Saya kira dalam bahasan subject ini, memindahkan "pemerintahan" Ibu Kota adalah masuk akal. Hanya saya tidak melihat relevansi antara dipindahkannya pemerintahan Ibu Kota dgn tekanan laju Jkt akan menurun. Jakarta sebagai atau tidak sebagai Ibu Kota tidak akan langsung indah karena semua persoalan tetek bengek tetap akan tinggal disitu. Apakah dgn pindahnya pemerintahan Ibu Kota akan menjadikan Jakarta langsung lenyap banjirnya? lenyap tingkat gelandangannya? lenyap tingkat kriminalitasnya? ataupun lenyap kesemrawutan tata kotanya?
Pertanyaan diatas itu jelas bisa dijawab secara gambalang dgn tiga kata saja yaitu Tidak Akan Lenyap. Sedangkan substansi ide dari dipindahkannya pemerintahan Ibu Kota adalah supaya semua pertanyaan diatas itu bisa di minimalkan atau bahkan dilenyapkan. Jadi what the use untuk memindah2kan itu? Tetap saja Jkt harus dibenahi habis2an. Ok, kita ke hypothesis pemerintahan Jkt dipindahkan saja. Beberapa kriteria pemindahan harus dipikirkan spt proximity (berapa jauh) dari Jkt itu sendiri, berapa size daerah new capital itu dan the list is on and on and on. New pemerintahan Ibu kota itu tidak bisa terlalu jauh dari Jakarta itu sendiri. Kenapa? krn masalah transisi bakal memakan waktu berpuluh2 tahun. Jadi bila new pemerintahan Ibu Kota itu misalnya di Jayapura apakah tidak akan berakibat chaos krn semuanya masih bolak balik ke kota lama tuk urus ini itu ambil ini itu? Yg kita bicarakan ini kan pemindahan pemerintahan ibu kota dan bukannya pindah rumah toh? Mungkin radius pindah 100-300 km masih oklah atau 2 hours driving. Jakarta sebagaimana sekarang terjadi krn lokasinya yg sangat strategis sbg pusat perdagangan, Ciliwung yg sangat berjasa besar plus kedekatannya dgn negara2 tetangga. Dan hal ini tidak bisa dgn pakai alat apapun untuk dihilangkan. Thanks, Arry Heri Setiono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yang saya maksud adalah memindahkan pemerintahan Ibu Kota dan mungkin masih bisa dipertahankan sebagai pusat bisnis. Dengan pindahnya pemerintahan akan mengurangi tekanan laju pembangunan yang menurut saya sudah overdosis karena uang yang sangat berlimpah (dan kita ingat dengan uang bisa megubah apa saja termasuk mengubah tata ruang kota) .Memang Jakarta adalah kota banjir dari lokasinya yang di dataran rendah sementara itu pula kota ini dialiri sungai-sungai dari berbagai daerah. Kebetulan tadi malam saya melihat acara di Metro TV yang membahas banjir di Jakarta. Usaha untuk menanggulangi Jakarta dari kebanjiran sudah dilakukan sejak jaman Belanda. Namun apalah artinya perencanaan tersebut jika laju pembangunan yang menggebu-gebu dengan statusnya yang strategis sebagai kota pusat bisnis merangkap ibu kota negara mampu mengalahkan segalanya. Tata ruang menjadi tidak bermakna. Ruang hijau kota merosot drastis. Apalagi transmigrasi sekarang tidak bergema sehingga laju > urbanisasi ke Jakarta masih tinggi yang menambah makin ruwetnya Jakarta (bisa kita lihat bahwa pengamen, gelandangan dan anak jalanan melonjak sangat tajam sejah jatuhnya Orde Baru yang sukses dalam program transmigrasi). Akibatnya terjadi ledakan penduduk Jakarta yang bahkan mungkin lebih dari separuh penduduk benua Australia. Ini tentu akan menyulitkan siapapun Gubernurnya maupun siapapun Presiden yang berkuasa terlebih dengan tingkat disiplin dan kesadaran lingkungan yang sangat rendah. Sebagus-bagusnya usaha perencanaan saat ini jika masih mempertahankan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara sepertinya akan tidak bermakna. > > Tentang ibu kota negara saya pernah membaca artikel (saya pernah membaca tapi lupa ada di mana) sebenarnya Jakarta tidak didesain untuk Ibukota di Jaman Belanda dulu (kalo tidak salah Bogor yang dipilih). Dengan segala keterbatasannya, Jakarta didesain sebagai Venesianya Indonesia dimana banyak kanal-kanal sebagai usaha mengatasi problem banjir sekaligus tempat parawisata. > > Tentunya untuk memilih ibukota baru tidak harus Bogor, Jonggol dan tidak harus di Jawa. Beberapa alternatif misalkan : Palangkaraya, Cirebon, Jayapura dsb. Ini sekedar mengambil contoh yang masih harus dipertimbangkan lagi dengan banyak hal. > > Arry Kusnadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya btw jadi agak tidak jelas dgn maksud "Memindahkan Ibu Kota: > Solusi paling andal mengatasi masalah banjir". Maksudnya itu > memindahkan pemerintahan ibu kota atau kota jakarta dipindahkan > mentah2 beserta isinya? > > Bila yg dimaksud yg pertama, cukup relevant krn sudah ada contoh > nyata spt canberra yg dulu dijadikan alternative ibu kota australia > setelah sydney n melbourne satu sama lain tidak mau saling mengalah > dalam mencalonkan kota mereka jadi ibu kota. > > Tapi bila yg dimaksud yg kedua, pertanyaannya adalah apakah solusi > itu masuk akal? ditinjau dari segi ekonomi, historis, geographi, etc. > > Thanks, > Arry