Yth. Bung Chan CT,

Salam hangat bung Chan, apa kabat ?

Saya ingin ikut berpendapat masalah penyebutan Indon
oleh pihak Malaysia..

Negara dan bangsa kita menyebut kita sendiri sebagai
INDONESIA, dan penyebutan di luar itu adalah tidak sah
dan dapat dianggap tidak menghargai perasaan bangsa
dan negara kita, atau lebih jauh lagi bisa dianggap
sebagai suatu penghinaan.

Apapun alasan mereka, bahwa penyebutan atau istilah
itu tidak bermaksud menghina atau "tidak berbau"
(artinya tidak bermaksud apa-apa), ya sudah hargai lah
kami dengan menyebut kami sebagai INDONESIA, tidak
usah argumentasi berupa apapun..

Supaya lebih efek, memang sebaiknya Pemerintah R.I.
yang menyatakan nota protes resmi ke Pemerintah
Malaysia, bilamana tidak ada (ini yang dikhawatirkan)
sebagai anak bangsa mari kita menyampaikan protes
terbuka kepada pihak Malaysia tersebut.

Mohon maaf, saya sering membaca nasehat-nasehat, agar
kita tidak membalas suatu kejahatan dengan sebuah
kejahatan.. Lebih baik kita atasi secara elegan dan
terhormat.. 

Salam dan hormat,

John Siswanto


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bagaimana jadinya kalau Pemerintah Malaysia justru berkeras 
menggunakan sebutan INDON, ya?
> 
> Itulah, bukti bahwa masalah penyebutan seseorang apalagi satu 
bangsa dan negara sepenuhnya adalah hak orang bersangkutan, 
sepenuhnya adalah hak bangsa dan negara itu ingin disebut dengan 
nama apa. Kita sebagai bangsa dan orang yang beradab, sudah 
seharusnya menerima dan menghormati permintaan orang, bangsa dan 
negara itu ingin dan lebih suka disebut apa.
> 
> Jadi, janganlah berkeras menggunakan sebutan Cina pada orang, 
bangsa dan negara yang tidak suka dengan sebutan Cina, apapun 
alasannya. Apalagi tak dapat disangkal perubahan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA ditahun 67 itu didorong oleh politik 
anti-Tiongkok dan bermaksud melecehkan Tionghoa di Indodnesia, 
bagian warga yang tak terpisahkan dari rumpun bangsa Indonesia 
sendiri.
> 
> Salam,
> 
> ChanCT
> 
> 24/10/07 08:44
> 
> Parlemen Malaysia Bahas Kata "Indon"
> 
> Kuala Lumpur (ANTARA News) - Panggilan "Indon" bagi WNI di 
Malaysia mencuat di Parlemen Malaysia, Selasa malam (23/10), ketika 
sedang membahas anggaran kegiatan parlemen negara jiran ini.
> 
> Anggota parlemen Sri Aman, Jimmy Donald, mencuatkan isu ini karena 
Indonesia merasa terhina dan dipermalukan dengan panggilan Indon, 
padahal panggilan itu tidak ada maksud dan prasangka apa pun. 
> 
> "Rakyat Malaysia tidak berniat merendahkan martabat dengan 
panggilan seperti itu," katanya sebagai dikutip Berita Harian, Rabu. 
> 
> "Rakyat Malaysia tidak prejudis (berprasangka, buruk red) terhadap 
warga Indonesia," kata Jimmy. 
> 
> "Saya diinformasikan bahwa rakyat Indonesia, termasuk pemimpin dan 
menterinya sangat sensitif dan tidak suka dipanggil Indon," tambah 
dia. 
> 
> "Ada tidak usulan anggaran untuk memberi pengertian supaya mereka 
(Indonesia) menyadari kita bukan prejudis dan merendah-rendahkan 
mereka?" katanya.
> 
> Dr Rahman Ismail, anggota parlemen dari Barisan Nasional untuk 
wilayah Gombak, mengatakan perlu adanya anggaran untuk menjelaskan 
hal itu kepada rakyat Indonesia terkait panggilan Indon.
> 
> Dr Rahman turut mendesak Kerajaan Malaysia untuk segera bertindak 
membendung prejudis rakyat Indonesia terhadap Malaysia yang dianggap 
sebagai sombong. 
> 
> 
> Tuduh media RI 
> 
> Rahman menuduh media massa di Indonesia sering melakukan provokasi 
terhadap rakyatnya dan menuduh Malaysia tidak akan maju atau tidak 
bisa memiliki lapangan terbang KLIA, Sepang, jika tidak ada pekerja 
Indonesia.
> 
> "Malaysia sering dikecam dan diputarbelitkan media di Indonesia 
dengan isu remeh dan kecil. Jika perkembangan ini tidak dipantau, 
ini akan mewujudkan kebencian di kalangan rakyat Indonesia," 
katanya. Bagaimanapun, hubungan kedua negara berjiran itu masih 
baik. 
> 
> Sehubungan itu, Dr Rahman mengusulkan supaya Parlemen Malaysia 
turut berusaha memperkukuhkan hubungan dua negara ini dengan lebih 
sering mengadakan pertemuan dengan anggota parlemen Indonesia. (*)
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke