[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Saya sependapat dengan bung. Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Yang ada hanya mendekati sempurna. Toh, bukankah kehidupan di dunia ini adalah permainan dan sandiwara? Dalam realitanya, hal-hal yang normatif itu sangat jarang kita jumpai. Teori dan normatif selalu lebih bagus di banding realita yang ada. Di dunia ini yang banyak terjadi adalah abu-abu. Bukan hitam-putih. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, irmec ir...@... wrote: --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazartebo@ wrote: Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan neuroscience ini. Anda tahu beda valid dan non-valid dalam science? Kalau ragu, semua scientist, dan org yg mau jujur dgn science selalu skeptis. Kalau mau jujur, semua hal kita harus ragukan dulu, sebelum yakin. Descartes bilang cogito, ergo sum. NGak ada teori yg waterprof, apalgi di bidang social science. Erwin Schrödinger bilang The mistakes of the great, promulgated along with the discoveries of their genius, are apt to work havoc. Ironisnya, kenapa org skeptis itu malah memperkuat temuan di neuroscience tsb. Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang rendah terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap objek tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka pendirian/believenya juga rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut teori Memilih/choice, orang akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu yang nilainya tinggi, dan tingkat selektif pun tinggi (lebih rasional). Jika seseorang menganggap objek A tidak begitu penting, maka tingkat selektif rasional juga rendah. Mengingat adanya indikator krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan parlemen, maka tingkat selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti pilihan dijatuhkan dengan asal-asalan. O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang berkompeten. Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih memang mampu menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di implementasikan dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. Juga karena ia memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan masyarakat ini melalui kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, sda dan modal bangsa ini? Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan pilihannya dengan fungsi dan tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai the righ man on d righ place? Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa di daerah yang belum maju, pemilu=orang awam memilih orang yang berkualifikasi. Aku lagi ngak permasalahkan hal yg normatif, yg kutulis ialah apa yg terjadi (mekanisme prosesing informasi di otak, sehingga membuat keputusan).
Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
-Thx bung enda atas penjelasannya. Maaf jg, saya belum tertarik menjawab pertanyaannya.Krn sedari awal saya jg tdk bertanya.Saya hanya mengkomentari perihal emosi dan neuroscience. -jika neuroscience dan cognitif mencoba menjelaskan pentingnya peran neuron/syaraf,emosi dan hubungan dng bahasa, yah itu sah-sah Jg.Mungkin itu bisa menambah carapandang utk memahami dinamika ekonomi dan politik. Dan sayapun tdk berpretensi mengetahui bidang ini lbh dalam. -Namun jika dikaitkan dng politik dan Ekonomi, saya pribadi, tetap msh berpikir bhw ekonomi dan politik itu mrp usaha manusia yg rasional [ketimbang emosi] dlm menjawab tantangan hidup. Setahu saya, politik sdh disekulerkan [lepas dr sentimen ideologi agama] sejak machiavelli menulis buku Il Principe dan ekonomi oleh adam smith melalui buku wealth of nation [mskpn ada jg ekonom sebelumnya spt Say dan Bastiat yg jg sgt menarik]. Itu saja. Peace, Lubeck Sent from my FakePlasticTrees® powered by IDIOTEQUE -Original Message- From: irmec ir...@usa.com Date: Fri, 17 Apr 2009 20:19:08 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. Aku ngak ngomong lho bhw neuroscience menulis obatnya. Tapi apa yg reveal dari banyak studi di bidang cognitive dan neuroscience tsb memperlihatkan bhw kata dan ekspersi bahasa adalah salah satu obat. Dan, mungkin satu2nya, obat yg kita kenal ada dipasar saat ini [itu kenapa aku bilang KITA sudah tahu]. Itu jg kenapa aku bilang dlm posting awalku (ke bung Poltak), bhw tanpa sadar (intuitively), para politisi (dan jg marketer, creative writer, dlsb) sudah tahu. Pertanyaannya tentu gimana menggunakan kata dan eksperisi bhs sehingga membangkitkan emosi positif? Nah silahkan jawab sendiri, supaya anda bisa memperkaya knowledge anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, lubec...@... wrote: Maaf bung Enda, Jgn menggunakan kata KITA.Krn pemahaman dan pengalaman anda tdk mewakili pengalaman saya..:-) [jika neuroscience yg kata anda memiliki obat penggunaan bahasa/words, hemat saya sih itu tdk memperkaya knowledge saya pribadi.Tanpa perlu tahu neuroscience pun, saya sadar bhw kata-kata punya kekuatan dan hegemoni dlm menggerakan emosi--spt membaca syair puisi atau lirik lagu] Peace, Lubeck Sent from my FakePlasticTrees� powered by IDIOTEQUE � [Non-text portions of this message have been removed] = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote: Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan neuroscience ini. Anda tahu beda valid dan non-valid dalam science? Kalau ragu, semua scientist, dan org yg mau jujur dgn science selalu skeptis. Kalau mau jujur, semua hal kita harus ragukan dulu, sebelum yakin. Descartes bilang cogito, ergo sum. NGak ada teori yg waterprof, apalgi di bidang social science. Erwin Schrödinger bilang The mistakes of the great, promulgated along with the discoveries of their genius, are apt to work havoc. Ironisnya, kenapa org skeptis itu malah memperkuat temuan di neuroscience tsb. Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang rendah terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap objek tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka pendirian/believenya juga rendah (mudah terombang ambing). Juga menurut teori Memilih/choice, orang akan terlibat lebih banyak terhadap sesuatu yang nilainya tinggi, dan tingkat selektif pun tinggi (lebih rasional). Jika seseorang menganggap objek A tidak begitu penting, maka tingkat selektif rasional juga rendah. Mengingat adanya indikator krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan parlemen, maka tingkat selektif rasionalnya juga rendah. Dan itu berarti pilihan dijatuhkan dengan asal-asalan. O ya, sebenarnya pemilu ini kan prosesi memilih orang-orang yang berkompeten. Atau the righ man on the righ place. Sehingga dewan terpilih memang mampu menyerap aspirasi, permasalahan, kesusahan masyarakat untuk di implementasikan dalam sebuah kebijakan publik bersama2x dengan pemerintah. Juga karena ia memegang fungsi legislasi, mau di bawa kemana negeri dan masyarakat ini melalui kebijakan2x publik? Bagai mana cara mengelola sdm, sda dan modal bangsa ini? Nah, jika masyarakat pemilih tidak menghubungkan pilihannya dengan fungsi dan tugas2x parlemen itu, bagai mana bisa tercapai the righ man on d righ place? Inilah satu alasan mengapa saya menulis bhwa di daerah yang belum maju, pemilu=orang awam memilih orang yang berkualifikasi. Aku lagi ngak permasalahkan hal yg normatif, yg kutulis ialah apa yg terjadi (mekanisme prosesing informasi di otak, sehingga membuat keputusan).
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bung Nazar, Aku kurang dapat menangkap claim apa yg anda bawa. Jd, aku mainkan musik sendiri, yah? Pada dasarnya, sekarang hampir semua (mungkin semua) pemilih adalah independen. Tidak sedikit org yg terima duit, tapi mereka independen dalam menyoblos. Ada hal hakiki yg para penebar duit lupa, yaitu masyarakat bukan milih melulu karena duitnya. Ada hal yg mendasar (berdasarkan riset2 yg dilakukan oleh para cognitive scientist dan neuroscientist). Aku ilustasikan yah..Misal dari 70 jt penduduk pemilih. Mungkin hanya 10-20 % pemilih yg benar2 fanatik. Sementara sisanya adalah swing voters. Apa yg membuat 20% jg fanatik pada partainya masing2 adalah kesusaikan identitas. Sekali identitas/emosional tsb terbangun, susah untuk dirubah (ini menjelaskan teori Anis Baswedan bhw pemilih yg memilih partai berdasarkan agama kalaupun pindah pasti partai agama, sementara yg nasionalis ke nasionalis). Apa yg dilakukan oleh stratego politik di kampanye bukan merebut konstituen fanatik. Contoh, betapapun fakta yg dikasih oleh partai X ttg lawannya, mereka yg sulit memindahkan pilihannya. Yg seharusnya digarap ialah 80% swing voters. Apa yg harus dilakukan simple jg, ialah membangun emosi swing voters. Uang salah satu cara, tapi ada cara yg lebih ampuh (paling kurang menurut para cognitive scientist dan neuroscientist). Enda --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote: Ah jadi gatal juga untuk beropini. Berbicara tentang emosional, Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, keluarganya jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg TIDAK SANTUN? Coba bandingkan dengan Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih SANTUN? Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. Politik persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah naifnya jika cara 1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti masyarakat tidak berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif doktrin itu dilakukan Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual barang dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita serahkan kepada pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, kode etik itu tidak begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di capai, yaitu keuntungan yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada pikiran sosial, itu akan menjebak bisnis kita. Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, sementara masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus berpikiran untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan. Salam
Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Maaf bung Enda, Jgn menggunakan kata KITA.Krn pemahaman dan pengalaman anda tdk mewakili pengalaman saya..:-) [jika neuroscience yg kata anda memiliki obat penggunaan bahasa/words, hemat saya sih itu tdk memperkaya knowledge saya pribadi.Tanpa perlu tahu neuroscience pun, saya sadar bhw kata-kata punya kekuatan dan hegemoni dlm menggerakan emosi--spt membaca syair puisi atau lirik lagu] Peace, Lubeck Sent from my FakePlasticTrees® powered by IDIOTEQUE -Original Message- From: irmec ir...@usa.com Date: Fri, 17 Apr 2009 05:11:51 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. NGak perlu spekulatif seperti itu; kita udah tahu obatnya. Language, words... --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, lubec...@... wrote: Hmm..Menarik jg.. -Klo org sering berpikiran/ber-emosi negatif atau pesimis ttg suatu hal, mungkin kita perlu suntik aja dng hormon tertentu agar bs diubah mjd pikiran positif. -Kyknya politikus kita perlu disuntik semua tuh dng hormon serotonin agar dlm berpolitik bs lbh fun dan santai..:-) -Ide mereduksi manusia mjd emosi Melalui syaraf2x [neuroscience]memang menarik dan menjanjikan..Saya jd teringat tuh sm novel klasiknya aldous huxley brave new world..:-) Peace, Lubeck [Non-text portions of this message have been removed] = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Ini menarik. Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku memilih partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? Dalam kata lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan tetap 10-20%? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, irmec ir...@... wrote: Bung Nazar, Aku kurang dapat menangkap claim apa yg anda bawa. Jd, aku mainkan musik sendiri, yah? Pada dasarnya, sekarang hampir semua (mungkin semua) pemilih adalah independen. Tidak sedikit org yg terima duit, tapi mereka independen dalam menyoblos. Ada hal hakiki yg para penebar duit lupa, yaitu masyarakat bukan milih melulu karena duitnya. Ada hal yg mendasar (berdasarkan riset2 yg dilakukan oleh para cognitive scientist dan neuroscientist). Aku ilustasikan yah..Misal dari 70 jt penduduk pemilih. Mungkin hanya 10-20 % pemilih yg benar2 fanatik. Sementara sisanya adalah swing voters. Apa yg membuat 20% jg fanatik pada partainya masing2 adalah kesusaikan identitas. Sekali identitas/emosional tsb terbangun, susah untuk dirubah (ini menjelaskan teori Anis Baswedan bhw pemilih yg memilih partai berdasarkan agama kalaupun pindah pasti partai agama, sementara yg nasionalis ke nasionalis). Apa yg dilakukan oleh stratego politik di kampanye bukan merebut konstituen fanatik. Contoh, betapapun fakta yg dikasih oleh partai X ttg lawannya, mereka yg sulit memindahkan pilihannya. Yg seharusnya digarap ialah 80% swing voters. Apa yg harus dilakukan simple jg, ialah membangun emosi swing voters. Uang salah satu cara, tapi ada cara yg lebih ampuh (paling kurang menurut para cognitive scientist dan neuroscientist). Enda --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazartebo@ wrote: Ah jadi gatal juga untuk beropini. Berbicara tentang emosional, Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu. Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, keluarganya jahat, dia tidak konsisten, dsb..dsb.. Bukankah ini cara yg TIDAK SANTUN? Coba bandingkan dengan Bung EKO itu baik, dan bung EKA itu juga baik. Silahkan nilai sendiri oleh anda-anda sekalian. Bukankah cara ini lebih SANTUN? Dalam dunia politik, terutama didaerah-daerah yg tdk mengenal etika. Politik persuasi/membujuk dilakukan dengan cara 1 dan 2. Dan alangkah naifnya jika cara 1 ini lebih dominan dilakukan. Bukankah itu juga berarti masyarakat tidak berpikir independen? Tergantung seberapa tinggi/intensif doktrin itu dilakukan Hal-hal semacam ini bisa di terapkan dalam dunia bisnis untuk menjual barang dan strategi pemasaran. Soal kemasyarakatan itu biarlah kita serahkan kepada pemerintah dan dpr/dprd terpilih itu. Toh dalam bisnis, kode etik itu tidak begitu mengikat. Dan begitu jelas tujuan yang ingin di capai, yaitu keuntungan yang sebesar2xnya. Dan dalam berbisnis, jangan ada pikiran sosial, itu akan menjebak bisnis kita. Dan biasanya, politisi juga terjebak oleh rasa sosial yang tinggi, sementara masyarakat berpikir materialistis. Karena itu, pembisnis harus berpikiran untung rugi dari setiap rupiah yang di investasikan. Salam
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Aku ngak ngomong lho bhw neuroscience menulis obatnya. Tapi apa yg reveal dari banyak studi di bidang cognitive dan neuroscience tsb memperlihatkan bhw kata dan ekspersi bahasa adalah salah satu obat. Dan, mungkin satu2nya, obat yg kita kenal ada dipasar saat ini [itu kenapa aku bilang KITA sudah tahu]. Itu jg kenapa aku bilang dlm posting awalku (ke bung Poltak), bhw tanpa sadar (intuitively), para politisi (dan jg marketer, creative writer, dlsb) sudah tahu. Pertanyaannya tentu gimana menggunakan kata dan eksperisi bhs sehingga membangkitkan emosi positif? Nah silahkan jawab sendiri, supaya anda bisa memperkaya knowledge anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, lubec...@... wrote: Maaf bung Enda, Jgn menggunakan kata KITA.Krn pemahaman dan pengalaman anda tdk mewakili pengalaman saya..:-) [jika neuroscience yg kata anda memiliki obat penggunaan bahasa/words, hemat saya sih itu tdk memperkaya knowledge saya pribadi.Tanpa perlu tahu neuroscience pun, saya sadar bhw kata-kata punya kekuatan dan hegemoni dlm menggerakan emosi--spt membaca syair puisi atau lirik lagu] Peace, Lubeck Sent from my FakePlasticTrees� powered by IDIOTEQUE �
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Pertama, aku harus meluruskan dulu. Aku ngak pernah nulis teori cognitive dan neuro. Apa yg kutulis ialah hasil riset di bidang tsb. Selanjutnya, ada beberapa perbedaan antara pengambilan keputusan, karena setting pengambil keputusannya berbeda. Antara produk dan jasa saja berbeda, begitu jg antara produk berbentuk, dan produk finansial. Dua faktor yg paling menentukan ialah kekompletan informasi dan waktu. Namun, mekanisme prosessingnya sama. informasi yg masuk ke dlm otak, selalu emosi dulu yg main, jika lolos maka masuk ke prefrontal cortex - organ yg menganalis secara logika. Menjawab pertanyaan anda, silahkan anda coba exercise sendiri dulu, apa informasi saya bisa lolos amygdala anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote: Ini menarik. Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku memilih partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? Dalam kata lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan tetap 10-20%?
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Aku lihat lagi, rupanya ada salah tulisan yg sgt mengganggu tertulis : ...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw political science lebih banyak merupakan pilihan emosional, seharusnya ...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw POLITICAL DECISION lebih banyak merupakan pilihan emosional --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, irmec ir...@... wrote: Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan dalam konteks decision making.
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan dalam konteks decision making. Salah riset terbaru terbaru dari neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw political science lebih banyak merupakan pilihan emosional [bukan artiaan jelek lho. Emosi membuat manusia menjadi manusia]. katanya karena ada input masuk pertama ke otak dan ketemu dgn gumpalan berbentuk kenari di bagian limbic otak. Gumpalan tsb berfungsi mengatur emosi. Dan ketika informasi masuk yg sifatnya berlawan dgn nilai/belief yg kita percaya. Simplenya, informasi difilter dulu oleh emosi. Mekanisme yg terjadi banyak menjelaskan kenapa org sulit berubah, dan mengapa tokoh2 politik dgn jargon2 simple lebih diminati. Kulihat2 neuroscience sgt menjanjikan, dan rasanya bisa merubah banyak cara pandang kita dalam memahami suatu fenomena. Jg di bidang ilmu ekonomi, dimana masing sering digunakan asumsi manusia sbg mahluk yg rasional. Salam, Enda --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ignace I. Worang ignacewor...@... wrote: Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual dimana politik ini akan dijalankan. Contohnya seperti yang anda katakan bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak termobilisasi. Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya bebas saja.
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi
Seharusnya, multi partai itu tidak banyak pengaruhnya terhadap kebijakan ekonomi. Ilmu ekonomi seharusnya adalah ilmu yang mulai mendapatkan tempat sebagai ilmu, bukannya vodoo atau mantra yang hasilnya sangat tergantung dari pemimpin/orang yang membaca mantranya. Jadi kalau kita bicara dengan pakar-pakar ekonomi yang banyak bilang, setuju setuju setuju, kalau ini baik untuk ekonomi negara dan itu buruk buat ekonomi negara, maka partai manapun yang menang harusnya menggunakan ilmu ekonomi yang sama juga. Dan harusnya hasilnya sama juga. Jadi kalau menurut saya, negara atau pemerintahan itu harus berupaya sebaik-baiknya untuk menyediakan 'sarana prasarana dan infrastruktur' yang akan sangat mendukung partisipasi masyarakat yang maksimal dalam bidang ekonomi. Negara tidak perlu dan memang tidak seharusnya menjadi pelaku ekonomi itu sendiri. Ia cukup menciptakan iklim keadilan berusaha, keadilan kesempatan, infrastruktur listrik yang cukup, kompetisi yang sehat, dan pengaturan moneter yang sehat. Jalan yang lebar dan tidak bolong-bolong, perlindungan hak milik pribadi yang tidak cacat, dan lain sebagainya yang masih banyak lagi... --- On Mon, 4/13/09, wkasman1 wkasm...@gmail.com wrote: From: wkasman1 wkasm...@gmail.com Subject: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, April 13, 2009, 3:11 AM Bung Heri Setiono: Untuk mencari hubungan antara multi-partai dengan masalah ekonomi, memang sulit dan bisa-bisa akan terjerumus ke spekulasi. Tapi biarlah saya mencoba untuk ber-spekulasi - barangkali akan ada pakar yang dapat memberi pencerahan. Begini: 1. Kembali - flashback - ke tahun-tahun 1993'an saat negosiasi globalisasi diproses untuk disepakati dunia. Pada saat itu, dikenal suatu slogan bahwa globalisasi adalah proses re-institutionalisa si perdagangan internasional. Untuk itu, setiap negara perlu menata kembali tatanan perekonomian dalam negerinya sebelum proses negosiasi disepakati dengan pembentukan WTO tahun 2005. Setiap negara wajib memiliki kepastian tentang 'national-interest' -nya, mengetahui posisinya dan memiliki kebijakan nasional. Barulah proses komitmen antar negara untuk liberalisasi dimulai dengan perundingan- perundingan yang menyertai pembentukan dan dimulainya WTO. Saya mencoba flashbach ke 1993 ini untuk mengangkat istilah 'institutional' ini agar terkait dengan hubungan antara politik / kekuasaan dan ekonomi. 2. Bersamaan dengan proses dimulainya globalisasi ini, berkembang pemikiran baru (atau madzab) ekonomi yang lebih dikenal dengan institutional economic yang dipelopori oleh Douglas C. North yang memenangkan hadiah Nobel tahun 1993. Prinsip teorinya adalah bahwa kemajuan perekonomian suatu negara tidaklah tergantung pada besaran-besaran ekonom seperti investasi, tingkat bunga, anggaran belanja dan sebagainya. Tetapi lebih bergantung pada apakah ada suatu tatanan sosial dan hukum yang sehat atau tidak. Teori ini kemudian dikembangkan dengan metode analisis tentang 'cost of transaction' atau biaya transaksi. Semakin besar biaya untuk memperoleh informasi dan melaksanakan transaksi, maka suatu negara tidak akan maju. 3. Teori ekonomi institutional ini juga dikenal dengan pemikiran tentang rule of the game. Dalam suatu Pemerintahan memang harus ada suatu upaya untuk membangunan sistem regulasi yang sehat (bukan sekedar de-regulasi) dan dalam masyarakat harus terjadi kekuatan masyarakat (yang diorganisir bekerja mandiri) untuk memberikan dorongan untuk menekan pemerintah ke arah 'fair pactices' dan ikut menahan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam pelaksanaan law-enforcement. 4. Kekuatan masyarakat yang dimaksud lebih dapat diistilahkan dengan ''civil-society' dan itulah yang dalam politik dapat disebut sebagai infrastruktur politik. Struktur politik yang terdiri dari partai, DPR, Pemerintah (sering juga disebut suprastruktur) untuk dapat berkomunikasi dengan rakyat, memerlukan infrastruktur politik yang kuat. Kondisi yang ada saat ini, menunjukkan gejala bahwa infrastruktur politik masih sangat lemah. Gejala bahwa caleg yang tidak mampu berkomunikasi dengan klien-nya (pemilihnya) merupakan kemandekan komunikasi politik. Akhirnya, rakyat tidak bertindak rasional - dan pencontrengan lebih berorientasi ke tokoh utama (capres) dan di lain pihak juga bersifat promordial. 5. Dari uraian tersebut di atas, banyaknya partai menunjukkan gejala mandeknya proses artikulasi aspirasi politik dan karena banyak yang merasa bahwa sangat banyak kepentingan yang tidak tersalurkan - maka semuanya berebut 'to the top' melalui saluran partai politik. 6. Lalu apa dampaknya ke ekonomi? Ini ada beberapa spekulasi yang dapat dikembangkan, yaitu: (a) Ekonomi kita tidak biasa dengan pemahaman 'institutional economic'. Oleh karenanya pekerjaan-pekerjaan
RE: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual dimana politik ini akan dijalankan. Contohnya seperti yang anda katakan bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak termobilisasi. Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya bebas saja. From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: 13 April 2009 04:24 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih terbelakang...? Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih terbelakang ketimbang anda sendiri? Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya diktator? Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09 10:51:00 [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
O bgtu. Hmm, bagaimana jika ada orang yang mau mendirikan partai rampok maling indonesia? Apakah Anda akan menyetujui orang tersebut? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ignace I. Worang ignacewor...@... wrote: Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual dimana politik ini akan dijalankan. Contohnya seperti yang anda katakan bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak termobilisasi. Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya bebas saja. From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: 13 April 2009 04:24 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih terbelakang...? Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih terbelakang ketimbang anda sendiri? Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya diktator? Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09 10:51:00 [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Trims bung admin, maksud saya: Hmm, lalu bagai mana dengan falsafah sebuah partai yang haru berlandaskan pada pancasila? Yang menjadi dasar ketuhanan, moralitas, persatuan, kemanusiaan dan keadilan? Jika cara-cara yang ditempuh justru bertentangan dengan kelima sila ini. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ignace I. Worang ignacewor...@... wrote: Politik tidak bisa dinilai secara baku apakan itu brutal, materialistis atau irrasional karena tergantung dengan keadaan, kultur, tingkat intelektual dimana politik ini akan dijalankan. Contohnya seperti yang anda katakan bahwa masyarakat daerah gampang dimobilisasi dengan umpan2 politik yang tidak edukatif, ya mungkin kalau umpannya edukatif, masyarakatnya tidak termobilisasi. Politik adalah cara pencapaian tujuan, caranya bagaimana ya bebas saja. From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: 13 April 2009 04:24 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih terbelakang...? Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih terbelakang ketimbang anda sendiri? Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya diktator? Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. Dan anda sendiri punya prinsif (?)...? No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.0.238 / Virus Database: 270.11.53/2054 - Release Date: 04/11/09 10:51:00 [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bagus juga pertanyaannya. Kelihatannya semua partai bicaranya ingin indonesia maju perekonomiannya. Golkar ingin bekerja keras katanya Demokrat ingin meneruskan katanya, entah kalau direalisasikan jadinya seperti apa? Bekerja keras... 7 hari kerja? Kalau memang begitu mulai percobaan dari anggota partai dan DPR MPR saja.. Saya sih maunya tetap 5 hari kerja saja... he..he.. --- On Mon, 4/13/09, Heri Setiono herisetiono...@yahoo.com.sg wrote: From: Heri Setiono herisetiono...@yahoo.com.sg Subject: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, April 13, 2009, 12:22 AM Barangkali ada yang bisa sharing bagaimana pengaruh multipartai terhadap kebijakan ekonomi dan keuangan pemerintahan? Sebagaimana kita ketahui, saat ini kerangka politik kita telah berubah dari politik tunggal orde baru dan kearah orde reformasi dimana partai partai lebih memiliki pengaruh terhadap kebijakan ekonomi suatu negara. Pada masa orde baru, partai partai nyaris tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam kebijakan ekonomi orba yang menekankan pada pembangunan. Bagaimana pengaruh multi partai pasca orba dan bagaimana pengaruhnya pasca pemilu 2009 ini dimana Demokrat menginginkan pemerintahan yang didukung 70% suara. -- [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih terbelakang...? Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih terbelakang ketimbang anda sendiri? Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya diktator? Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih terbelakang...? Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih terbelakang ketimbang anda sendiri? Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya diktator? Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Ralat: tingkat melek huruf = tingkat tidak melek huruf. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar nazart...@... wrote: Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan anda. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotradero@ wrote: At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik yang tidak edukatif. Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih terbelakang...? Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih terbelakang ketimbang anda sendiri? Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda? Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya diktator? Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif. Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif. Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?
Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
At 09:57 AM 4/13/2009, you wrote: Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan anda. Yang saya masalahkan adalah anda menganggap sedemikian banyak orang itu bodoh-bodoh. Seolah-olah mereka tidak bisa berpikir independen. Berpikir independen tidak ada hubungan dengan melek huruf atau tidak. Toh ada banyak orang yang bisa bijak tanpa harus bisa membaca... dan banyak orang yang bisa membaca tetapi sangat tidak bijak. Coba anda pikirkan sendiri: mengapa banyak kasus politik uang gagal...? Mengapa banyak caleg yang stress setelah investasi milyaran rupiah...? Karena ternyata banyak pemilih bersikap independen. Mereka ambil uang-nya tapi mereka pilih sesuka hati mereka. Menurut anda, dalam keadaan seperti ini - siapa yang bodoh? (Dan soal BLT - siapa yang sebenarnya bodoh dan berkomentar bodoh. Masih heran juga kenapa partai itu suaranya melorot...?) Sepanjang jalannya sejarah - orang yang independen selalu lebih pintar daripada orang yang tidak independen -- tidak peduli apapun tingkat pendidikan yang bersangkutan. Bagaimana membuat rakyat Indonesia pintar? Bikin mereka jadi lebih independen. Bikin mereka mampu menilai dan punya pendapat sendiri-sendiri. Coba anda renungkan: apakah seekor lebah itu pintar? Jelas tidak. Tetapi anda perhatikan apa yang terjadi dengan struktur bernama sarang lebah. Tempat itu tidak pernah terlalu panas, tidak pernah terlalu dingin, tidak pernah terlalu lembab, dan tidak pernah terlalu kering. Secara desain tempat tinggal, sarang lebah itu sempurna! Padahal sebagai individu lebah-lebah itu bodoh. Bandingkan sarang lebah dengan negara Uni Soviet (negeri yang banyak diisi orang pintar tetapi tidak independen). Mana yang bisa bertahan hidup? NB: coba anda bawa bukunya James Surowickie tentang Wisdom of the Crowds dan apa yang menjadi penentu apakah sebuah crowds itu pintar atau bodoh... Oh iya ada satu buku bagus lagi tentang crowds, yaitu Out of Control-nya Kevin Kelly. Buku lama, tetapi menarik buat dibaca.
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hmm, Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta. Hmm, pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan sekolah. Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi lebah. Hmm, manusia sangat berbeda dengan binatang lebah. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 09:57 AM 4/13/2009, you wrote: Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan anda. Yang saya masalahkan adalah anda menganggap sedemikian banyak orang itu bodoh-bodoh. Seolah-olah mereka tidak bisa berpikir independen. Berpikir independen tidak ada hubungan dengan melek huruf atau tidak. Toh ada banyak orang yang bisa bijak tanpa harus bisa membaca... dan banyak orang yang bisa membaca tetapi sangat tidak bijak. Coba anda pikirkan sendiri: mengapa banyak kasus politik uang gagal...? Mengapa banyak caleg yang stress setelah investasi milyaran rupiah...? Karena ternyata banyak pemilih bersikap independen. Mereka ambil uang-nya tapi mereka pilih sesuka hati mereka. Menurut anda, dalam keadaan seperti ini - siapa yang bodoh? (Dan soal BLT - siapa yang sebenarnya bodoh dan berkomentar bodoh. Masih heran juga kenapa partai itu suaranya melorot...?) Sepanjang jalannya sejarah - orang yang independen selalu lebih pintar daripada orang yang tidak independen -- tidak peduli apapun tingkat pendidikan yang bersangkutan. Bagaimana membuat rakyat Indonesia pintar? Bikin mereka jadi lebih independen. Bikin mereka mampu menilai dan punya pendapat sendiri-sendiri. Coba anda renungkan: apakah seekor lebah itu pintar? Jelas tidak. Tetapi anda perhatikan apa yang terjadi dengan struktur bernama sarang lebah. Tempat itu tidak pernah terlalu panas, tidak pernah terlalu dingin, tidak pernah terlalu lembab, dan tidak pernah terlalu kering. Secara desain tempat tinggal, sarang lebah itu sempurna! Padahal sebagai individu lebah-lebah itu bodoh. Bandingkan sarang lebah dengan negara Uni Soviet (negeri yang banyak diisi orang pintar tetapi tidak independen). Mana yang bisa bertahan hidup? NB: coba anda bawa bukunya James Surowickie tentang Wisdom of the Crowds dan apa yang menjadi penentu apakah sebuah crowds itu pintar atau bodoh... Oh iya ada satu buku bagus lagi tentang crowds, yaitu Out of Control-nya Kevin Kelly. Buku lama, tetapi menarik buat dibaca.
Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
At 10:32 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta. Teori disusun berdasarkan fakta yang telah disaring secara metodologis. Kalau anda beneran sekolah melewati level SMA dan belajar tentang Metode Ilmiah - tentu anda tahu hal ini. Hmm, pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan sekolah. Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi lebah. Hmm, manusia sangat berbeda dengan binatang lebah. Sesudah membaca komentar anda, saya malah semakin melihat bahwa anda punya bakat besar untuk jadi diktator. Anda merasa jauh lebih tahu apa yang baik bagi orang lain - bahkan ketimbang orang itu sendiri... Mungkin karena anda sendiri terlalu indevenden...
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan rerata. Dan ia tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di daerah a tidak sama di daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka ragaman. Saya diktator? Itu kan penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja juga bisa mengatakan anda sungguh amat sangat diktator. Tentunya anda akan mencak2x, marah2x, tidak terima dsb.. :-). Sedikit saran saya, cobalah anda turun kebawah, lihat dan dengarlah fakta yang ada. Panorama itu indah jika dipandang dari jauh, dan akan terlihat dengan jelas jika dipandang pada jarak yang dekat. Semakin jauh jarak pandang anda semakin jauh pula dari kenyataan yang ada. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 10:32 AM 4/13/2009, you wrote: Hmm, Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta. Teori disusun berdasarkan fakta yang telah disaring secara metodologis. Kalau anda beneran sekolah melewati level SMA dan belajar tentang Metode Ilmiah - tentu anda tahu hal ini. Hmm, pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan sekolah. Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi lebah. Hmm, manusia sangat berbeda dengan binatang lebah. Sesudah membaca komentar anda, saya malah semakin melihat bahwa anda punya bakat besar untuk jadi diktator. Anda merasa jauh lebih tahu apa yang baik bagi orang lain - bahkan ketimbang orang itu sendiri... Mungkin karena anda sendiri terlalu indevenden...