Re: [iagi-net-l] Merry Christmas and Happy New Year ... Seasons Greetings
Kepada rekan2 netter IAGI dan HAGI yang merayakan Natal, saya dan keluarga mengucapkan selamat menjelang Natal 2007, semoga damai dan kasih-Nya mewarnai hidup kita sehari2. Kepada seluruh rekan netter, saya dan keluarga mengucapkan selamat menjelang Tahun Baru 2008. Semoga di tahun 2008 kita selalu diberikan kesehatan bersama seluruh keluarga, kebahagiaan, keberhasilan; dan berusaha lebih baik lagi. salam, awang keluarga yanto salim [EMAIL PROTECTED] wrote: Kepada Bapak, Ibu dan Rekan rekan semua, Kami Sekeluarga mengucapkan: SELAMAT NATAL, 2007, Buat kita semua yang merayakannya semoga damai di bumi dengan kedatangan NYa. SELAMAT TAHUN BARU, 2008. BAGI KITA SEMUA SEMOGA TAHUN YANG BARU INI MEMBAWA BERKAH BUAT UMAT MANUSIA. Salam, Yanto Salim Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/ - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Re: [iagi-net-l] Selamat Hari Ibu
Ibu adalah makhluk yang luar biasa. Definisi kamus untuk kata ibu adalah orangtua perempuan. Kenyataannya, jauh lebih luas daripada itu. Ibu adalah juga seorang guru, ilmuwan, pemberi kasih sayang, perawat, pendongeng, seniman, sopir, koki, dan banyak lagi. Ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang, kuat, mandiri, dan pemberani. Dia penyayang, penyabar, dan tabah. Tidak ada ayah yang sukses tanpa ibu yang mendukungnya. Setengah kesuksesan ayah adalah kesuksesan ibu. Dia bisa semampu ayah, bahkan lebih. Buktinya ? Lebih banyak ibu yang menjadi orang tua tunggal daripada ayah yang menjadi orangtua tunggal. Ibu lebih tahan menderita dibandingkan ayah. Selamat hari Ibu, semoga kita selalu mengingat jasa2 Ibu kita dan merawatnya selagi mereka masih bersama kita. Selamat hari Ibu buat rekan2 netter yang sudah menjadi Ibu, semoga dapat menjadi Ibu yang baik. Sesungguhnya, hanya seorang Ibu yang mengerti kasih seorang Ibu. (Lady Mary Wortley Montagu). salam, awang PRAKOSO, Anton [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans Iaginet, Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan Selamat Hari Ibu di tanggal 22 Desember 2007 ini, semoga kita semua tak lupa jasa salah satu orang spesial dalam hidup kita semua... salam, anprax - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Re: [iagi-net-l] Aspects of the Earth (Shaler, 1890)
Terima kasih Pak Koesoema telah mengingatkan dua Rutten tersebut. Kelihatannya keduanya merupakan dua generasi dari satu keluarga besar. Dua2nya pernah bekerja di Indonesia. L.M.R Rutten lebih tua sebab telah bekerja di Indonesia sejak awal 1900-an, sedangkan M.G. Rutten mulai pada 1940. Maka laporan2 geologi karya L.M.R.Rutten lebih banyak daripada karya M.G. Rutten. Yang saya ceritakan menulis buku The Origin of Life adalah M.G. Rutten, yang meninggal pada 1970, sedangkan L.M.R.Rutten meninggal pada tahun 1940-an. Buku B.G. Escher (1916) yang saya punya itu edisi pertama. Kelihatannya buku Escher itu laku pada zamannya untuk bahan kuliah sehingga berkali2 dicetak dalam edisi2 berikutnya. Buku J.H.F. Umbgrove satunya lagi yang saya punya adalah Symphony of the Earth (Martinus Nijhoff, The Hague, 1950) yang penuh dengan lukisan2 indah geologi. Juga Umbgrove (1929) : De Koraalriffen der Duizend-Eilanden dengan peta2 berwarna cat air yang walaupun umurnya sudah hampir 80 tahun ternyata masih bagus kualitas warnanya. Umbgrove juga ternyata pernah menulis uraian panjang lebar 70 halaman dalam AAPG Bulletin tahun 1938 berjudul Geological History of the East Indies. Saya juga punya beberapa Jaarbook van het Mijnwezen in Nederlandsch Oost Indie tahun 1910-an dan 1920-an. Buku2 tahunan Dinas Pertambangan ini memuat artikel2 hasil penelitian lapangan para ahli geologinya. Semua buku tua geologi itu saya peroleh dulu sewaktu saya masih duduk di SMP-SMA di sebuah kiosk buku loak di Pasar Cihapit Bandung. Kiosk itu kini tak ada lagi karena bapak penjualnya juga sudah sepuh dan telah meninggal sewaktu saya masih kuliah (Pak Soma alm.) Saat2 itu saya sering bertemu dengan sesama penggemar buku loak, yaitu : ahli planologi Pak Haryoto Kunto (alm), penulis sejarah kota Bandung, juga ahli geologi Prof. G.A. de Neve (alm.) yang tinggi besar itu. Mestinya, buku2 klasik itu tetap dipertahankan dan dirawat dengan baik, sebab semakin tua nilainya akan semakin tinggi. Sayang sekali kalau banyak buku tua hilang oleh reorganisasi perpustakaan. Semoga apa yang masih ada, ada orang yang peduli merawatnya dengan baik. salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang: Harus dibedakan antara L.M.R. Rutten dan M.G. Rutten, mereka itu orang yang berbeda. Saya tidak tahu apakah mereka itu mempunyai hubungan keluarga atau tidak. Buku B.G. Escher Grondslagen der Algemeene Geologi merupakan teksbook yang digunakan pada waktu saya kuliah pada Klompe, yang adalah muridnya langsung. Buku yang saya punyai adalah cetakan ke-8 yaitu tahun 1951. Esscher juga menulis buku Algemeene Kristalografie en Mineralogie (1949), yang juga merupakan textbook pada zaman itu, selain buku oleh Dana Buku-buku teks lainnya yang digunakan pada waktu itu adalah Geheimschrift der Aarde oleh L.M Van der Vlerk dan Ph.H.Kuenen serta the Pulse of the Earth oleh Umbgrove Buku-buku yang Sdr Awang sebut di bawah ini sebetulnya dulu lengkap ada dengan peta2-Geologisch Kaart van Java pada Perpustakaan Bagian Geologi ITB pada tahun 50-an, tetapi kemudian hilang entah kemana pada waktu perpustakaan ini diintegrasikan dengan perpustakaan pusat pada tahun 60-an (mungkin juga masih ada dalam pak2 yg tidak pernah dibuka). Baru tahun 90-an atas prakarsa bekas murid Klompe yang dipelopori Pak Nayoan dan Pak Benny Wahyu dibangun kembali Perpustakaan Kkompe di ruangan di mana dulu beliau memberi kuliah dan yang buku2nya dikumpulkan dari para alumni. Perpustakaan inipun nyaris dibubarkan kembali dan diintegrasikan pada perpustakaan fakultas waktu dibentuk FKITM, kalau saya tidak berintervensi. Perpustakaan ini masih bisa dipertahankan, walaupun papan nama Perpustakaan Klompe nya sudah diturunkan, entah mengapa. Tetapi potret Klompe dan Van Bemmelen masih juga dipasang. Padahal di Universitas Chulalongkorn dimana Prof Klompe hanya memberi kuliah beberapa bulan karena keburu meninggal masih meninggalkan Klompe Library Apakah tida bisa kita melakukan re-organisasi tanpa melenyapkan sejarah? Wassalam - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Geo Unpad ; Forum HAGI ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Saturday, December 22, 2007 12:35 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Aspects of the Earth (Shaler, 1890) Terima kasih Pak Koesoema atas undangan untuk melihat2 koleksi buku2 tua geologi Pak Koesoema, pasti akan menarik. Benar, karya Rutten (1927) tersebut jarang dibicarakan, mungkin karena pembahasannya tak sesistematis buku karya van Bemmelen (1949) dan terutama pula karena buku Rutten dalam bahasa Belanda. Walaupun seorang gurubesar geologi, M.G.Rutten pun pernah menulis sebuah buku tentang geologi-astronomi-biologi, berjudul The Origin of Life by Natural Causes (Elsevier, 1971). Tidak mengherankan sebab Prof.Rutten telah menekuni masalah evolusi kehidupan ini belasan tahun sebelumnya. Tahun 1962, ia menulis buku berjudul The Geological Aspects of the Origin
[iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan
Indentasi, masuknya garis pantai relatif terhadap sekitarnya, menarik untuk dikaji secara geologi. Pulau Jawa mempunyai dua daerah indentasi oleh garis pantai utara dan selatannya : (1) indentasi Jawa Tengah, dan (2) Indentasi Jawa Timur. Saya pernah membahas di milis ini dan mempublikasikan (di pertemuan IAGI, HAGI, IPA, AAPG) yang berhubungan dengan indentasi Jawa Tengah. Dalam skala yang lebih kecil, Jawa Timur menunjukkan indentasi juga. Kita lihat peta Jawa Timur, kita perhatikan garis pantai utara antara Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Situbondo, dan garis pantai selatan antara Pulau Sempu selatan Malang-Maleman selatan Lumajang-pantai Meru Betiri. Dua jalur garis pantai utara dan selatan ini bila dibandingkan dengan sekitarnya lebih masuk ke arah darat membentuk indentasi. Apakah ini tak punya arti secara geologi ? Saya pikir ini fenomena tektonik seperti halnya indentasi Jawa Tengah. Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah, dicirikan oleh hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi ini kini diduduki kota Lumajang (kita sebut saja Depresi Lumajang) dan merupakan wilayah pengaliran sungai-sungai yang berasal dari kedua dataran tinggi di sebelah barat dan timur depresi. Kehadiran Pulau Nusa Barung tepat di tengah indentasi selatan ini sangat menarik, posisinya sama dengan Tinggian Karangbolong pada sistem indentasi Jawa Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh batugamping Miosen yang ekivalen dengan batugamping di Karangbolong. Apakah indentasi Jawa Timur merupakan miniatur indentasi Jawa Tengah ? Sebagian ya, tetapi sebagian lagi tidak. Beberapa pola indentasi Jawa Tengah dapat diterapkan di sini. Pegunungan Selatan di wilayah ini tenggelam. Depresi Lumajang diapit dua sesar besar di sebelah barat dan timurnya. Dua sesar besar ini telah memutuskan dan mengubah kelurusan jalur gunungapi Kuarter di Jawa Timur. Apa yang kemungkinannya berbeda dengan pola indentasi Jawa Tengah ? Ini masih butuh penelitian lebih lanjut, tetapi beberapa pemikiran dapat dikemukakan. Dua sistem sesar besar pembatas Depresi Lumajang merupakan penyebab terjadinya indentasi dan depresi tersebut. Apakah sistem sesar besar itu merupakan pasangan sesar besar sinistral (BD-TL) dan dextral (BL-Tenggara) seperti halnya indentasi Jawa Tengah ? Ini akan memuaskan untuk menjawab munculnya Pulau Nusa Barung di tengah Pegunungan Selatan yang tenggelam, dan tenggelamnya Selat Madura di sebelah utara indentasi Pasuruan-Situbondo. Tetapi, ini sulit untuk menerangkan terjadinya kelurusan gunungapi Semeru-Bromo-Penanjakan yang utara-selatan di Kompleks Semeru-Tengger di sebelah barat Depresi Lumajang dan kelurusan utara-selatan gunungapi Argopuro-Kukusan di Kompleks Iyang (Yang, Ijang) di sebelah timur Depresi Jawa Timur. Keberadaan sesar besar utara-selatan sedikit melengkung menghadap depresi Lumajang adalah penyebab indentasi dan depresi Lumajang. Sesar besar ini dapat menjelaskan kelurusan gunungapi Semeru-Bromo-Penanjakan. Puncak-puncak gunung ini tersebar utara-selatan. Bila kita berdiri di puncak Penanjakan (2775 m) sebelah utara Bromo (2329 m), maka melihat ke utara akan nampak laut Selat Madura, melihat ke selatan akan nampak gunung Bromo dan Semeru. Kelurusan ini membuat masyarakat Tengger menyucikan ketiga gunung yang dianggapnya sebagai atap dunia itu. Sebenarnya, di bawah ketiga gunung ini terdapat sesar besar yang juga konon bertanggung jawab telah menenggelamkan Pegunungan Selatan Jawa di wilayah ini. Sesar besar ini telah diterobos magma sejak Plistosen atas sampai Holosen menghasilkan gunung-gunung di kawasan Kompleks Tengger. Semacam erupsi linier dalam skala besar telah terjadi dari selatan ke utara di sepanjang sesar ini berganti-ganti selama Plistosen sampai Kuarter. Dari selatan ke utara ditemukan pusat2 erupsi sbb. : Semeru, Jembangan, Kepolo, Ayek-Ayek, Kursi, Bromo, Batok, dan Penanjakan. Yang masih suka meletus sampai kini adalah Semeru dan Bromo. Danau kawah Ranu Kembolo, Ranu Pani, dan Ranu Regulo merupakan maar sisa erupsi gunung Ayek2 yang terletak di antara Kaldera Tengger dan Semeru. Yang pernah mendaki Semeru pasti pernah melalui pos2 Ranu Pani dan Ranu Kembolo ini. Di sebelah barat Depresi Lumajang, yaitu di Kompleks Iyang, terdapat juga sesar besar utara-selatan walaupun tak sepanjang sesar besar di bawah Tengger dan sedikit melengkung menghadap depresi Lumajang. Gunung tua Iyang (Plistosen atas) terbelah mengikuti rekahan utara-selatan. Rekahan ini juga menjadi pusat2 erupsi gunung di Kompleks Iyang, yaitu : gunung Malang (2008 m), Kukusan (2200 m) dan Cemorokandang (2223 m). Di tengah sesar rekahan ini kini gunungapi Kuarter Argopuro (3088 m) berlokasi. Tentang kejadian kaldera pasir Tengger, van Bemmelen (1937 : The volcano-tectonic structure of the Residency of Malang, De Ingenieur in Ned. Indie, 4,9,IV,p. 159-172) punya teori menarik. Kompleks Tengger
Re: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan
Pak Taufik, Terima kasih atas peta radarnya. Itulah memang indentasi2 di Jawa. Tentang penyebabnya, bisa kita pikirkan dan perdebatkan. Sesar (sinistral) di Jawa Tengah yang Pak Taufik gambarkan itu terkenal sebagai lineament Muria-Progo. Itu berbeda dengan sesar besar sinistral yang saya gambarkan dalam publikasi2 saya tentang identasi Jawa Tengah yang saya sebut sebagai sinistral Muria-Kebumen (memotong Karang Bolong High bukan Kulon Progo). Lineament Muria-Progo saya yakin ada juga sebab ia barangkali bertanggung jawab untuk anomali kelurusan Pegunungan Kulon Progo dan terhentinya Kendeng Deep di sebelah barat. Belakangan, lineament ini juga dianggap sebagai pembatas sebelah barat untuk Archean continental basement di Jawa bagian timur. Tetapi apakah ia merupakan sesar sinistral atau normal masih harus dilihat lagi. Hanya, kalau kita menyelidiki pola distribusi S wave velocity anomaly mantle tomography di kedalaman 35-70 km (misalnya dalam Widyantoro, 2006), kita akan melihat bahwa distribusinya lebih mendukung ke keberadaan sesar besar sinistral Muria-Kebumen daripada lineament Muria-Progo. Apa hubungan kedua elemen geologi di Jawa Tengah ini menarik untuk kita pikirkan dan perdebatkan. Plotting Pak Taufik Untuk sesar besar dextral pembatas indentasi Jawa Timur yang memotong sampai Pulau Nusa Barung (untuk sementara saya sebut saja sesar dextral Pangkah-Lumajang) di selatan depresi Lumajang menarik untuk dikaji. Bila menerapkan model mekanisme indentasi Jawa Tengah, sesar ini beranalogi dengan sesar dextral Pamanukan Cilacap. Hanya, lineament gunungapi Semeru-Bromo-Penanjakan tak akan terhubung ke sesar dextral Pangkah-Lumajang ini, sebab lineament gunungapi ini memerlukan sesar besar yang utara-selatan. Tetapi, bisa dikaji bahwa sesar utara-selatan ini akan merupakan second order right-lateral wrench terhadap dextral Pangkah-Lumajang. Sesar Pangkah-Lumajang akan memerlukan pasangannya yang mestinya sinistral memotong depresi Lumajang ke Situbondo sampai ke pulau2 kecil di sebelah timur Madura. salam, awang Muhammad Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Terlampir image dari shuttle radar pulau jawa yang mungkin bisa meng-ilustrasikan tulisan dibawah (mohon koreksi). - Mesej Asal Daripada: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] Dihantar: Khamis, 27 Disember, 2007 3:22:28 Subjek: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan Indentasi, masuknya garis pantai relatif terhadap sekitarnya, menarik untuk dikaji secara geologi. Pulau Jawa mempunyai dua daerah indentasi oleh garis pantai utara dan selatannya : (1) indentasi Jawa Tengah, dan (2) Indentasi Jawa Timur. Saya pernah membahas di milis ini dan mempublikasikan (di pertemuan IAGI, HAGI, IPA, AAPG) yang berhubungan dengan indentasi Jawa Tengah. Dalam skala yang lebih kecil, Jawa Timur menunjukkan indentasi juga. Kita lihat peta Jawa Timur, kita perhatikan garis pantai utara antara Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Situbondo, dan garis pantai selatan antara Pulau Sempu selatan Malang-Maleman selatan Lumajang-pantai Meru Betiri. Dua jalur garis pantai utara dan selatan ini bila dibandingkan dengan sekitarnya lebih masuk ke arah darat membentuk indentasi. Apakah ini tak punya arti secara geologi ? Saya pikir ini fenomena tektonik seperti halnya indentasi Jawa Tengah. Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah, dicirikan oleh hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi ini kini diduduki kota Lumajang (kita sebut saja Depresi Lumajang) dan merupakan wilayah pengaliran sungai-sungai yang berasal dari kedua dataran tinggi di sebelah barat dan timur depresi. Kehadiran Pulau Nusa Barung tepat di tengah indentasi selatan ini sangat menarik, posisinya sama dengan Tinggian Karangbolong pada sistem indentasi Jawa Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh batugamping Miosen yang ekivalen dengan batugamping di Karangbolong. Apakah indentasi Jawa Timur merupakan miniatur indentasi Jawa Tengah ? Sebagian ya, tetapi sebagian lagi tidak. Beberapa pola indentasi Jawa Tengah dapat diterapkan di sini. Pegunungan Selatan di wilayah ini tenggelam. Depresi Lumajang diapit dua sesar besar di sebelah barat dan timurnya. Dua sesar besar ini telah memutuskan dan mengubah kelurusan jalur gunungapi Kuarter di Jawa Timur. Apa yang kemungkinannya berbeda dengan pola indentasi Jawa Tengah ? Ini masih butuh penelitian lebih lanjut, tetapi beberapa pemikiran dapat dikemukakan. Dua sistem sesar besar pembatas Depresi Lumajang merupakan penyebab terjadinya indentasi dan depresi tersebut. Apakah sistem sesar besar itu merupakan pasangan sesar besar sinistral (BD-TL) dan dextral (BL-Tenggara) seperti halnya indentasi Jawa Tengah ? Ini akan
Re: [iagi-net-l] BUNDA MARIA DI FOSIL KAYU BANTEN
sepanjang 50 meteran di S. Ciberang , dikawal oleh Dr. Budi Brahmantyo dan mang Okim. Gb.2.Fosil kayu utuh kategori world collection di lokasi penampungan Sajira yang telah lari ke luar negeri Gb.3. Seluruh koleksi fosil kayu di lokasi penampungan Sajira yang siap diekspor ( tahap kedua setelah gambar 2 ) - Original Message - From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id ; Forum HAGI ; Eksplorasi BPMIGAS ; Geo Unpad Sent: Tuesday, December 25, 2007 8:23 PM Subject: Re: [iagi-net-l] BUNDA MARIA DI FOSIL KAYU BANTEN Mang Okim, Boleh juga penafsiran Mang Okim, kelihatannya memang begitu. Saya jadi ikutan melihat kalau di sebelah kiri pengiring Maria itu ada sesosok wajah dengan sepasang mata dan kumis lebat, sekilas mirip gambaran wajah manusia kain kafan dari Turin yang menghebohkan dan penuh perdebatan itu. Pengiring Maria itu juga kalau kita besarkan gambarnya ternyata punya sepasang mata. Hm... Kita tafsirkan geologinya saja ya Mang Okim. Fosil kayu ini tentu bagian dari silicified woods Genteng Beds (Musper, 1938 : Fundorte und stratigraphisches Lager neuer Aufsammlungen tertiarer Landpflanzen - besonders Kieselholzreste auf Sumatra und Java - de Ing. in Ned. Indie 5, 12,p.169-181). Menurut laporan itu, Banten pada saat Pliosen dan Plistosen telah ditumbuhi hutan, tetapi berkali-kali hutan itu disiram tuf pumis(pisolitik) berkomposisi asam yang membakar kayu-kayunya sehingga menjadi fosil kayu atau silicified woods (kiselholz). Rupanya pusat erupsi besarnya ada di tengah Banten sekarang yang disebut Musper sebagai Danau volcano. Kalau menerapkan volkanostratigrafi masa kini, pumice tuffs itu membentuk berlapis-lapis beds yaitu dari tua ke muda : Genteng Beds (upper Miocene-lower Pliocene) - ini yang paling banyak mengandung fosil kayu, lalu ada Cipacar Beds (middle Pliocene - kalau kata ahli moluska namanya Cheribonian), lalu di atasnya lagi Cilegong Beds (upper Pliocene - Sondian molluscan fauna, yang tuf pumis-nya paling tebal dan komposisinya mulai basa). Kini, gunungapi Danau itu telah habis, sisa kalderanya saja, tetapi di tengah kaldera itu tumbuh gunung2 yang kita kenal sekarang : Gn Karang dan Gn Aseupan. Suatu hari beberapa tahun yang lalu dalam perjalanan dari Bogor ke Carita saya melewati wilayah fosil kayu ini di wilayah sekitar Jasinga-Rangkasbitung, memang di tepi2 jalan banyak kayu2 fosil yang ditambang penduduk setempat. Bagaimana kalau kita menemukan sumber penambangan itu alias hutan fosilnya sekalian, tentu akan sangat menarik buat pendidikan geologi sekaligus geowisata. salam, awang JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya. Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum. Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May. Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang. Hai raja minyak, mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg ! salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana To: IAGI ; Forum HAGI Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati
RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
.?...apa nggak dicetak ulang atau dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...? mungkin pak Awang bisa memberikan pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak Hans skrng umurnya berapa ya pak..? Salam, Agus Irianto (Penggemar tulisannya pak Awang) --- Awang Harun Satyana wrote: Pak Andri, Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan). Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.). Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir. Salam, awang (alias godam...he2) NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !) -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman, Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini akhirnya dijuluki Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah Super... Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah pengarang atau penciptanya masih pada hidup ? Salam Andri - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan serangan komik jepang :( Rdp On 1/2/08, Bambang Satya Murti wrote: Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di edisi kapan, mungkin 2006 - 2007. Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang nungguin kah? Just kidding. Salam, Bambang - Original Message From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
Re: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan
Pak Zaim, Terima kasih atas kiriman petanya. Memang di wilayah indentasi tersebut akan merupakan tanah genting yang dalam konteks paleontologi merupakan jembatan daratan untuk migrasi makhluk hidup. Sebuah tanah genting pasti akan diapit oleh dua depresi. Dalam hal ini, tanah genting Ringgit tersebut diapit depresi Selat Madura di utara dan depresi Nusa Barung di selatan. Depresi Nusa Barung di sebelah selatan saya menyebutnya sebagai Depresi Lumajang. Sedikit pendapat saya Pak Zaim, saya pikir Pulau Nusa Barung pada zaman Kuarter (bawah?) pun sudah muncul sebagai pulau, bahkan lebih lama sebelumnya (Mio-Pliosen) sebab Nusa Barung terbuat dari Old Andesite (Oud Andesiet) (van Bemmelen, 1949) yang di atasnya ditempatkan batugamping yang seumur dengan batugamping di selatan Jawa Timur. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang dan Rekans IAGI Yth., Meski terlambat berkomentar tentang Identasi Jawa Timur, perkenankan saya nimbrung soal identasi tsb.Pada makalah saya dalam memoar Almarhum Prof. Sartono (2006), saya membuat peta hipotetis tentang keadaan pulau Jawa pada Zaman Kuarter, berdasarkan data geomorfologi, struktur dan penyebaran endapan/batuan Kuarter yang hasilnya dapat dilihat dalam attach file, mengisyaratkan identasi Pulau Jawa. Untuk Identasi Jawa Timur sebagaimana diuraikan oleh Pak Awang, kelihatannya tidak terlalu jauh dengan peta hipotetik yang saya buat. Pak Awang dan Rekans, silahkan melihat peta hipotetik Pulau Jawa pada Zaman Kuarter dalam attach file. Wassalam, Yahdi Zaim KK Geologi dan Paleontologi Prodi Teknik Geologi FITB - ITB Pak Taufik, Terima kasih atas peta radarnya. Itulah memang indentasi2 di Jawa. Tentang penyebabnya, bisa kita pikirkan dan perdebatkan. Sesar (sinistral) di Jawa Tengah yang Pak Taufik gambarkan itu terkenal sebagai lineament Muria-Progo. Itu berbeda dengan sesar besar sinistral yang saya gambarkan dalam publikasi2 saya tentang identasi Jawa Tengah yang saya sebut sebagai sinistral Muria-Kebumen (memotong Karang Bolong High bukan Kulon Progo). Lineament Muria-Progo saya yakin ada juga sebab ia barangkali bertanggung jawab untuk anomali kelurusan Pegunungan Kulon Progo dan terhentinya Kendeng Deep di sebelah barat. Belakangan, lineament ini juga dianggap sebagai pembatas sebelah barat untuk Archean continental basement di Jawa bagian timur. Tetapi apakah ia merupakan sesar sinistral atau normal masih harus dilihat lagi. Hanya, kalau kita menyelidiki pola distribusi S wave velocity anomaly mantle tomography di kedalaman 35-70 km (misalnya dalam Widyantoro, 2006), kita akan melihat bahwa distribusinya lebih mendukung ke keberadaan sesar besar sinistral Muria-Kebumen daripada lineament Muria-Progo. Apa hubungan kedua elemen geologi di Jawa Tengah ini menarik untuk kita pikirkan dan perdebatkan. Plotting Pak Taufik Untuk sesar besar dextral pembatas indentasi Jawa Timur yang memotong sampai Pulau Nusa Barung (untuk sementara saya sebut saja sesar dextral Pangkah-Lumajang) di selatan depresi Lumajang menarik untuk dikaji. Bila menerapkan model mekanisme indentasi Jawa Tengah, sesar ini beranalogi dengan sesar dextral Pamanukan Cilacap. Hanya, lineament gunungapi Semeru-Bromo-Penanjakan tak akan terhubung ke sesar dextral Pangkah-Lumajang ini, sebab lineament gunungapi ini memerlukan sesar besar yang utara-selatan. Tetapi, bisa dikaji bahwa sesar utara-selatan ini akan merupakan second order right-lateral wrench terhadap dextral Pangkah-Lumajang. Sesar Pangkah-Lumajang akan memerlukan pasangannya yang mestinya sinistral memotong depresi Lumajang ke Situbondo sampai ke pulau2 kecil di sebelah timur Madura. salam, awang Muhammad Taufik wrote: Pak Awang, Terlampir image dari shuttle radar pulau jawa yang mungkin bisa meng-ilustrasikan tulisan dibawah (mohon koreksi). - Mesej Asal Daripada: Awang Satyana Kepada: IAGI ; Forum HAGI ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Dihantar: Khamis, 27 Disember, 2007 3:22:28 Subjek: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan Indentasi, masuknya garis pantai relatif terhadap sekitarnya, menarik untuk dikaji secara geologi. Pulau Jawa mempunyai dua daerah indentasi oleh garis pantai utara dan selatannya : (1) indentasi Jawa Tengah, dan (2) Indentasi Jawa Timur. Saya pernah membahas di milis ini dan mempublikasikan (di pertemuan IAGI, HAGI, IPA, AAPG) yang berhubungan dengan indentasi Jawa Tengah. Dalam skala yang lebih kecil, Jawa Timur menunjukkan indentasi juga. Kita lihat peta Jawa Timur, kita perhatikan garis pantai utara antara Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Situbondo, dan garis pantai selatan antara Pulau Sempu selatan Malang-Maleman selatan Lumajang-pantai Meru Betiri. Dua jalur garis pantai utara dan selatan ini bila dibandingkan dengan sekitarnya lebih masuk ke arah darat membentuk indentasi. Apakah ini tak punya arti secara geologi ? Saya pikir ini fenomena tektonik
Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007
Kalau jadi, kontrak PSC yang akan datang (rencananya akan mulai diterapkan kepada 26 blok yang sekarang sedang ditawarkan) akan mengalami perubahan besar soal sunk cost, komersialitas blok/lapangan, cost recovery dan relinquishment. Perubahannya begitu signifikan sahingga boleh saja kalau mau kita sebut sebagai PSC generasi baru. Jadi diberlakukan atau tidak kita lihat nanti. Komersialitas blok oleh lapangan pertama tidak akan lagi menjadi tiket untuk cost recovery kegiatan2 eksplorasi berikutnya bila lapangan ke-2, ke-3 dan seterusnya tidak ditemukan dan dikembangkan. Di kontrak PSC lama, setelah lapangan pertama ditemukan dan blok menjadi komersial maka seluruh usaha eksplorasi berikutnya akan bisa di-cost recovery baik ia gagal maupun berhasil, jadi lapangan atau tidak. Apa pun yang dibelanjakan akan diganti. Sistem ini telah mendorong PSC2 melakukan eksplorasi kurang hati2, tokh biayanya akan diganti ini. Di sistem PSC baru nanti, biaya eksplorasi setelah lapangan pertama akan dianggap sebagai upaya untuk menemukan lapangan ke-dua. Bila lapangan kedua ditemukan dan dapat dikembangkan menjadi lapangan maka biaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua itu bisa di-cost recovery; bila tidak jadi lapangan,maka biaya2 tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan PSC. Upaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua akan dianggap sebagai upaya menemukan lapangan ke-3. Bila gagal menemukan lapangan ke-3, maka biaya2 itu tak bisa di-cost recovery, bila lapangan ke-3 ditemukan, upaya2 eksplorasi untuk menemukannya bisa di-cost recovery, dst..dst.. Aturan baru itu disertai aturan baru relinquishment. Relinquishment terakhir akan dilakukan pada akhir tahun ke-8 dan hanya mempertahankan lapangan2 yang sudah ditemukan. Area di luar lapangan harus dikembalikan ke Pemerintah. Ini untuk mengatasi banyaknya lahan2 tidur yang tetap dimiliki PSC sementara investor baru yang berminat tidak bisa masuk. Aturan lain adalah bahwa bonus tanda-tangan kontrak akan disesuaikan dengan jumlah sumberdaya di dalam blok itu, semakin kaya semakin tinggi bonusnya. Masih ada beberapa lagi hal signifikan yang akan berubah dalam kontrak PSC kita. Itu kalau jadi diberlakukan. Untuk diberlakukan akan banyak bergantung kepada banyak faktor teknis dan nonteknis, politik dan nonpolitik. Saya pribadi berpendapat bahwa sudah saatnya diberlakukan perubahan2 signifikan atas kontrak saat ini. Pemerintah kita menjual terlalu murah untuk lahannya yang subur. Dalam investasi migas internasional pun berlaku bahwa barang bagus harganya mahal, tetapi di Indonesia sering terjadi barang bagus malah diobral, setelah itu tidak pula ada jaminan bahwa si pemilik barang mendapatkan uangnya. Menyedihkan. Sudah saatnya berubah ! salam, awang (anggota tim penilai teknis tender WKP migas CBM) Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote: Dod,... di dalam perhitungan internal perusahaan dan untuk kepentingan evaluasi prospek (ranking, risk, economics, dsb) biaya untuk usaha-usaha eksplorasi di blok yang berproduksi di Indonesia bisa juga disebut sebagai dan/atau dimasukkan kedalam kategori finding-cost, no problem at all. Tetapi, menurut pemahamanku ttg aturan kontrak PSC dan prakteknya yang terjadi selama ini, begitu suatu blok berproduksi dari suatu discovered field, maka finding-cost dari lapangan-lapangan lain akan dikonsolidasikan dalam overall block-cost. Jadi terminologi finding cost dalam PSC term kita nampaknya hanya berguna / diapresiasi pada waktu penemuan lapangan komersial yang pertama. Setelah itu, cost2 sejenis akan dimasukkan sebagai production cost dari block tersebut. Usulan sampeyan untuk tidak mengutak-atik (existing) PSC tapi meredefinisi cost-recovery dg tanpa memasukkan finding cost lapangan ke 2, 3 dst (apalagi kalau juga mencakup lapangan pertama), maka itu sama saja dengan membangkitkan macan IPA tidur (?) Mungkin untuk next PSC dalam tender2 mendatang bisa kita usulkan term-term sampeyan tersebut. Masih sangat terbuka kemungkinan berkontribusi pemikiran ke kawan2 di Migas (Ditjen, BPMigas) dalam rangka perubahan PSC (mendatang). Malah dalam bulan2 terakhir ini makin santer Pak Dirjen dan Pak Ka BPMigas dan Pak Menteri me-wacana-kan perubahan PSC tersebut. Ayo, rek . podho ngomongo Salam Andang Bachtiar Exploration Think Tank Indonesia - Original Message - From: Doddy Suryanto To: Sent: Thursday, January 24, 2008 9:58 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007 Sam, apakah usaha2 eksplorasi (seismik, gg, dsb) di blok-blok yang sudah berproduksi tidak bisa dimasukkan dalam finding cost? Apakah production cost yang ada di sistem sekarang mencakup finding and development cost (FD) yang dalam hal ini lifting cost masuk dalam kategori development cost? Kalo memang system PSC susah dirubahnya, apakah bisa yang finding cost ini ngga masuk cost recovery? -doddy- -Original Message-
RE: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007
Andi, Yang akan menentukan penaksiran kekayaan sumberdaya hidrokarbon di tempat (Hydrocarbon in Place-HCIP) maupun yang bisa diambil (Recoverable Resources- RR/ Expected Recovery) ada tiga pihak : calon investor, tim teknis Migas, perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus independen. Pasti nanti akan ada diskusi pada saat penilaian materi tender. Ini nanti juga akan dilakukan discounted factor oleh faktor risiko karena ketersediaan data. Faktor risiko daerah frontier dan mature pasti akan lain. Seperti jumlah kupon undian atas akumulasi tabungan di bank begitulah bonus akan diatur, misalnya 100-500 MMBO = bonus 1 juta US, 500-1000 = bonus 2 juta, dst..setiap kelipatan RR sekian tambah bonus sekian dsb. Saat ini besaran signature bonus akan menjadi salah satu faktor yang dinilai dalam evaluasi pemenangan tender, aturannya gak ada, hanya aturan minimal bonus ada (1 juta USD); besok2 kalau sistem KPS baru benar2 berlaku, bonus akan disesuaikan dengan besarnya sumberdaya. Urusan bonus diselesaikan di depan sebelum tanda tangan kontrak, tak akan ada koreksi bonus di kemudian hari sebab besaran bonus dan sumberdaya telah menjadi agenda dalam evaluasi tender. salam, awang Salahuddin, Andi [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang dan rekan2 ysh, Permisi ikut nimbrung... Ada statement pak Awang yang saya kurang faham. Aturan lain adalah bahwa bonus tanda-tangan kontrak akan disesuaikan dengan jumlah sumberdaya di dalam blok itu, semakin kaya semakin tinggi bonusnya. Apakah yang dimaksud dengan sumberdaya tsb adalah expected HCIP dan expected recovery pada blok tertentu? Sedangkal pengetahuan saya, besaran expected HCIP dan recovery yang dihitung oleh suatu KPS (biasanya dilakukan oleh departemen explorasi atau new ventures) nilainya diperoleh dengan studi awal yang semi regional, mulai dari mapping, prospects/leads inventory, basin modeling, geomodeling, engineering, economics, dll, yang saya yakin banyak bapak/ibu disini yang jauh lebih tahu. Tidak menutup kemungkinan bahwa antara pemerintah (tim teknis BPMigas?), KPS A, KPS B, dan KPS2 lainnya yg meneliti blok ini menghasilkan besaran expected HCIP (sumberdaya blok) yang berbeda-beda, tergantung dari GG play concept, analog yang digunakan, dan parameter-parameter perhitungan yang mereka gunakan saat studi tahap awal explorasi. Ada beberapa kasus dimana 2 lapangan yang berdekatan, yang satunya kaya sedangkan yang satunya lagi miskin. Jadi pada akhirnya, menurut saya, penyesuaian antara besar bonus dan jumlah sumberdaya di blok akan sangat subjektif di mata pemerintah dan para KPS. Atau apakah mungkin bahwa signing fee bisa 'di-adjust' kembali berdasarkan hasil real yang diperoleh pada tahapan appraisal dan development? Dimana pada tahap ini, besaran HCIP bisa jauh lebih besar atau jauh lebih kecil daripada expected HCIP pada tahapan explorasi. Jika ternyata kekayaan blok tersebut lebih besar drpd yang diperkirakan saat explorasi, maka KPS harus bayar sisa bonusnya ke pemerintah berdasarkan prorata. Tapi kalau ternyata blok tersebut sangat 'miskin' atau non-commercial, apakah pemerintah harus 'mengembalikan' signing bonus yang ternyata terlalu besar? Mungkin sulit untuk melakukan hal ini. Mohon pencerahannya... Salam, Andi -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, January 25, 2008 11:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad Subject: Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007 Kalau jadi, kontrak PSC yang akan datang (rencananya akan mulai diterapkan kepada 26 blok yang sekarang sedang ditawarkan) akan mengalami perubahan besar soal sunk cost, komersialitas blok/lapangan, cost recovery dan relinquishment. Perubahannya begitu signifikan sahingga boleh saja kalau mau kita sebut sebagai PSC generasi baru. Jadi diberlakukan atau tidak kita lihat nanti. Komersialitas blok oleh lapangan pertama tidak akan lagi menjadi tiket untuk cost recovery kegiatan2 eksplorasi berikutnya bila lapangan ke-2, ke-3 dan seterusnya tidak ditemukan dan dikembangkan. Di kontrak PSC lama, setelah lapangan pertama ditemukan dan blok menjadi komersial maka seluruh usaha eksplorasi berikutnya akan bisa di-cost recovery baik ia gagal maupun berhasil, jadi lapangan atau tidak. Apa pun yang dibelanjakan akan diganti. Sistem ini telah mendorong PSC2 melakukan eksplorasi kurang hati2, tokh biayanya akan diganti ini. Di sistem PSC baru nanti, biaya eksplorasi setelah lapangan pertama akan dianggap sebagai upaya untuk menemukan lapangan ke-dua. Bila lapangan kedua ditemukan dan dapat dikembangkan menjadi lapangan maka biaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua itu bisa di-cost recovery; bila tidak jadi lapangan,maka biaya2 tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan PSC. Upaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua akan dianggap sebagai upaya menemukan lapangan ke-3. Bila gagal menemukan lapangan ke-3, maka biaya2 itu tak bisa di-cost recovery, bila lapangan ke-3 ditemukan
Re: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex
Pak Daru, Mengapa umur cekungan dan sedimennya mesti menjadi pembatas mineralisasi sedex ini ? Tokh apa yang terjadi pada Proterozoikum atau Paleozoikum pun bisa terjadi pada kebanyakan cekungan di Indonesia yang berumur Mesozoikum - Tersier (Indonesia Timur) atau Tersier (Indonesia Barat). Cekungan2 di Indonesia umumnya diisi sedimen tebal yang bisa memeras melalui diagenesis metal-bearing brines panas mengandung Zn-Cu-Pb ini, memigrasikannya ke atas via bounding faults di cekungan atau batas cekungan, dan mengendapakannya di dasar laut lalu bereaksi dengan air laut dan diendapkan sebagai deposit sedex stratiform yang mengandung Zn, Pb, atau barit. Proses ekshalasi semacam di atas biasa terjadi pada dolomitisasi karbonat. Saya pernah mempelajari semua dolomit di Cekungan Salawati yang kadar dolomitisasinya di atas 90 %. Di sana, ternyata dolomitisasi itu terjadi pada semua reefal carbonate yang berposisi menghadap dalaman di depannya dan ada sesar penghubung antara dalaman itu ke puncak reef. Saat diagenesis, kompaksi sedimen penyusun cekungan terjadi, Mg-Ca brines terperas dari sedimen marin di bawah akibat burial sediments di atasnya. Mg-Ca fluids (ini fluida dolomit) lalu bermigrasi ke atas mencari tekanan yang rendah dan begitu saja masuk ke sesar di dekatnya. Mg-Ca fluids naik sepanjang sesar lalu bereaksi dengan CaCO3 penyusun reef yang tersesarkan itu. Di sini terjadilah proses dolomitisasi tersebut, mirip dengan proses ekshalasi Zn-Pb brines dengan fine-grained sediments (clay) di dasar laut. Sedimen2 Paleogen di Indonesia Barat mulai Oligo-Miosen umumnya transgresif dan marin, jadi akan punya saline-hypersaline brine, Zn-Pb-Cu-nya terdapat sebagai trace metals di sedimen2 itu yang saat diagenesis bersama brine tersebut akan terperas lalu membentuk hot Zn-Pb-Cu saline-hypersaline brine yang siap bermigrasi menghasilkan mineralisasi ekshalatif. Ikatan kimiawi/atom trace metal ini dengan hydrous clays lemah maka mudah terlepas saat diagenesis. Kalau bisa dengan skenario genesis di atas pada umur2 sedimen yang tak mesti Proterozoikum atau Paleozoikum; data seismik regional dan detil cekungan2 di Indonesia akan membantu para hardrock geologists. Sebab, dengan data seismik tersebut bisa diketahui dan direkonstruksi mana sedimen2 yang banyak trace metal Zn-Pb-Cu-nya (fine grained sediments macam clay dengan reflektor seismik yang khas -low energy). Seberapa dalam sedimen itu sekarang terkubur agar dapat mencapai sedex brine yang biasanya pada temperatur 150-350 C, menduga di mana stratiform terbentuk misalnya menyisip di antara clay beds sisa sea bed masa lalu, di mana sesar2 konduit untuk migrasi metal-bearing fluids tersebut, dll -pasti akan ada kolaborasi yang baik antara soft dan hard rock geologist. Contoh2 yang Pak Daru sebutkan itu (Riau-Belitung-Kal Bar) tak pernah diidentifikasi keberadaan cekungan yang dalam, tetapi merupakan Sundaland yang granitik, meragukan kalau deposit sedex di situ benar merupakan exhalative mineralisasi oleh diagenetic fluids karena terperas oleh burial sediments; kelihatannya malahan merupakan deposit sedex yang punya source magmatic fluids dari subseafloor magma chambers dan hydrothermal fluids yang digenerasi panas magma chamber lalu mengintrusi saturated sediments. salam, awang Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan, Saya baru membaca paper Pak Awang (Cekungan Sedimen Indonesia...) yang diterbitkan di MGI (Majalah Geologi Indonesia) Vol.12 No.1, Nov 2007, yang mengulas ada lebih dari 60 cekungan di Indonesia. Karena saya banyak berkecimpung di dunia hard rocks - pikiran jadi melayang, mungkinkah ada deposit sedex (sediment exhalatives) di cekungan-cekungan Indonesia? Sebagai ilustrasi saja, deposit sedex (dan saudara-saudara-nya di kelompok sediment hosted) saat ini merupakan sumber dari produksi dan cadangan Pb dan Zn di dunia. Deposit tipe ini sudah dipelajari dan dieksplorasi dengan rinci di Australia, Kanada dan USA yg memang geologi-nya favorable. Tetapi di daerah yang paleotectonic-nya kompleks spt Indonesia study ttg deposit ini sangat sedikit (???). Walaupun banyak occurrences Pb-Zn diketemukan di Indonesia dan memiliki kemiripan dengan tipe sedex. Sebut saja misalnya Tanjung Balit di Riau, Kelapa Kampit di Belitung, Riam Kusik di Kalbar, juga yg masih aktif dieksplorasi - Dairi di Sumut. Beberapa ahli dan penulis memberikan bbrp criteria untuk bisa terbentuknya deposit sedex di suatu cekungan, baik dari aspek geologi, geokimia dlsb. Salah satu aspek yg mungkin agak susah ketemu di Indonesia adalah umur cekungan. Deposit-deposit sedex di dunia rata-rata memang berumur tua - peak-nya ada di Proterozoic, tetapi ada juga sedikit yg di Carboniferous. Umur termuda dari deposit ini yg pernah diketemukan adalah Tertiary (Lan Ping di China) - walau masih jadi perdebatan apakah Lan Ping benar-benar sedex. Seandainya cekungan-cekungan Indonesia memang
Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007
Pak Noor, Pemerintah harus pintar2 membagi dua hal ini : (1) memajukan perusahaan2 nasional berinvestasi di bidang migas, (2) memangkas perusahaan2 minyak2-an. Kalau ada sebuah perusahaan memenangi blok mestinya itu sudah lewat saringan penelitian kemampuan teknis, finansial, dan sumberdaya. Makin ke sini, saringannya makin ketat. Yang saya ceritakan itu adalah blok kontrak awal 2000, saat penyaringan belum seketat sekarang. Dalam lima tahun di internalnya terjadi beberapa kali pergantian pemilik hingga saat ini hanya sisa tiga orang penyuplai dananya. Ini membuktikan bahwa sebenarnya perusahaan itu tidak mampu secara finansial. Sekarang ini, sebelum mereka mengajukan joint study pun (kalau direct offer), sudah banyak syarat2 yang berhubungan dengan finansial yang dimintakan Pemerintah, termasuk beberapa jenis bond/ ikatan finansial yang bisa dicairkan sepihak oleh Pemerintah bila komitmen kontrak tidak direalisasi. Bonus pun harus diserahkan sebelum tanda tangan kontrak. (dulu rekan2 saya di Divisi Operasi Finansial suka capek juga mengejar2 pembayaran bonus itu, malah ada yang ngemplang, perusahannya raib; apa harus menggunakan jasa debt collector he2..) salam, awang noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada KPS yang mengontrakkan studi kepada konsultan tetapi tidak mampu membayarnya, si konsultan mengadu kepada saya, saya memanggil KPS-nya, KPS-nya memanggil si pemodalnya, dst..Bagaimana KPS mau melakukan seismik atau bor kalau membiayai studi saja tak bisa, atau jaminan untuk menggaji karyawannya sampai tiga bulan ke depan pun harus dicantumkan di notulen rapat. Syarat KPS padahal mampu secara finansial, teknis, dan SDM. wah yang ini sih benar-benar BONEK ya pak Awang. bagaimana bisa kok mereka lolos dan bisa dapat blok yah. jangan-jangan signature bonusnya juga belum dibayar.:-( salam, - Original Message From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, January 25, 2008 9:10:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007 Memang perubahannya drastis Pak Bambang, boleh juga disebut quantum leap, jelas lebih negatif buat investor, tetapi pembagian split rencananya lebih bagus - yang ini sisi positifnya. Tidak akan diberlakukan surut kepada kontrak2 lama, kecuali kalau ada kontrak diperpanjang bisa saja diberlakukan ke kontrak perpanjangannya. Mengejar2 pelaksanaan komitmen memang bagian tugas BPMIGAS. Ada KPS yang mengontrakkan studi kepada konsultan tetapi tidak mampu membayarnya, si konsultan mengadu kepada saya, saya memanggil KPS-nya, KPS-nya memanggil si pemodalnya, dst..Bagaimana KPS mau melakukan seismik atau bor kalau membiayai studi saja tak bisa, atau jaminan untuk menggaji karyawannya sampai tiga bulan ke depan pun harus dicantumkan di notulen rapat. Syarat KPS padahal mampu secara finansial, teknis, dan SDM. Kalau mau melaksanakan isi kontrak yang sudah ditandatangani, KPS2 semacam ini mestinya sudah diterminasi dari dulu. salam, awang Bambang Satya Murti wrote: PakAwang, Waduh.seandainya itu terlaksana dan bisa diimplementasi, saya akan bilang ini merupakan lompatan jauh kedepan. Lha kalau bisa diberlakukan surut (undang-undang kita kan biasanya sepertiitu ya?), hmmm, itu bener bener quantum leap... Capek ya, mengejar-ngejar komitmen? Salam, Bambang - Original Message From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI ; Geo Unpad Sent: Friday, January 25, 2008 11:34:20 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007 Kalau jadi, kontrak PSC yang akan datang (rencananya akan mulai diterapkan kepada 26 blok yang sekarang sedang ditawarkan) akan mengalami perubahan besar soal sunk cost, komersialitas blok/lapangan, cost recovery dan relinquishment. Perubahannya begitu signifikan sahingga boleh saja kalau mau kita sebut sebagai PSC generasi baru. Jadi diberlakukan atau tidak kita lihat nanti. Komersialitas blok oleh lapangan pertama tidak akan lagi menjadi tiket untuk cost recovery kegiatan2 eksplorasi berikutnya bila lapangan ke-2, ke-3 dan seterusnya tidak ditemukan dan dikembangkan. Di kontrak PSC lama, setelah lapangan pertama ditemukan dan blok menjadi komersial maka seluruh usaha eksplorasi berikutnya akan bisa di-cost recovery baik ia gagal maupun berhasil, jadi lapangan atau tidak. Apa pun yang dibelanjakan akan diganti. Sistem ini telah mendorong PSC2 melakukan eksplorasi kurang hati2, tokh biayanya akan diganti ini. Di sistem PSC baru nanti, biaya eksplorasi setelah lapangan pertama akan dianggap sebagai upaya untuk menemukan lapangan ke-dua. Bila lapangan kedua ditemukan dan dapat dikembangkan menjadi lapangan maka biaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua itu bisa di-cost recovery; bila tidak jadi lapangan,maka biaya2 tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan PSC. Upaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua akan dianggap sebagai upaya menemukan lapangan ke-3. Bila gagal
Re: [iagi-net-l] Fw: [geoUH] workshop stratigrafi Sulawesi (SSW 2006)
Yang di Yogyakarta 28-29 Agustus 2002 itu sebenarnya lebih kepada membahas Sandi Stratigrafi Indonesia 1996, bukan ke stratigrafi Jawa (yang stratigrafi Jawa baru di Bandung 2003 itu). Workshop di Yogya itu mengawali semua pertemuan2 berantai untuk membicarakan stratigrafi Indonesia (baru membahas Jawa - Bandung 2003 dan Sumatra - Duri, 2005). Membicarakan stratigrafi Indonesia, lebih kepada usaha mengumpulkan problem2 stratigrafi yang ada dan usaha mengatasinya. Penyusunan Lexicon Stratigrafi Indonesia sudah berjalan, dilakukan oleh P3G, berdasarkan pemetaan geologi bersistem skala 1 : 100.000 (Jawa) dan 1 : 250.000 (luar Jawa). Penyusunan Lexicon Stratigrafi Indonesia yang sub-surface belum dilakukan sebab aturan sub-surface stratigraphy di SSI 1996 pun belum cukup terakomodasi, maka penyusunan lexicon-nya masih belum punya dasar yang pas. SSI 1996 masih kuat didasarkan kepada geologi permukaan. Workshop stratigrafi Sumatra tidak membahas Natuna, tetapi secara regional membahas cekungan2 intra-arc dan fore-arc basins. Detailing ada di Cekungan Sumatra Tengah dan Sumatra Selatan. Yang Sumatra Utara sedikit terbahas (karena operator yang bekerja di sana tidak ada yang aktif). Masukan dari bukan perusahaan minyak juga minimal sekali, saat itu hanya datang sebagai peninjau, bukan pemakalah. Bagaimana menertibkan pemakaian tatanama stratigrafi Indonesia yang mengikuti SSI (1996 misalnya) agar perusahaan2 minyak, mineral, batubara, dll ekstraksi sumberdaya alam tertib dan taatasas, adalah masalah pelik. Saya ambil kasus pertama usaha penertiban itu, yang dilakukan oleh sesama perusahaan2 minyak di Kutei tahun 1981-1982. Pertamina, Total, Huffco/Vico, Unocal duduk bersama mendiskusikan pemakaian tatanama formasi yang menjadi target penelitiannya di Cekungan Kutei. Pekerjaan ini dipublikasikan di Proceedings IPA (Marks et al., 1982). Bagaimana sekarang setelah 24 tahun ? Tak ada penyeragaman, masih sama seperti sebelum 1982. Pertamina tetap memakai Formasi Pulubalang, Balikpapan, Kampungbaru. VICO masih menggunakan lapisan I..., I, N Total masih menggunakan U5, U4, MF.., MF Unocal masih menggunakan X..., X..., Z... Bila ditanya, apa korelatif lapisan ini ke nama formasinya ? Tak segera bisa dijawab. Penertiban di Jawa (Timur) lebih susah lagi daripada di Kutei. Sekalipun sudah ada workshop2 stratigrafi jangan segera berpikir bahwa tatanama stratigrafi sudah beres. Hm, mungkin banyak tantangan dalam usaha penertiban ini. Apakah BPMIGAS bisa menggunakan otorisasinya untuk memaksa para operator minyak menertibkan nomenklaturnya ? Bisa saja, sekedar surat untuk dikirim ke para operator gampang saja dibuat, hanya tak akan sesederhana itu, berakhir di situ. Butuh usaha terus-menerus dalam penertiban. salam, awang (anggota Komisi SSI, pemakalah di workshop Stratigrafi Indonesia Yogya 2002 dan Duri 2005) Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Vicky, saran sampeyan itu sudah dilakukan sejak diaktifkannya kembali Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia tahun 2002 yang lalu ( 4 tahun yg lalu); yaitu: 1. Hasil dari Workshop Stratigrafi Jawa I di Yogja Agustus 2002 dipresentasikan dalam Lunch Meeting di PIT IAGI 31 Surabaya 1 Oktober 2002. 2. Hasil dari Workshop Stratigrafi Jawa II di Bandung 20-21 Oktober 2003 dipresentasikan dalam Lunch Meeting di PIT IAGI 32 (JCJ) Jakarta 16 Desember 2003 3. Hasil dari Workshop Stratigrafi Sumatra I di Riau 12-13 Sept 2005 dipresentasikan dalam Side Meeting di PIT IAGI 34 (JCS) Surabaya 29 November 2005 Semua workshop ada prosidingnya tersedia di sekretariat IAGI dan dalam setiap PIT selalu dipajang di booth IAGI. Presentasi-presentasi hasil workshop bukan sekedar presentasi yang masuk dalam technical session (yang dijatah 20 menit), tapi menjadi event khusus yaitu Luncheon Talk dan/atau Side Meeting yang bisa sampai 1 jam lamanya (termasuk diskusinya). Pada 2004 tidak satupun Workshop Stratigrafi yang terlaksana karena pada saat itu Pengda yang menyatakan siap (Kalimantan dan Riau) ternyata masih belum bergeming juga. Akhirnya dengan berkali-kali pendekatan, lewat email maupun datang secara fisik ke Duri / Pekanbaru, Riau-pun siap melaksanakan tapi harus mundur ke 2005. Sementara itu di 2005 Pengda Kalimantan mulai cerai-berai (karena para aktifis-nya banyak hengkang ke luar negeri). Pada 2005 provokasi ke Pengda Sulawesi untuk menyelenggarakan Workshop Stratigrafi Sulawesi juga intensif dilakukan oleh PP. Pra-workshop session dilakukan pada 7 Pebruari 2005 menghadirkan Pak Fauzie Hasibuan dan Pak Djuhaeni dr Komisi SSI. Pematangan ide itu perlu setahun lamanya sampai baru pada bulan ini (setahun kemudian) leaflet ttg Workshop Stratigrafi Sulawesi itu keluar. Mudah-mudahan program2 Komisi SSI ini terus berjalan di kepengurusan Pak Luthfi. Pak Djuhaeni sebagai Ketua Komisi SSI masa kerjanya juga masih berlangsung s/d 2007 (5tahun dr 2002), jadi masih cukup waktu merampungkan beberapa workshop da
Re: [iagi-net-l] Butuh info : F. Citalang dan F. Subang
Bersama beberapa lulusan muda di Geo-Unpad, tahun 2001-2002 saya pernah ikut mengevaluasi formasi-formasi ini secara regional, terutama dalam hubungannya dengan perubahan hubungan geometri cekungan antara Bogor Trough dengan West Java (NW Java Basin) post-Pliosen. Evaluasi itu dipublikasikan dalam tiga paper : (1) Raharjo et al. (2002) : Perkiraan inversi sesar Baribis serta peranannya terhadap proses sedimentasi dan kemungkinan adanya reworked source pada endapan turbidit setara Talang Akar - Buletin Khusus Geologi ITB (Memperingati Masa Purnabakti Prof Soejono Martodjojo), (2) Satyana et al. (2002) :New observations on the evolution of the Bogor Basin, West Java - opportunities for turbidite hydrocarbon play -Buletin Khusus ITB seperti no. 1, dan (3) Satyana and Armandita (2004) : Deepwater plays of Java, Indonesia : regional evaluation on opportunities and risks - IPA Deepwater Symposium Asia AustralAsia. Saya pikir tak sulit mencari publikasi2 itu. Secara ringkas, Formasi Citalang berumur N21-N22 (Plio-Pleistosen) merupakan endapan volkanik-klastik pada lingkungan nonmarin-transisi, dan merupakan endapan pertama yang mengarah dari selatan ke utara setelah Bogor Trough dan West Java Basin membentuk level yang sama, sekaligus membuktikan pengangkatan Bogor Trough dan berakhir dengan terinversikannya Sesar Baribis. Formasi Subang (lempung) yang tersingkap akan lebih ke selatan mendekati Kab. Sumedang di tempat pengangkatan lebih intensif. Formasi Subang (N18-N21), Pliosen dibentuk dalam lingkungan transisi-shallow marine, dalam kondisi Bogor Trough dan West Java Basin pada level space of accommodation yang sama. Untuk menjadi anggota milis IAGI, saya pikir bisa aplikasi langsung ke [EMAIL PROTECTED] dan menjawab sesuai prosedur yang nanti dikirim balik. Atau, Pak Paulus Allo dan Pak Rovicky yang selama ini mengadministrasi milis ini punya info lain. salam, awang Wayan Ismara Heru Young [EMAIL PROTECTED] wrote: Yth milister IAGI, Rekan saya sedang melakukan penelitian lapangan di daerah Purwakarta bagian Timur Laut. Saat ini literatur yang menjadi pegangannya hanya dari Martodjojo (tahun '84). Apakah ada yang bisa memberikan referensi lain yang lebih baru? dibawah juga saya paste beberapa pertanyaan yang mungkin Bapak2/Ibu2 bisa bantu menjawabnya. untuk pertanyaannya terakhir sebenarnya banyak yang tanya juga: apakah milis IAGI terbuka untuk umum? daftarnya kemana? dsb.. hatur nuhun, .heru. -- forwarded part --- Kemudian mengenai formasi citalang yang tersingkap di purwakarta bagian timur laut, sekitar sungai Ciherang, apakah ada yang memiliki info mengenai umur, litologi, lingkungan pengendapan dan lokasi tipenya? terakhir: apakah di daerah itu terdapat lempung formasi subang atau tidak? (tersingkap maupun tidak) oh iya, bagaimana caranya ikut gabung dengan milis IAGI ya? trims, Rizky S. - Yahoo! Mail Use Photomail to share photos without annoying attachments. - Yahoo! Mail Use Photomail to share photos without annoying attachments.
Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin
Ngimbang (synrift) - Oligocene Kujung Shale - Miocene Tuban Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya dari mana ? Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di ...? Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence, Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur lebih muda (cmiiw) ? Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene. Komen anda sangat saya harapkan Thanx RDP On 2/21/06, Awang Satyana wrote: Abah, Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses. Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak cepat sebab berlomba dengan terminasi blok. Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga gagal didelineasi Pertamina. Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar, mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya. Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1). Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di Kangean. Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur. Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya sehingga bisa membangun model genesisnya. Sebagian kajian itu saya publikasi di IPA belum lama yl (Satyana Purwaningsih, 2003) beserta dengan kajian regional geochemistry East Java Basin. Gas di Tawun Kepodang jelas biogenik dengan kandungan C1 99.82 % dan isotop karbon -67 per mile dan isotop deuterium -198 per mile. Tetapi, gas di Prupuh Kepodang menunjukkan percampuran dari sumber termogenik. Gas di Paciran Terang Sirasun juga biogenik dengan C1 99.5 % dan isotop karbon serta deuterium masing2 -65 per mile dan -185 %. Kemudian, genesis gas biogenik di Kepodang dan Terang Sirasun lain proses dan mekanismenya. Data gas geochemistry menunjukkan bahwa Terang Sirasun biogenic gas akibat carbonate reduction di lingkungan marine atau hypersaline lacustrine karena isotop deuterium metan-nya lebih berat, sedangkan gas biogenik Kepodang akibat bacterial methyl-type fermentation di terrestrial fresh water (lacustrine) dengan isotop deuterium metan yang lebih negatif. Ini sesuai dengan setting geologi regional Jawa Timur yang umumnya miring ke arah timur, sehingga lebih marin ke timur, terutama sejak Neogen sampai sekarang. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan rekan Sebagaimana kita ketahui , NE Java Basin saat ini merupakan salah satu region yang cukup rapai dengan aktifitas eksplorasi. Setahu saya hampir semua kumpeni melakukan eksplorasi untuk mencari HC di Kujung Unit - I , kecuali mungkin Lapindo Brantas . Walaupun saya dengar sumur eksplorasinya yang sekarang (lupa namanya) mempunyai objektif Ngimbang. Salah satu yang memproduksikan gaa dari klastik adalah Kepodang , yaitu dari pasir Formasi Tawun . Juga diketahui bahwa gas yang diproduksikan adalah biogenic, apakah ada yang mengetahui bagaimana kira kira genesa gas ini
Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin
temperatur reservoirnya tak boleh melebihi 80 deg C, kalau lebih, ia akan cracking ke thermogenic gas. Gas di Kepodang asal Tawun shales, bisa dimodeling kapan ia generasi biogenic gas dan kapan mengisi Kepodang. Hanya satu syarat : tak boleh melebihi temperatur 80 deg C. Maka, tak mungkin biogenic gas dihasilkan dari Ngimbang sebab Ngimbang sudah overmature untuk biogenic gas. Kalau mixing sih OK saja, seperti terjadi di Oyong, ada biogenic-thermogenic gas, ada juga oil, atau di Tanggul Angin Lapindo. Tak perlu TOC cut off tinggi untuk biogenic gas generation, 1.0 % TOC sudah cukup, tetapi ia perlu rapid deposition dan restricted basin. Syn-rift graben, sulit memang datingnya sebab Eocene Ngimbang kebanyakan non-marine dan data polen-nya belum lengkap. Tetapi evaluasi regional menunjukkan memang bisa makin muda ke timur. Saya sementara berpendapat pembentukan graben2 di East Java ini akibat ikutan rifting di Makassar Strait yang bersamaan waktunya dengan gerak roll-back akibat perlambatan subduction di wilayah ini pada Eosen, dan sama sekali tak berhubungan dengan RMKS sebab RMKS post mid-Miocene. Tapi RMKS mengover-print-nya dengan cara makin menenggelamkan atau mengangkatnya iya. Karena gerak rifting Makassar dan rollback basement berjalan dari barat ke timur, maka umur rifting makin muda ke timur. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 21, 2006 3:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin Nah saya ada pertanyaan buat Pak Awang yg sudah nguprek2 Jawa Timur ini. Ada 3 kemungkin source di EJB (East Java Basin). - Eocene Ngimbang (synrift) - Oligocene Kujung Shale - Miocene Tuban Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya dari mana ? Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di ...? Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence, Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur lebih muda (cmiiw) ? Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene. Komen anda sangat saya harapkan Thanx RDP On 2/21/06, Awang Satyana wrote: Abah, Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses. Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak cepat sebab berlomba dengan terminasi blok. Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga gagal didelineasi Pertamina. Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar, mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya. Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1). Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di Kangean. Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur. Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya sehingga bisa membangun model
Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin
data polen-nya belum lengkap. Tetapi evaluasi regional menunjukkan memang bisa makin muda ke timur. Saya sementara berpendapat pembentukan graben2 di East Java ini akibat ikutan rifting di Makassar Strait yang bersamaan waktunya dengan gerak roll-back akibat perlambatan subduction di wilayah ini pada Eosen, dan sama sekali tak berhubungan dengan RMKS sebab RMKS post mid-Miocene. Tapi RMKS mengover-print-nya dengan cara makin menenggelamkan atau mengangkatnya iya. Karena gerak rifting Makassar dan rollback basement berjalan dari barat ke timur, maka umur rifting makin muda ke timur. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 21, 2006 3:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin Nah saya ada pertanyaan buat Pak Awang yg sudah nguprek2 Jawa Timur ini. Ada 3 kemungkin source di EJB (East Java Basin). - Eocene Ngimbang (synrift) - Oligocene Kujung Shale - Miocene Tuban Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya dari mana ? Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di ...? Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence, Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur lebih muda (cmiiw) ? Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene. Komen anda sangat saya harapkan Thanx RDP On 2/21/06, Awang Satyana wrote: Abah, Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses. Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak cepat sebab berlomba dengan terminasi blok. Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga gagal didelineasi Pertamina. Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar, mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya. Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1). Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di Kangean. Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur. Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya sehingga bisa membangun model genesisnya. Sebagian kajian itu saya publikasi di IPA belum lama yl (Satyana Purwaningsih, 2003) beserta dengan kajian regional geochemistry East Java Basin. Gas di Tawun Kepodang jelas biogenik dengan kandungan C1 99.82 % dan isotop karbon -67 per mile dan isotop deuterium -198 per mile. Tetapi, gas di Prupuh Kepodang menunjukkan percampuran dari sumber termogenik. Gas di Paciran Terang Sirasun juga biogenik dengan C1 99.5 % dan isotop karbon serta deuterium masing2 -65 per mile dan -185 %. Kemudian, genesis gas biogenik di Kepodang dan Terang Sirasun lain proses dan mekanismenya. Data gas geochemistry menunjukkan bahwa Terang Sirasun biogenic gas akibat carbonate reduction di lingkungan marine atau hypersaline lacustrine karena isotop deuterium metan-nya
Re: [iagi-net-l] carbonate reef dan platform
Sebenarnya, jangan memisahkan carbonate platform dengan reef complexes-nya. Mereka terjadi bersamaan, sharing space dan punya hubungan temporal. Apa yang dialami platform akan mempengaruhi reef complex-nya. Apa tipe platform akan mempengaruhi tipe reef-nya. Dan, prediksi tipe reef yang berkembang akan diperoleh dari pemelajaran platform faciesnya. Dua publikasi ini sangat penting, dan saya pikir the best untuk menerangkan hubungan carbonate platform dan reef complex-nya : (1) J.F. Read (1985) : Carbonate Platform Facies Models -AAPG Bull v. 69, no. 1, p. 1-21. (2) M.W. Longman (1981) : A Process Approach to Recognizing Facies of Reef Complexes SEPM Special Publication no. 30, p. 9-40 (saya hanya punya fotokopy-nya, yang AAPG Bull bisa dicari sih pdf.nya). Mengevaluasi secara regional reef complex tanpa melibatkan history platform facies-nya adalah hal yang mustahil. sifat reservoir, baik di reef-nya maupun di platform-nya tak bisa lepas dari evolusi geologi yang dialami keduanya. Dua publikasi di atas sangat membantu saya saat mempelajari Kais carbonate platform dan reef-nya di Salawati Basin (Satyana, 2003 : Re-evaluation of the sedimentology and evolution of the Kais carbonate platform, Salawati Basin, Eastern Indonesia : exploration significance - IPA 29th annual convention). Jadi Ferdi, coba deh mengusahakan mencari dua publikasi di atas dari Fred Read dan Mark Longman itu, pasti semua pertanyaan Anda akan terjawab, atau coba cek lagi posting saya beberapa minggu lalu di milis ini soal karbonat, sedikit banyak sudah mengena ke situ. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah ada perbedaan kondisi dari sistem pembentukan carbonate reef dan carbonate platform...? dan apakah kondisi pembentukan yang berbeda itu menyebabkan karakteristik reservoir yang berbeda (porosity, permeability dsb)? apa saja perbedaan karakteristik carbonate reef dan carbonate platform...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!
Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin
cara makin menenggelamkan atau mengangkatnya iya. Karena gerak rifting Makassar dan rollback basement berjalan dari barat ke timur, maka umur rifting makin muda ke timur. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 21, 2006 3:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin Nah saya ada pertanyaan buat Pak Awang yg sudah nguprek2 Jawa Timur ini. Ada 3 kemungkin source di EJB (East Java Basin). - Eocene Ngimbang (synrift) - Oligocene Kujung Shale - Miocene Tuban Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya dari mana ? Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di ...? Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence, Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur lebih muda (cmiiw) ? Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene. Komen anda sangat saya harapkan Thanx RDP On 2/21/06, Awang Satyana wrote: Abah, Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses. Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak cepat sebab berlomba dengan terminasi blok. Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga gagal didelineasi Pertamina. Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar, mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya. Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1). Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di Kangean. Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur. Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya sehingga bisa membangun model genesisnya. Sebagian kajian itu saya publikasi di IPA belum lama yl (Satyana Purwaningsih, 2003) beserta dengan kajian regional geochemistry East Java Basin. Gas di Tawun Kepodang jelas biogenik dengan kandungan C1 99.82 % dan isotop karbon -67 per mile dan isotop deuterium -198 per mile. Tetapi, gas di Prupuh Kepodang menunjukkan percampuran dari sumber termogenik. Gas di Paciran Terang Sirasun juga biogenik dengan C1 99.5 % dan isotop karbon serta deuterium masing2 -65 per mile dan -185 %. Kemudian, genesis gas biogenik di Kepodang dan Terang Sirasun lain proses dan mekanismenya. Data gas geochemistry menunjukkan bahwa Terang Sirasun biogenic gas akibat carbonate reduction di lingkungan marine atau hypersaline lacustrine karena isotop deuterium metan-nya lebih berat, sedangkan gas biogenik Kepodang akibat bacterial methyl-type fermentation di terrestrial fresh water (lacustrine) dengan isotop deuterium metan yang lebih negatif. Ini sesuai dengan setting geologi regional Jawa Timur yang umumnya miring ke arah timur, sehingga lebih marin ke timur, terutama sejak Neogen sampai sekarang. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan rekan Sebagaimana kita ketahui
Re: [iagi-net-l] Marine syn-rift
Herry, Urutan sedimen dan bentuk/evolusi cekungan2 di sekeliling Sundaland ini (NSB, CSB, SSB, Sunda/Asri, West Java, East Java, Barito, South Sulawesi, dan Natuna) kalau kita lihat memang menunjukkan karakter yang sama dari pre-, syn-, post-rift, dan sagging sequence-nya. Hanya, saat inisiasinya berbeda. Cekungan2 yang ada di timur Sundaland lebih dulu mulainya (lebih tua). Pre-rift adalah umumnya basement cekungan2 ini yang isinya bisa batuan beku atau sedimen yang umumnya sudah termetamorfosakan. Syn-rift sediments-nya adalah umumnya endapan2 non-marin, shallow lakustrin atau deep lakustrin misalnya : Lower Tanjung, Salo Kalupang, Malawa, Ngimbang, Banuwati, Kikim, Jatibarang, Pematang, Lama, Bruksah, Banuwati, Lower Talang Akar, Lower Gabus. Post-riftnya : Keras, Menggala, Bampo, Upper Tanjung, Upper Talang Akar, Upper Gabus, Barat, Bekasap, Berai. Sagging-nya umumnya endapan karbonat seperti Baturaja, Berai, Cibulakan, Kujung, Tonasa, dan formasi dominan serpih seperti Baong, Gumai, Telisa, dan Tuban. Itu hanya gambaran regional, detail-nya bergeser2 sedikit antara formasi dan sekuen rifting-saggingnya. salam, awang Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Apa syn-rifts yg ada di Sundaland, dan proto SCS, mempunyai karakteristik yang sama satu dengan yg lain, artinya mulai dari pre-, syn- dan post-rift serta sag phase? Herry Awang Satyana wrote: Wah saya tak bilang syn-rift tak bisa marin. Coba deh diperjelas dulu definisi syn-rft yang jadi diskusi ini, sebab syn rift itu tak hanya syn-rift as a whole, ia juga punya banyak stages-nya seperti peri-graben, inferior, dst sampai ke late syn-rift yang memang marin menjelang post-rift dan sagging. Saya hanya menyoroti bahwa itu non-marine untuk early stages of syn-rift. Saya pikir Christ Morley banyak menganalogikan soal syn-rift nya dari beberapa penelitian lapangannya di East African Rift System. Coba cek di AAPG Bull. Dan, jangan lupa mengaitkannya ke sejarah termal mantel di bawahnya, sebab rifting hanya ekspresi di crust, ada domain termal yang mengendalikannya di bawah sana. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Marine syn-rift why not ? Hydrocarbons in rift basins: the role of stratigraphy By Joseph J. Lambiase and Christopher K. Morley yg diterbitkan Royal Society. Menyebutkan ada kemungkinan juga bahwa syn-rift terisi oleh marine sedimen. Namun dalam jumlah minyak yg dihasilkan oleh source rock synrift sesuai statistic yg dibuat oleh Morley, (1999), hanya 1 % yg berupa simple syn-rift marine, 1% untuk marine synrift and pasive margin, namun 53% untuk marine synrift and sag. === quote The distribution of the reserves is skewed very heavily towards rifts that have a sag basin associated with them; ca. 88% of all the reserves, or 1:79 1011 barrels, occur in rifts with sag basins (figure 13). Marine syn-rift and sag basins account for approximately 1:06 1011 barrels, or 53% of the total, while 4:8 1010 barrels, or 24%, occur in non-marine syn-rift and sag basins and 13% (2:5 1010 barrels) in non-marine syn-rift and marine sag basins. Surprisingly, marine simple rifts account for only 1% or 2 109 barrels. == end quote Pasti deh kepingin papernya :) aku cuplik abstractnya saja ya dibawah sana ... RDP == Hydrocarbons in rift basins: the role of stratigraphy J. J. Lambiase, C. K. Morley Abstract: Hydrocarbon occurrence and distribution in rift basins is largely a product of the stratigraphic succession in the syn- and post-rift phases of basin evolution. Most of the known reserves of recoverable hydrocarbons occur in rifts with post-rift sag basins and in those basins that are dominated by marine fill. Simple rifts and passive margins are significantly less prolific. Key factors are the style of post-rift tectonics and whether the basin fill is dominated by non-marine or marine strata. Tectonically derived topography is the prime control on both sedimentary processes and facies distribution, which results in a consistent geographical and stratigraphic distribution of hydrocarbon source rocks, reservoirs and seals in syn-rift successions. Potential reservoirs are abundant throughout the syn- and post-rift successions and include a wide variety of sandstone and, less commonly, carbonates. Source rocks occur less frequently and are restricted to specific stratigraphic horizons; their presence or absence is one of the limiting factors in hydrocarbon distribution. Good seals tend to be uncommon in continental syn-rift successions and their absence often prevents the formation of hydrocarbon accumulations. Seals are more common in post-rift successions and widespread in marine syn-rift successions. The reserve distribution is largely controlled by seal distribution, which is best in sag-basin successions and in basins filled with marine strata. A strategy for the efficient exploration of rift basins can be derived from post-rift basin geometry
RE: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Apa yang mau jadi endapan marin di Kutei syn-rift ? Tetap saja sekuennya sama dengan cekungan2 lain di sekeliling Sundaland yang syn-riftnya (early) dicirikan oleh endapan nonmarin atau shallow-deep lacustrine. Di Natuna pun tak ada bukti marine synrift, di situ berkembang shallow-deep lacustrine seperti juga di Central Sumatra Basin dan Asri/Sunda (Pematang-Banuwati). Oil geochemistry dengan kuat menunjukkan oil asal lakustrin yang diendapkan di synrift Belut/Keras/Lama. Upper Kutei Basin di wilayah Semayang, Ritan dan Maruwai punya sedimen syn-rift yang nonmarin : Kiham Haloq yang konglomeratik. Naik ke lebih muda, ada Batu Ayau dan Batu Kelau atau mungkin Mangkupa yang merupakan sedimen late syn-rift dan mungkin marin sebab didominasi serpih. Yang full marine ada Kedango-Sekerat limestone, tetapi itu banyaknya sudah merupakan endapan post-rift dan sagging. Maka di Indonesia (Barat) tetap early syn-rift nonmarin dan late syn-rift sebagian marin. salam, awang Rudhy Tarigan [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Koesoema Yth,... Kalau di Kutai basin gimana pak,apakah mungkin terbentuk Marine Syn-rift juga ?? Mengingat di Selat Makassar itu juga ternyata nggak pernah terjadi Spreading Centre ( Paper Robert Hall et al, IPA Proc. 2005 ) Hanya terjadi Continental Crust thinning saja dari kenampakan seismic nya ( E-W )..atau paling tidak akan terbentuk submarine seabed didaerah Deep Water nya ? Apakah pada saat dia Foreland basin atau pada saat Passive margin terbentuknya Marine Syn-rift itu ? Bagaimana menurut pendapat bapak ? Terimakasih atas infonya. Salam, Rudhy Tarigan -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 23, 2006 9:32 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Ikut nimbrung. Marine synrift memang ada, tetapi tetap berada di continental crust. North Sea itu berada di atas continental crust, juga seperti di Natuna Tetapi kalau berada di oceanic crust belum pernah dengar, biasanya langsung jadi terjadi spreading center. Jadi harus dibedakan antara oceanic crust dengan submarine seabed, yang bisa juga berada di atas continental crust. - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: Minarwan ; Sent: Thursday, February 23, 2006 7:06 AM Subject: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Ini salah satu diskusi dengan Minarwan, geologist yg calon doktor di Ustrali. On 2/23/06, Minarwan wrote: Marine syn-rift yang dibicarakan Joe sama Chris memang marine synrift mulai dari early sampe late syn-rift Mas. Itu ada di halaman 891 dan 892. Contoh marine syn-rift source rock ada di North Sea dan Sirte Basin. Kalo dari North Sea Basin, source rock utamanya adalah Late Jurassic Kimmeridge Clay cuman aku gak ingat pengendapannya di setting apa. Mungkin juga source rock lain bisa juga. Uniknya Mas, John Underhill bilang North Sea itu udah pernah rifting pada periode Permian dan Triassic, lalu sejak Early Jurassic menjadi post-rist (thermal subsidence), kemudian ada doming sejak latest Early Jurassic sampe ke Middle Jurassic, lalu domenya kolaps, ekstensi terjadi lagi di Late Jurassic (Kimmeridge Clay diendapkan) sampe earliest Cretaceous. Cerita multiple rifting ini mirip dengan yang di Otway basin selatannya Victoria yah. Rifting pertama di kontinen, extensi kedua di marginal marine. Di situ ada papernya kok Mas, kalo Mas Vicky mau memburu marine synrift source rock ini. min - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Ini kutipan dari John Allen dan Phillip Allen (1990) penulis buku Basin Analysis : Principles and Applications, yang banyak digunakan secara luas dan jadi rujukan dalam kursus2 Basin Analysis, tentang syn-rift (page 234). The nature of the sedimentary fills of a rift basin depends on its climatic zone, uplift pattern of the rift shoulders or arches acting as sediment sources or barriers, subsidence rate of central rift valleys determining alluvial base levels and lake water depths, and tectonic evolution of linked extensional fault systems. The broad features of the initial deposits of rifts are that they are predominantly non-marine, comprising arkosic, commonly volcaniclastic fluviatile deposits, lacustrine (fresh-water or evaporitic) and aeolian deposits. These sediment types typify syn-rift sequences and can be very extensive. Fault-controlled subsidence commonly outpaces sedimentation at later stages of rift development encouraging marine incursions. Shallow marine sediments may be overlain by deeper marine sediments as the rift evolves towards a site of sea floor spreading. Dan, saya pikir kita semua tahu bahwa apa yang mereka kemukakan itu merupakan ciri utama synrift sequence di cekungan2 Indonesia (Barat). salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Ini salah satu diskusi dengan Minarwan, geologist yg calon doktor di Ustrali. On 2/23/06, Minarwan wrote: Marine syn-rift yang dibicarakan Joe sama Chris memang marine synrift mulai dari early sampe late syn-rift Mas. Itu ada di halaman 891 dan 892. Contoh marine syn-rift source rock ada di North Sea dan Sirte Basin. Kalo dari North Sea Basin, source rock utamanya adalah Late Jurassic Kimmeridge Clay cuman aku gak ingat pengendapannya di setting apa. Mungkin juga source rock lain bisa juga. Uniknya Mas, John Underhill bilang North Sea itu udah pernah rifting pada periode Permian dan Triassic, lalu sejak Early Jurassic menjadi post-rist (thermal subsidence), kemudian ada doming sejak latest Early Jurassic sampe ke Middle Jurassic, lalu domenya kolaps, ekstensi terjadi lagi di Late Jurassic (Kimmeridge Clay diendapkan) sampe earliest Cretaceous. Cerita multiple rifting ini mirip dengan yang di Otway basin selatannya Victoria yah. Rifting pertama di kontinen, extensi kedua di marginal marine. Di situ ada papernya kok Mas, kalo Mas Vicky mau memburu marine synrift source rock ini. min - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Yahoo! Mail Use Photomail to share photos without annoying attachments.
RE: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Ya, waktu itu kebetulan saya yang menanyakan kepada mahasiswa bimbingannya di forum IPA (Sinchia Dewi - Unocal/Chevron) sebab interpretasinya berbeda dengan publikasi Steve Moss (yang juga anggota SE Research Group - Robert Hall) di AAPG Bali 2000 yang mengatakan bahwa oceanic crust muncul di bawah North Makassar; sementara menurut publikasi Sinchia dan Nuraini (Eni -University of London) hanya attenuated continental crust di bawah North Makassar Strait itu. Saya menanyakan, apa sebenarnya pendapat resmi SE Research Group tentang kerak di bawah North Makassar itu. Dijawab langsung oleh Robert Hall yang juga ada di ruangan itu bahwa suatu interpretasi bisa berubah dengan bertambahnya data. Data dan analisis apa yang bertambah ? Setahu saya produk analisis SE Research Group untuk masalah basement Makassar Strait yang lengkap ada di publikasi Moss (2000) itu, juga Sardjono -P3G (AAPG Bali 2000) yang menggunakan modeling gayaberat untuk mendekati masalah ini. Publikasi Sinchia (2005) itu lebih menyoroti masalah kontras structural style antara utara dan selatan offshore di depan Lariang Basin, West Sulawesi. Mungkin Nuraini bisa kontribusi yang lebih lengkap ? Tetapi, studi terbaru tidak dipublikasi Unocal berdasarkan modeling dan analisis data gayaberat regional, cukup meyakinkan bahwa tak ada kerak oseanik di bawah North Makassar Strait. salam, awang Iman Argakoesoemah [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau tidak salah dengar, berdasarkan interpretasi seismik, Robert Hall pada IPA tahun lalu mengatakan bahwa di Makasar Strait tidak terjadi oceanic spreading. Thanks. Iman -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, February 25, 2006 12:53 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda. Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin contoh adalah Makassar Strait Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional, tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk rift-grabens yang bersifat transtensional. Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center, lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya. Makanya secara definisi istilah grabens ini bukan rift dalam pengertian aselinya. RPK - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: Cc: Minarwan ; Sent: Friday, February 24, 2006 3:26 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Pak Awang, Barangkali yg disebut rift (rift definition) ini yg tidak sama antara Lambiase dan Morley dengan geologist lainnya. Tapi saya kira rift di Sunda margin bukan seperti rift yg di cratonic yg kalau berlanjut sempurna akan menjadi seafloor spreading. Dibawah rift2 di Sunda Craton ini tidak ada indikasi thermal yg kalau berlanjut menjadi spreading. Sepertinya Sunda Craton Margin ini diakibatkan oleh Subduction Roll Back sehingga kalau kita gambarkan bisa ada yg berupa cratonic interior rift dan cratonic edge rift (versi Longley), dan kalau craton edge rift ini berada pada daerah marine apakah tidak mungkin ? RDP On 2/24/06, Awang Satyana wrote: Ini kutipan dari John Allen dan Phillip Allen (1990) penulis buku Basin Analysis : Principles and Applications, yang banyak digunakan secara luas dan jadi rujukan dalam kursus2 Basin Analysis, tentang syn-rift (page 234). The nature of the sedimentary fills of a rift basin depends on its climatic zone, uplift pattern of the rift shoulders or arches acting as sediment sources or barriers, subsidence rate of central rift valleys determining alluvial base levels and lake water depths, and tectonic evolution of linked extensional fault systems. The broad features of the initial deposits of rifts are that they are predominantly non-marine, comprising arkosic, commonly volcaniclastic fluviatile deposits, lacustrine (fresh-water or evaporitic) and aeolian deposits. These sediment types typify syn-rift sequences and can be very extensive. Fault-controlled subsidence commonly outpaces sedimentation at later stages of rift development encouraging marine incursions. Shallow marine sediments may be overlain by deeper marine sediments as the rift evolves towards a site of sea floor spreading. Dan, saya pikir kita semua tahu bahwa apa yang mereka kemukakan itu merupakan ciri utama synrift sequence di cekungan2 Indonesia (Barat). salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote
Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Pak Koesoema, Mungkin yang dimaksud dengan intrusion tectonics adalah extrusion tectonics ?(Tapponier, Peltzer, Le Dain, Armijo, Cobbold, 1982, Propagating extrusion tectonics in Asia, new insights from simple experiments with plasticene, Geology 10, p. 611-616). Tetapi, extrusion tectonics akan terjadi bersamaan dengan gerak roll-back di back-arc basin akibat perlambatan subduction. Ada collision India vs Eurasia di 50 Ma, collision akan memperlambat subduction (halted), halted subduction akan menyebabkan roll-back, dan collision juga akan menyebabkan megashears yang memencar keluar dari pusat collision, megashears manifestasinya transtension yang sekaligus bisa membuka cekungan baik oleh mekanisme pull-apart maupun splay-nya yang extension. Jadi, saya pikir, inisiasi basin2 di Sundaland itu oleh kombinasi berbagai gaya, ya rollback, ya transtension-extrusion. Khusus East Java Basin, rifts yang NE-SW nya (Central Deep dkk.) akan sejajar dengan subduction yang saat itu tengah swing menuju NE dari Late Cretaceous ke Paleogen, jadi saya pikir wajar saja kalau itu dibentuk oleh gerak roll-back. Juga, kelihatannya ia berhubungan dengan gerak rifting pemisahan Sulawesi dari Kalimantan. salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda. Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin contoh adalah Makassar Strait Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional, tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk rift-grabens yang bersifat transtensional. Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center, lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya. Makanya secara definisi istilah grabens ini bukan rift dalam pengertian aselinya. RPK - Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!
Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00
Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian. Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya buntu. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Koreksi: Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an Salam Andang Bachtiar Exploration Think Tank Indonesia On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote: FYI Bagi rekan-rekan domisili di Jakarta yg tertarik tentang Operatorship Cepu Block yg kontroversial dan lama berlarut-larut itu. Silahkan menyimak di Trijaya FM Radio pada hari Senin 27 February 2006. Acara Talk Show ini direncanakan akan dihadiri oleh - Kardaya - BPMIGAS chairman - J Pane - Pertamina - Ramson - DPR Smoga anda dapat berpartisipasi, dan menyebarkan hasil talkshow tersebut ke rekan-rekan diluar Jakarta yg tidak sempat mendengarkan acara talkshow ini Salam RDP yg tidak bisa mendengarkan Trijaya FM -- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze.
Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Paleogene rift (syn-rift) Bengkulu Basin baik yang di Kedurang maupun Pagar Jati graben belum pernah tertembus sumur. Semua sumur yang ada di sini (a.l. Bengkulu A-1, Bengkulu A-2, Arwana) punya TD di sekuen post-rift dan sagging Oligo-Miocene. Di TD sumur2 itu litologinya serpih post rift bersama beberapa seams coal. Pemelajaran dari seismik dan singkapan seumur di onshore Bengkulu menunjukkan bahwa sekuen stratigrafi Bengkulu sama dengan Sumatra Selatan. Jadi syn-riftnya diisi ekivalen Lahat non-marine, lalu Talang Akar fluvio-deltaik (Fm. Hulu Simpang di onshore Bengkulu), kemudian post-rift dan sagging-nya diisi ekivalen Gumai shales (ini TD sumur2 tadi) (Fm. Seblat kalau di onshore Bengkulu), lalu Muara Enim (Lemau), dan Eburna carbonates (Pliosen, Simpang Aus kalau di onshore Bengkulu). Kemudian, berbeda dengan umumnya forearc basins yang terkenal dengan cool basin-nya, di Bengkulu malah punya GG 45-50 deg C/1000 meter, jelas ini panas, sehingga shales dan coal post-rift ekivalen Gumai matang. Karena persamaan stratigrafi dan GG-nya yang panas, Bengkulu Basin dianggap masih bagian dari South Sumatra Basin basinal areas. Marine-synrift malah mungkin ada di Mentawai Basin (kalau ia syn-rift), di Bose Graben, di situ awal stratigrafinya bukan nonmarin seperti cekungan2 Sumatra lainnya, tetapi justru serpih Formasi Sipora dan ada reef juga berumur sekitar Eosen Tengah. Tapi ini belum ditembus sumur. Umumnya fore-arc basins di Sumatra ia lebih marin di Neogen daripada tetangganya di back-arc basins; tetapi yang syn-riftnya lebih banyak mirip2 back-arc basins yang non-marin. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagi yg penasaran dengan marine rift basin sedimentation and architecture. Silahkan simak paper di AAPG Bulletin, V. 82, No. 1 (January 1998), P. 110146. berjudul :Architecture of Marine Rift-Basin Successions by : R. Ravnås and R. J. Steel. Dalam gambar dua disitu digambarkan perkembangan sebuah series rift basin yg di bagian dalam (interior) hingga yg kondisi marine (submerged). Barangkali dengan gambar2 ini bisa membuat spekulasi bahwa present day fore arc basin di selatan jawa dan barat sumatra berisi marine synrift. Ada yg tahu geology of Bengkulu basin fill ? RDP On 2/27/06, Awang Satyana wrote: Pak Koesoema, Mungkin yang dimaksud dengan intrusion tectonics adalah extrusion tectonics ?(Tapponier, Peltzer, Le Dain, Armijo, Cobbold, 1982, Propagating extrusion tectonics in Asia, new insights from simple experiments with plasticene, Geology 10, p. 611-616). Tetapi, extrusion tectonics akan terjadi bersamaan dengan gerak roll-back di back-arc basin akibat perlambatan subduction. Ada collision India vs Eurasia di 50 Ma, collision akan memperlambat subduction (halted), halted subduction akan menyebabkan roll-back, dan collision juga akan menyebabkan megashears yang memencar keluar dari pusat collision, megashears manifestasinya transtension yang sekaligus bisa membuka cekungan baik oleh mekanisme pull-apart maupun splay-nya yang extension. Jadi, saya pikir, inisiasi basin2 di Sundaland itu oleh kombinasi berbagai gaya, ya rollback, ya transtension-extrusion. Khusus East Java Basin, rifts yang NE-SW nya (Central Deep dkk.) akan sejajar dengan subduction yang saat itu tengah swing menuju NE dari Late Cretaceous ke Paleogen, jadi saya pikir wajar saja kalau itu dibentuk oleh gerak roll-back. Juga, kelihatannya ia berhubungan dengan gerak rifting pemisahan Sulawesi dari Kalimantan. salam, awang R.P. Koesoemadinata wrote: Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda. Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin contoh adalah Makassar Strait Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional, tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk rift-grabens yang bersifat transtensional. Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center, lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya. Makanya secara definisi istilah grabens ini bukan rift dalam pengertian aselinya. RPK - Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses! -- Peliknya arus BBM di Indonesia ... baru yg baru saja masuk Indonesia (Shell, Petronas dll) menarik utk dilihat. Banyak yg memiliki kepentingan dengan BBM ini. Masyarakat tentunya ingin agar BBM itu murah ... seterusnya di http
Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00
Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur eksplorasi yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur yang sama bisa 4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya kecil saja dari keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas produksi ? Pasti akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost recovery yang melangit kalau Exxon menang. Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? Pasti akan ada partnership yang tidak sehat. salam, awang Ariadi Subandrio [EMAIL PROTECTED] wrote: 1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun. 2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola dalam JO. Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon. Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU. Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal dengan menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG TEKNOLOGI dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. Jadi kurang lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum patut mengelola CEPU. lam-salam, ar-. Awang Satyana wrote: Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian. Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya buntu. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Koreksi: Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an Salam Andang Bachtiar Exploration Think Tank Indonesia On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote: FYI Bagi rekan-rekan domisili di Jakarta yg tertarik tentang Operatorship Cepu Block yg kontroversial dan lama berlarut-larut itu. Silahkan menyimak di Trijaya FM Radio pada hari Senin 27 February 2006. Acara Talk Show ini direncanakan akan dihadiri oleh - Kardaya - BPMIGAS chairman - J Pane - Pertamina - Ramson - DPR Smoga anda dapat berpartisipasi, dan menyebarkan hasil talkshow tersebut ke rekan-rekan diluar Jakarta yg tidak sempat mendengarkan acara talkshow ini Salam RDP yg tidak bisa mendengarkan Trijaya FM -- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. - Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. - Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!
RE: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00
Exxon standard worldwide diberlakukan. Contoh kasus AFE Banyu Urip. Exxon mengajukan untuk membangun airport kecil di Cepu buat mobilitas kru rig mereka dari Surabaya menggunakan pesawat. Alasannya jalan raya Cepu-Bojonegoro rawan kecelakaan lalu lintas. Safety is first membuat semuanya terasa berlebihan. Masih banyak contoh lainnya. Saat ExxonMobil mengajukan 15 juta USD untuk sumur Banyu Urip, kami (Pertamina MPS saat itu) lakukan diskusi2 alot beberapa kali sampai bisa dipotong ke 7 juta USD (termasuk penolakan pembuatan airstrip di Cepu itu). Saat dicek ke sumur, setengah kru rig ex-pat, nah bagaimana tak biaya tinggi ? salam, awang Iman Argakoesoemah [EMAIL PROTECTED] wrote: Apa kira-kira yang mnyebabkan biaya/sumur sampai begitu besar bedanya ? -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 27, 2006 10:35 AM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00 Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur eksplorasi yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur yang sama bisa 4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya kecil saja dari keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas produksi ? Pasti akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost recovery yang melangit kalau Exxon menang. Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? Pasti akan ada partnership yang tidak sehat. salam, awang Ariadi Subandrio wrote: 1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun. 2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola dalam JO. Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon. Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU. Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal dengan menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG TEKNOLOGI dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. Jadi kurang lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum patut mengelola CEPU. lam-salam, ar-. Awang Satyana wrote: Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian. Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya buntu. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Koreksi: Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an Salam Andang Bachtiar Exploration Think Tank Indonesia On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote: FYI Bagi rekan-rekan domisili di Jakarta yg tertarik tentang Operatorship Cepu Block yg kontroversial dan lama berlarut-larut itu. Silahkan menyimak di Trijaya FM Radio pada hari Senin 27 February 2006. Acara Talk Show ini direncanakan akan dihadiri oleh - Kardaya - BPMIGAS chairman - J Pane - Pertamina - Ramson - DPR Smoga anda dapat berpartisipasi, dan menyebarkan hasil talkshow tersebut ke rekan-rekan diluar Jakarta yg tidak sempat mendengarkan acara talkshow ini Salam RDP yg tidak bisa mendengarkan Trijaya FM -- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id
Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00
Soal SDM belum ada aturan ketat. Kalau yang masih dalam pengawasan BPMIGAS masih bisa dibatasi pemakaian ex-pat2 (company man) di sumur; tetapi ex-pat2 dari service companies yang ada di sumur (dan itu porsi terbanyak di Banyu Urip itu) di luar pengawasan langsung BPMIGAS. Untuk grade casing misalnya, belum ada aturan harus memakai grade sekian (supaya jangan berlebihan karena akan menaikkan anggaran). Berapa biaya harian maksimum wellsite geologist ex-pat, drilling supervisor, berapa banyak yang boleh diizinkan, dll. mestinya ada aturannya, sehingga saat negosiasi harga itu (yang selalu alot) kita tinggal menunjukkan surat2 keputusan saja. Belum ada. Memang ini menjadi tugas BPMIGAS dan saya dengar telah dikaji oleh fungsi2 terkait (Divisi Operasi Lapangan, Divisi Eksternal, dll) bekerja sama dengan lembaga independen seperti surveyor dll. Tetapi, hari gini, biaya sumur dan survey seismik memang melambung mengerikan ...! Maka aturan2 harus juga fleksibel mengantisipasinya. salam, awang Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau di aturan tim sepakbola, biasanya dibatasi cuma boleh pakai berapa orang saja import dan selebihnya harus pemain lokal. apa di dunia migas tidak bisa seperti ini, supaya tidak terlalu banyak londo-nya? atau memang aturannya tidak ada? tnx On 2/27/06, Awang Satyana wrote: Exxon standard worldwide diberlakukan. Contoh kasus AFE Banyu Urip. Exxon mengajukan untuk membangun airport kecil di Cepu buat mobilitas kru rig mereka dari Surabaya menggunakan pesawat. Alasannya jalan raya Cepu-Bojonegoro rawan kecelakaan lalu lintas. Safety is first membuat semuanya terasa berlebihan. Masih banyak contoh lainnya. Saat ExxonMobil mengajukan 15 juta USD untuk sumur Banyu Urip, kami (Pertamina MPS saat itu) lakukan diskusi2 alot beberapa kali sampai bisa dipotong ke 7 juta USD (termasuk penolakan pembuatan airstrip di Cepu itu). Saat dicek ke sumur, setengah kru rig ex-pat, nah bagaimana tak biaya tinggi ? salam, awang Iman Argakoesoemah wrote: Apa kira-kira yang mnyebabkan biaya/sumur sampai begitu besar bedanya ? -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 27, 2006 10:35 AM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00 Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur eksplorasi yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur yang sama bisa 4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya kecil saja dari keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas produksi ? Pasti akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost recovery yang melangit kalau Exxon menang. Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? Pasti akan ada partnership yang tidak sehat. salam, awang Ariadi Subandrio wrote: 1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun. 2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola dalam JO. Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon. Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU. Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal dengan menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG TEKNOLOGI dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. Jadi kurang lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum patut mengelola CEPU. lam-salam, ar-. Awang Satyana wrote: Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian. Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya buntu. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Koreksi: Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an Salam Andang Bachtiar Exploration Think Tank Indonesia On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote
RE: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin
Hanya abstract Abah, bahan presentasi lengkap ada di Pak Eddy Subroto (kelihatannya tak ada full paper, mungkin hanya extended abstract). salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Studi lengkap tidak dipublikasikan Abah, tetapi paper2-nya telah dipublikasikan di beberapa forum internasional. Yang biogenic gas pernah dipublikasikan di AAAPG (Asia-African Association of Petroleum Geochemists) di Beijing tahun 2004, yang Potensi Hidrokarbon Jateng Selatan dan Utara rencananya akan dipublikasikan di AAPG Perth 2006 ini. Awang ysh Apakah Anda memiliki copy publikasi diatas ? Kalau boleh , saya ingiiin sekali baca. Thanks Si- Abah. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!
Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Pak Koesoema, Mengulas kembali penelitian Nafrizal Sikumbang (1986) tentang Meratus dan studi non-publikasi Trend Energy Kalimantan (1988, dipublikasi di IPA oleh Kusuma dan Darin, 1989) kelihatannya rift/graben WNW-ESE di Barito lebih karena extension fracture oblique subduction sinistral di pinggir SE Kalimantan. Di sini sebagian kerak oseanik dari ujung barat Paternoster yang kontinen menyusup di bawah Schwaner secara oblik, sisanya obducted (Meratus Range). Alino Arc dan Paniungan beds adalah bukti akresi di tepi SE Sundaland ini. Relik oblique subduction ini menerus ke SW sampai ke Muriah bahkan ke Kebumen. Kalau melihat frekuensi plotting umur K-Ar batuan2 magmatik dan volkanik di Jawa kelihatannya volcanism di Jawa interrupted juga, hanya memang menerus tetapi sebatas background volcanism. Peak-nya terputus2, misalnya yang peak adalah saat Oligo-Miosen, Miosen Akhir-Pliosen, dan Kuarter. Saat peak, ia membentuk arc. Saat sekedar background ia tak membentuk arc - termasuk yang Eosen. Penenggelaman Randublatung mungkin ciri rollback, tetapi saya lebih melihat ia suatu triangle zone yang dipaksa turun oleh thrust sheet yang sangat tebal yang membebaninya dari dua arah vergency thrust yang berlawanan : Kendeng Zone yang northward verging dan Rembang Zone yang southward verging, Randublatung di sisi downblock kedua zone deformasi ini, dan ia dibebani volkaniklastik yang sangat tebal. salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih atas koreksinya mengenai extrusion. Tetapi saya tetap berpendapat bahwa tidak ada roll-back di back-arc basin, bahkan pada zaman Paleogene (kecuali di Paleocene, Kikim tuffs) tidak ada subduction sepanjang Sumatra, tetapi lebih bersifat transduction atau transform. Subduction baru muncul pertengahan Miocene, dengan munculnya Proto-Barisan. Di Jawa subduction telah berlangsung sejak Awal Tersier dengan interupsi, mengingat volcanism berlangsung terus sampai sekarang. Arah NNE-SSW di East Java basin tidak bisa diterangkan dengan roll-back, tetapi karena stretching karena rotasi East Sunda microcontinent yang menekan Meratus range, sehingga membentuk WNW-ESE rifting di Barito basin, dan merenggangkan kerak kontien di NE Java basin, sehingga terjadi penipisan kerak benua yang disebabkan NW-SE rifting. Titik pusat rotasi terdapat di ujung selatan dari Peg Meratus. Roll-back boleh jadi terjadi sekarang ini dengan adanya zona anomali gravitasi di Randublatung zone yang dapat merupakan awal daripada back-arc spreading. - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Sent: Monday, February 27, 2006 8:48 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Pak Koesoema, Mungkin yang dimaksud dengan intrusion tectonics adalah extrusion tectonics ?(Tapponier, Peltzer, Le Dain, Armijo, Cobbold, 1982, Propagating extrusion tectonics in Asia, new insights from simple experiments with plasticene, Geology 10, p. 611-616). Tetapi, extrusion tectonics akan terjadi bersamaan dengan gerak roll-back di back-arc basin akibat perlambatan subduction. Ada collision India vs Eurasia di 50 Ma, collision akan memperlambat subduction (halted), halted subduction akan menyebabkan roll-back, dan collision juga akan menyebabkan megashears yang memencar keluar dari pusat collision, megashears manifestasinya transtension yang sekaligus bisa membuka cekungan baik oleh mekanisme pull-apart maupun splay-nya yang extension. Jadi, saya pikir, inisiasi basin2 di Sundaland itu oleh kombinasi berbagai gaya, ya rollback, ya transtension-extrusion. Khusus East Java Basin, rifts yang NE-SW nya (Central Deep dkk.) akan sejajar dengan subduction yang saat itu tengah swing menuju NE dari Late Cretaceous ke Paleogen, jadi saya pikir wajar saja kalau itu dibentuk oleh gerak roll-back. Juga, kelihatannya ia berhubungan dengan gerak rifting pemisahan Sulawesi dari Kalimantan. salam, awang R.P. Koesoemadinata wrote: Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda. Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin contoh adalah Makassar Strait Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional, tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk rift-grabens yang bersifat transtensional. Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center, lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya. Makanya secara definisi istilah grabens ini
Re: [iagi-net-l] Batuan di Uluwatu?? (Pak Awang)
Pak Eddy, Terima kasih atas infonya, muda sekali ya gamping Uluwatu itu kalau menurut publikasi tersebut; secara regional tak menyambung dengan gamping2 Miosen di Jawa Selatan, melihat lingkungan tektoniknya yang lebih kurang sama antara Jawa-Bali pada saat itu ? Breksi volkanik yang saya lihat dan sampel ada di kompleks Uluwatu, setelah pintu masuk, berjalan terus ke kiri melewati pelataran tempat orang sembahyang, masih melewati titik tertingginya tempat biasa orang berfoto2 karena pemandangan ke bawah sangat spektakular tempat gamping digempur ombak Lautan Hindia, terus jalan semakin menyempit dan semak2 kelihatannya jarang dipotong. Dari situ keluar dari jalan, sedikit turun, di tebing agak curam, di situ tersingkapnya. Kondisi singkapan tak terlalu bagus, melapuk dan banyak tertutup vegetasi. Saya ke sana Desember 2004, kebetulan tepat hari2 tsunami membanjiri Aceh, sampel hanya dari rontokan saja. Saya tak mempelajarinya lebih jauh, hanya sekedar kebetulan ada singkapan, ya lihat2 dulu dan cari2 sampel rontokannya (siapa tahu kelak berguna) - maklum geologist, walaupun tujuan utamanya piknik saja. salam, awang I Gusti Bagus Eddy Sucipta [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang dan Pak Zaim, Dari peta Geologi Bali (Purbo-Hadiwidjojo, 1971) serta Kadar (1977), batugamping di Uluwatu itu sekitar Pliocene-Pleistocene dan merupakan batuan tertua yang tersingkap di Bali dan disebut sebagai Formasi Selatan dan Sorga. Formasi Ulakan yang saya sebut tersebut relatif diatas batugamping. Nah kalau Pak Awang nyampel batuan breksi volkanik itu tepat dibawah batugamping Uluwatu...berarti ada singkapan breksi volkanik yang relatif lebih tua. Alternatif lain...bisa juga batugamping Uluwatu serta breksi volkanik Pak Awang hanya menyilang jari mengingat Formasi Ulakan seringkali dijumpai dalam bentuk pillow lava. Mungkin itu informasi yang dapat saya berikan untuk diskusi ini. Salam, Eddy Sucipta Note: Pak Awang...bisa dong dibagi lokasi tepatnya breksi volkanik tersebut! Awang Satyana ¤µ¤ó¤Ï½ñ¤shy;¤Þ¤·¤¿: Yang di amfiteater GWK saya tak tahu pasti umurnya, mesti cek peta geologi dulu atau diperiksa umurnya. Memang yang di GWK lebih chalky seperti di Padalarang. Hanya yang di Uluwatu gamping yang kelihatannya sama dengan GWK menindih breksi volkanik yang memang masih jalur Old Andesite Jawa. Saya pernah melihat model singkapan seperti ini sejak dari Jampang di Sukabumi (gamping Bojonglopang di atas breksi volkanik Jampang), di Peg. Kidul (Wonosari di atas group Kebo Butak-Nglanggran) dan di Uluwatu ini. Baik Bojonglopang maupun Wonosari sekitar Miosen Tengah-Akhir. Dalam pikiran saya saat itu, baik GWK dan Uluwatu masih sejajar ke jalur selatan karbonat Pegunungan Selatan Jawa dan bahwa jalur Old Andesite masih menerus ke Nusa Tenggara, maka mungkin GWK limestone itu Miosen Tengah juga. Hanya tentu cek umur yang akan menentukannya, atau kalau skalanya cukup bisa dicek di peta geologi P3G ? Kalau yang diteliti Mbak Wati di Tuban (Tanjung Kodok ?) itu kan model2 karbonat muda yang memang umumnya ada di utara Jawa dan bukan di selatan Jawa. Kelihatannya GWK jauh ke selatan dari jalur Paciran limestone ini. Atau, saya terlalu terpengaruh paper yang baru saya tulis (Satyana, 2005, Oligo-Miocene carbonates of Java, Indonesia : Tectonic-Volcanic Setting and Petroleum Implications - IPA) ? Silakan dikoreksi oleh rekan2 yang punya data umur karbonat GWK. Yang jelas, pemandangan amfiteater gamping di GWK sangat spektakular, di puncak bukit yang anginnya sejuk. Boleh juga sekali2 mengadakan field-trip karbonat ke sana. salam, awang I Gusti Bagus Eddy Sucipta [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze.
Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00
Pak Noor, Standard cost drilling, survey, studi sedang dikerjakan teman2 dari bagian bor, survey, dan finance BPMIGAS. Hanya, kelihatannya tersendat2, sehingga belum juga bisa dipakai saat diskusi harga2 proyek. Terpaksa kami membanding2kan saja dan melihat harga2 quotation dari service companies. Aturan cost recovery 100 % yang membebani kita. Dalam beberapa kasus pelanggaran yang disengaja memang kita bisa berlakukan non-cost recovery. Kalau cost sudah melewati plafon BPMIGAS, itu tak di-cost recovery, bagus kelihatannya, hanya tak gampang pelaksanaannya. Bagaimana kalau di website rig saja harga deepwater rig daily rate-nya sudah 350.000 - 450.000 USD ?! Berapa besar AFE sumur ? Mengerikan ! salam, awang Noor Syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Seingat saya pada waktu forum explo tahun 2001 (cmiiw), BP Migas berencana membuat bench marking soal operational cost ini. Setelah itu maka setiap usulan AFE akan dibandingkan dengan ambang batas yang normal dari operasi sejenis di sekitar blok tsb. Dan ujungnya cost recovery hanya berdasar ambang batas ini, kalau operator mau menetapkan standar sendiri ya monggo saja, tapi non-cost recovery. Mungkin kalau ini bisa direalisasikan, kasus mobil ini bisa lebih mudah pemecahannya. Soal standar..he..he... itu sih mainan operator besar yang suka aneh-aneh saja. lagian emang setiap ngebor sumur mereka akan bikin air strip sendiri..:-). Mengikuti soal Exxon ini kok makin lama makin tambah mirip dengan yang ditulis John Perkins itu yah... bikin mimpi seindah mungkin (bisa proyeksi petumbuhan ekonomi atau bisa juga proyeksi produksi atau cadangan minyak), dan akhirnya negara tergadai karenanya. Jadi jangan kaget kalau soal airstrip ini nanti bisa jadi akan dijual ke bupati cepu dan karenanya beliau merasa akan mendapat hibah infrastruktur:-). Akibatnya BP Migas tentu akan mendapat dua lawan jadinya. a+ - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Sent: Monday, February 27, 2006 4:59 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00 Exxon standard worldwide diberlakukan. Contoh kasus AFE Banyu Urip. Exxon mengajukan untuk membangun airport kecil di Cepu buat mobilitas kru rig mereka dari Surabaya menggunakan pesawat. Alasannya jalan raya Cepu-Bojonegoro rawan kecelakaan lalu lintas. Safety is first membuat semuanya terasa berlebihan. Masih banyak contoh lainnya. Saat ExxonMobil mengajukan 15 juta USD untuk sumur Banyu Urip, kami (Pertamina MPS saat itu) lakukan diskusi2 alot beberapa kali sampai bisa dipotong ke 7 juta USD (termasuk penolakan pembuatan airstrip di Cepu itu). Saat dicek ke sumur, setengah kru rig ex-pat, nah bagaimana tak biaya tinggi ? salam, awang Iman Argakoesoemah wrote: Apa kira-kira yang mnyebabkan biaya/sumur sampai begitu besar bedanya ? -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 27, 2006 10:35 AM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00 Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur eksplorasi yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur yang sama bisa 4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya kecil saja dari keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas produksi ? Pasti akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost recovery yang melangit kalau Exxon menang. Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? Pasti akan ada partnership yang tidak sehat. salam, awang Ariadi Subandrio wrote: 1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun. 2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola dalam JO. Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon. Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU. Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal dengan menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG TEKNOLOGI dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. Jadi kurang lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum patut mengelola CEPU. lam-salam, ar-. Awang Satyana wrote: Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian. Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di
Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Pak Koesoema, Beberapa sumur Conoco bernama jenis-jenis burung (Perkutut dll.) di offshore dekat Muria semuanya punya CO2 tinggi. Blok BP Bawean yang baru dilepas karena juga dua sumur yang dibornya mengandung CO2 tinggi. Besar kemungkinan CO2 akibat Muriah volcanism yang naik ke reservoir2 Kujung dan Tawun oleh sesar besar (tua) Muriah yang memanjang dari jalur Muria ke Bawean ke Meratus (SW-NE). Data gravity regional dan SLAR onshore Jawa menafsirkan keberadaan sesar besar ini terus memanjang ke selatan menuju Kebumen (sehingga trace-nya menjadi Meratus-Muriah-Kebumen). Sesar ini saya pakai sebagai mekanisme penyebab indentasi garispantai Jawa Tengah dan hilangnya (tenggelam) Pegunungan Selatan di selatan Jawa Tengah (Satyana, 2002, 2005 IAGI : Structural indentation of Central Java : a wrench segmentation). Jadi relic subduction (obduction ?) ini tak langsung, hanya manifestasinya sesar besar tadi. Meratus Range ophiolite menunjam ke bawah Jawa. Kalau kita mengatakan bahwa ophiolite ini produk obduksi antara collision Schwaner vs Paternoster, wajar ia menghilang ke bawah Laut Jawa sesuai batasan massa mikro-kontinen Paternoster, sebab suture Meratus akan sepanjang massa kontinen yang collided-nya. Hanya, bila benar bahwa Paternoster micro-continent meluas ke selatan dan menggabung ke mikro-kontinen Kangean (dan ini ada bukti2 litologi TD sumur di Madura Platform dan utara Kangean), maka suture Meratus itu mestinya akan menerus sampai ke Muriah, walaupun tak tersingkap karena di bawah Laut Jawa. Pola-pola elemen basement yang SW-NE di publikasi Henry Manur dan Rob Barraclough (1994, IPA) memang bisa dilihat lagi, itu elemen apakah, trend2 strukturnya sudah benar, hanya apa basement itu, apakah attenuated continental crust, suture ophiolite seperti Meratus, atau akresi apa lagi ? Zvi Ben-Avraham punya disertasi di wilayah ini, walaupun awal tahun 1970-an (dipublikasi di AAPG 1973 bersama K.O. Emery, mungkin bisa dikaji ulang : Structural framework of Sunda Shelf). Sebaran sumur jarang di wilayah ini, mungkin terpaksa menggunakan data geofisika. salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Itu yg terjadi di Mesozoik, boleh juga, tetapi pada Tertiary sudah accreted menjadi continental crust, dan graben di barat Meratus itu adalah pada awal Tertiary. Apakah ada bukti dari pemboran offshore bahwa Meratus subduction relic itu sampai ke Muria dan ke Karangsambung? Barangkali bisa disebutkan pada sumur mana? Salah satu publikasi (Manur dan Barouclagh?) menunjukkan adanya crustal thinning atau extension di zone dari Meratus sampai ke Tuban-Muria, apakah zone ini relic subduction itu? - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Sent: Monday, February 27, 2006 3:34 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Pak Koesoema, Mengulas kembali penelitian Nafrizal Sikumbang (1986) tentang Meratus dan studi non-publikasi Trend Energy Kalimantan (1988, dipublikasi di IPA oleh Kusuma dan Darin, 1989) kelihatannya rift/graben WNW-ESE di Barito lebih karena extension fracture oblique subduction sinistral di pinggir SE Kalimantan. Di sini sebagian kerak oseanik dari ujung barat Paternoster yang kontinen menyusup di bawah Schwaner secara oblik, sisanya obducted (Meratus Range). Alino Arc dan Paniungan beds adalah bukti akresi di tepi SE Sundaland ini. Relik oblique subduction ini menerus ke SW sampai ke Muriah bahkan ke Kebumen. Kalau melihat frekuensi plotting umur K-Ar batuan2 magmatik dan volkanik di Jawa kelihatannya volcanism di Jawa interrupted juga, hanya memang menerus tetapi sebatas background volcanism. Peak-nya terputus2, misalnya yang peak adalah saat Oligo-Miosen, Miosen Akhir-Pliosen, dan Kuarter. Saat peak, ia membentuk arc. Saat sekedar background ia tak membentuk arc - termasuk yang Eosen. Penenggelaman Randublatung mungkin ciri rollback, tetapi saya lebih melihat ia suatu triangle zone yang dipaksa turun oleh thrust sheet yang sangat tebal yang membebaninya dari dua arah vergency thrust yang berlawanan : Kendeng Zone yang northward verging dan Rembang Zone yang southward verging, Randublatung di sisi downblock kedua zone deformasi ini, dan ia dibebani volkaniklastik yang sangat tebal. salam, awang R.P. Koesoemadinata wrote: Terima kasih atas koreksinya mengenai extrusion. Tetapi saya tetap berpendapat bahwa tidak ada roll-back di back-arc basin, bahkan pada zaman Paleogene (kecuali di Paleocene, Kikim tuffs) tidak ada subduction sepanjang Sumatra, tetapi lebih bersifat transduction atau transform. Subduction baru muncul pertengahan Miocene, dengan munculnya Proto-Barisan. Di Jawa subduction telah berlangsung sejak Awal Tersier dengan interupsi, mengingat volcanism berlangsung terus sampai sekarang. Arah NNE-SSW di East Java basin tidak bisa diterangkan dengan roll-back, tetapi karena stretching karena rotasi East Sunda microcontinent yang menekan
Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift
Pak Benyamin, Saya setuju areal SE Sundaland ini (jalur BD-TL dari Karang Sambung-Bayat, Jawa Timur, Laut Jawa-Masalembo-South Makassar-Barito-Sulawesi Barat sampai tepi utara Meratus-Bantimala) menjadi agenda pertama review di Komisi Tektonik IAGI yang Pak Ben koordinasi. Cukup banyak pandangan2 baru yang tersebar di publikasi maupun yang tidak dipublikasikan, mungkin saatnya kita review dan integrasikan. salam, awang Ben Sapiie [EMAIL PROTECTED] wrote: Kami mempublikasikan model Collisional dalam perkembangan menjawab permasalahan perkembangan tektonik Paleogene Java yg dipublikasikan dalam IPA, 2003 (Budiyani et al.). Memang masih banyak keraguan dalam merekonstruksi perkembangan jalur subduksi karangsambung meratus via Muria? atau karangsambung-bantimala via central deep? atau bahkan mungkin kedua-duanya valid (Prasetyadi dari UPN sendang meneliti masalah ini untuk disertasinya). Pak Koesoema punya model yang lain (kombinasi subduksi dan transform system) dan Pak Awang dengan indentationnya. Model-2 ini masih harus diteliti lebih dalam dan merupakan kunci untuk menjawa permasalahan perkembangan cekungan di East Java Basin dan sundaland margin. Saya kira Kunci permasalahannya akan ada di pengertian geologi daerah Karangsambung-Bayat, Meratus dan Lengan selatan Sulawesi. Bukti-bukti terkini (i.e. Smith, 2005) menunjukan bahwa perkembang tektonik Paleogene sundaland margin termasuk evolusi cekunganya (pull-apart, rifting atau passive margin???) harus kaji dan ditulis ulang. Ini akan jadi agenda utama Komisi Tektonik IAGI (yg baru dibentuk) masa mendatang ini. Salam, Ben Sapiie - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Sent: Tuesday, February 28, 2006 11:58 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Pak Koesoema, Beberapa sumur Conoco bernama jenis-jenis burung (Perkutut dll.) di offshore dekat Muria semuanya punya CO2 tinggi. Blok BP Bawean yang baru dilepas karena juga dua sumur yang dibornya mengandung CO2 tinggi. Besar kemungkinan CO2 akibat Muriah volcanism yang naik ke reservoir2 Kujung dan Tawun oleh sesar besar (tua) Muriah yang memanjang dari jalur Muria ke Bawean ke Meratus (SW-NE). Data gravity regional dan SLAR onshore Jawa menafsirkan keberadaan sesar besar ini terus memanjang ke selatan menuju Kebumen (sehingga trace-nya menjadi Meratus-Muriah-Kebumen). Sesar ini saya pakai sebagai mekanisme penyebab indentasi garispantai Jawa Tengah dan hilangnya (tenggelam) Pegunungan Selatan di selatan Jawa Tengah (Satyana, 2002, 2005 IAGI : Structural indentation of Central Java : a wrench segmentation). Jadi relic subduction (obduction ?) ini tak langsung, hanya manifestasinya sesar besar tadi. Meratus Range ophiolite menunjam ke bawah Jawa. Kalau kita mengatakan bahwa ophiolite ini produk obduksi antara collision Schwaner vs Paternoster, wajar ia menghilang ke bawah Laut Jawa sesuai batasan massa mikro-kontinen Paternoster, sebab suture Meratus akan sepanjang massa kontinen yang collided-nya. Hanya, bila benar bahwa Paternoster micro-continent meluas ke selatan dan menggabung ke mikro-kontinen Kangean (dan ini ada bukti2 litologi TD sumur di Madura Platform dan utara Kangean), maka suture Meratus itu mestinya akan menerus sampai ke Muriah, walaupun tak tersingkap karena di bawah Laut Jawa. Pola-pola elemen basement yang SW-NE di publikasi Henry Manur dan Rob Barraclough (1994, IPA) memang bisa dilihat lagi, itu elemen apakah, trend2 strukturnya sudah benar, hanya apa basement itu, apakah attenuated continental crust, suture ophiolite seperti Meratus, atau akresi apa lagi ? Zvi Ben-Avraham punya disertasi di wilayah ini, walaupun awal tahun 1970-an (dipublikasi di AAPG 1973 bersama K.O. Emery, mungkin bisa dikaji ulang : Structural framework of Sunda Shelf). Sebaran sumur jarang di wilayah ini, mungkin terpaksa menggunakan data geofisika. salam, awang R.P. Koesoemadinata wrote: Itu yg terjadi di Mesozoik, boleh juga, tetapi pada Tertiary sudah accreted menjadi continental crust, dan graben di barat Meratus itu adalah pada awal Tertiary. Apakah ada bukti dari pemboran offshore bahwa Meratus subduction relic itu sampai ke Muria dan ke Karangsambung? Barangkali bisa disebutkan pada sumur mana? Salah satu publikasi (Manur dan Barouclagh?) menunjukkan adanya crustal thinning atau extension di zone dari Meratus sampai ke Tuban-Muria, apakah zone ini relic subduction itu? - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Sent: Monday, February 27, 2006 3:34 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift Pak Koesoema, Mengulas kembali penelitian Nafrizal Sikumbang (1986) tentang Meratus dan studi non-publikasi Trend Energy Kalimantan (1988, dipublikasi di IPA oleh Kusuma dan Darin, 1989) kelihatannya rift/graben WNW-ESE di Barito lebih karena extension fracture oblique subduction sinistral di pinggir SE Kalimantan. Di sini sebagian kerak
RE: [iagi-net-l] BINCANG � HARI SAJA
Klarifikasi saja tentang NJ Basin, saya akan membawakan materi tentang East Java Basin dengan judul, East Java Basin : New Observations and Future Directions. Ini lebih kurang semacam bunga rampai tentang petroleum geology of East Java Basin sebagai pengantar diskusi yang jadi acara selanjutnya. salam, awang Nanang Abdul Manaf [EMAIL PROTECTED] wrote: Tepat jam 13.00 Wib ini 75 kursi telah terisi penuh. Bagi pendaftar kemudian akan disimpan sebagai peserta daftar tunggu (bila ada yang membatalkan kehadirannya, dapat langsung menggantikan). Terima kasih atas perhatian dan animo yang cukup besar untuk kesuksesan acara ini. Sampai jumpa hari Jum'at siang nanti. Salam, Nanang Abdul Manaf Humas IAGI -Original Message- From: Nanang Abdul Manaf [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 06, 2006 3:28 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] BINCANG ½ HARI SAJA Departemen Energi PP IAGI dengan ini mengundang seluruh anggota IAGI yang berminat dengan study Cekungan untuk hadir dalam : BINCANG ½ HARI SAJA dengan pembicara : 1. Benjamin Sapiie, ITB 2. Awang H Satyana, BP Migas Tema : - Tektonik dan Pembentukan Cekungan - Case study : North Java Basin Venue : Auditorium Gd. Kwarnas PT PERTAMINA EP Jl. Merdeka Timur 6 (Depan Gambir) Acara : Jumat, 10 Maret 2006 - 14.00 - 14.10 : Opening - 14.10 - 14.35 : Tektonik Cekungan (Benyamin Sapiie, ITB) - 14.35 - 15.00 : NJ Basin (Awang H Satyana, BP Migas) - 15.00 - 16.30 : Diskusi - 16.30 - 17.00 : Summary Sponsor : ETTI (Andang Bachtiar) NGC (Batara Sakti) Yang berminat dapat kontak melalui email : [EMAIL PROTECTED] Nanang Abdul Manaf Exploration of South Sumatera Area Kwarnas Bld., 12th FL Jl. Merdeka Timur 6, Jakarta 10110 Telp. : +62-21-3502150, Ext.1834 Facs.: +62-21-3502966 Mobile : 62-811992551 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi
RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
Deep-water deposits (turbidite ?) di Bintuni dan Salawati adalah masing2 sebagian dari facies Formasi Steenkool dan Klasaman (dua-duanya Pliosen). Uraian detail deep-water sedimentation Steenkool dibahas sendiri oleh Kuntadi et al. (2001) dan yang Klasaman Salawati saya tulis di forum yang sama (Satyana Setiawan, 2001 - Deep-Water Seminar FOSI). Karena Lengguru di Leher Burung Papua dan Sorong Deformed Zones di selatan Pulau Batanta naik, maka ada space of accommodation yang tiba2 terbuka lebar di sisi2 yang frontal terhadap Lengguru dan Sorong Zone di Bintuni dan Salawati. Ke situlah sedimen post-inversion yang sebagian molassic ini diendapkan. Karena dalam space of accommodationnya 200 m dan jelas below wave base, juga ada gravity flow yang terlibat sebagai agen transportasi, maka Steenkool dan Klasaman berhak diberi nama deep-water deposits mengacu ke definisi Selley (1991) atau Serra (1989). Lalu, apakah mereka turbidit ? Belum tentu, harus kita periksa dulu agen2 transportasi traction vs density currents vs suspension yang bekerja di situ, baru bisa kita tentukan bahwa mereka turbidit atau bukan. Deep-water deposits bukan seluruhnya turbidite. Deep-water deposition punya range yang besar, dan turbidit hanya mengisi sebagian daftar itu (ada avalanche, slide, slump, debris flow, pelagite, contourite, hemipelagite, nepheloid - yang merupakan produk ternary transportation antara gravity vs traction vs fludization. Mengacu ke Bell (1942) atau Kuenen dan Migliorini (1950) yang mempelopori soal turbidit, yah turbidit adalah endapan flysch (selang-seling pasir dan lempung) yang diendapkan di geosinklin. Paket sedimen punya abrupt base dan transitional top serta grain size cenderung fining upward. Ini akan lain sekali dengan struktur sedimen yang dipunyai sesama deep-water deposits dalam skala empat kategori dari Dott (1963) - tiga lainnya selain turbidit : rock fall, slump, mass flow. Coba kita perhatikan model2 deep-water sedimentology atau model submarine fan sejak dari Walker (1965) sampai Reading dan Richards (1994), semua dibangun dari tempat penelitian yang punya tubuh delta yang besar sebagai provenance. Kebetulan saja modelnya dibangun di situ, tetapi tak bisa sekaligus kita tafsirkan bahwa deep-sea turbidite mesti punya delta sebagai provenance di wilayah proximal / provenance-nya. Kalau di provenance ada carbonate bank yang terangkat, ya ia akan menghasilkan deep-water turbidite juga : calci-turbidite, seperti di seberang utara Tonasa platform misalnya. Kembali ke Salawati dan Bintuni, kalau ada turbidit di wilayah ini (kalau rockfall, slump dan massflow sudah terbukti ada); maka bisa dipastikan seperti yang dibilang Kuntadi : bukan tubuh delta provenance-nya. Steenkool di-feed oleh uplifted Kais carbonate di Lengguru High, sedangkan Klasaman di-feed oleh melange deformed zone di Sorong Fault, juga oleh uplifted Kais carbonate di Ayamaru Platform. Ada juga turbidit yang volkaniklastik, di Jawa banyak sekali contohnya, mulai dari Citarum di Bogor, Kerek di Jawa Tengah, Sambipitu di Gunung Kidul, Pucangan di Kendeng (yang banyak menghasilkan rembesan minyak/gas itu) adalah turbidit2 deposits yang tak di-feed oleh delta silisiklastik, tetapi oleh volcanic high. Model turbidit di Makassar Strait memang cocok sekali dengan banyak model submarine fan ideal seperti dari Normark (1970) atau Walker (1978), tetapi itu tak berarti endapan turbidit harus punya delta sebagai satu2nya source. Ada provenance, ada gravity flow, ada density current, ada traction current yang sejajar slope (yang akan menghasilkan current ripple atau cross bedding), dan ada suspension di distal, maka turbidit akan terjadi, serta harus di bawah storm wave base (agar tak ada perusakan oleh shallow marine process); maka jadilah turbidit. salam, awang Kuntadi, Nugrahanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Kasus deep water turbidite di Bintuni dan Salawati basins saya belum pernah ketemu deltaic associated nya euy.. Mungkin mas Awang bisa jelaskan lebih? -Original Message- From: Deni Rahayu [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, March 24, 2006 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta di dalam kondisi apapun (lingkungan pengendapan), yang penting ada slope yang cukup untuk membuat arus turbidit pasti akan terjadi(gravity yang lebih berperan), betulkan mas DNR ETTI --- Andang Bachtiar wrote: Untuk lebih memudahkan diskusi, seharusnya Ferdi menyebutkan lebih jelas turbiditnya tersebut adalah TURBIDIT LAUT DALAM (?) Bener nggak Fer? Karena turbidit sendiri bisa terjadi di alluvial fan, di danau, di braided stream, di meandering river, di delta, di barrier bar, di offshore-bar complex, dan ultimately di slope / submarine fan seperti yang dimaksudkan Ferdi. salam adb exploration think tank indonesia - Original Message - From: Ukat Sukanta
Re: [iagi-net-l] Globigerina oozes in East Java
Sebenarnya ini tempat bermain Pak Oki saat di Santos dulu.. Pengetahuan tentang globigerinid sands / limestones (tatanama pun sebenarnya perlu kita benahi dulu, atau globigerinid grainstone atau globigerinid ooze) di Jawa Timur pertama kali dipublikasikan secara regional oleh paper Dave Schiller dkk (Seubert, Musliki, Abdullah) dalam Proceedings IPA 1994 : The reservoir potential of globigerinid sands in Indonesia, p. 189-212) - pembahasannya terutama di Jawa Timur. Sejak Santos bekerja di Selat Madura akhir tahun 1990an, pengetahuan tentang globigerinid limestones bertambah dengan signifikan sebab reservoir muda ini merupakan objektif pertamanya saat itu. Bahkan, Santos pernah mengadakan Mundu Workshop dan Pak Oki dan kawan2nya pernah melanglang se-Jawa Timur mencari analog Mundu ini. Sayang, belum ada publikasi resmi soal Mundu ini dari mereka. Tahun lalu ada abstrak masuk soal Mundu ini buat IPA, sayang ditarik kembali. Publikasi yang lain ada dari Basden, Posamentier, dan Ron Noble soal reservoir yang sama di Terang-Sirasun (Proceedings IPA 2000, p. 269-286), tapi sedikit sekali membahas sedimentologinya, terutama membahas struktur lapangan Terang-Sirasun. Saat itu, Wayne Basden masih bekerja untuk Arco, sekarang Wayne di Santos juga membawa pengetahuannya untuk lapangan2 Maleo dan Oyong (entah apa Wayne masih di situ, soalnya saya di BPMIGAS sekarang tak aktif berhubungan dengan Santos). Ini pandangan regional berdasarkan diskusi2 yang pernah saya lakukan dengan teman2 Santos, Lapindo, BP Kangean, EMP Kangean, Kodeco, dan Husky Madura Strait, juga dari data publikasi papers dan beberapa data unpublished. Berkat Santos, kita tahu banyak umur absolut reservoir ini, umurnya Pliosen (terutama Pliosen Bawah). Dinamakan Formasi Mundu di Selat Madura, Formasi Paciran di selatan Kangean, dan Selorejo di Cepu. Kalau kita cek umur absolut detailnya dengan isotop Sr 86/87 akan kita tahu bahwa ada sedikit perbedaan timing di antara formasi-formasi ini. Saat uppermost Miocene dan Pliosen, Jawa Timur punya embayment sempit memanjang dari Cepu sampai Kangean dengan batas dua tinggian paralel di utara (RMKS zone) dan selatan (uplifted zone of Southern Mountains). Embayment ini miring ke timur ke Kangean atau utara Lombok. Embayment ini dalam dan deepest point-nya ada di baratlaut Lombok. Wilayah ini pada Plio_Pleistosen jadi muara Sungai Sunda Purba (kadang disebut 'Sungai Molengraaff) yang juga membawa sungai-sungai di Jawa, Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan. Globigerina kita tahu adalah foram laut dalam, maka tempat timur embayment ini sebenarnya tempat asal globigerinid, juga tempat2 dalam di selatan Madura. Pemelajaran paleo-oseanografi menunjukkan bahwa sepanjang Pliosen terdapat pola arus ke barat dari Kangean menuju Cepu di embayment tersebut. Terjadi upwelling currents yang membawa foram globigerinid di wilayah abyssal naik ke wilayah neritik, di situlah in akan mengalami deposition dan reworking (antara lain oleh storm), sehingga tak heran kalau sekarang seperti yang dibilang Pak Oki, contoh core dan FMI-nya menunjukkan pola2 seperti truncation dan erpsional surface dll - ini efek reworking di wilayah neritik. Mestinya, upwelling yang dipicu oleh dua tinggian (ridge) utara-selatan itu akan naik ke kedua arah, baik ke utara maupun selatan. Kenyataannya, sisi utara ternyata lebih prolifik untuk deposisi globigerinids mungkin pola arus paleo-oseanografi yang lebih prone to upwelling di sana. Maka, semua lapangan gas dengan globigerinids reservoir baru terbukti di sisi utara, sejak dari Kangean ke Cepu (Terang-Sirasun-MDA-Maleo-Oyong-Selorejo). Sisi selatan ? Masih harus melihat efek deposisi volkanoklastik dari jalur volkanik seumur (Plio-Pleistosen). Reservoir globigerinids sangat tinggi porositasnya, hampir 50 % dengan permeabilitas ratusan milidarcy. Reservoir yang bagus tentu, tetapi harus mengantisipasi efek kompaksi dan slump begitu gasnya diambil sebab reservoir ini dangkal saja dan muda. Umumnya, terisi gas biogenik karena lingkungan embayment yang setengah tertutup dan deposisi cepat, tetapi minyak pun sudah terbukti masuk pula ke reservoir ini, selama ada konduit sesar yang menghubungkannya dengan Ngimbang source pods. salam, awang oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote: Vick, Maksudnya foraminiferal reservoir seperti yang sedang dikembangkan di Selat Madura ? Umurnya Pliosen ahir sampai Pleistosen, soal kesetaraan formasi, tergantung pakai stratigraphic framework yang mana. Ada yang bilang setara dengan Mundu Fm, Selorejo Fm dan beberapa lagi. Soal pembentukannya, seperti biasa ada lebih dari satu pendapat. Kalau dilihat dari komposisi cangkangnya, rasio antara planktonic dibanding bentonic foram tinggi sekali. Biasanya ini terjadi di (relatif) air dalam. Genus dan spesies planktonnya pun sering dibilang sebagai deeper water indicator. On the other hand, struktur sediment nya,
Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma sequence maupun struktur slump itu. Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin ini justru mekanisme utama di active margin. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ? Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit. Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana dengan daerah active margin ini ? Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally tergantung provenace atau material yg longsong saja lah. Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun 1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh apa itu !. RDP - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1cent;/min.
RE: [iagi-net-l] Globigerina oozes in East Java
Pak Rovicky, Bisa dibilang, upwelling terjadi di slope Rembang-Madura High, ia tidak terjadi ke tinggian2 reef Kujung ala BD dan East Cepu, atau XX Ridge. Tinggian2 reef Kujung ini curam, tak punya shelf area untuk terjadinya deposisi dan reworking after upwelling globigerinids dari zone pelagis. salam, awang Putrohari, Rovicky [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul Ki, Foraminiferal sand ini yg kumaksud, kalau ngga salah ada HCnya di struktur Maleo (santos). Yang aku maksud pelanparannya itu apakah mengikuti low (sehingga yg kucari paleo low (clastic type) atau dia numbuh (ngumpul hidup bareng dan mati bareng di high area seperti reef (bioherm type). Nah kalau tahu dimana dia berkembangnya misalnya dia tipe klastik tentunya aku ngga sembarang aja memberikan analogi utk daerah paleo high, atau keberadaanya tidak akan bersamaan (unlikely) dengan kujung reef (misalnya). RDP - Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.
Re: [iagi-net-l] Re: [HAGI-Network] Gunung Jabar - JatengJatim
Secara umum, gunungapi-gunungapi di Jawa dari barat ke timur punya komposisi lebih kurang sama pada jalur sebaran utamanya, yaitu andesitik. Walaupun, secara detail memang menunjukkan rasio kalk-alkalin yang variatif antara 0.7040-0.7055, dan cenderung makin menurun dari barat ke timur (sebagai akibat kerak kontinen yang makin menipis dari barat ke timur). Soal air di gunung, saya pikir lebih sebagai akibat gejala meteorologi bukan geologi. Hutan pun lebih banyak di Jawa Barat dibandingkan Jawa bagian timur. Sisi Jawa Barat lebih dekat ke sisi Samudra Hindia barat Sumatra yang merupakan wilayah utama suplai hujan di Indonesia Barat pada musim hujan (musim barat, saat angin bertiup dari barat ke timur), dibandingkan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang lebih dekat ke sisi Laut Arafura yang jauh lebih kecil dibandingkan Samudra Hindia sebagai wilayah suplai hujan saat angin bertiup dari barat ke timur (dan ini wilayah kontinen sebenarnya). Coba cek di sistem iklim Koppen atau Trewartha, pasti bagian barat Jawa punya klasifikasi iklim yang berbeda dengan bagian timurnya. Bagian barat lebih basah dan lembab, bagian timur masih memiliki tipe iklim Nusa Tenggara yang terkenal kering. salam, awang Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya pernah naik Argopuro, dan itu di Jawa Timur. seingatan saya, air tidak masalah. kita masih bisa menemukan seperti sungai kecil dan saya masih sempet mandi di sungai kecil itu. dan sungai itu kita temukan setelah padang edelweiss, makanya saya yakin itu berada diketinggian lebih dari 1500m dpl. sekedar sharing saja Fer.. On 4/3/06, [EMAIL PROTECTED] wrote: Pertanyaan menarik Mungkin rekan iagi juga ada yang mau menanggapi Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+- | | Hari Anggono | | | | | m | | | Sent by: Himpunan| | | Ahli Geofisika | | | Indonesia (HAGI) | | | | | RLSRUHE.DE | | | | | | | | | 31/03/2006 07:53 | | | PM | | | Please respond to | | | Himpunan Ahli | | | Geofisika | | | Indonesia (HAGI) | | | | |-+- -| | | | To: [EMAIL PROTECTED] | | cc: | | Subject: [HAGI-Network] Gunung Jabar - JatengJatim | -| Salam, Adakah di antara temans yg mengetahui mengapa gunung2 di Jabar umumnya sangat berair? **kecuali Ceremai yg kering** Sementara, gunung2 di Jateng-Jatim umumnya kering. Adakah perbedaan umur, massa penyusun (basaltis, granitis?), urutan kejadian di antara keduanya? Seingat saya, jika kita naik gunung di Jabar (Gede-Pangrango-Papandayan complex), akan sangat mudah kita jumpai air sampai puncak. Sedangkan gunung2 di Jateng-Jatim (Slamet, Merbabu, Sindoro-Sumbing, Merapi, Lawu, Welirang sampai Semeru), paling sampai ketinggian 1500dpl air dapat dijumpai. Di atas itu, air harus bener2 dihemat u/ naik dan turun. Mohon pencerahan ... terima kasih. Salam, -hari- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.
RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di setting cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti Kutei, Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan selalu berkembang di setting ini. Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric seas (shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar di tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang bukan disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced regression di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma). Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...). salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang yang saya hendak tanyakan apakah ada endapan sand turbidit yang disebabkan forced regression yang tidak berhubungan dengan delta sebagai feedernya...? Kalau di Mahakam umumnya turbidit berasosiasi dengan deltanya... Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Awang Harun | | | Satyana | | | | | om | | | | | | 27/03/2006 09:31 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | | | |-+ -| | | | To: | | cc: | | Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta | -| Teman-teman di Chevron dan Eni, Medco, Shell (dulu), juga Total sendiri, yang pernah bekerja untuk shelf Mahakam dan shelf North Sumatra Basin untuk deposisi turbidite deposits ke Selat Makassar dan selatan Laut Andaman mungkin pernah analisis ini ? Sea level fall di ujung Miosen Tengah (10 Ma) dan ujung Pliosen Bawah (3.5 Ma) bisa dicurigai saat-saat terjadinya forced regression. Kalau ada studi sequence stratigraphy satu shelf di wilayah2 itu, mungkin bisa dianalisis keberadaan deposit hasil forced regression di slope dan basin-floor-nya. Salam, awang -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 27, 2006 8:14 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta kalau di indonesia apakah ada contoh di mana model forced regression tersebut pernah terjadi ...? yang bisa membawa endapan shallow marine menjadi source dari turbidit...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Awang Harun Satyana To: om Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta 27/03/2006 09:04 AM Please respond to iagi-net Ferdi, Shelf yang tersingkap oleh suatu forced regression (Posamentier and Weimer, 1998), saat muka laut turun begitu jauh, saya pikir bisa menjadi provenance untuk pengendapan ulang seluruh sedimen di area laut-dalam. Dan, berarti yang menjadi provenance adalah endapan silisiklastik (juga karbonatnya) di shallow marine environment (bukan khusus delta). Memang kebetulan model2 deep-water sedimentation atau studi kasusnya banyak dilatarbelakangi/dilakukan oleh wilayah2 laut dalam di depan delta (Mahakam, Baram, Mississippi, Niger), sehingga seolah2 keharusan keberadaan delta menjadi syarat untuk asosiasi turbidit laut dalam, padahal tak mesti selalu begitu. Salam, awang -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.2/293 - Release Date: 3/26/2006 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli
Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan)
Basement, penting diklasifikasikan karena anggapan umum bahwa hidrokarbon selama ini terjadi (statistik) selalu berasosiasi dengan basement kontinental atau attenuated-continental crust atau minimal intermediate (accreted) crust, dan bukan dengan yang oseanik. Apakah ini benar atau salah kaprah ? Statistik mungkin benar, tetapi tak selalu terhubung ke kebenaran geologi. Kita bisa diskusikan ini di kesempatan lain. Para pemain di basement sekarang tentu perlu lebih detail mengevaluasi basement sebab mereka harus tahu kecenderungan basement ini untuk retak (menjadi reservoir), dan itu benar akan ada pengaruh dari tipe basement dan umurnya. Basement yang granitik tentu akan beda dengan basement yang sekis misalnya saat kena kompresif. Basement yang lebih tua tentu telah lebih banyak mengalami deformasi dibandingkan yang lebih muda, ini jelas akan berpengaruh ke peluang pembentukan retakan. Basement juga punya pengaruh ke konduktivitas termal heatflow dari mantel, dan ini adalah sebagian unsur dari pembentuk sejarah termal cekungan. Pada basement2 yang hasil akresi seperti di Sumatra, perlu juga diketahui pola akresi basement2 itu karena ini akan mempengaruhi pola deformasi di cekungan di atasnya. Dan, tingginya GG di Sumatra Tengah yang anomali itu dicurigai juga sebagai akibat tingginya heatflow di sepanjang pola akresi Mutus Assemblage. Secara regional, klasifikasi basement untuk cekungan2 di indonesia sudah lama dibuat orang. Detailed basement per cekungan ada sebagian, terutama yang produktif di Indonesia Barat. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: saya kurang tahu kenapa harus ada klasifikasi basement berdasarkan umur dan jenisnya ...? apakah nantinya berhubungan dengan gradien geothermal untuk pematangan source rocks...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | oki musakti | | | | | o.com | | | | | | 29/03/2006 06:08 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | | | |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan) | -| Pertanyaan dan usul menarik. BTW sebelumnya, yang dimaksud 'basement' ini apakah batuan beku atau metamorf yang menjadi 'alas' dari formasi2 sedimen diatasnya? Saya rasa ada-tidaknya (thermogenic) HC accumulation tidak (terlalu) tergantung pada umur basement tapi lebih dari dipengaruhi umur, konfigurasi dan kedalaman batuan sediment atasnya ie. control pada source rock maturity, migration dan entrapment. Apalagi kalau kita bicara biogenic HC. Kalau ini mah benar-benar gak peduli umur batuan. Asal sarat-sarat pembentukannya misalnya rapid sedimentation, adanya methane forming bacteria dll terpenuhi. Ini kalau kita masih berada dalam koridor organic origin of HC. Kalau bicaranya anorganic HC source ya lain lagi ceritanya. Wallahu'alam Oki johnson achmad paju wrote: beberapa jam lalu saya baru membaca sedikit tentang sengkang basin di west arm sulawesi, ternyata menurut (grainge davies, IPA, 1983)... basement cekungan ini adalah pre-miocene (probably Eocene) volcanic Langi Formationhal ini tentunya sangat berbeda bila kita bandingkan dengan basement yang ada cekungan2 penghasil migas misalnya NSB, SSB, CSB, NW java, East java, Kutai dlsb. yang mungkin sebagian besar berumur mesozoik, paleozoik atau bahkan pre-kambrium (?) nah yang jadi pertanyaan saya apakah sudah ada yang pernah mengklasifikasikan cekungan2 di indonesia berdasarkan umur basement nya ? mungkin hal itu juga cukup signifikan dalam eksplorasi HC di setiap cekungan, kalo beberapa waktu ini kita kenal ada istilah siklus I (inversion deposit), II (rifting deposit) dan III (basement)...nah bisa2 yang rancu adalah pemahaman tentang siklus III nya dikemudian hari belum lagi isu lama, kalo membahas cekungan sedimen di Indonesia yang kurang lebih sekitar 60 buah, ternyata masih banyak daerah yang belum terklasifikasikan menjadi cekungan gimana tuh PP IAGI atau senior2 atau rekan2 lain.ada tanggapan - Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less. This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to:
Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
Ferdi, Betul, active margin adalah batas konvergensi lempeng, misalnya subduction atau collision. Kalau shelf, bisa berkembang luas walaupun di depannya active margin. Sundaland di zaman Neogen adalah shelf yang luas, termasuk yang Malacca dan Java Sea, dan di sisi barat serta selatannya kita tahu itu adalah active margin (Sumatra-Java trench). Yang tak bisa berkembang dengan baik adalah delta yang sangat tebal (ini milik passive margin - karena ia butuh space of accommodation yang hebat); tetapi kalau shelf bisa saja. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang Apa pengertian active margin adalah subduction zone...? Kalau iya , apa mungkin kita ketemu shelf yang luas dan di depannya ada active margin...? RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta Awang Satyana Tue, 04 Apr 2006 21:26:47 -0700 Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di setting cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti Kutei, Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan selalu berkembang di setting ini. Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric seas (shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar di tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang bukan disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced regression di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma). Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...). salam, awang |-+ | | Awang Satyana | | | | | oo.com | | | | | | 28/03/2006 02:25 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | | | |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta | -| Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma sequence maupun struktur slump itu. Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin ini justru mekanisme utama di active margin. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ? Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit. Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana dengan daerah active margin ini ? Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally tergantung provenace atau material yg longsong saja lah. Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun 1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh apa itu !. RDP - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1¢/min. This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Re: [iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.
Belum ada info baru lagi Mas Pras, tetapi kelihatannya Buton sedang cukup intens dilirik orang ya, beberapa bulan terakhir ini saya suka ditanyai soal Buton. Cekungan kawan senasibnya, yang sama-sama dibenturkan ke sisi timur Sulawesi, yaitu Cekungan Banggai-Sula baru saja berubah status jadi cekungan produksi (dari lapangan minyak Tiaka - JOB Pertamina-Medco Tomori). Cekungan Buton pun, kalau tereksplorasi dengan baik, tak menutup kemungkinan akan mengalami nasib baik seperti kawannya itu. Seperti kata Mas Bambang, sejak dari SD, anak2 sudah diajari bahwa di situ ada aspal alam. Sebagai geologist, kita tahu itu adalah hidrokarbon juga. Tinggal dicari saja dengan lebih teliti di mana yang masih fase minyaknya. Memang kecenderungan jadi aspalnya besar, sebab kerogen type-nya setipe kerogen type marin di Seram dengan API rendah dan S tinggi. Sekali ter-ekspos ke meteoric water flushing dan biodegradasi, gampang saja jadi tarmat dan aspal. Mana upside, mana downside di Buton dan hubungannya ke karakter minyaknya bisa dipakai model pola biodegraded dan unbiodegraded Klamono field (Pertamina) di Salawati Basin. Klamono field terbiodegradasi tingkat mild (dari karakter minyaknya hanya normal-alkane nomor rendah yang dimakan, belum kelompok2 no k tinggi - lihat publikasi saya di proceedings PIT IAGI 2000, Satyana and Wahyudin, 2000 : Meteoric water flushing and microbial alteration of Klamono and Linda oils, Salawati Basin, Eastern Indonesia : geochemical constraints, origin, and regional implications). Klamono duduk di flank barat Ayamaru Platform. Di Klamono Kais carbonates jadi reservoir produktif, di Ayamaru Platform Kais carbonates jadi akuifer. Di Klamono, bidegradasi berjalan mild. Bisa diprediksikan bahwa makin ke timur mendekati Ayamaru Platform biodegradasi akan makin parah, dan makin ke barat dari Klamono biodegradasi akan makin berkurang. Benar, semua sumur yang dibor di timur Klamono berisi kalau tak tar maka aspal (contoh : Klamumuk menembus tar mat di Kais levelnya). Jadi, kalau cari minyak di Buton carilah down-side aspal Buton ke arah mana reservoir tenggelam, dan jangan cari reservoir dengan temperatur 80 deg C. Kalau saya sih, lebih memandang surface seeps dengan optimis : sudah terjadi generasi minyak nih di wilayah ini ! daripada dengan pesimis berkata wah...seal failure ! (sama gembiranya kalau melihat gas chimney di seismik daripada yang adem ayem saja). salam, awang Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Mbang, iki lho ada bincang2 di milis IAGI Juni 2005 antara P Awang dan Abah mengenai buton, kalo boleh aku forward lagi nih. Mungkin P Awang bisa nambah info baru. salam, pras Re: [iagi-net-l] Hubungan Buton dan Lengan Sulawesi Timur.] Awang Satyana Mon, 06 Jun 2005 23:17:40 -0700 Abah, ya Kapantoreh itu nama pegunungan di Buton utara. Ofiolit/ultrabasa tersingkap baik di utara maupun selatan Buton bagian barat. Bor terakhir di Buton adalah Jambu-1 (Conoco, 1992), 5015 ft, mengejar sampai Tondo klastik, ada hydrocarbon shows. Kebetulan dulu saya monitoring harian juga sumur ini saat masih di Pertamina Balikpapan. Tak ada strktur yang berarti di Pulau Muna dan benar hampir seluruh permukaannya ditutupi karbonat Kuarter Wapolaka yang sebagian duduk di basement kontinen. Ada petroleum system aktif di wilayah Buton. Source-nya sudah diidentifikasi dari karakterisasi geokimia, yaitu Winto dark shales yang berumur Trias dan karbonatan, tipe kerogen II. Merupakan source yang diendapkan di marine, dan cenderung punya API yang rendah, persis seperti di Seram (Manusela). Wilayah selatan yang masih terpendam, tak seterangkat yang utara, masih bisa prospek. Tetapi, tentu butuh pemelajaran lebih lanjut. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: \ Awang , Terima kasih atas penjelasannya, memang posisi Buton itu sangat menarik , sayang pada saat itu pengetahuan -ku sebagai mahasiswa masih sangat minim m( apa iyaa sekarang sudah tidak ya hahaha). Tapi omong omong Kapantoreh itu kan nama daerah (pegunungan) diutara Pulau Buton ya ?). Gulf Oil pernah melakukan seismik di Pulau Muna , kalau saya tidak salah hasilnya secara data kurang baik karena tertutup oleh karbonat ( Muna kan terkenal hasik kayu jatinya). Saya tidak tahu kesimpulan sementara mengenai Pulau Buton dan sekitarnya, berdasarkan hasil survei dan pemboran terakhir, mungkin Anda dapat menjelaskan untuk kita ? Hatur nuhun deui. Si Abah. Pulau Buton mungkin pulau kedua di wilayah Sulawesi yang terkenal setelah Sulawesi sendiri. Dari sejak SD, anak2 sudah diajarkan bahwa Buton penghasil aspal alam. Ingatan itu sangat kuat melekat sehingga tidak mungkin terlupakan lagi. Tetapi, untuk memahami geologi dan tektonik Pulau Buton, ia tidak bisa berdiri tersendiri, ia harus dipahami dengan pulau-pulau di sekitarnya, terutama Pulau Muna di sebelah baratnya dan Pulau Wangi-Wangi di sebelah timurnya - pulau terbesar di Kepulauan
[iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks
Belakangan, konsep eksplorasi dan memproduksi gas dari serpih yang berkualitas sebagai batuan induk ramai dikerjakan perusahaan2 pemain gas di wilayah midcontinent US. Tak perlu lagi mencari reservoir batupasir/karbonat/basement yang berindikasi mengandung gas, cari saja langsung batuan induknya (serpih) bor, retakkan (fract), dan produksikan gasnya. Metode ini sebenarnya sudah terbukti sejak 1998, saat gas diproduksikan dari Barnett shale (berumur Karbon) di cekungan Fort Worth north-central Texas. Pekerjaan2 tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa potensinya terus mengembang, bahkan ada yang memprediksikan bahwa gas produksi gas dari Barnett shale bisa melampaui produksi gas dari lapangan gas terbesar di US, Hugoton Field. Sebanyak 1 TCFG telah diproduksikan dari Barnett shale ini sampai akhir 2005 kemarin (AAPG Explorer edisi Februari 2006). Devon Energy, pemain gas terbesar di US midcontinent telah mengebor sebanyak 2000 sumur produksi untuk menguras gas di Barnett shale. Apakah hanya di Fort Worth Basin ? Tidak, belakangan ditemukan pula shale-gas play di Fayetteville shale di Arkoma Basin (Arkansas-Oklahoma) yang seumur dengan Barnett shale. Sebanyak 80 sumur telah dibor operator2 gas di wilayah ini dan umumnya menemukan gas. Tebal shale bervariasi dari 50-75 ft di Arkansas, 300 ft di bagian timur Arkoma, sampai melebihi 1000 ft di wilayah Mississippi Embayment. Apa syarat-syarat utama play ini ? Shale harus punya kualitas source rock yang baik, gas-generative capacity yang baik, harus matang, fracturability yang tinggi-bedded (agar mudah di-frac), horizontal drilling. Maka evaluasi geologi-geokimia yang baik, teknik horizontal drilling dengan geo-steering yang baik, dan production dengan frac technology adalah mutlak diperlukan. Frac technology dalam hal ini sama saja dengan meniru proses alamiah ekspulsi gas dari shale yang memang melalui microfracturing di fissile zones serpih kaya organik tersebut. Maka semakin fissile shale itu semakin baik. Kalau suatu saat ditemukan shale dengan log GR off-scale dan high resistive, jangan dilewatkan, itu berpotensi shale-gas play. Tak perlu reservoir, tak perlu perangkap, hanya perlu shale yang kaya organik, matang, bor horizontal dan frac ! salam, awang - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1cent;/min.
Re: [iagi-net-l] Kapan Merapi Meletus ?
Coba kita lihat sejarah bencana beberapa gunungapi dalam hubungan ilmiah dan non-ilmiah ini. Erupsi Gunung Agung (1963) sebenarnya tidak usah menelan korban yang begitu banyak andai pamongpraja setempat pada waktu itu lebih mendengarkan nasihat para ahli gunungapi daripada upacara adat yang harus dilakukan di Pura Besakih. Para ahli gunungapi malahan mendapat teguran untuk tidak mencampuri urusan adat-istiadat setempat. Upacara keagamaan penting, tetapi jangan lengah dengan situasi alam yang tak bisa menunggu-nunggu lagi. Korban Sinila (Dieng, 1979) juga tak perlu begitu banyak andai tanda-tanda bahaya (awas gas beracun !) di sekitar gunung tersebut tidak dirusak oleh penduduk setempat yang malahan mendirikan beberapa bangunan seperti sekolah di tempat tanda bahaya dipasang. Di acara TV beberapa hari lalu Mbah Maridjan sewaktu diwawancarai oleh kru TV berkomentar ya ikut pemerintah saja (untuk kapan evakuasi) dan sang Sultan Yogya pun (yang katanya punya hubungan batin ke Merapi dan Laut Kidul) bilang ikut yang diumumkan pemerintah. Nah, tugas berat buat rekan-rekan kita di Direktorat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Kegunungapian. Walaupun Merapi makin menunjukkan gejala mau muntah tentu tak mudah menentukan kapan hari H mesti evakuasi. Terlalu cepat dievakuasi tetapi ternyata Merapi tak meletus akan mengikis kepercayaan masyarakat kepada para ahli gunungapi di samping memakan biaya di tempat pengungsian. Terlambat dievakuasi, akan menelan banyak korban dan para ahli gunungapi kembali dipersalahkan. Nah, kapan yang pas ? Masalah pelik sekali, dan di negara maju pun begitu (lihat saja film Dante's Peak) - belum lagi ketidaksepahaman di antara para ahli. Semoga tepatlah hari evakuasinya kalau diperlukan. Kalau Merapi meletus hebat tahun ini (2006), maka tepatlah 1000 tahun sejak erupsinya yang pertama yang tercatat dalam sejarah. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: On 4/20/06, [EMAIL PROTECTED] wrote: Merapi bakalan meletus 10 - 14 hari mendatang demikian sendiko pendito Raja NgaYogyokarto Hadiningrat,Sultan Hamengku Buono Kaping sedoso (demikian di Detik .com.)Apa wedus gembelnya sudah pada lari ya Ism Kadangkala kalau ada sendiko dari sultan atau kyai, pendeta, pastur, bhiksu dll yg tidak didasarkan pada kaidah ilmiah ini terdengar lucu. Memang bisa saaj sendiko ini sangat ampuh dalam penanggulangan atau usaha mengurangi korban. Namun dalam jangka panjang tidak memberikan keberdayaan masyarakat dalam mengenali kondisi alamnya. Bahkan lebih ekstrimnya tidak mendidik, walaupun bisa saja menyelamatkan nyawa. Darurat (emergency state). Sebagai penguasa atau pejabat seringkali dalam kondisi yg sangat darurat maka penjelasan ilmiah sudah bukan hal yg penting lagi, yg penting selamat. (note: kondisi darurat ini bisa saja sangat subjective). Memang kalau rakyat masih hanya mampu bersikap menunggu amaran/peringatan/berita dari yang dipercaya maka ucapan (sendiko) dari sang raja akan lebih ampuh sebagai komando. Keampuhan komando ini akan terlihat dari pada kajian ilmiah yang ndakik-ndakik (detil dan bertele-tele) bikin mumet malah ndak sempat menyelamatkan diri. Namun sangat disadari oleh para pendidik bahwa perlu saat-saat tertentu untuk memberikan ilmu sehingga akan berkesan. Saat-saat genting akan memberikan usia penyimpanan memory yg lebih awet ketimbang saat normal. Pemahaman terhadap kondisi rakyatnya ini (yg sering masih tertinggal) sangat jarang dimiliki orang yg pinter. Yah wajar saja, scientist biasanya hanya melihat secara alamiah apa-adanya, tidak berpikir bagaimana manusianya, wong kondisi alamnya emang sudah gitu, mau gimana lagi?. IAGI saat ini memiliki momen bagus untuk memperkenalkan pendekatan ilmiah-akademis dalam menghadapi G Merapi secara khusus dan Gunung api pada umumnya. Membuat tulisan di koran lokal, ceramah atau hal-hal lain termasuk mengajak mahasiswa supaya lebih mengenal alam sekitarnya. Menjelaskan bahaya Gunung Api lebih bermanfaat buat Yogyakarta. Seminar gempa dan tsunami kurang relevan dengan Jogeja. Duo- Pendekatan dua arah scientifik dan klenik. Pendekatan dari berbagai arah barangkali akan sangat efektif dalam menghadapi gejala alam di Indonesia ini. Pendekatan klenik akan sangat diperlukan dalam kondisi gawat (emergency), juga peanfaatan orang-orang yg berpengaruh misalnya penjaga G Merapi, dan juga Raja atau Sultan penguasa di Jogja. SBY juga sudah meminta prediksi ilmiah tentang kemungkinan letusan Merapi. Saya sendiri ketika membaca berita tentang perubahan status G Merapi dua minggu lalu tidak secara khusus mengkaji ilmiahnya, lah wong aku juga bukan volcanologist. Aku hanya merasa perlu memposting di IAGI saja. Memang kadangkala ada rasa ketika mengamati perkembangan status Merapi ini. Kayaknya gara-gara dulu sering ngematke gunung yg satu ini. Ya dulu aku suka melihat Gunung Merapi dari atap rumah wektu masih kecil di jogja, psst sambil main layang-layang :).
[iagi-net-l] Fwd: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil dan gas seepages...
Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Date: Mon, 24 Apr 2006 18:05:49 -0700 (PDT) From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil dan gas seepages... To: [EMAIL PROTECTED] Betul sekali, begitulah kedua dampak H2S dan CO2 bila ditemukan dalam jumlah yang signifikan di akumulasi gas. Peralatan produksi harus menggunakan yang anti korosif, dan ini berarti investasi akan lebih besar. Dampak lain, jelas kandungan non-hydrocarbon gases seperti CO2 dan H2S akan mengurangi reserve hydrocarbon gas (metana dkk.) sebab baik CO2, H2S maupun metana dkk terjadi di struktur/perangkap yang sama. Sebuah perusahaan minyak di Indonesia belum lama ini mengembalikan secara total wilayah kerjanya ke Pemerintah karena dua struktur yang dibornya hampir penuh dengan CO2. Struktur2 itu sebenarnya lumayan besar, punya cadangan ratusan BCF gas. Tetapi, itu bukan gas metana saja, malahan lebih dari 95 % isinya gas CO2, maka cadangan gas metana-nya hanya tak lebih dari 20 BCFG. Yah... gak ekonomis jadinya. Maka, di wilayah2 yang punya kecenderungan CO2 dan H2S tinggi, berhati2lah. Evaluasi geologi yang didukung data geokimia yang lengkap bisa memprediksi dengan akurat mana-mana wilayah yang punya kecenderungan punya CO2 dan H2S tinggi. salam, awang Asep Saripudin [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Saya pernah dengar, bahwa kandungan tinggi H2S tidak di kehendaki karena gas tersebut beracun dan korosif, sedangkan kandungan CO2 tinggi memerlukan alat CO2 separator selain dapat mengurangi perhitungan cadangan yang sebelumnya di perkirakan sebagai gas ekonomis. Apakah ada dampak lain selain itu apabila suatu daerah mengandung kadar tinggi CO2 dan H2S ? Salam, Asep Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Asep, Karakter geokimia rembesan migas biasanya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor permukaan. Pencucian oleh air (water washing) dan perusakan oleh bakteri (biodegradasi) biasanya menyertai hampir semua rembesan. Kalau rembesan gas punya CO2 dan H2S tinggi saya pikir itu mencerminkan kondisi di bawah permukaannya. Perubahan sekunder oleh faktor permukaan tidak pernah/jarang sekali menaikkan kandungan CO2 dan H2S rembesan gas. Dengan demikian, hampir bisa dipastikan bahwa karakter gas di bawah permukaan di daerah itu juga mengandung gas CO2 dan H2S yang tinggi. salam, awang Asep Saripudin [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima Kasih atas tanggapannya Pak Awang dan Cepi. menurut Pak Awang Rembesan migas hanya mengindikasi bahwa di bawah permukaan telah terjadi generasi dan migrasi yang jadi pertanyaan apakah komposisi hydrocarbon di rembesan permukaan tidak secara langsung mewakili kondisi hydrokarbon di bawah permukaan ? misalnya rembesan gas di permukaan banyak mengandung CO2 dan H2S, apakah itu tidak secara langsung mewakili kondisi di bawahnya yang banyak CO2 dan H2S juga ? ataukah ada banyak faktor lain yang berpengaruh sehingga kondisi hydrocabon di permukaan dan bawah permukaan bisa berbeda ? Salam, Asep Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pandanglah rembesan minyak dan gas dengan positif dan optimis, jangan dengan negatif dan pesimis. Benar yang ditulis Cepi, rembesan migas mengindikasi ada petroleum system aktif di daerah itu. Ada batuan induk matang yang telah menggenerasikan migas dan ada migrasi. Tetapi, keberadaan migas tak harus selalu mencerminkan problem perangkap dan penyekat. Benar, bahwa rembesan bisa mengindikasi ada perangkap yang bocor di bawah permukaan. Tetapi, bisa juga bahwa rembesan terjadi akibat perangkap di bawah permukaan telah penuh sampai ke titik limpahnya (full to spill point), dan minyak yang tak tertampung akan limpah ke tempat2 lain termasuk ke permukaan. Kasus kebocoran perangkap memang cukup sering dijadikan sebagai alasan asal rembesan, tetapi tak ada sebenarnya perangkap yang habis isinya karena bocor lalu jadi rembesan. Banyak sekali lapangan (di seluruh dunia) yang ditemukan via rembesan. Di Indonesia, bisa disebutkan bahwa lebih dari setengah lapangan ditemukan akibat hadirnya rembesan di atasnya. Jadi, saya berpendapat, jangan terlalu memperdulikan kegagalan perangkap atau penyekat; pikirkanlah terus bahwa telah ada generasi dan migrasi minyak dan gas di daerah itu. Menjawab pertanyaan Asep, jawaban pendek saya : 1. Rembesan migas selalu merepresentasikan bahwa telah ada generasi dan migrasi migas di daerah itu. 2. Rembesan migas hanya mengindikasi bahwa di bawah permukaan telah terjadi generasi dan migrasi. Bisa terdapat perangkap langsung di bawahnya (dengan cara itu banyak lapangn minyak ditemukan), tetapi bisa juga perangkapnya jauh dari lokasi rembesan sebab migrasi adalah proses yang rumit. Plot lokasi rembesan, apakah ia berasosiasi dengan jalur sesar, poros antiklin. Buat penampang geologinya, dari sini kita akan mulai perburuan perangkapnya di bawah permukaan
[iagi-net-l] Fwd: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil shale
Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Date: Mon, 24 Apr 2006 02:10:28 -0700 (PDT) From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil shale To: [EMAIL PROTECTED] Pak Herdi, Oil shales banyak berkaitan dengan lingkungan lakustrin dengan kerogen type tipe 2. Marine organic shales jarang sebagai oil shales. Kasus-kasus di dunia untuk oil shale seperti Green River Fm di US atau Pematang brown shales adalah berlingkungan lakustrin. Dengan adanya oil shale dan coal dan clay/sandstone jelas lingkungan pengendapannya didominasi terestrial lakustrin-transisi fluvio-deltaik. Pembalikan dan normal akan menentukan apakah sekuen itu transgresif atau regresif. Kasus-kasus di Indonesia pada umur Paleogen siklus normalnya adalah yang transgresif. Oil shale hanya mengekstraksi minyak dari shale pada temperatur T max (sekitar 435 deg C), jadi meniru proses generasi minyak dari batuan induk di alam. Saya pikir energinya setara dengan energi minyak yang dieksploitasi dari reservoir batupasir/karbonat. salam, awang Khun Somsak [EMAIL PROTECTED] wrote: Pa Awang, Simple expalanation dari sekuensi stratigrafi (idealised) antara oil shale - coal - dan lapisan sedimen (clay or sandstone)diatasnya atau di bagian bawahnya sebelum terbalik ?, lingkungan pengendapannya ?... mohon sharing pencerahannya. Kalau Oil shale tsb (yang umum di dunia) ekuivalent energinya setara dengan apa sih ? Salam herdi - New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.
Re: [iagi-net-l] force nature
Pemberitahuan menarik Pak Bondan ! Terima kasih, perlu ditonton nih..Jadi ingat buku "Das Heilige" (Yang Ilahi) tulisan Rudolf Otto, ahli agama berkebangsaan Jerman. Saya hubungkan dengan alam sekarang, bukan keilahian. Menurut Otto, "Das Heilige" adalah kuasa yang sifatnya menggentarkan tetapi juga menakjubkan : sebuah konsep yang bernama "Numinosum tremendum et fascinosum".Begitulah juga alam, film force nature tentunya bercerita tentang "Mysterium Tremendum" misteri alam yang menggentarkan karena kedahsyatannya bila ia murka. Tetapi, alam juga jelas memiliki "Mysterium Fascinosum" yang membuat kita takjub sehingga mengagumi Khalik-nya.Numinosum fascinosum et tremendum jelas terlihat saat kita takjub memandang puncak Merapi dari pesawat yang kita tengah tumpangi, atau dari kejauhan, atau saat kita memandang langit biru dengan awan-awan putih berarak-arak, atau lautan luas saat kita tengah berada di kapal kecil di tengah-tengahnya; tetapi perasaan kita gentar dan takut saat Merapi bergetar, panas, dan mulai terbatuk2, atau saat angin topan menerbangkan atap-atap rumah dan mencabut pepohonan; atau saat gelombang laut tinggi tsunami menggusur semua bangunan di tepi pantai.Baik alam saat fascinosum maupun tremendum, semoga makin mendekatkan kita ke Sang Pencipta.salam, awangBondan Brillianto [EMAIL PROTECTED] wrote:Minggu kemarin saya sempat jalan-jalan ke TMII Di Kong Mas, kebetulan diputar film 3D berjudul Force Nature Kesan : sangat bagus untuk ditonton, mengerti tentang geologist, bagus buat semua kalangan, anak-anak SD senior geologist Pengambilan film serta animasinya juga fantasticSempatkan nonton ya (bagi yang belum pernah ) Harga tiket Rp. 25.000/orang Jadwal tayang 2 x sehari (jam 11 dan jam 13.00) Durasi 1 jam.Keren habisssRegard's Bondan Brillianto Development Production Geologist PT. MedcoEP Indonesia Tel. 021-83991519 / 0811193255 Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1/min.
Re: [iagi-net-l] Geologi Indonesia vs Majalah Geologi Indonesia
Pak Min, Jurnal Geologi Indonesia dan Majalah Geologi Indonesia adalah benda yang sama tetapi berbeda umur. Geologi Indonesia adalah jurnal/majalah resmi IAGI yang terbit pertama kali tahun 1960. Tahun 1975 diurus izin cetaknya ke Laksus Kopkamtibda Jabar. Tahun 1978 diurus izin terbitnya ke Departemen Penerangan. Awal atau pertengahan tahun 1990an (?) jurnal ini berubah nama menjadi Majalah Geologi Indonesia. Mengapa berubah, tentu para pengurus IAGI saat itu yang lebih tahu. Statusnya masih sebagai jurnal. Keteraturan publikasi MGI (Majalah Geologi Indonesia) terutama akan bergantung ke asupan artikel-artikel yang dikirim oleh para kontributor. Dalam sejarahnya, jurnal ini pernah terbit 1x setahun, tetapi belakangan bisa terbit rutin 3x setahun. Sumbangan artikel kelihatannya harus bersaing dengan paper-paper yang dikirim ke seminar2 geologi. Kalau bisa dibuatkan index artikel2 yang pernah terbit di Geologi Indonesia dan Majalah Geologi Indonesia, wah..tentu akan sangat baik. Hanya, menelusurinya tak akan mudah kelihatannya... salam, awang Minarwan [EMAIL PROTECTED] wrote: Ketika sedang jalan-jalan di Georef saya menemukan jurnal milik IAGI bernama Geologi Indonesia yang diterbitkan tahun 80-an akhir. Apakah ini benda yang sama dengan Majalah Geologi Indonesia? Jika iya bagaimana kisahnya sehingga menjadi Majalah (statusnya mungkin masih jurnal juga?)? Minarwan -- Blog at http://decartenz.blogspot.com Help GeoTUTOR at http://www.geotutor.tk Jiwa Merdeka at http://jiwamerdeka.blogspot.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Blab-away for as little as 1¢/min. Make PC-to-Phone Calls using Yahoo! Messenger with Voice.
Re: [iagi-net-l] Updated : Geokronologi Kerak Kontinen dan Periodisasi Umur Bumi
Pak Udin, Di Indonesia, batuan tertua ditemukan di Papua, tepatnya di Kepala Burung pada suatu tinggian terkenal di wilayah ini : Tinggian Kemum (sebelah timur-tenggara kota Sorong). Pieters et al. (1983 : The stratigraphy of western Irian Jaya - GRDC Bull. no. 8, p. 14-48) ) melaporkan adanya kerakal granit pada endapan metakonglomerat Formasi Kemum (Silur-Devon). Ketika ditera umurnya, kerakal granit ini berumur 1250 juta tahun (pra-Kambrium - Meso-Proterozoic : Ectasian). Formasi Kemum di tempat itu berupa runtuhan endapan turbidit (diduga sebagai endapan lereng benua Australia Craton, maka itu adalah granit asal Gondwanaland). Penentuan umur radiometri di Indonesia dilakukan pada batuan magmatik dan metamorfik, dan P3G (GRDC) punya program khusus untuk peneraan umur absolut ini. (Wikarno et al., 1993; Sukamto, 2000). Radiometric dating paling kompleks di Indonesia ada di Kepala Burung. Di sini menumpuk jadi satu jalur2 plutonit berbagai umur dari Tersier, Mesozoik, dan Paleozoik. Tentu, tak mudah menafsirkan petrotectonic setting-nya. Di Indonesia Barat, batuan paling tua ditemukan pada jalur plutonit pra-Kambrium yang tersingkap di Pulau Anambas, Natuna, berumur 865 juta tahun (Neo-Proterozoic : batas Tonian-Cryogenian). Batuan-batuan tua lainnya adalah genes Ordovisium berumur 500 juta tahun di Jalur Barisan, Sumatra dan batuan berumur Silur (418 juta tahun) di mikro-kontinen Banggai. Nah, itulah para pemegang sebutan batuan-batuan tertua di Indonesia. Mencari batuan paling tua, tentu kita harus pergi ke tengah perisai benua. Di Indonesia, saya pikir ia terpendam di bawah perairan Sahul. Di sini pulalah target eksplorasi hidrokarbon Kambrium akan segera dimulai ! salam, awang Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, bagaimana dengan Indonesia? Dimana letak batuan tertua dan berapa umurnya? udin,- Awang Harun Satyana wrote: Berapa umur Bumi yang resmi diterima ? Ternyata tak terlalu jauh bergeser sejak Claire Peterson menemukan metode dating absolut menggunakan isotop tahun 1956 dan menemukan umur 4.55 Gigayears (milyar tahun). Skala Waktu Geologi terbaru (Gradstein et al., 2004) mencantumkan 4.56 Ga (gigayears ago) sebagai saat Bumi terbentuk. Perlu diketahui, buku besar dan tebal ini telah memuat ratusan referensi pendukung, sehingga semua kemajuan terakhir telah diakomodasinya. Buku Skinner et al. (2004) Dynamic Earth (edisi ke-5) - Jihn Willey Sons tetap mencantumkan 4.55 Ga. Dan Luhr -ed. (2003) mencantumkan 4.56 Ga di buku yang dieditnya yang didukung oleh puluhan geosaintis di buku Earth Dorling Kindersley Ltd. Kapan Alam Semesta sendiri lahir ? Menurut buku Luhr (2003) adalah 13-14 Ga. - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Sneak preview the all-new Yahoo.com. It's not radically different. Just radically better.
[iagi-net-l] Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006
Gempa telah mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dirasakan ke barat sampai Banyumas, utara sampai Semarang dan Blora, dan timur sampai Madiun. Episentrum terletak di Lautan Hindia. Kerusakan besar terjadi di Yogyakarta. Issue tsunami telah membuat warga panik, dan mengungsi rame2 ke Kaliurang menuju Merapi. Kalau benar ada tsunami (secara ilmiah kecil kemungkinan) maka dari selatan warga diserbu gelombang laut stunami, dari utara warga diguyur hujan abu. Gempa ini gempa tektonik, bukan volkanik, jadi tak ada hubungannya dengan geliat Merapi akhir2 ini. Tetapi, gempa ini bisa memprovokasi Merapi untuk ikut unjuk gigi, tetapi bahkan bisa menghentikannya. Guguran lava bisa saja dipicu gempa tektonik. Lereng Merapi-Merbabu dilaporkan mengalami longsor juga. Data dari BMG dan USGS Earthquake Center ada perbedaan di kedalaman dan magnitude, biasa sebab data masih serabutan dan ada perbedaan perhitungan, tetapi data direvisi terus. Berikut kutipan info dari USGS : Earthquake DetailsMagnitude 6.2 (Strong) Date-Time · Friday, May 26, 2006 at 22:54:01 (UTC) = Coordinated Universal Time · Saturday, May 27, 2006 at 5:54:01 AM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 8.007°S, 110.286°E Depth 17.1 km (10.6 miles) (poorly constrained) Region JAVA, INDONESIA Distances 25 km (15 miles) SSW of Yogyakarta, Java, Indonesia 115 km (75 miles) S of Semarang, Java, Indonesia 145 km (90 miles) SSE of Pekalongan, Java, Indonesia 440 km (275 miles) ESE of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 12.5 km (7.8 miles); depth +/- 36.4 km (22.6 miles) Parameters Nst=122, Nph=122, Dmin=999 km, Rmss=1.48 sec, Gp= 43°, M-type=moment magnitude (Mw), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usneb6 Kedalaman hiposentrum sudah dikoreksi berdasarkan earthquake focal sphere/mechanism menjadi 28 km (menurut BMG masih 38 km). Magnitude menurut BMG 5.8 SR. Apakah ini tsunami-genic earthquake ? Saya pikir bukan sebab moment tensor solution pada focal shere-nya menunjukkan gerak strike-slip. Gerak strike-slip mestinya tak terlalu memindahkan massa kolom air laut di atas episentrum. Beda halnya kalau geraknya vertikal seperti thrust atau normal fault. Di samping itu, tsunami biasanya (statistik ini) dibangkitkan oleh gempa dengan magnitude 7.0 SR dan kedalaman hiposentrum 30 km. Dan, melihat lokasi episentrum yang tak sampai 50 km di selatan Yogya, beberapa jam setelah gempa tak dilaporkan ada tsunami, maka bisa dipastikan tak ada tsunami sebab lokasi yang hanya 50 km kalau ada tsunami tentu sudah menggempur Yogya hanya 1/2 jam atau kurang setelah gempa terjadi. Di Lampung, dilaporkan juga ada gempa pukul 06.29 WIB, terjadi propagasi gaya ke BBL mungkin, walau slip vektor subduction di selatan Jawa ke 10 deg NE.Mungkin karena ini frontal convergence (beda dengan di Sumatra), propagasi gaya tidak mesti searah dengan slipnya. Atau, yang di Lampung tak berhubungan dengan yang di Yogya. Semoga tak terlalu banyak korban tewas, walaupun saat tulisan ini dibuat (pukul 08.45) dilaporkan telah ada 10 korban gempa yang tewas di RS Bethesda. salam, awang (be alert, we are sleeping with earthquake !) - Be a chatter box. Enjoy free PC-to-PC calls with Yahoo! Messenger with Voice.
Re: [iagi-net-l] Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006
Apakah ada pergeseran episentrum dan penyebabnya adalah sesar geser di daratan? udin,- Tak ada pergeseran episentrum gempa. Gempa 4.5 SR pukul 11.21 AM itu (USGS) adalah masih aftershock gempa pertama 6.2 SR pukul 05.56 AM. Coba plot lokasi episentrum dua gempa ini - itu sangat menunjukkan slip vector lempeng Samudra Hindia berkonvergen terhadap Jawa, yaitu 10 deg NE. Kalau diplot semua episentrum-nya pasti membuat swarm of earthquake epicentrums yang akan menunjukkan slip vector konvergensi lempeng2 di wilayah ini. Focal mechanism plotting menunjukkan strike-slip faulting, ini bukan strike-slip di daratan, sesar lama, tetapi saya pikir itu rupture front pada Benioff zone, yaitu robekan/retakan/patahan baru yang terjadi akibat gempa ini. Ingat, sobekan ini bisa terjadi pada tingkat 3 km/detik. Maka, akan bergantung kepada berapa panjang retakan bidang sesar terbentuk, secepat itulah propagasi gelombang gempa menjalar ke permukaan. salam, awang Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote: Kutipan terakhir dari USGS: http://neic.usgs.gov/neis/last_event/world_indonesia.html *Magnitude* 4.5 *Date-Time* *Saturday, May 27, 2006 at 04:21:50 (UTC)* - Coordinated Universal Time Saturday, May 27, 2006 at 11:21:50 AM local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones *Location* 7.86S 110.81E *Depth* 10.0 kilometers *Region* *JAVA, INDONESIA * *Reference* 45 km (30 miles) E of *Yogyakarta, Java, Indonesia* 105 km (65 miles) SSE of *Semarang, Java, Indonesia* 170 km (105 miles) SE of *Pekalongan, Java, Indonesia* 485 km (305 miles) ESE of *JAKARTA, Java, Indonesia* *Location Quality* Error estimate: horizontal +/- 18.7 km; depth fixed by location program *Location Quality Parameters* Nst=36, Nph=36, Dmin=1753.5 km, Rmss=0.91 sec, Erho=18.7 km, Erzz=0 km, Gp=75.8 degrees *Source* USGS NEIC (WDCS-D) Apakah ada pergeseran episentrum dan penyebabnya adalah sesar geser di daratan? udin,- Awang Satyana wrote: Gempa telah mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dirasakan ke barat sampai Banyumas, utara sampai Semarang dan Blora, dan timur sampai Madiun. Episentrum terletak di Lautan Hindia. Kerusakan besar terjadi di Yogyakarta. Issue tsunami telah membuat warga panik, dan mengungsi rame2 ke Kaliurang menuju Merapi. Kalau benar ada tsunami (secara ilmiah kecil kemungkinan) maka dari selatan warga diserbu gelombang laut stunami, dari utara warga diguyur hujan abu. Gempa ini gempa tektonik, bukan volkanik, jadi tak ada hubungannya dengan geliat Merapi akhir2 ini. Tetapi, gempa ini bisa memprovokasi Merapi untuk ikut unjuk gigi, tetapi bahkan bisa menghentikannya. Guguran lava bisa saja dipicu gempa tektonik. Lereng Merapi-Merbabu dilaporkan mengalami longsor juga. Data dari BMG dan USGS Earthquake Center ada perbedaan di kedalaman dan magnitude, biasa sebab data masih serabutan dan ada perbedaan perhitungan, tetapi data direvisi terus. Berikut kutipan info dari USGS : Earthquake Details Magnitude 6.2 (Strong) Date-Time · Friday, May 26, 2006 at 22:54:01 (UTC) = Coordinated Universal Time · Saturday, May 27, 2006 at 5:54:01 AM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 8.007°S, 110.286°E Depth 17.1 km (10.6 miles) (poorly constrained) Region JAVA, INDONESIA Distances 25 km (15 miles) SSW of Yogyakarta, Java, Indonesia 115 km (75 miles) S of Semarang, Java, Indonesia 145 km (90 miles) SSE of Pekalongan, Java, Indonesia 440 km (275 miles) ESE of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 12.5 km (7.8 miles); depth +/- 36.4 km (22.6 miles) Parameters Nst=122, Nph=122, Dmin=999 km, Rmss=1.48 sec, Gp= 43°, M-type=moment magnitude (Mw), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usneb6 Kedalaman hiposentrum sudah dikoreksi berdasarkan earthquake focal sphere/mechanism menjadi 28 km (menurut BMG masih 38 km). Magnitude menurut BMG 5.8 SR. Apakah ini tsunami-genic earthquake ? Saya pikir bukan sebab moment tensor solution pada focal shere-nya menunjukkan gerak strike-slip. Gerak strike-slip mestinya tak terlalu memindahkan massa kolom air laut di atas episentrum. Beda halnya kalau geraknya vertikal seperti thrust atau normal fault. Di samping itu, tsunami biasanya (statistik ini) dibangkitkan oleh gempa dengan magnitude 7.0 SR dan kedalaman hiposentrum 30 km. Dan, melihat lokasi episentrum yang tak sampai 50 km di selatan Yogya, beberapa jam setelah gempa tak dilaporkan ada tsunami, maka bisa dipastikan tak ada tsunami sebab lokasi yang hanya 50 km kalau ada tsunami tentu sudah menggempur Yogya hanya 1/2 jam atau kurang setelah gempa terjadi. Di Lampung, dilaporkan juga ada gempa pukul 06.29 WIB, terjadi propagasi gaya ke BBL mungkin, walau slip vektor subduction di selatan Jawa ke 10 deg NE.Mungkin karena ini frontal convergence (beda dengan di Sumatra), propagasi gaya tidak mesti searah dengan
Re: [iagi-net-l] Aftershocks Bergerak ke NE (Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006)
Plotting episentrum mainshock dan aftershocks gempa Yogya dari pukul 05.55 (main shock) sampai episentrum aftershocks pukul 08, 09, dan 11 menunjukkan bahwa pusat2 gempa sedang bergerak ke daratan. Pukul 11.21 posisi episentrum sudah di bagian tenggara daratan Yogyakarta. Magnitude gempa semakin menurun. Sampai pukul 14.30 sudah terjadi 74 aftershocks. Gerakan perpindahan ini sejajar dengan slip vector konvergensi lempeng Hindia terhadap Eurasia, yaitu 10 derajat NE. Focal mechanism solution menunjukkan strike-slip faulting pada rupture front-nya. Bisa jadi sesar mendatar baru ini menyusup di bawah daratan Yogya sepanjang sekian km dengan arah 10 deg NE, dan dari situ pulalah mungkin keluar episentrum2 gempa susulan. Kalau kita tarik garis 10 deg NE dari episentrum gempa utama di Lautan Hindia menuju daratan Yogya, di situlah mungkin aftershock epicentrums akan berkumpul, semoga tak terlalu merusakkan walau goncangan terkuat aftershocks mungkin akan tak jauh keluar dari garis itu. salam, awang Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote: Trims, Pak Awang. Saya lupa memperhatikan data kedalamannya, terlalu terpaku pada plotting di permukaan. Maklum panik juga sebab rasanya ini gempa terbesar di jogja dengan tingkat kerusakan yang tinggi selama ini. udin,- Awang Satyana wrote: Tak ada pergeseran episentrum gempa. Gempa 4.5 SR pukul 11.21 AM itu (USGS) adalah masih aftershock gempa pertama 6.2 SR pukul 05.56 AM. Coba plot lokasi episentrum dua gempa ini - itu sangat menunjukkan slip vector lempeng Samudra Hindia berkonvergen terhadap Jawa, yaitu 10 deg NE. Kalau diplot semua episentrum-nya pasti membuat swarm of earthquake epicentrums yang akan menunjukkan slip vector konvergensi lempeng2 di wilayah ini. Focal mechanism plotting menunjukkan strike-slip faulting, ini bukan strike-slip di daratan, sesar lama, tetapi saya pikir itu rupture front pada Benioff zone, yaitu robekan/retakan/patahan baru yang terjadi akibat gempa ini. Ingat, sobekan ini bisa terjadi pada tingkat 3 km/detik. Maka, akan bergantung kepada berapa panjang retakan bidang sesar terbentuk, secepat itulah propagasi gelombang gempa menjalar ke permukaan. salam, awang - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.
Re: [iagi-net-l] Aftershocks Bergerak ke NE (Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006)
Kalau sesar baru ini memanfaatkan konfigurasi substrate di wilayah ini, maka ia akan berpropagasi dari episentrum gempa utama ke arah TL sampai ujung utaranya di Perbukitan Jiwo. Artinya, Solo atau bahkan Klaten pun luput dari robekan. Maksimum, ia akan sekitar 30 km ke arah TL dari garis pantai Parang Tritis. Kalau kita perhatikan Sungai Opak, ia mengalir di sepanjang batas litologi antara gamping Miosen Wonosari dan deposit volkanik Kuarter Merapi yang menutup Sleman, Yogya, dan Bantul. Kelihatannya, sesar baru ini pun mungkin terbentuk di batas litologi ini sebab batas ini pun bisa jadi sebenarnya suatu batas struktur tua yang mengindentasi garis pantai selatan Jawa Tengah. Di wilayah ini, Pegunungan Selatan Jawa tenggelam dari Nusa Kambangan sampai muncul kembali di timur Sungai Opak. Rupture front-nya baru, dibangkitkan gempa Yogya 27 Mei 2006, tetapi ia bisa saja berpropagasi sebagai strike-slip fault memanfaatkan struktur substrate yang sudah ada di sini sejak Paleogen - yaitu batas timur indentasi garis pantai selatan Jawa. Mudah2-an benar, ia tak sampai Solo, Klaten pun tidak agar swarm of aftershocks tak merangsek makin ke utara. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Gambar ploting gempa2 susulan versi BMG dan versi USGS aku pasang di http://rovicky.blogspot.com Sepertinya gempa2 USGS ini yg sesuai dengan dugaan pak Awang. Setelah saya plot lokasi2 gempa tersebut sepertinya memang propagasinya kearah NE. Yang saya takut propagate ke solo. Saya ngga tahu sepanjang mana sesar aktif ini. Saya inget dulu sewaktu kuliah ada yg akan mengukur pergeseran sesar ini dengan GPS waktu itu (akhir 80an). tetapi tentunya GPS belum secanggih saat ini. Pergerakan sesar saat itu tidak terdeteksi, karena mungkin keakurasian dan presisi alat GPS yg masih belum sebaik saat ini. RDP On 5/27/06, Awang Satyana wrote: Plotting episentrum mainshock dan aftershocks gempa Yogya dari pukul 05.55 (main shock) sampai episentrum aftershocks pukul 08, 09, dan 11 menunjukkan bahwa pusat2 gempa sedang bergerak ke daratan. Pukul 11.21 posisi episentrum sudah di bagian tenggara daratan Yogyakarta. Magnitude gempa semakin menurun. Sampai pukul 14.30 sudah terjadi 74 aftershocks. Gerakan perpindahan ini sejajar dengan slip vector konvergensi lempeng Hindia terhadap Eurasia, yaitu 10 derajat NE. Focal mechanism solution menunjukkan strike-slip faulting pada rupture front-nya. Bisa jadi sesar mendatar baru ini menyusup di bawah daratan Yogya sepanjang sekian km dengan arah 10 deg NE, dan dari situ pulalah mungkin keluar episentrum2 gempa susulan. Kalau kita tarik garis 10 deg NE dari episentrum gempa utama di Lautan Hindia menuju daratan Yogya, di situlah mungkin aftershock epicentrums akan berkumpul, semoga tak terlalu merusakkan walau goncangan terkuat aftershocks mungkin akan tak jauh keluar dari garis itu. salam, awang Salahuddin Husein wrote: Trims, Pak Awang. Saya lupa memperhatikan data kedalamannya, terlalu terpaku pada plotting di permukaan. Maklum panik juga sebab rasanya ini gempa terbesar di jogja dengan tingkat kerusakan yang tinggi selama ini. udin,- Awang Satyana wrote: Tak ada pergeseran episentrum gempa. Gempa 4.5 SR pukul 11.21 AM itu (USGS) adalah masih aftershock gempa pertama 6.2 SR pukul 05.56 AM. Coba plot lokasi episentrum dua gempa ini - itu sangat menunjukkan slip vector lempeng Samudra Hindia berkonvergen terhadap Jawa, yaitu 10 deg NE. Kalau diplot semua episentrum-nya pasti membuat swarm of earthquake epicentrums yang akan menunjukkan slip vector konvergensi lempeng2 di wilayah ini. Focal mechanism plotting menunjukkan strike-slip faulting, ini bukan strike-slip di daratan, sesar lama, tetapi saya pikir itu rupture front pada Benioff zone, yaitu robekan/retakan/patahan baru yang terjadi akibat gempa ini. Ingat, sobekan ini bisa terjadi pada tingkat 3 km/detik. Maka, akan bergantung kepada berapa panjang retakan bidang sesar terbentuk, secepat itulah propagasi gelombang gempa menjalar ke permukaan. salam, awang - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Re: [iagi-net-l] Tim Gempa Yogya
Dan, kita juga suka latah lalu besar/semangat di muka saja, coba lihat nanti pun akan sepi dengan sendirinya. Hidden agenda, terpaksa harus dicurigai pula, belum tentu tujuannya mulia. Bagaimana kalau bencana saja dijadikan kendaraan politik, ah..keterlaluan ! BPPT, LIPI, ITB, BMG dll badan ilmiah sebaiknya saling berkoordinasi dalam penelitian ini. Kalau ini, memang harus berangkat sekarang Pak Ismail, sebelum buntut gempa (seperti kata Pak Rovicky) lenyap. Siapa tahu goncangan2 sisa itu bisa mengarahkan penelitian. salam, awang Noor Syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Ismail, Jangan lupa, itupun baru AKAN... jadi memang kelihatannya sangat reaktif terhadap kejadian dan terhadap pertanyaan dari reporter..perkara setelah wawancara atau beritanya masuk koran kemudian tidur lagi gak ada yang tahukhan...? a+ - Original Message - From: Ismail Zaini To: Sent: Saturday, June 03, 2006 7:29 AM Subject: [iagi-net-l] Tim Gempa Yogya Trijaya FM memberitakan LIPI akan menurunkan Timnya untuk meneliti Gempa Yogya/ Sesar Opak. Kompas sabtu memberitakan bppt menurunkan Tim untuk mecari Sesar opak ( belum ketemu ), BMG juga menurunkan Tim yang sama , serta Tim Tim dari instansi lain untuk hal yang sama. DPR juga tidak kalah akan menurunkan Tim nya , BPK juga segera akan menurunkan Timnya. DPR kabarnya juga bentuk pansus untuk RUU pembemtukan lembaga bancana alam Kadang kadang saya berpikir , apakah Harus sekarang semuanya bekerja disitu , kok tidak ada semacam skala prioritas, Untuk hal hal yang sama apakah tidak disatukan saja / dikordinir Tim Timnya biar efektif. apalagi semua institusi pemerintah dan pakai sumber APBN semuanya. ( kayaknya kepentingan sektoral lebih diutamakan). ISM - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] PERMADI :Jakarta akan akan dihantam bencana besar
Gempa selalu datang seperti pencuri, tak ada yang tahu. Sebelum gempa datang, tak ada seorang ahli pun yang berani bilang, awas gempa kan datang, segera mengungsi ! (walaupun ini pernah terjadi di Cina tahun 1975 dan berhasil menyelamatkan puluhan ribu orang, - tapi di gempa2 berikutnya mereka kecolongan juga). Setelah gempa datang, banyak kalangan (ahli, juga bahkan paranormal) mengklaim mereka sebenarnya telah memprediksi gempa itu kan datang. Wah.. Maka sebaiknya (khususnya para ahli) tak usah deh bilang ke media massa bahwa gempa itu sudah diprediksi, atau hati2lah berbicara sebab yang diterima wartawan belum tentu sama dengan yang dimaksudkan. Tanpa diprediksi pun, Indonesia itu sudah nasibnya negeri gempa. salam, awang Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote: Persi ! Itulah celahnya Permadi berkelit nanti.. Dia tidak menyebutkan waktu yang spesifik. Bila bencana alamnya terjadi 6 minggu lagi, dia akan cuap-cuap di media massa: oh, itu saya sudah ngomong 6 minggu yang lalu... Bila bencana alamnya terjadi 6 bulan lagi, dia akan ngomong serupa: saya kan sudah memberi warning 6 bulan lalu. Dan bila tidak terjadi bencana alam sama sekali, sebagai politikus paling sambil mesem-mesem nanti dia ngomong: saya kan hanya berwacana saja... Quote: Seperti waktu di Aceh, saya sudah memprediksi sejak 4 hari sebelumnya, ungkapnya. - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[iagi-net-l] Meteor Mega-Hit, Permian-Triassic Extinction, Continental Rifting
Berikut ada berita sains menarik, dikutip dari AFP dan Yahoo news. Sekelompok ilmuwan baru saja mengumumkan penemuan mereka (2 Juni 2006). Sebuah kawah meteorit selebar hampir 500 km ditemukan di Antarktika sebelah timur. Mereka memperkirakan ukuran meteorit ini 4-5 kali lebih besar daripada meteorit pemusnah dinosaurus di K-T boundary. Berdasarkan dating, meteorit ini membentur Bumi pada batas Paleozoikum-Mesozoikum, Perem-Trias. Ini adalah periode kepunahan masal paling besar dalam sejarah Bumi. Meteorit ini juga kemudian diduga telah mempengaruhi pemisahan Australia dari Gondwana pada Yura-Kapur. Meteor mega-hit spawned Australian continent A meteor's roaring crash into Antarctica -- larger and earlier than the impact that killed the dinosaurs -- caused the biggest mass extinction in Earth's history and likely spawned the Australian continent, scientists said. Ohio State University scientists said the 483-kilometer-wide (300-mile-wide) crater is now hidden more than 1.6 kilometers (one mile) beneath the East Antarctic Ice Sheet. Gravity measurements that reveal its existence suggest that it could date back about 250 million years -- the time of the Permian-Triassic extinction, when almost all animal life on Earth died out, the university said in a statement Thursday. Its size and location -- in the Wilkes Land region of East Antarctica, south of Australia -- also suggest that it could have begun the breakup of the Gondwana supercontinent by creating the tectonic rift that pushed Australia northward, they added. Scientists believe that the Permian-Triassic extinction paved the way for the dinosaurs to rise to prominence. The Wilkes Land crater is more than twice the size of the Chicxulub crater in Mexico's Yucatan peninsula, which marks the impact that may have ultimately killed the dinosaurs 65 million years ago. The Chicxulub meteor is thought to have been 9.6 kilometers (six miles) wide, while the Wilkes Land meteor could have been up to 48.3 kilometers (30 miles) wide -- four or five times wider. This Wilkes Land impact is much bigger than the impact that killed the dinosaurs, and probably would have caused catastrophic damage at the time, said Ralph von Frese, a professor of geological sciences at Ohio State. He and Laramie Potts, a postdoctoral researcher in geological sciences, led the team that discovered the crater. They collaborated with other Ohio State and NASA scientists, as well as partners from Russia and South Korea. They reported their preliminary results in a recent American Geophysical Union Joint Assembly meeting in Baltimore, Maryland. Some 100 million years ago, Australia split from the ancient Gondwana supercontinent and began drifting north, pushed away by expansion of a rift valley into the eastern Indian Ocean. The rift cuts directly through the crater, so the impact may have helped the rift to form, von Frese said. The more immediate effects of the impact, however, would have devastated life on Earth. All the environmental changes that would have resulted from the impact would have created a highly caustic environment that was really hard to endure. So it makes sense that a lot of life went extinct at that time, he said. Collaborators included Stuart Wells and Orlando Hernandez, graduate students in geological sciences at Ohio State; Luis Gaya-Pique and Hyung Rae Kim, both of NASA's Goddard Space Flight Center; Alexander Golynsky of the All-Russia Research Institute for Geology and Mineral Resources of the World Ocean; and Jeong Woo Kim and Jong Sun Hwang, both of Sejong University in South Korea. Copyright © 2006 Agence France Presse. All rights reserved. Copyright © 2006 Yahoo! Inc. All rights reserved. salam, awang __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Meteor Mega-Hit, Permian-Triassic Extinction, Continental Rifting
ditemukan plato basalt dalam skala yang sangat luas. Tetapi sudah diduga bahwa material magma basa ini langsung dibawa dari lower crust atau mantle melalui retakan2 di upper crust. Plato ini masih ditemukan sampai ke Norwegia. Buku yang lebih baru (Dixon et al. 2001, eds.) Atlas of Life on Earth -Barnes and Noble) menyebut plato basalt di Siberia Utara ini sebagai Siberian Traps, sebuah plato basalt yang terjadi di utara Pegunungan Ural. Pegunungan Ural adalah suture antara dua mikro-kontinen : Laurasia dan Angaraland. Saat ini, Siberian Traps bisa dilihat di sebelah barat Kazakhstan. Plato basalt selebar itu kalau dibandingkan dengan volkanisme normal, berarti 100 kalinya, tetapi terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Apalagi penyebabnya kalau bukan suatu yang katastrofik ? Saya meyakini - setelah tahu ada penemuan kawah meteorit Permo-Triasik selebar hampir 500 km di Antarktika Timur - bahwa Siberian Basalt Traps adalah ANTIPODE dari Meteorit Wilkes di Antarktika yang menghantam Bumi di penghujung Permian. Volkanisme seiintensif itu tentu bertanggung jawab bagi perubahan iklim, pelepasan CO2 besar2an ke atmosfer, greenhouse effect, dan kepunahan masa di ujung Paleozoic. Benturan meteorit ini ada di jalur rifting Mesozoik Gondwanaland, dan diduga sebagai pemicunya, maka ia pun bertanggung jawab kepada distribusi lempeng2 di Bumi. salam, awang Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, apakah tumbukan meteorit sebesar itu mampu menggeser posisi bumi dari garis orbitnya? Dan bila memang bisa, apakah bumi akan tetap berada pada garis orbit yang baru atau akan dapat kembali ke garis orbit semula? Sebab bila memang mampu menggeser, perubahan orbit ini menurut dugaan saya semakin memperkuat kemusnahan makhluk hidup yang gagal beradaptasi terhadap perbuahan iklim drastis. Kemudian bagaimanakah mekanisme perubahan sirkulasi sel-sel astenosfer akibat tumbukan meteorit tersebut sehingga terbentuk konfigurasi lempeng-lempeng baru? salam, udin,- Awang Satyana wrote: Berikut ada berita sains menarik, dikutip dari AFP dan Yahoo news. Sekelompok ilmuwan baru saja mengumumkan penemuan mereka (2 Juni 2006). Sebuah kawah meteorit selebar hampir 500 km ditemukan di Antarktika sebelah timur. Mereka memperkirakan ukuran meteorit ini 4-5 kali lebih besar daripada meteorit pemusnah dinosaurus di K-T boundary. Berdasarkan dating, meteorit ini membentur Bumi pada batas Paleozoikum-Mesozoikum, Perem-Trias. Ini adalah periode kepunahan masal paling besar dalam sejarah Bumi. Meteorit ini juga kemudian diduga telah mempengaruhi pemisahan Australia dari Gondwana pada Yura-Kapur. - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Informasinya benar (Banjar Panji Mud-Extrusion)
Pak Noor, Terima kasih telah berbagi info. Memang, kasus-kasus blow-out yang disumbat semen atau ditutup BOP, kalau litologi sekitar sumur lemah, gas kick akan mencari daerah2 lemah sekeliling sumur, lalu keluar dari situ dan akibatnya akan menenggelamkan struktur sekitar lokasi sumur. Saya pikir, rig Semanlu Total di offshore Kalimantan Timur tenggelam gara-gara ini juga awal tahun 1990an. Hanya, yang keluar di Banjar Panji adalah lumpur cair ber-H2S dan kita tahu bahwa di bawahnya ada peluang2 struktur2 diapirik yang terpotong-potong sesar. Kemudian, muncul juga sekitar lima mata air panas di sekitar titik semburan. Baik titik2 ekstrusi lumpur maupun mata air panas membentuk kelurusan sekitar BBD-TTL. Kalau buat saya, itu bukan big hole breakout, tetapi kelurusan sesar yang merupakan splay sintetik dari sesar utama di wilayah ini - strike-slip BD-TL. Waktu terjadi gempa Yogya kemarin, bukan Sesar Opak saja yang tereaktivasi, tetapi banyak sesar strike-slip yang punya arah sama dengan sesar Opak. Dan, gempa ini punya focal mechanism strike-slip. Saya pikir, bukan hal sulit untuk mereaktivasi semua sesar strike-slip yang arahnya lebih-kurang sejajar dengan Sesar Opak. Lagipula, catatan stasiun2 terdekat dengan Banjar Panji mencatat magnitude gempa 3.5-4.8 SR pada saat gempa menggoyang Yogya dengan kekuatan 5.9 SR; saya pikir ini fakta yang tak bisa diabaikan. Sesar tak hanya merancah Kalibeng, tetapi juga Pucangan. Walaupun sudah di belakang casing, kalau liquefaction terjadi sepanjang sesar, liquefied materials yang disemburkan ke permukaan bisa juga dikontribusi dari Pucangan. salam, awang Noor Syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Seingat saya ada dua kasus yang mirip (tapi tidak sama benar karena yang keluar gas -atau juga lumpur tapi nggak kelihatan karena lokasinya di offshore). Dua-duanya terjadi di tahun 70-80-an saya lupa persisnya. Saya waktu tertarik membaca karena berhubungan dengan North Sokang dan kebetulan juga laporannya dilengkapi gambar urut-urutan tenggelamnya si kapal. - kasus tenggelamnya drill ship di sekitar Natuna (operatornya Mobil..?) sumur mengalami kick (yang di jatim: loss), kemudian sumur disumbat. Dipikir sudah aman, eh nggak tahunya beberapa jam kemudian mulai keluar gelembung gas di salah satu sisi drill ship itu. Makin lama makin besar gelembungnya, dan tentunya ini mempengaruhi berat jenis air. Akibatnya lama-lama si drill shipnya miring ke arah yang ada gelembung gasnya (BJ lebih kecil) dan beberapa jam kemudian terbalik total model tangkuban perahu. Jadi setelah sumur disumbat rupanya si gas lari mendesak ke permukaan dan menimbulkan rekahan yang makin lama makin besar. - kasus kedua di selat malaka (operatornya Caltex atau Hudbay ..?) mirip di atas, sumurnya kick, kemudian disumbat dan gas mendesak ke atas lewat rekahan. saya lupa apakah ini berupa platform atau barge yang akhirnya juga tenggelam. Tapi seingat saya lokasinya di laut dangkal atau bahkan transisi. Dua-duanya ada gas yang keluar via rekahan setelah sumur disumbat dan rasanya tidak ada yang mengkaitkan dengan gempa di laporan yang pernah saya baca. Jadi mungkin kasusnya Lapindo ini sama, setelah disumbat si gas lari via rekahan dan karena ini lokasinya di daratan maka airnya tentunya jadi kelihatan berlumpur. Dari cerita teman-teman bahwa lumpur di Jatim sangat encer, maka mungkin pada kasus di atas si lumpurnya tidak terlalu kelihatan karena bercampur air laut. Hal lain yang menarik adalah bahwa adanya keterangan pak Faiz (dir opsnya Lapindo) bahwa ketiga titik semburannya membentuk garis lurus. Mungkin bisa dilihat dari konfigurasi sigma-nya, apakah tidak mungkin ini merupakan hole breakout skala besar. salam, - Original Message - From: Awang Harun Satyana To: Sent: Tuesday, June 13, 2006 8:57 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Informasinya benar (Banjar Panji Mud-Extrusion) Saat terjadi problem, data pertama yang selalu kita minta dan amati adalah : kronologi sumur. Dari rentetan peristiwa di sumur itulah biasanya kita memutuskan apa penyebab problem di sumur. Hanya, khusus untuk Banjar Panji kita tak bisa mengesampingkan kasus gempa sebab semua semburan terjadi setelah gempa terjadi. Semua yang ditanyakan Pak Rovicky sudah ada dalam penelitian. Itu salah satu data yang kita kumpulkan. Maaf, saya tak bisa ekspos di sini sebab saya hanya ingin mengklarifikasi apa yang saat ini berkembang di media. BPMIGAS pun pernah menghadapi claim kasus pipe sticking di Sumatra Utara yang operatornya menunjuk ke Gempa Aceh sebagai penyebab utama. Operator datang lengkap dengan seismogram dari BMG. Hanya, setelah dipelajari diputuskan bahwa pipe sticking adalah akibat Baong shales. Semua yang pernah mengebor di Sumatra Utara tahu pasti bagaimana baongnya (nakal) si Baong ini. Kebetulan, operatornya baru dan tak tahu si Baong gemar menjepit pipa. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL
Re: [iagi-net-l]Banjar Panji Mud-Extrusion: Objek wisata
Tetapi, harus hati2 menjadikan wilayah small catastrophism seperti ini untuk objek geo-wisata. Bercermin ke Bledug Kuwu, tanahnya sangat labil dan siap mengisap siapa saja kalau tak hati-hati memilih jalan. Coba kita lihat di Bledug Kuwu, di situ ada kerangka2 sapi yang dulunya mendekat ke Bledug Kuwu untuk mencecap air asinnya dan tenggelam lalu terapung lagi setelah sekian lama sebagai kerangka. Teman saya, seorang expat berbadan tinggi besar, melesak kakinya ketika salah memilih jalan mau melihat Bledug Kuwu dari dekat. Kalau kelak struktur permukaan Banjar Panji collaps, mau tak mau ia bisa jadi rawa. salam, awang wahyu budi [EMAIL PROTECTED] wrote: Semburan lumpur Banjar Panji ini mengingatkan pada Bledug Kuwu di sebelah timur Purwodadi. Melihat perkembangannya saat ini, rasanya tidak untuk menghentikan semburan lumpur itu. Biaya yang telah dialokasinya untuk menghentikan semburan atau membersihkan lumpur, sebaiknya dipergunakan untuk merelokasi warga. Saya setuju dengan Bung Ujay, sebaiknya lokasi disekitar semburan segera dikosongkan saja dari pemukiman dan aktifitas lain, dan kemudian kawasan itu dijadikan objek wisata alam small catatrophism. tentu akan sangat menarik. Salam WBS --- Ujay wrote: setahu saya saat ini sudah ada tim independen di lokasi yang melakukan penelitian, kemudian akan disusul oleh tim berikutnya dari institusi yang berbeda. Waktu bagi merteka adalah 2 minggu untuk menentukan/memberikan second opini ke BPMIGAS mengenai yang sedang terjadi di banjarpanji. kalo saya sih lebih baik saat ini dibebaskan dulu 80-100 ha disekitar 5 lokasi hotspring yang sudah terlanjur menjadi ajang lumpur panas, dibangun bendungan atau waduk untuk menghambat pergerakan lumpur tersebut lebih meluas. hal ini untuk melokalisasi bencana. baru kemudian diputuskan apakah akan mematikan lumpur tersebut ataukah didiamkan dan dijadikan objek wisata small catatrophism. udah ga tahan liat lumpur yang makin merajalela sambil kita belum tau gimana matiinnya.. mending warga sekitar direlokasi dikasih kompensasi atas tanah dan rumahnya sesuai dengan harga yang layak... at least dari musibah ini mereka jadi kaya mendadak... apa terlalu gila yah? rgds ujay __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[iagi-net-l] Tsunami-Genic Earthquake : SW Java Epicentrum (17 July 2006)
Sampai hampir pukul 01.00 dini hari ini (Selasa 18 Juli 2006), saat tulisan ini dibuat, jumlah korban tewas telah mencapai 86 orang, tersebar dari pantai selatan Garut, Cipatujah, Pangandaran, Cilacap, sampai Gunung Kidul. Bilangan ini masih akan bertambah terus sebab puluhan orang dilaporkan hilang. Korban tewas bertambah dengan cepat, pukul 17.50 tadi sore (Senin 17 Juli 2006) korban tewas masih 5 orang seperti disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono di dalam acara Keterangan Pers di Istana. Korban tewas terutama karena direnggut tsunami dan tertimpa bangunan. Data gempa dari BMG dan USGS sepakat mencantumkan episentrum gempa kali ini di Lautan Hindia selatan Jawa Barat sekitar 200 km selatan garis pantai sekitar Garut selatan dan 50 km di sebelah utara jalur Palung Sunda. Kekuatan gempa menurut BMG adalah 6.8 SR (skala Richter), sumber gempa pada kedalaman 33 km (MetroTV dan wawancara interaktif Radio El Shinta dengan Pak Fauzi BMG). Berdasarkan NEIC (National Earthquake Information Center) USGS (United States Geological Survey), kekuatan gempa adalah 7.1 Mw (momen magnitude memang Mw selalu berangka lebih besar daripada SR) berasal dari kedalaman 48.6 km. Sampai pukul 23.30 tadi (Senin 17 Juli 2006) gempa susulan telah tercatat 10 kali dengan kekuatan 5.0-6.0 SR. Dilaporkan pula bahwa gempa skala kecil dilaporkan terjadi di selatan Trenggalek, Jawa Timur. Mengapa gempa ini menimbulkan tsunami ? Karena, semua syarat terjadinya tsunami dipenuhinya. Gempa ini terhitung dangkal (33 km), kuat (6.8 SR), terjadi di laut, dan mekanisme pematahan batuan pada sumber gempa ini adalah penyesaran naik (berdasarkan focal mechanism/momen tensor solution-nya). Tsunami di pantai-pantai dengan korban tewas tercatat dengan ketinggian gelombang 1-2 meter (info sesaat dari orang-orang di wilayah tsunami sekitar Pangandaran-Cilacap yang berhasil diwawancarai El Shinta secara jarak jauh melaporkan gelombang tsunami setinggi 5-7 meter). Seorang narapidana Nusa Kambangan yang sedang bekerja di luar penjara dilaporkan ketakutan-panik dan malahan bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke dalam sumur. Gelombang tsunami juga teramati di Bali pada ketinggian 20 cm, di Pulau Christmas setinggi 60 cm, dan di Pulau Cocos 10 cm. Pulau Christmas dan Pulau Cocos terletak di sebelah baratdaya sumber gempa. Tsunami juga tercatat di baratlaut pantai Australia. Menurut sebuah sumber lembaga geosains di Australia, wilayah pengaruh tsunami gempa kali ini adalah seluas radius 1100 km dari titik episentrum. Bagaimana posisi seismotektonik gempa Pangandaran ini ? Plotting episentrum gempa ini pada peta2 tektonik Indonesia selatan Jawa (misal pada peta Hamilton, 1979) dengan segera menunjukkan bahwa episentrum/hiposentrum terjadi pada jalur non-volcanic outer arc ridge di selatan Jawa. Ini adalah jalur terusan pulau2 barat Sumatra Simeulue-Nias-Mentawai-Enggano yang menerus ke Jawa sebagai submarine ridge. Wilayah ini disusun oleh melange hasil prisma akresi konvergensi Lempeng Hindia dengan bagian Lempeng Asia (Mikro-Lempeng Sunda). Sumber gempa terjadi sekitar 50 km utara Palung Sunda pada kedalaman 33 km mengindikasi bahwa sumber gempa berasal dari pematahan segmen kerak Bumi pada overriding plate di atas Lempeng Hindia yang menunjam/menyusup di bawahnya. Ke baratdaya dari wilayah ini banyak oceanic plateaux sekitar Pulau Cocos yang kelak (relatif dalam periode geologi) akan menghentikan sejenak proses penunjaman Lempeng Hindia di bawah Mikro-Lempeng Sunda dan kerak akresinya. Untuk suatu periode nanti wilayah2 ini akan menjadi seismic gap zones yang aseismic, tetapi yang selanjutnya justru akan menjadi wilayah2 pencetus gempa besar saat rupture mesti terjadi. Bencana ini sekali lagi menunjukkan kepada kita, sudah saatnya wilayah selatan Jawa mendapatkan perhatian yang layak dalam segi seismotektonik sesering seperti yang dilakukan di wilayah sebelah barat Sumatra. Pengetahuan kita untuk selatan Jawa minimal, padahal penduduknya cukup banyak. We are living and sleeping with earthquakes, be ready ! awang __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara Eksekutif Muda Jakarta
Pak Andang, Terima kasih atas e-mail yang ditujukan khusus kepada saya. Menurut hemat saya, hal-hal yang belum jelas dalam geologi, yang di antara kita pun belum ada kesepakatan, tidak seharusnya menjadi referensi untuk dijadikan sumber pemikiran yang kemudian disampaikan ke media. Contoh saja : penguncian tektonik di Selat Sunda oleh rotasi Sumatra bisa berakibat membawa gempa dahsyat ke Selat Sunda dan sekitarnya (termasuk Jakarta). Pernyataan lain : walaupun Jakarta terletak jauh dari pantai selatan, justru ia akan parah digoncang gempa sebab banyak sesar yang mengarah ke Jakarta yang akan membawa gelombang gempa dari tempat lain. Saya tak tahu apakah media salah kutip atau memang teman2 geosaintis kita berkata benar seperti itu. Beberapa kali saya sempat melihat mereka berbicara di TV, kelihatannya media cetak tak salah kutip. Saya sudah menulis di milis ini baik tentang rotasi Sumatra maupun sesar2 yang mengarah ke Jakarta. Sejauh yang saya tahu dan pernah saya pelajari, pernyataan2 seperti di atas tak perlulah dikatakan sebab argumen2 untuk menentangnya pun banyak dan untuk apa dikatakan kalau dasarnya pun belum jelas. Mungkin saya terlalu mengkuatirkan dampak pernyataan beberapa teman geosaintis di beberapa media itu kepada masyarakat luas. Soal sosialisasi, tentu saya sangat setuju dan salut dengan kiprah Pak Andang selama ini. Saya pun secara pribadi telah beberapa kali menyosialisasikan hal yang sama mulai dari lingkungan sekitar saya : keluarga dan saudara2 saya, teman2 sekantor saya, teman2 dan guru2 anak2 saya di sekolah, dst. Saat2 inilah masyarakat membutuhkan penerangan yang benar dari kita tentang apa yang sedang terjadi. salam, awang Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote: Saudaraku: Awang yang saya kagumi,... Saya benar2 tergelitik dengan pernyataan sampeyan bahwa ada geologist2 (yg langsung mendapatkan popularitas) yang tidak sadar bahwa pendapat2-nya bisa meresahkan (masyarakat?), terutama dalam konteks Bencana Gempa Tsunami akhir-akhir ini.. Kalau kita simak di media akhir-akhir ini (di TV, radio, koran, internet) sebenarnya kawan-kawan geosaintist yang (saya yakin) semuanya volunteering bicara karena panggilan nurani, tugas, profesi maupun organisasi-nya jumlahnya tidak banyak dan kita hampir tahu nama mereka satu-persatu (untungnya sejak tidak menjadi Ketua IAGI saya relatif tidak pernah lagi berbicara di media ttg GempaTsunami karena memang ilmu saya masih sangat dangkal dibandingkan para pakar Gempa, Tsunami, Tektonik dsb, sehingga otomatis -mudah2an- saya tidak termasuk dalam kategori yg sampeyan sebutkan); Dan sejauh menyangkut pernyataan2 mereka yang saya monitor: saya belum menemukan sesuatu yang meresahkan masyarakat disitu. Malahan kebanyakan dari mereka seringkali harus terbangun malam-malam karena ditilpun-i oleh masyarakat yang resah untuk menenangkan mereka satu-per-satu.. Maka dari itu, saya mohon pencerahan , kira-kira siapakah diantara kawan-kawan kita yang bicara di media itu yang meresahkan masyarakat? Atau paling tidak: bagaimanakah pernyataan2 kawan-kawan tersebut yang bisa meresahkan masyarakat? Hal ini perlu untuk diklarifikasi, karena sinyalemen sampeyan (apabila benar) dapat menjadi umpan-balik bagi kawan2 yg lain untuk introspeksi dan memperbaiki diri dalam rangka bicara dan sosialisasi ke masyarakat yang lebih benar. Berhati-hati bicara bukan berarti terus lantas diam membiarkan. Secara pribadi, saya malahan meng-encourage semua geosaintist yang punya kesadaran nurani untuk terus-menerus bicara kepada masyarakat, baik melalui IAGI, HAGI, Alumni, Klub2 Sosial, Pendaki Gunung, Karang Taruna, Bupati, Walikota, Staff Pemerintahan, Perguran Tinggi, LSM dsb-nya. Janganlah kita berpuas diri bicara kepada diri sendiri (atau kelompok sendiri). Karena hal itu malahan akan membuat ilmu geologi menjadi semakin ter-alineasi dari masyarakatnya. Saya yakin, pengertian-pengertian dasar tentang aspek bahaya dari posisi tektonik aktif Indonesia dengan implikasi gempatsunami-nya hampir semua geosaintist memahaminya dan dapat menerangkannya kepada masyarakat. Demikian juga bahwa tidak ada satu geologist-pun di dunia ini yang dapat menentukan dengan pasti jam, hari, tanggal, bulan, tahun akan terjadinya gempa (dan tsunami). Sehebat-hebat analisis geologi, geofisik, geokimia, dll pasti masih punya kadar ketidak-pastian, standard deviasi, dan komponen2 statistik lainnya. Dan saya yakin semua geosaintist yang pernah lulus dari perguruan tinggi memahami dan sangat mengerti tentang hal itu. Dengan demikian hampir dapat dipastikan bahwa kalau ada geosaintist yang menyatakan hasil analisis ttg gempatsunami kemudian pernyataan itu meresahkan masyarakat... itu bukan disebabkan oleh pernyataannya, tetapi lebih ke persepsi masyarakat yang belum sepenuhnya terbangun untuk menyerap informasi dengan implikasi dimensi waktu yang panjang (skala geologi),
Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara Eksekutif Muda Jakarta
Saya tak memaksudkan bahwa orang2 yang bekerja di kegempaanlah yang boleh berbicara soal gempa. Tetapi, tentu saja media akan otomatis menghubungi instansi terkait untuk meminta keterangan. Hanya, yang namanya pengetahuan geologi, saya pikir tak dikungkung oleh instansi tertentu. Seorang petroleum geologist, kalau ia tertarik dan cukup punya waktu, boleh-boleh saja menekuni masalah kegempaan misalnya. Begitu juga sebaliknya. Saya malahan selalu menganjurkan agar kita jangan membatasi diri dengan suatu hal dan tak mau peduli dengan hal lainnya. Di media pun, saya pikir teman2 geosaintis kita yang dimintai keterangan itu, pernyataannya juga tak mewakili instansi di mana mereka bekerja, tetapi lebih ke pendapat-pendapat pribadi sejauh yang mereka ketahui saat mereka dimintai pendapat. Pendapat2 individu maupun pendapat resmi suatu instansi bisa saja salah bukan ? salam, awang OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Apa saya tak salah simak, setelah Gempa Yogya..Awang sendiri meyakini tak bisa menampik komentar ahli kebumian, karena ini pers era reformasi (kira2 begitu). Untuk pernyataan resmi memang sebaiknya pihak yg berwenang, namun pendapat para ahli berkompeten dalam tataran analisa tak ada yg bisa membendung, apa lagi kalau hanya bicara soal gempa untuk barat sumatera dan selatan jawa..kurang lebihnya dasar penyebabnya itu-itu sajakan?..pergerakan lempeng australia ke lempeng eurasia..anak elementry school saja agak-agak tahulah soal ini. Dan lagi pula para geocsientis yg berkomentar ..masih ada competencynyalah..kalau juga tak langsung terlibat soal tsunami, masih terlibat soal gempa dan sekitarnya. Kalau bagi komunitas kita sendiri petroleum geology misalnya bisa saja diterima komentarnya soal gempa..namun untuk khalayak umum yg agak susah nrima dan agak riskan dari sisi pertanggungjawaban, nanti orang berkomentar masak orang pertamina komentar soal tsunami sih (misalnya). On 7/26/06, Hendri Ruslan wrote: Pak Andang YSH, Pernyataan Pak Awang tersebut mungkin hanya antisipasi saja untuk lebih berhati-hati, plus untuk mengingatkan bahwa ada aturan siapa yang berwenang untuk mengeluarkan pernyataan di muka umum ?. Salam, Hendri - Original Message - From: Andang Bachtiar To: Sent: Tuesday, July 25, 2006 6:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara Eksekutif Muda Jakarta Saudaraku: Awang yang saya kagumi,... Saya benar2 tergelitik dengan pernyataan sampeyan bahwa ada geologist2 (yg langsung mendapatkan popularitas) yang tidak sadar bahwa pendapat2-nya bisa meresahkan (masyarakat?), terutama dalam konteks Bencana Gempa Tsunami akhir-akhir ini.. Kalau kita simak di media akhir-akhir ini (di TV, radio, koran, internet) sebenarnya kawan-kawan geosaintist yang (saya yakin) semuanya volunteering bicara karena panggilan nurani, tugas, profesi maupun organisasi-nya jumlahnya tidak banyak dan kita hampir tahu nama mereka satu-persatu (untungnya sejak tidak menjadi Ketua IAGI saya relatif tidak pernah lagi berbicara di media ttg GempaTsunami karena memang ilmu saya masih sangat dangkal dibandingkan para pakar Gempa, Tsunami, Tektonik dsb, sehingga otomatis -mudah2an- saya tidak termasuk dalam kategori yg sampeyan sebutkan); Dan sejauh menyangkut pernyataan2 mereka yang saya monitor: saya belum menemukan sesuatu yang meresahkan masyarakat disitu. Malahan kebanyakan dari mereka seringkali harus terbangun malam-malam karena ditilpun-i oleh masyarakat yang resah untuk menenangkan mereka satu-per-satu.. Maka dari itu, saya mohon pencerahan , kira-kira siapakah diantara kawan-kawan kita yang bicara di media itu yang meresahkan masyarakat? Atau paling tidak: bagaimanakah pernyataan2 kawan-kawan tersebut yang bisa meresahkan masyarakat? Hal ini perlu untuk diklarifikasi, karena sinyalemen sampeyan (apabila benar) dapat menjadi umpan-balik bagi kawan2 yg lain untuk introspeksi dan memperbaiki diri dalam rangka bicara dan sosialisasi ke masyarakat yang lebih benar. Berhati-hati bicara bukan berarti terus lantas diam membiarkan. Secara pribadi, saya malahan meng-encourage semua geosaintist yang punya kesadaran nurani untuk terus-menerus bicara kepada masyarakat, baik melalui IAGI, HAGI, Alumni, Klub2 Sosial, Pendaki Gunung, Karang Taruna, Bupati, Walikota, Staff Pemerintahan, Perguran Tinggi, LSM dsb-nya. Janganlah kita berpuas diri bicara kepada diri sendiri (atau kelompok sendiri). Karena hal itu malahan akan membuat ilmu geologi menjadi semakin ter-alineasi dari masyarakatnya. Saya yakin, pengertian-pengertian dasar tentang aspek bahaya dari posisi tektonik aktif Indonesia dengan implikasi gempatsunami-nya hampir semua geosaintist memahaminya dan dapat menerangkannya kepada masyarakat. Demikian juga bahwa tidak ada satu geologist-pun di dunia ini yang dapat menentukan dengan pasti jam, hari, tanggal, bulan, tahun akan terjadinya gempa (dan tsunami). Sehebat-hebat
[iagi-net-l] Plate Tectonics : Tidak Seluruhnya Bencana
Dua bulan terakhir setelah gempa Yogya 27 Mei 2006, saya menjadi rajin membeli koran apa pun yang di halaman depannya sekilas pandangan saja kita tahu itu plate tectonics ! Selain untuk mengklipingnya, saya juga ingin mengamati sejauh mana media mengusung teori elegan ini untuk menerangkan gempa ke masyarakat. Sumber gambarnya bisa langsung diambil dari website atau textbook, atau berasal dari instansi seperti BMG, LIPI, Bakosurtanal, sering juga hasil olahan tim grafis koran tersebut. Secara umum, lumayan bagus meskipun tak jarang juga salah. Sebagai introduksi geologi ke masyarakat sudahlah cukup. Masyarakat yang membaca koran kini mestinya sudah paham dengan istilah-istilah lempeng, tektonik, jalur subduksi, dan yang berhubungan. Dua hari lalu, saya mendapat sms dari adik saya, anaknya yang masih balita menanyakan pergerakan lempeng yang menyebabkan gempa. Nah...! Sejak gempa dan tsunami dahsyat Aceh Desember 2004 lalu, negeri kita tak putus dirundung malang. Gempa menjadi begitu akrab dengan masyarakat kita. Maka, media pun tanggap memberitakannya. Gempa kecil pun dilaporkan, apalagi yang besar dan membawa korban. Sering, dimuat dengan penjelasan mekanismenya melalui plate tectonics. Masyarakat kita, menerima plate tectonics hanya sebagai penjelasan atas gempa, tsunami, dan erupsi gunungapi. Memang memuaskan, sebab plate tectonics pun lahir oleh penelitian2 di bidang kegempaan (paper2 tiga serangkai Lynn, Oliver, and Sykes, 1960an) dan juga volkanisme (paper2 dari Hatherton, Dickinson, Gilluly tahun 1960-an). Hanya, bisa saja masyarakat kita, yang hanya menerima plate tectonics sebagai penjelasan atas bencana2 gempa, tsunami, dan erupsi gunungapi, berpendapat : PLATE TECTONICS IS DISASTER. Sial benar posisi Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling bertubrukan. Itu saja. Padahal, plate tectonics membawa sumberdaya energi dan mineral. Tetapi, ini tak pernah diulas di media. Maka, tugas kitalah saat melakukan sosialisasi bencana gempa ke masyrakat, katakanlah kepada mereka bahwa plate tectonics pun membawa berkah bagi Indonesia. Magmatic arc di sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara kaya disseminated (poryphyry) copper dalam tubuh2 intrusifnya, vein depositnnya kaya akan timbal, emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten. Ofiolit di bekas-bekas jalur subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan nikel dan kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar2 tersebar mengikuti tepi lempeng. Pak Sukmandaru tentu bisa bercerita banyak soal ini. Lalu, gejala volkanisme dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Utara membawa energi geotermal. Dan, plate tectonics juga yang bertanggung jawab atas kekayaan minyak dan gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di Indonesia Barat maupun Indonesia Timur. Kalau tak ada pergerakan lempeng di timur Sulawesi, niscaya wilayah ini tak mempunyai minyak dan gas. Dan, hanya plate tectonics yang menyebabkan diversitas fauna dan flora di Indonesia begitu memukau. Indonesia : where two worlds collide. Wallace dan Weber lines adalah buktinya. Dan, plate tectonics juga yang membuat Indonesia penting dalam dunia paleo-antropologi dari penemuan Homo erectus sampai ke Homo floresiansis. Sejauh pengamatan saya, kebaikan plate tectonics membuat Indonesia kaya sumberdaya mineral dan energi tak pernah dikemukakan media. Benar2 tertutup oleh berita2 bahwa plate tectonics adalah pembawa bencana. Tentu, sebagai orang yang tahu plate tectonics secara utuh, kita tak ingin kan masyarakat Indonesia hanya tahu : plate tectonics is disaster. ? PLATE TECTONICS IS ALSO A GOOD LUCK ! Mari kita suarakan juga kabar gembira ini. salam, awang __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Kurang Data Formasi Kujung
Benar Oki, Jeruk yang tadinya manis telah menjadi masam dan malah makan oyong pula (he..he..). Jeruk-2 jadi salah satu sumur yang paling mahal di Indonesia karena problem teknis dengan fondasi cakar ayam (alias satu lubang di atas dan masuk ke Kujung dengan banyak lubang sidetrack). Kasihan Oyong yang kecil mesti menanggung biaya Jeruk. Benar juga Oki, Kodeco-lah yang paling sukses mengerjakan Kujung, sukses secara mekanik, sukses juga secara success ratio (SR 85 % untuk lima tahun terakhir ini). Tetapi, Sukowati mungkin bukan main di Kujung, ia main di Tuban carbonates, yang sama dengan Mudi Field, ada data terbaru strontium isotop tentang hal ini, Tuban carbonates lebih muda dari Kujung I reef. salam, awang oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote: Jeruksempurna...? Gak salah nih? berapa sidetrack yang mesti 'dibuang' sebelum ahirnya bisa tembus dan mengetes sang Kujung. Menurut saya, yang paling mulus menaklukkan Kujung itu ya geng nya Kodeco yang sudah punya puluhan (?) sumur produksi dari formasi yang kira-kira seumur kujung tanpa pakai ribut-ribut Cheers Oki Rovicky Dwi Putrohari wrote: Minggu, 30 Juli 2006, Kurang Data Formasi Kujung Di Indonesia, yang berhasil sempurna menggunakan formasi kujung adalah Medco Energy di lapangan Jeruk, Sampang, Madura. Formasi kujung memang banyak ditemukan di Jawa. Terutama sebagian besar Jatim, Jateng, dan Selat Madura, katanya. - Do you Yahoo!? Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail Beta. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Fwd: IPA-SEG-IAG-HAGI-IATMI joint Convention
Memang sudah dari awal prosiding pertemuan Jakarta2006 SEG-HAGI-IPA-IATMI-IAGI joint Conv ditentukan hanya akan memuat extended abstract yang maksimum 4 halaman. Mengapa begitu ? Mungkin benar karena ini format SEG. Sebenarnya, tak ada salahnya juga kalau prosiding kemarin itu mau dibuat memuat full paper sebab jumlah paper kemarin tak sebanyak SEG atau AAPG International yang bisa ratusan jumlahnya (maka cukup extended abstract saja, kalau mau full paper tulis di buletinnya). Banyak juga penulis yang mengirimkan karyanya seperti full paper, tetapi terpaksa dipotong sampai format extended abstract, atau diizinkan maksimum 6 halaman andaikata tak bisa lagi dipotong. Kelihatannya akan sulit untuk mendapatkan format presentasi sebab Panitia tak boleh memberikannya tanpa izin penulisnya. Kalau ada yang berminat, sebaiknya Pak Rovicky menghubungi langsung para penulisnya. Juara2 presentasi profesional : oral : Mike Challis, Rahadian Adhyaksawan, Vaughn Ball (COPI) : seismic prediction of thin sand intervals for development drilling at North Belut Field poster : Prasetyadi, Emmy Suparka, Agus Handoyo, Benyamin Sapiie (ITB) : an overview of paleogene stratigraphy of the Karangsambung area, Central Java... salam, awang (paper reviewer Jakarta 2006 SEG-HAGI-IPA-IATMI-IAGI joint Convention) Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Convention serta acaranya sih meriah. Tapi aku kecewa dengan proceedingnya. Ada banyak yg isinya hanya melampirkan satu gambar saja. Seolah2 jauh dari prosiding IPA yg biasanya berupa complete paper yg bener2 bisa dipakai sebagai rujukan. Kalau saja hanya satu ruang saja kita bisa mengikuti dr presentasinya, ttp kalau paralelel session begini jadi sulit mengerti atau membaca saja prosiding yg ada. Rasanya kok malah jadi pelit utk sharing ilmu, dibanding konvensi IPA yg sebelumnya. Tapi mungkin ini terpengaruh SEG yg sringkali hanya abstract yg ada di prosiding. Btw, bisa ngga memperoleh ppt file presentasinya ? Lewat siapa ? Thx Juwara2nya aku ga punya info. Rdp On 8/17/06, Dyah wrote: Boleh donk di share tentang SEG Convention 14-16 Agustus 2006, siapa pemenang untuk best technical paper dan best poster session ... thanks -- http://rovicky.wordpress.com/ - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com. Check it out.
[iagi-net-l] Gempa di Laut Maluku pada Oblique Thrust Sangihe
Sebuah gempa berkekuatan 5.8 Mb (body magnitude) atau 5.9 SR (skala Richter) menggoncang Laut Maluku di antara Sulawesi Timur dan Halmahera pada Selasa 29 Agustus 2006 pukul 19.53 WIT (17.53 WIB). Gempa berasal dari kedalaman 60.7 km (+/- 15.2 km). BMG Saumlaki Maluku melaporkan gempa tidak disusul oleh tsunami. Berikut kutipan data detail gempa berasal dari NEIC-USGS : Earthquake DetailsMagnitude 5.8 (Moderate) Date-Time · Tuesday, August 29, 2006 at 10:53:09 (UTC) = Coordinated Universal Time · Tuesday, August 29, 2006 at 7:53:09 PM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 0.406°S, 125.082°E Depth 60.7 km (37.7 miles) Region MOLUCCA SEA Distances 210 km (130 miles) S of Manado, Sulawesi, Indonesia 245 km (155 miles) ESE of Gorontalo, Sulawesi, Indonesia 1470 km (920 miles) NNW of DARWIN, Northern Territory, Australia 2130 km (1320 miles) ENE of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 10 km (6.2 miles); depth +/- 15.2 km (9.4 miles) Parameters Nst= 75, Nph= 75, Dmin=827.6 km, Rmss=1.12 sec, Gp= 61°, M-type=body magnitude (Mb), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usrzal dan kutipan dari data gempa terkini BMG : Date (UTC) Lat Lon Depth (Km) Mag (SR) Region 29/08/2006-10:53:09 -0.210 125.290 67 5.90 194 km Tenggara Manado-SULUT Kalau episentrum gempa ini kita plot di peta tektonik Hamilton (1979), maka gempa tepat duduk di jalur sesar naik yang berhubungan dengan subduksi lempeng Laut Maluku di bawah busur Sulawesi Utara dan Sulawesi Timur. Jalur subduksi ini oleh Simandjuntak dan Barber (1996) disebut sebagai Sangihe Thrust. Titik pusat gempa ini juga tak jauh dari sistem sesar besar mendatar yang menghubungkan Sulawesi-Halmahera dan Papua, yaitu Molucca-Sorong Fault (Hamilton, 1979). Posisi tektonik episentrum gempa ini diklarifikasi kalau kita mempelajari moment tensor solutionnya yang bisa diperoleh dari data NEIC-USGS. Momen tensor solution (focal mechanism)-nya dengan sangat jelas menunjukkan suatu pematahan batuan yang berhubungan dengan oblique thrust pada strike hampir utara-selatan - paralel dengan jalur Sangihe Thrust. Bisa kita duga bahwa thrust-nya berasal dari Sangihe Thrust, sedangkan oblique-nya berasal strike-slip Molucca-Sorong Fault. Sebuah oblique thrust akan menyebabkan gerak vertikal batuan yang bila sampai menggeser dasar laut akan menyebabkan tsunami. Tetapi, mengapa dilaporkan tak terjadi tsunami ? Kekuatan gempa tak terlalu kuat dan sumber gempa tak terlalu dangkal, kelihatannya itu penyebab tsunami tak terjadi walaupun dua syarat lainnya dipenuhi (episentrum di laut dan gerak pematahan batuan vertikal). Molucca Sea Plate menunjam ke timur ke arah Halmahera dan ke barat ke bawah Sulawesi. Double subduction semacam ini unik dan langka terjadi. Akibatnya, garis tengah Molucca Plate terangkat karena lempeng terbengkokkan ke kedua arah, menghasilkan suatu punggungan yang suka disebut Talaud-Mayu Ridge. salam, awang - Get your own web address for just $1.99/1st yr. We'll help. Yahoo! Small Business.
Re: [iagi-net-l] Gempa Tektonik 6,4 SR Resahkan Warga Tual Re: [iagi-net-l] Gempa di Laut Maluku pada Oblique Thrust Sangihe
Gempa Tual (Kei-Tanimbar) ini terjadi hampir tiga jam setelah gempa yang lebih besar menggoyang perairan utara Kepulauan Sula (seperti yang saya ulas). Tetapi, data yang dikutip Antara News di bawah ini berbeda secara signifikan dengan data gempa yang terekam pada website NEIC-USGS sbb. : Earthquake Details Magnitude 5.1 (Moderate)Date-Time Tuesday, August 29, 2006 at 13:38:04 (UTC) = Coordinated Universal Time Tuesday, August 29, 2006 at 10:38:04 PM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 6.659°S, 131.938°EDepth 10 km (6.2 miles) set by location program Region KEPULAUAN TANIMBAR REGION, INDONESIADistances 160 km (100 miles) NNE of Saumlaki, Tanimbar Islands, Indonesia 270 km (165 miles) WSW of Dobo, Aru Islands, Indonesia 655 km (405 miles) N of DARWIN, Northern Territory, Australia 2790 km (1730 miles) E of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 13.3 km (8.3 miles); depth fixed by location programParameters Nst= 26, Nph= 26, Dmin=999 km, Rmss=0.9 sec, Gp=101°, M-type=body magnitude (Mb), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usrzav Perbedaan besar terjadi pada saat kejadian gempa, yaitu yang tercatat di USGS adalah pukul 22:38:04 WIT (20:38 WIB), sedangkan menurut Antara di bawah adalah 21:38:04 WIT. Berbeda satu jam, pasti ada salah kutip. Perbedaan lain adalah asal kedalaman gempa yang menurut USGS 10 km, dan menurut yang dikutip Antara 33 km. Perbedaan magnitude wajar terjadi karena parameter yang dipakai USGS dan BMG berbeda, tetapi ini pun terlalu besar perbedaannya (5.1 Mb dan 6.4 SR). Melihat focal mechanism (moment tensor solution) gempa Tual ini yang oblique thrust dengan strike NNW dan SSE, dan kalau benar skalanya 6.4 SR serta berasal dari kedalaman 33 km (atau bahkan 10 km menurut USGS) serta terjadi di laut, besar kemungkinan memicu tsunami. Tetapi, tak dilaporkan terjadi tsunami - kelihatannya ada yang salah dengan magnitude gempa 6.4 SR tersebut. Secara tektonik, pusat gempa ini berada di jalur melange Timor-Tanimbar-Kei-Seram yang merupakan non-volcanic outer arc Banda. Tetapi, gempa lebih banyak terhubunga ke benturan kontinen Australia yang menyusup sementara ini dibawah jalur Timor-Tanimbar-Kei. Ini sekaligus membuktikan bahwa kontinen Australia masih aktif membentur Banda Arc. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Gempa Tektonik 6,4 SR Resahkan Warga Tual *Ambon (ANTARA News)* - Gempa tektonik berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) dengan kedalaman 33 KM di bawah permukaan laut pada posisi 6,75 Lintang Selatan - 132,03 Bujur Timur yang berjarak 146 KM barat daya kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, berpotensi menimbulkan tsunami. Kepala Seksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Ambon, Bram Mustamu yang dihubungi di Ambon, Selasa malam, mengatakan tsunami bisa saja terjadi karena pusat gempa hanya pada kedalaman 33 KM, namun sejauh ini belum ada laporan resmi tentang akibat gempa itu dari Kabupaten Maluku Tenggara. Gempa tersebut terjadi pada pukul 21:38:04 WIT sesuai data yang tercantum pada alat seismograf di BMG Ambon dan kami telah meneruskan laporan ini kepada Gubernur Maluku. Mengenai kemungkinan adanya kerusakan material atau akibat lainnya belum kami terima termasuk belum adanya gempa susulan, ujarnya. Sementara sejumlah warga di Pulau Langgur dan Tual (Pulau Dula) Maluku Tenggara yang dikonfirmasi lewat telefon mengaku sempat panik dan berhamburan keluar rumah saat terjadi guncangan. Sebagian warga bahkan merasa panik dan melarikan diri ke arah kantor Bupati Malra di kawasan perbukitan untuk memantau kemungkinan terjadinya gelombang tsunami, tapi syukurlah tidak terjadi demikian, ujar Asmara Widuri, salah satu warga di Pulau Dula. Letak Pulau Langgur dan Pulau Dula memang berdekatan dan dihubungkan oleh jembatan, namun warga di Langgur umumnya dalam keadaan tenang dan selalu waspada, kata salah satu warga Pulau Langgur, O. Uniweckly (35). Selain gempa bumi yang melanda Kabupaten Maluku Tenggara, alat seismograf BMG Ambon juga sempat mencatat telah terjadi gempa bumi berkekuatan 4,6 Magnitude pada arah 423,8 Km barat daya Kota Ambon berlokasi di sekitar perairan laut Kepulauan Sula pada pukul 21:18:09 WIT.(*) *COPYRIGHT (c) 2006 ANTARA* *30 Agustus 2006 1:1* On 8/29/06, Awang Satyana wrote: Sebuah gempa berkekuatan 5.8 Mb (body magnitude) atau 5.9 SR (skala Richter) menggoncang Laut Maluku di antara Sulawesi Timur dan Halmahera pada Selasa 29 Agustus 2006 pukul 19.53 WIT (17.53 WIB). Gempa berasal dari kedalaman 60.7 km (+/- 15.2 km). BMG Saumlaki Maluku melaporkan gempa tidak disusul oleh tsunami. Berikut kutipan data detail gempa berasal dari NEIC-USGS : Earthquake Details Magnitude 5.8 (Moderate) Date-Time · Tuesday, August 29, 2006 at 10:53:09 (UTC) = Coordinated Universal Time · Tuesday, August 29, 2006 at 7:53:09 PM = local time at epicenter
[iagi-net-l] Gempa Laut Flores 9 September 2006 Buktikan Frontal Subduction Jawa-Nusa Tenggara
Sebuah gempa dalam (pusat gempa 568 km) berkekuatan 6,2 Mw terjadi di Laut Flores, Indonesia hari Sabtu 9 September 2006 pukul 12:13:11 WITA. Mekanisme pematahan batuan akibat gempa ini adalah sesar normal. Detail data gempa adalah seperti di bawah ini (USGS) : Earthquake Details Magnitude 6.2 (Strong) Date-Time · Saturday, September 9, 2006 at 04:13:11 (UTC) = Coordinated Universal Time · Saturday, September 9, 2006 at 12:13:11 PM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 7.194°S, 120.118°E Depth 568.3 km (353.1 miles) Region FLORES SEA Distances 205 km (125 miles) NE of Raba, Sumbawa, Indonesia 235 km (145 miles) SSE of Ujung Pandang, Sulawesi, Indonesia 1305 km (810 miles) WNW of DARWIN, Northern Territory, Australia 1485 km (920 miles) E of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 6.5 km (4.0 miles); depth +/- 6.3 km (3.9 miles) Parameters Nst=210, Nph=210, Dmin=999 km, Rmss=0.94 sec, Gp= 43°, M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usskaf Flores secara tektonik unik, ia diapit oleh dua jalur subduksi. Di sebelah utara, kerak samudra SW Banda menunjam di bawah Flores membentuk jalur subduksi yang selama ini dikenal dengan nama Flores Thrust. Di sebelah selatan, kerak samudra Hindia menunjam di bawah Sumba dan Flores membentuk jalur subduksi yang selama ini dikenal dengan nama Palung Sunda. Meskipun ke sebelah selatan terdapat barier tektonik mikro-kontinen Sumba yang lepas pada Paleogen Awal dari Sundaland melalui strike-slip fault besar Adang-Walanae-Sumba Fracture, gempa hari ini di Laut Flores menunjukkan bahwa frontal subduction khas Jawa-Nusa Tenggara memang terjadi. Begitu juga, kalau kita periksa sebaran pusat-pusat gempa di Laut Flores. Gempa sedalam sampai lebih dari 300 km hanya akan terjadi di model frontal subduction dengan kemiringan bidang Wadati-Benioff yang semakin curam di bawah sisi benua, dalam hal Jawa-Nusa Tenggara kemiringan itu akan semakin dalam ke arah utara. Plotting pusat gempa 9 September 2006 ini di Laut Flores menunjukkan keakuratan peta tektonik Hamilton (1979). Tahun 1979, Hamilton menaruh kontur zone seismik Benioff di utara Jawa sampai ke Busur Banda. Kontur terdalam adalah 600 km, dan gempa di Laut Flores ini yang sedalam 568 km persis duduk di antara garis kontur 500 km dan 600 km pada peta Hamilton (1979). Mempelajari histori sebaran pusat gempa di sekitar Laut Flores sampai ke Samudra Hindia (USGS) akan menggiring kita kepada pendapat bahwa subduksi kerak samudra Banda dari utara Flores kelihatannya tidak aktif menggenerasikan gempa di wilayah ini, dibandingkan subduksi kerak samudra Hindia di sebelah selatan. Dan, bahwa keberadaan mikro-kontinen Sumba kelihatannya tak menjadi barrier terhadap Flores. Mengherankan, keberadaan mikro-kontinen sedimensi Sumba wajarnya bisa menjadi chocking effect (penyumbat dan pencekik) terhadap slab pull di wilayah ini. Tetapi, tsunami dahsyat di Maumere 1992, mestinya itu dibangkitkan atau berhubungan dengan Flores Thrust sebab pusat gempa sedangkal 30 km di Laut Flores akan berhubungan dengan subduksi Banda crust bukan dengan subduksi Indian oceanic crust yang di wilayah ini akan punya kedalaman pusat gempa 400 km. Kelihatannya, masih harus dikaji lagi masalah tektonik di wilayah ini : ekstruksi Sumba dari Sundaland/NW shelf of Australia ? double subduction Flores Thrust dan Sunda Trench, chocking effect Sumba terhadap continuing slab pull yang tidak berjalan, dan beberapa implikasi lainnya terhadap kegempaan. salam, awang - Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2¢/min or less.
RE: [iagi-net-l] Geothermal BPJ
Oki, Pengukuran micro-gravity di wilayah ini telah selesai, di wilayah berlumpur pengukuran menggunakan hover craft oleh tim ITS dan ITB- pernah disiarkan di TV. Saya pernah melihat hasil penafsiran micro-gravity itu oleh Pak Tachyudin Taib dan Pak Wawan Kadir (ITB). Kalau penafsirannya benar, hm..sangat mengkhawatirkan untuk collapse wilayah Banjar Panji ini. Rekahan linier dan radial dua-duanya ada. Di dekat lokasi semburan ada dua rekahan linier berpotongan berarah BD-TL dan U-S. Lalu ke arah luar pada radius sekitar 500-750 meter dari titik semburan ada dua barikade sistem rekahan radial (dalam dan luar) yang dua-duanya mempunyai blok turun di sisi Banjar Panji. Bisa dibilang bahwa Banjar Panji dikurung oleh rekahan-rekahan radial dengan Banjar Panji di sisi yang turun. Titik-titik stasiun GPS telah ditempatkan di beberapa lokasi rekahan luar, dan lokasi-lokasi ini telah mencatat penurunan 5-26 cm dengan arah vektor penurunan semuanya menuju titik Banjar Panji. Ini sangat mengesankan bahwa lokasi Banjar Panji yang akan paling merosot nantinya dan berkurang ke pinggir-pinggirnya. Ini belum termasuk amblesan terakhir yang 4 meter itu. Kalau cratering collapse benar2 terjadi (biasa terjadi di mud volcano yang sedang bererupsi), maka berdasarkan data mikro-graviti bisa ditaksir areal collapse sekitar 1 juta meter2 atau 100 ha (ini hitungan saya saja), jalan tol jelas akan kena. Amblesan kecil dan besar telah terjadi, ini indikasi kuat gejala collapse. Bahaya..., tetapi kok lokasi-lokasi tiga relief well itu di wilayah downblock dari rekahan radial - wilayah yang akan collapse lebih dulu kalau terjadi cratering. Saya tak mengerti apa ada koordinasi antara tim-tim penanggulangan ini, atau jalan sendiri-sendiri, geologists dan geophysicists menyimpulkan begini, drilling engineers menyimpulkan yang lain..? Ah, terlalu banyak melihat data, jadi kuatir begini nih... salam, awang oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote: Pola rekahannya gimana ya? linear atau radial ? Kalau crestal collapse kan mestinya agak-agak radial, tapi yang saya baca-baca koq katanya rekahannya (at least waktu si lumpur baru nyembur) berpola linear? Salam Oki Awang Harun Satyana wrote: Secara kebetulan, saya baru saja ketemu Pak Edy Sunardi (tim IAGI untuk LUSI) yang mampir ke kantor. Jadi saya tanyakan berapa temperatur semburan uap, air dan lumpur itu sekarang. Kata Pak Edy, pengukuran terakhir minggu lalu 120 degC (!). Tentang amblesan, kata Pak Edy, 4 meter di sekitar titik semburan dan memakan wilayah 2 x 2 km (4 km2), hanya semakin menjauh dari pusat semburan amblesan semakin kecil. Bagaimana dengan jalan tol, saya tanya, dijawab : sudah ada retakan-retakan selebar 1 meter. Wah...! Cratering collapse sedang terjadikah...?! Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 18, 2006 11:09 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Geothermal BPJ Persis seerti yg aku tulis di weblog tentang menenggelamkan lokasi pemboran bpj, satu persatu apa yg sudah dipelajari dari sebuah evolusi gunung lumpur terjadi. hampir semua gejala-gejala itu bermunculan. Pak Basuki (ketua TimNas) tentunya sudah menyadari apa yg bakal terjadi bahkan relief well saat ini terancam batal karena lokasinya sudah menghawatirkan. rdp On 9/18/06, [EMAIL PROTECTED] wrote: wah ini sih artinya apa yang ditakutkan pak Awang jangan jangan terjadi permukaan tanahnya mulai ambles - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening:
RE: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir
Abah, Penemuan ini sangat penting untuk purbakala Indonesia, apalagi buat karuhun urang Sunda. Ada yang mengira, bahwa di Batujaya jangan2 pusat Kerajaan Tarumanegara (negara di sisi Citarum ?) - soalnya Batujaya persis di sisi Citarum. Kalau ada yang berminat berkumpul, boleh juga tuh 'Bah. Nanti saya kumpulkan bahan2nya buat bahan bicara. Kalau ada yang bisa kontribusi peta2 garis pantai lama daerah Karawang akan sangat baik untuk merekonstruksi situs ini. Pak Wahyu Budi Satyawan dari LON biasanya punya. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan rekan Sangat menarik sangat menarik !! Kalau kita kumpul , Awang yang jadi pembicara buat yang berminat. Bahan-nya ? kUMPUL makan siang , beli makn sendiri sendiri KECUALI Pak Ketum berfikiran lain ???). Ekh ngawur Kita minta Metro cd dari acara tersebut , mungkin lewat IAGI lebih mudah, nah kita nonton , kemudian yang punya pengetahuan dan siapapun yang berminat . Saya tidak sempat nonton , ada undangan kawinan, padahal sudah dari beberapa hari sebelumnya niat nonton. Bagaimana Set IAGI , bisa kn. Si-Abah. ___ Pak Rovicky, Hanya peta dari atlas di mana lokasi Batujaya dan Cibuaya saja yang ada. Kalau foto2 lubang/parit ekskavasi, Candi Batujaya, kerangka2 manusia, tembikar2 gak punya. Buku Sedyawati (2006) itu juga walaupun terbitan Februari 2006 hanya teks tanpa gambar. Nanti saya scan petanya ya, dan ta' cari foto2nya siapa tahu ada dari beberapa jurnal arkeologi yang saya punya. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 18, 2006 12:32 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir Pak Awang, adakah peta, foto atau gambar2nya ? Aku rasa cukup lengkap sebagai satu artikel dongeng menariik nih Salam RDP On 9/18/06, Awang Harun Satyana wrote: Mungkin ulasan ini OOT (out of topic) tetapi, sebagaimana ekskavasi-ekskavasi arkeologi lainnya, ada kaitannya juga dengan geologi : terkait dengan sedimentasi Delta Citarum dan terkait dengan rencana pengembangan lapangan minyak Pondok Tengah (Pertamina) dan pemboran eksplorasi Ranca Jawa. Lagipula, penemuan besar semacam ini saya kalau tidak diketahui, padahal jaraknya tak sampai 50 km di sebelah timur laut Jakarta. Semoga bermanfaat. Malam Minggu kemarin (16 September 2006) saya nonton acara TV di MetroTV pukul 19.05 (Suara dari Yang Terkubur) yang menampilkan acara-acara bernuansa sains arkeologi dan geologi. Minggu lalu tentang penggalian situs Tambora (sayang baru nonton 15 menit, listrik mati untuk dua jam), Sabtu malam kemarin menayangkan penemuan dan penggalian situs Batujaya, yang diklaim sebagai penemuan arkeologi terbesar di Asia dalam 50 tahun terakhir ini. Acara berdurasi 45 menit ini menarik. Berikut adalah catatan saya sehabis menonton (saya menontonnya seperti seorang mahasiswa saja mencatat2 secara cepat apa yang didengar dan dilihat - belajar kan tak harus di ruang kuliah, di rumah pun bisa, hanya perlu niat, tak perlu yang lain) dan disokong beberapa pembacaan cepat atas beberapa referensi (Atmamihardja, 1958 : Sadjarah Sunda, Ganaco-Bandung ) ini buku tua berbahasa Sunda yang saya peroleh di tukang loak; Sutjiatiningsih et al., 1994, Sejarah Daerah Jawa Barat, Depdikbud-Jakarta - ini juga dari tukang loak; Sedyawati, 2006 : Budaya Indonesia - Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Rajawali Pers-Jakarta - kalau ini pasti bukan dari tukang loak tetapi dari Gramedia Bogor) Batujaya adalah sebuah desa di tepi Sungai Citarum, sekitar 20 km di sebelah barat laut kota Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Batujaya hanya 20 km dari Ujung Karawang - tempat bermuaranya Sungai Citarum di Laut Jawa yang membentuk delta. Sekitar 25 km ke sebelah timur, terdapat kampung Cibuaya - sebuah kampung yang di kalangan para ahli arkeologi terkenal sebab di dalamnya terdapat situs Cibuaya yang menyingkapkan artefak-artefak penting pra-sejarah (Neolitikum) Jawa Barat dan Indonesia. Cibuaya terletak 5 km dari tepi pantai. Dulu, mungkin Batujaya dan Cibuaya terletak di tepi pantai, sedimentasi Kuarter di wilayah ini sangat aktif. Batujaya sekarang terletak di tengah hamparan sawah. Telah 22 tahun situs ini digali dan dipelajari para ahli arkeologi Indonesia dan mancanegara. Situs ini pertama kali diketahui tahun 1984, semula berupa bukit-bukit kecil di tengah sawah, penduduk setempat menyebutnya unur-unur (bukit-bukit kecil). Sekarang tak ada lagi bukit-bukit tetapi candi-candi hasil rekonstruksi dan lubang-lubang parit dan terbuka galian para archaeologists. Hasan Djafar, ahli arkeologi UI, kepala tim penggalian situs Batujaya, menerangkan dengan runtut penemuan situs ini. Penggalian yang telah berlangsung selama 22 tahun ini telah menghasilkan banyak penemuan
[iagi-net-l] Klarifikasi Amblesan Banjar Panji (was Fwd: FW: [iagi-net-l] Geothermal BPJ)
Klarifikasi dari Pak Bambang Istadi (Lapindo Brantas) soal amblesan sekitar Banjar Panji. Minggu siang kemarin Radio El Shinta menyiarkan amblesan 4 meter ini di sekitar wilayah semburan, tetapi Harian Sinar Harapan Senin sore kemarin menurunkan berita yang ambles itu tanggul penahan lumpur. Terima kasih Mas Bambang atas klarifikasinya. salam, awang Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Subject: FW: [iagi-net-l] Geothermal BPJ Date: Tue, 19 Sep 2006 07:07:18 +0700 From: Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED] To: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] -Original Message- From: Bambang P Istadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 18 September 2006 23:10 To: '[EMAIL PROTECTED]' Cc: 'Edy SUnardi'; '[EMAIL PROTECTED]' Subject: FW: [iagi-net-l] Geothermal BPJ Kang Awang, mas Edy Data GPS Monitoring yang kami lakukan belum ada tuh yang subsidence mencapai 4 meteran. Kecuali mas Edy punya pengukuran yang belum dishare sama saya. Hitungannya masih centimeter. Kami sudah lakukan 2 kali pengukuran dan sedang melakukan yang ke 3. Saya kuatir karena sudah posting di dimilis, akan dipakai oleh beberapa pihak, sehingga misleading yang menimbulkan kepanikan warga. Memang akan turun secara pasti tapi perlahan. Kalau bisa kang Awang posting lagi dengan data2 yang dibawah ini. Ini gambarannya Yang radius 2x2 km itu masih perkiraan, dengan acuan analogi daerah subsidence sekitar Porong collapse structure, dan Bleduk Kuwu. Perkiraan ini tanpa sensitivity, bisa saja lebih luas kalau kita mengacu pada mud volcano yang besar2 dengan ketinggian 20meteran. Bleduk Kuwu sekarang sekitar 6 meter dengan luas 45 Ha. Bisa dihitung daerah yang akan terkena dampak pengendapan Lumpur disekitar subsidence dan diminimize luasnya jika airnya bisa dibuang/ dimanage. Data yang kami miliki saat ini sebatas mGal menunjukkan daerah yang paling jauh, sekitar 1 km dari titik semburan menunjukkan gravity low dengan tingkat subsidence 2.8 cm (awal Juli) dan 13.5cm pada akhir Agustus. Saat ini kami sedang mengukur gravity dengan tool yang memiliki presisi lebih tinggi (Microgravity) nanti setelah kita dapatkan hasil dari Microgravity ini mungkin akan terlihat dan termonitor perbedaan yang menunjukkan seberapa besar wilayah yang terkena dampak subsidence yang menunjukkan gravity low. Ok deh, sedikit penjelasan dari saya. Salam, Bambang -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 18 September 2006 13:09 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Geothermal BPJ Secara kebetulan, saya baru saja ketemu Pak Edy Sunardi (tim IAGI untuk LUSI) yang mampir ke kantor. Jadi saya tanyakan berapa temperatur semburan uap, air dan lumpur itu sekarang. Kata Pak Edy, pengukuran terakhir minggu lalu 120 degC (!). Tentang amblesan, kata Pak Edy, 4 meter di sekitar titik semburan dan memakan wilayah 2 x 2 km (4 km2), hanya semakin menjauh dari pusat semburan amblesan semakin kecil. Bagaimana dengan jalan tol, saya tanya, dijawab : sudah ada retakan-retakan selebar 1 meter. Wah...! Cratering collapse sedang terjadikah...?! Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 18, 2006 11:09 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Geothermal BPJ Persis seerti yg aku tulis di weblog tentang menenggelamkan lokasi pemboran bpj, satu persatu apa yg sudah dipelajari dari sebuah evolusi gunung lumpur terjadi. hampir semua gejala-gejala itu bermunculan. Pak Basuki (ketua TimNas) tentunya sudah menyadari apa yg bakal terjadi bahkan relief well saat ini terancam batal karena lokasinya sudah menghawatirkan. rdp On 9/18/06, [EMAIL PROTECTED] wrote: wah ini sih artinya apa yang ditakutkan pak Awang jangan jangan terjadi permukaan tanahnya mulai ambles - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email
RE: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir
Kang Deni, Ajip Rosidi pernah menulis artikel panjang di Majalah Mangle berjudul Kwalitas Manusa Sunda yang dimuat kembali di bukunya Panca Kaki (Girimukti Pasaka, 1996), katanya kualitas itu sedikit banyak terkait dengan sejarah. Kata Pak Ajip, sajarah Sunda masih keneh maredong poek (sejarah Sunda masih gelap gulita). Mungkin benar Pak Ajip kalau kita mengingat bahwa banyak naskah2 kuno Sunda yang belum terbuka terbaca. Padahal, ada berpeti-peti naskah Sunda kuno yang sudah dikumpulkan sejak zaman Brandes tersimpan di Museum Gajah. Penerus2 ahli epigrafi (naskah kuno) seperti Atja, Uka Tjandrasasmita, dan Saleh Danasasmita harusnya ada dari kalangan muda. Kalau tidak ada, wah...bakal maredong poek terus atuh sajarah kuna Sunda teh.. Pentingnya naskah2 Sunda Kuna harus cepat terbuka di antaranya agar dapat menimbulkan kesadaran identitas (orang Sunda). Kata Pak Ajip, Satungtung urang Sunda henteu boga sajarah atawa henteu terang kana sajarahna anu enya, urang Sunda baris angger ngarasa henteu boga identitas (Selama orang Sunda tidak punya sejarah atau belum jelas tentang sejarahnya yang benar, maka orang Sunda akan tetap tidak punya identitas). Semoga, penemuan arkeologi besar di wilayah Batujaya, bisa menjadi mata rantai penting ke pemahaman Sejarah Sunda yang benar. salam, awang Deni Rahayu [EMAIL PROTECTED] wrote: wah menarik juga ya...soalnya baru kemaren ini saya berdiskusi ringan sama temen2 sesama sunda dan orang2 yang peduli budaya, mengenai hubungan kebudayaan masa lalu jawa barat dengan mentalitas jiwa pemimpin orang sunda - karena sadar atau tidak sadar, budaya adalah salah satu faktor yang bisa membentuk karakter bangsakapan kumpulnya dooong ? mudah2an bisa, skali2 bidang lain agar bisa membuka wawasan :) DNR --- Awang Satyana wrote: Abah, Penemuan ini sangat penting untuk purbakala Indonesia, apalagi buat karuhun urang Sunda. Ada yang mengira, bahwa di Batujaya jangan2 pusat Kerajaan Tarumanegara (negara di sisi Citarum ?) - soalnya Batujaya persis di sisi Citarum. Kalau ada yang berminat berkumpul, boleh juga tuh 'Bah. Nanti saya kumpulkan bahan2nya buat bahan bicara. Kalau ada yang bisa kontribusi peta2 garis pantai lama daerah Karawang akan sangat baik untuk merekonstruksi situs ini. Pak Wahyu Budi Satyawan dari LON biasanya punya. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan rekan Sangat menarik sangat menarik !! Kalau kita kumpul , Awang yang jadi pembicara buat yang berminat. Bahan-nya ? kUMPUL makan siang , beli makn sendiri sendiri KECUALI Pak Ketum berfikiran lain ???). Ekh ngawur Kita minta Metro cd dari acara tersebut , mungkin lewat IAGI lebih mudah, nah kita nonton , kemudian yang punya pengetahuan dan siapapun yang berminat . Saya tidak sempat nonton , ada undangan kawinan, padahal sudah dari beberapa hari sebelumnya niat nonton. Bagaimana Set IAGI , bisa kn. Si-Abah. ___ Pak Rovicky, Hanya peta dari atlas di mana lokasi Batujaya dan Cibuaya saja yang ada. Kalau foto2 lubang/parit ekskavasi, Candi Batujaya, kerangka2 manusia, tembikar2 gak punya. Buku Sedyawati (2006) itu juga walaupun terbitan Februari 2006 hanya teks tanpa gambar. Nanti saya scan petanya ya, dan ta' cari foto2nya siapa tahu ada dari beberapa jurnal arkeologi yang saya punya. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 18, 2006 12:32 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir Pak Awang, adakah peta, foto atau gambar2nya ? Aku rasa cukup lengkap sebagai satu artikel dongeng menariik nih Salam RDP On 9/18/06, Awang Harun Satyana wrote: Mungkin ulasan ini OOT (out of topic) tetapi, sebagaimana ekskavasi-ekskavasi arkeologi lainnya, ada kaitannya juga dengan geologi : terkait dengan sedimentasi Delta Citarum dan terkait dengan rencana pengembangan lapangan minyak Pondok Tengah (Pertamina) dan pemboran eksplorasi Ranca Jawa. Lagipula, penemuan besar semacam ini saya kalau tidak diketahui, padahal jaraknya tak sampai 50 km di sebelah timur laut Jakarta. Semoga bermanfaat. Malam Minggu kemarin (16 September 2006) saya nonton acara TV di MetroTV pukul 19.05 (Suara dari Yang Terkubur) yang menampilkan acara-acara bernuansa sains arkeologi dan geologi. Minggu lalu tentang penggalian situs Tambora (sayang baru nonton 15 menit, listrik mati untuk dua jam), Sabtu malam kemarin menayangkan penemuan dan penggalian situs Batujaya, yang diklaim sebagai penemuan arkeologi terbesar di Asia dalam 50 tahun terakhir ini. Acara berdurasi 45 menit ini menarik. Berikut adalah catatan saya sehabis menonton (saya menontonnya seperti seorang
RE: [iagi-net-l] Dialog Special Metro TV
Kayaknya yang bakal tetap dimarahi adalah Lapindo soalnya orang-orang hanya tahu ini lumpur Lapindo di media2 kan selalu disebut begitu. Atau kalau KLH dan Pemerintah dimarahi, ya gampang saja mereka kemudian akan memarahi Lapindo. Tutup Lapindo, begitu kata Rachmat Witoelar di awal kejadian musibah ini. Maka, Lapindo lagi Lapindo lagi ...(BPMIGAS juga dimarahi, kenapa sih sumur itu disetujui ?). Lo, kalau ada satu perusahaan minyak yang ingin mengeksplorasi migas lebih dalam, daripada main di dangkal saja, lalu secara teknis dan anggaran memenuhi syarat, apa alasannya tidak disetujui ? salam, awang Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo lumpur diijinkan dibuang kelaut yg dimarahi oleh LSM sama masyarakat pesisir pantai adalah pemerintah alias KLH alias Rahmat Witoelar Kalo lumpur menggenangi warga yg jadi sasaran kemarahan adalah Lapindo pilih mana coba? wassalam, pr At 06:18 AM 9/20/2006 +0700, you wrote: Rahmat Witular memang berani menganggung kemarahan rakyat dan dosa dengan menjalani resiko kalau sudah bahaya baru boleh dibuang kelaut. Beliau sama saja berpendapat bahwa lingkungan biota laut masih lebih tinggi tingkatnya dibandingkan lingkungan, kehidupan Manusia. Mudah-mudahan dia mendapat pencerahan. Yanto Salim -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 19, 2006 10:01 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Dialog Special Metro TV Pak Kardaya (BPMIGAS), Pak Edy Sunardi (IAGI), Pak Sarwono Kusumaatmadja (DPD RI) dan Pak Rudy Rubiandini (ITB, via telpon) dipandu oleh Frida Lidwina terlibat dalam dialog tersebut. Ada dua pendapat asal semburan ini : underground blow out-UBO (banyak diikuti para petroleum engineers) dan mud volcano eruption (banyak diikuti para geologists). Kalau UBO harapannya bisa diatasi oleh 3 relief well, kalau mud volcano eruption tak akan bisa diatasi dengan relief well, alamiah saja berhentinya. Ketiga narasumber terkesan setuju lumpur dibuang ke laut saja, tokh bukan limbah, bukan B3, dan lumpur itu masih satu habitat dengan laut di Selat Madura, hanya beda umur. Pak Sarwono seperti biasa dengan tegas bilang selamatkan dulu penduduk, baru lingkungan, kalau ada dampak baru diatasi. Ini keadaan darurat, tak bisa diberlakukan prosedur KLH yang normal.Kata Pak Kardaya, relief well akan bekerja dengan baik kalau tak ada serangan lumpur lagi ke titik2 bor relief well. Kalau lagi ngebor tiba2 lokasinya dibanjiri lumpur, ya tentu gak akan selesai2 ngebornya. Tapi, Pak Rachmat Witoelar, menteri KLH, bilang lumpur boleh dibuang ke laut kalau statusnya sudah bahaya. Selama masih darurat tak boleh. Dan, Pemerintah mau bikin tanggul permanen mengelilingi ratusan hektar wilayah Banjar Panji, wah berapa lama tuh ngebangunnya ? Di Azerbaijan sana, tempat paling banyak gunung lumpurnya di dunia, lumpur panas ini dijadikan tempat2 spa, sumber air panas, gas alam (metan biogenik), dan lumpurnya dijadikan batu-bata. Itu sudah lama terjadi, berarti lumpur itu aman-aman saja kelihatannya. Dua bulan dari sekarang, kalau lancar, kita akan lihat apakah relief wells bisa membendung Lusi ? salam, awang iagisek wrote: INFORMASI : Pada Hari ini , tanggal 19 September 2006, Jam 20.30 di Metro TV akan ditayangkan acara DIALOG SPECIAL METRO TV antara Ka BPMIGAS, Ketua PAH2 DPD-RI, wakil IAGI ITB, Topik Penanganan Semburan Lumpur Sidoarjo. Salam, Sekretariat Pusat IAGI - Do you Yahoo!? Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail. - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP
Re: [iagi-net-l] Ulasan LUSI Berdasarkan Jurnal Ilmiah Luar Negeri
Abah, Dalam kasus LUSI, lumpur dan gas yang tersembur itu bukan merupakan akumulasi yang berasal dari sedimen yang terperangkap di zone subduksi seperti ditulis jurnal tersebut. Kita tahu, lumpur dan gas itu berasal dari zone depresi Kendeng yang sedimennya diendapkan dengan sangat cepat sehingga memicu diapirisme, diapirisme memicu mud volcano, mud volcano tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran. Tetapi, kalau untuk kasus gunung-gunung lumpur di Sawu Basin di utara Pulau Sawu (dekat Sumba-Rote), kalau Abah pernah lihat beberapa seismic sections di Sawu Basin, di situ banyak gunung2 lumpur bawah laut. Nah, ini adalah memang berasal dari sedimen yang terakumulasi di zone subduksi, dan erupsinya didorong oleh kompresi dari thrust sheets yang banyak terbentuk di melange wedge Sawu-Rote-Timor. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Kang Awang. Re- keterangan diatas , bagaimana mengaplikasikan - nya dalam kasus Sidoarjo ? Apakah posisi subduction zone dan saat sedimentasi mendukung pendapat diatas ? Kelihatannya kita harus melihat dan belajar dari kejadian kejadian di - region lain untuk menambah data sebelum suatu kesimpulan final dicapai. Hal ini penting SEKALI karena akan menyangkut suatu keputusan Pengadilan dalam banyak pengaduan dari masyarakat. Si- Abah [EMAIL PROTECTED] wrote: Coba kita tengok bagaimana jurnal-jurnal ilmiah luar negeri mengulas LUSI ini. Saya mengamati beberapa, dan ternyata semua sama yaitu bahwa mereka hanya sepakat bahwa Lusi adalah mud volcano eruption Apa penyebab erupsinya ? Gempakah, pengeboran Lapindokah ? Tak tahu. Besar kemungkinan dua-duanya. Sebuah jurnal menyebutkan juga gejala geotermal. Di bawah ini adalah salah satunya. Salam, Awang Mud volcano floods Java Disaster-plagued Indonesian island faces new threat. by Richard Van Noorden [EMAIL PROTECTED] What Has Happened ? For 3 months a sea of hot mud has been gushing from the ground in Sidoarjo, East Java, 35 kilometres south of Indonesia's second largest city, Surabaya. The steaming mud pool is growing at an estimated 50,000 cubic metres a day, accompanied by hydrogen sulphide gas, and now reportedly covers more than 25 square kilometres. The flow has not yet been stopped; thousands of people have lost their homes. How bizarre... has this sort of disaster happened before? The Sidoarjo disaster is an example of a 'mud volcano'. Mud and gas accumulates when sea sediments are trapped in subduction zones, where one tectonic plate slides under another, and can erupt out of volcanic cones or simply from a crack in the ground. Kang Awang. Re- keterangan diatas , bagaimana mengaplikasikan - nya dalam kasus Sidoarjo ? Apakah posisi subduction zone dan saat sedimentasi mendukung pendapat diatas ? Kelihatannya kita harus melihat dan belajar dari kejadian kejadian di - region lain untuk menambah data sebelum suatu kesimpulan final dicapai. Hal ini penting SEKALI karena akan menyangkut suatu keputusan Pengadilan dalam banyak pengaduan dari masyarakat. Si- Abah Mud volcanoes have burst on every continent, but are abundant in the South Caspian region (offshore and onshore Azerbaijan) and offshore Indonesia in the East Java Basin. But the Sidoarjo mud volcano is rather unusual. It's huge. And, says Sam Rice, a geologist at the University of Cambridge, UK, reports of the mud eruption suggest that it is a hybrid between typical mud volcanoes and hydrothermal vents. The mud is of an unusually high temperature (60 °C) and contains enormously high concentrations of hydrogen sulphide gas. This suggests that some kind of volcanic, hydrothermal activity is going on at the same time. What creates the conditions for a mud volcano? Achim Kopf, a geologist from the University of Bremen, Germany, who has studied mud volcanoes extensively, explains that marine sediment can be scraped off an oceanic tectonic plate as it slides underneath a continental plate. If the sediment accumulates rapidly and water is trapped in its pores, this can stop the sediment being cemented by pressure. The resulting reservoir of mud can be trapped underground. In the case of the East Java mud flow, the mud is thought to have come from a reservoir some 2.7 kilometres below the Earth's surface. And what triggers an eruption? A number of things can create a crack that allows trapped mud to bubble to the surface; particularly earthquakes and drilling. And in Java specifically? In Java both of these things have happened recently. The oil and gas exploration company PT Lapindo Brantas is drilling in the area, and the gas and hot mud first spewed from the company's drilling rig on 28 May. Geologist Georg Delisle of the Federal Institute for Geosciences and Natural Resources (BGR), Hannover, Germany,
[iagi-net-l] Drilling a Mud Volcano (was Re: [iagi-net-l] Ulasan LUSI Berdasarkan ...)
ceritanya. Depresi Kendeng, khususnya di sisi utaranya dekat Rembang Zone (Banjar Panji di sisi selatannya), adalah daerah kaya sumur. Sejak akhir 1800an dan awal 1900an telah banyak sumur dibor, tak ada kan yang menimbulkan bencana seperti di Banjar Panji padahal tak sedikit juga sumur2 yang melalui overpressured zone di diapir Kendeng ini. Kelihatannya, just making a hole through a diapir (may also be a mud volcano ) will not erupt the volcano. salam, awang Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote: mud volcano tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran. Pak Awang, Bisa diperjelas yang Bapak maksud dengan kegiatan pemboran di atas? Apa hanya sebatas 'make a hole' atau kegiatan pemboran yang tidak 'prosedural'? Kalau asal ada hole sudah bisa memicu erupsi, berarti kesalahan Lapindo bukan dalam 'prosedural' drilling tetapi kesalahannya adalah kenapa drill well di daerah yg bisa terjadi erupsi (wrong well location?). Selain itu, apa di daerah zone depresi Kendeng yang memiliki diapir mud volcano seperti Porong ini, apa tidak ada kegiatan pemboran lain sebelumnya? Kalau ada, kenapa yang sebelumnya tidak memicu erupsi? Terimakasih, Natan On 9/22/06, Awang Satyana wrote: Abah, Dalam kasus LUSI, lumpur dan gas yang tersembur itu bukan merupakan akumulasi yang berasal dari sedimen yang terperangkap di zone subduksi seperti ditulis jurnal tersebut. Kita tahu, lumpur dan gas itu berasal dari zone depresi Kendeng yang sedimennya diendapkan dengan sangat cepat sehingga memicu diapirisme, diapirisme memicu mud volcano, mud volcano tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran. Tetapi, kalau untuk kasus gunung-gunung lumpur di Sawu Basin di utara Pulau Sawu (dekat Sumba-Rote), kalau Abah pernah lihat beberapa seismic sections di Sawu Basin, di situ banyak gunung2 lumpur bawah laut. Nah, ini adalah memang berasal dari sedimen yang terakumulasi di zone subduksi, dan erupsinya didorong oleh kompresi dari thrust sheets yang banyak terbentuk di melange wedge Sawu-Rote-Timor. salam, awang - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - How low will we go? Check out Yahoo! Messengers low PC-to-Phone call rates.
Re: [iagi-net-l] Re: Gempa 22 Sept dan Sesar Grindulu
Pak Rovicky, Kalau dilihat momen tensor solution-nya, gempa 22 September 2006 di lepas pantai selatan Jawa ini berhubungan dengan penyesaran naik berarah hampir B-T. Melihat jenis penyesaran dan arahnya, kelihatannya ia tak berhubungan dengan sesar mendatar Grindulu di selatan Pacitan yang BD-TL. Pusat gempa ini terjadi persis di punggungan sempit berarah B-T yang sedikit meneluk di utaranya dengan rarah SBD-UTL, yang memisahkan dua forearc basins di selatan Yogyakarta. Melihat kedalaman pusat gempa yang hanya 10 km, dan sekitar 100 km utara palung, maka pusat gempa terjadi di overriding plate pada kerak akresi melange wedge dengan pola imbrikasi struktur B-T, sejajar dengan penyesaran pada gempa ini. Jadi, diduga penyesaran pada gempa ini membuka struktur imbrikasi akresi lama. Kalau saja gempanya besar, misal di atas 6.5 SR (seperti yang di selatan Pangandaran 17 Juli 2006), semua syarat terjadinya tsunami sebenarnya telah dipenuhi. Syukur, kekuatannya di bawah 6.0 SR. Data Java Shell di daerah ini (juga sumur Borelis-1 dan Alveolina-1 - Java Shell, 1972-1973, dibor 25 km selatan Parang Tritis) tak meluas sampai jauh ke forearc basin dan wilayah2 yang banyak sejarah gempanya. Tetapi, kalau untuk mengecek apakah Sesar Opak dan Grindulu menerus ke laut sampai sekitar 25 km di selatan garis pantai, data Java Shell dapat dipakai. Kalau dari peta baimetri saat ini, kedua sesar itu kelihatannya tak signifikan penerusannya ke laut kalau kita lihat dari pengaruh kedua sesar terhadap batimetri (bandingkan dengan Sesar Cimandiri dan Sesar Adang/Paternoster yang sangat signifikan mempengaruhi batimetri sampai jauh ke laut). Kecuali, kalau kedua sesar ini terkubur jauh di bawah sedimen. Sangat setuju untuk melakukan survey geomarin di selatan Jawa ini, beberapa kasus gempa dan tsunami di selatan Jawa mestinya telah mendorong untuk itu. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Setelah dicoba di plot tumpang tindih (overlay), sesar-sesar di Jawa serta gempa-gempa seminggu ini cukup menarik. Sepertinya perlu perhatian khusus untuk patahan yg menerus ke laut. Baca entri selengkapnya » http://rovicky.wordpress.com/2006/09/22/sesar-sesar-di-selatan-jawa/ Selamat bnerakhir pekan, dan selamat menjalankan ibadah puasa RDP On 9/22/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote: Pak Awang dan juga rekan-rekan lain. Gempa yg terjadi semalam (22 Sept 2006) di selatan Jogja sepertinya berada pada sebuah penampakan kelurusan yg kalau saya teruskan sepertinya sejajar dengan patahan grindulu. Apakah ada yg memiliki data bawah permukaan untuk laut selatan Jawa ? Setahuku dulu ada dua sumur yg di bor Shell (? alveolina-1 dan borrealis-1). Mestinya kita bisa memanfaatkan data-data seismic di selatan Jawa untuk melihat geodinamika daerah ini. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk studi mitigasi di selatan Jawa yang saat ini merupakan sesimic gap. Sehingga selatan Jawa merupakan daerah yg rawan tsunami ini mestinya menjadi pusat perhatian selain pantai barat Sumatra (pantai Padang). http://rovicky.wordpress.com/2006/09/22/gempa-jumat-22-sept-06-pagi-bersumber-di-selatan-jogja/ RDP -- http://rovicky.wordpress.com/ -- http://rovicky.wordpress.com/ - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Get your email and more, right on the new Yahoo.com
[iagi-net-l] Karya Tulis Prof. Rubini Soeria-Atmadja (was : [iagi-net-l] Prof Rubini Soeria-Atmadja wafat
Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Prof. Rubini Soeria-Atmadja, semoga Almarhum mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya dan keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Pada kesempatan ini, saya ingin mengenang Almarhum berdasarkan karya-karya tulisnya yang tersebar baik di perusahaan yang pernah dibantunya (PT INCO, PT Timah), di bulletin LIPI, ITB, di proceedings pertemuan ilmiah nasional maupun internasional, dan di jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Saya memang tidak mengenal Almarhum secara mendalam, berjumpa pun jarang sekali (terakhir berjumpa 6 September 2005 ketika sama-sama menjadi pemakalah di seminar sehari IAGI tentang geodinamika dan metamorfisma), tetapi banyak karya tulisnya yang saya simpan dan pelajari, dari Buletin LIPI Agustus 1972 (Laterite deposits in the SE Arm of Sulawesi) sampai tulisan terakhir beliau yang saya punya High-Pressure Metamorphics and Associated Peridotite in Eastern Indonesia (MGI Agustus 2005) Dari Agustus 1972 sampai Agustus 2005 (33 tahun), total ada 31 tulisan yang terkumpul, mungkin sebenarnya lebih dari itu. Bagus sekali bahwa pada tahun 2003 Penerbit ITB mengumpulkan sebagian besar tulisan Prof Rubini dalam satu buku yang diberi judul Indonesian Island Arcs : Magmatism, Mineralization, and Tectonic Setting yang diedit oleh Pak Koesoemadinata dan Pak Dardji. Buku kumpulan tulisan semacam ini baik sekali sebab akan sangat memudahkan pembaca mendapatkan tulisan yang dicarinya. Pengetahuan kita saat ini tentang magmatisme di Indonesia beserta tatanan geodinamikanya saya pikir sebagian besar berasal dari tulisan-tulisan Prof. Rubini beserta para murid-muridnya (a.l. Pak Yatno, Pak Bambang Priadi) dan kolega-koleganya dari Prancis (a.l. Rene Maury, Rampnoux, Bellon). Bukan melebih-lebihkan, tetapi hampir semua tulisan tentang itu memang berasal dari kelompok Prof. Rubini kalau kita mencari tulisan2 dari tahun 1980an-1990an. Mungkin sejak pertengahan tahun 1990an mulai banyak tulisan2 tentang magmatisme dan geodinamika Indonesia juga berasal dari kelompok SE Asia Research Group di bawah pimpinan Tony Barber dan Robert Hall. Belakangan, saya banyak menaruh perhatian ke studi-studi tentang magmatisme dan geodinamika Jawa, dan paper Pak Rubini dkk. (Soeria-Atmadja et al., 1994, Tertiary magmatic belts in Java, Journal of SE Asian Earth Sciences, vol. 9, no. ½) selalu menjadi acuan utama karena inilah paper regional pertama yang membahas arc magmatism di Jawa. Saat ini banyak penelitian baru yang sedang dilakukan tentang arc magmatism di Jawa dan geodinamikanya baik oleh SE Asia Research Group (Helen Smyth, Ben Clemens) maupun oleh Direktorat Volkanologi (Pak Tikno Bronto). Memang banyak kesimpulan2 baru (seperti superimposed volcanism Bronto, 2006), tetapi paper Pak Rubini dkk tersebut tetap menjadi titik berangkatnya. Tulisan-tulisan Pak Rubini dkk. menyentuh gejala magmatisme dan geodinamika hampir di seluruh wilayah Indonesia. Itu berasal dari 45 tahun konsistensi beliau menekuni magmatisme batuan beku dan metamorfik beserta geodinamikanya. Bukan itu saja, penelitian-penelitiannya pun tentu ada yang bersifat praktis seperti pencarian base metal. Kerja sama yang dirintis Pak Rubini dengan berbagai perguruan tinggi di Prancis dari tahun 1979 juga telah membawa banyak sekali manfaat, baik dalam mempercepat penelitian magmatisme dan geodinamika di beberapa wilayah di Indonesia maupun dalam mendidik ahli-ahli Indonesia dari berbagai perguruan tinggi sampai mendapatkan gelar Ph.D. Saya mencatat tak kurang dari 30 doktor Indonsia dihasilkan dari kerja sama ini. Mungkin sulit mencari orang sekaliber Prof. Rubini Soeria-Atmadja, tetapi sama sekali bukan tidak mungkin. Telah banyak ahli-ahli penerus keahlian Pak Rubini (mis Pak Yatno, Pak Bambang Priadi, Pak Haryadi Permana, Pak Ildrem Syafri). Yang dibutuhkan adalah tinggal konsistensi dan ketekunan. Semoga tradisi penelitian dan penulisan fenomena magmatisme dan geodinamika Indonesia bisa diteruskan dan bahkan semakin menggebu. Sementara itu, karya-karya tulis yang ditinggalkan Pak Rubini adalah warisan yang sangat berharga dan tak lekang dimakan usia, semua karyanya masih menarik untuk dicermati, dikaji ulang, dan dijadikan dasar penelitian baru. Berharga semua yang menyumbangkan karya tulis. Salam, awang budi santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un . . Selamat jalan pak Rubini: mentor sekaligus sahabat kami . . Satu lagi kehilangan besar bagi bangsa kita umumnya dan masyarakt geologi indonesia khususnya, bahkan mungkin dunia Semoga akhir hayat beliau mendapatkan husnul khotimah . . . akhir yang baik . . surga imbalannya . . seperti janjiNya. Amin sTJ --- Sukmandaru Prihatmoko wrote: Inna lillhahi wa inna lillahi roji'un Turut berduka mendalam atas berpulangnya Prof Rubini. Semoga beliau mendapatkan
RE: [iagi-net-l] Karya Tulis Prof. Rubini Soeria-Atmadja
Mas, Maaf baru saya jawab, saya baru kembali dari mengikuti konferensi AAPG di Perth. Untuk mendapatkan buku itu, coba hubungi Penerbit ITB (yang menerbitkan buku itu pada tahun 2003) di [EMAIL PROTECTED], telp/fax 022-2504257. Terdapat 25 makalah Pak Rubini dkk. di dalam buku tersebut dikelompokkan ke dalam topik : ophiolites, mineralization and magmatism, dan arc magmatism. salam, awang Maryanto (Maryant) [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Awang, Bagaiman saya bisa daoatkan buku di bawah ? Indonesian Island Arcs : Magmatism, Mineralization, and Tectonic Setting yang diedit oleh Pak Koesoemadinata dan Pak Dardji. Maryanto. - Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.
RE: [iagi-net-l] Source Rock Petroleum System
Lombok North di samping concern terhadap deep-water, juga banyak sumur gagal di wilayah ini atau di sekitar wilayah ini. Benar Pak Bambang, kelihatannya hanya source dan/atau timing of generation-migration vs trapping yang berisiko di trend Baluran ini. Contoh sumur gagal terbaru adalah Agung-1 (Santos 2005) yang dibor di North Bali-1. Reefnya bagus sekali dan besar serta kualitas reservoir bagus. Walau diapit dua kitchen (Baluran Deep di utara dan sebuah deep lain di selatan Agung reef) tak ada tanda-tanda minyak ditemukan. Kelihatannya, depresi yang akan menjadi kitchen ada, apa daya source-quality sediments tak pernah diendapkan di situ. Paper Bransden Matthews (1992) mungkin yang menunjukkan relict pre-Tertiary sediments itu di wilayah Kangean, yang kalau digabung dengan papernya Pak Kustomo Hasan (1991) di wilayah Sulawesi Selatan bisa menuju rekonstruksi endapan pra-Tersier di wilayah Kangean-Paternoster ini. Hanya, berdasarkan analisis geokimia minyak, saya tak melihat kontribusi endapan source rocks pre-Tersier yang signifikan ke minyak2 di wilayah ini. Akan halnya minyak di JS 53 A atau L46 yang sama2 ditemukan di Ngimbang (karbonat dan klastik) sama saja secara geokimia dikontribusi oleh middle Eocene Ngimbang SR (Phillipi et al. 1991). Saya sekali waktu (1993) pernah mempelajari Zagros Thrust Belt di utara Irak-Iran untuk mencari aplikasi model thin-skinned tectonics ke Barito Basin (dipublikasi di Proceedings PIT IAGI 1993). Waktu itu, analognya adalah sbb. Meratus = Zagros, Arabian Plate = Schwaner micro-plate, Eurasian Plate = Paternoster micro-plate. Karena saya pikir setting tektoniknya adalah benturan dan suture, maka Zagros dijadikan model. Di Zagros kita bisa bagi provinces of structures-nya ke imbricated zone (yang didominasi basement-ilvolved/thick-skinned tectonics) dan ke simply folded belt yang thin-skinned tectonics. Lapangan2 minyak banyaknya ada di simply folded belt. Di Barito Basin pun seperti itu, hanya semua lapangan di Barito adanya di wilayah thick-skinned tectonics. Di wilayah lebih ke baratnya (yang mungkin thin-skinned tectonics, sudah terlalu stabil, dan jauh dari kitchen active di Barito Foredeep. Semuda pun termasuk di wilayah thick-skinned tectonics, mencoba mencari perangkap di horst-block yang diapit dua graben - apa daya tak ada minyak signifikan lari ke situ. Sementara sumur Miyawa-1 (trend) dan Miyawa-2 (Trident) benar2 di imbricated zone lereng Meratus dengan trap yang hancur. Ya Zagros mestinya sebuah suture zone antara Arabian Plate dan Eurasian Plate collision yang berbenturan terutama mulai pada Miosen Akhir. Sebagian besar merupakan ofiolit sisa Tethys, yang tak terjepit masih terbuka di Teluk Persia. Semua giant-supergiant fields di sebelah barat Zagros juga merupakan asymmetrically thrusted anticlinal folds yang dibentuk oleh kompresi Miosen. Jadi semua lapangan di Irak dan Iran itu adalah terdapat di foreland basin relatif terhadap collision Zagros. Saya membayangkannya juga analognya bisa terjadi di foreland basin banyak collision zones di Indonesia seperti di East Sulawesi atau selatan Papua Central Ranges. Radiolarian shales di Zagros mungkin hanya variasi kecil dan tak dominan sebab SR yang dominan di Zagros Fold Belt terutama adalah karbonat dan silisiklastik sejak dari Cambrian supra-Hormuz Fm, Silurian Gahkum siliclastics dan Jurassic Sargelu Fm carbonates, juga Lower Cretaceous Garau dan Kazhduni Formation shales dan carbonates, dan Late Cretaceous Gurpi organic-rich shales yang TOC-nya mencapai 6.9 % (Versfelt Jr., 2001). Kalau radiolarian chert ya wajar di tempat dalam sebab lumpur/selut radiolaria (radiolarioan ooze) biasa terjadi di kedalaman 13.000 - 25.000 ft - sudah mencapai kedalaman palung. Salam, awang Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Setuju pak Awang. Mungkin model ini yang musti dikejar lebih lanjut keberadaannya. Kalau North Lombok, hmmm, area segede itu koq sumurnya minim banget yah, apakah karena deep water-nya atau concern mengenai petroleum systemnya. Atau, he..he, mau minta kredit investasi tapi ndak berani bilang ke pak Awang... :) Rasanya saya dulu pernah lihat paper yang membicarakan adanya pre-Tertiary (? relict) depositional system yang berada dibawah Tertiary deposit di daerah tersebut. Kalau dibandingkan dengan model Iran-Irak dan seram tersebut, dan itu bisa dibuktikan, wuih, bisa seru tuh disana. Jadi, ini bisa in addition to RMKS tail system. Coba saja trend Baluran - ST-Alpha - Paternoster...etc, kayaknya seal, trap dan reservoir bukan merupakan concern, tetapi mungkin timing dan kitchen-nya yang belum terdefinisikan. Barangkali pak Awang juga bisa share ttg petroleum system di JS-53? Sepertinya itu anomaly ya? Berbeda banget dengan model Pagerungan (yang published di IPA lho) di selatannya. Kalau East Natuna, rasanya Gabus older system terbenam dalam-dalam, sulit juga untuk melihat di seismic. Ndak tahu
Re: [iagi-net-l] Gempa di Laut Banda 14 November 2006
Pak Nur, Bukan luput tak terbaca, memang tak masuk dalam liputan berita. Untunglah, selalu masuk dalam database gempa USGS maupun BMG. Kalau kejadiannya besar dan menggegerkan mungkin baru diliput besar2an. Walaupun gempa sekuat 7 SR tetapi dalam dan terjadi di tengah Laut Banda mungkin tak akan menjadi berita juga. Tetapi, gempa yang deskripsi detailnya dikutip Pak Nur ini sekali lagi membuktikan kapada kita bahwa kerak samudra Banda tengah aktif menyusup di bawah jalur Timor-Tanimbar-Seram, dalam posisi polaritas subduksi terbalik dengan penyusupan kerak samudra Hindia di bawah Lombok-Sumbawa. Hal yang unik adalah bahwa Flores-Sumbawa-Alor-Wetar benar2 terjepit dan terangkat oleh dua sistem subduksi utara-selatan. Utara dari Banda oceanic crust, selatan dari Indian oceanic crust, yang lalu terkomplikasi oleh ikut menyusupnya kerak kontinen Australia di bawah sector Timor-Tanimbar dan Bird's Head micro-continent menyusup di bawah utara Seram. Episentrum gempa ini persis di antara pulau2 kecil volkanik Romang dan Damar (buat teman2 yang belum pernah melayari Maluku Selatan - ini adalah pulau2 yang sangat indah tetapi banyak hiunya di pantai2nya, dengan terumbu karang moderen bisa dilihat di bawah air yang sebening kaca). Gunungapi2 ini jelas dibentuk oleh penyusupan kerak samudra Banda ke bawah Timor-Tanimbar. Momen tensor solution gempa menunjukkan oblique slip, kemungkinan besar berhubungan dengan ekstensi Wetar Thrust dari barat dan strike-slip yang bisa terbentuk oleh oblique collision antara Australia dan Timor-Tanimbar. Salam, awang M. Nur Heriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya pagi tadi ditanya oleh teman satu lab orang Turki yang lagi baca media Turki online, katanya di Indonesia ada gempa bumi di Laut Banda kemarin. Saya bilang gak tahu, soalnya di media Indonesia gak disebut sama sekali, walaupun tiap hari selalu saya sempatkan baca berita online. Pas saya cek di websitenya USGS Earthquake Hazard Program ketemu informasi berikut: -- Earthquake Details Magnitude 6.0 (Strong) Date-Time Tuesday, November 14, 2006 at 14:20:59 (UTC) = Coordinated Universal Time Tuesday, November 14, 2006 at 11:20:59 PM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 6.381°S, 128.002°E Depth 323.6 km (201.1 miles) Region BANDA SEA Distances 300 km (185 miles) S of Ambon, Moluccas, Indonesia 360 km (225 miles) NE of DILI, East Timor 740 km (460 miles) NNW of DARWIN, Northern Territory, Australia 2355 km (1460 miles) E of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 8.6 km (5.3 miles); depth +/- 14.5 km (9.0 miles) Parameters Nst= 84, Nph= 84, Dmin=999 km, Rmss=0.93 sec, Gp= 32°, M-type=moment magnitude (Mw), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usvbas - Saya heran, kok bisa ya gempa skala 6 di wilayah Indonesia bisa luput dari liputan berita, atau saya yang kurang cermat baca berita? Salam, --- M. Nur Heriawan Lab. of Applied Geosciences Tech. Kumamoto Univ., Japan Cheap talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. http://voice.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Sponsored Link Mortgage rates as low as 4.625% - $150,000 loan for $579 a month. Intro-*Terms
[iagi-net-l] Gempa di Laut Maluku (Talaud-Miangas) 15 November 2006
Sebuah gempa berkekuatan 5.5 Mb kedalaman sumber 75 km juga baru saja terjadi beberapa jam yang lalu di sebelah timur Kep. Talaud atau selatan Pulau Miangas pulau Indonesia paling utara yang berbatas dengan Filipina. Kalau diplot, lokasi episentrum gempa ini persis di splay Philippine Trench yang ke arah Indonesia membentuk thrust belt sebelah barat Kepulauan Halmahera. Kerak samudra Laut Maluku di sini menyusup baik ke timur di bawah Halmahera, maupun ke barat di bawah Sulawesi Utara, sehingga mengangkat bagian tengah Laut Maluku dan sebagian tersingkap menjadi Kepulauan Talaud. Daerah tinggian akibat dua subduksi kerak samudra ke barat dan timur ini dikenal sebagai Talaud-Mayu Ridge. Ini double subduction yang tidak ada duanya di muka Bumi. Di bawah ini adalah deskripsi detail parameter gempa dari USGS. Salam, awang Earthquake Details Magnitude 5.5 (Moderate) Date-Time · Wednesday, November 15, 2006 at 03:52:27 (UTC) = Coordinated Universal Time · Wednesday, November 15, 2006 at 11:52:27 AM = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location 4.917°N, 127.434°E Depth 74.9 km (46.5 miles) Region KEPULAUAN TALAUD, INDONESIA Distances 280 km (175 miles) ESE of General Santos, Mindanao, Philippines 310 km (195 miles) SE of Davao, Mindanao, Philippines 1290 km (800 miles) SE of MANILA, Philippines 2595 km (1610 miles) ENE of JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 9.1 km (5.7 miles); depth +/- 16.2 km (10.1 miles) Parameters Nst= 70, Nph= 70, Dmin=314.1 km, Rmss=1 sec, Gp= 58°, M-type=body magnitude (Mb), Version=6 Source USGS NEIC (WDCS-D) Event ID usvcad - Sponsored Link Mortgage rates near 39yr lows. $310,000 Mortgage for $999/mo - Calculate new house payment
RE: [iagi-net-l] Gempa di Laut Banda 14 November 2006
Ya Pak Nur, menarik sekali di wilayah Laut Banda selatan dan baratlaut : di utara Kep. Solor (pulau2 Adonara dan Lomblen), di utara Pulau Wetar-Romang-Damar, dan di sebelah tenggara Kepulauan Tukang Besi terdapat beberapa gunungapi bawahlaut. Gunungapi2 bawahlaut ini berdasarkan penelitian2 terbaru (sampai 2003) berpotensi menyebabkan mineralisasi emas primer melalui fenonema hidrotermal yang berhubungan dengan gunungapi bawah laut. Kemudian, juga telah ditemukan penyebaran nodul manggan di tenggara Pulau Damar dan tenggara Tukang Besi. Hanya, kedalaman lautnya 3000-4000 meter. Potensi ada, tinggal bagaimana teknologi mengeksploitasinya agar ekonomis mengingat dalamnya laut. Padahal, kalau lihat petanya yang terbaru (Hardjawidjaksana Kristanto, 2003) akumulasi potensi emas primer bawah laut ini bisa selebar pulau-pulau Seram atau Sumba (!). Kalau emas di daratan habis, mungkin the Banda Sea will be our last frontier. Salam, awang M. Nur Heriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Terima kasih banyak atas informasi dan ulasan ttg gempa di sekitar Laut Banda ini. Sangat bermanfaat bagi saya. BTW, saya juga pernah baca (dengar) bahwa di Laut Banda terdapat endapan hidrotermal bawah laut. Beberapa tahun lalu kalau gak salah Pak Andri Subandrio dari Geologi ITB yang pernah ikut ekspedisi dengan kapalnya Jerman (?). Barangkali kalau potensinya cukup besar, bisa menjadi peluang ke depan untuk pertambangan bawah laut. Untuk Pak Hasan, terima kasih juga atas informasinya ttg sms dari BMG tentang berita gempa bumi di Laut Banda kemarin. Biasanya Detik online yang paling rajin dalam hal berita2 terkini termasuk gempa bumi, tapi tumben euy absen, justru media asing yang lebih rajin. Salam, Nur H. --- Awang Harun Satyana wrote: Pak Nur, Bukan luput tak terbaca, memang tak masuk dalam liputan berita. Untunglah, selalu masuk dalam database gempa USGS maupun BMG. Kalau kejadiannya besar dan menggegerkan mungkin baru diliput besar2an. Walaupun gempa sekuat 7 SR tetapi dalam dan terjadi di tengah Laut Banda mungkin tak akan menjadi berita juga. --- M. Nur Heriawan Lab. of Applied Geosciences Tech. Kumamoto Univ., Japan Sponsored Link $200,000 mortgage for $660/ mo - 30/15 yr fixed, reduce debt - http://yahoo.ratemarketplace.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Sponsored Link Mortgage rates near 39yr lows. $510,000 Mortgage for $1,698/mo - Calculate new house payment
Re: [iagi-net-l] 9 tokoh nasional bersama G. Bush
Selamat berdiskusi buat Pak Ridwan, dan yang lebih penting semoga kelak Indonesia punya TEWS (tsunami early warning system) yang secanggih Jepang, sehingga tsunamigenic earthquake dua hari lalu di Kuril yang bermagnitude 8.1 pun tak menelan nyawa seorang pun. salam, awang Ridwan Djamaluddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya 'kan hanya ditugaskan untuk acara ini. Ada pesan dan data yang menarik untuk jadi bahan diskusi? Rovicky punya data penting? Tenkyu, R i d w a n On Thu, 16 Nov 2006 03:26:37 -0800 (PST) Ariadi Subandrio wrote: Alhamdulillah... kaderisasi berhasil..:) Rovicky Dwi Putrohari wrote: HEBAAT ! Selamat Cak ... jadi ndak salah, kan ... IAGI punya Sekjen Cak Ridwan ? :) RDP eh ini utk demo apa ... :) === 9 Tokoh Calon Lawan Diskusi Bush Luhur Hertanto - detikcom Jakarta - Sembilan tokoh nasional akan diundang berdialog langsung dengan Presiden AS, George W. Bush, pada 20 November nanti. Mereka adalah pakar bidang pendidikan, kesehatan, agama, bencana alam, IT dan bioteknologi. Pembicaraan akan berlangsung pukul 18.00, sebelum jamuan makan malam kenegaraan. Pembicaraannya tentang kerja sama bidang masing-masing dari pandangan para tokoh ini, kata Menko Kesra Aburizal Bakrie, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (16/11/2006). Untuk bidang pendidikan ada dua tokoh yang diundang, yaitu Prof. Arief Rahman dan Prof. Yohanes Surya. Pembangunan daerah juga dua orang, yaitu Frans Wozpakrik (wakil ketua MRP) dan Prof. Yusni Sabi (tokoh perempuan dari NAD). Sedangkan untuk bidang kesehatan, ekonomi kerakyatan dan agama, masing-masing satu tokoh. Secara berturut-turut mereka adalah Dr.Nila Muluk, Muhammad Ichsan dan Komaruddin Hidayat. Untuk biotek diwakili Dr. Adi Sasono dari LIPI, dan pengadaan tsunami early warning system dari BPPT oleh Ridwan Jamaluddin, imbuh Ical. Ditambahkannya, dipilihnya sembilan tokoh itu disesuaikan dengan topik pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Bush. Dua kepala pemerintahan ini sepakat untuk membahas peningkatan kerjasama di bidang kesejahteraan rakyat dan pencapaian agenda Millenium Development Goals. AS sendiri tidak sepakat dengan MDG, tapi kita kan pro MDG. Topiknya kita yang tentukan dan kita meminta AS menyetujui kita bicarakan topik kesejahteraan rakyat, ungkap Ical. (lh/nrl) On 11/16/06, Ariadi Subandrio wrote: Sekjen IAGI adalah satu diantara sembilan tokoh nasional yang akan berdiskusi dengan George Bush.., Detik.com : kamis, 16 Nop 2006, 17.22 Selamat broer.. Hidup sekjen lam-salam, ar-. - Sponsored Link Don't quit your job - take classes online and earn your degree in 1 year. Start Today -- http://rovicky.wordpress.com/ - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Sponsored Link $420,000 Mortgage for $1,399/month - Think You Pay Too Much For Your Mortgage? Find Out! - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Sponsored Link Mortgage rates near 39yr lows. $510,000 Mortgage for $1,698/mo - Calculate new house payment
[iagi-net-l] Impact from the Deep : Pandangan Baru Kepunahan Massal dalam Sejarah Bumi
Deep Impact kita tahu adalah judul sebuah film terkenal yang menceritakan bagaimana sebuah komet/asteroid bisa memunahkan kehidupan di Bumi. Tetapi, Impact from the Deep adalah judul sebuah teori baru yang pada intinya menyatakan bahwa kepunahan masal justru datang dari Bumi sendiri. Kepunahan massal (mass extinction) selalu menarik untuk dikaji. Telah cukup banyak buku dan artikel ilmiah ditulis untuk menampung argumen-argumen yang ada. Simposium khusus pun telah beberapa kali diadakan, terutama setelah teori Alvarez dikemukakan pada tahun 1980. Walter dan Luis Alvarez, pasangan anak-bapak (anaknya ahli geologi, bapaknya ahli fisika) mengemukakan teori bahwa dinosaurus punah pada Kapur Akhir 65 Ma (million years ago) akibat Bumi dihantam sebuah komet (deep impact). Teori ini kemudian terbukti benar karena banyak bukti fisik di lapangan ditemukan akibat benturan itu : a.l. (1) lapisan iridium ditemukan di mana-mana di seluruh dunia pada lapisan berumur 65 Ma (di Indonesia belum ada yang menelitinya), (2) impact debris, termasuk semua batuan dengan ciri petrografi pressure-shocked tersebar di seputar globe (3) kawah benturan (impact crater) berumur 65 Ma ditemukan terkubur di Semenanjung Yucatan Mexico yang disebut Kawah Chicxulub. Unsur Iridium langka ditemukan di Bumi, tetapi berlimpah di extra-terrestrial bodies seperti meteor, komet, dan asteroid. Berdasarkan lebar kawah Chicxulub, ditaksir komet/asteroid pemusnah kaum dinosaurus itu berdiameter 10 km. Karena kepunahan di K-T (Kapur-Tersier) boundary itu terbukti benar oleh extra-terrestrial impact, maka setiap periode kepunahan di Bumi selalu dihubungkan dengan hantaman komet/asteroid. David Raup, paleontologist penulis buku Extinctions : Bad Genes or Bad Luck ? (terbit awal 1990an) menyatakan begitu, memang impacts selalu disalahkan sebagai penyebab major extinctions, penyebab lain mungkin ada, tetapi tak dominant. Apakah benar begitu ? Paling tidak, di dalam 500 juta tahun terakhir ini bisa kita catat telah terjadi lima kali kepunahan massal yang besar : (1) pada 443 Ma (ujung Ordovisium), (2) pada 374 Ma (ujung Devon), (3) pada 251 Ma (ujung Perem), (4) pada 201 Ma (ujung Trias),dan (5) pada 65 Ma (ujung Kapur). Kepunahan pada 251 Ma (ujung Perem atau ujung Paleozoikum) adalah kepunahan terbesar yang menghapus 90 % penghuni lautan dan 70 % penghuni daratan bahkan sampai sekecil serangga pun. Kepunahan ujung Perem adalah great dying atau the mother of mass extinctions tulis Douglas Erwin di majalah Scientific American edisi Juli 1996. Apakah kepunahan Permian ini juga akibat asteroid impact ? Peter Ward, profesor biology-earth and space sciences dari University of Washington melaporkan penemuan baru tentang kepunahan masal terbesar di ujung Permian ini (Scientific American, Oktober 2006, p. 42-49). Lima tahun lalu, sekelompok ahli geologi dan ahli kimia organik mulai mempelajari kondisi-kondisi lingkungan pada masa-masa kritis dalam sejarah Bumi. Pekerjaan mereka meliputi mengekstraksi residu zat kimia dari lapisan-lapisan berumur tertentu berusaha mencari fosil molekuler kimiawi yang dikenal sebagai biomarker yang ditinggalkan organisme yang telah punah. Karena kuatnya, suatu biomarker masih terawetkan di sedimen2 meskipun jazad organismenya telah lenyap meluruh. Analisis biomarker telah biasa dilakukan di petroleum geochemistry. Biomarker ini merupakan kunci ke pengetahuan kondisi seperti apa yang terjadi di Bumi pada saat kehidupan suatu organisme berlangsung. Sampling dan penelitian telah dilakukan pada periode-periode kepunahan masal. Dan para ilmuwan tersebut mendapatkan kejutan bahwa data dari periode2 mass extinction selain pada periode K-T boundary, selalu menunjukkan kondisi lingkungan yang menunjukkan bahwa lautan2 purba telah beberapa kali berada pada kondisi kandungan oksigen yang sangat rendah (anoxia). Bersamaan dengan kondisi ini ditemukan biomarker dalam jumlah besar berupa green sulfur bacteria yang bisa melakukan fotosintesis. Pada zaman sekarang, bakteri sejenis itu ditemukan berupa green-purple sulfur bacteria di tempat2 dalam laut stagnant seperti Laut Hitam yang mengoksidasi H2S sebagai sumber energinya dan mengubahnya menjadi belerang. Gas H2S adalah gas beracun bagi banyak makhluk hidup. Kelimpahan bakteri ini pada periode2 kepunahan massal yang seperiode dengan turunnya kandungan oksigen secara ekstrim telah membuka wawasan baru tentang penyebab kepunahan masal. Para ilmuwan telah tahu bahwa pada setiap periode kepunahan masal level oksigen selalu lebih rendah daripada biasanya. Juga, mereka tahu bahwa banyak volkanisme terjadi pada setiap periode kepunahan masal volkanisme adalah teori tandingan asteroid impact bagi kepunahan masal. Volkanisme bisa meningkatkan CO2 di atmosfer, mengurangi kadar oksigen, dan menyebabkan global warming. Tetapi, volkanisme dan berlimpahnya CO2 di atmosfer tak langsung
Re: [iagi-net-l] Istana Bogor
Pak Ismail, Saya juga pas menonton acara itu, tetapi bukan 1934 melainkan 1834. Bangunan asal Istana Bogor adalah sebuah mansion (rumah besar) yang disebut Buitenzorg (di luar beban) yang ditujukan sebagai tempat peristirahatan (di luar beban) para Gubernur Jenderal Belanda. Mansion ini mulai dibangun/ditempati sejak Agustus 1744. Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles pernah tinggal di mansion ini. Lalu, bangunan ini pada tahun 1834 rusak parah oleh gempa yang dipicu erupsi gunungapi Salak (tulis sebuah buku). Kemudian, mansion ini dibangun kembali pada tahun 1856 menjadi bentuknya seperti sekarang, hanya satu lantai, untuk menghindari kerusakan besar kalau digoncang gempa lagi. Tetapi, saya cek di buku-buku gunungapi (sayang buku Data Dasar Gunungapi Indonesia yang lengkap itu - Kusumadinata, 1979, saya tak punya -silakan dicek oleh rekan2 yang memiliki buku tersebut), tak ada tahun 1834 sebagai tahun letusan Salak. Letusan Salak didaftar terjadi pada : 1698-99, 1780, 1902-03, 1919, 1935, 1938. Tetapi, semua buku tentang Istana Bogor yang saya cek menyebutkan memang tahun 1834 istana ini dirusakkan gempa. Hanya, apakah ini gempa volkanik (tahun letusan tak ada yang cocok) atau tektonik (ini belum sempat saya lacak datanya) tak diketahui dengan pasti. Bogor ada di kaki timurlaut Gunung Salak, apakah gempa volkanik bisa meruntuhkan bangunan mansion Belanda yang terkenal kokoh itu ? Rasanya sulit dimengerti, apalagi tipe letusan Salak selalu freatik tak model Plinian seperti Krakatau -yang goncangannya bisa besar. Mungkin, mansion itu runtuh oleh gempa tektonik. Hanya, harus dicari histori gempa 1834 itu dan efeknya ke kota Bogor. Mungkin BMG punya datanya, hanya tak ada modul di website-nya untuk masuk ke data histori. Itu dulu pak Ismail, semoga ada rekan lain yang mau menambahkan. salam, awang ismail zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Saat ini semua perhatian ke istana Bogor , pada minggu sore di TV 7 dibahas tentang istana Bogor ini , salah satunya dinyatakan kalau tidak salah dengar bahwa istana Bogor pada mulanya dibangun 3 tingkat , namun setelah adanya kerusakan akibat letusan gunung Salak dan juga Gempa bumi 1934 maka istana Bogor direnov menjadi seperti sekarang ini.( Tidak bertingkat ? ) Kalau memang ini benar , berarti letusan maupun Gempa tsb ( apakah kejadiannya bersamaan atau berselang tidak ada penjelasan ) cukup besar , sehingga bisa merusak bangunan istana yang notabene cukup kuat. Mungkin ada yang bisa beri pencerahannya , kok belum pernah dengar masalah ini. ( sekalian kita lihat nanti apakah santetnya Gendeng Pamungkas mempan menghadapi pasukan santetnya si Bush , kalau Akang Ridwan saya yakin bisa lolos masuk istana Bogor dan tdk akan mempan dg persantetan ) ISM - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Sponsored Link Degrees online in as fast as 1 Yr - MBA, Bachelor's, Master's, Associate - Click now to apply
Re: [iagi-net-l] Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol
Berita yang diturunkan beberapa media pada hari Kamis kemarin itu (Media Indonesia, Kompas, dll.) adalah TIDAK BENAR. Telah terjadi salah persepsi pada orang-orang Dinas Pertambangan Kab. Bogor. PT Ranhil dan PT Bumi Parahyangan, operator Blok Citarum belum melakukan kegiatan apa pun (seismik dan pemboran eksplorasi) di lahan operasi mereka. Dari data operator lama (Saba, JOB Pertamina-Greka Blok Jatiluhur) memang terindikasi adanya suatu perangkap, yang mereka sebut prospek Jonggol. Nah, prospek ini yang nanti tahun depan akan dibuktikan lewat pemboran (tanpa konfirmasi seismik) oleh operator baru (Ranhil dan Bumi Parahyangan). Cadangan 300 juta barrel tentu masih di konsep, juga umur produksi selama 70 tahun. Risiko eksplorasi di Blok Citarum termasuk tinggi. Tentu saya mengharapkan ada penemuan terjadi di situ, tetapi berita di koran itu tidak benar. Yang benar mestinya Prospek Hidrokarbon Ditemukan di Jonggol - tetapi ini bukan berita baru sebab prospek itu telah ditemukan dari akhir tahun 1990an. Saya jadi ingat sewaktu masih di Balikpapan dulu. Tahun 1993 sebuah koran lokal menurunkan berita Ditemukan Ladang Minyak Besar di Miyawa padahal struktur Miyawa belum dibor. Lalu Trident mengebor Miyawa-2 di lereng barat Meratus dan kering. Nah lo... All prospects look good until drilled ! salam, awang Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Kompas, Kamis, 23 November 2006 - 06:26 wib Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol CIBINONG, WARTA KOTA- Warga Bogor gempar dengan ditemukannya ladang minyak bumi yang terletak di Kampung Malimping, Dasa Balaikambang, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Kepala Bagian Tata Usaha dan Perizinan di Dinas Pertambangan (Distam) Kabupaten Bogor Mamat Karyana ketika dikonfirmasi dengan tegas membenarkan kabar baik tersebut. Menyusul temuan cadangan minyak bumi di lahan seluas kurang lebih 15 hektar di Kampung Malimping itu, maka saat ini sedang dilakukan upaya pembebasan lahan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dan pihak terkait untuk keperluan eksplorasi tambang minyak bumi nantinya. Kami taksir di daerah tersebut memiliki cadangan minyak bumi mencapai 300 juta barel. Itu artinya eksplorasi minyak bumi di tempat itu bisa mencapai 70 tahun, kata Mamat di kantornya, Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Rabu (22/11). Dia menceritakan bahwa informasi itu diperoleh setelah pihaknya melakukan penelitian secara intensif melalui metode seismic atau penelitian dengan memanfaatkan getaran gelombang radio detector, dengan melihat jenis batuan dan peta geologi yang dilakukan PT Ranhil Corporation, perusahaan konsorsium dari Malaysia dan PT Bumi Parahiyangan dari Indonesia. Temuan cadangan minyak bumi di kawasan Jonggol itu merupakan yang pertama dan mungkin hanya satu-satunya di Kabupaten Bogor, ujarnya. Dinas pertambangan bersama Pemerintah Kabupaten Bogor melakukan rapat koordinasi untuk membahas beberapa agenda seperti pembebasan lahan dan pemberian izin lokasi tambang. Kami sudah sampaikan ini semua dalam rapat. Bahkan pemkab sendiri dalam rapat beberapa hari lalu langsung memerintahkan kami dalam hal ini Bidang Listrik dan Pengembangan Energi Distam Kabupaten Bogor untuk segera menangani masalah tersebut, tuturnya. Namun Mamat mengakui, dalam urusan eksplorasi tambang minyak ini nantinya pihaknya tidak akan dilibatkan terlalu jauh. Pasalnya, tambang minyak bumi merupakan golongan pertambangan A, yakni jenis pertambangan yang ditangani langsung oleh pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Mamat mengungkapkan berdasarkan informasi yang diperolehnya bahwa Departemen ESDM pada tahun 2007 akan melakukan eksplorasi di kawasan tersebut. Hal senada dikatakan Kepala Bagian Tata Pemerintahan (Kabag.Tapem) Pemkab. Bogor Burhanudin Pada prinsipnya Pemkab.Bogor saat ini sudah memberikan izin untuk pembebasan lahan tambang seluas 15 hektar di kawasan Jonggol tersebut, katanya. Pemkab Bogor intinya hanya berharap, yang ditemukan oleh PT Bumi Parahyangan dan PT Ranhil Corporation itu bisa menjadi kenyataan. Sehingga dengan tambang minyak bumi di kawasan Jonggol itu nantinya bisa meningkatkan PAD Kab.Bogor yang saat ini hanya Rp254 miliar per tahun. Sementara itu, Angota Komisi C DPRD Kab Bogor Darwin Sargih yang kebetulan berasal dari daerah pilihan (Dapil) Kecamatan Jonggol mengatakan, dengan telah ditemukannya sumber cadangan minyak bumi sebesar 300 juta barel di kawasan Jonggol itu, jelas sebuah kabar baik bukan hanya bagi warga Bogor melainkan juga bangsa Indonesia. Kalau ladang minyak itu telah dilakukan eksplorasi, tentunya akan menjadi pundi-pundi uang yang sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Apalagi jelas sesuai laporan yang saya terima, kandungan minyak bumi di tempat itu mencapai lebih dari 300 juta barel, itu sunguh luar biasa yang artinya keuntungan yang akan dicapai pemerintah bisa mencapi 24 triliun,:
Re: [iagi-net-l] Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol
Pak Bahal, Sumur Miyawa-1 (Trend Energy Kalimantan, 1986) maupun Miyawa-2 (Trident, 1993) dibor di lereng barat Meratus yang terkenal begitu terdeformasi. Semua operator yang pernah bekerja di Barito Basin tahu bahwa di lereng barat Meratus itu banyak ditemukan rembesan minyak. Saya, dalam suatu kesempatan pemetaan di lereng Meratus tersebut, pernah mengambil sampel dan mengkarakterisasinya. Minyaknya digenerasikan dari source Tanjung tetapi menunjukkan juga pencampuran minyak dari source Lower Warukin. Melihat banyaknya rembesan dan ditemukannya perangkap di bawah permukaan, Trend Energy, Trident, dan Pertamina mengebor tiga sumur di lereng barat tersebut dari utara ke selatan. Semua sumur kering. Penyebabnya macam-macam : sumur Minyak Selatan-1 Pertamina (1996) gagal karena objektif Tanjung tak ditemukan sampai program TD diperdalam pun. Warukin di lokasi sumur terulang berkali2 oleh deformasi sesar naik, sehingga objektif Tanjung entah terdapat di kedalaman berapa. Sumur Miyawa-1 dan Miyawa-2 gagal karena kualitas reservoir Tanjung buruk dan integritas perangkap telah dirusak sesar, lagipula perangkapnya hanya mengandalkan lapisan monoklin Tanjung yang against fault. Barito Basin sangat tipikal foreland basin di bawah Meratus fold-thrust belt yang sebagian besar disusun ofiolit. Foredeep Barito di sisi barat Meratus telah terbukti sebagai kitchen. Sebagai layaknya banyak foreland basin di manapun di seluruh dunia, migrasi hidrokarbon sebagian besar (80 %) akan mengalir ke arah barat menuju Schwaner Core bukan ke arah Meratus. Sebuah sub-thrust trap di sisi timur foredeep bisa saja memerangkap hidrokarbon, tetapi harus dipertimbangkan volumetrik dan kedalaman objektifnya. Thrust Meratus tak pernah sesederhana seperti di penampang seismik. salam, awang (exploration geologist Barito 1990-1996) [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak awang, Bisa tau apa yang terjadi dengan well Miyawa-1 ?, (waktu itu). thanks Bahal Tambunan Eni Pakistan Limited Exploration Department Phone : +92 333 3901039 Karachi, Pakistan Awang Satyana yahoo.com cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol 11/24/2006 07:06 AM Please respond to iagi-net Berita yang diturunkan beberapa media pada hari Kamis kemarin itu (Media Indonesia, Kompas, dll.) adalah TIDAK BENAR. Telah terjadi salah persepsi pada orang-orang Dinas Pertambangan Kab. Bogor. PT Ranhil dan PT Bumi Parahyangan, operator Blok Citarum belum melakukan kegiatan apa pun (seismik dan pemboran eksplorasi) di lahan operasi mereka. Dari data operator lama (Saba, JOB Pertamina-Greka Blok Jatiluhur) memang terindikasi adanya suatu perangkap, yang mereka sebut prospek Jonggol. Nah, prospek ini yang nanti tahun depan akan dibuktikan lewat pemboran (tanpa konfirmasi seismik) oleh operator baru (Ranhil dan Bumi Parahyangan). Cadangan 300 juta barrel tentu masih di konsep, juga umur produksi selama 70 tahun. Risiko eksplorasi di Blok Citarum termasuk tinggi. Tentu saya mengharapkan ada penemuan terjadi di situ, tetapi berita di koran itu tidak benar. Yang benar mestinya Prospek Hidrokarbon Ditemukan di Jonggol - tetapi ini bukan berita baru sebab prospek itu telah ditemukan dari akhir tahun 1990an. Saya jadi ingat sewaktu masih di Balikpapan dulu. Tahun 1993 sebuah koran lokal menurunkan berita Ditemukan Ladang Minyak Besar di Miyawa padahal struktur Miyawa belum dibor. Lalu Trident mengebor Miyawa-2 di lereng barat Meratus dan kering. Nah lo... All prospects look good until drilled ! salam, awang Prasiddha Hestu Narendra wrote: Kompas, Kamis, 23 November 2006 - 06:26 wib Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol CIBINONG, WARTA KOTA- Warga Bogor gempar dengan ditemukannya ladang minyak bumi yang terletak di Kampung Malimping, Dasa Balaikambang, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Kepala Bagian Tata Usaha dan Perizinan di Dinas Pertambangan (Distam) Kabupaten Bogor Mamat Karyana ketika dikonfirmasi dengan tegas membenarkan kabar baik tersebut. Menyusul temuan cadangan minyak bumi di lahan seluas kurang lebih 15 hektar di Kampung Malimping itu, maka saat ini sedang dilakukan upaya pembebasan lahan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dan pihak terkait untuk keperluan eksplorasi tambang minyak bumi nantinya. Kami taksir di daerah tersebut memiliki cadangan minyak bumi mencapai 300 juta barel. Itu artinya eksplorasi minyak bumi di tempat itu bisa mencapai 70 tahun, kata Mamat di kantornya, Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Rabu (22/11). Dia menceritakan bahwa informasi itu diperoleh setelah pihaknya melakukan penelitian secara intensif melalui metode seismic atau penelitian dengan memanfaatkan getaran gelombang radio detector, dengan melihat jenis batuan dan peta geologi yang dilakukan PT Ranhil Corporation, perusahaan konsorsium dari Malaysia dan PT Bumi Parahiyangan dari Indonesia. Temuan cadangan minyak bumi di kawasan Jonggol itu merupakan yang pertama dan mungkin hanya satu-satunya di
Re: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and Updated Status
Pak Ismail, Ada beberapa saran yang dikemukakan di seminar tersebut. Pak Suyitno Patmosukismo (IPA) misalnya menyarankan melihat kembali aturan ring fencing, sehingga dana di suatu blok operasi berstatus produksi bisa dipakai di blok lain yang eksplorasi atau malahan untuk new venture-nya. Liberasi ini memang bertentangan dengan prinsip-prinsip KPS yang berlaku di Indonesia, walaupun kelihatannya akan mampu mendorong kegiatan eksplorasi di lahan frontier. Untuk itu, perlu dilihat dengan hati2. Pak Hardy Prasetyo (staf ahli Menteri ESDM) menyarankan untuk melihat kembali dan merevisi peta cekungan Indonesia, benarkah kita mempunyai 60 cekungan ? Cekungan2 kecil di seputar Laut Banda misalnya, kemungkinan besar mereka tak punya prospektivitas hidrokarbon. Untuk itu, dihapus saja dari peta cekungan. Atau, bedakan antara peta cekungan minyak dan peta cekungan sedimen. Ini untuk menjelaskan bahwa 60 cekungan sedimen itu tak sama dengan 60 cekungan minyak. Yang sudah jelas cekungan minyak baru 16 dari 60 cekungan itu. Salah satu masalah juga adalah bahwa Pemerintah kita belum berhasil menyelesaikan tumpang tindih lahan kehutanan dengan pertambangan. Akibat ini, Pegunungan Tengah Papua tak bisa diapa-apakan sudah lebih dari lima tahun ini, padahal Pegunungan Tengah ini masih terusan pegunungan yang sama di PNG yang telah terbukti mengandung lapangan-lapangan minyak penting (mis Hedinia, Iagifu). Banyak saran dan kesimpulan bagus dari seminar2, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana merealisasikannya. Kelihatannya itu menjadi masalah kita semua... salam, awang ismail zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang , ada nggak kesimpulan dari seminar tsb Hal Hal riel yang harus dilakukan Guna mendorong/mempercepat adanya Eksplorasi dan Produksi Migas , spt dikatakan dalam waktu 21 tahun hanya ada 2 cekungan tambahan dan disisi lain produksinya juga cenderung ada penurunan.( dan cost recovery semakin besar begitu kata Pak Kortubi dan BPKP dikoran kemarin ) Diwaktu yang bersamaan Dirjen Minerbapabum ESDM juga melaksanakan Seminar yang subtansinya hampir sama , cuma beda komoditinya / Mineral ,Batubara dan Panasbumi , ( sepertinya di ESDM lagi musim seminar , maklum akhir tahun. ) Salah satu kesimpulannya untuk mempercepat pemanfaatan Geothermal akan dibentuk Tim Khusus ( seperti Tim Nas gitu ) dg Keprres guna merumuskan semua permasalahan dan mencari terobotosan penyelesaiannya, dg melibatkan semua institusi terkait baik dari ESDM , Dept Kehutanan , Dept Keuangan/ Pajak maupun unsur lainya , Mungkin biar gak mbulat mbulet .. gitu. ISM - Original Message - From: Awang Harun Satyana To: Sent: Friday, December 08, 2006 3:15 PM Subject: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and Updated Status Berikut adalah ringkasan hal2 yang saya presentasikan dan diskusikan di dalam seminar Badan Penelitian dan Pengembangan dan Badan Geologi Departemen ESDM bertema Optimasi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan untuk Mendorong Peningkatan Eksplorasi dan Produksi Migas (7 Desember 2006). Semoga berguna. Penyebaran jalur minyak Indonesia secara regional pertama kali dikemukakan oleh van Bemmelen (1949), untuk mineralisasi dikemukakan oleh Westerveld (1952). Masa kini, kita tahu jalur-jalur minyak itu digambarkan ke dalam sebaran-sebaran cekungan. van Bemmelen membagi jalur-jalur itu ke dalam 11 jalur : 1. East Sumatra Belt (north, mid, south Sumatra), 2. West Sumatra Belt (fore-arc basins Sumatra sekarang), 3. SE Sunda Belt (maksudnya SE Sundaland, termasuk north Java dan Madura, SE Borneo, E Borneo dan NE Borneo, Sabah), 4. Central Borneo (Melawi-Ketungau sekarang), 4a. NW Borneo (Sarawak-Brunei sekarang), 5. West Celebes (Lariang, Karama, Sulawesi Selatan) - jalur ini bergabung di baratdayanya dengan jalur SE Sunda, 6. East Arm Celebes (Banggai-Sula sekarang), 7. Buton, 8. Timor-Seram (Banda arc sekarang), 9. South New Guinea (memanjang dari Kepala Burung-Lengguru-Asmat-Merauke), 10. Median New Guinea (Central Range), 11. North New Guinea (Sarera-Rombeba-Jayapura). van Bemmelen menyusun jalur2 ini berdasarkan kejadian rembesan, lapangan-lapangan minyak, dan kemungkinan geologinya. Kompilasi jalur2 minyak van Bemmelen ini menarik dan sampai saat ini terbukti benar. Di luar jalur2 ini, meskipun sekarang diidentifikasi banyak cekungan, sampai sekarang tak ada penemuan hidrokarbon. Jalur2 minyak ini meliputi onshore dan offshore. Tentu ada penemuan2 minyak di luar jalur ini yang tak diperkirakan van Bemmelen, yaitu di offshore Natuna, offshore Makassar Strait, dan offshore Tanimbar. Secara garis besar jalur minyak van Bemmelen 80 % benar. Pada akhir tahun 1960an beberapa tulisan penting tentang cekungan minyak Indonesia telah muncul terutama untuk cekungan2 Sumatra Selatan, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur (dari L.G. Weeks dalam suatu forum World Oil Symposium). Khusus Indonesia Barat, Pak Koesoemadinata mempelopori dengan
Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2
Wajar kita takut dengan kandungan CO2 tinggi sebab CO2 akan langsung memotong volume reserve dan sekalipun diproduksi akan butuh biaya tambahan sebab ia gas korosif dan perlu teknologi serta alat khusus untuk memisahkannya dari gas hidrokarbon. Sejarah perminyakan di Indonesia banyak menunjukkan berakhirnya suatu blok karena CO2 yang tinggi, atau blok yang sudah sekian lama tidur akibat CO2 tinggi. Sebagai eksplorasionis, maka kita sebaiknya bisa berhitung dan meramalkan apakah blok2 yang akan kita ambil itu akan punya CO2 tinggi atau tidak. Dengan modal data geokimia, geologi, dan geofisika hal ini bisa kita prediksi dengan ketelitian cukup baik. Kandungan CO2 berapa pun bisa dipisahkan. Sampai 15 % CO2 kelihatannya masih ok saja. Bahkan sekarang ada turbin yang friendly terhadap CO2 sampai 30 %. Biasanya, kalau CO2 30 % di surface facilities sudah mulai ada usulan untuk instalasi separator CO2. Alternatif 1-4 yang ditawarkan Pak Habibie itu akan wajar dan ekonomis kalau produksi gas dari Natuna D-Alpha kecil saja, sehingga instalasi untuk produksi 1-4 itu kecil saja dan ekonomis. Nah kalau produksi Natuna D-Alpha 1000 MMCF ? Apa masih bisa ekonomis instalasi untuk produksi 1-4 ? Tidak. Dan, Natuna D-Alpha hanya akan ekonomis bila diproduksi 1 BCFG/day. Ingat saja, cadangan lapangan gas super-raksasa ini 45 TCFG (sudah dipotong kandungan CO2 yang 71 %). Maka, yang paling baik buat Natuna D-Alpha adalah injeksi saja ke dalam reservoir. Jadi, teknologi yang ditawarkan Pak Habibie bagus, tapi tidak tepat buat NAtuna D-Alpha. Gas yang punya CO2 tinggi tidak akan lebih dari 5 USD/MMBTU harga di wellhead. salam, awang Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Men temen, Biasanya kalau kita nemuin adanya CO2 di reservoir, kita akan menjadi takut dengan biaya lifting yang tinggi. Ada yang tahukah, seberapa tinggi kadar CO2 yang bisa ditolerir dalam suatu reservoir? Maksudku, dapat dipisahkan secara komersil? Disisi lain, masih teringat pidato Oom Habibie dulu waktu opening ceremony di IPA, beliau justru meng-address upside potential CO2 di D-Alpha. Filosofi yang ditawarkan pada saat itu: 1. Bikin es kering (dry ice) di D-Alpha 2. Bikin hydro power plant di Memberamo (Papua) 3. Bikin proses hidrolisa untuk memisahkan H + O dari air 4. Bikin synthetic methan dari kedua komponen tersebut (katanya sih, CO2 + H2O -- Cx Hy , nah ini kan sudah jadi hidrokarbon rantai pendek. Pertanyaannya : Mungkinkah eh, sorry, nanti dikira underestimate sama si Oom, jadi, pertanyaannya dirubah menjadi Kapankah ini akan terlaksana??? Mumpung gas lagi US$ 8 per MMBTU nih... (Ferdi...ini aku ketularan ? mu lagii) Bambang -- This e-mail, including any attached files, may contain confidential and privileged information for the sole use of the intended recipient. Any review, use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited. If you are not the intended recipient (or authorized to receive information for the intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and delete all copies of this message. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2
Buat negara berkembang, Protokol Kyoto tak mengatur emisi gas buang CO2, maka 100 % gas CO2 kalau mau bisa dibuang ke udara atau ke laut. Indonesia yang telah menandatangani Protokol Kyoto pun tak kena larangan apa2 soal CO2, kalau NOx dan SOx ada nilai tertentu ambang batas diizinkan. Maka, KLH, institusi yang berwenang di Indonesia, tak mengatur masalah emisi CO2. Kalau mau, maka 100 % CO2 di Natuna D-Alpha itu bisa saja kalau mau dibuang ke udara. Itu memang tidak diatur-atur. Hanya, yang jadi masalah adalah tingkat opacity - kecerahan, kalau buangan CO2 menimbulkan opacity sampai tinggal 40 % di langit, itu tidak boleh (nanti pesawat2 saling tabrakan he..), kalau selama tidak menimbulkan gangguan opacity, ya 100 % CO2 yang diproduksi pun boleh2 saja dibuang. Itu kalau di kita, negara berkembang, kalau di negara maju tak boleh, ada ambang batasnya, karena langit mereka sudah fully polluted. Maka kalau akan diinjeksi ke formasi batuan, itu sebenarnya aturan di negara maju, bukan di negara berkembang. Kalau di Indonesia yang aturannya boleh dibuang, tetapi diinjeksi, maka Indonesia akan dapat point dari PBB. Tetapi harus diingat bahwa menginjeksi itu butuh biaya besar dan nanti pun di-cost recovery. Jadi, menginjeksi CO2 bukanlah beralasan lingkungan sebenarnya, sebab aturannya tak ada, tetapi harus diwaspadai juga sebagai project-oriented. Kalau dulu di atmosfer kandungan CO2nya hanya seperti sekarang ( 1 %), maka tak akan ada lapisan2 batuan karbonat yang tebal2 seperti di Arab itu. Atmosfer Bumi memang pernah begitu banyak terakumulasi CO2 yang keluar dari interior Bumi pada Proterozoikum/Pra-Kambrium. Saat terbentuknya, atmosfer Bumi hanya kaya H dan He, dua unsur paling berlimpah di Alam Semesta. Kemudian, saat interior Bumi belum terdiferensiasi dengan baik, tak ada medan magnetik, dan akibatnya tak ada juga lapisan magnetosfer di langit. Karena tak ada magnetosfer, maka enak saja zarah-zarah (partikel) bermuatan (ion) hasil solar winds menyapu bersih cikal bakal-cikal bakal penyusun atmosfer Bumi. Nah, setelah ada magnetosfer, maka solar winds sebagian besar bisa ditangkal sehingga unsur2 penyusun atmosfer mulai terbentuk. Lalu sejak Proterozoikum pun mante plume upwelling telah terjadi ke permukaan dan ini jadi volkanism skala global yang akan membuang CO2 dalam skala masif, dalam proses global outgassing, CO2 pun menjadi perisai Bumi, persis seperti langit Venus sekarang. Tetapi atmosfer Bumi tak tetap penuh CO2, radiasi ultraviolet memecah atmosfer melalui proses disosiasi fotokimia, menghasilkan uap air di atmosfer. Lalu terjadi hujan besar jutaan tahun yang menghasilkan laut2 di Bumi, CO2-nya terbawa turun ke laut dan menjadi paparan2 karbonat berumur Lower Cambrian di China, Siberia, dan Amerika Utara. Lama-kelamaan atmosfer yang komposisinya mirip sekarang makin terbentuk. Introduksi CO2 ke atmosfer dari volkanisme tinggal kecil saja. Introduksi CO2 skala besar ke atmosfer dari interior Bumi terjadi di Late Cretaceous, saat2 Cenomanian-Maastrichtian volcanism terjadi seiring punahnya dinosaurus. Basalt Deccan Trap di India bisa jadi salah satu bukti volcanism itu. Nah, begitu dongengnya... salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagaimana dengan regulasi utk merelease CO2 ke udara bebas ? Saya tahu gas ini tentunya bisa berbahaya bagi lingkungan. Namun kita juga tahu wong daun saja melepas CO2 kalau malam hari kan, apalagi kita yg menghembuskan nafas CO2 juga ? Berapa prosen masih diperbolehkan ? Dan siapa yg berhak melarang atau memperbolehkan ? pemerintah ? Apakah CO2 ini masuk dalam perjanjian emisi gas buang ? Dua bulan kmaren saya ngobrol dengan salah seorang temen Indonesia di KL sini, yg crita bahwa mereka merilis CO2 ke udara, ntah berapa prosen yg dilepas ke udara bebas, hanya memberikan hint bahwa kandungannya asalnya lebih dr 50%. Tetapi katanya pemerintah My memperbolehkannya tentunya ada ambangnya, namun angka ini yg saya kurang tahu berapa prosennya. Btw, dalam sejarah geologi kandungan C02 ini di udara pernah jauuuh melampaui kondisi saat ini. Nah Pak Awang tentunya punya dongeng sejarah CO2 ini, sejak jutaan tahun lalu. RDP === On 8/9/05, Awang Satyana wrote: Wajar kita takut dengan kandungan CO2 tinggi sebab CO2 akan langsung memotong volume reserve dan sekalipun diproduksi akan butuh biaya tambahan sebab ia gas korosif dan perlu teknologi serta alat khusus untuk memisahkannya dari gas hidrokarbon. Sejarah perminyakan di Indonesia banyak menunjukkan berakhirnya suatu blok karena CO2 yang tinggi, atau blok yang sudah sekian lama tidur akibat CO2 tinggi. Sebagai eksplorasionis, maka kita sebaiknya bisa berhitung dan meramalkan apakah blok2 yang akan kita ambil itu akan punya CO2 tinggi atau tidak. Dengan modal data geokimia, geologi, dan geofisika hal ini bisa kita prediksi dengan ketelitian cukup baik. Kandungan CO2 berapa pun bisa dipisahkan. Sampai 15 % CO2 kelihatannya
Re: [iagi-net-l] AAPG Asia Pacific
Herman, Selamat ya ! Saya tentu ikut senang dan berbangga Anda terpilih jadi President AAPG Asia Pacific. Saya tahu itu tugas yang tak ringan dan menjadi sorotan banyak orang pula. Tetapi, di tangan Anda saya rasanya percaya banyak program bisa terwujud dan berjalan lancar. Semoga juga, Indonesia mendapatkan perhatian yang seluas-luasnya dalam program2 geosains AAPG tiga tahun ke depan. Banyak kok di antara kita yang bisa turun ke kampus untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Biasanya, adik2 mahasiswa ini selalu antusias dan kegiatannya lumayan terorganisasi baik, paling tidak itu yang saya lihat saat jadi guest lecturer di AAPG Student Chapter di Trisakti dan Padjadjaran. salam, awang Sanggam Hutabarat [EMAIL PROTECTED] wrote: Selamat Herman, bravo! Saya baru dari UGM (Visiting Program) ..memang saya lihat ada antusias yang besar dari mahasiswa untuk dikunjungi praktisi..dan mereka (student chapter UGM, paling tidak saat saya disana) sangat baik mengorganisir acara dan didukung penuh oleh Jurusan...sukses untuk teman2 Panitia dan juga Jurusan (Pak Wartono Rahardjo)! Salam Sanggam -- At 09:42 AM 8/10/2005, you wrote: Rekan-rekan IAGI, Pada beberapa bulan yang lalu AAPG (American Association of Petroleum Geologist) mengadakan 'pemilu' untuk memilih president untuk Asia Pacific, dengan Joe Lambiase (Univ. Brunei Darussalam) dan saya sendiri sebagai kandidatnya. Berkat dukungan anda sekalian, saya terpilih untuk mewakili Asia Pacific di AAPG sebagai president. Joe Lambiase menjadi vice-president. Saya berharap dalam 3 tahun kedepan dapat mewakili Asia Pacific, di forum AAPG. Tujuan utama saya menerima posisi ini adalah untuk mewakili Indonesia di forum geoscience international, karena AAPG merupakan organisasi geologi terbesar di dunia. Kedua adalah untuk menyalurkan fasilitas AAPG ke Asia Pacific, dan tentunya termasuk Indonesia. Saya sangat mengharapkan saran-saran / masukan dari rekan-rekan sekalian. Dengan posisi baru ini saya akan tetap aktif melayani Visiting Geologists Program yang fokus di kunjungan praktisi geoscience ke universitas. Rekan-rekan dari Student Chapter AAPG di kampus-kampus sangat berarti untuk program-program ke depan dan saya akan menghubungi setiap chapter dengan e-mail terpisah. Kita juga akan membuat website-link untuk Student Chapter AAPG. Tentunya rekan-rekan active / associate members AAPG yang ingin menjadi sukarelawan untuk mendukung program AAPG sangat diharapkan. Anda bisa menghubungi saya lewat japri. Nanti kita bisa mendiskusikan program-program yang diminati, termasuk kerja sama IAGI dan AAPG. Salam, Herman Darman President - AAPG Asia Pacific Region - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Start your day with Yahoo! - make it your home page
Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina di Blok Cepu
Paling juga karena dapat tekanan Paman Sam. Nanti juga di badan pengelola baru Cepu bentukan Exxon, Pertamina, Pemda, hendaknya Indonesia (Pertamina + Pemda) berdaya kuat. Harus siap menolak dan memotong biaya-biaya supertinggi yang biasa diajukan Exxon. Di blok2 lain di mana Pertamina memegang participating interests hendaknya juga berdaya kuat sebab ada kasus di suatu blok di Jawa Timur Pertamina sebenarnya memegang major share tetapi tak jadi operator. salam, awang Ariadi Subandrio [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalao pemerintahnya melanggar aturan hukum gak dipersoalkan ama Rizal Malarangeng, gimana seh ini orang. Lagian kalao yang mayoritas Indonesia (55%) seperti yang disampaikannya, kok tendensinya gak memperbolehkan bangsa Indonesia yang menjadi operatorship se. ah, negeri aneh2. lam-salam, ar-. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2
Lanjutan dongeng evolusi CO2 di atmosfer, sebagian didasarkan pada kurva isotop karbon dan oksigen yang terekam di karbonat paparan. Pada mulanya atmosfer Bumi mengandung banyak CO2 yang membuat Bumi panas karena efek rumah kaca. Oksigen belum ada, belum ada juga ozonosfer di stratosfer. Sinar UV tak punya halangan apa-apa meradiasi Bumi. Tak ada kehidupan di Bumi yang panas begitu dan radiasi UV siap membunuh di mana-mana. Inilah masa Hadean di skala waktu geologi, hadean = hell dalam bahasa Yunani. Sejalan dengan degassing volkanisme global, uap air, nitrogen, dan CO2 mulai mengisi atmosfer awal. Pada sekitar 500 juta tahun pertama umur Bumi, atmosfer hanya mengandung sekitar 80 % CO2, 10 % nitrogen, dan 10 % uap air. Tetapi dominasi CO2 tak berlangsung lama, ia segera turun ke persentase 40 % pada sekitar 4 Ga (milyar tahun yang lalu) dan pada saat yang bersamaan nitrogen naik pada persentase yang sama, 40 %. Sekitar 3,5 Ga, mulai ada evolusi makhluk hidup yang berklorofil sehingga memungkinkan proses fotosintesis. Kadar CO2 menurun drastis dengan semakin efisiennya fotosintesis karena CO2 adalah bahan dasar fotosintesis. Sebaliknya, oksigen makin kaya seiring makin efisiennya fotosintesis karena O2 adalah output fotosintesis. O2 mulai muncul pada sekitar 2.3 Ga dan semakin banyak semakin ke sini, sementara itu, sebelum 1 Ga tercapai pun, kadar CO2 di udara sudah di bawah 5 %. Melalui proses fotokimia yang berhubungan dengan energi panjang gelombang pendek sinar Matahari, terbentuklah ozonosfer di stratosfer. Maka Bumi punya perisai terhadap serbuan UV. Bumi pun semakin turun panasnya sebab CO2 tak lagi memayungi Bumi sebagai greenhouse gas. Dan, merayaplah kehidupan2 yang semula bersembunyi jauh di kedalaman laut, naik ke daratan. Bumi sudah nyaman untuk dihuni di semua biosfernya. Sekarang CO2 tengah merayap naik lagi, terutama karena polusi kendaraan dan industri. Sebelum zaman industrialisasi, kadarnya di atmosfer 280,000 ppbv (part per billion by volume), itu di tahun 1750-1800, sekarang naik ke 370,000 ppbv. CO2 tak beracun, maka boleh saja dibuang di angkasa, ia malahan bisa dipakai fotosintesis menghasilkan oksigen. Hanya, ia adalah greenhouse gas yang paling gampang menaikkan panas. Suatu molekul CO2 akan berada di udara 4-6 tahun, sesudah itu akan terurai dengan sendirinya. salam, awang Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Buat negara berkembang, Protokol Kyoto tak mengatur emisi gas buang CO2, maka 100 % gas CO2 kalau mau bisa dibuang ke udara atau ke laut. Indonesia yang telah menandatangani Protokol Kyoto pun tak kena larangan apa2 soal CO2, kalau NOx dan SOx ada nilai tertentu ambang batas diizinkan. Maka, KLH, institusi yang berwenang di Indonesia, tak mengatur masalah emisi CO2. Kalau mau, maka 100 % CO2 di Natuna D-Alpha itu bisa saja kalau mau dibuang ke udara. Itu memang tidak diatur-atur. Hanya, yang jadi masalah adalah tingkat opacity - kecerahan, kalau buangan CO2 menimbulkan opacity sampai tinggal 40 % di langit, itu tidak boleh (nanti pesawat2 saling tabrakan he..), kalau selama tidak menimbulkan gangguan opacity, ya 100 % CO2 yang diproduksi pun boleh2 saja dibuang. Itu kalau di kita, negara berkembang, kalau di negara maju tak boleh, ada ambang batasnya, karena langit mereka sudah fully polluted. Maka kalau akan diinjeksi ke formasi batuan, itu sebenarnya aturan di negara maju, bukan di negara berkembang. Kalau di Indonesia yang aturannya boleh dibuang, tetapi diinjeksi, maka Indonesia akan dapat point dari PBB. Tetapi harus diingat bahwa menginjeksi itu butuh biaya besar dan nanti pun di-cost recovery. Jadi, menginjeksi CO2 bukanlah beralasan lingkungan sebenarnya, sebab aturannya tak ada, tetapi harus diwaspadai juga sebagai project-oriented. Kalau dulu di atmosfer kandungan CO2nya hanya seperti sekarang ( 1 %), maka tak akan ada lapisan2 batuan karbonat yang tebal2 seperti di Arab itu. Atmosfer Bumi memang pernah begitu banyak terakumulasi CO2 yang keluar dari interior Bumi pada Proterozoikum/Pra-Kambrium. Saat terbentuknya, atmosfer Bumi hanya kaya H dan He, dua unsur paling berlimpah di Alam Semesta. Kemudian, saat interior Bumi belum terdiferensiasi dengan baik, tak ada medan magnetik, dan akibatnya tak ada juga lapisan magnetosfer di langit. Karena tak ada magnetosfer, maka enak saja zarah-zarah (partikel) bermuatan (ion) hasil solar winds menyapu bersih cikal bakal-cikal bakal penyusun atmosfer Bumi. Nah, setelah ada magnetosfer, maka solar winds sebagian besar bisa ditangkal sehingga unsur2 penyusun atmosfer mulai terbentuk. Lalu sejak Proterozoikum pun mante plume upwelling telah terjadi ke permukaan dan ini jadi volkanism skala global yang akan membuang CO2 dalam skala masif, dalam proses global outgassing, CO2 pun menjadi perisai Bumi, persis seperti langit Venus sekarang. Tetapi atmosfer Bumi tak tetap penuh CO2, radiasi ultraviolet memecah atmosfer melalui proses disosiasi fotokimia
Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2
Abah, Itu bukan hipotesis, tetapi teori yang didasarkan kepada interpretasi atas hasil pengukuran (isotop karbon dan oksigen pada batuan karbonat Proterozoikum). Bagaimana bisa sampai ke jumlah konsentrasi CO2 di paleo-atmosfer, itu tentu dijelaskan di iotope geology. Hanya, adalah fakta bahwa kondisi paleo-atmosfer/paleo-klimatologi dan paleo-oseanografi bisa dibaca dari catatan batuan yang kita temukan saat ini. Maka, prinsip deduksinya tetap the present is the key to the past. Nilai CO2 yang cenderung naik lagi saat ini pun sudah mulai terekam sejak beberapa ratus tahun ini di isotop oksigen O18 air laut saat ini. Bumi rupanya punya buku hariannya sendiri yang disembunyikan di bagian-bagian alamnya (formasi batuan, air laut, dsb.). Contoh yang sering ditunjukkan adalah : bagaimana merekontruksi paleoklimat dari ice core yang digali di kutub. Semua tercatat, hanya kita tak selalu bisa membaca catatannya... salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Awang yang baik hati Yang Anda ceriterakan dibawah ini sangat menarik . Apakah ini hypothessis ataukah theory ? Kalau itu theory , apakah angka angka yang disebutkan mempunyai bukti berdasarkan suatu pengukuran ? Si Abah. Lanjutan dongeng evolusi CO2 di atmosfer, sebagian didasarkan pada kurva isotop karbon dan oksigen yang terekam di karbonat paparan. Pada mulanya atmosfer Bumi mengandung banyak CO2 yang membuat Bumi panas karena efek rumah kaca. Oksigen belum ada, belum ada juga ozonosfer di stratosfer. Sinar UV tak punya halangan apa-apa meradiasi Bumi. Tak ada kehidupan di Bumi yang panas begitu dan radiasi UV siap membunuh di mana-mana. Inilah masa Hadean di skala waktu geologi, hadean = hell dalam bahasa Yunani. Sejalan dengan degassing volkanisme global, uap air, nitrogen, dan CO2 mulai mengisi atmosfer awal. Pada sekitar 500 juta tahun pertama umur Bumi, atmosfer hanya mengandung sekitar 80 % CO2, 10 % nitrogen, dan 10 % uap air. Tetapi dominasi CO2 tak berlangsung lama, ia segera turun ke persentase 40 % pada sekitar 4 Ga (milyar tahun yang lalu) dan pada saat yang bersamaan nitrogen naik pada persentase yang sama, 40 %. Sekitar 3,5 Ga, mulai ada evolusi makhluk hidup yang berklorofil sehingga memungkinkan proses fotosintesis. Kadar CO2 menurun drastis dengan semakin efisiennya fotosintesis karena CO2 adalah bahan dasar fotosintesis. Sebaliknya, oksigen makin kaya seiring makin efisiennya fotosintesis karena O2 adalah output fotosintesis. O2 mulai muncul pada sekitar 2.3 Ga dan semakin banyak semakin ke sini, sementara itu, sebelum 1 Ga tercapai pun, kadar CO2 di udara sudah di bawah 5 %. Melalui proses fotokimia yang berhubungan dengan energi panjang gelombang pendek sinar Matahari, terbentuklah ozonosfer di stratosfer. Maka Bumi punya perisai terhadap serbuan UV. Bumi pun semakin turun panasnya sebab CO2 tak lagi memayungi Bumi sebagai greenhouse gas. Dan, merayaplah kehidupan2 yang semula bersembunyi jauh di kedalaman laut, naik ke daratan. Bumi sudah nyaman untuk dihuni di semua biosfernya. Sekarang CO2 tengah merayap naik lagi, terutama karena polusi kendaraan dan industri. Sebelum zaman industrialisasi, kadarnya di atmosfer 280,000 ppbv (part per billion by volume), itu di tahun 1750-1800, sekarang naik ke 370,000 ppbv. CO2 tak beracun, maka boleh saja dibuang di angkasa, ia malahan bisa dipakai fotosintesis menghasilkan oksigen. Hanya, ia adalah greenhouse gas yang paling gampang menaikkan panas. Suatu molekul CO2 akan berada di udara 4-6 tahun, sesudah itu akan terurai dengan sendirinya. salam, awang Awang Satyana wrote: Buat negara berkembang, Protokol Kyoto tak mengatur emisi gas buang CO2, maka 100 % gas CO2 kalau mau bisa dibuang ke udara atau ke laut. Indonesia yang telah menandatangani Protokol Kyoto pun tak kena larangan apa2 soal CO2, kalau NOx dan SOx ada nilai tertentu ambang batas diizinkan. Maka, KLH, institusi yang berwenang di Indonesia, tak mengatur masalah emisi CO2. Kalau mau, maka 100 % CO2 di Natuna D-Alpha itu bisa saja kalau mau dibuang ke udara. Itu memang tidak diatur-atur. Hanya, yang jadi masalah adalah tingkat opacity - kecerahan, kalau buangan CO2 menimbulkan opacity sampai tinggal 40 % di langit, itu tidak boleh (nanti pesawat2 saling tabrakan he..), kalau selama tidak menimbulkan gangguan opacity, ya 100 % CO2 yang diproduksi pun boleh2 saja dibuang. Itu kalau di kita, negara berkembang, kalau di negara maju tak boleh, ada ambang batasnya, karena langit mereka sudah fully polluted. Maka kalau akan diinjeksi ke formasi batuan, itu sebenarnya aturan di negara maju, bukan di negara berkembang. Kalau di Indonesia yang aturannya boleh dibuang, tetapi diinjeksi, maka Indonesia akan dapat point dari PBB. Tetapi harus diingat bahwa menginjeksi itu butuh biaya besar dan nanti pun di-cost recovery. Jadi, menginjeksi CO2 bukanlah beralasan lingkungan sebenarnya, sebab aturannya tak ada, tetapi harus diwaspadai juga sebagai project-oriented
Re: [iagi-net-l] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina diBlok Cepu
Di wilayah Jawa Timur onshore, dengan play yang sama, (Kujung/Prupuh/Mudi target), Exxon mengajukan sumur dengan anggaran sekitar 775-825 US$/ft; Pertamina sekitar 300-400 US$/ft, JOB Pertamina-Petrochina Tuban sekitar 375-450 US$/ft; Lundin Blora sekitar 450-550 US$/ft, Lapindo Brantas sekitar 550-650 US$/ft. Masih Exxon yang paling tinggi kan ? Tepatnya, lebih daripada dua kali anggaran usulan Pertamina. Adalah menjadi tugas BPMIGAS untuk memotong anggaran2 itu sampai batas kewajaran. Belum lama ini, saya memotong sekitar 15 juta US$ anggaran tiga sumur di Indonesia Timur yang diajukan terlalu tinggi oleh operatornya. Kelak, anggaran2 itu akan ditagihkan ke Negara sebagai cost recovery. Bagaimana halnya kalau tidak kita turunkan dari awal ? Tentu saja pendapatan Negara akan berkurang. Terus-terang saja, banyak kontraktor yang royal dan hambur, dengan satu pikiran saja : toh di-cost recovery ini. Hm...jangan menganggap itu selalu mudah. Terus-terang juga, Jeruk-1 Jeruk-2 di Selat Madura termasuk paling hebat discoverynya sejak 2000 ini di Indonesia, tetapi manisnya Jeruk ini menjadi asam oleh biayanya yang memegang record sumur termahal di Indonesia karena problem mekanisnya. Kelak, Jeruk ini akan meninggalkan bom waktu berupa sunk cost yang sangat besar. Masih banyak contoh yang lain, hanya mengemukakan : di satu pihak BPMIGAS berperan sebagai partner, di lain pihak menjadi pengontrol yang harus ketat. Saya berharap para tenaga nasional di oil company asing dapat berperan juga sebagai pengawas pihak asingnya, sebab saya temukan banyak pihak asing berpendirian kalau bisa ditimpakan ke Indonesia maka timpakan saja ke Indonesia (!) Nah, BPMIGAS tak mungkin mengontrol sampai ke mikro-detail bukan ? Maka saya berharap tenaga nasional di oil company asing sekaligus menjadi pengingat atau pengawas juga. Kadang2 saya dapat juga masukan dari tenaga2 nasional ini yang langsung disampaikan kepada saya, nah..ini bisa jadi amunisi saya untuk perang anggaran dengan pihak asing mereka. Kalau kita tidak jeli, maka kita bisa larut tanpa sadar bahwa kita sebenarnya tengah terlibat dalam tindakan yang sedang merugikan Indonesia. salam, awang Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Hmm, kalau aku koq sedikit worry ya...mungkin ini pre-judicemudah-mudahan tidak beralasan. Misalnya, JV tersebut akan mengebor dengan biaya sekian..sekian... Nah karena partner-nya ndak punya duit, mereka akan bilang,...uupss, nice plan, tapi kita sekarang lagi bokek nih...bisa talangin kita-kita dulu ndak? Lha si operator bisa saja menjawab, guys, ini proyek mahal...jadi ente-ente musti kudu punya duit donkkalau ente bilang kagak punya duit sekarang, ya udah, gue bisa anggep ente-ente pada kagak mau sharing risk, jadi, gue akan sole risk dah...ente-ente kan ude pada tau kan artinya sole risk? hasilnya bakalan gue embat sendiri.. Atau bisa juga, OK, gue bayarin dulu, ntar dipotong dari share ente-ente deh... Lha kalau begitu, maka akan terjadi share dilution donk. Nah ??? BSM Buat pak Awang, Mungkin bisa me-release estimasi drilling cost dari operator disekitar blok tersebut untuk similar play? Sesama di onshore aja dah. Porong-1? Kembang Baru? Grigis Barat? Kedungtuban? Sukowati-nya Petrochina? Ntar dibandingin dengan proposal beliau ini? Apakah pemerintah aware terhadap hal yang satu ini? Kalau belum, duh, saying donk... -Original Message- From: Batara Sakti Simanjuntak [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 10, 2005 4:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina diBlok Cepu Pemerintah (pusat) memberi Pertamina 45 %, dan Pemda (beberapa) Kabupaten 10%, sedang Exxon juga 45%, lalu ketiganya mesti membentuk perusahaan baru, sehingga tak ada yang berfungsi sebagai mayoritas. Ini naif sekali. Lalu siapa yang memegang operatorship ?, logikanya perusahaan baru tsb. Siapa yang secara ril akan menyediakan dana di perusahaan baru tsb ?... Pemda toh tak kan punya dana, Pertamina pun sedang kesulitan...jadi Exxon akan mendominasi ??? Kalau Pertamina dan Pemda sama-sama berkehendak menyatukan kekuatan sahamnya sehingga menjadi mayoritas bersama boleh kan ?. Kalau pikirannya sama-sama soal kebangsaan (dalam jangka panjang, seperti pandangan pak Kwik) tidak dapatkah Pertamina Pemda saling menyatukan diri ?. Gimana caranya Pertamina mendekati dan merayu Pemda ? -Original Message- From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 10 Aug 2005 02:17:39 -0700 (PDT) Subject: Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina di Blok Cepu Paling juga karena dapat tekanan Paman Sam. Nanti juga di badan pengelola baru Cepu bentukan Exxon, Pertamina, Pemda, hendaknya Indonesia (Pertamina + Pemda) berdaya kuat. Harus siap menolak dan memotong biaya-biaya supertinggi yang biasa diajukan Exxon. Di blok2 lain di mana Pertamina memegang participating interests hendaknya juga berdaya kuat
Re: [iagi-net-l] Delta Conference January 2006
Benar Abah, asal papernya layak secara teknis, layak dipresentasikan di forum internasional, dan memberikan keuntungan buat company terkait. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam geologi, Ayo rame rame kirim makalah , terutama dari PT dan Lembaga2 jangan takut klalau diterima pasti banyak yang mau bantu cariin ongkosnya. Bene ndak pak Awang ? YRS __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com