Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-06 Terurut Topik yanto_piboda





talambek saketek mungkin ambo ikuik sato dalam masalah iko, but its 
better to late then never.

Adapun yang tertulis dalam artikel ini adalah pertikaian yang terjadi 
antara orang yang setuju dengan raperda (gub Sum-bar) dan yang 
menolak (LSM). dan sudah berkembang pula di milist ini antara setuju 
dan tdk setuju malah sampai pakai huruf besar (emosi).
Dan sayangnya  sampai sekarang kita tidak tahu raperda itu secara 
utuh isinya apa!!!

Karena kalau melihat dari isi artikel tersebut sepertinya itu sebuah 
opini (penggiringan opini) untuk menolak raperda tersebut. Dan yang 
lebih parah lagi mengatas namakan 'perempuan minang' 
pertanyaannya : apakah sudah pernah dilakukan voting (pemungutan 
suara) untuk raperda ini yang melibatkan seluruh perempuan minang, 
atau setidak-tidaknya sebuah polling (survey) secara statistik yang 
dapat dipertanggung jawabkan.

Kalau belum logika-nya tidak seorangpun atau sebuah lembaga pun yang 
berhak mengatasnamakan 'perempuan minang'. 

Saya pikir raperda ini adalah sebuah masalah yang penting karena 
menyangkut esksistensi  masyarakat minang itu sendiri.
Dan agar diskusi ini menjadi lebih berarti alangkah baiknya jika, 
raperda itu secara utuh dapat ditampilkan di milis ini sehingga kita 
bisa mengetahui dengan pasti apa sebenarnya isi.

wassalam

Yanto Piboda 


--- In [EMAIL PROTECTED], Basri Hasan [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Assalamu'alaikum wr. wb.
   Dalam pandangan ambo masalah ko sangaik mandasar sakali, 
mohon tanggapan para doens.
   Salam
 
   SBN 
 
   Perempuan Minang Menolak Raperda Pemanfaatan Tanah Ulayat 
 
 
   LAGI-lagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat 
membuat heboh. Bukan lantaran para pimpinan dan anggotanya menjadi 
tersangka kasus dugaan korupsi anggaran anggaran pendapatan dan 
belanja daerah yang menyebabkan negara dirugikan sekitar Rp 4,6 
miliar, tetapi produk kinerjanya antara lain dinilai merugikan kaum 
perempuan.
 
   Bsmall 2small 0 dulu soal Peraturan Daerah Pemberantasan 
Maksiat yang terkesan menyudutkan keberadaan kaum perempuan, kini 
muncul lagi keinginan DPRD setempat untuk membuat Perda Pemanfaatan 
Tanah Ulayat. Dalam hal ini, kaum perempuan kembali menjadi korban.
 
   LIMA perempuan anggota DPRD Sumatera Barat (Sumbar) 
sepertinya tak bisa apa-apa karena bila sampai diadakan voting sudah 
pasti kalah suara dari 49 kaum lelaki yang duduk sebagai anggota DPRD.
 
   Jauh-jauh hari selama masa pembahasan rancangan peraturan 
daerah (raperda) itu kaum perempuan Minang melalui sejumlah spanduk 
yang dipajang di persimpangan jalan-jalan strategis di Padang 
menyatakan: Tiada demokrasi tanpa padusi (perempuan-Red).
 
   Seharusnya kaum perempuan sebagai bundo kanduang di ranah 
Minangkabau, Sumbar, dilibatkan dalam penyusunan raperda, diajak 
berembuk untuk menetapkan suatu kebijakan.
 
   Kenyataannya, dalam penyusunan Raperda Pemanfaatan Tanah 
Ulayat yang kini di DPRD Sumbar tengah memasuki tahap dengar pendapat 
itu, jangankan mengajak kelompok lembaga swadaya masayarakat (LSM) 
perempuan, menurut Lany Verayanti dari Lembaga Pengkajian dan 
Pemberdayaan Masyarakat (LP2M), lembaga Bundo Kanduang saja tak 
pernah diajak dari awal.
 
   Meski sekarang era reformasi, pola Orde Baru masih ada. Bila 
pada era Orde Baru keberadaan perempuan dipinggirkan, maka sekarang 
juga tak jauh beda. Kalaupun ada LSM perempuan atau bundo kanduang 
yang dilibatkan, tak lebih basa-basi untuk memenuhi syarat formal 
bagi kepentingan DPRD.
 
   Biasanya, walau perempuan (dan berbagai elemen lainnya) 
menolak dengan berbagai argumentasi, DPRD Sumbar tetap memaksakan 
kehendak menjadikan ranperda itu sebagai perda karena anggaran dana 
ratusan juta bahkan miliaran rupiah sudah disiapkan,  kata Lany 
Verayanti.
 
   Menurut Kepala Divisi Program LP2M itu, perempuan Minang 
dalam kapasitas sebagai bundo kanduang sebenarnya memegang otoritas 
atas adat Minangkabau. Bundo kanduang merupakan konsepsi ideologis 
yang paling dasar yang dimiliki masyarakat Minangkabau dalam melihat 
dan merumuskan peranan dan kedudukan politik perempuan Minangkabau.
 
   Persoalan tanah ulayat juga persoalan perempuan. Tanah ulayat 
adalah pusaka yang diwariskan turun-temurun dan di Minangkabau itu 
hak perempuan. Sedangkan dalam Raperda Tanah Ulayat tidak ada 
pengakuan terhadap peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber 
daya alam sebagai pemilik hak (tanah) ulayat.
 
   Dalam raperda, yang diakui sebagai pemegang hak atas tanah 
ulayat adalah mamak kepala waris. Inilah contoh pergeseran nilai-
nilai adat Minangkabau. Dikikisnya prinsip matrilineal yang berakibat 
pada terjadinya marjinalisasi/peminggiran hak perempuan sebagai 
pemilik hak ulayat, tambah Lany Verayanti.
 
   DALAM pengertian idealnya, sebagaimana diungkapkan Sjahridal 
Dahlan, Ketua Pusat Studi Wanita Universitas Andalas, Padang, bundo 
kanduang mengandung hal-hal selektif yang mencerminkan kekuatan serta 

Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-06 Terurut Topik yanto_piboda





talambek saketek mungkin ambo ikuik sato dalam masalah iko, but its 
better to late then never.

Adapun yang tertulis dalam artikel ini adalah pertikaian yang terjadi 
antara orang yang setuju dengan raperda (gub Sum-bar) dan yang 
menolak (LSM). dan sudah berkembang pula di milist ini antara setuju 
dan tdk setuju malah sampai pakai huruf besar (emosi).
Dan sayangnya  sampai sekarang kita tidak tahu raperda itu secara 
utuh isinya apa!!!

Karena kalau melihat dari isi artikel tersebut sepertinya itu sebuah 
opini (penggiringan opini) untuk menolak raperda tersebut. Dan yang 
lebih parah lagi mengatas namakan 'perempuan minang' 
pertanyaannya : apakah sudah pernah dilakukan voting (pemungutan 
suara) untuk raperda ini yang melibatkan seluruh perempuan minang, 
atau setidak-tidaknya sebuah polling (survey) secara statistik yang 
dapat dipertanggung jawabkan.

Kalau belum logika-nya tidak seorangpun atau sebuah lembaga pun yang 
berhak mengatasnamakan 'perempuan minang'. 

Saya pikir raperda ini adalah sebuah masalah yang penting karena 
menyangkut esksistensi  masyarakat minang itu sendiri.
Dan agar diskusi ini menjadi lebih berarti alangkah baiknya jika, 
raperda itu secara utuh dapat ditampilkan di milis ini sehingga kita 
bisa mengetahui dengan pasti apa sebenarnya isi.

wassalam

Yanto Piboda 


--- In [EMAIL PROTECTED], Basri Hasan [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Assalamu'alaikum wr. wb.
   Dalam pandangan ambo masalah ko sangaik mandasar sakali, 
mohon tanggapan para doens.
   Salam
 
   SBN 
 
   Perempuan Minang Menolak Raperda Pemanfaatan Tanah Ulayat 
 
 
   LAGI-lagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat 
membuat heboh. Bukan lantaran para pimpinan dan anggotanya menjadi 
tersangka kasus dugaan korupsi anggaran anggaran pendapatan dan 
belanja daerah yang menyebabkan negara dirugikan sekitar Rp 4,6 
miliar, tetapi produk kinerjanya antara lain dinilai merugikan kaum 
perempuan.
 
   Bsmall 2small 0 dulu soal Peraturan Daerah Pemberantasan 
Maksiat yang terkesan menyudutkan keberadaan kaum perempuan, kini 
muncul lagi keinginan DPRD setempat untuk membuat Perda Pemanfaatan 
Tanah Ulayat. Dalam hal ini, kaum perempuan kembali menjadi korban.
 
   LIMA perempuan anggota DPRD Sumatera Barat (Sumbar) 
sepertinya tak bisa apa-apa karena bila sampai diadakan voting sudah 
pasti kalah suara dari 49 kaum lelaki yang duduk sebagai anggota DPRD.
 
   Jauh-jauh hari selama masa pembahasan rancangan peraturan 
daerah (raperda) itu kaum perempuan Minang melalui sejumlah spanduk 
yang dipajang di persimpangan jalan-jalan strategis di Padang 
menyatakan: Tiada demokrasi tanpa padusi (perempuan-Red).
 
   Seharusnya kaum perempuan sebagai bundo kanduang di ranah 
Minangkabau, Sumbar, dilibatkan dalam penyusunan raperda, diajak 
berembuk untuk menetapkan suatu kebijakan.
 
   Kenyataannya, dalam penyusunan Raperda Pemanfaatan Tanah 
Ulayat yang kini di DPRD Sumbar tengah memasuki tahap dengar pendapat 
itu, jangankan mengajak kelompok lembaga swadaya masayarakat (LSM) 
perempuan, menurut Lany Verayanti dari Lembaga Pengkajian dan 
Pemberdayaan Masyarakat (LP2M), lembaga Bundo Kanduang saja tak 
pernah diajak dari awal.
 
   Meski sekarang era reformasi, pola Orde Baru masih ada. Bila 
pada era Orde Baru keberadaan perempuan dipinggirkan, maka sekarang 
juga tak jauh beda. Kalaupun ada LSM perempuan atau bundo kanduang 
yang dilibatkan, tak lebih basa-basi untuk memenuhi syarat formal 
bagi kepentingan DPRD.
 
   Biasanya, walau perempuan (dan berbagai elemen lainnya) 
menolak dengan berbagai argumentasi, DPRD Sumbar tetap memaksakan 
kehendak menjadikan ranperda itu sebagai perda karena anggaran dana 
ratusan juta bahkan miliaran rupiah sudah disiapkan,  kata Lany 
Verayanti.
 
   Menurut Kepala Divisi Program LP2M itu, perempuan Minang 
dalam kapasitas sebagai bundo kanduang sebenarnya memegang otoritas 
atas adat Minangkabau. Bundo kanduang merupakan konsepsi ideologis 
yang paling dasar yang dimiliki masyarakat Minangkabau dalam melihat 
dan merumuskan peranan dan kedudukan politik perempuan Minangkabau.
 
   Persoalan tanah ulayat juga persoalan perempuan. Tanah ulayat 
adalah pusaka yang diwariskan turun-temurun dan di Minangkabau itu 
hak perempuan. Sedangkan dalam Raperda Tanah Ulayat tidak ada 
pengakuan terhadap peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber 
daya alam sebagai pemilik hak (tanah) ulayat.
 
   Dalam raperda, yang diakui sebagai pemegang hak atas tanah 
ulayat adalah mamak kepala waris. Inilah contoh pergeseran nilai-
nilai adat Minangkabau. Dikikisnya prinsip matrilineal yang berakibat 
pada terjadinya marjinalisasi/peminggiran hak perempuan sebagai 
pemilik hak ulayat, tambah Lany Verayanti.
 
   DALAM pengertian idealnya, sebagaimana diungkapkan Sjahridal 
Dahlan, Ketua Pusat Studi Wanita Universitas Andalas, Padang, bundo 
kanduang mengandung hal-hal selektif yang mencerminkan kekuatan serta 

Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-06 Terurut Topik Yulmizar
- Original Message -
From: Amrizal - [North Duri Cogen]
Sent: Wednesday, June 04, 2003 1:48 AM

Assalamualaikum wr.wb.
[ymz]
Wa'alaikum salam WW

Bagaimano hukumnyo kalo diliek dari hukum islam satantang tanah ulayat nan
diwarihkan manuruik garih ibu ?.  Sadangkan hukum warisan manuruik islam
harus garih bapak. Keceknyo ABSK. Manuruik undang Undang adaik syarak
mangato, adaik mamakai (bagaimana manuruik syarak, adaik harus mamakai)
[.ymz]
Tanah Ulayat nan diwariskan pada garis ibu di ranahminang adalah berstatus
hak guna. Ia tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan (hibah menurut
islam). Mohon bedakakan dengan ketentuan dalam kitabullah yang mengatur hak
milik. Bila seseorang ingin mewariskan 1) berstatus hak milik; 2) berstatus
hak guna; maka ia harus menerapkan 1) sesuai dengan ketentuan kitabullah dan
2) sesuai dengan ketentuan pemilik pertama.
Tahukah kita siapa pemilik pertama dari Tanah Ulayat itu dan bagaimana
perjanjian kita dgn mereka? Mengherankan bila sekarang banyak yang
menganggap Tanah Ulayat adalah adalah hak milik, bisa dijual,
disertifikatkan, digadaikan dlsb. Kini malahan ado nan maraso berkepentingan
mangganti perjanjian. Urang2 ko indak
manusiawi. Sarancaknyo pejanjian nan indak tatulis itu nan di kukuhkan dalam
Ranperda dan bukan membuat aturan baru. Apakah mereka yg dahulu bersusah
payah membuka hutan dan kemudian menyulap menjadi perkebunan atau
pertanian?.

Syarak mandaki, adaik manurun (makin lama syarak akan semaki banyak
dipakai , dan adaik makin berkurang).Kanapo syarak samakin banyak dipakai
karano ilmu agamo samakin dipadalam. Apo haruih dipatahankan system adaik
nan ado sabalun islam masuak?.
[.ymz]
Indak baitu doh. Itu samo jo grafik. Cubo caliak kato mandaki dan manurun.
Mana yg lebih banyak membutuhkan tenaga, mendaki atau menurun. Pelajarilah
syarak dgn baik, maka akan mudah memahami adat, adat nan sabana adat.


Wassalam,
Amrizal, (36).





RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-06 Terurut Topik yanto_piboda
Assalamualaikum

Polemik warisan pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, waktu itu 
seingat saya ada satu pendapat yang menyatakan begini.
warisan di minangkabau di bagi 2 yaitu :
1. pusako tinggi
2. pusako randah

pusako tinggi adalah warisan yang sudah datang turun temurun yang 
di'warisan' (dalam tanda kutip) menurut garis ibu, salah satunya 
adalah tanah ulayat, milik suatu suatu di daerah tertentu.
pusako tinggi ini hanya dapat dipindah tangankan kepada pihak lain 
dengan 3 syarat yaitu :
1. rumah gadang katirisan 
2. maik tabujua di rumah gadang
3. gadih gaek indak balaki
(maaf kalau 3 kalimat di atas ada yang salah krn saya bukan ahli adat)
pemindah tanganan itu juga adalah hasil sidang ninik mamak dalam suku 
tersebut.

pusako randah adalah warisan yang didapat dari hasil usaha seorang 
ayah yang kemudian diturunkan kepada keturunannya.

kalau saya tidak salah ini adalah hasil dari kompromi dari polemik 
tersebut waktu itu.

Memang sering menjadi dilema bagi kita bahwa masih banyak hukum adat 
yang tidak sejalan dengan kitabullah, sementara disisi lain kita 
sudah mendengung-dengungkan adaik basandi syarak syarak basandi 
kitabullah.

Hal itu terjadi karena minangkabau sudah ada sebelum islam datang 
sekitar abad ke 11 M.
Islam mempengaruhi minangkabau membutuhkan waktu yang panjang dan 
bukan hal yang gampang. Perang Paderi pada awalnya dipicu oleh 
perbedaan antara kaum wahabi (yang dipimpin oleh imam bonjol) dengan 
kaum adat saat itu.

Kaum adat saat itu mempertahankan warisan adat yang katanya 
diwariskan oleh nenek moyang kita 'sajak gunuang marapi sagadang 
talua itiak' dari puncak lereng gunuang marapi.
Sementara  islam datang dari tanah arab di bawa pedang dari pesisir 
naik ke lereng marapi.'syarak mandaki adat manurun' secara harfiah.

Kemudian baru pada tahun 1937 baru istilah ABSSBK dikonvesikan di 
Marapalam (hal ini saya baca pada satu literatur, mohon dikoreksi 
kalau tidak salah).

Pertanyaan apakah kita harus mempertahankan bagian dari adat yang 
tidak sesuai lagi dengan kitabullah.

Jawabnya: Apakah kita menerima kitabullah sebagai dasar bagi 
kehidupan kita atau tidak secara keseluruhan, kalau ya maka dengan 
mudah kita akan mengatakan lets do it, kalau tidak lets see it.

Mengingat masuknya Islam ke minangkabau sampai dengan dicetuskannya 
ABSSBK membutuhkan perjalanan panjang berabad abad, maka implementasi 
dari konsep ini juga akan membutuhkan perjalanan yang panjang.
Syukurlah tidak semua yang ada di adat bertentangan dengan islam, 
banyak yang sudah harmonis, dan yang paling utama jalan untuk 
menyelesaikan konflik menggunakan metoda yang sama mufakat dan 
ijtihad, 'bulek aia dek pambuluah bulek kato dek mufakat'. 

Saya yakin sekarang di minangkabau sudah banyak orang yang alim 
pewaris nabi yang menjadi niniak mamak pewaris adat

kembali ke masalah raperda tanah ulayat apakah sudah ada yang 
punya 'paper'nya tolong di sharing di milis ini,
siapa tahu kita bisa 'sato agak sakaki'

mungkin kita bisa diskusikan di sini, untuk suatu keadaan yang lebih 
baik, Insya Allah

wassalam

Yanto P


--- In [EMAIL PROTECTED], Yulmizar [EMAIL PROTECTED] wrote:
 - Original Message -
 From: Amrizal - [North Duri Cogen]
 Sent: Wednesday, June 04, 2003 1:48 AM
 
 Assalamualaikum wr.wb.
 [ymz]
 Wa'alaikum salam WW
 
 Bagaimano hukumnyo kalo diliek dari hukum islam satantang tanah 
ulayat nan
 diwarihkan manuruik garih ibu ?.  Sadangkan hukum warisan manuruik 
islam
 harus garih bapak. Keceknyo ABSK. Manuruik undang Undang 
adaik syarak
 mangato, adaik mamakai (bagaimana manuruik syarak, adaik harus 
mamakai)
 [.ymz]
 Tanah Ulayat nan diwariskan pada garis ibu di ranahminang adalah 
berstatus
 hak guna. Ia tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan (hibah 
menurut
 islam). Mohon bedakakan dengan ketentuan dalam kitabullah yang 
mengatur hak
 milik. Bila seseorang ingin mewariskan 1) berstatus hak milik; 2) 
berstatus
 hak guna; maka ia harus menerapkan 1) sesuai dengan ketentuan 
kitabullah dan
 2) sesuai dengan ketentuan pemilik pertama.
 Tahukah kita siapa pemilik pertama dari Tanah Ulayat itu dan 
bagaimana
 perjanjian kita dgn mereka? Mengherankan bila sekarang banyak yang
 menganggap Tanah Ulayat adalah adalah hak milik, bisa dijual,
 disertifikatkan, digadaikan dlsb. Kini malahan ado nan maraso 
berkepentingan
 mangganti perjanjian. Urang2 ko indak
 manusiawi. Sarancaknyo pejanjian nan indak tatulis itu nan di 
kukuhkan dalam
 Ranperda dan bukan membuat aturan baru. Apakah mereka yg dahulu 
bersusah
 payah membuka hutan dan kemudian menyulap menjadi perkebunan atau
 pertanian?.
 
 Syarak mandaki, adaik manurun (makin lama syarak akan semaki 
banyak
 dipakai , dan adaik makin berkurang).Kanapo syarak samakin banyak 
dipakai
 karano ilmu agamo samakin dipadalam. Apo haruih dipatahankan system 
adaik
 nan ado sabalun islam masuak?.
 [.ymz]

 Indak baitu doh. Itu samo jo grafik. Cubo caliak kato mandaki dan 
manurun.
 Mana yg lebih banyak membutuhkan tenaga, mendaki atau menurun. 

Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-06 Terurut Topik yanto_piboda
Assalamualaikum

Polemik warisan pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, waktu itu 
seingat saya ada satu pendapat yang menyatakan begini.
warisan di minangkabau di bagi 2 yaitu :
1. pusako tinggi
2. pusako randah

pusako tinggi adalah warisan yang sudah datang turun temurun yang 
di'warisan' (dalam tanda kutip) menurut garis ibu, salah satunya 
adalah tanah ulayat, milik suatu suatu di daerah tertentu.
pusako tinggi ini hanya dapat dipindah tangankan kepada pihak lain 
dengan 3 syarat yaitu :
1. rumah gadang katirisan 
2. maik tabujua di rumah gadang
3. gadih gaek indak balaki
(maaf kalau 3 kalimat di atas ada yang salah krn saya bukan ahli adat)
pemindah tanganan itu juga adalah hasil sidang ninik mamak dalam suku 
tersebut.

pusako randah adalah warisan yang didapat dari hasil usaha seorang 
ayah yang kemudian diturunkan kepada keturunannya.

kalau saya tidak salah ini adalah hasil dari kompromi dari polemik 
tersebut waktu itu.

Memang sering menjadi dilema bagi kita bahwa masih banyak hukum adat 
yang tidak sejalan dengan kitabullah, sementara disisi lain kita 
sudah mendengung-dengungkan adaik basandi syarak syarak basandi 
kitabullah.

Hal itu terjadi karena minangkabau sudah ada sebelum islam datang 
sekitar abad ke 11 M.
Islam mempengaruhi minangkabau membutuhkan waktu yang panjang dan 
bukan hal yang gampang. Perang Paderi pada awalnya dipicu oleh 
perbedaan antara kaum wahabi (yang dipimpin oleh imam bonjol) dengan 
kaum adat saat itu.

Kaum adat saat itu mempertahankan warisan adat yang katanya 
diwariskan oleh nenek moyang kita 'sajak gunuang marapi sagadang 
talua itiak' dari puncak lereng gunuang marapi.
Sementara  islam datang dari tanah arab di bawa pedang dari pesisir 
naik ke lereng marapi.'syarak mandaki adat manurun' secara harfiah.

Kemudian baru pada tahun 1937 baru istilah ABSSBK dikonvesikan di 
Marapalam (hal ini saya baca pada satu literatur, mohon dikoreksi 
kalau tidak salah).

Pertanyaan apakah kita harus mempertahankan bagian dari adat yang 
tidak sesuai lagi dengan kitabullah.

Jawabnya: Apakah kita menerima kitabullah sebagai dasar bagi 
kehidupan kita atau tidak secara keseluruhan, kalau ya maka dengan 
mudah kita akan mengatakan lets do it, kalau tidak lets see it.

Mengingat masuknya Islam ke minangkabau sampai dengan dicetuskannya 
ABSSBK membutuhkan perjalanan panjang berabad abad, maka implementasi 
dari konsep ini juga akan membutuhkan perjalanan yang panjang.
Syukurlah tidak semua yang ada di adat bertentangan dengan islam, 
banyak yang sudah harmonis, dan yang paling utama jalan untuk 
menyelesaikan konflik menggunakan metoda yang sama mufakat dan 
ijtihad, 'bulek aia dek pambuluah bulek kato dek mufakat'. 

Saya yakin sekarang di minangkabau sudah banyak orang yang alim 
pewaris nabi yang menjadi niniak mamak pewaris adat

kembali ke masalah raperda tanah ulayat apakah sudah ada yang 
punya 'paper'nya tolong di sharing di milis ini,
siapa tahu kita bisa 'sato agak sakaki'

mungkin kita bisa diskusikan di sini, untuk suatu keadaan yang lebih 
baik, Insya Allah

wassalam

Yanto P


--- In [EMAIL PROTECTED], Yulmizar [EMAIL PROTECTED] wrote:
 - Original Message -
 From: Amrizal - [North Duri Cogen]
 Sent: Wednesday, June 04, 2003 1:48 AM
 
 Assalamualaikum wr.wb.
 [ymz]
 Wa'alaikum salam WW
 
 Bagaimano hukumnyo kalo diliek dari hukum islam satantang tanah 
ulayat nan
 diwarihkan manuruik garih ibu ?.  Sadangkan hukum warisan manuruik 
islam
 harus garih bapak. Keceknyo ABSK. Manuruik undang Undang 
adaik syarak
 mangato, adaik mamakai (bagaimana manuruik syarak, adaik harus 
mamakai)
 [.ymz]
 Tanah Ulayat nan diwariskan pada garis ibu di ranahminang adalah 
berstatus
 hak guna. Ia tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan (hibah 
menurut
 islam). Mohon bedakakan dengan ketentuan dalam kitabullah yang 
mengatur hak
 milik. Bila seseorang ingin mewariskan 1) berstatus hak milik; 2) 
berstatus
 hak guna; maka ia harus menerapkan 1) sesuai dengan ketentuan 
kitabullah dan
 2) sesuai dengan ketentuan pemilik pertama.
 Tahukah kita siapa pemilik pertama dari Tanah Ulayat itu dan 
bagaimana
 perjanjian kita dgn mereka? Mengherankan bila sekarang banyak yang
 menganggap Tanah Ulayat adalah adalah hak milik, bisa dijual,
 disertifikatkan, digadaikan dlsb. Kini malahan ado nan maraso 
berkepentingan
 mangganti perjanjian. Urang2 ko indak
 manusiawi. Sarancaknyo pejanjian nan indak tatulis itu nan di 
kukuhkan dalam
 Ranperda dan bukan membuat aturan baru. Apakah mereka yg dahulu 
bersusah
 payah membuka hutan dan kemudian menyulap menjadi perkebunan atau
 pertanian?.
 
 Syarak mandaki, adaik manurun (makin lama syarak akan semaki 
banyak
 dipakai , dan adaik makin berkurang).Kanapo syarak samakin banyak 
dipakai
 karano ilmu agamo samakin dipadalam. Apo haruih dipatahankan system 
adaik
 nan ado sabalun islam masuak?.
 [.ymz]

 Indak baitu doh. Itu samo jo grafik. Cubo caliak kato mandaki dan 
manurun.
 Mana yg lebih banyak membutuhkan tenaga, mendaki atau menurun. 

Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-05 Terurut Topik Nofendri T. Lare



Mak,
Awak 
ngomongin masalah tanah ulayat, dibiliak aktivis RangMudo minang 
sangek
konsekwen 
kok memperhatikan masalah ko, dipadang tentunyo dengan LSM2 
mereka.
Iko bukanlah 
masalah RangMudo sajo, justru niniak mamaklah nan harus kareh 

suaronyo 
ubtuak masalah ko.

kalau 
masalah bapomle NDAK ADO HUBUANGAN JO SUBJEK DO.. 
MAK...
dan itu 
masalah pribadi urang-urang, jan sampai... urang nan konsekuen jo 
HAM
manjadi 
membelenggu aktifitas hak RangMudo.

Ingek 
mak!
Ingek kecek 
Z Palai Rinuak

KONSEKUEN... KONSEKUEN... 



  - Original Message - 
  From: 
  Basri Hasan 
  
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, June 03, 2003 11:24 
  PM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan 
  Minang Menolak Raperda 
  
  Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
  bapomle sarato batako taki
  sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
  langsuang sajolah ka palaminan.
  
  Salam
  
  SBN
  
  


Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-05 Terurut Topik Nofendri T. Lare





  
  
Ranperda Tanah Ulayat Ditolak Tokoh 
Adat
  
By padangekspres
  

  


  
  8 klik
  
  Selasa, 06-Mei-2003, 03:54:38 
  WIB
  

  

  


  Batusangkar, PadekRaperda 
(Rancangan Peraturan Daerah) Pemakaian Tanah Ulayat belum dibaca, 
tapi penolakan terhadap isi Raperda tanah ulayat tersebut langsung 
ditolak mentah-mentah oleh beberapa orang tokoh adat Tanahdatar. 

  

  
Kejadian penolakan tersebut terjadi dalam pertemuan kelompok III 
  anggota DPRD Sumatera Barat dengan pengurus LKAAM Ketua KAN se-Kabupaten 
  Tanahdatar Senin kemaren. Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Bupati 
  Tanahdatar Drs.H.Masnefi MS, Wakil Ketua DPRD Tanahdatar HL Dt Rajo Kuaso 
  BA. Sedangkan anggota DPRD Sumbar yang hadir Drs.Saadodin, Ny.Dartias 
  Churcil, Drs.Guspardi Gaus, Syahril BB. AG.MS.Dt Panduko Karena 
  tanah ulayat tersebut tidak bisa diperjualbelikan, namun dalam 
  kenyataannya sekarang tidak dapat dipungkiri bahwa ada tanah ulayat 
  digunakan untuk lahan perkebunan oleh investor, ujar Saaduddin yang 
  memandu acara tersebut. Meskipun diskusi tanah ulayat tersebut 
  berlangsung alot dan menegangkan apalagi masing-masing tokoh adat dari 
  Luak Nan Tuo, dalam pertemuan itu dengan mentah-mentah menolak isi Raperda 
  tanah ulayat tersebut Ketika Ketua KAN Padang Ganting Dt Panduko Lahia 
  menyebutkan kepada anggota DPRD Sumbar, materi apa yang sebenarnya akan 
  dibahas, apalagi materi Raperda tersebut belum kami terima. Semua 
  peserta pertemuan tersebut terkejut termasuk dari tokoh adat sendiri yang 
  sebelumnya telah melontarkan isi penolakan raperda tersebut. Setelah itu, 
  barulah panitia membagikan isi Raperda tersebut kepada peserta pertemuan 
  kendati tidak semua yang diundang mendapatkannya. Sedangkan anggota 
  tim lainnya Drs.Guspardi Gaus menyampaikan prihatinnya atas terjadinya mis 
  komonikasi tersebut karena pertemuan nya kedaerah untuk menampung aspirasi 
  masyarakat namun karena draf raperda tersebut belum disampaikan dalam 
  pertemuan dengan DPRD wajar terjadi keraguan-raguan masyarakat. tegasnya 
  lagi. Akhirnya pertemuan yang akan membahas Raperda tanah ulayat 
  itupun belum bisa diambil kesimpulan karena para tokoh masyarakat diminta 
  untuk membaca isi raperda tersebut selama dua minggu dan kemudian hasil 
  tanggapan disampaikan melalui Kabag Tapem untuk diteruskan ke DPRD Sumbar. 
  Sementara itu Wakil Bupati Tanahdatar Drs.H.Masnefi meminta kepada 
  seluruh pemuka adat dan tokoh masyarakat mempelajari betul isi raperda 
  tersebut secara seksama karena apa yang disampaikan itu menyangkut 
  kepentingan masyarakat banyak.(mal) 


  - Original Message - 



Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-05 Terurut Topik SBN



Iyo soal pomle indak ado hubungannyo, 
mukasuikambo bagurau snek,panambah sumangek, jan diambiak ati 
pulo.
Salam
SBN

  - Original Message - 
  From: 
  Nofendri T. 
  Lare 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, June 04, 2003 11:37 
  AM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan 
  Minang Menolak Raperda 
  
  Mak,
  Awak 
  ngomongin masalah tanah ulayat, dibiliak aktivis RangMudo minang 
  sangek
  konsekwen 
  kok memperhatikan masalah ko, dipadang tentunyo dengan LSM2 
  mereka.
  Iko 
  bukanlah masalah RangMudo sajo, justru niniak mamaklah nan harus kareh 
  
  suaronyo 
  ubtuak masalah ko.
  
  kalau 
  masalah bapomle NDAK ADO HUBUANGAN JO SUBJEK DO.. 
  MAK...
  dan itu 
  masalah pribadi urang-urang, jan sampai... urang nan konsekuen jo 
  HAM
  manjadi 
  membelenggu aktifitas hak RangMudo.
  
  Ingek 
  mak!
  Ingek 
  kecek Z Palai Rinuak
  
  KONSEKUEN... KONSEKUEN... 
  
  
  
- Original Message - 
From: 
Basri Hasan 

To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, June 03, 2003 11:24 
PM
Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan 
Minang Menolak Raperda 

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN




Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik Basri Hasan



Walaupun saketek labiah elok awak sato manulaknyo 
dek karano iko jaleh-jaleh
balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan iolah 
baliak ka adat nan sabana
adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan balawanan 
jo prinsip dasar.

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN

  - Original Message - 
  From: 
  Nofendri T. 
  Lare 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, June 03, 2003 6:46 
PM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan 
  Minang Menolak Raperda 
  
  Jadi 
  gimano mak??
  Kalau soal 
  Tanah Ulayat ko, bukan kaum bundo kanduang ajo menolak, para 
  niniak
  mamak 
  dikampuang awak, juo manolak.
  
  Nahh 
  apo kito paralu buek petisi, atau mangumpuakan tando tangan 
  untuak
  atau 
  komentar menolak, lalu awak kirim ka Pemda Sumbar.
  
  Dari salah 
  sorang nan ikuik manolak Raperda, 
  
- Original Message - 
From: 
Basri Hasan 

To: [EMAIL PROTECTED] 
Cc: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 02, 2003 11:42 
AM
Subject: [RantauNet.Com] Perempuan 
Minang Menolak Raperda 
---Cutbukan 
  Tari-


RE: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik Amrizal - [North Duri Cogen]



Assalamualaikum wr.wb.

 Batanyo ambo kapado mamak, uda, uni, nan dipalantako 
ciek. Dek bakabatulan satantang tanah ulayat (pusako tinggi) curitonyo. 
Bagaimano hukumnyo kalo diliek dari hukum islam 
satantang tanah ulayat nan diwarihkanmanuruik garih ibu ?. Sadangkan 
hukum warisan manuruik islam harus garih bapak. Keceknyo ABSK. Manuruik undang 
Undang adaik "syarak mangato, adaik mamakai" (bagaimana manuruik 
syarak, adaik harus mamakai)
"Syarak mandaki, adaik manurun" (makin lama 
syarak akan semaki banyak dipakai , dan adaik makin berkurang).Kanapo syarak 
samakin banyak dipakai karano ilmu agamo samakin dipadalam. Apo haruih 
dipatahankan system adaik nan ado sabalun islam masuak?.
 Ado kakhawatiran satantang harato 
pusako iko kok haram proses warih mawarihnyo. Jadi sampai anak cucu bisuak alah 
manarimo harato haram sajo taruih. Sakian sajo mak, da, ni partanyaannyo, mohon 
kapado nan labiah tahu untuak manjalehkannyo. Sabalunnyo banyak ma'af, dan 
tarimo kasih.
 
Wassalam,
Amrizal,(36).
-Original 
Message-From: Basri Hasan 
[mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Tuesday, June 03, 2003 11:25 
PMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: Re: [RantauNet.Com] 
Perempuan Minang Menolak Raperda 

  Walaupun saketek labiah elok awak sato manulaknyo 
  dek karano iko jaleh-jaleh
  balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan 
  iolah baliak ka adat nan sabana
  adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan balawanan 
  jo prinsip dasar.
  
  Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
  bapomle sarato batako taki
  sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
  langsuang sajolah ka palaminan.
  
  Salam
  
  SBN


Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik Hayatun Nismah Rumzy

Assalamu Alaikum W. W.
Sanak Basri Hasan alias Titik ko ko caro iko bana caro mangeceknyo ka anak mudo. Indak elok awak kasa bana doh sarupo sanak indak panah mudo sajo. Kok indak suko tolonglah kecekkan ka mail pribadi sajo. Sabatuanyo sanak mangecek pakaro Aceh banyak juo nan indak satuju tapi urang pado diam sajo. Baitu juo sanak mangecek pakaro Irak dan Sadam. Jadi kok buliah awak hargai pandapek urang lain supayo urang manghargai pandapek awak.
Wassalam
Bundo NismahBasri Hasan [EMAIL PROTECTED] wrote:




Walaupun saketek labiah elok awak sato manulaknyo dek karano iko jaleh-jaleh
balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan iolah baliak ka adat nan sabana
adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan balawanan jo prinsip dasar.

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN

- Original Message - 
From: Nofendri T. Lare 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, June 03, 2003 6:46 PM
Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda 

Jadi gimano mak??
Kalau soal Tanah Ulayat ko, bukan kaum bundo kanduang ajo menolak, para niniak
mamak dikampuang awak, juo manolak.

Nahh apo kito paralu buek petisi, atau mangumpuakan tando tangan untuak
atau komentar menolak, lalu awak kirim ka Pemda Sumbar.

Dari salah sorang nan ikuik manolak Raperda, 

- Original Message - 
From: Basri Hasan 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Cc: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 02, 2003 11:42 AM
Subject: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda 
---Cutbukan Tari-
Do you Yahoo!?
Free online calendar with sync to Outlook(TM).

Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik SBN



Assalamu'alaikum wr. wb.

Cubo lah baco baliek dek Uni, apo ambo manyalahkan 
nan mudo, kan jaleh ambo tulih sagalo karajo jo tingkah urang mudo itu elok sajo 
asa jan balabiahan. Ambo tantu lah panah mudo pulo, bahaso nan ambo pakai agak 
saketek baso rang mudo pulo. Ambo anjurkan urang mudo kamuko tanpa meninggalkan 
kemudaannya untuk sedikit meluruskan penyimpangan di masyarakat Minang. Kok iko 
disabuik kasa, iyo ambo minta maaf kalau ado nan maraso tasingguang dek karano 
indak ado mukasuik saketek juo nak manyingguang para dunsanak sakalian. 

Kalau soal topik akan selalu ado nan suko dan nan 
indak suko, bagi yang suka bisa ikut berkomentar atau diam saja, begitu pula 
bagi yang tidak suka. Contoh sajo soal MI kan awak samo tahu banyak beda 
pendapat yang tajam disitu, insyaAllah indak banyak nan paralu maraso 
tasingguang doh.
Baliak ka topik soal raperda, apo Uni tamasuak nan 
satuju silahkan sajo dan agaihlah kami nan indak satuju ko argumentasinyo, kalau 
indak satuju tolong pulo disuarokan perlawanan untuk itu. Kok haniang-haniang 
sajo indak sayang jo Minang nampaknyo.
Salam

St. Bagindo Nagari

  - Original Message - 
  From: 
  Hayatun Nismah 
  Rumzy 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, June 04, 2003 10:31 
  AM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan 
  Minang Menolak Raperda 
  
  
  Assalamu Alaikum W. W.
  Sanak Basri Hasan alias Titik ko ko caro iko bana caro 
  mangeceknyo ka anak mudo. Indak elok awak kasa bana doh sarupo sanak indak 
  panah mudo sajo. Kok indak suko tolonglah kecekkan ka mail pribadi 
  sajo. Sabatuanyo sanak mangecek pakaro Aceh banyak juo nan indak satuju 
  tapi urang pado diam sajo. Baitu juo sanak mangecek pakaro Irak dan Sadam. 
  Jadi kok buliah awak hargai pandapek urang lain supayo urang manghargai 
  pandapek awak.
  Wassalam
  Bundo NismahBasri Hasan 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  



Walaupun saketek labiah elok awak sato 
manulaknyo dek karano iko jaleh-jaleh
balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan 
iolah baliak ka adat nan sabana
adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan 
balawanan jo prinsip dasar.

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN

  - Original Message - 
  From: 
  Nofendri T. 
  Lare 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, June 03, 2003 6:46 
  PM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] 
  Perempuan Minang Menolak Raperda 
  
  Jadi 
  gimano mak??
  Kalau 
  soal Tanah Ulayat ko, bukan kaum bundo kanduang ajo menolak, para 
  niniak
  mamak 
  dikampuang awak, juo manolak.
  
  Nahh apo kito paralu buek petisi, atau mangumpuakan 
  tando tangan untuak
  atau 
  komentar menolak, lalu awak kirim ka Pemda 
  Sumbar.
  
  Dari 
  salah sorang nan ikuik manolak Raperda, 
  
- Original Message - 
From: 
Basri 
Hasan 
To: [EMAIL PROTECTED] 

Cc: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 02, 2003 11:42 
AM
Subject: [RantauNet.Com] Perempuan 
Minang Menolak Raperda 
---Cutbukan 
Tari-
  
  
  Do you Yahoo!?Free online 
  calendar with sync to Outlook(TM).


Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik hendrif hendrif
Assamu'alaikum w.w.

Ampun baribu kali, ampu dimintak bakeh Sidang RN, diangkek tangan, sabaleh jo kapalo, tahujam lutuk nan duo.

manacaliak kapado rupo, mandanga bunyi nan sampai, dibaco kalam tatulih, iyo batambah ibo hati dibuek no. kini lah tibo pintak dari bundo, kahadapan sidang RN kasado no, elok dipahaluh kato sampai, nak no sanagdihati, sajuak dikiro-kiro. 
Bundo, mungkin Bundo alah mambaco Subject Palarai, saroman samo bana isi no, nan kusuk tambah kusuh, nan karuah batambah karuah, mangko disampaikan Palarai nan tun, tapi kabaa lah, utang diawak manyampaikan, utang diurang mamakaikan, kok elok bisa diambiak, nan kurang buliah kito ditukuak.

Wallahu'alambisshawab, Alla Ta'ala nan katahu


SBL
Hayatun Nismah Rumzy [EMAIL PROTECTED] wrote:


Assalamu Alaikum W. W.
Sanak Basri Hasan alias Titik ko ko caro iko bana caro mangeceknyo ka anak mudo. Indak elok awak kasa bana doh sarupo sanak indak panah mudo sajo. Kok indak suko tolonglah kecekkan ka mail pribadi sajo. Sabatuanyo sanak mangecek pakaro Aceh banyak juo nan indak satuju tapi urang pado diam sajo. Baitu juo sanak mangecek pakaro Irak dan Sadam. Jadi kok buliah awak hargai pandapek urang lain supayo urang manghargai pandapek awak.
Wassalam
Bundo NismahBasri Hasan [EMAIL PROTECTED] wrote:




Walaupun saketek labiah elok awak sato manulaknyo dek karano iko jaleh-jaleh
balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan iolah baliak ka adat nan sabana
adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan balawanan jo prinsip dasar.

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN

- Original Message - 
From: Nofendri T. Lare 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, June 03, 2003 6:46 PM
Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda 

Jadi gimano mak??
Kalau soal Tanah Ulayat ko, bukan kaum bundo kanduang ajo menolak, para niniak
mamak dikampuang awak, juo manolak.

Nahh apo kito paralu buek petisi, atau mangumpuakan tando tangan untuak
atau komentar menolak, lalu awak kirim ka Pemda Sumbar.

Dari salah sorang nan ikuik manolak Raperda, 

- Original Message - 
From: Basri Hasan 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Cc: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 02, 2003 11:42 AM
Subject: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda 
---Cutbukan Tari-


Do you Yahoo!?Free online calendar with sync to Outlook(TM).Yahoo! Plus - For a better Internet experience

Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik SBN



Assalamu'alaikum wr. wb.

Satantang nan banamo pusako tinggi, tamasuak nan 
banamo tanah ulayat nan dalam adat minang emamng dibawah panguasoan (property 
right) pihak nan padusi, pengelolaan bisa basamo pihka laki-laki, disiko 
urgensinyo mamiliah pangulu atau datuak dari suatu kaum dilakukan secara benar 
(adil). Kok nyampang ado silang nan bapangka, biasonyo salalu basaba dari 
ketidak adilan, Islam sangat mengutamakan keadilan. Syarak mandaki, adat manurun 
mukasuiknyo prinsipil adolah syarak, implementasi adat karena dalam keseharian 
manusia Minang adat yang seharusnya dipakai. Bertentangan dengan syarak, sekilas 
mungkin, namun hakekatnya tidak karena garisayah yang seakanhanya 
satu-satunya ketentuan waris Islam juga merupakan adopsi dari adat masyarakat 
arab pada waktu itu. Kemudian waktu akseptansi Islam oleh 
masayarakatminang solusinya tetap memakai garis ibu selama itu memenuhi 
rasa keadilan. Hal ini berjalan sampai masuknya paham keras wahabi ke minang dan 
hasilnya sudah sama kita ketahui. Soal haram, seharusnya tidak, selama 
pelaksanaannya adil. Dangkal sekali rasanya pemahaman Islam kita kalau halal dan 
haram hanya soal garis keturunan, nggak ubahnya menuduh kafir pada mulim dari 
aliran syiah.

Amrizal: 
Apo haruih dipatahankan system adaik 
nan ado sabalun islam masuak?.Apo haruih dipatahankan system adaik nan ado 
sabalun islam masuak?. 

SBN: Adat itu adalah tata nilai dan sistem yang 
aktual dalam suatu masyarakat istilah sononya "kontrak sosial yang tak 
tertulis" Adat yang sebelum Islam menrut saya sudah hampir habis, yang 
tinggal ialah adat yang sesudah Islam yang terkenal dengan ABSSBK, masih agak 
morat marit memang, namun kewajiban setiap urang minang untuk memperbaikinya 
melalui sikap diri masing-masing karena adat itu adalah suatu hal yang dinamis, 
tentunya mempunyai juga karakteristik sendiri yang "kalau diasak laua, jiko 
dicabuk mati"

Salam

St. Bagindo Nagari


  - Original Message - 
  From: 
  Amrizal - [North Duri 
  Cogen] 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, June 04, 2003 1:48 
  AM
  Subject: RE: [RantauNet.Com] Perempuan 
  Minang Menolak Raperda 
  
  Assalamualaikum wr.wb.
  
   Batanyo ambo kapado mamak, uda, uni, nan dipalantako 
  ciek. Dek bakabatulan satantang tanah ulayat (pusako tinggi) curitonyo. 

  Bagaimano hukumnyo kalo diliek dari hukum islam 
  satantang tanah ulayat nan diwarihkanmanuruik garih ibu ?. 
  Sadangkan hukum warisan manuruik islam harus garih bapak. Keceknyo ABSK. 
  Manuruik undang Undang adaik "syarak mangato, adaik mamakai" 
  (bagaimana manuruik syarak, adaik harus mamakai)
  "Syarak mandaki, adaik manurun" (makin lama 
  syarak akan semaki banyak dipakai , dan adaik makin berkurang).Kanapo syarak 
  samakin banyak dipakai karano ilmu agamo samakin dipadalam. Apo haruih 
  dipatahankan system adaik nan ado sabalun islam masuak?.
   Ado kakhawatiran satantang harato 
  pusako iko kok haram proses warih mawarihnyo. Jadi sampai anak cucu bisuak 
  alah manarimo harato haram sajo taruih. Sakian sajo mak, da, ni partanyaannyo, 
  mohon kapado nan labiah tahu untuak manjalehkannyo. Sabalunnyo banyak ma'af, 
  dan tarimo kasih.
   
  Wassalam,
  Amrizal,(36).
  -Original 
  Message-From: Basri Hasan 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Tuesday, June 03, 2003 11:25 
  PMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: Re: 
  [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda 
  
Walaupun saketek labiah elok awak sato 
manulaknyo dek karano iko jaleh-jaleh
balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan 
iolah baliak ka adat nan sabana
adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan 
balawanan jo prinsip dasar.

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN


Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-04 Terurut Topik Muhammad Rijal



Amiensatuju ambo jo 
Bundo...
Saliang menghargai pandapek tuh 
paralu
Kalau dulu kebebasanbapandapek 
indak ado
Kini ko alah ado kebebasan bapandapek, 
namun masih ado sagilintir urang yang alun bisa manarimo kebebasan untuak babeda 
pandapek

Seharusnyo awak kasadonyo manyadari bahwa 
satiok urang tuh babeda-beda, saribu urang, saribu pandapek, saribu pulo alasan. 
Indak mungkin rasonyo dalam di dunia ko urang ciek pandapek sajo sadonyo. Bahkan 
dalam ciek kapalo sajo, baribu macam pemikiran..

Dan sebaiknyo awakbaraja untuak 
manarimo dan menghargai perbedaan danmenghormati ketidaksetujuan orang 
lain. Karano keharmonisan itu didapek katiko awak kasadonyo, bisa saliang 
bajabat tangan tando sepakat untuaktidak sepakat. Ketenangan bisa di capai katiko awak indak saliang 
memaksakan kehendak untuak manuju arah nan satu.

Sagitu sajosemoga 
bermanfaat...

  - Original Message - 
  From: 
  Hayatun Nismah 
  Rumzy 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, June 04, 2003 10:31 
  AM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] Perempuan 
  Minang Menolak Raperda
  
  
  Assalamu Alaikum W. W.
  Sanak Basri Hasan alias Titik ko ko caro iko bana caro 
  mangeceknyo ka anak mudo. Indak elok awak kasa bana doh sarupo sanak indak 
  panah mudo sajo. Kok indak suko tolonglah kecekkan ka mail pribadi 
  sajo. Sabatuanyo sanak mangecek pakaro Aceh banyak juo nan indak satuju 
  tapi urang pado diam sajo. Baitu juo sanak mangecek pakaro Irak dan Sadam. 
  Jadi kok buliah awak hargai pandapek urang lain supayo urang manghargai 
  pandapek awak.
  Wassalam
  Bundo NismahBasri Hasan 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  



Walaupun saketek labiah elok awak sato 
manulaknyo dek karano iko jaleh-jaleh
balawanan jo adat, sadangkan an awak inginkan 
iolah baliak ka adat nan sabana
adat, bukannyo adat nan dibuek-buek dan 
balawanan jo prinsip dasar.

Kamukolah urang mudo-mudo, jan abih wakatu dek 
bapomle sarato batako taki
sajo, walaupun bapomle tu paralu kok lah basuo 
langsuang sajolah ka palaminan.

Salam

SBN



Re: [RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-03 Terurut Topik Nofendri T. Lare



Jadi gimano 
mak??
Kalau soal 
Tanah Ulayat ko, bukan kaum bundo kanduang ajo menolak, para 
niniak
mamak 
dikampuang awak, juo manolak.

Nahh apo 
kito paralu buek petisi, atau mangumpuakan tando tangan 
untuak
atau 
komentar menolak, lalu awak kirim ka Pemda Sumbar.

Dari salah 
sorang nan ikuik manolak Raperda, 

  - Original Message - 
  From: 
  Basri Hasan 
  
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Monday, June 02, 2003 11:42 
AM
  Subject: [RantauNet.Com] Perempuan Minang 
  Menolak Raperda 
  ---Cutbukan 
Tari-


[RantauNet.Com] Perempuan Minang Menolak Raperda

2003-06-02 Terurut Topik Basri Hasan





  
  

  Assalamu'alaikum wr. 
  wb.
  Dalam pandangan ambo masalah ko sangaik mandasar sakali, 
  mohon tanggapan para doens.
  Salam
  
  SBN
  

  
  Perempuan Minang Menolak Raperda Pemanfaatan Tanah 
  Ulayat 
  
  LAGI-lagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat membuat heboh. 
  Bukan lantaran para pimpinan dan anggotanya menjadi tersangka kasus dugaan 
  korupsi anggaran anggaran pendapatan dan belanja daerah yang menyebabkan 
  negara dirugikan sekitar Rp 4,6 miliar, tetapi produk kinerjanya antara 
  lain dinilai merugikan kaum perempuan.
  Bsmall 2small 0 dulu soal Peraturan Daerah Pemberantasan 
  Maksiat yang terkesan menyudutkan keberadaan kaum perempuan, kini muncul 
  lagi keinginan DPRD setempat untuk membuat Perda Pemanfaatan Tanah Ulayat. 
  Dalam hal ini, kaum perempuan kembali menjadi "korban".
  LIMA perempuan anggota DPRD Sumatera Barat (Sumbar) sepertinya tak bisa 
  apa-apa karena bila sampai diadakan voting sudah pasti kalah suara dari 49 
  kaum lelaki yang duduk sebagai anggota DPRD.
  Jauh-jauh hari selama masa pembahasan rancangan peraturan daerah 
  (raperda) itu kaum perempuan Minang melalui sejumlah spanduk yang dipajang 
  di persimpangan jalan-jalan strategis di Padang menyatakan: "Tiada 
  demokrasi tanpa padusi (perempuan-Red)".
  Seharusnya kaum perempuan sebagai bundo kanduang di ranah Minangkabau, 
  Sumbar, dilibatkan dalam penyusunan raperda, diajak berembuk untuk 
  menetapkan suatu kebijakan.
  Kenyataannya, dalam penyusunan Raperda Pemanfaatan Tanah Ulayat yang 
  kini di DPRD Sumbar tengah memasuki tahap dengar pendapat itu, jangankan 
  mengajak kelompok lembaga swadaya masayarakat (LSM) perempuan, menurut 
  Lany Verayanti dari Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M), 
  lembaga Bundo Kanduang saja tak pernah diajak dari awal.
  "Meski sekarang era reformasi, pola Orde Baru masih ada. Bila pada era 
  Orde Baru keberadaan perempuan dipinggirkan, maka sekarang juga tak jauh 
  beda. Kalaupun ada LSM perempuan atau bundo kanduang yang dilibatkan, tak 
  lebih basa-basi untuk memenuhi syarat formal bagi kepentingan DPRD.
  Biasanya, walau perempuan (dan berbagai elemen lainnya) menolak dengan 
  berbagai argumentasi, DPRD Sumbar tetap memaksakan kehendak menjadikan 
  ranperda itu sebagai perda karena anggaran dana ratusan juta bahkan 
  miliaran rupiah sudah disiapkan, " kata Lany Verayanti.
  Menurut Kepala Divisi Program LP2M itu, perempuan Minang dalam 
  kapasitas sebagai bundo kanduang sebenarnya memegang otoritas atas adat 
  Minangkabau. Bundo kanduang merupakan konsepsi ideologis yang paling dasar 
  yang dimiliki masyarakat Minangkabau dalam melihat dan merumuskan peranan 
  dan kedudukan politik perempuan Minangkabau.
  Persoalan tanah ulayat juga persoalan perempuan. Tanah ulayat adalah 
  pusaka yang diwariskan turun-temurun dan di Minangkabau itu hak perempuan. 
  Sedangkan dalam Raperda Tanah Ulayat tidak ada pengakuan terhadap peran 
  serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam sebagai pemilik hak 
  (tanah) ulayat.
  "Dalam raperda, yang diakui sebagai pemegang hak atas tanah ulayat 
  adalah mamak kepala waris. Inilah contoh pergeseran nilai-nilai adat 
  Minangkabau. Dikikisnya prinsip matrilineal yang berakibat pada terjadinya 
  marjinalisasi/peminggiran hak perempuan sebagai pemilik hak ulayat," 
  tambah Lany Verayanti.
  DALAM pengertian idealnya, sebagaimana diungkapkan Sjahridal Dahlan, 
  Ketua Pusat Studi Wanita Universitas Andalas, Padang, bundo kanduang 
  mengandung hal-hal selektif yang mencerminkan kekuatan serta kedudukan 
  perempuan yang sangat tinggi dalam masyarakat.
  "Bundo kanduang dalam konteks ini adalah figur sentral masyarakat 
  kepada siapa keseluruhan sistem kehidupan sosial masyarakat matrilineal 
  dikonsentrasikan," katanya.
  Menurut Sjahridal Dahlan, semua masalah yang terkait dengan kehidupan 
  sistem matrilineal Minangkabau diserahkan kepada bundo kanduang dan dialah 
  yang membuat keputusan dan kebijaksanaan atas masalah tersebut.
  Sering juga dikatakan: ninik mamak dan panghulu bamufakek, tapi kato 
  putuih dek inyo (ninik mamak dan penghulu yang bermufakat, tetapi 
  keputusan diserahkan kepada kaum perempuan/bundo kanduang). Seperti itulah 
  fungsi ideal bundo kanduang yang diharapkan masyarakat Minangkabau.
  Ranny Emilia, pakar ilmu sosial dan ilmu politik dari Universitas 
  Andalas Padang, menegaskan, sistem matrilineal Minangkabau merupakan model 
  bagi dunia, terutama untuk memahami peran perempuan di Indonesia. 
  Sekalipun konsep yang bersumber dari kebudayaan lokal bertahan, 
  kadang-kadang muncul kehendak membatasi peran dan kekuasaan