan diri untuk globalisasi 4.0, biar nanti kita yg nulis bukunya. :)*becanda pak hehe*--enda Visit my blog. Click herehttp://enda.goblogmedia.com
[teknologia] Re: Globalisasi 3.0
On 12/28/05, enda nasution [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah, siapkah kita untuk mengikuti globalisasi 3.0 ini?Kalo sekarang kita mempersiapkan diri buat globalisasi 3.0 ketinggalan terus jadinya. Kapan mau di depan? :)IMHO, sebaiknya kita mempersiapkan diri untuk globalisasi 4.0, biar nanti kita yg nulis bukunya. :)*becanda pak hehe* sepertinya geek sudah berhasil take back the planet. pada pake version. geek banget. :p hehe -- PakcikUnder Construction
[teknologia] Beautiful woman want to be your wife
Beautiful woman want to be your wife http://marrywithbeauty.16cs.com/ Free to browse and subscribe photos and information of the beautiful women,easy to create direct contact with them.Female can find good man here too.
[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?
On 12/27/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: saya bisa melihat munculnya hasil rekayasa genetika (franken food anybody?): - jeruk obat sakit perut dari garut (gak perlu diatab/diapet) - apel obat pusing dari malang (gak perlu decolgen) - beras obat batuk (sekalian makan dan batuk hilang ;-) - ... bisnis nih! sebelum keduluan oleh thailand. venture capital: yayasan bill melinda gates ;-) tentu saja, saya hanya bisa ngomong karena ini bukan bidang yang saya kuasai. hik hik hik. :((Hati hati penemuan genetika jeruk obatnya nanti dipatenkan orangasing pak !baru dibahas lagi2 di Mercury News kalau sebagian negara maju mempatenkan obat2 tradisional --http://www.mercurynews.com/mld/mercurynews/business/13492534.htm...-cut begin... NEW DELHI - For thousands of years Indian villagers have used anextract from seeds of the neem tree as an insecticide. So when a U.S.company patented a process for producing the substance in 1994, Indiareacted with outrage. After spending millions of dollars in legal fees to successfullyoverturn the patent, India's government now is creating a30-million-page database of traditional knowledge to fend offentrepreneurs trying to patent the country's ancient lore. India is not alone in worrying about ``bioprospectors'' profiting fromthe genetic resources of its plant life with no benefit to its people.It joined with China, Brazil and nine other nations a few years ago to begin pushing for international protections.But that is a tiny fraction of the problem. A 2003 study by Gupta'sinstitute estimated about 7,000 patents worldwide are based on Indianindigenous knowledge, far too many for India to challenge in expensivelegal fights. Memperjelas ajah, ini akibatnya jika kita tidak mematenkan barang2 tradisional (Indonesia), Jadi inget batik jawa yang di patenkan di jepang (kalo gak salah). Selain karena ketidak tauan (kebodohan?) kita2 tentang masalah patent ini dan menganggap warisan leluhur itu tetap di akan terus dikita, masalah dana adalah alasan klasik karena untuk mematenkan suatu barang, tidak murah. Sikap masa bodo' bangsa kita terhadap warisan leluhur juga memperburuk masalah patent ini. Apakah pemerintah (ENTAH SIAPA) juga sadar akan masalah ini? -- Andriansah
[teknologia] Re: Globalisasi 3.0
- Original Message - From: Pakcik To: teknologia@googlegroups.com Sent: Wednesday, December 28, 2005 4:25 AM Subject: [teknologia] Re: Globalisasi 3.0 On 12/28/05, enda nasution [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah, siapkah kita untuk mengikuti globalisasi 3.0 ini?Kalo sekarang kita mempersiapkan diri buat globalisasi 3.0 ketinggalan terus jadinya. Kapan mau di depan? :)IMHO, sebaiknya kita mempersiapkan diri untuk globalisasi 4.0, biar nanti kita yg nulis bukunya. :)*becanda pak hehe* sepertinya geek sudah berhasil take back the planet. pada pake version. geek banget. :p hehe Ato sekarangpara pelaku bisnissedang membidik pasar geek... Jadi terminologinya harus dibuat familier... Dan kayaknya berhasil nih para geek dibuat feel at home he he he he he... Salam Ary