Rekan2 FPK,
maka lengkaplah faktor pendukung "bencana berlarut" yang tengah kita alami di 
negeri yang "sebenarnya" makmur ini. Saya hanya ingin tambahkan, dimanapun 
dimuka bumi ini, segala macam kegiatan ilegal, ruang lingkupnya akan sangat 
sempit dan terbatas, tanpa "turut campur" pemegang wewenang setempat. Oleh 
karena itu, saat terbongkarnya salah satu kegiatan dimaksud, kita sebagai 
rakyat "diwajibkan" menggunakan istilah "oknum", walau jelas2 manusia tersebut 
pegawai pemerintah RESMI, bahkan melakukan campur tangannya yang relative 
"saru" itu pada jam2 kerja resmi pula .. inikah yang dinamakan nasib, atau kita 
sedang "terpaksa" dungu barengan?
Salam,
bodo

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Wal Suparmo <wal.supa...@...> 
wrote:
>
> Salam,
> Penggunaan gas untuk bahan bakar telah lama dipraktekkan di banyak negara di 
> Asean, tanpa terjadi kecelakaan yang berarti Apa yang dalami bangsa Indoneia 
> tidak lagi karena  memang mental tidak setingkat dngan bangsa2 negara 
> tetangga, bukan hanya dalam mempergunakannya tetapi MANIPULASI dan KEJAHATAN 
> yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap penggunaan gas itu sendiri 
> seperti PENYUNTIKAN dan PEMALSUAN tabung,slang dan regulator dsb..
> 
> Wasalam,
> Wal Suparmo
> 
> --- Pada Rab, 21/7/10, bodo_kerlchen <bodo_kerlc...@...> menulis:
> 
> 
> Dari: bodo_kerlchen <bodo_kerlc...@...>
> Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kiat: Biar gas bocor, ttp tak ada ledakan
> Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
> Tanggal: Rabu, 21 Juli, 2010, 8:16 PM
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> Rekan2 FPK terhormat,
> 
> Sangat lah tepat kalimat dari rekan Ridwan dibawah ini, bahwa keberhasilan 
> suatu kebijakan itu sangat lah tergantung dari lingkungan masyarakat dimana 
> kebijakan itu berlaku. Oleh karena itu, si pembuat kebijakan mutlak harus 
> mengetahui "mutu" dari masyarakatnya sehubungan seluruh aspek yang 
> mempengaruhi berfungsinya kebijakan, serta tujuan utama dari kebijakan 
> dimaksud. Tambah tinggi kwalitas masyarakatnya, maka tambah mudah pula untuk 
> mengharapkan respons yang positive terhadap suatu kebijakan yang jelas2 
> mengandung potensi "bahaya" sangat besar ini. Jadi menurut saya pribadi, 
> sangat lah mustahil bila si pembuat kebijakan tidak menyadari akan kwalitas 
> masyarakatnya yang tidak tergolong tinggi, tidak hanya terlihat dari mutu 
> pendidikan formal yang dilaksanakan didalam gedung yang akan segera ambruk, 
> tapi juga perkembangan akhlak dan moral kita yang sekarang ini nyaris pada 
> setiap lapisan, tindak laku nya secara vulgar hanya mementingkan diri sendiri 
> atau
>  lingkungan sempitnya, serta sifatnya jangka pendek dan sangat berjauhan dari 
> sifat preventive atau pencegahan. Sedangkan pengertian "safety" mayoritas 
> adalah pemikiran pencegahan. Bukan kah dinegeri ini, bila belum ada korban 
> yang tergeletak didepan mata, yah belum ada suatu tindakan yang dibutuhkan 
> secara urgent? Ini masalah yang sangat serius yang sama sekali belum ada 
> tanda2 nya disikapi secara serius oleh si "pengecap" uang rakyat.
> Salam,
> Bodo
>


Kirim email ke