On Fri, Oct 14, 2005 at 02:52:15PM -0700, Patriawan, Carlos wrote:
> waduh om,mungkin kita sama2 salah atau sama2 benar,tapi kayaknya
> terlalu banyak yang dicampuradukkan yah(dari taliban,indian di amerika
> selatan,etc) jadinya rancu apa yg dibahas.pusing gw :)) Koq malah
> bicarain buruh sekarang,kalau masalah ini bukan domain saya :P

he..he.. relaks :-) thread ini sudah dari sononya menyimpang bin OOT,
tapi saya menanggapi komentar anda terhadap kang harry soal pengelolaan
sumber daya alam. anda melihatnya maskapai asing sebagai kesempatan dan
itikad baik. saya melihatnya beda, kita perlu melihat dulu secara
komprehensif, apa saja yang sudah dilakukan 'mereka' untuk bangsa ini.
dan barangkali kita bisa belajar juga dari apa saja yang sudah 'mereka'
lakukan kepada bangsa lain.

peningkatan kualitas SDM (kalah bersaing dengan india, cina, india,
cina, india, cina, india, cina, india, cina) justru domain yang lain.
no argue against that. tapi saya melihat peranannya kecil untuk
pengembangan bangsa saat ini (tapi perlu dilakukan segera, kapan lagi?).
terutama kalau dikaitkan dengan issue pengelolaan sumber daya alam,
seperti yang pak yono (paulus soeryono adisoemarto) bilang: wong
rumusnya sama. jadi, tidak ada alasan untuk bermental inlander.

tapi saya akui (saya sudah mengakuinya sejak awal toh?) komentar saya
akan miring untuk yang satu ini dan mungkin dalam bbrp hal sudah
kehilangan obyektifitas (habis 'mereka' *keterlaluan* sih).

btw, saya tadi sebelum tidur jadi kepikiran, sesuai saran anda untuk
melihat AS itu siapa dulu, republikan atau demokrat. lah kok saya merasa
tambah ruwet. gimana tidak? orang sebanyak itu kok ya tidak merasa sudah
memelihara seorang penjahat perang 'nge d'bush :-)

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

Kirim email ke