[teknologia] Re: Etika dalam membajak
Ada dua variabel A = 9 B = 11 Bagaimana cara mempertukarkan (swap) isi variabel itu? Gampang sekali :-) A = 11 B = 9 Suprisingly, *BANYAK* yang tidak tahu!!! Kalau yang sering memprogram, langsung cepat (dan bahkan cenderung mempertanyakan mengapa hal tersebut ditanyakan karena demikian mudahnya). Kalau A dan B adalah integer, swap tanpa variabel ekstra (plus penjelasannya): http://ariya.pandu.org/articles/swap.htm Hehehe perlu diganti pertanyaan stock seperti itu :-) -- Ariya Hidayat --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
On 8/4/06, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada dua variabelA = 9B = 11 Bagaimana cara mempertukarkan (swap) isi variabel itu?Gampang sekali :-)A = 11B = 9Bagaimana buat bahasa yang hanya memiliki single assignment buat variable-nya ? Banyak bahasa functional atau bahasa di support verfiikasi formal memiliki fitur ini utk menghindari side effect IMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
On 8/4/06, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada dua variabel A = 9 B = 11 Bagaimana cara mempertukarkan (swap) isi variabel itu? Gampang sekali :-) A = 11 B = 9 he he he Ternyata ada yang lebih kreatif (dalam artian tidak saya duga) A = 9 B = 11 XA = 9 XB = 11 A = XB B= BA he he he. Ada juga yang agak sopan A = 9 B = 11 XA = A XB = B A = XB B = XA iya ya, bisa pakai dua variabel temp. ha ha ha. (saya mau tanya bisa pakai 3 nggak? ha ha ha. bukannya berkurang, malah nambah. hi hi hi.) Kalau A dan B adalah integer, swap tanpa variabel ekstra (plus penjelasannya): http://ariya.pandu.org/articles/swap.htm Hehehe perlu diganti pertanyaan stock seperti itu :-) Yup. Itu pertanyaan selanjutnya kalau pertanyaan pertama dia lancar (sangat cepat dalam menjawabnya). kalau pertanyaan pertama saja sudah macet, ya nggak usah ke pertanyaan itu. ps: ada yang lebih mudah, yaitu dengan + dan - saja :) hayo gimana? ariya kebanyakan mikir low level jadi pakai XOR segala. hi hi hi. -- budi --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
On 8/4/06, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada dua variabel A = 9 B = 11 Bagaimana cara mempertukarkan (swap) isi variabel itu? Gampang sekali :-) A = 11 B = 9 Ato cukup sebaris kode LISP : (psetq a b b a) Interviewee gak boleh pake macro yah :) Hehehe perlu diganti pertanyaan stock seperti itu :-) -- Ariya Hidayat -- Demi masa.. --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
Ato cukup sebaris kode LISP : (psetq a b b a) Atau versi low levelnya: PUSH A PUSH B POP A POP B -- Ariya Hidayat --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
ps: ada yang lebih mudah, yaitu dengan + dan - saja :) hayo gimana? ariya kebanyakan mikir low level jadi pakai XOR segala. hi hi hi. Sudah tentu saya ngertinya yang XOR itu setelah lewat ADD and SUB dulu :-) Ada juga yang lebih gila lagi pakai FMUL dan FDIV (ketahuan belum pernah mengalami 286 dan 386 yang FPU-nya nggak built-in), walaupun bisa kena masalah overflow. Sekalian beri bonus kalau jawabannya pakai (redundan, tapi tanda ketelitian!) : (1) ada IF dulu: kalau A dan B nggak sama, baru di-swap :-) (2) template (di C++), technically correct karena A dan B bisa saja bukan primitif (alias objek). -- Ariya Hidayat --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
Adjie wrote: 5. saya kadang2 di protes kandidat yg saya ingin masukin, dia protes, koq interviewernya annoying dan pertanyaannya ngeselin banget sich ? saya bilang memang itu sengaja, untuk melihat attitude dan behavior kandidat sewaktu nanti berhadapan dengan hal kritis terutama waktu berhadapan dengan customer. yaa ini kan untuk ngetest aja bagaimana karyawan dapa tahan dalam situasi stress atau kondisi yang tidak menyenangkan, semacam test EQ. and perusahaan ndak selalu mencari orang jenius atau bergelar Phd, yang di cari some one can work and getting things done. Saya setuju banget dengan pendapatnya Om Made, kalau team yang di cari ngga selalu harus pinter and jenius, tapi harus dapat bekerja dengan team dan juga bagus dalam berkomunikasi, karena untuk membuat seseorang jadi pinter bisa di lakukan setelah dia di hire, kalau dibahas lebih detail, ini sangat tergantung dengan job requirementnya, untuk project requirement seperti new product/hw/sw release memang butuh yg extra-sharp dan easy-to-work-with. Nah challengennya memang disini dimana supply dengan tipikal orang orang seperti ini sangat sedikit. Sedangkan untuk project requirement yang hanya memerlukan sw/qa/hw engineer untuk keperluan software atau hardware maintenance release project, memang tidak diperlukan engineer yang extra-sharp, cukup yang biasa biasa saja. Disini yang saya kadang2 lihat, untuk post seperti ini sering di-isi oleh Ibu Ibu orang India .. he he he :)) jadi suaminya senior sw engineer dimana, istrinya kemudian yg mengerjakan proyek software yg tipenya agak mudah. ( sebenarnya , bermula dari kebutuhan seperti inilah kemudian muncul outsourcing ke India dst , karena job reqsnya gak susah susah amat dan risknya kecil jika gagal ) tapi yang paling penting untuk sukses dalam mencari pekerjaaan ada hal yang paling important, is network, because success is 90% networking 10% technical. iya he he , tapi buat yang baru mulai kerja jangan sampai patah semangat dengerin dogma seperti ini :) -mcp --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
tapi yang paling penting untuk sukses dalam mencari pekerjaaan ada hal yang paling important, is network, because success is 90% networking 10% technical.iya he he , tapi buat yang baru mulai kerja jangan sampai patahsemangat dengerin dogma seperti ini :) Carlos, ini bukan dogma tapi sudah realita, nah kalau kita ngga punya channel.. ( bisa temen kuliah, temen ngobrol di bubur kacang ijo, atau temen di milist) gimana bisa tahu ada lowongan atau ngga hehehe. kan saya ngga bilang temen selalu kasih referensi, tapi temen bisa kasih informasi syukur2 mau ngasih referensi, kalau di Perushaan saya biasanya kalau mau hire ini cross check nya sampe kemana-mana. mungkin sama juga di tempat Carlos atau perusahaan-perusahan yang cukup besar. tapi dengan adanya dunia nyata link spt Linked-in bisa membantu sebagai pintu awal, bukan begitu Pak ?rgdsAdjie --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
Adjie wrote: tapi yang paling penting untuk sukses dalam mencari pekerjaaan ada hal yang paling important, is network, because success is 90% networking 10% technical. iya he he , tapi buat yang baru mulai kerja jangan sampai patah semangat dengerin dogma seperti ini :) Carlos, ini bukan dogma tapi sudah realita, nah kalau kita ngga punya channel.. ( bisa temen kuliah, temen ngobrol di bubur kacang ijo, atau temen di milist) gimana bisa tahu ada lowongan atau ngga hehehe. sebentar sebentar, agaknya misunderstood lagi nich. Memang yang bang adjie itu sebutkan sebuah realita, disini juga hiring 80 persen didasarkan atas rekomendasi. Tetapi bukan berarti , untuk anak muda yang pintar,talented dan motivasi tinggi tapi gak punya referensi dan channel lantas peluangnya gak ada. itu _salah_ jika memandang gak punya referensi lantas peluangnya zero. Sering kali, justru yg bisa mengalahkan masalah referensi dsb, adalah niat kita sendiri dan motivasi. kan saya ngga bilang temen selalu kasih referensi, tapi temen bisa kasih informasi syukur2 mau ngasih referensi, kalau di Perushaan saya biasanya kalau mau hire ini cross check nya sampe kemana-mana. mungkin sama juga di tempat Carlos atau perusahaan-perusahan yang cukup besar. point saya sebenarnya agar anak anak muda yg baru masuk ke job market gak patah semangat kalo gak ada channel/referensi. Masalah anak muda pertama kali ke job market itu sebenarnya masalah semua orang di dunia ini, gak cuman Indonesia, jadi *solvable*. tapi dengan adanya dunia nyata link spt Linked-in bisa membantu sebagai pintu awal, bukan begitu Pak ? ok saya straightforward saja, kalau ada michael gonzales out of Brazil dan Untung Radityo dari Indonesia yang kebetulan interview di group saya, kemudian secara hasil teknis: - si michael gonzales hasil teknisnya C , motivasi C , good feedback dari persh sebelumnya - si Untung Radityo hasil teknis B dan motivasinya A, no feedback karena baru datang dari Padang Sidempuan, Sumatra Utara. saya akan masukin si Untung Radityo ke group saya. Oce . = Bottom line: Most of the time we're just looking who is the candidate that has the most potential and motivation. = -mcp --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
Ariya Hidayat wrote: O ya, bagi yang sering menginterview: nama si kandidatnya di-Google dulu nggak ? kalo kami disini gak pernah google nama kandidatnya tapi kami melakukan kontak referensi dengan kenalan di persh sebelumnya. misalnya ariya datang dari pondikati networks pasti saya telpon temen main saya di pondikati networks dan nanya ke mereka is he / she a good guy , kalau dia jawab this guy is trouble maker boleh dipastikan tidak ada panggilan face to face interview. tapi kalo temen saya itu balesnya this guy is the best guy in planet , kita mungkin sudah menyiapkan salary package buat dia bahkan sebelum interview. -mcp --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
On 8/3/06, muhamad cpsmb tarigan [EMAIL PROTECTED] wrote: kalo kami disini gak pernah google nama kandidatnya tapi kami melakukan kontak referensi dengan kenalan di persh sebelumnya. misalnya ariya datang dari pondikati networks pasti saya telpon temen main saya di pondikati networks dan nanya ke mereka is he / she a good guy , kalau dia jawab this guy is trouble maker boleh dipastikan tidak ada panggilan face to face interview. tapi kalo temen saya itu balesnya this guy is the best guy in planet , kita mungkin sudah menyiapkan salary package buat dia bahkan sebelum interview. di tempat saya juga persis seperti yang dilakukan oleh carlos. referensi dari teman/network ini *lebih powerful*. yang juga menjadi masukan (untuk kami) bukan hanya sekedar keahliannya, akan tetapi attitudenya (misalnya malas, nerd tulen - dikasih komputer internet dan rokok produktif!, atau a**h*l*, cerewet, perfectionist, dll.) ini perlu untuk menempatkan ybs. bakalan cocok dengan culture dimana ybs berada atau tidak -- budi --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
O ya, bagi yang sering menginterview: nama si kandidatnya di-Google dulu nggak ? Maap gak ada hubungannya dengan interview, tapi kalo saya mau di interview saya pasti akan cari perusahaan tersebut di google, kalo ketemu berita yang tidak enak ttg perusahaan itu, pasti akan langsung pikir2 untuk dateng ke interview itu. -- Andriansah andri.andriani.web.id --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Etika dalam membajak
Budi Rahardjo wrote: On 8/3/06, muhamad cpsmb tarigan [EMAIL PROTECTED] wrote: kalo kami disini gak pernah google nama kandidatnya tapi kami melakukan kontak referensi dengan kenalan di persh sebelumnya. misalnya ariya datang dari pondikati networks pasti saya telpon temen main saya di pondikati networks dan nanya ke mereka is he / she a good guy , kalau dia jawab this guy is trouble maker boleh dipastikan tidak ada panggilan face to face interview. tapi kalo temen saya itu balesnya this guy is the best guy in planet , kita mungkin sudah menyiapkan salary package buat dia bahkan sebelum interview. di tempat saya juga persis seperti yang dilakukan oleh carlos. referensi dari teman/network ini *lebih powerful*. yang juga menjadi masukan (untuk kami) bukan hanya sekedar keahliannya, akan tetapi attitudenya (misalnya malas, nerd tulen - dikasih komputer internet dan rokok produktif!, atau a**h*l*, cerewet, perfectionist, dll.) ini perlu untuk menempatkan ybs. bakalan cocok dengan culture dimana ybs berada atau tidak -- budi dalam HRD ada 4 matrix kategory performance employee : 1. Highly Competency -- High Motivation (Performing ) 2. Highly Competency -- Low Motivation (Holding ) 3. Low Competency -- High Motivation (Learning) 4. Low Competency -- Low Motivation (Struggling). Cara untuk mengetahui dimana level employee tersebut adalah dengan memberikan sekitar 200 series of question, nanti dari situ ada matrixnya berapa scorenya. Nanti begitu sudah dapat employee ini termasuk kategori yg mana, akan diberikan semacam how to untuk memecahkan masalahnya. Misalnya untuk di kategory #1, employeenya diberikan promosi sebagai tech leads dsb, dan untuk nomor 4 mungkin dibilangin you are at wrong time at wrong position. Yang sering kejadian juga --dan ini sangat tipikal untuk softwar/qa/hw engineer-- , ada engineer yang sangat kompeten dan motivasi tinggi begitu bekerja di software project yg isinya new release/full new features , tapi langsung jebret motivasinya hilang sewaktu hanya bekerja di software maintenance release project yg kerjanya hanya fixing bugs. kalau di valley sini ada dua alasan sw/qa engineer resign : 1. proyeknya terlalu banyak (overload) dan 2. proyeknya terlalu sedikit (overkill). jadi emang bener harus pas banget mix and match antara kebutuhan proyek dan attitude engineer. -mcp --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---