>Irwan:
>Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
>pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
>Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
>tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
>tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
>Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
>terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
>mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
>pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
>kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
>pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
>Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?
>
>Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
>sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.
>
>Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
>apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
>itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
>dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
>memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
>Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
>menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
>kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
>karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
>Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
>Indonesia?
>
>jabat erat,
>Irwan Ariston Napitupulu

Boleh-boleh saja capres yang ikut bertarung akan banyak, tapi saya yakin
bahwa yang banyak itu adalah capres-capres dari partai gurem, sedangkan
partai-partai yang mempunyai basis massa yang sangat besar dan terorganisir
serta mempunyai ideologi sama (NU, Muhammadiyah, komponen PPP, dll) hanya
akan mengusulkan satu calon presiden.
Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara
dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai
suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi
sistem langsung dengan sistem perwakilan).
Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan
menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak.  Kita lihat nanti.

YMT

Kirim email ke