Re: [iagi-net-l] Merry Christmas and Happy New Year ... Seasons Greetings

2007-12-22 Terurut Topik Awang Satyana
Kepada rekan2 netter IAGI dan HAGI yang merayakan Natal, saya dan keluarga 
mengucapkan selamat menjelang Natal 2007, semoga damai dan kasih-Nya mewarnai 
hidup kita sehari2. 
   
  Kepada seluruh rekan netter, saya dan keluarga mengucapkan selamat menjelang 
Tahun Baru 2008. Semoga di tahun 2008 kita selalu diberikan kesehatan bersama 
seluruh keluarga, kebahagiaan, keberhasilan; dan berusaha lebih baik lagi.
   
  salam,
  awang  keluarga

yanto salim [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kepada Bapak, Ibu dan Rekan rekan semua,
Kami Sekeluarga mengucapkan:

SELAMAT NATAL, 2007, 

Buat kita semua yang merayakannya semoga damai di bumi dengan kedatangan NYa.


SELAMAT TAHUN BARU, 2008.

BAGI KITA SEMUA SEMOGA TAHUN YANG BARU INI MEMBAWA BERKAH BUAT UMAT MANUSIA.


Salam,

Yanto Salim


 
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

Re: [iagi-net-l] Selamat Hari Ibu

2007-12-22 Terurut Topik Awang Satyana
Ibu adalah makhluk yang luar biasa. Definisi kamus untuk kata ibu adalah 
orangtua perempuan. Kenyataannya, jauh lebih luas daripada itu. Ibu adalah juga 
seorang guru, ilmuwan, pemberi kasih sayang, perawat, pendongeng, seniman, 
sopir, koki, dan banyak lagi. Ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang, kuat, 
mandiri, dan pemberani. Dia penyayang, penyabar, dan tabah. 
   
  Tidak ada ayah yang sukses tanpa ibu yang mendukungnya. Setengah kesuksesan 
ayah adalah kesuksesan ibu. Dia bisa semampu ayah, bahkan lebih. Buktinya ? 
Lebih banyak ibu yang menjadi orang tua tunggal daripada ayah yang menjadi 
orangtua tunggal. Ibu lebih tahan menderita dibandingkan ayah. 
   
  Selamat hari Ibu, semoga kita selalu mengingat jasa2 Ibu kita dan merawatnya 
selagi mereka masih bersama kita. Selamat hari Ibu buat rekan2 netter  yang 
sudah menjadi Ibu, semoga dapat menjadi Ibu yang baik.
   
  Sesungguhnya, hanya seorang Ibu yang mengerti kasih seorang Ibu. (Lady Mary 
Wortley Montagu).
   
  salam,
  awang
   
  

PRAKOSO, Anton [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekans Iaginet,

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan Selamat Hari Ibu di tanggal 22
Desember 2007 ini,
semoga kita semua tak lupa jasa salah satu orang spesial dalam hidup kita
semua...

salam,

anprax


   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

Re: [iagi-net-l] Aspects of the Earth (Shaler, 1890)

2007-12-23 Terurut Topik Awang Satyana
Terima kasih Pak Koesoema telah mengingatkan dua Rutten tersebut. Kelihatannya 
keduanya merupakan dua generasi dari satu keluarga besar. Dua2nya pernah 
bekerja di Indonesia. L.M.R Rutten lebih tua sebab telah bekerja di Indonesia 
sejak awal 1900-an, sedangkan M.G. Rutten mulai pada 1940. Maka laporan2 
geologi karya L.M.R.Rutten lebih banyak daripada karya M.G. Rutten. Yang saya 
ceritakan menulis buku The Origin of Life adalah M.G. Rutten, yang meninggal 
pada 1970, sedangkan L.M.R.Rutten meninggal pada tahun 1940-an.
   
  Buku B.G. Escher (1916) yang saya punya itu edisi pertama. Kelihatannya buku 
Escher itu laku pada zamannya untuk bahan kuliah sehingga berkali2 dicetak 
dalam edisi2 berikutnya. Buku J.H.F. Umbgrove satunya lagi yang saya punya 
adalah Symphony of the Earth (Martinus Nijhoff, The Hague, 1950) yang penuh 
dengan lukisan2 indah geologi. Juga Umbgrove (1929) : De Koraalriffen der 
Duizend-Eilanden dengan peta2 berwarna cat air yang walaupun umurnya sudah 
hampir 80 tahun ternyata masih bagus kualitas warnanya. Umbgrove juga ternyata 
pernah menulis uraian panjang lebar 70 halaman dalam AAPG Bulletin tahun 1938 
berjudul Geological History of the East Indies. 
   
  Saya juga punya beberapa Jaarbook van het Mijnwezen in Nederlandsch Oost 
Indie tahun 1910-an dan 1920-an. Buku2 tahunan Dinas Pertambangan ini memuat 
artikel2 hasil penelitian lapangan para ahli geologinya. 
   
  Semua buku tua geologi itu saya peroleh dulu sewaktu saya masih duduk di 
SMP-SMA di sebuah kiosk buku loak di Pasar Cihapit Bandung. Kiosk itu kini tak 
ada lagi karena bapak penjualnya juga sudah sepuh dan telah meninggal sewaktu 
saya masih kuliah (Pak Soma alm.) Saat2 itu saya sering bertemu dengan sesama 
penggemar buku loak, yaitu : ahli planologi Pak Haryoto Kunto (alm), penulis 
sejarah kota Bandung, juga ahli geologi Prof. G.A. de Neve (alm.) yang tinggi 
besar itu. 
   
  Mestinya, buku2 klasik itu tetap dipertahankan dan dirawat dengan baik, sebab 
semakin tua nilainya akan semakin tinggi. Sayang sekali kalau banyak buku tua 
hilang oleh reorganisasi perpustakaan. Semoga apa yang masih ada, ada orang 
yang peduli merawatnya dengan baik.
   
  salam,
  awang
   
  
R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang:
Harus dibedakan antara L.M.R. Rutten dan M.G. Rutten, mereka itu orang yang 
berbeda. Saya tidak tahu apakah mereka itu mempunyai hubungan keluarga atau 
tidak.
Buku B.G. Escher Grondslagen der Algemeene Geologi merupakan teksbook 
yang digunakan pada waktu saya kuliah pada Klompe, yang adalah muridnya 
langsung. Buku yang saya punyai adalah cetakan ke-8 yaitu tahun 1951. 
Esscher juga menulis buku Algemeene Kristalografie en Mineralogie (1949), 
yang juga merupakan textbook pada zaman itu, selain buku oleh Dana
Buku-buku teks lainnya yang digunakan pada waktu itu adalah Geheimschrift 
der Aarde oleh L.M Van der Vlerk dan Ph.H.Kuenen serta the Pulse of the 
Earth oleh Umbgrove
Buku-buku yang Sdr Awang sebut di bawah ini sebetulnya dulu lengkap ada 
dengan peta2-Geologisch Kaart van Java pada Perpustakaan Bagian Geologi ITB 
pada tahun 50-an, tetapi kemudian hilang entah kemana pada waktu 
perpustakaan ini diintegrasikan dengan perpustakaan pusat pada tahun 60-an 
(mungkin juga masih ada dalam pak2 yg tidak pernah dibuka). Baru tahun 90-an 
atas prakarsa bekas murid Klompe yang dipelopori Pak Nayoan dan Pak Benny 
Wahyu dibangun kembali Perpustakaan Kkompe di ruangan di mana dulu beliau 
memberi kuliah dan yang buku2nya dikumpulkan dari para alumni. Perpustakaan 
inipun nyaris dibubarkan kembali dan diintegrasikan pada perpustakaan 
fakultas waktu dibentuk FKITM, kalau saya tidak berintervensi. Perpustakaan 
ini masih bisa dipertahankan, walaupun papan nama Perpustakaan Klompe nya 
sudah diturunkan, entah mengapa. Tetapi potret Klompe dan Van Bemmelen masih 
juga dipasang. Padahal di Universitas Chulalongkorn dimana Prof Klompe hanya 
memberi kuliah beberapa bulan karena keburu meninggal masih meninggalkan 
Klompe Library
Apakah tida bisa kita melakukan re-organisasi tanpa melenyapkan sejarah?
Wassalam

- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: ; Geo Unpad ; Forum 
HAGI ; Eksplorasi BPMIGAS 

Sent: Saturday, December 22, 2007 12:35 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Aspects of the Earth (Shaler, 1890)


 Terima kasih Pak Koesoema atas undangan untuk melihat2 koleksi buku2 tua 
 geologi Pak Koesoema, pasti akan menarik.

 Benar, karya Rutten (1927) tersebut jarang dibicarakan, mungkin karena 
 pembahasannya tak sesistematis buku karya van Bemmelen (1949) dan terutama 
 pula karena buku Rutten dalam bahasa Belanda. Walaupun seorang gurubesar 
 geologi, M.G.Rutten pun pernah menulis sebuah buku tentang 
 geologi-astronomi-biologi, berjudul The Origin of Life by Natural Causes 
 (Elsevier, 1971). Tidak mengherankan sebab Prof.Rutten telah menekuni 
 masalah evolusi kehidupan ini belasan tahun sebelumnya. Tahun 1962, ia 
 menulis buku berjudul The Geological Aspects of the Origin

[iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan

2007-12-27 Terurut Topik Awang Satyana
Indentasi, masuknya garis pantai relatif terhadap sekitarnya, menarik untuk 
dikaji secara geologi. Pulau Jawa mempunyai dua daerah indentasi oleh garis 
pantai utara dan selatannya : (1) indentasi Jawa Tengah, dan (2) Indentasi Jawa 
Timur. Saya pernah membahas di milis ini dan mempublikasikan (di pertemuan 
IAGI, HAGI, IPA, AAPG) yang berhubungan dengan indentasi Jawa Tengah. Dalam 
skala yang lebih kecil, Jawa Timur menunjukkan indentasi juga.
   
  Kita lihat peta Jawa Timur, kita perhatikan garis pantai utara antara 
Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Situbondo, dan garis pantai selatan antara Pulau 
Sempu selatan Malang-Maleman selatan Lumajang-pantai Meru Betiri. Dua jalur 
garis pantai utara dan selatan ini bila dibandingkan dengan sekitarnya lebih 
masuk ke arah darat membentuk indentasi. Apakah ini tak punya arti secara 
geologi ? Saya pikir ini fenomena tektonik seperti halnya indentasi Jawa 
Tengah. 
   
  Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah, dicirikan oleh 
hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi ini kini 
diduduki kota Lumajang (kita sebut saja Depresi Lumajang) dan merupakan wilayah 
pengaliran sungai-sungai yang berasal dari kedua dataran tinggi di sebelah 
barat dan timur depresi. Kehadiran Pulau Nusa Barung tepat di tengah indentasi 
selatan ini sangat menarik, posisinya sama dengan Tinggian Karangbolong pada 
sistem indentasi Jawa Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh 
batugamping Miosen yang ekivalen dengan batugamping di Karangbolong.
   
  Apakah indentasi Jawa Timur merupakan miniatur indentasi Jawa Tengah ? 
Sebagian ya, tetapi sebagian lagi tidak. Beberapa pola indentasi Jawa Tengah 
dapat diterapkan di sini. Pegunungan Selatan di wilayah ini tenggelam. Depresi 
Lumajang diapit dua sesar besar di sebelah barat dan timurnya. Dua sesar besar 
ini telah memutuskan dan mengubah kelurusan jalur gunungapi Kuarter di Jawa 
Timur. Apa yang kemungkinannya berbeda dengan pola indentasi Jawa Tengah ? 
   
  Ini masih butuh penelitian lebih lanjut, tetapi beberapa pemikiran dapat 
dikemukakan. Dua sistem sesar besar pembatas Depresi Lumajang merupakan 
penyebab terjadinya indentasi dan depresi tersebut. Apakah sistem sesar besar 
itu merupakan pasangan sesar besar sinistral (BD-TL) dan dextral (BL-Tenggara) 
seperti halnya indentasi Jawa Tengah ? Ini akan memuaskan untuk menjawab 
munculnya Pulau Nusa Barung di tengah Pegunungan Selatan yang tenggelam, dan 
tenggelamnya Selat Madura di sebelah utara indentasi Pasuruan-Situbondo. 
Tetapi, ini sulit untuk menerangkan terjadinya kelurusan gunungapi 
Semeru-Bromo-Penanjakan yang utara-selatan di Kompleks Semeru-Tengger di 
sebelah barat Depresi Lumajang dan kelurusan utara-selatan gunungapi 
Argopuro-Kukusan di Kompleks Iyang (Yang, Ijang) di sebelah timur Depresi Jawa 
Timur.
   
  Keberadaan sesar besar utara-selatan sedikit melengkung menghadap depresi 
Lumajang adalah penyebab indentasi dan depresi Lumajang. Sesar besar ini dapat 
menjelaskan kelurusan gunungapi Semeru-Bromo-Penanjakan. Puncak-puncak gunung 
ini tersebar utara-selatan. Bila kita berdiri di puncak Penanjakan (2775 m) 
sebelah utara Bromo (2329 m), maka melihat ke utara akan nampak  laut Selat 
Madura, melihat ke selatan akan nampak gunung Bromo dan Semeru. Kelurusan ini 
membuat masyarakat Tengger menyucikan ketiga gunung yang dianggapnya sebagai 
atap dunia itu. Sebenarnya, di bawah ketiga gunung ini terdapat sesar besar 
yang juga konon bertanggung jawab telah menenggelamkan Pegunungan Selatan Jawa 
di wilayah ini. Sesar besar ini telah diterobos magma sejak Plistosen atas 
sampai Holosen menghasilkan gunung-gunung di kawasan Kompleks Tengger. Semacam 
erupsi linier dalam skala besar telah terjadi dari selatan ke utara di 
sepanjang sesar ini berganti-ganti selama Plistosen sampai Kuarter.
 Dari selatan ke utara ditemukan pusat2 erupsi sbb. : Semeru, Jembangan, 
Kepolo, Ayek-Ayek, Kursi, Bromo, Batok, dan Penanjakan. Yang masih suka meletus 
sampai kini adalah Semeru dan Bromo. Danau kawah Ranu Kembolo, Ranu Pani, dan 
Ranu Regulo merupakan maar sisa erupsi gunung Ayek2 yang terletak di antara 
Kaldera Tengger dan Semeru.  Yang pernah mendaki Semeru pasti pernah melalui 
pos2 Ranu Pani dan Ranu Kembolo ini.
   
  Di sebelah barat Depresi Lumajang, yaitu di Kompleks Iyang, terdapat juga 
sesar besar utara-selatan walaupun tak sepanjang sesar besar di bawah Tengger 
dan sedikit melengkung menghadap depresi Lumajang. Gunung tua Iyang (Plistosen 
atas) terbelah mengikuti rekahan utara-selatan. Rekahan ini juga menjadi pusat2 
erupsi gunung di Kompleks Iyang, yaitu : gunung Malang (2008 m), Kukusan (2200 
m) dan Cemorokandang (2223 m). Di tengah sesar rekahan ini kini gunungapi 
Kuarter Argopuro (3088 m) berlokasi. 
   
  Tentang kejadian kaldera pasir Tengger, van Bemmelen (1937 : The 
volcano-tectonic structure of the Residency of Malang, De Ingenieur in Ned. 
Indie, 4,9,IV,p. 159-172) punya teori menarik. Kompleks Tengger 

Re: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan

2007-12-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Taufik,
   
  Terima kasih atas peta radarnya. Itulah memang indentasi2 di Jawa. Tentang 
penyebabnya, bisa kita pikirkan dan perdebatkan. Sesar (sinistral) di Jawa 
Tengah yang Pak Taufik gambarkan itu terkenal sebagai lineament Muria-Progo. 
Itu berbeda dengan sesar besar sinistral yang saya gambarkan dalam publikasi2 
saya tentang identasi Jawa Tengah yang saya sebut sebagai sinistral 
Muria-Kebumen (memotong Karang Bolong High bukan Kulon Progo). 
   
  Lineament Muria-Progo saya yakin ada juga sebab ia barangkali bertanggung 
jawab untuk anomali kelurusan Pegunungan Kulon Progo dan terhentinya Kendeng 
Deep di sebelah barat. Belakangan, lineament ini juga dianggap sebagai pembatas 
sebelah barat untuk Archean continental basement di Jawa bagian timur. Tetapi 
apakah ia merupakan sesar sinistral atau normal masih harus dilihat lagi. 
   
  Hanya, kalau kita menyelidiki pola distribusi S wave velocity anomaly mantle 
tomography di kedalaman 35-70 km (misalnya dalam Widyantoro, 2006), kita akan 
melihat bahwa distribusinya lebih mendukung ke keberadaan sesar besar sinistral 
Muria-Kebumen daripada lineament Muria-Progo. Apa hubungan kedua elemen geologi 
di Jawa Tengah ini menarik untuk kita pikirkan dan perdebatkan.
   
  Plotting Pak Taufik Untuk sesar besar dextral pembatas indentasi Jawa Timur 
yang memotong sampai Pulau Nusa Barung (untuk sementara saya sebut saja sesar 
dextral Pangkah-Lumajang) di selatan depresi Lumajang menarik untuk dikaji. 
Bila menerapkan model mekanisme indentasi Jawa Tengah, sesar ini beranalogi 
dengan sesar dextral Pamanukan Cilacap. Hanya, lineament gunungapi 
Semeru-Bromo-Penanjakan tak akan terhubung ke sesar dextral Pangkah-Lumajang 
ini, sebab lineament gunungapi ini memerlukan sesar besar yang utara-selatan. 
Tetapi, bisa dikaji  bahwa sesar utara-selatan ini akan merupakan second order 
right-lateral wrench terhadap dextral Pangkah-Lumajang.
   
  Sesar Pangkah-Lumajang akan memerlukan pasangannya yang mestinya sinistral 
memotong depresi Lumajang ke Situbondo sampai ke pulau2 kecil di sebelah timur 
Madura.
   
  salam,
  awang

Muhammad Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,
Terlampir image dari shuttle radar pulau jawa yang mungkin bisa 
meng-ilustrasikan tulisan dibawah (mohon koreksi).

  - Mesej Asal 
Daripada: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]; Geo Unpad 
[EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]
Dihantar: Khamis, 27 Disember, 2007 3:22:28
Subjek: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan 
Semeru-Bromo-Penanjakan

Indentasi, masuknya garis pantai relatif terhadap sekitarnya, menarik untuk 
dikaji secara geologi. Pulau Jawa mempunyai dua daerah indentasi oleh garis 
pantai utara dan selatannya : (1) indentasi Jawa Tengah, dan (2) Indentasi Jawa 
Timur. Saya pernah membahas di milis ini dan mempublikasikan (di pertemuan 
IAGI, HAGI, IPA, AAPG) yang berhubungan dengan indentasi Jawa Tengah. Dalam 
skala yang lebih kecil, Jawa Timur menunjukkan indentasi juga.
  
  Kita lihat peta Jawa Timur, kita perhatikan garis pantai utara antara 
Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Situbondo, dan garis pantai selatan antara Pulau 
Sempu selatan Malang-Maleman selatan Lumajang-pantai Meru Betiri. Dua jalur 
garis pantai utara dan selatan ini bila dibandingkan dengan sekitarnya lebih 
masuk ke arah darat membentuk indentasi. Apakah ini tak punya arti secara 
geologi ? Saya pikir ini fenomena tektonik seperti halnya indentasi Jawa 
Tengah. 
  
  Indentasi Jawa Timur, seperti halnya indentasi Jawa Tengah, dicirikan oleh 
hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi ini kini 
diduduki kota Lumajang (kita sebut saja Depresi Lumajang) dan merupakan wilayah 
pengaliran sungai-sungai yang berasal dari kedua dataran tinggi di sebelah 
barat dan timur depresi. Kehadiran Pulau Nusa Barung tepat di tengah indentasi 
selatan ini sangat menarik, posisinya sama dengan Tinggian Karangbolong pada 
sistem indentasi Jawa Tengah, lebih-lebih lagi pulau ini pun disusun oleh 
batugamping Miosen yang ekivalen dengan batugamping di Karangbolong.
  
  Apakah indentasi Jawa Timur merupakan miniatur indentasi Jawa Tengah ? 
Sebagian ya, tetapi sebagian lagi tidak. Beberapa pola indentasi Jawa Tengah 
dapat diterapkan di sini. Pegunungan Selatan di wilayah ini tenggelam. Depresi 
Lumajang diapit dua sesar besar di sebelah barat dan timurnya. Dua sesar besar 
ini telah memutuskan dan mengubah kelurusan jalur gunungapi Kuarter di Jawa 
Timur. Apa yang kemungkinannya berbeda dengan pola indentasi Jawa Tengah ? 
  
  Ini masih butuh penelitian lebih lanjut, tetapi beberapa pemikiran dapat 
dikemukakan. Dua sistem sesar besar pembatas Depresi Lumajang merupakan 
penyebab terjadinya indentasi dan depresi tersebut. Apakah sistem sesar besar 
itu merupakan pasangan sesar besar sinistral (BD-TL) dan dextral (BL-Tenggara) 
seperti halnya indentasi Jawa Tengah ? Ini akan

Re: [iagi-net-l] BUNDA MARIA DI FOSIL KAYU BANTEN

2007-12-27 Terurut Topik Awang Satyana
 sepanjang 50 meteran di S. Ciberang , dikawal
 oleh Dr. Budi Brahmantyo dan mang Okim.


 Gb.2.Fosil kayu utuh kategori  world collection  di lokasi
 penampungan Sajira yang telah lari ke luar negeri



 Gb.3. Seluruh koleksi fosil kayu di lokasi penampungan Sajira
 yang siap diekspor ( tahap kedua setelah gambar 2 )



 - Original Message -
 From: Awang Satyana
 To: iagi-net@iagi.or.id ; Forum HAGI ; Eksplorasi BPMIGAS ; Geo Unpad
 Sent: Tuesday, December 25, 2007 8:23 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] BUNDA MARIA DI FOSIL KAYU BANTEN


 Mang Okim,

 Boleh juga penafsiran Mang Okim, kelihatannya memang begitu. Saya jadi
 ikutan melihat kalau di sebelah kiri pengiring Maria itu ada sesosok
 wajah dengan sepasang mata dan kumis lebat, sekilas mirip gambaran
 wajah manusia kain kafan dari Turin yang menghebohkan dan penuh
 perdebatan itu. Pengiring Maria itu juga kalau kita besarkan gambarnya
 ternyata punya sepasang mata. Hm...

 Kita tafsirkan geologinya saja ya Mang Okim. Fosil kayu ini tentu
 bagian dari silicified woods Genteng Beds (Musper, 1938 : Fundorte und
 stratigraphisches Lager neuer Aufsammlungen tertiarer Landpflanzen -
 besonders Kieselholzreste auf Sumatra und Java - de Ing. in Ned. Indie
 5, 12,p.169-181). Menurut laporan itu, Banten pada saat Pliosen dan
 Plistosen telah ditumbuhi hutan, tetapi berkali-kali hutan itu disiram
 tuf pumis(pisolitik) berkomposisi asam yang membakar kayu-kayunya
 sehingga menjadi fosil kayu atau silicified woods (kiselholz). Rupanya
 pusat erupsi besarnya ada di tengah Banten sekarang yang disebut
 Musper sebagai Danau volcano.

 Kalau menerapkan volkanostratigrafi masa kini, pumice tuffs itu
 membentuk berlapis-lapis beds yaitu dari tua ke muda : Genteng Beds
 (upper Miocene-lower Pliocene) - ini yang paling banyak mengandung
 fosil kayu, lalu ada Cipacar Beds (middle Pliocene - kalau kata ahli
 moluska namanya Cheribonian), lalu di atasnya lagi Cilegong Beds
 (upper Pliocene - Sondian molluscan fauna, yang tuf pumis-nya paling
 tebal dan komposisinya mulai basa).

 Kini, gunungapi Danau itu telah habis, sisa kalderanya saja, tetapi di
 tengah kaldera itu tumbuh gunung2 yang kita kenal sekarang : Gn Karang
 dan Gn Aseupan.

 Suatu hari beberapa tahun yang lalu dalam perjalanan dari Bogor ke
 Carita saya melewati wilayah fosil kayu ini di wilayah sekitar
 Jasinga-Rangkasbitung, memang di tepi2 jalan banyak kayu2 fosil yang
 ditambang penduduk setempat. Bagaimana kalau kita menemukan sumber
 penambangan itu alias hutan fosilnya sekalian, tentu akan sangat
 menarik buat pendidikan geologi sekaligus geowisata.

 salam,
 awang





JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be 
liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or 
damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, 
arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI 
mailing list.
-



   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema
   
  Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di 
Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang 
doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak 
pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana 
gelar Dr-nya muncul ?
   
  Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari 
penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, 
H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). 
Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh 
penerbit2 bukunya.
   
  Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara 
sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya 
di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, 
lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. 
   
  Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang 
sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam 
mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis 
senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan 
perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May 
terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, 
tetapi kok sekarang ada di museum.
   
  Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben 
Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri 
dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan 
tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May.

  Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. 
Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May 
mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di 
Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May 
kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. 
  Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV 
Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa 
Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan 
beberapa penerbit lain sampai sekarang. 
   
  Hai raja minyak,  mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, 
jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak 
perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg !  
   
  salam,
  awang
  
R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, 
barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di 
Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain 
yang menggunakan namanya sebagai sequel?
Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan 
koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah 
Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku 
Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang 
Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang 
jahat.
Ouf, ouf
RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: IAGI ; Forum HAGI 
Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche


 Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua 
 selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
 dalam liburan akhir tahun kemarin.

 Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
 membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis.

 Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 
 dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu 
 SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K di Cikapundung, 
 Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor 
 PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl 
 May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan 
 itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West 
 Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan 
 terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, 
 Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih 
 banyak lagi.

 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati

RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-05 Terurut Topik Awang Satyana
.?...apa nggak dicetak ulang atau
dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt
Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll
sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO
dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada
lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku
karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu
gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak
Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...?
mungkin pak Awang bisa memberikan
pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak
Hans skrng umurnya berapa ya pak..?

Salam,
Agus Irianto
(Penggemar tulisannya pak Awang)

--- Awang Harun Satyana wrote:

 Pak Andri,
 
 Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup
 (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan
 Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah),
 sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S.
 pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian
 masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji
 Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga
 gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada
 misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar
 perak dari selatan).
 
 Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita
 Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru
 dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh
 orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih
 SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di
 atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif
 dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan
 Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok
 Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari
 mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten
 Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu
 dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero
 Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten
 Mar, Labah2 Merah, dsb.).
 
 Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali,
 apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing
 dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2
 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon,
 Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau
 Gundala Putera Petir.
 
 Salam,
 awang (alias godam...he2)
 
 NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu
 bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi
 maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah
 bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang
 (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali
 bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero
 yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !)
 
 -Original Message-
 From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan Nietsche
 
 Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah,
 Godam, Gundala Putra
 Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah
 bersatu dengan Superman,
 Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa
 berbadan batu yang tidak
 terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug
 atau dikeroyok
 superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa
 berbadan batu ini
 akhirnya dijuluki  Trouble Maker (sesuai dengan
 judul seri komiknya) yang
 turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo
 (Surakarta). Sang
 Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur
 lemas setelah
 diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan
 oleh WALJINAH. Uniknya
 dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen
 dari Solo untuk
 melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini
 baru namanya Mbah
 Super...
 
 Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar
 atau dicetak ulang...Apakah
 pengarang atau penciptanya masih pada hidup ?
 
 Salam
 
 Andri
 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari 
 To: 
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan
 Nietsche
 
 
  Ada yg masih koleksi komik nasional ?
  Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran
 mlaar, dll
  Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2
 indonesia sakjane
  ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya
 mungkin bisa
  menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu
 gambar2 di mainan
  kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar
 planet dlll
  Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan
 Indonesia surut dengan
  serangan komik jepang :(
 
  Rdp
 
  On 1/2/08, Bambang Satya Murti 
 wrote:
  Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada
 paguyuban penggemar Karl May
  ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga
 melakukan acara
  menghisap
  pipa perdamaian bersama alias copy
 daratsayangnya, aku ndak ingat di
  edisi kapan, mungkin 2006 - 2007.
  Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh?
 Wigwam-nya sudah ada yang
  nungguin kah?
  Just kidding.
  Salam,
  Bambang
 
  - Original Message 
  From: Awang Satyana 
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May,
 Winnetou, Old Shatterhand, dan

Re: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan

2008-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Zaim,
   
  Terima kasih atas kiriman petanya. Memang di wilayah indentasi tersebut akan 
merupakan tanah genting yang  dalam konteks paleontologi merupakan jembatan 
daratan untuk migrasi makhluk hidup. Sebuah tanah genting pasti akan diapit 
oleh dua depresi. Dalam hal ini, tanah genting Ringgit tersebut diapit 
depresi Selat Madura di utara dan depresi Nusa Barung di selatan. Depresi Nusa 
Barung di sebelah selatan saya menyebutnya sebagai Depresi Lumajang.
   
  Sedikit pendapat saya Pak Zaim, saya pikir Pulau Nusa Barung pada zaman 
Kuarter (bawah?) pun sudah muncul sebagai pulau, bahkan lebih lama sebelumnya 
(Mio-Pliosen) sebab Nusa Barung terbuat dari Old Andesite (Oud Andesiet) (van 
Bemmelen, 1949) yang di atasnya ditempatkan batugamping yang seumur dengan 
batugamping di selatan Jawa Timur.
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang dan Rekans IAGI Yth.,
Meski terlambat berkomentar tentang Identasi Jawa Timur, perkenankan saya
nimbrung soal identasi tsb.Pada makalah saya dalam memoar Almarhum Prof.
Sartono (2006), saya membuat peta hipotetis tentang keadaan pulau Jawa
pada Zaman Kuarter, berdasarkan data geomorfologi, struktur dan penyebaran
endapan/batuan Kuarter yang hasilnya dapat dilihat dalam attach file,
mengisyaratkan identasi Pulau Jawa. Untuk Identasi Jawa Timur sebagaimana
diuraikan oleh Pak Awang, kelihatannya tidak terlalu jauh dengan peta
hipotetik yang saya buat. Pak Awang dan Rekans, silahkan melihat peta
hipotetik Pulau Jawa pada Zaman Kuarter dalam attach file.

Wassalam,

Yahdi Zaim
KK Geologi dan Paleontologi
Prodi Teknik Geologi
FITB - ITB

 Pak Taufik,

 Terima kasih atas peta radarnya. Itulah memang indentasi2 di Jawa.
 Tentang penyebabnya, bisa kita pikirkan dan perdebatkan. Sesar
 (sinistral) di Jawa Tengah yang Pak Taufik gambarkan itu terkenal
 sebagai lineament Muria-Progo. Itu berbeda dengan sesar besar
 sinistral yang saya gambarkan dalam publikasi2 saya tentang identasi
 Jawa Tengah yang saya sebut sebagai sinistral Muria-Kebumen (memotong
 Karang Bolong High bukan Kulon Progo).

 Lineament Muria-Progo saya yakin ada juga sebab ia barangkali
 bertanggung jawab untuk anomali kelurusan Pegunungan Kulon Progo dan
 terhentinya Kendeng Deep di sebelah barat. Belakangan, lineament ini
 juga dianggap sebagai pembatas sebelah barat untuk Archean continental
 basement di Jawa bagian timur. Tetapi apakah ia merupakan sesar
 sinistral atau normal masih harus dilihat lagi.

 Hanya, kalau kita menyelidiki pola distribusi S wave velocity anomaly
 mantle tomography di kedalaman 35-70 km (misalnya dalam Widyantoro,
 2006), kita akan melihat bahwa distribusinya lebih mendukung ke
 keberadaan sesar besar sinistral Muria-Kebumen daripada lineament
 Muria-Progo. Apa hubungan kedua elemen geologi di Jawa Tengah ini
 menarik untuk kita pikirkan dan perdebatkan.

 Plotting Pak Taufik Untuk sesar besar dextral pembatas indentasi Jawa
 Timur yang memotong sampai Pulau Nusa Barung (untuk sementara saya
 sebut saja sesar dextral Pangkah-Lumajang) di selatan depresi Lumajang
 menarik untuk dikaji. Bila menerapkan model mekanisme indentasi Jawa
 Tengah, sesar ini beranalogi dengan sesar dextral Pamanukan Cilacap.
 Hanya, lineament gunungapi Semeru-Bromo-Penanjakan tak akan terhubung
 ke sesar dextral Pangkah-Lumajang ini, sebab lineament gunungapi ini
 memerlukan sesar besar yang utara-selatan. Tetapi, bisa dikaji bahwa
 sesar utara-selatan ini akan merupakan second order right-lateral
 wrench terhadap dextral Pangkah-Lumajang.

 Sesar Pangkah-Lumajang akan memerlukan pasangannya yang mestinya
 sinistral memotong depresi Lumajang ke Situbondo sampai ke pulau2
 kecil di sebelah timur Madura.

 salam,
 awang

 Muhammad Taufik wrote:
 Pak Awang,
 Terlampir image dari shuttle radar pulau jawa yang mungkin bisa
 meng-ilustrasikan tulisan dibawah (mohon koreksi).

 - Mesej Asal 
 Daripada: Awang Satyana 
 Kepada: IAGI ; Forum HAGI ; Geo
 Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS
 Dihantar: Khamis, 27 Disember, 2007
 3:22:28
 Subjek: [iagi-net-l] Indentasi JawaTimur, Depresi Lumajang, dan
 Kelurusan Semeru-Bromo-Penanjakan

 Indentasi, masuknya garis pantai relatif terhadap sekitarnya, menarik
 untuk dikaji secara geologi. Pulau Jawa mempunyai dua daerah indentasi
 oleh garis pantai utara dan selatannya : (1) indentasi Jawa Tengah, dan
 (2) Indentasi Jawa Timur. Saya pernah membahas di milis ini dan
 mempublikasikan (di pertemuan IAGI, HAGI, IPA, AAPG) yang berhubungan
 dengan indentasi Jawa Tengah. Dalam skala yang lebih kecil, Jawa Timur
 menunjukkan indentasi juga.

 Kita lihat peta Jawa Timur, kita perhatikan garis pantai utara antara
 Pasuruan-Probolinggo-Besuki-Situbondo, dan garis pantai selatan antara
 Pulau Sempu selatan Malang-Maleman selatan Lumajang-pantai Meru
 Betiri. Dua jalur garis pantai utara dan selatan ini bila dibandingkan
 dengan sekitarnya lebih masuk ke arah darat membentuk indentasi.
 Apakah ini tak punya arti secara geologi ? Saya pikir ini fenomena
 tektonik

Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007

2008-01-24 Terurut Topik Awang Satyana
Kalau jadi, kontrak PSC yang akan datang (rencananya akan mulai diterapkan 
kepada 26 blok yang sekarang sedang ditawarkan) akan mengalami perubahan besar 
soal sunk cost, komersialitas blok/lapangan, cost recovery dan relinquishment. 
Perubahannya begitu signifikan sahingga boleh saja kalau mau kita sebut sebagai 
PSC generasi baru. Jadi diberlakukan atau tidak kita lihat nanti.
   
  Komersialitas blok oleh lapangan pertama tidak akan lagi menjadi tiket untuk 
cost recovery kegiatan2 eksplorasi berikutnya bila lapangan ke-2, ke-3 dan 
seterusnya tidak ditemukan dan dikembangkan. Di kontrak PSC lama, setelah 
lapangan pertama ditemukan dan blok menjadi komersial maka seluruh usaha 
eksplorasi berikutnya akan bisa di-cost recovery baik ia gagal maupun berhasil, 
jadi lapangan atau tidak. Apa pun yang dibelanjakan akan diganti. Sistem ini 
telah mendorong PSC2 melakukan eksplorasi kurang hati2, tokh biayanya akan 
diganti ini. 
   
  Di sistem PSC baru nanti, biaya eksplorasi setelah lapangan pertama akan 
dianggap sebagai upaya untuk menemukan lapangan ke-dua. Bila lapangan kedua 
ditemukan dan dapat dikembangkan menjadi lapangan maka biaya2 eksplorasi 
setelah lapangan kedua itu bisa di-cost recovery; bila tidak jadi lapangan,maka 
biaya2 tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan PSC.  Upaya2 eksplorasi setelah 
lapangan kedua akan dianggap sebagai upaya menemukan lapangan ke-3. Bila gagal 
menemukan lapangan ke-3, maka biaya2 itu tak bisa di-cost recovery, bila 
lapangan ke-3 ditemukan, upaya2 eksplorasi untuk menemukannya bisa di-cost 
recovery, dst..dst..
   
  Aturan baru itu disertai aturan baru relinquishment. Relinquishment terakhir 
akan dilakukan pada akhir tahun ke-8 dan hanya mempertahankan lapangan2 yang 
sudah ditemukan. Area di luar lapangan harus dikembalikan ke Pemerintah. Ini 
untuk mengatasi banyaknya lahan2 tidur yang tetap dimiliki PSC sementara 
investor baru yang berminat tidak bisa masuk.
   
  Aturan lain adalah bahwa bonus tanda-tangan kontrak akan disesuaikan dengan 
jumlah sumberdaya di dalam blok itu, semakin kaya semakin tinggi bonusnya. 
   
  Masih ada beberapa lagi hal signifikan yang akan berubah dalam kontrak PSC 
kita. Itu kalau jadi diberlakukan. Untuk diberlakukan akan banyak bergantung 
kepada banyak faktor teknis dan nonteknis, politik dan nonpolitik.
   
  Saya pribadi berpendapat bahwa sudah saatnya diberlakukan perubahan2 
signifikan atas kontrak saat ini. Pemerintah kita menjual terlalu murah untuk 
lahannya yang subur. Dalam investasi migas internasional pun berlaku bahwa 
barang bagus harganya mahal, tetapi di Indonesia sering terjadi barang bagus 
malah diobral, setelah itu tidak pula ada jaminan bahwa si pemilik barang 
mendapatkan uangnya. Menyedihkan.
   
  Sudah saatnya berubah !
   
  salam,
  awang 
  (anggota tim penilai teknis tender WKP migas  CBM)
   
   
  Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Dod,... di dalam perhitungan internal perusahaan dan untuk kepentingan 
evaluasi prospek (ranking, risk, economics, dsb) biaya untuk usaha-usaha 
eksplorasi di blok yang berproduksi di Indonesia bisa juga disebut sebagai 
dan/atau dimasukkan kedalam kategori finding-cost, no problem at all. 
Tetapi, menurut pemahamanku ttg aturan kontrak PSC dan prakteknya yang 
terjadi selama ini, begitu suatu blok berproduksi dari suatu discovered 
field, maka finding-cost dari lapangan-lapangan lain akan dikonsolidasikan 
dalam overall block-cost. Jadi terminologi finding cost dalam PSC term kita 
nampaknya hanya berguna / diapresiasi pada waktu penemuan lapangan komersial 
yang pertama. Setelah itu, cost2 sejenis akan dimasukkan sebagai production 
cost dari block tersebut.

Usulan sampeyan untuk tidak mengutak-atik (existing) PSC tapi meredefinisi 
cost-recovery dg tanpa memasukkan finding cost lapangan ke 2, 3 dst (apalagi 
kalau juga mencakup lapangan pertama), maka itu sama saja dengan 
membangkitkan macan IPA tidur (?)

Mungkin untuk next PSC dalam tender2 mendatang bisa kita usulkan term-term 
sampeyan tersebut. Masih sangat terbuka kemungkinan berkontribusi pemikiran 
ke kawan2 di Migas (Ditjen, BPMigas) dalam rangka perubahan PSC (mendatang). 
Malah dalam bulan2 terakhir ini makin santer Pak Dirjen dan Pak Ka BPMigas 
dan Pak Menteri me-wacana-kan perubahan PSC tersebut.

Ayo, rek . podho ngomongo

Salam

Andang Bachtiar
Exploration Think Tank Indonesia


- Original Message - 
From: Doddy Suryanto 
To: 
Sent: Thursday, January 24, 2008 9:58 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007


Sam, apakah usaha2 eksplorasi (seismik, gg, dsb) di blok-blok yang
sudah berproduksi tidak bisa dimasukkan dalam finding cost?

Apakah production cost yang ada di sistem sekarang mencakup finding and
development cost (FD) yang dalam hal ini lifting cost masuk dalam
kategori development cost?

Kalo memang system PSC susah dirubahnya, apakah bisa yang finding cost
ini ngga masuk cost recovery?



-doddy-



-Original Message-

RE: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007

2008-01-25 Terurut Topik Awang Satyana
Andi,
   
  Yang akan menentukan penaksiran kekayaan sumberdaya hidrokarbon di tempat 
(Hydrocarbon in Place-HCIP) maupun yang bisa diambil (Recoverable Resources- 
RR/ Expected Recovery) ada tiga pihak : calon investor, tim teknis Migas, 
perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus independen.
   
  Pasti nanti akan ada diskusi pada saat penilaian materi tender. Ini nanti 
juga akan dilakukan discounted factor oleh faktor risiko karena ketersediaan 
data. Faktor risiko daerah frontier dan mature pasti akan lain. Seperti jumlah 
kupon undian atas akumulasi tabungan di bank begitulah bonus akan diatur, 
misalnya 100-500 MMBO = bonus 1 juta US, 500-1000 = bonus 2 juta, dst..setiap 
kelipatan RR sekian tambah bonus sekian dsb.
   
  Saat ini besaran signature bonus akan menjadi salah satu faktor yang dinilai 
dalam evaluasi pemenangan tender, aturannya gak ada, hanya aturan minimal bonus 
ada (1 juta USD); besok2 kalau sistem KPS baru benar2 berlaku, bonus akan 
disesuaikan dengan besarnya sumberdaya. Urusan bonus diselesaikan di depan 
sebelum tanda tangan kontrak, tak akan ada koreksi bonus di kemudian hari sebab 
besaran bonus dan sumberdaya telah menjadi agenda dalam evaluasi tender.
   
  salam,
  awang
   
   
  
Salahuddin, Andi [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang dan rekan2 ysh,

Permisi ikut nimbrung...
Ada statement pak Awang yang saya kurang faham.
Aturan lain adalah bahwa bonus tanda-tangan kontrak akan disesuaikan
dengan jumlah sumberdaya di dalam blok itu, semakin kaya semakin tinggi
bonusnya.

Apakah yang dimaksud dengan sumberdaya tsb adalah expected HCIP dan
expected recovery pada blok tertentu?
Sedangkal pengetahuan saya, besaran expected HCIP dan recovery yang
dihitung oleh suatu KPS (biasanya dilakukan oleh departemen explorasi
atau new ventures) nilainya diperoleh dengan studi awal yang semi
regional, mulai dari mapping, prospects/leads inventory, basin modeling,
geomodeling, engineering, economics, dll, yang saya yakin banyak
bapak/ibu disini yang jauh lebih tahu.
Tidak menutup kemungkinan bahwa antara pemerintah (tim teknis BPMigas?),
KPS A, KPS B, dan KPS2 lainnya yg meneliti blok ini menghasilkan besaran
expected HCIP (sumberdaya blok) yang berbeda-beda, tergantung dari GG
play concept, analog yang digunakan, dan parameter-parameter perhitungan
yang mereka gunakan saat studi tahap awal explorasi. Ada beberapa kasus
dimana 2 lapangan yang berdekatan, yang satunya kaya sedangkan yang
satunya lagi miskin. 
Jadi pada akhirnya, menurut saya, penyesuaian antara besar bonus dan
jumlah sumberdaya di blok akan sangat subjektif di mata pemerintah dan
para KPS.

Atau apakah mungkin bahwa signing fee bisa 'di-adjust' kembali
berdasarkan hasil real yang diperoleh pada tahapan appraisal dan
development? Dimana pada tahap ini, besaran HCIP bisa jauh lebih besar
atau jauh lebih kecil daripada expected HCIP pada tahapan explorasi.
Jika ternyata kekayaan blok tersebut lebih besar drpd yang diperkirakan
saat explorasi, maka KPS harus bayar sisa bonusnya ke pemerintah
berdasarkan prorata. Tapi kalau ternyata blok tersebut sangat 'miskin'
atau non-commercial, apakah pemerintah harus 'mengembalikan' signing
bonus yang ternyata terlalu besar? Mungkin sulit untuk melakukan hal
ini.

Mohon pencerahannya...

Salam,
Andi

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, January 25, 2008 11:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad
Subject: Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama
2007

Kalau jadi, kontrak PSC yang akan datang (rencananya akan mulai
diterapkan kepada 26 blok yang sekarang sedang ditawarkan) akan
mengalami perubahan besar soal sunk cost, komersialitas blok/lapangan,
cost recovery dan relinquishment. Perubahannya begitu signifikan
sahingga boleh saja kalau mau kita sebut sebagai PSC generasi baru. Jadi
diberlakukan atau tidak kita lihat nanti.

Komersialitas blok oleh lapangan pertama tidak akan lagi menjadi tiket
untuk cost recovery kegiatan2 eksplorasi berikutnya bila lapangan ke-2,
ke-3 dan seterusnya tidak ditemukan dan dikembangkan. Di kontrak PSC
lama, setelah lapangan pertama ditemukan dan blok menjadi komersial maka
seluruh usaha eksplorasi berikutnya akan bisa di-cost recovery baik ia
gagal maupun berhasil, jadi lapangan atau tidak. Apa pun yang
dibelanjakan akan diganti. Sistem ini telah mendorong PSC2 melakukan
eksplorasi kurang hati2, tokh biayanya akan diganti ini. 

Di sistem PSC baru nanti, biaya eksplorasi setelah lapangan pertama
akan dianggap sebagai upaya untuk menemukan lapangan ke-dua. Bila
lapangan kedua ditemukan dan dapat dikembangkan menjadi lapangan maka
biaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua itu bisa di-cost recovery; bila
tidak jadi lapangan,maka biaya2 tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan
PSC. Upaya2 eksplorasi setelah lapangan kedua akan dianggap sebagai
upaya menemukan lapangan ke-3. Bila gagal menemukan lapangan ke-3, maka
biaya2 itu tak bisa di-cost recovery, bila lapangan ke-3 ditemukan

Re: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex

2008-01-25 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Daru,
   
  Mengapa umur cekungan dan sedimennya mesti menjadi pembatas mineralisasi 
sedex ini ? Tokh apa yang terjadi pada Proterozoikum atau Paleozoikum pun bisa 
terjadi pada kebanyakan cekungan di Indonesia yang berumur Mesozoikum - Tersier 
(Indonesia Timur) atau Tersier (Indonesia Barat). Cekungan2 di Indonesia 
umumnya diisi sedimen tebal yang bisa memeras melalui diagenesis metal-bearing 
brines panas mengandung Zn-Cu-Pb ini, memigrasikannya ke atas via bounding 
faults di cekungan atau batas cekungan, dan mengendapakannya di dasar laut lalu 
bereaksi dengan air laut dan diendapkan sebagai deposit sedex stratiform yang 
mengandung Zn, Pb, atau barit. 
   
  Proses ekshalasi semacam di atas biasa terjadi pada dolomitisasi karbonat. 
Saya pernah mempelajari semua dolomit di Cekungan Salawati yang kadar 
dolomitisasinya di atas 90 %. Di sana, ternyata dolomitisasi itu terjadi pada 
semua reefal carbonate yang berposisi menghadap dalaman di depannya dan ada 
sesar penghubung antara dalaman itu ke puncak reef. Saat diagenesis, kompaksi 
sedimen penyusun cekungan terjadi, Mg-Ca brines terperas dari sedimen marin di 
bawah akibat burial sediments di atasnya. Mg-Ca fluids (ini fluida dolomit) 
lalu bermigrasi ke atas mencari tekanan yang rendah dan begitu saja masuk ke 
sesar di dekatnya. Mg-Ca fluids naik sepanjang sesar lalu bereaksi dengan CaCO3 
penyusun reef yang tersesarkan itu. Di sini terjadilah proses dolomitisasi 
tersebut, mirip dengan proses ekshalasi Zn-Pb brines dengan fine-grained 
sediments (clay) di dasar laut.
   
  Sedimen2 Paleogen di Indonesia Barat mulai Oligo-Miosen umumnya transgresif 
dan marin, jadi akan punya saline-hypersaline brine, Zn-Pb-Cu-nya terdapat 
sebagai trace metals di sedimen2 itu yang saat diagenesis bersama brine 
tersebut akan terperas lalu membentuk hot Zn-Pb-Cu saline-hypersaline brine 
yang siap bermigrasi menghasilkan mineralisasi ekshalatif. Ikatan kimiawi/atom 
trace metal ini dengan hydrous clays lemah maka mudah terlepas saat diagenesis.
   
  Kalau bisa dengan skenario genesis di atas pada umur2 sedimen yang tak mesti 
Proterozoikum atau Paleozoikum; data seismik regional dan detil cekungan2 di 
Indonesia akan membantu para hardrock geologists. Sebab, dengan data seismik 
tersebut bisa diketahui dan direkonstruksi mana sedimen2 yang banyak trace 
metal Zn-Pb-Cu-nya (fine grained sediments macam clay dengan reflektor seismik 
yang khas -low energy). Seberapa dalam sedimen itu sekarang terkubur agar dapat 
mencapai sedex brine yang biasanya pada temperatur 150-350 C, menduga di mana 
stratiform terbentuk misalnya menyisip di antara clay beds sisa sea bed masa 
lalu, di mana sesar2 konduit untuk migrasi metal-bearing fluids tersebut, dll 
-pasti akan ada kolaborasi yang baik antara soft dan hard rock geologist.
   
  Contoh2 yang Pak Daru sebutkan itu (Riau-Belitung-Kal Bar) tak pernah 
diidentifikasi keberadaan cekungan yang dalam, tetapi merupakan Sundaland yang 
granitik, meragukan kalau deposit sedex di situ benar merupakan exhalative 
mineralisasi oleh diagenetic fluids karena terperas oleh burial sediments; 
kelihatannya malahan merupakan  deposit sedex yang punya source magmatic fluids 
dari subseafloor magma chambers dan hydrothermal fluids yang digenerasi panas 
magma chamber lalu mengintrusi saturated sediments.
   
  salam,
  awang 

Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekan-rekan,



Saya baru membaca paper Pak Awang (Cekungan Sedimen Indonesia...) yang
diterbitkan di MGI (Majalah Geologi Indonesia) Vol.12 No.1, Nov 2007, yang
mengulas ada lebih dari 60 cekungan di Indonesia. Karena saya banyak
berkecimpung di dunia hard rocks - pikiran jadi melayang, mungkinkah ada
deposit sedex (sediment exhalatives) di cekungan-cekungan Indonesia?



Sebagai ilustrasi saja, deposit sedex (dan saudara-saudara-nya di kelompok
sediment hosted) saat ini merupakan sumber dari produksi dan cadangan Pb dan
Zn di dunia. Deposit tipe ini sudah dipelajari dan dieksplorasi dengan rinci
di Australia, Kanada dan USA yg memang geologi-nya favorable. Tetapi di
daerah yang paleotectonic-nya kompleks spt Indonesia study ttg deposit ini
sangat sedikit (???). Walaupun banyak occurrences Pb-Zn diketemukan di
Indonesia dan memiliki kemiripan dengan tipe sedex. Sebut saja misalnya
Tanjung Balit di Riau, Kelapa Kampit di Belitung, Riam Kusik di Kalbar, juga
yg masih aktif dieksplorasi - Dairi di Sumut. 



Beberapa ahli dan penulis memberikan bbrp criteria untuk bisa terbentuknya
deposit sedex di suatu cekungan, baik dari aspek geologi, geokimia dlsb.
Salah satu aspek yg mungkin agak susah ketemu di Indonesia adalah umur
cekungan. Deposit-deposit sedex di dunia rata-rata memang berumur tua -
peak-nya ada di Proterozoic, tetapi ada juga sedikit yg di Carboniferous.
Umur termuda dari deposit ini yg pernah diketemukan adalah Tertiary (Lan
Ping di China) - walau masih jadi perdebatan apakah Lan Ping benar-benar
sedex. 



Seandainya cekungan-cekungan Indonesia memang 

Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007

2008-01-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
   
  Pemerintah harus pintar2 membagi dua hal ini : (1) memajukan perusahaan2 
nasional berinvestasi di bidang migas, (2) memangkas perusahaan2 minyak2-an. 
Kalau ada sebuah perusahaan memenangi blok mestinya itu sudah lewat saringan 
penelitian kemampuan teknis, finansial, dan sumberdaya. Makin ke sini, 
saringannya makin ketat. 
   
  Yang saya ceritakan itu adalah blok kontrak awal 2000, saat penyaringan belum 
seketat sekarang. Dalam lima tahun di internalnya terjadi beberapa kali 
pergantian pemilik hingga saat ini hanya sisa tiga orang penyuplai dananya. Ini 
membuktikan bahwa sebenarnya perusahaan itu tidak mampu secara finansial.
   
  Sekarang ini, sebelum mereka mengajukan joint study pun (kalau direct offer), 
sudah banyak syarat2 yang berhubungan dengan finansial yang dimintakan 
Pemerintah, termasuk beberapa jenis bond/ ikatan finansial yang bisa dicairkan 
sepihak oleh Pemerintah bila komitmen kontrak tidak direalisasi. Bonus pun 
harus diserahkan sebelum tanda tangan kontrak. (dulu rekan2 saya di Divisi 
Operasi Finansial suka capek juga mengejar2 pembayaran bonus itu, malah ada 
yang ngemplang, perusahannya raib; apa harus menggunakan jasa debt collector 
he2..)
   
  salam,
  awang
   
  
noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ada KPS yang mengontrakkan studi kepada konsultan tetapi tidak mampu 
membayarnya, si konsultan mengadu kepada saya, saya memanggil KPS-nya, KPS-nya 
memanggil si pemodalnya, dst..Bagaimana KPS mau melakukan seismik atau bor 
kalau membiayai studi saja tak bisa, atau jaminan untuk menggaji karyawannya 
sampai tiga bulan ke depan pun harus dicantumkan di notulen rapat. Syarat KPS 
padahal mampu secara finansial, teknis, dan SDM. 

wah yang ini sih benar-benar BONEK ya pak Awang. bagaimana bisa kok mereka 
lolos dan bisa dapat blok yah. jangan-jangan signature bonusnya juga belum 
dibayar.:-(

salam,


- Original Message 
From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, January 25, 2008 9:10:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007

Memang perubahannya drastis Pak Bambang, boleh juga disebut quantum leap, jelas 
lebih negatif buat investor, tetapi pembagian split rencananya lebih bagus - 
yang ini sisi positifnya. Tidak akan diberlakukan surut kepada kontrak2 lama, 
kecuali kalau ada kontrak diperpanjang bisa saja diberlakukan ke kontrak 
perpanjangannya.

Mengejar2 pelaksanaan komitmen memang bagian tugas BPMIGAS. Ada KPS yang 
mengontrakkan studi kepada konsultan tetapi tidak mampu membayarnya, si 
konsultan mengadu kepada saya, saya memanggil KPS-nya, KPS-nya memanggil si 
pemodalnya, dst..Bagaimana KPS mau melakukan seismik atau bor kalau membiayai 
studi saja tak bisa, atau jaminan untuk menggaji karyawannya sampai tiga bulan 
ke depan pun harus dicantumkan di notulen rapat. Syarat KPS padahal mampu 
secara finansial, teknis, dan SDM. 

Kalau mau melaksanakan isi kontrak yang sudah ditandatangani, KPS2 semacam ini 
mestinya sudah diterminasi dari dulu. 

salam,
awang

Bambang Satya Murti wrote:
PakAwang,
Waduh.seandainya itu terlaksana dan bisa diimplementasi, saya akan bilang ini 
merupakan lompatan jauh kedepan. Lha kalau bisa diberlakukan surut 
(undang-undang kita kan biasanya sepertiitu ya?), hmmm, itu bener bener 
quantum leap...
Capek ya, mengejar-ngejar komitmen?
Salam,
Bambang


- Original Message 
From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI ; Geo Unpad 
Sent: Friday, January 25, 2008 11:34:20 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Cost Recovery Capai US$ 8,33 Miliar Selama 2007

Kalau jadi, kontrak PSC yang akan datang (rencananya akan mulai diterapkan 
kepada 26 blok yang sekarang sedang ditawarkan) akan mengalami perubahan besar 
soal sunk cost, komersialitas blok/lapangan, cost recovery dan relinquishment. 
Perubahannya begitu signifikan sahingga boleh saja kalau mau kita sebut sebagai 
PSC generasi baru. Jadi diberlakukan atau tidak kita lihat nanti.

Komersialitas blok oleh lapangan pertama tidak akan lagi menjadi tiket untuk 
cost recovery kegiatan2 eksplorasi berikutnya bila lapangan ke-2, ke-3 dan 
seterusnya tidak ditemukan dan dikembangkan. Di kontrak PSC lama, setelah 
lapangan pertama ditemukan dan blok menjadi komersial maka seluruh usaha 
eksplorasi berikutnya akan bisa di-cost recovery baik ia gagal maupun berhasil, 
jadi lapangan atau tidak. Apa pun yang dibelanjakan akan diganti. Sistem ini 
telah mendorong PSC2 melakukan eksplorasi kurang hati2, tokh biayanya akan 
diganti ini. 

Di sistem PSC baru nanti, biaya eksplorasi setelah lapangan pertama akan 
dianggap sebagai upaya untuk menemukan lapangan ke-dua. Bila lapangan kedua 
ditemukan dan dapat dikembangkan menjadi lapangan maka biaya2 eksplorasi 
setelah lapangan kedua itu bisa di-cost recovery; bila tidak jadi lapangan,maka 
biaya2 tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan PSC. Upaya2 eksplorasi setelah 
lapangan kedua akan dianggap sebagai upaya menemukan lapangan ke-3. Bila gagal

Re: [iagi-net-l] Fw: [geoUH] workshop stratigrafi Sulawesi (SSW 2006)

2006-02-14 Terurut Topik Awang Satyana
Yang di Yogyakarta 28-29 Agustus 2002 itu sebenarnya lebih kepada membahas 
Sandi Stratigrafi Indonesia 1996, bukan ke stratigrafi Jawa (yang stratigrafi 
Jawa baru di Bandung 2003 itu).
   
  Workshop di Yogya itu mengawali semua pertemuan2 berantai untuk membicarakan 
stratigrafi Indonesia (baru membahas Jawa - Bandung 2003 dan Sumatra - Duri, 
2005). Membicarakan stratigrafi Indonesia, lebih kepada usaha mengumpulkan 
problem2 stratigrafi yang ada dan usaha mengatasinya. Penyusunan Lexicon 
Stratigrafi Indonesia sudah berjalan, dilakukan oleh P3G, berdasarkan pemetaan 
geologi bersistem skala 1 : 100.000 (Jawa) dan 1 : 250.000 (luar Jawa). 
Penyusunan Lexicon Stratigrafi Indonesia yang sub-surface belum dilakukan sebab 
aturan sub-surface stratigraphy di SSI 1996 pun belum cukup terakomodasi, maka 
penyusunan lexicon-nya masih belum punya dasar yang pas. SSI 1996 masih kuat 
didasarkan kepada geologi permukaan.
   
  Workshop stratigrafi Sumatra tidak membahas Natuna, tetapi secara regional 
membahas cekungan2 intra-arc dan fore-arc basins. Detailing ada di Cekungan 
Sumatra Tengah dan Sumatra Selatan. Yang Sumatra Utara sedikit terbahas (karena 
operator yang bekerja di sana tidak ada yang aktif). Masukan dari bukan 
perusahaan minyak juga minimal sekali, saat itu hanya datang sebagai peninjau, 
bukan pemakalah.
   
  Bagaimana menertibkan pemakaian tatanama stratigrafi Indonesia yang mengikuti 
SSI (1996 misalnya) agar perusahaan2 minyak, mineral, batubara, dll ekstraksi 
sumberdaya alam tertib dan taatasas, adalah masalah pelik. Saya ambil kasus 
pertama usaha penertiban itu, yang dilakukan oleh sesama perusahaan2 minyak di 
Kutei tahun 1981-1982. Pertamina, Total, Huffco/Vico, Unocal duduk bersama 
mendiskusikan pemakaian tatanama formasi yang menjadi target penelitiannya di 
Cekungan Kutei. Pekerjaan ini dipublikasikan di Proceedings IPA (Marks et al., 
1982). Bagaimana sekarang setelah 24 tahun ? Tak ada penyeragaman, masih sama 
seperti sebelum 1982. Pertamina tetap memakai Formasi Pulubalang, Balikpapan, 
Kampungbaru. VICO masih menggunakan lapisan I..., I, N Total masih 
menggunakan U5, U4, MF.., MF Unocal masih menggunakan X..., X..., Z... Bila 
ditanya, apa korelatif lapisan ini ke nama formasinya ? Tak segera bisa 
dijawab. 
   
  Penertiban di Jawa (Timur) lebih susah lagi daripada di Kutei. Sekalipun 
sudah ada workshop2 stratigrafi jangan segera berpikir bahwa tatanama 
stratigrafi sudah beres. Hm, mungkin banyak tantangan dalam usaha penertiban 
ini. Apakah BPMIGAS bisa menggunakan otorisasinya untuk memaksa para operator 
minyak menertibkan nomenklaturnya ? Bisa saja, sekedar surat untuk dikirim ke 
para operator gampang saja dibuat, hanya tak akan sesederhana itu, berakhir di 
situ. Butuh usaha terus-menerus dalam penertiban.
   
  salam,
  awang
  (anggota Komisi SSI, pemakalah di workshop Stratigrafi Indonesia Yogya 2002 
dan Duri 2005)

Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mas Vicky, saran sampeyan itu sudah dilakukan sejak diaktifkannya kembali
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia tahun 2002 yang lalu ( 4 tahun yg lalu);
yaitu:
1. Hasil dari Workshop Stratigrafi Jawa I di Yogja Agustus 2002
dipresentasikan dalam Lunch Meeting di PIT IAGI 31 Surabaya 1 Oktober 2002.
2. Hasil dari Workshop Stratigrafi Jawa II di Bandung 20-21 Oktober 2003
dipresentasikan dalam Lunch Meeting di PIT IAGI 32 (JCJ) Jakarta 16 Desember
2003
3. Hasil dari Workshop Stratigrafi Sumatra I di Riau 12-13 Sept 2005
dipresentasikan dalam Side Meeting di PIT IAGI 34 (JCS) Surabaya 29 November
2005

Semua workshop ada prosidingnya tersedia di sekretariat IAGI dan dalam
setiap PIT selalu dipajang di booth IAGI. Presentasi-presentasi hasil
workshop bukan sekedar presentasi yang masuk dalam technical session (yang
dijatah 20 menit), tapi menjadi event khusus yaitu Luncheon Talk dan/atau
Side Meeting yang bisa sampai 1 jam lamanya (termasuk diskusinya).

Pada 2004 tidak satupun Workshop Stratigrafi yang terlaksana karena pada
saat itu Pengda yang menyatakan siap (Kalimantan dan Riau) ternyata masih
belum bergeming juga. Akhirnya dengan berkali-kali pendekatan, lewat email
maupun datang secara fisik ke Duri / Pekanbaru, Riau-pun siap melaksanakan
tapi harus mundur ke 2005. Sementara itu di 2005 Pengda Kalimantan mulai
cerai-berai (karena para aktifis-nya banyak hengkang ke luar negeri).

Pada 2005 provokasi ke Pengda Sulawesi untuk menyelenggarakan Workshop
Stratigrafi Sulawesi juga intensif dilakukan oleh PP. Pra-workshop session
dilakukan pada 7 Pebruari 2005 menghadirkan Pak Fauzie Hasibuan dan Pak
Djuhaeni dr Komisi SSI. Pematangan ide itu perlu setahun lamanya sampai baru
pada bulan ini (setahun kemudian) leaflet ttg Workshop Stratigrafi Sulawesi
itu keluar.

Mudah-mudahan program2 Komisi SSI ini terus berjalan di kepengurusan Pak
Luthfi. Pak Djuhaeni sebagai Ketua Komisi SSI masa kerjanya juga masih
berlangsung s/d 2007 (5tahun dr 2002), jadi masih cukup waktu merampungkan
beberapa workshop da 

Re: [iagi-net-l] Butuh info : F. Citalang dan F. Subang

2006-02-21 Terurut Topik Awang Satyana
Bersama beberapa lulusan muda di Geo-Unpad, tahun 2001-2002 saya pernah ikut 
mengevaluasi formasi-formasi ini secara regional, terutama dalam hubungannya 
dengan perubahan hubungan geometri cekungan antara Bogor Trough dengan West 
Java (NW Java Basin) post-Pliosen. 
   
  Evaluasi itu dipublikasikan dalam tiga paper : (1) Raharjo et al. (2002) : 
Perkiraan inversi sesar Baribis serta peranannya terhadap proses sedimentasi 
dan kemungkinan adanya reworked source pada endapan turbidit setara Talang 
Akar - Buletin Khusus Geologi ITB (Memperingati Masa Purnabakti Prof Soejono 
Martodjojo), (2) Satyana et al. (2002) :New observations on the evolution of 
the Bogor Basin, West Java - opportunities for turbidite hydrocarbon play 
-Buletin Khusus ITB seperti no. 1, dan (3) Satyana and Armandita (2004) : 
Deepwater plays of Java, Indonesia : regional evaluation on opportunities and 
risks - IPA Deepwater Symposium Asia  AustralAsia.  Saya pikir tak sulit 
mencari publikasi2 itu.

  Secara ringkas, Formasi Citalang berumur N21-N22 (Plio-Pleistosen) merupakan 
endapan volkanik-klastik pada lingkungan nonmarin-transisi, dan merupakan 
endapan pertama yang mengarah dari selatan ke utara setelah Bogor Trough dan 
West Java Basin membentuk level yang sama, sekaligus membuktikan pengangkatan 
Bogor Trough dan berakhir dengan terinversikannya Sesar Baribis.
   
  Formasi Subang (lempung) yang tersingkap akan lebih ke selatan mendekati Kab. 
Sumedang di tempat pengangkatan lebih intensif. Formasi Subang (N18-N21), 
Pliosen dibentuk dalam lingkungan transisi-shallow marine, dalam kondisi Bogor 
Trough dan West Java Basin pada level space of accommodation yang sama. 
   
  Untuk menjadi anggota milis IAGI, saya pikir bisa aplikasi langsung ke [EMAIL 
PROTECTED] dan menjawab sesuai prosedur yang nanti dikirim balik. Atau, Pak 
Paulus Allo dan Pak Rovicky yang selama ini mengadministrasi milis ini punya 
info lain. 
   
  salam,
  awang
Wayan Ismara Heru Young [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Yth milister IAGI,

Rekan saya sedang melakukan penelitian lapangan di daerah Purwakarta bagian 
Timur Laut. Saat ini literatur yang menjadi pegangannya hanya dari Martodjojo 
(tahun 
'84). Apakah ada yang bisa memberikan referensi lain yang lebih baru?

dibawah juga saya paste beberapa pertanyaan yang mungkin Bapak2/Ibu2 bisa bantu 
menjawabnya. 
untuk pertanyaannya terakhir sebenarnya banyak yang tanya juga: apakah milis 
IAGI terbuka untuk umum? daftarnya kemana? dsb..

hatur nuhun,
.heru.

-- forwarded part 
---

Kemudian mengenai formasi citalang yang tersingkap di purwakarta bagian timur 
laut, sekitar sungai Ciherang, apakah ada yang memiliki info mengenai umur, 
litologi, lingkungan pengendapan dan lokasi tipenya?

terakhir: apakah di daerah itu terdapat lempung formasi subang atau tidak? 
(tersingkap maupun tidak)

oh iya, bagaimana caranya ikut gabung dengan milis IAGI ya?

trims,

Rizky S.


-
Yahoo! Mail
Use Photomail to share photos without annoying attachments.


-
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin

2006-02-21 Terurut Topik Awang Satyana
 Ngimbang (synrift)
- Oligocene Kujung Shale
- Miocene Tuban

Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah
diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible
kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show
serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya
dari mana ?

Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di
Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di
...?

Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya
kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke
timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence,
Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2
ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur
lebih muda (cmiiw) ?

Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu
mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene.

Komen anda sangat saya harapkan
Thanx

RDP
On 2/21/06, Awang Satyana wrote:
 Abah,

 Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia
 yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling
 tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini
 merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa
 Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas
 dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses.

 Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang
 booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik
 tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian
 target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau
 Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak
 cepat sebab berlomba dengan terminasi blok.

 Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan
 untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah
 sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke
 timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga

 gagal didelineasi Pertamina.

 Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di
 Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar,
 mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau
 feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum
 mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan
 sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau
 mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya.

 Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua
 sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1).

 Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids
 limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di
 Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di
 Kangean.

 Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur.

 Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya
 data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya
 sehingga bisa membangun model genesisnya. Sebagian kajian itu saya
 publikasi di IPA belum lama yl (Satyana  Purwaningsih, 2003) beserta
 dengan kajian regional geochemistry East Java Basin. Gas di Tawun
 Kepodang jelas biogenik dengan kandungan C1 99.82 % dan isotop karbon
 -67 per mile dan isotop deuterium -198 per mile. Tetapi, gas di Prupuh

 Kepodang menunjukkan percampuran dari sumber termogenik. Gas di
 Paciran Terang Sirasun juga biogenik dengan C1 99.5 % dan isotop
 karbon serta deuterium masing2 -65 per mile dan -185 %.

 Kemudian, genesis gas biogenik di Kepodang dan Terang Sirasun lain
 proses dan mekanismenya. Data gas geochemistry menunjukkan bahwa
 Terang Sirasun biogenic gas akibat carbonate reduction di lingkungan
 marine atau hypersaline lacustrine karena isotop deuterium metan-nya
 lebih berat, sedangkan gas biogenik Kepodang akibat bacterial
 methyl-type fermentation di terrestrial fresh water (lacustrine)
 dengan isotop deuterium metan yang lebih negatif. Ini sesuai dengan
 setting geologi regional Jawa Timur yang umumnya miring ke arah timur,

 sehingga lebih marin ke timur, terutama sejak Neogen sampai sekarang.

 salam,
 awang

 [EMAIL PROTECTED] wrote:



 Rekan rekan


 Sebagaimana kita ketahui , NE Java Basin saat ini merupakan salah satu

 region yang cukup rapai dengan aktifitas eksplorasi.

 Setahu saya hampir semua kumpeni melakukan eksplorasi untuk mencari HC

 di Kujung Unit - I , kecuali mungkin Lapindo Brantas . Walaupun saya
 dengar sumur eksplorasinya yang sekarang (lupa namanya) mempunyai
 objektif Ngimbang.

 Salah satu yang memproduksikan gaa dari klastik adalah Kepodang ,
 yaitu dari pasir Formasi Tawun .

 Juga diketahui bahwa gas yang diproduksikan adalah biogenic, apakah
 ada yang mengetahui bagaimana kira kira genesa gas ini

Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin

2006-02-21 Terurut Topik Awang Satyana
 temperatur reservoirnya tak boleh melebihi 80 deg C, kalau lebih, ia
 akan cracking ke thermogenic gas. Gas di Kepodang asal Tawun shales,
 bisa dimodeling kapan ia generasi biogenic gas dan kapan mengisi
 Kepodang. Hanya satu syarat : tak boleh melebihi temperatur 80 deg C.
 Maka, tak mungkin biogenic gas dihasilkan dari Ngimbang sebab Ngimbang
 sudah overmature untuk biogenic gas. Kalau mixing sih OK saja, seperti
 terjadi di Oyong, ada biogenic-thermogenic gas, ada juga oil, atau di
 Tanggul Angin Lapindo. Tak perlu TOC cut off tinggi untuk biogenic gas
 generation, 1.0 % TOC sudah cukup, tetapi ia perlu rapid deposition dan
 restricted basin.

 Syn-rift graben, sulit memang datingnya sebab Eocene Ngimbang kebanyakan
 non-marine dan data polen-nya belum lengkap. Tetapi evaluasi regional
 menunjukkan memang bisa makin muda ke timur. Saya sementara berpendapat
 pembentukan graben2 di East Java ini akibat ikutan rifting di Makassar
 Strait yang bersamaan waktunya dengan gerak roll-back akibat perlambatan
 subduction di wilayah ini pada Eosen, dan sama sekali tak berhubungan
 dengan RMKS sebab RMKS post mid-Miocene. Tapi RMKS mengover-print-nya
 dengan cara makin menenggelamkan atau mengangkatnya iya. Karena gerak
 rifting Makassar dan rollback basement berjalan dari barat ke timur,
 maka umur rifting makin muda ke timur.

 Salam,
 awang

 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 21, 2006 3:47 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin


 Nah saya ada pertanyaan buat Pak Awang yg sudah nguprek2 Jawa Timur ini.

 Ada 3 kemungkin source di EJB (East Java Basin).
 - Eocene Ngimbang (synrift)
 - Oligocene Kujung Shale
 - Miocene Tuban

 Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah
 diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible
 kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show
 serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya
 dari mana ?

 Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di
 Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di
 ...?

 Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya
 kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke
 timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence,
 Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2
 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur
 lebih muda (cmiiw) ?

 Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu
 mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene.

 Komen anda sangat saya harapkan
 Thanx

 RDP
 On 2/21/06, Awang Satyana wrote:
  Abah,
 
  Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia
  yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling
  tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini
  merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa
  Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas
  dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses.
 
  Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang
  booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik
  tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian
  target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau
  Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak
  cepat sebab berlomba dengan terminasi blok.
 
  Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan
  untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah
  sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke
  timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga

  gagal didelineasi Pertamina.
 
  Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di
  Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar,
  mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau
  feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum
  mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan
  sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau
  mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya.
 
  Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua
  sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1).

  Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids
  limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di
  Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di
  Kangean.
 
  Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur.
 
  Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya
  data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya
  sehingga bisa membangun model

Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin

2006-02-21 Terurut Topik Awang Satyana
 data polen-nya belum lengkap. Tetapi evaluasi regional
 menunjukkan memang bisa makin muda ke timur. Saya sementara berpendapat
 pembentukan graben2 di East Java ini akibat ikutan rifting di Makassar
 Strait yang bersamaan waktunya dengan gerak roll-back akibat perlambatan
 subduction di wilayah ini pada Eosen, dan sama sekali tak berhubungan
 dengan RMKS sebab RMKS post mid-Miocene. Tapi RMKS mengover-print-nya
 dengan cara makin menenggelamkan atau mengangkatnya iya. Karena gerak
 rifting Makassar dan rollback basement berjalan dari barat ke timur,
 maka umur rifting makin muda ke timur.

 Salam,
 awang

 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 21, 2006 3:47 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin


 Nah saya ada pertanyaan buat Pak Awang yg sudah nguprek2 Jawa Timur ini.

 Ada 3 kemungkin source di EJB (East Java Basin).
 - Eocene Ngimbang (synrift)
 - Oligocene Kujung Shale
 - Miocene Tuban

 Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah
 diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible
 kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show
 serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya
 dari mana ?

 Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di
 Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di
 ...?

 Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya
 kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke
 timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence,
 Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2
 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur
 lebih muda (cmiiw) ?

 Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu
 mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene.

 Komen anda sangat saya harapkan
 Thanx

 RDP
 On 2/21/06, Awang Satyana wrote:
 Abah,

 Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia
 yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling
 tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini
 merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa
 Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas
 dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses.

 Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang
 booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik
 tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian
 target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau
 Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak
 cepat sebab berlomba dengan terminasi blok.

 Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan
 untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah
 sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke
 timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga

 gagal didelineasi Pertamina.

 Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di
 Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar,
 mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau
 feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum
 mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan
 sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau
 mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya.

 Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua
 sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1).

 Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids
 limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di
 Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di
 Kangean.

 Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur.

 Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya
 data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya
 sehingga bisa membangun model genesisnya. Sebagian kajian itu saya
 publikasi di IPA belum lama yl (Satyana  Purwaningsih, 2003) beserta
 dengan kajian regional geochemistry East Java Basin. Gas di Tawun
 Kepodang jelas biogenik dengan kandungan C1 99.82 % dan isotop karbon
 -67 per mile dan isotop deuterium -198 per mile. Tetapi, gas di Prupuh

 Kepodang menunjukkan percampuran dari sumber termogenik. Gas di
 Paciran Terang Sirasun juga biogenik dengan C1 99.5 % dan isotop
 karbon serta deuterium masing2 -65 per mile dan -185 %.

 Kemudian, genesis gas biogenik di Kepodang dan Terang Sirasun lain
 proses dan mekanismenya. Data gas geochemistry menunjukkan bahwa
 Terang Sirasun biogenic gas akibat carbonate reduction di lingkungan
 marine atau hypersaline lacustrine karena isotop deuterium metan-nya

Re: [iagi-net-l] carbonate reef dan platform

2006-02-21 Terurut Topik Awang Satyana
Sebenarnya, jangan memisahkan carbonate platform dengan reef complexes-nya. 
Mereka terjadi bersamaan, sharing space dan punya hubungan temporal. Apa yang 
dialami platform akan mempengaruhi reef complex-nya. Apa tipe platform akan 
mempengaruhi tipe reef-nya. Dan, prediksi tipe reef yang berkembang akan 
diperoleh dari pemelajaran platform faciesnya. 
   
  Dua publikasi ini sangat penting, dan saya pikir the best untuk menerangkan 
hubungan carbonate platform dan reef complex-nya : (1) J.F. Read (1985) : 
Carbonate Platform Facies Models -AAPG Bull v. 69, no. 1, p. 1-21. (2) M.W. 
Longman (1981) : A Process Approach to Recognizing Facies of Reef Complexes 
SEPM Special Publication no. 30, p. 9-40 (saya hanya punya fotokopy-nya, yang 
AAPG Bull bisa dicari sih pdf.nya).
   
  Mengevaluasi secara regional reef complex tanpa melibatkan history platform 
facies-nya adalah hal yang mustahil. sifat reservoir, baik di reef-nya maupun 
di platform-nya tak bisa lepas dari evolusi geologi yang dialami keduanya. Dua 
publikasi di atas sangat membantu saya saat mempelajari Kais carbonate platform 
dan reef-nya di Salawati Basin (Satyana, 2003 : Re-evaluation of the 
sedimentology and evolution of the Kais carbonate platform, Salawati Basin, 
Eastern Indonesia : exploration significance - IPA 29th annual convention).
   
  Jadi Ferdi, coba deh mengusahakan mencari dua publikasi di atas dari Fred 
Read dan Mark Longman itu, pasti semua pertanyaan Anda akan terjawab, atau coba 
cek lagi posting saya beberapa minggu lalu di milis ini soal karbonat, sedikit 
banyak sudah mengena ke situ.

  salam,
  awang
  
[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Apakah ada perbedaan kondisi dari sistem pembentukan carbonate reef dan
carbonate platform...?
dan apakah kondisi pembentukan yang berbeda itu menyebabkan karakteristik
reservoir yang berbeda (porosity, permeability dsb)?
apa saja perbedaan karakteristik carbonate reef dan carbonate platform...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852

This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above. It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!

Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin

2006-02-23 Terurut Topik Awang Satyana
 cara makin menenggelamkan atau mengangkatnya iya. Karena gerak
 rifting Makassar dan rollback basement berjalan dari barat ke timur,
 maka umur rifting makin muda ke timur.

 Salam,
 awang

 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 21, 2006 3:47 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin


 Nah saya ada pertanyaan buat Pak Awang yg sudah nguprek2 Jawa Timur ini.

 Ada 3 kemungkin source di EJB (East Java Basin).
 - Eocene Ngimbang (synrift)
 - Oligocene Kujung Shale
 - Miocene Tuban

 Dari ketiganya, mana yg paling dominan menyumbang minyak2 yg sudah
 diketemukan selama ini (volumetric) ? Saya tidak menemukan possible
 kitchen di P Madura, tetapi data2 sumur menunjukkan banyaknya oil show
 serta oil seep. Minor oil di Pulau Madura ini source-rock dan kitchennya
 dari mana ?

 Tentang Biogenic Kepodang ini juga krusial, apakah biogenic gas di
 Kepodang ini source-rocknya juga dari Ngimbang shale (synrif?) atau di
 ...?

 Terus terang, karena keterbatasan saya untuk data biostratigrafi, saya
 kesulitan menghubungkan kronologis dari Synrift Ngimbang dari barat ke
 timur mulai dari Pati-Muriah-WestFlorence, Tuban Trough - East Florence,
 Central Deep, dan meloncat ke Ngimbang di Kangean Block. Apakah syrift2
 ini satu generasi atau beda generasi, secara umur sepertinya yg ditimur
 lebih muda (cmiiw) ?

 Kesulitan ini ditambah dengan adanya RMKS Wrench Fault yang selalu
 mempengaruhi orientasi patahan2 tua yg terjadi pada kala Eocene.

 Komen anda sangat saya harapkan
 Thanx

 RDP
 On 2/21/06, Awang Satyana wrote:
 Abah,

 Lapindo dengan sumur dalamnya, Banjar Panji-1 (sumur di Indonesia
 yang paling dekat jaraknya dengan jalan tol, Surabaya-Porong, paling
 tak sampai 2 km) punya target utama Kujung-I alias Prupuh reef. Ini
 merupakan reef paling selatan dari jalur2 pinnacle reefs di Jawa
 Timur. Jalur ini di offshore-nya telah terbukti dengan penemuan gas
 dan kondensat di BD-1. Semoga Banjar Panji-1 sukses.

 Target klastik memang sementara kalah dengan target Kujung yang
 booming sejak akhir 1990-an. Tetapi, target klastik masih menarik
 tentu. JOB Pertamina-Madura masih belum menyerah mengejar pembuktian
 target klastik ekivalen Tuban Fm (Early-Middle Miocene) di Pulau
 Madura. Ada temuan2 kecil yang tak ekonomis. Mereka mesti bergerak
 cepat sebab berlomba dengan terminasi blok.

 Klastik Ngimbang yang produktif di Pagerungan tak semudah sangkaan
 untuk mengejar pelamparannya ke timur lapangan Pagerungan. Sebuah
 sumur dibor dan gagal sebab objektif tersebut banyak menyerpih ke
 timur. Di onshore, pelamparan formasi produktif Ngimbang di Suci, juga

 gagal didelineasi Pertamina.

 Klastik Ngrayong belum dikerjakan lagi. Ada yang mau dikerjakan di
 Selat Madura sebagai deepwater deposits, tetapi risiko lumayan besar,
 mesti ada seismik 3D kalau mau mengejar submarine fan atau
 feeder-channel Ngrayong di Selat Madura. Santos punya, tetapi belum
 mau mengetesnya, sementara masih senang mengerjakan Jeruk reef dan
 sejenisnya. Di onshore, JOB Pertamina-PetroChina Tuban mau
 mendelineasi formasi ini di sebuah lapangan tua barat Surabaya.

 Klastik Tawun belum dikerjakan lagi sejak BP Bawean mengebor dua
 sumurnya yang penuh dengan CO2 di Blok Bawean (Titan-1 dan Calypso-1).

 Klastik-karbonat (globigerinid sandstones atau globigerinids
 limestone) Paciran atau Mundu dikerjakan sebagai sumur2 delineasi di
 Oyong Santos. EMP Kangean belum bergerak dengan Terang Sirasun di
 Kangean.

 Nah, itu sedikit ulasan pengejaran target non-Kujung di Jawa Timur.

 Genesis biogenic gas di Jawa Timur menarik dikaji kalau kita punya
 data isotop karbon dan deuterium yang lengkap. Kebetulan saya punya
 sehingga bisa membangun model genesisnya. Sebagian kajian itu saya
 publikasi di IPA belum lama yl (Satyana  Purwaningsih, 2003) beserta
 dengan kajian regional geochemistry East Java Basin. Gas di Tawun
 Kepodang jelas biogenik dengan kandungan C1 99.82 % dan isotop karbon
 -67 per mile dan isotop deuterium -198 per mile. Tetapi, gas di Prupuh

 Kepodang menunjukkan percampuran dari sumber termogenik. Gas di
 Paciran Terang Sirasun juga biogenik dengan C1 99.5 % dan isotop
 karbon serta deuterium masing2 -65 per mile dan -185 %.

 Kemudian, genesis gas biogenik di Kepodang dan Terang Sirasun lain
 proses dan mekanismenya. Data gas geochemistry menunjukkan bahwa
 Terang Sirasun biogenic gas akibat carbonate reduction di lingkungan
 marine atau hypersaline lacustrine karena isotop deuterium metan-nya
 lebih berat, sedangkan gas biogenik Kepodang akibat bacterial
 methyl-type fermentation di terrestrial fresh water (lacustrine)
 dengan isotop deuterium metan yang lebih negatif. Ini sesuai dengan
 setting geologi regional Jawa Timur yang umumnya miring ke arah timur,

 sehingga lebih marin ke timur, terutama sejak Neogen sampai sekarang.

 salam,
 awang

 [EMAIL PROTECTED] wrote:



 Rekan rekan


 Sebagaimana kita ketahui

Re: [iagi-net-l] Marine syn-rift

2006-02-23 Terurut Topik Awang Satyana
Herry,
   
  Urutan sedimen dan bentuk/evolusi cekungan2  di sekeliling Sundaland ini
(NSB, CSB, SSB, Sunda/Asri, West Java, East Java, Barito, South Sulawesi, dan 
Natuna) kalau kita lihat memang menunjukkan karakter yang sama dari pre-, syn-, 
post-rift, dan sagging sequence-nya. Hanya, saat inisiasinya berbeda. Cekungan2 
yang ada di timur Sundaland lebih dulu mulainya (lebih tua).
   
  Pre-rift adalah umumnya basement cekungan2 ini yang isinya bisa batuan beku 
atau sedimen yang umumnya sudah termetamorfosakan. Syn-rift sediments-nya 
adalah umumnya endapan2 non-marin, shallow lakustrin atau deep lakustrin 
misalnya : Lower Tanjung, Salo Kalupang, Malawa, Ngimbang, Banuwati, Kikim, 
Jatibarang, Pematang, Lama, Bruksah, Banuwati, Lower Talang Akar, Lower Gabus. 
Post-riftnya : Keras, Menggala, Bampo, Upper Tanjung, Upper Talang Akar, Upper 
Gabus, Barat, Bekasap, Berai. Sagging-nya umumnya endapan karbonat seperti 
Baturaja, Berai, Cibulakan, Kujung, Tonasa, dan formasi dominan serpih seperti 
Baong, Gumai, Telisa, dan Tuban. 
   
  Itu hanya gambaran regional, detail-nya bergeser2 sedikit antara formasi dan 
sekuen rifting-saggingnya.
   
  salam,
  awang
Herry Maulana [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang, 

Apa syn-rifts yg ada di Sundaland, dan proto SCS, mempunyai karakteristik yang 
sama satu dengan yg lain, artinya mulai dari pre-, syn- dan post-rift serta sag 
phase?

Herry

Awang Satyana wrote:
Wah saya tak bilang syn-rift tak bisa marin. Coba deh diperjelas dulu definisi 
syn-rft yang jadi diskusi ini, sebab syn rift itu tak hanya syn-rift as a 
whole, ia juga punya banyak stages-nya seperti peri-graben, inferior, dst 
sampai ke late syn-rift yang memang marin menjelang post-rift dan sagging. 

Saya hanya menyoroti bahwa itu non-marine untuk early stages of syn-rift. Saya 
pikir Christ Morley banyak menganalogikan soal syn-rift nya dari beberapa 
penelitian lapangannya di East African Rift System. Coba cek di AAPG Bull.

Dan, jangan lupa mengaitkannya ke sejarah termal mantel di bawahnya, sebab 
rifting hanya ekspresi di crust, ada domain termal yang mengendalikannya di 
bawah sana.

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
Marine syn-rift why not ?

Hydrocarbons in rift basins: the role of stratigraphy By Joseph J.
Lambiase and Christopher K. Morley yg diterbitkan Royal Society.
Menyebutkan ada kemungkinan juga bahwa syn-rift terisi oleh marine
sedimen.
Namun dalam jumlah minyak yg dihasilkan oleh source rock synrift
sesuai statistic yg dibuat oleh Morley, (1999), hanya 1 % yg berupa
simple syn-rift marine, 1% untuk marine synrift and pasive margin,
namun 53% untuk marine synrift and sag.

=== quote

The distribution of the reserves is skewed very heavily towards rifts
that have a sag basin associated with them; ca. 88% of all the
reserves, or 1:79  1011 barrels, occur in rifts with sag basins
(figure 13). Marine syn-rift and sag basins account for approximately
1:06  1011 barrels, or 53% of the total, while 4:8  1010 barrels, or
24%, occur in non-marine syn-rift and sag basins and 13% (2:5  1010
barrels) in non-marine syn-rift and marine sag basins. Surprisingly,
marine simple rifts account for only 1% or 2  109 barrels.

== end quote

Pasti deh kepingin papernya :)
aku cuplik abstractnya saja ya dibawah sana ...

RDP
==
Hydrocarbons in rift basins: the role of stratigraphy

J. J. Lambiase, C. K. Morley

Abstract:

Hydrocarbon occurrence and distribution in rift basins is largely a
product of the stratigraphic succession in the syn- and post-rift
phases of basin evolution. Most of the known reserves of recoverable
hydrocarbons occur in rifts with post-rift sag basins and in those
basins that are dominated by marine fill. Simple rifts and passive
margins are significantly less prolific. Key factors are the style of
post-rift tectonics and whether the basin fill is dominated by
non-marine or marine strata. Tectonically derived topography is the
prime control on both sedimentary processes and facies distribution,
which results in a consistent geographical and stratigraphic
distribution of hydrocarbon source rocks, reservoirs and seals in
syn-rift successions. Potential reservoirs are abundant throughout the
syn- and post-rift successions and include a wide variety of sandstone
and, less commonly, carbonates. Source rocks occur less frequently and
are restricted to specific stratigraphic horizons; their presence or
absence is one of the limiting factors in hydrocarbon distribution.
Good seals tend to be uncommon in continental syn-rift successions and
their absence often prevents the formation of hydrocarbon
accumulations. Seals are more common in post-rift successions and
widespread in marine syn-rift successions. The reserve distribution is
largely controlled by seal distribution, which is best in sag-basin
successions and in basins filled with marine strata. A strategy for
the efficient exploration of rift basins can be derived from post-rift
basin geometry

RE: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-23 Terurut Topik Awang Satyana
Apa yang mau jadi endapan marin di Kutei syn-rift ? Tetap saja sekuennya sama 
dengan cekungan2 lain di sekeliling Sundaland yang syn-riftnya (early) 
dicirikan oleh endapan nonmarin atau shallow-deep lacustrine.
   
  Di Natuna pun tak ada bukti marine synrift, di situ berkembang shallow-deep 
lacustrine seperti juga di Central Sumatra Basin dan Asri/Sunda 
(Pematang-Banuwati). Oil geochemistry dengan kuat menunjukkan oil asal 
lakustrin yang diendapkan di synrift Belut/Keras/Lama.
   
  Upper Kutei Basin di wilayah Semayang, Ritan dan Maruwai punya sedimen 
syn-rift yang nonmarin : Kiham Haloq yang konglomeratik. Naik ke lebih muda, 
ada Batu Ayau dan Batu Kelau atau mungkin Mangkupa yang merupakan sedimen late 
syn-rift dan mungkin marin sebab didominasi serpih. Yang full marine ada 
Kedango-Sekerat limestone, tetapi itu banyaknya sudah merupakan endapan 
post-rift dan sagging.

  Maka di Indonesia (Barat) tetap early syn-rift nonmarin dan late syn-rift 
sebagian marin.
   
  salam,
  awang
Rudhy Tarigan [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
Pak Koesoema Yth,...

Kalau di Kutai basin gimana pak,apakah mungkin terbentuk Marine Syn-rift 
juga ??
Mengingat di Selat Makassar itu juga ternyata nggak pernah terjadi Spreading 
Centre ( Paper Robert Hall et al, IPA Proc. 2005 ) Hanya terjadi Continental 
Crust thinning saja dari kenampakan seismic nya ( E-W )..atau paling tidak akan 
terbentuk submarine seabed didaerah Deep Water nya ?
Apakah pada saat dia Foreland basin atau pada saat Passive margin terbentuknya 
Marine Syn-rift itu ? Bagaimana menurut pendapat bapak ? Terimakasih atas 
infonya.

Salam,

Rudhy Tarigan

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 23, 2006 9:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


Ikut nimbrung. Marine synrift memang ada, tetapi tetap berada di continental
crust. North Sea itu berada di atas continental crust, juga seperti di
Natuna
Tetapi kalau berada di oceanic crust belum pernah dengar, biasanya langsung
jadi terjadi spreading center.
Jadi harus dibedakan antara oceanic crust dengan submarine seabed, yang bisa
juga berada di atas continental crust.

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: Minarwan ; 
Sent: Thursday, February 23, 2006 7:06 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


 Ini salah satu diskusi dengan Minarwan, geologist yg calon doktor di
 Ustrali.


 On 2/23/06, Minarwan wrote:
 Marine syn-rift yang dibicarakan Joe sama Chris memang marine synrift
 mulai dari early sampe late syn-rift Mas. Itu ada di halaman 891 dan
 892. Contoh marine syn-rift source rock ada di North Sea dan Sirte
 Basin. Kalo dari North Sea Basin, source rock utamanya adalah Late
 Jurassic Kimmeridge Clay cuman aku gak ingat pengendapannya di setting
 apa. Mungkin juga source rock lain bisa juga.

 Uniknya Mas, John Underhill bilang North Sea itu udah pernah rifting
 pada periode Permian dan Triassic, lalu sejak Early Jurassic menjadi
 post-rist (thermal subsidence), kemudian ada doming sejak latest Early
 Jurassic sampe ke Middle Jurassic, lalu domenya kolaps, ekstensi terjadi
 lagi di Late Jurassic (Kimmeridge Clay diendapkan) sampe earliest
 Cretaceous.

 Cerita multiple rifting ini mirip dengan yang di Otway basin selatannya
 Victoria yah. Rifting pertama di kontinen, extensi kedua di marginal
 marine.

 Di situ ada papernya kok Mas, kalo Mas Vicky mau memburu marine synrift
 source rock ini.

 min



 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
 (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
 Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
 [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
 -




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)

Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-24 Terurut Topik Awang Satyana
Ini kutipan dari John Allen dan Phillip Allen (1990) penulis buku Basin 
Analysis : Principles and Applications, yang banyak digunakan secara luas dan 
jadi rujukan dalam kursus2 Basin Analysis,  tentang syn-rift (page 234).
   
  The nature of the sedimentary fills of a rift basin depends on its climatic 
zone, uplift pattern of the rift shoulders or arches acting as sediment sources 
or barriers, subsidence rate of central rift valleys determining alluvial base 
levels and lake water depths, and tectonic evolution of linked extensional 
fault systems.
   
  The broad features of the initial deposits of rifts are that they are 
predominantly non-marine, comprising arkosic, commonly volcaniclastic 
fluviatile deposits, lacustrine (fresh-water or evaporitic) and aeolian 
deposits. These sediment types typify syn-rift sequences and can be very 
extensive.
   
  Fault-controlled subsidence commonly outpaces sedimentation at later stages 
of rift development encouraging marine incursions. Shallow marine sediments may 
be overlain by deeper marine sediments as the rift evolves towards a site of 
sea floor spreading.

  Dan, saya pikir kita semua tahu bahwa apa yang mereka kemukakan itu merupakan 
ciri utama synrift sequence di cekungan2 Indonesia (Barat).
   
  salam,
  awang
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ini salah satu diskusi dengan Minarwan, geologist yg calon doktor di Ustrali.


On 2/23/06, Minarwan wrote:
 Marine syn-rift yang dibicarakan Joe sama Chris memang marine synrift
 mulai dari early sampe late syn-rift Mas. Itu ada di halaman 891 dan
 892. Contoh marine syn-rift source rock ada di North Sea dan Sirte
 Basin. Kalo dari North Sea Basin, source rock utamanya adalah Late
 Jurassic Kimmeridge Clay cuman aku gak ingat pengendapannya di setting
 apa. Mungkin juga source rock lain bisa juga.

 Uniknya Mas, John Underhill bilang North Sea itu udah pernah rifting
 pada periode Permian dan Triassic, lalu sejak Early Jurassic menjadi
 post-rist (thermal subsidence), kemudian ada doming sejak latest Early
 Jurassic sampe ke Middle Jurassic, lalu domenya kolaps, ekstensi terjadi
 lagi di Late Jurassic (Kimmeridge Clay diendapkan) sampe earliest
 Cretaceous.

 Cerita multiple rifting ini mirip dengan yang di Otway basin selatannya
 Victoria yah. Rifting pertama di kontinen, extensi kedua di marginal marine.

 Di situ ada papernya kok Mas, kalo Mas Vicky mau memburu marine synrift
 source rock ini.

 min



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

RE: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Ya, waktu itu kebetulan saya yang menanyakan kepada mahasiswa bimbingannya di 
forum IPA (Sinchia Dewi - Unocal/Chevron) sebab interpretasinya berbeda dengan 
publikasi Steve Moss (yang juga anggota SE Research Group - Robert Hall) di 
AAPG Bali 2000 yang mengatakan bahwa oceanic crust muncul di bawah North 
Makassar; sementara menurut publikasi Sinchia dan Nuraini (Eni -University of 
London) hanya attenuated continental crust di bawah North Makassar Strait itu.
   
  Saya menanyakan, apa sebenarnya pendapat resmi SE Research Group tentang 
kerak di bawah North Makassar itu. Dijawab langsung oleh Robert Hall yang juga 
ada di ruangan itu bahwa suatu interpretasi bisa berubah dengan bertambahnya 
data.
   
  Data dan analisis apa yang bertambah ? Setahu saya produk analisis SE 
Research Group untuk masalah basement Makassar Strait yang lengkap ada di 
publikasi Moss (2000) itu, juga Sardjono -P3G (AAPG Bali 2000) yang menggunakan 
modeling gayaberat untuk mendekati masalah ini. Publikasi Sinchia (2005) itu 
lebih menyoroti masalah kontras structural style antara utara dan selatan 
offshore di depan Lariang Basin, West Sulawesi. Mungkin Nuraini bisa kontribusi 
yang lebih lengkap ?
   
  Tetapi, studi terbaru tidak dipublikasi Unocal berdasarkan modeling dan 
analisis data gayaberat regional, cukup meyakinkan bahwa tak ada kerak oseanik 
di bawah North Makassar Strait.
   
  salam, 
  awang

Iman Argakoesoemah [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
Kalau tidak salah dengar, berdasarkan interpretasi seismik, Robert Hall pada 
IPA tahun lalu mengatakan bahwa di Makasar Strait tidak terjadi oceanic 
spreading.

Thanks. Iman

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, February 25, 2006 12:53 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda.
Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang
biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin
contoh adalah Makassar Strait
Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional,
tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk
graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan
NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus
pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan
roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang
menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk
rift-grabens yang bersifat transtensional.
Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center,
lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya.
Makanya secara definisi istilah grabens ini bukan rift dalam pengertian
aselinya.
RPK
- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: 
Cc: Minarwan ; 
Sent: Friday, February 24, 2006 3:26 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


 Pak Awang,
 Barangkali yg disebut rift (rift definition) ini yg tidak sama antara
 Lambiase dan Morley dengan geologist lainnya. Tapi saya kira rift di
 Sunda margin bukan seperti rift yg di cratonic yg kalau berlanjut
 sempurna akan menjadi seafloor spreading.
 Dibawah rift2 di Sunda Craton ini tidak ada indikasi thermal yg kalau
 berlanjut menjadi spreading. Sepertinya Sunda Craton Margin ini
 diakibatkan oleh Subduction Roll Back sehingga kalau kita gambarkan
 bisa ada yg berupa cratonic interior rift dan cratonic edge rift
 (versi Longley), dan kalau craton edge rift ini berada pada daerah
 marine apakah tidak mungkin ?

 RDP

 On 2/24/06, Awang Satyana wrote:
 Ini kutipan dari John Allen dan Phillip Allen (1990) penulis buku Basin
 Analysis : Principles and Applications, yang banyak digunakan secara
 luas dan jadi rujukan dalam kursus2 Basin Analysis, tentang syn-rift
 (page 234).

 The nature of the sedimentary fills of a rift basin depends on its
 climatic zone, uplift pattern of the rift shoulders or arches acting as
 sediment sources or barriers, subsidence rate of central rift valleys
 determining alluvial base levels and lake water depths, and tectonic
 evolution of linked extensional fault systems.

 The broad features of the initial deposits of rifts are that they are
 predominantly non-marine, comprising arkosic, commonly volcaniclastic
 fluviatile deposits, lacustrine (fresh-water or evaporitic) and aeolian
 deposits. These sediment types typify syn-rift sequences and can be very
 extensive.

 Fault-controlled subsidence commonly outpaces sedimentation at later
 stages of rift development encouraging marine incursions. Shallow marine
 sediments may be overlain by deeper marine sediments as the rift evolves
 towards a site of sea floor spreading.

 Dan, saya pikir kita semua tahu bahwa apa yang mereka kemukakan itu
 merupakan ciri utama synrift sequence di cekungan2 Indonesia (Barat).

 salam,
 awang
 Rovicky Dwi Putrohari wrote

Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema,
   
  Mungkin yang dimaksud dengan intrusion tectonics adalah extrusion tectonics 
?(Tapponier, Peltzer, Le Dain, Armijo, Cobbold, 1982, Propagating extrusion 
tectonics in Asia, new insights from simple experiments with plasticene, 
Geology 10, p. 611-616).
   
  Tetapi, extrusion tectonics akan terjadi bersamaan dengan gerak roll-back di 
back-arc basin akibat perlambatan subduction. Ada collision India vs Eurasia di 
50 Ma, collision akan memperlambat subduction (halted), halted subduction akan 
menyebabkan roll-back, dan collision juga akan menyebabkan megashears yang 
memencar keluar dari pusat collision, megashears manifestasinya transtension 
yang sekaligus bisa membuka cekungan baik oleh mekanisme pull-apart maupun 
splay-nya yang extension.
   
  Jadi, saya pikir, inisiasi basin2 di Sundaland itu oleh kombinasi berbagai 
gaya, ya rollback, ya transtension-extrusion. Khusus East Java Basin, rifts 
yang NE-SW nya (Central Deep dkk.) akan sejajar dengan subduction yang saat itu 
tengah swing menuju NE dari Late Cretaceous ke Paleogen, jadi saya pikir wajar 
saja kalau itu dibentuk oleh gerak roll-back. Juga, kelihatannya ia berhubungan 
dengan gerak rifting pemisahan Sulawesi dari Kalimantan. 

  salam,
  awang
  
R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda.
Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang 
biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin 
contoh adalah Makassar Strait
Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional, 
tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk 
graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan 
NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus 
pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan 
roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang 
menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk 
rift-grabens yang bersifat transtensional.
Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center, 
lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya.
Makanya secara definisi istilah grabens ini bukan rift dalam pengertian 
aselinya.
RPK


-
Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!

Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina 
ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu 
(baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. 
Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan 
oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang 
diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, 
cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian.
   
  Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk 
menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. 
Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara 
Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB 
Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima 
keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, 
maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya 
buntu.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Koreksi:
Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari
Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an

Salam
Andang Bachtiar
Exploration Think Tank Indonesia

On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 FYI
 Bagi rekan-rekan domisili di Jakarta yg tertarik tentang Operatorship
 Cepu Block yg kontroversial dan lama berlarut-larut itu. Silahkan
 menyimak di Trijaya FM Radio pada hari Senin 27 February 2006.

 Acara Talk Show ini direncanakan akan dihadiri oleh
 - Kardaya - BPMIGAS chairman
 - J Pane - Pertamina
 - Ramson - DPR

 Smoga anda dapat berpartisipasi, dan menyebarkan hasil talkshow
 tersebut ke rekan-rekan diluar Jakarta yg tidak sempat mendengarkan
 acara talkshow ini

 Salam

 RDP
 yg tidak bisa mendengarkan Trijaya FM
 --

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
Yahoo! Mail
Bring photos to life! New PhotoMail  makes sharing a breeze. 

Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Paleogene rift (syn-rift) Bengkulu Basin baik yang di Kedurang maupun Pagar 
Jati graben belum pernah tertembus sumur. Semua sumur yang ada di sini (a.l. 
Bengkulu A-1, Bengkulu A-2, Arwana) punya TD di sekuen post-rift dan sagging 
Oligo-Miocene. Di TD sumur2 itu litologinya serpih post rift bersama beberapa 
seams coal.
   
  Pemelajaran dari seismik dan singkapan seumur di onshore Bengkulu menunjukkan 
bahwa sekuen stratigrafi Bengkulu sama dengan Sumatra Selatan. Jadi syn-riftnya 
diisi ekivalen Lahat non-marine, lalu Talang Akar fluvio-deltaik (Fm. Hulu 
Simpang di onshore Bengkulu), kemudian post-rift dan sagging-nya diisi ekivalen 
Gumai shales (ini TD sumur2 tadi) (Fm. Seblat kalau di onshore Bengkulu), lalu 
Muara Enim (Lemau), dan Eburna carbonates (Pliosen, Simpang Aus kalau di 
onshore Bengkulu).
   
  Kemudian, berbeda dengan umumnya forearc basins yang terkenal dengan cool 
basin-nya, di Bengkulu malah punya GG 45-50 deg C/1000 meter, jelas ini panas, 
sehingga shales dan coal post-rift ekivalen Gumai matang. 
   
  Karena persamaan stratigrafi dan GG-nya yang panas, Bengkulu Basin dianggap 
masih bagian dari South Sumatra Basin basinal areas.
   
  Marine-synrift malah mungkin ada di Mentawai Basin (kalau ia syn-rift), di 
Bose Graben, di situ awal stratigrafinya bukan nonmarin seperti cekungan2 
Sumatra lainnya, tetapi justru serpih Formasi Sipora dan ada reef juga berumur 
sekitar Eosen Tengah. Tapi ini belum ditembus sumur.
   
  Umumnya fore-arc basins di Sumatra ia lebih marin di Neogen daripada 
tetangganya di back-arc basins; tetapi yang syn-riftnya lebih banyak mirip2 
back-arc basins yang non-marin.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Bagi yg penasaran dengan marine rift basin sedimentation and
architecture. Silahkan simak paper di AAPG Bulletin, V. 82, No. 1
(January 1998), P. 110–146. berjudul :Architecture of Marine
Rift-Basin Successions by : R. Ravnås and R. J. Steel.

Dalam gambar dua disitu digambarkan perkembangan sebuah series rift
basin yg di bagian dalam (interior) hingga yg kondisi marine
(submerged). Barangkali dengan gambar2 ini bisa membuat spekulasi
bahwa present day fore arc basin di selatan jawa dan barat sumatra
berisi marine synrift. Ada yg tahu geology of Bengkulu basin fill ?

RDP


On 2/27/06, Awang Satyana wrote:
 Pak Koesoema,

 Mungkin yang dimaksud dengan intrusion tectonics adalah extrusion tectonics 
 ?(Tapponier, Peltzer, Le Dain, Armijo, Cobbold, 1982, Propagating extrusion 
 tectonics in Asia, new insights from simple experiments with plasticene, 
 Geology 10, p. 611-616).

 Tetapi, extrusion tectonics akan terjadi bersamaan dengan gerak roll-back di 
 back-arc basin akibat perlambatan subduction. Ada collision India vs Eurasia 
 di 50 Ma, collision akan memperlambat subduction (halted), halted subduction 
 akan menyebabkan roll-back, dan collision juga akan menyebabkan megashears 
 yang memencar keluar dari pusat collision, megashears manifestasinya 
 transtension yang sekaligus bisa membuka cekungan baik oleh mekanisme 
 pull-apart maupun splay-nya yang extension.

 Jadi, saya pikir, inisiasi basin2 di Sundaland itu oleh kombinasi berbagai 
 gaya, ya rollback, ya transtension-extrusion. Khusus East Java Basin, rifts 
 yang NE-SW nya (Central Deep dkk.) akan sejajar dengan subduction yang saat 
 itu tengah swing menuju NE dari Late Cretaceous ke Paleogen, jadi saya pikir 
 wajar saja kalau itu dibentuk oleh gerak roll-back. Juga, kelihatannya ia 
 berhubungan dengan gerak rifting pemisahan Sulawesi dari Kalimantan.

 salam,
 awang

 R.P. Koesoemadinata wrote:
 Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda.
 Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension yang
 biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya mungkin
 contoh adalah Makassar Strait
 Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional,
 tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk
 graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan
 NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus
 pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila disebabkan
 roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang
 menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk
 rift-grabens yang bersifat transtensional.
 Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading center,
 lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya.
 Makanya secara definisi istilah grabens ini bukan rift dalam pengertian
 aselinya.
 RPK


 -
 Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!



--
Peliknya arus BBM di Indonesia
... baru yg baru saja masuk Indonesia (Shell, Petronas dll) menarik
utk dilihat. Banyak yg memiliki kepentingan dengan BBM ini. Masyarakat
tentunya ingin agar BBM itu murah ... seterusnya di
http

Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur eksplorasi 
yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur yang sama bisa 
4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya kecil saja dari 
keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas produksi ? Pasti 
akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost recovery yang melangit 
kalau Exxon menang. 
   
  Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? 
Pasti akan ada partnership yang tidak sehat.
   
  salam,
  awang

Ariadi Subandrio [EMAIL PROTECTED] wrote:
  1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun.
2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola 
dalam JO.

Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon.
Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU. 

Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal dengan 
menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG  TEKNOLOGI 
dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. Jadi kurang 
lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum patut mengelola 
CEPU.


lam-salam,
ar-.


Awang Satyana wrote:
Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina 
ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu 
(baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. 
Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan 
oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang 
diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, 
cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian.

Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk 
menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. 
Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara 
Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB 
Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima 
keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, 
maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya 
buntu.

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
Koreksi:
Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari
Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an

Salam
Andang Bachtiar
Exploration Think Tank Indonesia

On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 FYI
 Bagi rekan-rekan domisili di Jakarta yg tertarik tentang Operatorship
 Cepu Block yg kontroversial dan lama berlarut-larut itu. Silahkan
 menyimak di Trijaya FM Radio pada hari Senin 27 February 2006.

 Acara Talk Show ini direncanakan akan dihadiri oleh
 - Kardaya - BPMIGAS chairman
 - J Pane - Pertamina
 - Ramson - DPR

 Smoga anda dapat berpartisipasi, dan menyebarkan hasil talkshow
 tersebut ke rekan-rekan diluar Jakarta yg tidak sempat mendengarkan
 acara talkshow ini

 Salam

 RDP
 yg tidak bisa mendengarkan Trijaya FM
 --

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
Yahoo! Mail
Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. 


-
Yahoo! Mail
Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. 


-
Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!

RE: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Exxon standard worldwide diberlakukan. Contoh kasus AFE Banyu Urip. Exxon 
mengajukan untuk membangun airport kecil di Cepu buat mobilitas kru rig mereka 
dari Surabaya menggunakan pesawat. Alasannya jalan raya Cepu-Bojonegoro rawan 
kecelakaan lalu lintas. Safety is first membuat semuanya terasa berlebihan. 
Masih banyak contoh lainnya.
   
  Saat ExxonMobil mengajukan 15 juta USD untuk sumur Banyu Urip, kami 
(Pertamina MPS saat itu) lakukan diskusi2 alot beberapa kali sampai bisa 
dipotong ke 7 juta USD (termasuk penolakan pembuatan airstrip di Cepu itu). 
Saat dicek ke sumur, setengah kru rig ex-pat, nah bagaimana tak biaya tinggi ?
   
  salam,
  awang

Iman Argakoesoemah [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
Apa kira-kira yang mnyebabkan biaya/sumur sampai begitu besar bedanya ?

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 27, 2006 10:35 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27
Jam 07:00-09:00


Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur eksplorasi 
yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur yang sama bisa 
4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya kecil saja dari 
keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas produksi ? Pasti 
akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost recovery yang melangit 
kalau Exxon menang.

Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? 
Pasti akan ada partnership yang tidak sehat.

salam,
awang

Ariadi Subandrio wrote:
1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun.
2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola 
dalam JO.

Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon.
Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU.

Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal dengan 
menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG  TEKNOLOGI 
dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. Jadi kurang 
lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum patut mengelola 
CEPU.


lam-salam,
ar-.


Awang Satyana wrote:
Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina 
ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu 
(baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. 
Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan 
oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang 
diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan anggaran, 
cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian.

Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk 
menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika sana. 
Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) antara 
Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah JOB 
Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima 
keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, 
maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya 
buntu.

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
Koreksi:
Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari
Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an

Salam
Andang Bachtiar
Exploration Think Tank Indonesia

On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 FYI
 Bagi rekan-rekan domisili di Jakarta yg tertarik tentang Operatorship
 Cepu Block yg kontroversial dan lama berlarut-larut itu. Silahkan
 menyimak di Trijaya FM Radio pada hari Senin 27 February 2006.

 Acara Talk Show ini direncanakan akan dihadiri oleh
 - Kardaya - BPMIGAS chairman
 - J Pane - Pertamina
 - Ramson - DPR

 Smoga anda dapat berpartisipasi, dan menyebarkan hasil talkshow
 tersebut ke rekan-rekan diluar Jakarta yg tidak sempat mendengarkan
 acara talkshow ini

 Salam

 RDP
 yg tidak bisa mendengarkan Trijaya FM
 --

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id

Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00

2006-02-26 Terurut Topik Awang Satyana
Soal SDM belum ada aturan ketat. Kalau yang masih dalam pengawasan BPMIGAS 
masih bisa dibatasi pemakaian ex-pat2 (company man) di sumur; tetapi ex-pat2 
dari service companies yang ada di sumur (dan itu porsi terbanyak di Banyu Urip 
itu) di luar pengawasan langsung BPMIGAS.
   
  Untuk grade casing misalnya, belum ada aturan harus memakai grade sekian 
(supaya jangan berlebihan karena akan menaikkan anggaran). Berapa biaya harian 
maksimum wellsite geologist ex-pat, drilling supervisor, berapa banyak yang 
boleh diizinkan, dll. mestinya ada aturannya, sehingga saat negosiasi harga itu 
(yang selalu alot) kita tinggal menunjukkan surat2 keputusan saja. Belum ada.
   
  Memang ini menjadi tugas BPMIGAS dan saya dengar telah dikaji oleh fungsi2 
terkait (Divisi Operasi Lapangan, Divisi Eksternal, dll) bekerja sama dengan 
lembaga independen seperti surveyor dll. 
   
  Tetapi, hari gini, biaya sumur dan survey seismik memang melambung mengerikan 
...! Maka aturan2 harus juga fleksibel mengantisipasinya.
   
  salam,
  awang

Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote:
  kalau di aturan tim sepakbola, biasanya dibatasi cuma boleh pakai
berapa orang saja import dan selebihnya harus pemain lokal. apa di
dunia migas tidak bisa seperti ini, supaya tidak terlalu banyak
londo-nya? atau memang aturannya tidak ada?

tnx

On 2/27/06, Awang Satyana wrote:
 Exxon standard worldwide diberlakukan. Contoh kasus AFE Banyu Urip. Exxon 
 mengajukan untuk membangun airport kecil di Cepu buat mobilitas kru rig 
 mereka dari Surabaya menggunakan pesawat. Alasannya jalan raya 
 Cepu-Bojonegoro rawan kecelakaan lalu lintas. Safety is first membuat 
 semuanya terasa berlebihan. Masih banyak contoh lainnya.

 Saat ExxonMobil mengajukan 15 juta USD untuk sumur Banyu Urip, kami 
 (Pertamina MPS saat itu) lakukan diskusi2 alot beberapa kali sampai bisa 
 dipotong ke 7 juta USD (termasuk penolakan pembuatan airstrip di Cepu itu). 
 Saat dicek ke sumur, setengah kru rig ex-pat, nah bagaimana tak biaya tinggi ?

 salam,
 awang

 Iman Argakoesoemah wrote:

 Apa kira-kira yang mnyebabkan biaya/sumur sampai begitu besar bedanya ?

 -Original Message-
 From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 27, 2006 10:35 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27
 Jam 07:00-09:00


 Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur 
 eksplorasi yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur 
 yang sama bisa 4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya 
 kecil saja dari keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk fasilitas 
 produksi ? Pasti akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan cost 
 recovery yang melangit kalau Exxon menang.

 Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon ? 
 Pasti akan ada partnership yang tidak sehat.

 salam,
 awang

 Ariadi Subandrio wrote:
 1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun.
 2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship, dikelola 
 dalam JO.

 Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon.
 Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU.

 Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal 
 dengan menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG  
 TEKNOLOGI dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak negeri. 
 Jadi kurang lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia belum 
 patut mengelola CEPU.


 lam-salam,
 ar-.


 Awang Satyana wrote:
 Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan Pertamina 
 ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi dari Cepu 
 (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun tangan. 
 Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang diajukan 
 oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB yang 
 diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan 
 anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian.

 Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk 
 menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di Amerika 
 sana. Kasus penentuan operator unitisasi Sukowati (tetangganya Banyu Urip) 
 antara Exxon dan JOB Pertamina-PetroChina; yang ditunjuk Pemerintah adalah 
 JOB Pertamina-PetroChina, menjadi berlarut-larut akibat Exxon tak menerima 
 keputusan itu. Dan, Banyu Urip punya cadangan jauh lebih besar dari Sukowati, 
 maka wajar saja Exxon dan Pertamina berusaha sekeras mungkin sampai akibatnya 
 buntu.

 salam,
 awang

 Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 Koreksi:
 Salah satu pembicaranya bukan J.Pane - Pertamina tapi Zuhdi Pane dari
 Petrominer. Beliau adalah mantan Kepala BPPKA Pertamina pertengahan 90-an

 Salam
 Andang Bachtiar
 Exploration Think Tank Indonesia

 On 2/26/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote

RE: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin

2006-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Hanya abstract Abah, bahan presentasi lengkap ada di Pak Eddy Subroto 
(kelihatannya tak ada full paper, mungkin hanya extended abstract).
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
   Studi lengkap tidak dipublikasikan Abah, tetapi paper2-nya telah
 dipublikasikan di beberapa forum internasional. Yang biogenic gas pernah
 dipublikasikan di AAAPG (Asia-African Association of Petroleum
 Geochemists) di Beijing tahun 2004, yang Potensi Hidrokarbon Jateng
 Selatan dan Utara rencananya akan dipublikasikan di AAPG Perth 2006 ini.


Awang ysh

Apakah Anda memiliki copy publikasi diatas ?
Kalau boleh , saya ingiiin sekali baca.
Thanks

Si- Abah.



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!

Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema,
   
  Mengulas kembali penelitian Nafrizal Sikumbang (1986) tentang Meratus dan 
studi non-publikasi Trend Energy Kalimantan (1988, dipublikasi di IPA oleh 
Kusuma dan Darin, 1989) kelihatannya rift/graben WNW-ESE di Barito lebih karena 
extension fracture oblique subduction sinistral di pinggir SE Kalimantan. Di 
sini sebagian kerak oseanik dari ujung barat Paternoster yang kontinen menyusup 
di bawah Schwaner secara oblik, sisanya obducted (Meratus Range). Alino Arc dan 
Paniungan beds adalah bukti akresi di tepi SE Sundaland ini. Relik oblique 
subduction ini menerus ke SW sampai ke Muriah bahkan ke Kebumen.
   
  Kalau melihat frekuensi plotting umur K-Ar batuan2 magmatik dan volkanik di 
Jawa kelihatannya volcanism di Jawa interrupted juga, hanya memang menerus 
tetapi sebatas background volcanism. Peak-nya terputus2, misalnya yang peak 
adalah saat Oligo-Miosen, Miosen Akhir-Pliosen, dan Kuarter. Saat peak, ia 
membentuk arc. Saat sekedar background ia tak membentuk arc - termasuk yang 
Eosen.
   
  Penenggelaman Randublatung mungkin ciri rollback, tetapi saya lebih melihat 
ia suatu triangle zone yang dipaksa turun oleh thrust sheet yang sangat tebal 
yang membebaninya dari dua arah vergency thrust yang berlawanan : Kendeng Zone 
yang northward verging dan Rembang Zone yang southward verging, Randublatung di 
sisi downblock kedua zone deformasi ini, dan ia dibebani volkaniklastik yang 
sangat tebal.
   
  salam,
  awang

R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Terima kasih atas koreksinya mengenai extrusion. Tetapi saya tetap 
berpendapat bahwa tidak ada roll-back di back-arc basin, bahkan pada zaman 
Paleogene (kecuali di Paleocene, Kikim tuffs) tidak ada subduction sepanjang 
Sumatra, tetapi lebih bersifat transduction atau transform. Subduction baru 
muncul pertengahan Miocene, dengan munculnya Proto-Barisan. Di Jawa 
subduction telah berlangsung sejak Awal Tersier dengan interupsi, mengingat 
volcanism berlangsung terus sampai sekarang. Arah NNE-SSW di East Java basin 
tidak bisa diterangkan dengan roll-back, tetapi karena stretching karena 
rotasi East Sunda microcontinent yang menekan Meratus range, sehingga 
membentuk WNW-ESE rifting di Barito basin, dan merenggangkan kerak kontien 
di NE Java basin, sehingga terjadi penipisan kerak benua yang disebabkan 
NW-SE rifting. Titik pusat rotasi terdapat di ujung selatan dari Peg 
Meratus. Roll-back boleh jadi terjadi sekarang ini dengan adanya zona 
anomali gravitasi di Randublatung zone yang dapat merupakan awal daripada 
back-arc spreading.

- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: ; 
Sent: Monday, February 27, 2006 8:48 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


 Pak Koesoema,

 Mungkin yang dimaksud dengan intrusion tectonics adalah extrusion 
 tectonics ?(Tapponier, Peltzer, Le Dain, Armijo, Cobbold, 1982, 
 Propagating extrusion tectonics in Asia, new insights from simple 
 experiments with plasticene, Geology 10, p. 611-616).

 Tetapi, extrusion tectonics akan terjadi bersamaan dengan gerak roll-back 
 di back-arc basin akibat perlambatan subduction. Ada collision India vs 
 Eurasia di 50 Ma, collision akan memperlambat subduction (halted), halted 
 subduction akan menyebabkan roll-back, dan collision juga akan menyebabkan 
 megashears yang memencar keluar dari pusat collision, megashears 
 manifestasinya transtension yang sekaligus bisa membuka cekungan baik oleh 
 mekanisme pull-apart maupun splay-nya yang extension.

 Jadi, saya pikir, inisiasi basin2 di Sundaland itu oleh kombinasi 
 berbagai gaya, ya rollback, ya transtension-extrusion. Khusus East Java 
 Basin, rifts yang NE-SW nya (Central Deep dkk.) akan sejajar dengan 
 subduction yang saat itu tengah swing menuju NE dari Late Cretaceous ke 
 Paleogen, jadi saya pikir wajar saja kalau itu dibentuk oleh gerak 
 roll-back. Juga, kelihatannya ia berhubungan dengan gerak rifting 
 pemisahan Sulawesi dari Kalimantan.

 salam,
 awang

 R.P. Koesoemadinata wrote:
 Memang istilah rift mempunyai pengertian berbeda-beda.
 Pengertian aselinya adalah untuk grabens yang terbentuk oleh extension 
 yang
 biasanya berkembang jadi oceanic opening dengan spreading center-nya 
 mungkin
 contoh adalah Makassar Strait
 Tetapi di Sundaland rifting ini sebenarnya lebih bersifat transtensional,
 tidak ada tanda roll back. Kalau kita perhatikan patahan yang membentuk
 graben dan half-graben di Sumatra dan Jawa berarahkan utara-selatan dan
 NW-SE di barat, dan NE-SW di bagian timur, sama sekali tidak tegak lurus
 pada jalur subduction, atau sejajar dengan jalur subduction bila 
 disebabkan
 roll-back. Saya lebih setuju dengan teori intrusion tectonics yang
 menyebabkan megashear, sehingga terjadi arah-arah patahan yang membentuk
 rift-grabens yang bersifat transtensional.
 Jadi rifting di Sunda craton tidak akan berkembang menjadi spreading 
 center,
 lain dengan di Kutei Basin pada Paleogene dengan Makasar Basinnya.
 Makanya secara definisi istilah grabens ini

Re: [iagi-net-l] Batuan di Uluwatu?? (Pak Awang)

2006-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Eddy,
   
  Terima kasih atas infonya, muda sekali ya gamping Uluwatu itu kalau menurut 
publikasi tersebut; secara regional tak menyambung dengan gamping2 Miosen di 
Jawa Selatan, melihat lingkungan tektoniknya yang lebih kurang sama antara 
Jawa-Bali pada saat itu ?
   
  Breksi volkanik yang saya lihat dan sampel ada di kompleks Uluwatu, setelah 
pintu masuk, berjalan terus ke kiri melewati pelataran tempat orang sembahyang, 
masih melewati titik tertingginya tempat biasa orang berfoto2 karena 
pemandangan ke bawah sangat spektakular tempat gamping digempur ombak Lautan 
Hindia, terus jalan semakin menyempit dan semak2 kelihatannya jarang dipotong. 
Dari situ keluar dari jalan, sedikit turun, di tebing agak curam, di situ 
tersingkapnya. Kondisi singkapan tak terlalu bagus, melapuk dan banyak tertutup 
vegetasi.
   
  Saya ke sana Desember 2004, kebetulan tepat hari2 tsunami membanjiri Aceh, 
sampel hanya dari rontokan saja. Saya tak mempelajarinya lebih jauh, hanya 
sekedar kebetulan ada singkapan, ya lihat2 dulu dan cari2 sampel rontokannya 
(siapa tahu kelak berguna) - maklum geologist, walaupun tujuan utamanya piknik 
saja.
   
  salam,
  awang

I Gusti Bagus Eddy Sucipta [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang dan Pak Zaim,

Dari peta Geologi Bali (Purbo-Hadiwidjojo, 1971) serta Kadar (1977), 
batugamping di Uluwatu itu sekitar Pliocene-Pleistocene dan merupakan 
batuan tertua yang tersingkap di Bali dan disebut sebagai Formasi 
Selatan dan Sorga.
Formasi Ulakan yang saya sebut tersebut relatif diatas batugamping.

Nah kalau Pak Awang nyampel batuan breksi volkanik itu tepat dibawah 
batugamping Uluwatu...berarti ada singkapan breksi volkanik yang relatif 
lebih tua.
Alternatif lain...bisa juga batugamping Uluwatu serta breksi volkanik 
Pak Awang hanya menyilang jari mengingat Formasi Ulakan seringkali 
dijumpai dalam bentuk pillow lava.

Mungkin itu informasi yang dapat saya berikan untuk diskusi ini.

Salam,
Eddy Sucipta

Note:
Pak Awang...bisa dong dibagi lokasi tepatnya breksi volkanik tersebut!


Awang Satyana ¤µ¤ó¤Ï½ñ¤shy;¤Þ¤·¤¿:
 Yang di amfiteater GWK saya tak tahu pasti umurnya, mesti cek peta 
geologi dulu atau diperiksa umurnya. Memang yang di GWK lebih chalky 
seperti di Padalarang. 
 
 Hanya yang di Uluwatu gamping yang kelihatannya sama dengan GWK 
menindih breksi volkanik yang memang masih jalur Old Andesite Jawa. 
Saya pernah melihat model singkapan seperti ini sejak dari Jampang di 
Sukabumi (gamping Bojonglopang di atas breksi volkanik Jampang), di Peg. 
Kidul (Wonosari di atas group Kebo Butak-Nglanggran) dan di Uluwatu ini. 
Baik Bojonglopang maupun Wonosari sekitar Miosen Tengah-Akhir. 
 
 Dalam pikiran saya saat itu, baik GWK dan Uluwatu masih sejajar ke 
jalur selatan karbonat Pegunungan Selatan Jawa dan bahwa jalur Old 
Andesite masih menerus ke Nusa Tenggara, maka mungkin GWK limestone itu 
Miosen Tengah juga. Hanya tentu cek umur yang akan menentukannya, atau 
kalau skalanya cukup bisa dicek di peta geologi P3G ?
 
 Kalau yang diteliti Mbak Wati di Tuban (Tanjung Kodok ?) itu kan 
model2 karbonat muda yang memang umumnya ada di utara Jawa dan bukan di 
selatan Jawa. Kelihatannya GWK jauh ke selatan dari jalur Paciran 
limestone ini. Atau, saya terlalu terpengaruh paper yang baru saya tulis 
(Satyana, 2005, Oligo-Miocene carbonates of Java, Indonesia : 
Tectonic-Volcanic Setting and Petroleum Implications - IPA) ?
 
 Silakan dikoreksi oleh rekan2 yang punya data umur karbonat GWK. Yang 
jelas, pemandangan amfiteater gamping di GWK sangat spektakular, di 
puncak bukit yang anginnya sejuk. Boleh juga sekali2 mengadakan 
field-trip karbonat ke sana.
 
 salam,
 awang




I Gusti Bagus Eddy Sucipta [EMAIL PROTECTED]

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
Yahoo! Mail
Bring photos to life! New PhotoMail  makes sharing a breeze. 

Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam 07:00-09:00

2006-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
   
  Standard cost drilling, survey, studi sedang dikerjakan teman2 dari bagian 
bor, survey, dan finance BPMIGAS. Hanya, kelihatannya tersendat2, sehingga 
belum juga bisa dipakai saat diskusi harga2 proyek. Terpaksa kami 
membanding2kan saja dan melihat harga2 quotation dari service companies.
   
  Aturan cost recovery 100 % yang membebani kita. Dalam beberapa kasus 
pelanggaran yang disengaja memang kita bisa berlakukan non-cost recovery. Kalau 
cost sudah melewati plafon BPMIGAS, itu tak di-cost recovery, bagus 
kelihatannya, hanya tak gampang pelaksanaannya.
   
  Bagaimana kalau di website rig saja harga deepwater rig daily rate-nya sudah 
350.000 - 450.000 USD ?! Berapa besar AFE sumur ? Mengerikan !
   
  salam,
  awang

Noor Syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,
Seingat saya pada waktu forum explo tahun 2001 (cmiiw), BP Migas berencana
membuat bench marking soal operational cost ini. Setelah itu maka setiap
usulan AFE akan dibandingkan dengan ambang batas yang normal dari operasi
sejenis di sekitar blok tsb. Dan ujungnya cost recovery hanya berdasar
ambang batas ini, kalau operator mau menetapkan standar sendiri ya monggo
saja, tapi non-cost recovery.
Mungkin kalau ini bisa direalisasikan, kasus mobil ini bisa lebih mudah
pemecahannya. Soal standar..he..he... itu sih mainan operator besar yang
suka aneh-aneh saja. lagian emang setiap ngebor sumur mereka akan bikin
air strip sendiri..:-).

Mengikuti soal Exxon ini kok makin lama makin tambah mirip dengan yang
ditulis John Perkins itu yah... bikin mimpi seindah mungkin (bisa proyeksi
petumbuhan ekonomi atau bisa juga proyeksi produksi atau cadangan minyak),
dan akhirnya negara tergadai karenanya. Jadi jangan kaget kalau soal
airstrip ini nanti bisa jadi akan dijual ke bupati cepu dan karenanya beliau
merasa akan mendapat hibah infrastruktur:-). Akibatnya BP Migas tentu
akan mendapat dua lawan jadinya.

a+


- Original Message -
From: Awang Satyana 
To: ; 
Sent: Monday, February 27, 2006 4:59 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27 Jam
07:00-09:00


 Exxon standard worldwide diberlakukan. Contoh kasus AFE Banyu Urip. Exxon
mengajukan untuk membangun airport kecil di Cepu buat mobilitas kru rig
mereka dari Surabaya menggunakan pesawat. Alasannya jalan raya
Cepu-Bojonegoro rawan kecelakaan lalu lintas. Safety is first membuat
semuanya terasa berlebihan. Masih banyak contoh lainnya.

 Saat ExxonMobil mengajukan 15 juta USD untuk sumur Banyu Urip, kami
(Pertamina MPS saat itu) lakukan diskusi2 alot beberapa kali sampai bisa
dipotong ke 7 juta USD (termasuk penolakan pembuatan airstrip di Cepu itu).
Saat dicek ke sumur, setengah kru rig ex-pat, nah bagaimana tak biaya tinggi
?

 salam,
 awang

 Iman Argakoesoemah wrote:

 Apa kira-kira yang mnyebabkan biaya/sumur sampai begitu besar bedanya ?

 -Original Message-
 From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, February 27, 2006 10:35 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Talk Show : Soal Operator Cepu, Senin 27
 Jam 07:00-09:00


 Kalau begitu (kasus pesimis), siap2-lah dengan 14 juta USD per sumur
eksplorasi yang akan diajukan Exxon. Operator lain dengan spesifikasi sumur
yang sama bisa 4.0 juta USD. Itu baru dari kegiatan eksplorasi yang biasanya
kecil saja dari keseluruhan investasi migas. Nah, lalu berapa untuk
fasilitas produksi ? Pasti akan ratusan juta dollar. Maka, bersiaplah dengan
cost recovery yang melangit kalau Exxon menang.

 Dan, relakah Pertamina mengusung dana sama-sama setinggi itu bersama Exxon
? Pasti akan ada partnership yang tidak sehat.

 salam,
 awang

 Ariadi Subandrio wrote:
 1. EXXON ingin Operator seumur kontrak yakni selama 30 tahun.
 2. Pertamina menawarkan diri bergantian setiap 5 tahun operatorship,
dikelola dalam JO.

 Proposal Pertamina ini yang dianggap tidak fair oleh Exxon.
 Ini yang dianggap kemudian dianggap BUNTU.

 Sikap Pemerintah Republik Indonesia periode 2002-2009 memberikan sinyal
dengan menampilkan Strength-nya Investor Luar Negeri yakni KEKUATAN UANG 
TEKNOLOGI dan seolah-olah kedua hal tersebut adalah weakness-nya anak
negeri. Jadi kurang lebih sikap-nya pemerintah adalah : Anak-anak Indonesia
belum patut mengelola CEPU.


 lam-salam,
 ar-.


 Awang Satyana wrote:
 Karena penentuan operator buntu, Exxon ingin menjadi operator dan
Pertamina ingin menjadi operator di lima tahun pertama, sementara produksi
dari Cepu (baca Banyu Urip) harus dipercepat, maka Pemerintah akan turun
tangan. Direncanakan akan ada pemeriksaan berlapis atas semua dokumen yang
diajukan oleh Exxon dan Pertamina. BPMIGAS a.l. akan kebagian memeriksa WPB
yang diajukan kedua operator tsb. Pertimbangan kewajaran program kerja dan
anggaran, cost recovery, dan pendapatan Negara akan menjadi penilaian.

 Saya pikir, Pemerintah pun akan sulit memutuskan, andai Pertamina ditunjuk
menjadi operator, tentu Exxon tak akan tinggal diam, juga yang di

Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema,
   
  Beberapa sumur Conoco bernama jenis-jenis burung (Perkutut dll.) di offshore 
dekat Muria semuanya punya CO2 tinggi. Blok BP Bawean yang baru dilepas karena 
juga dua sumur yang dibornya mengandung CO2 tinggi. Besar kemungkinan CO2 
akibat Muriah volcanism yang naik ke reservoir2 Kujung dan Tawun oleh sesar 
besar (tua) Muriah yang memanjang dari jalur Muria ke Bawean ke Meratus 
(SW-NE). Data gravity regional dan SLAR onshore Jawa menafsirkan keberadaan 
sesar besar ini terus memanjang ke selatan menuju Kebumen (sehingga trace-nya 
menjadi Meratus-Muriah-Kebumen). Sesar ini saya pakai sebagai mekanisme 
penyebab indentasi garispantai Jawa Tengah dan hilangnya (tenggelam) Pegunungan 
Selatan di selatan Jawa Tengah (Satyana, 2002, 2005 IAGI : Structural 
indentation of Central Java : a wrench segmentation). 
   
  Jadi relic subduction (obduction ?) ini tak langsung, hanya manifestasinya 
sesar besar tadi. Meratus Range ophiolite menunjam ke bawah Jawa. Kalau kita 
mengatakan bahwa ophiolite ini produk obduksi antara collision Schwaner vs 
Paternoster, wajar ia menghilang ke bawah Laut Jawa sesuai batasan massa 
mikro-kontinen Paternoster, sebab suture Meratus akan sepanjang massa kontinen 
yang collided-nya. Hanya, bila benar bahwa Paternoster micro-continent meluas 
ke selatan dan menggabung ke mikro-kontinen Kangean (dan ini ada bukti2 
litologi TD sumur di Madura Platform dan utara Kangean), maka suture Meratus 
itu mestinya akan menerus sampai ke Muriah, walaupun tak tersingkap karena di 
bawah Laut Jawa.
   
  Pola-pola elemen basement yang SW-NE di publikasi Henry Manur dan Rob 
Barraclough (1994, IPA) memang bisa dilihat lagi, itu elemen apakah, trend2 
strukturnya sudah benar, hanya apa basement itu, apakah attenuated continental 
crust, suture ophiolite seperti Meratus, atau akresi apa lagi ? Zvi Ben-Avraham 
punya disertasi di wilayah ini, walaupun awal tahun 1970-an (dipublikasi di 
AAPG 1973 bersama K.O. Emery, mungkin bisa dikaji ulang : Structural framework 
of Sunda Shelf). Sebaran sumur jarang di wilayah ini, mungkin terpaksa 
menggunakan data geofisika.
   
  salam,
  awang

R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Itu yg terjadi di Mesozoik, boleh juga, tetapi pada Tertiary sudah accreted 
menjadi continental crust, dan graben di barat Meratus itu adalah pada awal 
Tertiary.
Apakah ada bukti dari pemboran offshore bahwa Meratus subduction relic itu 
sampai ke Muria dan ke Karangsambung? Barangkali bisa disebutkan pada sumur 
mana?
Salah satu publikasi (Manur dan Barouclagh?) menunjukkan adanya crustal 
thinning atau extension di zone dari Meratus sampai ke Tuban-Muria, apakah 
zone ini relic subduction itu?

- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: ; 
Sent: Monday, February 27, 2006 3:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


 Pak Koesoema,

 Mengulas kembali penelitian Nafrizal Sikumbang (1986) tentang Meratus dan 
 studi non-publikasi Trend Energy Kalimantan (1988, dipublikasi di IPA oleh 
 Kusuma dan Darin, 1989) kelihatannya rift/graben WNW-ESE di Barito lebih 
 karena extension fracture oblique subduction sinistral di pinggir SE 
 Kalimantan. Di sini sebagian kerak oseanik dari ujung barat Paternoster 
 yang kontinen menyusup di bawah Schwaner secara oblik, sisanya obducted 
 (Meratus Range). Alino Arc dan Paniungan beds adalah bukti akresi di tepi 
 SE Sundaland ini. Relik oblique subduction ini menerus ke SW sampai ke 
 Muriah bahkan ke Kebumen.

 Kalau melihat frekuensi plotting umur K-Ar batuan2 magmatik dan volkanik 
 di Jawa kelihatannya volcanism di Jawa interrupted juga, hanya memang 
 menerus tetapi sebatas background volcanism. Peak-nya terputus2, misalnya 
 yang peak adalah saat Oligo-Miosen, Miosen Akhir-Pliosen, dan Kuarter. 
 Saat peak, ia membentuk arc. Saat sekedar background ia tak membentuk 
 arc - termasuk yang Eosen.

 Penenggelaman Randublatung mungkin ciri rollback, tetapi saya lebih 
 melihat ia suatu triangle zone yang dipaksa turun oleh thrust sheet yang 
 sangat tebal yang membebaninya dari dua arah vergency thrust yang 
 berlawanan : Kendeng Zone yang northward verging dan Rembang Zone yang 
 southward verging, Randublatung di sisi downblock kedua zone deformasi 
 ini, dan ia dibebani volkaniklastik yang sangat tebal.

 salam,
 awang

 R.P. Koesoemadinata wrote:
 Terima kasih atas koreksinya mengenai extrusion. Tetapi saya tetap
 berpendapat bahwa tidak ada roll-back di back-arc basin, bahkan pada zaman
 Paleogene (kecuali di Paleocene, Kikim tuffs) tidak ada subduction 
 sepanjang
 Sumatra, tetapi lebih bersifat transduction atau transform. Subduction 
 baru
 muncul pertengahan Miocene, dengan munculnya Proto-Barisan. Di Jawa
 subduction telah berlangsung sejak Awal Tersier dengan interupsi, 
 mengingat
 volcanism berlangsung terus sampai sekarang. Arah NNE-SSW di East Java 
 basin
 tidak bisa diterangkan dengan roll-back, tetapi karena stretching karena
 rotasi East Sunda microcontinent yang menekan

Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift

2006-02-28 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Benyamin,
   
  Saya setuju areal SE Sundaland ini (jalur BD-TL dari Karang Sambung-Bayat, 
Jawa Timur, Laut Jawa-Masalembo-South Makassar-Barito-Sulawesi Barat sampai 
tepi utara Meratus-Bantimala) menjadi agenda pertama review di Komisi Tektonik 
IAGI yang Pak Ben koordinasi. Cukup banyak pandangan2 baru yang tersebar di 
publikasi maupun yang tidak dipublikasikan, mungkin saatnya kita review dan 
integrasikan.
   
  salam,
  awang

Ben Sapiie [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kami mempublikasikan model Collisional dalam perkembangan menjawab 
permasalahan perkembangan tektonik Paleogene Java yg dipublikasikan dalam 
IPA, 2003 (Budiyani et al.). Memang masih banyak keraguan dalam 
merekonstruksi perkembangan jalur subduksi karangsambung meratus via Muria? 
atau karangsambung-bantimala via central deep? atau bahkan mungkin 
kedua-duanya valid (Prasetyadi dari UPN sendang meneliti masalah ini untuk 
disertasinya). Pak Koesoema punya model yang lain (kombinasi subduksi dan 
transform system) dan Pak Awang dengan indentationnya. Model-2 ini masih 
harus diteliti lebih dalam dan merupakan kunci untuk menjawa permasalahan 
perkembangan cekungan di East Java Basin dan sundaland margin. Saya kira 
Kunci permasalahannya akan ada di pengertian geologi daerah 
Karangsambung-Bayat, Meratus dan Lengan selatan Sulawesi.

Bukti-bukti terkini (i.e. Smith, 2005) menunjukan bahwa perkembang tektonik 
Paleogene sundaland margin termasuk evolusi cekunganya (pull-apart, rifting 
atau passive margin???) harus kaji dan ditulis ulang. Ini akan jadi agenda 
utama Komisi Tektonik IAGI (yg baru dibentuk) masa mendatang ini.

Salam,

Ben Sapiie


- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: ; 
Sent: Tuesday, February 28, 2006 11:58 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


 Pak Koesoema,

 Beberapa sumur Conoco bernama jenis-jenis burung (Perkutut dll.) di 
 offshore dekat Muria semuanya punya CO2 tinggi. Blok BP Bawean yang baru 
 dilepas karena juga dua sumur yang dibornya mengandung CO2 tinggi. Besar 
 kemungkinan CO2 akibat Muriah volcanism yang naik ke reservoir2 Kujung dan 
 Tawun oleh sesar besar (tua) Muriah yang memanjang dari jalur Muria ke 
 Bawean ke Meratus (SW-NE). Data gravity regional dan SLAR onshore Jawa 
 menafsirkan keberadaan sesar besar ini terus memanjang ke selatan menuju 
 Kebumen (sehingga trace-nya menjadi Meratus-Muriah-Kebumen). Sesar ini 
 saya pakai sebagai mekanisme penyebab indentasi garispantai Jawa Tengah 
 dan hilangnya (tenggelam) Pegunungan Selatan di selatan Jawa Tengah 
 (Satyana, 2002, 2005 IAGI : Structural indentation of Central Java : a 
 wrench segmentation).

 Jadi relic subduction (obduction ?) ini tak langsung, hanya 
 manifestasinya sesar besar tadi. Meratus Range ophiolite menunjam ke bawah 
 Jawa. Kalau kita mengatakan bahwa ophiolite ini produk obduksi antara 
 collision Schwaner vs Paternoster, wajar ia menghilang ke bawah Laut Jawa 
 sesuai batasan massa mikro-kontinen Paternoster, sebab suture Meratus akan 
 sepanjang massa kontinen yang collided-nya. Hanya, bila benar bahwa 
 Paternoster micro-continent meluas ke selatan dan menggabung ke 
 mikro-kontinen Kangean (dan ini ada bukti2 litologi TD sumur di Madura 
 Platform dan utara Kangean), maka suture Meratus itu mestinya akan menerus 
 sampai ke Muriah, walaupun tak tersingkap karena di bawah Laut Jawa.

 Pola-pola elemen basement yang SW-NE di publikasi Henry Manur dan Rob 
 Barraclough (1994, IPA) memang bisa dilihat lagi, itu elemen apakah, 
 trend2 strukturnya sudah benar, hanya apa basement itu, apakah attenuated 
 continental crust, suture ophiolite seperti Meratus, atau akresi apa lagi 
 ? Zvi Ben-Avraham punya disertasi di wilayah ini, walaupun awal tahun 
 1970-an (dipublikasi di AAPG 1973 bersama K.O. Emery, mungkin bisa dikaji 
 ulang : Structural framework of Sunda Shelf). Sebaran sumur jarang di 
 wilayah ini, mungkin terpaksa menggunakan data geofisika.

 salam,
 awang

 R.P. Koesoemadinata wrote:
 Itu yg terjadi di Mesozoik, boleh juga, tetapi pada Tertiary sudah 
 accreted
 menjadi continental crust, dan graben di barat Meratus itu adalah pada 
 awal
 Tertiary.
 Apakah ada bukti dari pemboran offshore bahwa Meratus subduction relic itu
 sampai ke Muria dan ke Karangsambung? Barangkali bisa disebutkan pada 
 sumur
 mana?
 Salah satu publikasi (Manur dan Barouclagh?) menunjukkan adanya crustal
 thinning atau extension di zone dari Meratus sampai ke Tuban-Muria, apakah
 zone ini relic subduction itu?

 - Original Message - 
 From: Awang Satyana
 To: ;
 Sent: Monday, February 27, 2006 3:34 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Marine syn-rift


 Pak Koesoema,

 Mengulas kembali penelitian Nafrizal Sikumbang (1986) tentang Meratus dan
 studi non-publikasi Trend Energy Kalimantan (1988, dipublikasi di IPA 
 oleh
 Kusuma dan Darin, 1989) kelihatannya rift/graben WNW-ESE di Barito lebih
 karena extension fracture oblique subduction sinistral di pinggir SE
 Kalimantan. Di sini sebagian kerak

RE: [iagi-net-l] BINCANG � HARI SAJA

2006-03-07 Terurut Topik Awang Satyana
Klarifikasi saja tentang NJ Basin, saya akan membawakan materi tentang East 
Java Basin dengan judul, East Java Basin : New Observations and Future 
Directions. Ini lebih kurang semacam bunga rampai tentang petroleum geology of 
East Java Basin sebagai pengantar diskusi yang jadi acara selanjutnya.
   
  salam,
  awang

Nanang Abdul Manaf [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Tepat jam 13.00 Wib ini 75 kursi telah terisi penuh. Bagi pendaftar kemudian
akan disimpan sebagai peserta daftar tunggu (bila ada yang membatalkan
kehadirannya, dapat langsung menggantikan).

Terima kasih atas perhatian dan animo yang cukup besar untuk kesuksesan
acara ini.

Sampai jumpa hari Jum'at siang nanti.
Salam,

Nanang Abdul Manaf
Humas IAGI

-Original Message-
From: Nanang Abdul Manaf [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, March 06, 2006 3:28 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] BINCANG ½ HARI SAJA

Departemen Energi PP IAGI dengan ini mengundang seluruh anggota IAGI yang
berminat dengan study Cekungan untuk hadir dalam : BINCANG ½ HARI SAJA
dengan pembicara :
1. Benjamin Sapiie, ITB
2. Awang H Satyana, BP Migas

Tema :
- Tektonik dan Pembentukan Cekungan
- Case study : North Java Basin 

Venue : Auditorium Gd. Kwarnas
PT PERTAMINA EP
Jl. Merdeka Timur 6
(Depan Gambir)

Acara : Jumat, 10 Maret 2006
- 14.00 - 14.10 : Opening 
- 14.10 - 14.35 : Tektonik  Cekungan (Benyamin
Sapiie, ITB)
- 14.35 - 15.00 : NJ Basin (Awang H Satyana, BP
Migas)
- 15.00 - 16.30 : Diskusi
- 16.30 - 17.00 : Summary

Sponsor : ETTI (Andang Bachtiar)  NGC (Batara Sakti)

Yang berminat dapat kontak melalui email :
[EMAIL PROTECTED]


Nanang Abdul Manaf
Exploration of South Sumatera Area
Kwarnas Bld., 12th FL
Jl. Merdeka Timur 6, Jakarta 10110
Telp. : +62-21-3502150, Ext.1834
Facs.: +62-21-3502966
Mobile : 62-811992551


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi 

RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

2006-03-24 Terurut Topik Awang Satyana
Deep-water deposits (turbidite ?) di Bintuni dan Salawati adalah masing2 
sebagian dari facies Formasi Steenkool dan Klasaman (dua-duanya Pliosen). 
Uraian detail deep-water sedimentation Steenkool dibahas sendiri oleh Kuntadi 
et al. (2001) dan yang Klasaman Salawati saya tulis di forum yang sama (Satyana 
 Setiawan, 2001 - Deep-Water Seminar FOSI).
   
  Karena Lengguru di Leher Burung Papua dan Sorong Deformed Zones di selatan 
Pulau Batanta naik, maka ada space of accommodation yang tiba2 terbuka lebar di 
sisi2 yang frontal terhadap Lengguru dan Sorong Zone di Bintuni dan Salawati. 
Ke situlah sedimen post-inversion yang sebagian molassic ini diendapkan. Karena 
dalam space of accommodationnya  200 m  dan jelas below wave base, juga ada 
gravity flow yang terlibat sebagai agen transportasi, maka Steenkool dan 
Klasaman berhak diberi nama deep-water deposits mengacu ke definisi Selley 
(1991) atau Serra (1989).
   
  Lalu, apakah mereka turbidit ? Belum tentu, harus kita periksa dulu agen2 
transportasi traction vs density currents vs suspension yang bekerja di situ, 
baru bisa kita tentukan bahwa mereka turbidit atau bukan. Deep-water deposits 
bukan seluruhnya turbidite. Deep-water deposition punya range yang besar, dan 
turbidit hanya mengisi sebagian daftar itu (ada avalanche, slide, slump, debris 
flow, pelagite, contourite, hemipelagite, nepheloid - yang merupakan produk 
ternary transportation antara gravity vs traction vs fludization.
   
  Mengacu ke Bell (1942) atau Kuenen dan Migliorini (1950) yang mempelopori 
soal turbidit, yah turbidit adalah endapan flysch (selang-seling pasir dan 
lempung) yang diendapkan di geosinklin. Paket sedimen punya abrupt base dan 
transitional top serta grain size cenderung fining upward. Ini akan lain sekali 
dengan struktur sedimen yang dipunyai sesama deep-water deposits dalam skala 
empat kategori dari Dott (1963) - tiga lainnya selain turbidit : rock fall, 
slump, mass flow.
   
  Coba kita perhatikan model2 deep-water sedimentology atau model submarine fan 
sejak dari Walker (1965) sampai Reading dan Richards (1994), semua dibangun 
dari tempat penelitian yang punya tubuh delta yang besar sebagai provenance. 
Kebetulan saja modelnya dibangun di situ, tetapi tak bisa sekaligus kita 
tafsirkan bahwa deep-sea turbidite mesti punya delta sebagai provenance di 
wilayah proximal / provenance-nya. Kalau di provenance ada carbonate bank yang 
terangkat, ya ia akan menghasilkan deep-water turbidite juga : calci-turbidite, 
seperti di seberang utara Tonasa platform misalnya.
   
  Kembali ke Salawati dan Bintuni, kalau ada turbidit di wilayah ini (kalau 
rockfall, slump dan massflow sudah terbukti ada); maka bisa dipastikan seperti 
yang dibilang Kuntadi : bukan tubuh delta provenance-nya. Steenkool di-feed 
oleh uplifted Kais carbonate di Lengguru High, sedangkan Klasaman di-feed oleh 
melange deformed zone di Sorong Fault, juga oleh uplifted Kais carbonate di 
Ayamaru Platform.
   
  Ada juga turbidit yang volkaniklastik, di Jawa banyak sekali contohnya, mulai 
dari Citarum di Bogor, Kerek di Jawa Tengah, Sambipitu di Gunung Kidul, 
Pucangan di Kendeng (yang banyak menghasilkan rembesan minyak/gas itu) adalah 
turbidit2 deposits yang tak di-feed oleh delta silisiklastik, tetapi oleh 
volcanic high.
   
  Model turbidit di Makassar Strait memang cocok sekali dengan banyak model 
submarine fan ideal seperti dari Normark (1970) atau Walker (1978), tetapi itu 
tak berarti endapan turbidit harus punya delta sebagai satu2nya source. Ada 
provenance, ada gravity flow, ada density current, ada traction current yang 
sejajar slope (yang akan menghasilkan current ripple atau cross bedding), dan 
ada suspension di distal, maka turbidit akan terjadi, serta harus di bawah 
storm wave base (agar tak ada perusakan oleh shallow marine process); maka 
jadilah turbidit.
   
  salam,
  awang

Kuntadi, Nugrahanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kasus deep water turbidite di Bintuni dan Salawati basins saya belum
pernah ketemu deltaic associated nya euy..
Mungkin mas Awang bisa jelaskan lebih? 

-Original Message-
From: Deni Rahayu [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, March 24, 2006 3:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

di dalam kondisi apapun (lingkungan pengendapan), yang penting ada slope
yang cukup untuk membuat arus turbidit pasti akan terjadi(gravity yang
lebih berperan), betulkan mas 

DNR
ETTI

--- Andang Bachtiar wrote:

 Untuk lebih memudahkan diskusi, seharusnya Ferdi menyebutkan lebih 
 jelas turbiditnya tersebut adalah TURBIDIT LAUT DALAM
 (?) Bener nggak Fer?
 
 Karena turbidit sendiri bisa terjadi di alluvial fan, di danau, di 
 braided stream, di meandering river, di delta, di barrier bar, di 
 offshore-bar complex, dan ultimately di slope / submarine fan seperti 
 yang dimaksudkan Ferdi.
 
 
 salam
 
 adb
 exploration think tank indonesia
 
 - Original Message -
 From: Ukat Sukanta 

Re: [iagi-net-l] Globigerina oozes in East Java

2006-03-27 Terurut Topik Awang Satyana
Sebenarnya ini tempat bermain Pak Oki saat di Santos dulu..
   
  Pengetahuan tentang globigerinid sands / limestones (tatanama pun 
sebenarnya perlu kita benahi dulu, atau globigerinid grainstone atau 
globigerinid ooze) di Jawa Timur pertama kali dipublikasikan secara regional 
oleh paper Dave Schiller dkk (Seubert, Musliki, Abdullah) dalam Proceedings IPA 
1994 : The reservoir potential of globigerinid sands in Indonesia, p. 189-212) 
- pembahasannya terutama di Jawa Timur.
   
  Sejak Santos bekerja di Selat Madura akhir tahun 1990an, pengetahuan tentang 
globigerinid limestones bertambah dengan signifikan sebab reservoir muda ini 
merupakan objektif pertamanya saat itu. Bahkan, Santos pernah mengadakan Mundu 
Workshop dan Pak Oki dan kawan2nya pernah melanglang se-Jawa Timur mencari 
analog Mundu ini. Sayang, belum ada publikasi resmi soal Mundu ini dari mereka. 
Tahun lalu ada abstrak masuk soal Mundu ini buat IPA, sayang ditarik kembali. 
   
  Publikasi yang lain ada dari Basden, Posamentier, dan Ron Noble soal 
reservoir yang sama di Terang-Sirasun (Proceedings IPA 2000, p. 269-286), tapi 
sedikit sekali membahas sedimentologinya, terutama membahas struktur lapangan 
Terang-Sirasun. Saat itu, Wayne Basden masih bekerja untuk Arco, sekarang Wayne 
di Santos juga membawa pengetahuannya untuk lapangan2 Maleo dan Oyong (entah 
apa Wayne masih di situ, soalnya saya di BPMIGAS sekarang tak aktif berhubungan 
dengan Santos).
   
  Ini pandangan regional berdasarkan diskusi2 yang pernah saya lakukan dengan 
teman2 Santos, Lapindo, BP Kangean, EMP Kangean, Kodeco, dan Husky Madura 
Strait, juga dari data publikasi papers dan beberapa data unpublished. Berkat 
Santos, kita tahu banyak umur absolut reservoir ini, umurnya Pliosen (terutama 
Pliosen Bawah). Dinamakan Formasi Mundu di Selat Madura, Formasi Paciran di 
selatan Kangean, dan Selorejo di Cepu. Kalau kita cek umur absolut detailnya 
dengan isotop Sr 86/87 akan kita tahu bahwa ada sedikit perbedaan timing di 
antara formasi-formasi ini.
   
  Saat uppermost Miocene dan Pliosen, Jawa Timur punya embayment sempit 
memanjang dari Cepu sampai Kangean dengan batas dua tinggian paralel di utara 
(RMKS zone) dan selatan (uplifted zone of Southern Mountains). Embayment ini 
miring ke timur ke Kangean atau utara Lombok. Embayment ini dalam dan deepest 
point-nya ada di baratlaut Lombok. Wilayah ini pada Plio_Pleistosen jadi muara 
Sungai Sunda Purba (kadang disebut 'Sungai Molengraaff) yang juga membawa 
sungai-sungai di Jawa, Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan. Globigerina kita 
tahu adalah foram laut dalam, maka tempat timur embayment ini sebenarnya tempat 
asal globigerinid, juga tempat2 dalam di selatan Madura. 
   
  Pemelajaran paleo-oseanografi menunjukkan bahwa sepanjang Pliosen terdapat 
pola arus ke barat dari Kangean  menuju Cepu di embayment tersebut. Terjadi 
upwelling currents yang membawa foram globigerinid di wilayah abyssal naik ke 
wilayah neritik, di situlah in akan mengalami deposition dan reworking (antara 
lain oleh storm), sehingga tak heran kalau sekarang seperti yang dibilang Pak 
Oki, contoh core dan FMI-nya menunjukkan pola2 seperti truncation dan erpsional 
surface dll - ini efek reworking di wilayah neritik.
   
  Mestinya, upwelling yang dipicu oleh dua tinggian (ridge) utara-selatan itu 
akan naik ke kedua arah, baik ke utara maupun selatan. Kenyataannya, sisi utara 
ternyata lebih prolifik untuk deposisi globigerinids mungkin pola arus 
paleo-oseanografi yang lebih prone to upwelling di sana. Maka, semua lapangan 
gas dengan globigerinids reservoir baru terbukti di sisi utara, sejak dari 
Kangean ke Cepu (Terang-Sirasun-MDA-Maleo-Oyong-Selorejo). Sisi selatan ? Masih 
harus melihat efek deposisi volkanoklastik dari jalur volkanik seumur 
(Plio-Pleistosen). 
   
  Reservoir globigerinids sangat tinggi porositasnya, hampir 50 % dengan 
permeabilitas ratusan milidarcy. Reservoir yang bagus tentu, tetapi harus 
mengantisipasi efek kompaksi dan slump begitu gasnya diambil sebab reservoir 
ini dangkal saja dan muda. Umumnya, terisi gas biogenik karena lingkungan 
embayment yang setengah tertutup dan deposisi cepat, tetapi minyak pun sudah 
terbukti masuk pula ke reservoir ini, selama ada konduit sesar yang 
menghubungkannya dengan Ngimbang source pods.
   
  salam,
  awang

oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Vick,
Maksudnya foraminiferal reservoir seperti yang sedang dikembangkan di Selat 
Madura ?

Umurnya Pliosen ahir sampai Pleistosen, soal kesetaraan formasi, tergantung 
pakai stratigraphic framework yang mana. Ada yang bilang setara dengan Mundu 
Fm, Selorejo Fm dan beberapa lagi.

Soal pembentukannya, seperti biasa ada lebih dari satu pendapat. Kalau dilihat 
dari komposisi cangkangnya, rasio antara planktonic dibanding bentonic foram 
tinggi sekali. Biasanya ini terjadi di (relatif) air dalam. Genus dan spesies 
planktonnya pun sering dibilang sebagai deeper water indicator. 

On the other hand, struktur sediment nya, 

Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

2006-03-27 Terurut Topik Awang Satyana
Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini 
bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi Kedung 
Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma A-C dan 
slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water sedimentation, maka 
gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma sequence maupun struktur 
slump itu. 
   
  Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin ini 
justru mekanisme utama di active margin.

  salam,
  awang
  
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ?

Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya
akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup
sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren
mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan
tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan
jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit.

Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak
dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana
dengan daerah active margin ini ?
Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally
tergantung provenace atau material yg longsong saja lah.

Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa
namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite
fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun
ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun
1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh
apa itu !.


RDP



-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1cent;/min.

RE: [iagi-net-l] Globigerina oozes in East Java

2006-03-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
   
  Bisa dibilang, upwelling terjadi di slope Rembang-Madura High, ia tidak 
terjadi ke tinggian2 reef Kujung ala BD dan East Cepu, atau XX Ridge. Tinggian2 
reef Kujung ini curam, tak punya shelf area untuk terjadinya deposisi dan 
reworking after upwelling globigerinids dari zone pelagis.
   
  salam,
  awang

Putrohari, Rovicky [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Betul Ki,
Foraminiferal sand ini yg kumaksud, kalau ngga salah ada HCnya di
struktur Maleo (santos).
Yang aku maksud pelanparannya itu apakah mengikuti low (sehingga yg
kucari paleo low (clastic type) atau dia numbuh (ngumpul hidup bareng
dan mati bareng di high area seperti reef (bioherm type).
Nah kalau tahu dimana dia berkembangnya misalnya dia tipe klastik
tentunya aku ngga sembarang aja memberikan analogi utk daerah paleo
high, atau keberadaanya tidak akan bersamaan (unlikely) dengan kujung
reef (misalnya).

RDP



-
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.

Re: [iagi-net-l] Re: [HAGI-Network] Gunung Jabar - JatengJatim

2006-04-04 Terurut Topik Awang Satyana
Secara umum, gunungapi-gunungapi di Jawa dari barat ke timur punya komposisi 
lebih kurang sama pada jalur sebaran utamanya, yaitu andesitik. Walaupun, 
secara detail memang menunjukkan rasio kalk-alkalin yang variatif antara 
0.7040-0.7055, dan cenderung makin menurun dari barat ke timur (sebagai akibat 
kerak kontinen yang makin menipis dari barat ke timur).
   
  Soal air di gunung, saya pikir lebih sebagai akibat gejala meteorologi bukan 
geologi. Hutan pun lebih banyak di Jawa Barat dibandingkan Jawa bagian timur. 
Sisi Jawa Barat lebih dekat ke sisi Samudra Hindia barat Sumatra yang merupakan 
wilayah utama suplai hujan di Indonesia Barat pada musim hujan (musim barat, 
saat angin bertiup dari barat ke timur), dibandingkan Jawa Tengah dan Jawa 
Timur yang lebih dekat ke sisi Laut Arafura yang jauh lebih kecil dibandingkan 
Samudra Hindia sebagai wilayah suplai hujan saat angin bertiup dari barat ke 
timur (dan ini wilayah kontinen sebenarnya).
   
  Coba cek di sistem iklim Koppen atau Trewartha, pasti bagian barat Jawa punya 
klasifikasi iklim yang berbeda dengan bagian timurnya. Bagian barat lebih basah 
dan lembab, bagian timur masih memiliki tipe iklim Nusa Tenggara yang terkenal 
kering.
   
  salam,
  awang

Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya pernah naik Argopuro, dan itu di Jawa Timur.
seingatan saya, air tidak masalah. kita masih bisa menemukan seperti
sungai kecil dan saya masih sempet mandi di sungai kecil itu. dan
sungai itu kita temukan setelah padang edelweiss, makanya saya yakin
itu berada diketinggian lebih dari 1500m dpl.

sekedar sharing saja Fer..

On 4/3/06, [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 Pertanyaan menarik

 Mungkin rekan iagi juga ada yang mau menanggapi

 Regards

 Kartiko-Samodro
 Telp : 3852



 |-+-
 | | Hari Anggono |
 | |  | | m |
 | | Sent by: Himpunan|
 | | Ahli Geofisika |
 | | Indonesia (HAGI) |
 | |  | | RLSRUHE.DE |
 | | |
 | | |
 | | 31/03/2006 07:53 |
 | | PM |
 | | Please respond to |
 | | Himpunan Ahli |
 | | Geofisika |
 | | Indonesia (HAGI) |
 | | |
 |-+-
 -|
 | |
 | To: [EMAIL PROTECTED] |
 | cc: |
 | Subject: [HAGI-Network] Gunung Jabar - JatengJatim |
 -|




 Salam,

 Adakah di antara temans yg mengetahui mengapa gunung2 di Jabar umumnya
 sangat berair?
 **kecuali Ceremai yg kering** Sementara, gunung2 di Jateng-Jatim umumnya
 kering.
 Adakah perbedaan umur, massa penyusun (basaltis, granitis?), urutan
 kejadian di antara keduanya?

 Seingat saya, jika kita naik gunung di Jabar (Gede-Pangrango-Papandayan
 complex), akan sangat mudah kita jumpai air sampai puncak. Sedangkan
 gunung2 di Jateng-Jatim (Slamet, Merbabu, Sindoro-Sumbing, Merapi, Lawu,
 Welirang sampai Semeru), paling sampai ketinggian 1500dpl air dapat
 dijumpai. Di atas itu, air harus bener2 dihemat u/ naik dan turun.

 Mohon pencerahan ... terima kasih.

 Salam,

 -hari-

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

2006-04-04 Terurut Topik Awang Satyana
Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di setting 
cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti Kutei, 
Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan selalu 
berkembang di setting ini.
   
  Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric seas 
(shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di 
Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar di 
tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang bukan 
disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced regression 
di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma).
   
  Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...).
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang

yang saya hendak tanyakan

apakah ada endapan sand turbidit yang disebabkan forced regression
yang tidak berhubungan dengan delta sebagai feedernya...?

Kalau di Mahakam umumnya turbidit berasosiasi dengan deltanya...

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| | Awang Harun |
| | Satyana |
| | | | om |
| | |
| | 27/03/2006 09:31 |
| | AM |
| | Please respond to|
| | iagi-net |
| | |
|-+
-|
| |
| To: |
| cc: |
| Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta |
-|




Teman-teman di Chevron dan Eni, Medco, Shell (dulu), juga Total sendiri,
yang pernah bekerja untuk shelf Mahakam dan shelf North Sumatra Basin untuk
deposisi turbidite deposits ke Selat Makassar dan selatan Laut Andaman
mungkin pernah analisis ini ?

Sea level fall di ujung Miosen Tengah (10 Ma) dan ujung Pliosen Bawah (3.5
Ma) bisa dicurigai saat-saat terjadinya forced regression. Kalau ada
studi sequence stratigraphy satu shelf di wilayah2 itu, mungkin bisa
dianalisis keberadaan deposit hasil forced regression di slope dan
basin-floor-nya.

Salam,
awang

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 27, 2006 8:14 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

kalau di indonesia apakah ada contoh di mana model forced regression
tersebut pernah terjadi ...?
yang bisa membawa endapan shallow marine menjadi source dari turbidit...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852




Awang Harun

Satyana To:



om Subject: RE: [iagi-net-l]
asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

27/03/2006 09:04

AM

Please respond to

iagi-net







Ferdi,

Shelf yang tersingkap oleh suatu forced regression (Posamentier and
Weimer, 1998), saat muka laut turun begitu jauh, saya pikir bisa menjadi
provenance untuk pengendapan ulang seluruh sedimen di area laut-dalam. Dan,
berarti yang menjadi provenance adalah endapan silisiklastik (juga
karbonatnya) di shallow marine environment (bukan khusus delta).

Memang kebetulan model2 deep-water sedimentation atau studi kasusnya banyak
dilatarbelakangi/dilakukan oleh wilayah2 laut dalam di depan delta
(Mahakam, Baram, Mississippi, Niger), sehingga seolah2 keharusan keberadaan
delta menjadi syarat untuk asosiasi turbidit laut dalam, padahal tak mesti
selalu begitu.

Salam,
awang



--
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.2/293 - Release Date: 3/26/2006


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above. It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli 

Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan)

2006-04-04 Terurut Topik Awang Satyana
Basement, penting diklasifikasikan karena anggapan umum bahwa hidrokarbon 
selama ini terjadi (statistik) selalu berasosiasi dengan basement kontinental 
atau attenuated-continental crust atau minimal intermediate (accreted) crust, 
dan bukan dengan yang oseanik. Apakah ini benar atau salah kaprah ? Statistik 
mungkin benar, tetapi tak selalu terhubung ke kebenaran geologi. Kita bisa 
diskusikan ini di kesempatan lain.
   
  Para pemain di basement sekarang tentu perlu lebih detail mengevaluasi 
basement sebab mereka harus tahu kecenderungan basement ini untuk retak 
(menjadi reservoir), dan itu benar akan ada pengaruh dari tipe basement dan 
umurnya. Basement yang granitik tentu akan beda dengan basement yang sekis 
misalnya saat kena kompresif. Basement yang lebih tua tentu telah lebih banyak 
mengalami deformasi dibandingkan yang lebih muda, ini jelas akan berpengaruh ke 
peluang pembentukan retakan.
   
  Basement juga punya pengaruh ke konduktivitas termal heatflow dari mantel, 
dan ini adalah sebagian unsur dari pembentuk sejarah termal cekungan. Pada 
basement2 yang hasil akresi seperti di Sumatra, perlu juga diketahui pola 
akresi basement2 itu karena ini akan mempengaruhi pola deformasi di cekungan di 
atasnya. Dan, tingginya GG di Sumatra Tengah yang anomali itu dicurigai juga 
sebagai akibat tingginya heatflow di sepanjang pola akresi Mutus Assemblage.
   
  Secara regional, klasifikasi basement untuk cekungan2 di indonesia sudah lama 
dibuat orang. Detailed basement per cekungan ada sebagian, terutama yang 
produktif di Indonesia Barat.
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  saya kurang tahu kenapa harus ada klasifikasi basement berdasarkan umur dan
jenisnya ...?
apakah nantinya berhubungan dengan gradien geothermal untuk pematangan
source rocks...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| | oki musakti |
| | | | o.com |
| | |
| | 29/03/2006 06:08 |
| | PM |
| | Please respond to|
| | iagi-net |
| | |
|-+
-|
| |
| To: iagi-net@iagi.or.id |
| cc: |
| Subject: Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon 
pencerahan) |
-|




Pertanyaan dan usul menarik. BTW sebelumnya, yang dimaksud 'basement' ini
apakah batuan beku atau metamorf yang menjadi 'alas' dari formasi2 sedimen
diatasnya?

Saya rasa ada-tidaknya (thermogenic) HC accumulation tidak (terlalu)
tergantung pada umur basement tapi lebih dari dipengaruhi umur, konfigurasi
dan kedalaman batuan sediment atasnya ie. control pada source rock
maturity, migration dan entrapment.

Apalagi kalau kita bicara biogenic HC. Kalau ini mah benar-benar gak
peduli umur batuan. Asal sarat-sarat pembentukannya misalnya rapid
sedimentation, adanya methane forming bacteria dll terpenuhi.

Ini kalau kita masih berada dalam koridor organic origin of HC. Kalau
bicaranya anorganic HC source ya lain lagi ceritanya.

Wallahu'alam
Oki
johnson achmad paju wrote:
beberapa jam lalu saya baru membaca sedikit tentang sengkang basin di
west arm sulawesi, ternyata menurut (grainge  davies, IPA, 1983)...
basement cekungan ini adalah pre-miocene (probably Eocene) volcanic Langi
Formationhal ini tentunya sangat berbeda bila kita bandingkan dengan
basement yang ada cekungan2 penghasil migas misalnya NSB, SSB, CSB, NW
java, East java, Kutai dlsb. yang mungkin sebagian besar berumur mesozoik,
paleozoik atau bahkan pre-kambrium (?)

nah yang jadi pertanyaan saya apakah sudah ada yang pernah
mengklasifikasikan cekungan2 di indonesia berdasarkan umur basement nya ?
mungkin hal itu juga cukup signifikan dalam eksplorasi HC di setiap
cekungan, kalo beberapa waktu ini kita kenal ada istilah siklus I
(inversion deposit), II (rifting deposit) dan III (basement)...nah bisa2
yang rancu adalah pemahaman tentang siklus III nya dikemudian hari

belum lagi isu lama, kalo membahas cekungan sedimen di Indonesia yang
kurang lebih sekitar 60 buah, ternyata masih banyak daerah yang belum
terklasifikasikan menjadi cekungan

gimana tuh PP IAGI atau senior2 atau rekan2 lain.ada tanggapan 


-
Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+
countries) for 2¢/min or less.


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above. It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: 

Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

2006-04-05 Terurut Topik Awang Satyana
Ferdi,
   
  Betul, active margin adalah batas konvergensi lempeng, misalnya subduction 
atau collision. Kalau shelf, bisa berkembang luas walaupun di depannya active 
margin. Sundaland di zaman Neogen adalah shelf yang luas, termasuk yang Malacca 
dan Java Sea, dan di sisi barat serta selatannya kita tahu itu adalah active 
margin (Sumatra-Java trench). Yang tak bisa berkembang dengan baik adalah delta 
yang sangat tebal (ini milik passive margin - karena ia butuh space of 
accommodation yang hebat); tetapi kalau shelf bisa saja.
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang
Apa pengertian active margin adalah subduction zone...?
Kalau iya , apa mungkin kita ketemu shelf yang luas dan di depannya ada
active margin...?

RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta


Awang Satyana
Tue, 04 Apr 2006 21:26:47 -0700


Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di
setting
cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti
Kutei,
Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan
selalu
berkembang di setting ini.

Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric
seas
(shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di
Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar
di
tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang
bukan
disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced
regression
di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma).

Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...).

salam,
awang






|-+
| | Awang Satyana |
| | | | oo.com |
| | |
| | 28/03/2006 02:25 |
| | PM |
| | Please respond to|
| | iagi-net |
| | |
|-+
-|
| |
| To: iagi-net@iagi.or.id |
| cc: |
| Subject: Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta |
-|




Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini
bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi
Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma
A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water
sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma
sequence maupun struktur slump itu.

Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin
ini justru mekanisme utama di active margin.

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ?

Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya
akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup
sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren
mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan
tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan
jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit.

Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak
dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana
dengan daerah active margin ini ?
Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally
tergantung provenace atau material yg longsong saja lah.

Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa
namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite
fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun
ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun
1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh
apa itu !.


RDP



-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates
starting at 1¢/min.


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above. It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Re: [iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.

2006-04-05 Terurut Topik Awang Satyana
Belum ada info baru lagi Mas Pras, tetapi kelihatannya Buton sedang cukup 
intens dilirik orang ya, beberapa bulan terakhir ini saya suka ditanyai soal 
Buton. 
   
  Cekungan kawan senasibnya, yang sama-sama dibenturkan ke sisi timur 
Sulawesi, yaitu Cekungan Banggai-Sula baru saja berubah status jadi cekungan 
produksi (dari lapangan minyak Tiaka - JOB Pertamina-Medco Tomori). Cekungan 
Buton pun, kalau tereksplorasi dengan baik, tak menutup kemungkinan akan 
mengalami nasib baik seperti kawannya itu.
   
  Seperti kata Mas Bambang, sejak dari SD, anak2 sudah diajari bahwa di situ 
ada aspal alam. Sebagai geologist, kita tahu itu adalah hidrokarbon juga. 
Tinggal dicari saja dengan lebih teliti di mana yang masih fase minyaknya. 
Memang kecenderungan jadi aspalnya besar, sebab kerogen type-nya setipe kerogen 
type marin di Seram dengan API rendah dan S tinggi. Sekali ter-ekspos ke 
meteoric water flushing dan biodegradasi, gampang saja jadi tarmat dan aspal.
   
  Mana upside, mana downside di Buton dan hubungannya ke karakter minyaknya 
bisa dipakai model pola biodegraded dan unbiodegraded Klamono field (Pertamina) 
di Salawati Basin. Klamono field terbiodegradasi tingkat mild (dari karakter 
minyaknya hanya normal-alkane nomor rendah yang dimakan, belum kelompok2 no k 
tinggi - lihat publikasi saya di proceedings PIT IAGI 2000, Satyana and 
Wahyudin, 2000 :  Meteoric water flushing and microbial alteration of Klamono 
and Linda oils, Salawati Basin, Eastern Indonesia : geochemical constraints, 
origin, and regional implications). 
   
  Klamono duduk di flank barat Ayamaru Platform. Di Klamono Kais carbonates 
jadi reservoir produktif, di Ayamaru Platform Kais carbonates jadi akuifer. Di 
Klamono, bidegradasi berjalan mild. Bisa diprediksikan bahwa makin ke timur 
mendekati Ayamaru Platform biodegradasi akan makin parah, dan makin ke barat 
dari Klamono biodegradasi akan makin berkurang. Benar, semua sumur yang dibor 
di timur Klamono berisi kalau tak tar maka aspal (contoh : Klamumuk menembus 
tar mat di Kais levelnya). 
   
  Jadi, kalau cari minyak di Buton carilah down-side aspal Buton ke arah mana 
reservoir tenggelam, dan jangan cari reservoir dengan temperatur  80 deg C.
   
  Kalau saya sih, lebih memandang surface seeps dengan optimis : sudah terjadi 
generasi minyak nih di wilayah ini ! daripada dengan pesimis berkata 
wah...seal failure ! (sama gembiranya kalau melihat gas chimney di seismik 
daripada yang adem ayem saja).
   
  salam,
  awang 

Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mas Mbang, iki lho ada bincang2 di milis IAGI Juni 2005
antara P Awang dan Abah mengenai buton, kalo boleh aku
forward lagi nih. Mungkin P Awang bisa nambah info baru.

salam,
pras

Re: [iagi-net-l] Hubungan Buton dan Lengan Sulawesi Timur.]
Awang Satyana
Mon, 06 Jun 2005 23:17:40 -0700

Abah, ya Kapantoreh itu nama pegunungan di Buton utara.
Ofiolit/ultrabasa 
tersingkap baik di utara maupun selatan Buton bagian barat.
Bor terakhir di 
Buton adalah Jambu-1 (Conoco, 1992), 5015 ft, mengejar
sampai Tondo klastik, 
ada hydrocarbon shows. Kebetulan dulu saya monitoring harian
juga sumur ini 
saat masih di Pertamina Balikpapan. 

Tak ada strktur yang berarti di Pulau Muna dan benar hampir
seluruh 
permukaannya ditutupi karbonat Kuarter Wapolaka yang
sebagian duduk di basement 
kontinen.

Ada petroleum system aktif di wilayah Buton. Source-nya
sudah diidentifikasi 
dari karakterisasi geokimia, yaitu Winto dark shales yang
berumur Trias dan 
karbonatan, tipe kerogen II. Merupakan source yang
diendapkan di marine, dan 
cenderung punya API yang rendah, persis seperti di Seram
(Manusela). Wilayah 
selatan yang masih terpendam, tak seterangkat yang utara,
masih bisa prospek. 
Tetapi, tentu butuh pemelajaran lebih lanjut.

salam,
awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:

\
Awang ,

Terima kasih atas penjelasannya, memang posisi Buton itu
sangat menarik ,
sayang pada saat itu pengetahuan -ku sebagai mahasiswa masih
sangat
minim m( apa iyaa sekarang sudah tidak ya  hahaha).
Tapi omong omong Kapantoreh itu kan nama daerah (pegunungan)
diutara
Pulau Buton ya ?).
Gulf Oil pernah melakukan seismik di Pulau Muna , kalau saya
tidak salah
hasilnya secara data kurang baik karena tertutup oleh
karbonat ( Muna
kan terkenal hasik kayu jatinya).

Saya tidak tahu kesimpulan sementara mengenai Pulau Buton
dan sekitarnya,
berdasarkan hasil survei dan pemboran terakhir, mungkin Anda
dapat
menjelaskan untuk kita ?
Hatur nuhun deui.

Si Abah.


Pulau Buton mungkin pulau kedua di wilayah Sulawesi yang
terkenal setelah
 Sulawesi sendiri. Dari sejak SD, anak2 sudah diajarkan
bahwa Buton
 penghasil aspal alam. Ingatan itu sangat kuat melekat
sehingga tidak
 mungkin terlupakan lagi.

 Tetapi, untuk memahami geologi dan tektonik Pulau Buton,
ia tidak bisa
 berdiri tersendiri, ia harus dipahami dengan pulau-pulau
di sekitarnya,
 terutama Pulau Muna di sebelah baratnya dan Pulau
Wangi-Wangi di sebelah
 timurnya - pulau terbesar di Kepulauan

[iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks

2006-04-05 Terurut Topik Awang Satyana
Belakangan, konsep eksplorasi dan memproduksi gas dari serpih yang berkualitas 
sebagai batuan induk ramai dikerjakan perusahaan2 pemain gas di wilayah 
midcontinent US. Tak perlu lagi mencari reservoir batupasir/karbonat/basement 
yang berindikasi mengandung gas, cari saja langsung batuan induknya (serpih) 
bor, retakkan (fract), dan produksikan gasnya. 
   
  Metode ini sebenarnya sudah terbukti sejak 1998, saat gas diproduksikan dari 
Barnett shale (berumur Karbon) di cekungan Fort Worth north-central Texas. 
Pekerjaan2 tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa potensinya terus mengembang, 
bahkan ada yang memprediksikan bahwa gas produksi gas dari Barnett shale bisa 
melampaui produksi gas dari lapangan gas terbesar di US, Hugoton Field. 
Sebanyak 1 TCFG telah diproduksikan dari Barnett shale ini sampai akhir 2005 
kemarin (AAPG Explorer edisi Februari 2006). Devon Energy, pemain gas 
terbesar di US midcontinent telah mengebor sebanyak 2000 sumur produksi untuk 
menguras gas di Barnett shale.
   
  Apakah hanya di Fort Worth Basin ? Tidak, belakangan ditemukan pula shale-gas 
play di Fayetteville shale di Arkoma Basin (Arkansas-Oklahoma) yang seumur 
dengan Barnett shale. Sebanyak 80 sumur telah dibor operator2 gas di wilayah 
ini dan umumnya menemukan gas. Tebal shale bervariasi dari 50-75 ft di 
Arkansas, 300 ft di bagian timur Arkoma, sampai melebihi 1000 ft di wilayah 
Mississippi Embayment. 
   
  Apa syarat-syarat utama play ini ? Shale harus punya kualitas source rock 
yang baik, gas-generative capacity yang baik,  harus matang, fracturability 
yang tinggi-bedded (agar mudah di-frac), horizontal drilling. Maka evaluasi 
geologi-geokimia yang baik, teknik horizontal drilling dengan geo-steering yang 
baik, dan production dengan frac technology  adalah mutlak diperlukan.
   
  Frac technology dalam hal ini sama saja dengan meniru proses alamiah ekspulsi 
gas dari shale yang memang melalui microfracturing di fissile zones serpih kaya 
organik tersebut. Maka semakin fissile shale itu semakin baik.
   
  Kalau suatu saat ditemukan shale dengan log GR off-scale dan high resistive, 
jangan dilewatkan, itu berpotensi shale-gas play. Tak perlu reservoir, tak 
perlu perangkap, hanya perlu shale yang kaya organik, matang, bor horizontal 
dan frac !
   
  salam,
  awang


-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1cent;/min.

Re: [iagi-net-l] Kapan Merapi Meletus ?

2006-04-19 Terurut Topik Awang Satyana
Coba kita lihat sejarah bencana beberapa gunungapi dalam hubungan ilmiah dan 
non-ilmiah ini.
   
  Erupsi Gunung Agung (1963) sebenarnya tidak usah menelan korban yang begitu 
banyak andai pamongpraja setempat pada waktu itu lebih mendengarkan nasihat 
para ahli gunungapi daripada upacara adat yang harus dilakukan di Pura Besakih. 
Para ahli gunungapi malahan mendapat teguran untuk tidak mencampuri urusan 
adat-istiadat setempat. Upacara keagamaan penting, tetapi jangan lengah dengan 
situasi alam yang tak bisa menunggu-nunggu lagi.
   
  Korban Sinila (Dieng, 1979) juga tak perlu begitu banyak andai tanda-tanda 
bahaya (awas gas beracun !)  di sekitar gunung tersebut tidak dirusak oleh 
penduduk setempat yang malahan mendirikan beberapa bangunan seperti sekolah di 
tempat tanda bahaya dipasang.
   
  Di acara TV beberapa hari lalu Mbah Maridjan sewaktu diwawancarai oleh kru TV 
berkomentar ya ikut pemerintah saja (untuk kapan evakuasi) dan sang Sultan 
Yogya pun (yang katanya punya hubungan batin ke Merapi dan Laut Kidul) bilang 
ikut yang diumumkan pemerintah.
   
  Nah, tugas berat buat rekan-rekan kita di Direktorat Volkanologi dan Mitigasi 
Bencana Kegunungapian. Walaupun Merapi makin menunjukkan gejala mau muntah 
tentu tak mudah menentukan kapan hari H mesti evakuasi. Terlalu cepat 
dievakuasi tetapi ternyata Merapi tak meletus akan mengikis kepercayaan 
masyarakat kepada para ahli gunungapi di samping memakan biaya di tempat 
pengungsian. Terlambat dievakuasi, akan menelan banyak korban dan para ahli 
gunungapi kembali dipersalahkan. Nah, kapan yang pas ?
   
  Masalah pelik sekali, dan di negara maju pun begitu (lihat saja film Dante's 
Peak) - belum lagi ketidaksepahaman di antara para ahli. Semoga tepatlah hari 
evakuasinya kalau diperlukan.
   
  Kalau Merapi meletus hebat tahun ini (2006), maka tepatlah 1000 tahun sejak 
erupsinya yang pertama yang tercatat dalam sejarah.
   
  salam, 
  awang
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  On 4/20/06, [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Merapi bakalan meletus 10 - 14 hari mendatang demikian sendiko
 pendito Raja NgaYogyokarto Hadiningrat,Sultan Hamengku Buono
 Kaping sedoso (demikian di Detik .com.)Apa wedus gembelnya sudah pada lari 
 ya

 Ism

Kadangkala kalau ada sendiko dari sultan atau kyai, pendeta, pastur,
bhiksu dll yg tidak didasarkan pada kaidah ilmiah ini terdengar lucu.
Memang bisa saaj sendiko ini sangat ampuh dalam penanggulangan atau
usaha mengurangi korban. Namun dalam jangka panjang tidak memberikan
keberdayaan masyarakat dalam mengenali kondisi alamnya. Bahkan lebih
ekstrimnya tidak mendidik, walaupun bisa saja menyelamatkan nyawa.

Darurat (emergency state).
Sebagai penguasa atau pejabat seringkali dalam kondisi yg sangat
darurat maka penjelasan ilmiah sudah bukan hal yg penting lagi, yg
penting selamat. (note: kondisi darurat ini bisa saja sangat
subjective).
Memang kalau rakyat masih hanya mampu bersikap menunggu
amaran/peringatan/berita dari yang dipercaya maka ucapan (sendiko)
dari sang raja akan lebih ampuh sebagai komando. Keampuhan komando
ini akan terlihat dari pada kajian ilmiah yang ndakik-ndakik (detil
dan bertele-tele) bikin mumet malah ndak sempat menyelamatkan diri.

Namun sangat disadari oleh para pendidik bahwa perlu saat-saat
tertentu untuk memberikan ilmu sehingga akan berkesan. Saat-saat
genting akan memberikan usia penyimpanan memory yg lebih awet
ketimbang saat normal.

Pemahaman terhadap kondisi rakyatnya ini (yg sering masih tertinggal)
sangat jarang dimiliki orang yg pinter. Yah wajar saja, scientist
biasanya hanya melihat secara alamiah apa-adanya, tidak berpikir
bagaimana manusianya, wong kondisi alamnya emang sudah gitu, mau
gimana lagi?.

IAGI saat ini memiliki momen bagus untuk memperkenalkan pendekatan
ilmiah-akademis dalam menghadapi G Merapi secara khusus dan Gunung api
pada umumnya. Membuat tulisan di koran lokal, ceramah atau hal-hal
lain termasuk mengajak mahasiswa supaya lebih mengenal alam
sekitarnya.
Menjelaskan bahaya Gunung Api lebih bermanfaat buat Yogyakarta.
Seminar gempa dan tsunami kurang relevan dengan Jogeja.

Duo- Pendekatan dua arah scientifik dan klenik.
Pendekatan dari berbagai arah barangkali akan sangat efektif dalam
menghadapi gejala alam di Indonesia ini. Pendekatan klenik akan sangat
diperlukan dalam kondisi gawat (emergency), juga peanfaatan
orang-orang yg berpengaruh misalnya penjaga G Merapi, dan juga Raja
atau Sultan penguasa di Jogja. SBY juga sudah meminta prediksi
ilmiah tentang kemungkinan letusan Merapi.

Saya sendiri ketika membaca berita tentang perubahan status G Merapi
dua minggu lalu tidak secara khusus mengkaji ilmiahnya, lah wong aku
juga bukan volcanologist. Aku hanya merasa perlu memposting di IAGI
saja. Memang kadangkala ada rasa ketika mengamati perkembangan
status Merapi ini. Kayaknya gara-gara dulu sering ngematke gunung yg
satu ini. Ya dulu aku suka melihat Gunung Merapi dari atap rumah wektu
masih kecil di jogja, psst sambil main layang-layang :).

[iagi-net-l] Fwd: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil dan gas seepages...

2006-04-24 Terurut Topik Awang Satyana
Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:  Date: Mon, 24 Apr 2006 18:05:49 -0700 
(PDT)
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil dan gas seepages...
To: [EMAIL PROTECTED]

  Betul sekali, begitulah kedua dampak H2S dan CO2 bila ditemukan dalam jumlah 
yang signifikan di akumulasi gas. Peralatan produksi harus menggunakan yang 
anti korosif, dan ini berarti investasi akan lebih besar.
   
  Dampak lain, jelas kandungan non-hydrocarbon gases seperti CO2 dan H2S akan 
mengurangi reserve hydrocarbon gas (metana dkk.) sebab baik CO2, H2S maupun 
metana dkk terjadi di struktur/perangkap yang sama.
   
  Sebuah perusahaan minyak di Indonesia belum lama ini mengembalikan secara 
total wilayah kerjanya ke Pemerintah karena dua struktur yang dibornya hampir 
penuh dengan CO2. Struktur2 itu sebenarnya lumayan besar, punya cadangan 
ratusan BCF gas. Tetapi, itu bukan gas metana saja, malahan lebih dari 95 % 
isinya gas CO2, maka cadangan gas metana-nya hanya tak lebih dari 20 BCFG. 
Yah... gak ekonomis jadinya.
   
  Maka, di wilayah2 yang punya kecenderungan CO2 dan H2S tinggi, berhati2lah. 
Evaluasi geologi yang didukung data geokimia yang lengkap bisa memprediksi 
dengan akurat mana-mana wilayah yang punya kecenderungan punya CO2 dan H2S 
tinggi.
   
  salam,
  awang
   
  

Asep Saripudin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,
  Saya pernah dengar, bahwa kandungan tinggi H2S tidak di kehendaki karena gas 
tersebut beracun dan korosif, sedangkan kandungan CO2 tinggi memerlukan alat 
CO2 separator selain dapat mengurangi perhitungan cadangan yang sebelumnya di 
perkirakan sebagai gas ekonomis.
   
  Apakah ada dampak lain selain itu apabila suatu daerah mengandung kadar 
tinggi CO2 dan H2S ?
   
  Salam,
  Asep

Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Asep,
   
  Karakter geokimia rembesan migas biasanya banyak dipengaruhi oleh 
faktor-faktor permukaan. Pencucian oleh air (water washing) dan perusakan oleh 
bakteri (biodegradasi) biasanya menyertai hampir semua rembesan. Kalau rembesan 
gas punya CO2 dan H2S tinggi saya pikir itu mencerminkan kondisi di bawah 
permukaannya. Perubahan sekunder oleh faktor permukaan tidak pernah/jarang 
sekali menaikkan kandungan CO2 dan H2S rembesan gas. 
   
  Dengan demikian, hampir bisa dipastikan bahwa karakter gas di bawah permukaan 
di daerah itu juga mengandung gas CO2 dan H2S yang tinggi.
   
  salam,
  awang

Asep Saripudin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Terima Kasih atas tanggapannya Pak Awang dan Cepi.
   
  menurut Pak Awang 
  Rembesan migas hanya mengindikasi bahwa di bawah permukaan telah terjadi 
generasi dan migrasi
   
  yang jadi pertanyaan apakah komposisi hydrocarbon di rembesan permukaan tidak 
secara langsung mewakili kondisi hydrokarbon di bawah permukaan ?
  misalnya rembesan gas di permukaan banyak mengandung CO2 dan H2S, apakah itu 
tidak secara langsung mewakili kondisi di bawahnya yang banyak CO2 dan H2S juga 
? 
  ataukah ada banyak faktor lain yang berpengaruh sehingga kondisi hydrocabon 
di permukaan dan bawah permukaan bisa berbeda ?
   
   
  Salam,
  Asep
  

Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pandanglah rembesan minyak dan gas dengan positif dan optimis, jangan dengan 
negatif dan pesimis. Benar yang ditulis Cepi, rembesan migas mengindikasi ada 
petroleum system aktif di daerah itu. Ada batuan induk matang yang telah 
menggenerasikan migas dan ada migrasi.
   
  Tetapi, keberadaan migas tak harus selalu mencerminkan problem perangkap dan 
penyekat. Benar, bahwa rembesan bisa mengindikasi ada perangkap yang bocor di 
bawah permukaan. Tetapi, bisa juga bahwa rembesan terjadi akibat perangkap di 
bawah permukaan telah penuh sampai ke titik limpahnya (full to spill point), 
dan minyak yang tak tertampung akan limpah ke tempat2 lain termasuk ke 
permukaan. Kasus kebocoran perangkap memang cukup sering dijadikan sebagai 
alasan asal rembesan, tetapi tak ada sebenarnya perangkap yang habis isinya 
karena bocor lalu jadi rembesan.
   
  Banyak sekali lapangan (di seluruh dunia) yang ditemukan via rembesan. Di 
Indonesia, bisa disebutkan bahwa lebih dari setengah lapangan ditemukan akibat 
hadirnya rembesan di atasnya. Jadi, saya berpendapat, jangan terlalu 
memperdulikan kegagalan perangkap atau penyekat; pikirkanlah terus bahwa telah 
ada generasi dan migrasi minyak dan gas di daerah itu.
   
  Menjawab pertanyaan Asep, jawaban pendek saya :
   
  1. Rembesan migas selalu merepresentasikan bahwa telah ada generasi dan 
migrasi migas di daerah itu.
  2. Rembesan migas hanya mengindikasi bahwa di bawah permukaan telah terjadi 
generasi dan migrasi. Bisa terdapat perangkap langsung di bawahnya (dengan cara 
itu banyak lapangn minyak ditemukan), tetapi bisa juga perangkapnya jauh dari 
lokasi rembesan sebab migrasi adalah proses yang rumit. Plot lokasi rembesan, 
apakah ia berasosiasi dengan jalur sesar, poros antiklin. Buat penampang 
geologinya, dari sini kita akan mulai perburuan perangkapnya di bawah permukaan

[iagi-net-l] Fwd: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil shale

2006-04-24 Terurut Topik Awang Satyana
Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:  Date: Mon, 24 Apr 2006 02:10:28 -0700 
(PDT)
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Geo_unpad] Tanya tentang oil shale
To: [EMAIL PROTECTED]

  Pak Herdi,
   
  Oil shales banyak berkaitan dengan lingkungan lakustrin dengan kerogen type 
tipe 2. Marine organic shales jarang sebagai oil shales. Kasus-kasus di dunia 
untuk oil shale seperti Green River Fm di US atau Pematang brown shales adalah 
berlingkungan lakustrin. Dengan adanya oil shale dan coal dan clay/sandstone 
jelas lingkungan pengendapannya didominasi terestrial lakustrin-transisi 
fluvio-deltaik. Pembalikan dan normal akan menentukan apakah sekuen itu 
transgresif atau regresif. Kasus-kasus di Indonesia pada umur Paleogen siklus 
normalnya adalah yang transgresif.
   
  Oil shale hanya mengekstraksi minyak dari shale pada temperatur T max 
(sekitar 435 deg C), jadi meniru proses generasi minyak dari batuan induk di 
alam. Saya pikir energinya setara dengan energi minyak yang dieksploitasi dari 
reservoir batupasir/karbonat.
   
  salam,
  awang

Khun Somsak [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pa Awang,

Simple expalanation dari sekuensi stratigrafi (idealised)
antara oil shale - coal - dan lapisan sedimen (clay or
sandstone)diatasnya atau di bagian bawahnya sebelum terbalik ?,
lingkungan pengendapannya ?... mohon sharing pencerahannya.

Kalau Oil shale tsb (yang umum di dunia) ekuivalent energinya
setara dengan apa sih ?



Salam
herdi



-
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

Re: [iagi-net-l] force nature

2006-04-24 Terurut Topik Awang Satyana
Pemberitahuan menarik Pak Bondan ! Terima kasih, perlu ditonton nih..Jadi ingat buku "Das Heilige" (Yang Ilahi) tulisan Rudolf Otto, ahli agama berkebangsaan Jerman. Saya hubungkan dengan alam sekarang, bukan keilahian. Menurut Otto, "Das Heilige" adalah kuasa yang sifatnya menggentarkan tetapi juga menakjubkan : sebuah konsep yang bernama "Numinosum tremendum et fascinosum".Begitulah juga alam, film force nature tentunya bercerita tentang "Mysterium Tremendum" misteri alam yang menggentarkan karena kedahsyatannya bila ia murka. Tetapi, alam juga jelas memiliki "Mysterium Fascinosum" yang membuat kita takjub sehingga mengagumi Khalik-nya.Numinosum fascinosum et tremendum jelas terlihat saat kita takjub memandang puncak Merapi dari pesawat yang kita tengah tumpangi, atau dari kejauhan, atau saat kita memandang langit biru dengan awan-awan putih berarak-arak, atau lautan luas
 saat kita tengah berada di kapal kecil di tengah-tengahnya; tetapi perasaan kita gentar dan takut saat Merapi bergetar, panas, dan mulai terbatuk2, atau saat angin topan menerbangkan atap-atap rumah dan mencabut pepohonan; atau saat gelombang laut tinggi tsunami menggusur semua bangunan di tepi pantai.Baik alam saat fascinosum maupun tremendum, semoga makin mendekatkan kita ke Sang Pencipta.salam,  awangBondan Brillianto [EMAIL PROTECTED] wrote:Minggu kemarin saya sempat jalan-jalan ke TMII  Di Kong Mas, kebetulan diputar film 3D berjudul Force Nature  Kesan : sangat bagus untuk ditonton, mengerti tentang geologist, bagus buat semua kalangan, anak-anak SD – senior geologist  Pengambilan film serta animasinya juga fantasticSempatkan nonton ya (bagi yang belum pernah )  Harga tiket Rp. 25.000/orang  Jadwal tayang 2 x sehari (jam 11 dan jam 13.00)   Durasi 1 jam.Keren habisssRegard's
  Bondan Brillianto  Development  Production
 Geologist  PT. MedcoEP Indonesia  Tel. 021-83991519 / 0811193255  
		Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates starting at 1/min.

Re: [iagi-net-l] Geologi Indonesia vs Majalah Geologi Indonesia

2006-04-24 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Min,
   
  Jurnal Geologi Indonesia dan Majalah Geologi Indonesia adalah benda yang 
sama tetapi berbeda umur. Geologi Indonesia adalah jurnal/majalah resmi IAGI 
yang terbit pertama kali tahun 1960. Tahun 1975 diurus izin cetaknya ke Laksus 
Kopkamtibda Jabar. Tahun 1978 diurus izin terbitnya ke Departemen Penerangan. 
Awal atau pertengahan tahun 1990an (?) jurnal ini berubah nama menjadi Majalah 
Geologi Indonesia. Mengapa berubah, tentu para pengurus IAGI saat itu yang 
lebih tahu. Statusnya masih sebagai jurnal. 
   
  Keteraturan publikasi MGI (Majalah Geologi Indonesia) terutama akan 
bergantung ke asupan artikel-artikel yang dikirim oleh para kontributor. Dalam 
sejarahnya, jurnal ini pernah terbit 1x setahun, tetapi belakangan bisa terbit 
rutin 3x setahun. Sumbangan artikel kelihatannya harus bersaing dengan 
paper-paper yang dikirim ke seminar2 geologi.
   
  Kalau bisa dibuatkan index artikel2 yang pernah terbit di Geologi Indonesia 
dan Majalah Geologi Indonesia, wah..tentu akan sangat baik. Hanya, 
menelusurinya tak akan mudah kelihatannya...
   
  salam,
  awang

Minarwan [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ketika sedang jalan-jalan di Georef saya menemukan jurnal milik IAGI
bernama Geologi Indonesia yang diterbitkan tahun 80-an akhir. Apakah
ini benda yang sama dengan Majalah Geologi Indonesia? Jika iya
bagaimana kisahnya sehingga menjadi Majalah (statusnya mungkin masih
jurnal juga?)?

Minarwan

--
Blog at http://decartenz.blogspot.com
Help GeoTUTOR at http://www.geotutor.tk
Jiwa Merdeka at http://jiwamerdeka.blogspot.com

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
Blab-away for as little as 1¢/min. Make  PC-to-Phone Calls using Yahoo! 
Messenger with Voice.

Re: [iagi-net-l] Updated : Geokronologi Kerak Kontinen dan Periodisasi Umur Bumi

2006-05-20 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Udin,
   
  Di Indonesia, batuan tertua ditemukan di Papua, tepatnya di Kepala Burung 
pada suatu tinggian terkenal di wilayah ini : Tinggian Kemum (sebelah 
timur-tenggara kota Sorong). Pieters et al. (1983 : The stratigraphy of western 
Irian Jaya - GRDC Bull. no. 8, p. 14-48) ) melaporkan adanya kerakal granit 
pada endapan metakonglomerat Formasi Kemum (Silur-Devon). Ketika ditera 
umurnya, kerakal granit ini berumur 1250 juta tahun (pra-Kambrium - 
Meso-Proterozoic : Ectasian). Formasi Kemum di tempat itu berupa runtuhan 
endapan turbidit (diduga sebagai endapan lereng benua Australia Craton, maka 
itu adalah granit asal Gondwanaland).
   
  Penentuan umur radiometri di Indonesia dilakukan pada batuan magmatik dan 
metamorfik, dan P3G (GRDC) punya program khusus untuk peneraan umur absolut 
ini. (Wikarno et al., 1993; Sukamto, 2000). Radiometric dating paling kompleks 
di Indonesia ada di Kepala Burung. Di sini menumpuk jadi satu jalur2 plutonit 
berbagai umur dari Tersier, Mesozoik, dan Paleozoik. Tentu, tak mudah 
menafsirkan petrotectonic setting-nya. 
   
  Di Indonesia Barat, batuan paling tua ditemukan pada jalur plutonit 
pra-Kambrium yang tersingkap di Pulau Anambas, Natuna, berumur 865 juta tahun 
(Neo-Proterozoic :  batas Tonian-Cryogenian). Batuan-batuan tua lainnya adalah 
genes Ordovisium berumur 500 juta tahun di Jalur Barisan, Sumatra dan batuan 
berumur Silur (418 juta tahun) di mikro-kontinen Banggai.
   
  Nah, itulah para pemegang sebutan batuan-batuan tertua di Indonesia. Mencari 
batuan paling tua, tentu kita harus pergi ke tengah perisai benua. Di 
Indonesia, saya pikir ia terpendam di bawah perairan Sahul. Di sini pulalah 
target eksplorasi hidrokarbon Kambrium akan segera dimulai !
   
  salam,
  awang
   
   
  Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang, bagaimana dengan Indonesia? Dimana letak batuan tertua dan 
berapa umurnya?

udin,-

Awang Harun Satyana wrote:
 Berapa umur Bumi yang resmi diterima ? Ternyata tak terlalu jauh bergeser 
 sejak Claire Peterson menemukan metode dating absolut menggunakan isotop 
 tahun 1956 dan menemukan umur 4.55 Gigayears (milyar tahun). Skala Waktu 
 Geologi terbaru (Gradstein et al., 2004) mencantumkan 4.56 Ga (gigayears ago) 
 sebagai saat Bumi terbentuk. Perlu diketahui, buku besar dan tebal ini telah 
 memuat ratusan referensi pendukung, sehingga semua kemajuan terakhir telah 
 diakomodasinya. Buku Skinner et al. (2004) Dynamic Earth (edisi ke-5) - 
 Jihn Willey  Sons tetap mencantumkan 4.55 Ga. Dan Luhr -ed. (2003) 
 mencantumkan 4.56 Ga di buku yang dieditnya yang didukung oleh puluhan 
 geosaintis di buku Earth Dorling Kindersley Ltd. Kapan Alam Semesta sendiri 
 lahir ? Menurut buku Luhr (2003) adalah 13-14 Ga.

 


-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
Sneak preview the  all-new Yahoo.com. It's not radically different. Just 
radically better. 

[iagi-net-l] Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006

2006-05-26 Terurut Topik Awang Satyana
Gempa telah mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dirasakan ke barat 
sampai Banyumas, utara sampai Semarang dan Blora, dan timur sampai Madiun. 
Episentrum terletak di Lautan Hindia. Kerusakan besar terjadi di Yogyakarta. 
Issue tsunami telah membuat warga panik, dan mengungsi rame2 ke Kaliurang 
menuju Merapi. Kalau benar ada tsunami (secara ilmiah kecil kemungkinan) maka 
dari selatan warga diserbu gelombang laut stunami, dari utara warga diguyur 
hujan abu.
   
  Gempa ini gempa tektonik, bukan volkanik, jadi tak ada hubungannya dengan 
geliat Merapi akhir2 ini. Tetapi, gempa ini bisa memprovokasi Merapi untuk ikut 
unjuk gigi, tetapi bahkan bisa menghentikannya. Guguran lava bisa saja dipicu 
gempa tektonik. Lereng Merapi-Merbabu dilaporkan mengalami longsor juga.
   
  Data dari BMG dan USGS Earthquake Center ada perbedaan di kedalaman dan 
magnitude, biasa sebab data masih serabutan dan ada perbedaan perhitungan, 
tetapi data direvisi terus. Berikut kutipan info dari USGS : 
   
  Earthquake DetailsMagnitude
6.2 (Strong)
  Date-Time
·  Friday, May 26, 2006 at 22:54:01 (UTC)
= Coordinated Universal Time 
  ·  Saturday, May 27, 2006 at 5:54:01 AM 
= local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones 
  Location
8.007°S, 110.286°E
  Depth
17.1 km (10.6 miles) (poorly constrained)
  Region
JAVA, INDONESIA
  Distances
25 km (15 miles) SSW of Yogyakarta, Java, Indonesia
115 km (75 miles) S of Semarang, Java, Indonesia
145 km (90 miles) SSE of Pekalongan, Java, Indonesia
440 km (275 miles) ESE of JAKARTA, Java, Indonesia
  Location Uncertainty
horizontal +/- 12.5 km (7.8 miles); depth +/- 36.4 km (22.6 miles)
  Parameters
Nst=122, Nph=122, Dmin=999 km, Rmss=1.48 sec, Gp= 43°,
M-type=moment magnitude (Mw), Version=6 
  Source
USGS NEIC (WDCS-D)
  Event ID
usneb6

   
  Kedalaman hiposentrum sudah dikoreksi berdasarkan earthquake focal 
sphere/mechanism menjadi 28 km (menurut BMG masih 38 km). Magnitude menurut BMG 
5.8 SR.
   
  Apakah ini tsunami-genic earthquake ? Saya pikir bukan sebab moment tensor 
solution pada focal shere-nya menunjukkan gerak strike-slip. Gerak strike-slip 
mestinya tak terlalu memindahkan massa kolom air laut di atas episentrum. Beda 
halnya kalau geraknya vertikal seperti thrust atau normal fault. Di samping 
itu, tsunami biasanya (statistik ini) dibangkitkan oleh gempa dengan magnitude 
 7.0 SR dan kedalaman hiposentrum  30 km. Dan, melihat lokasi episentrum yang 
tak sampai 50 km di selatan Yogya, beberapa jam setelah gempa tak dilaporkan 
ada tsunami, maka bisa dipastikan tak ada tsunami sebab lokasi yang hanya 50 
km kalau ada tsunami tentu sudah menggempur Yogya hanya 1/2 jam atau kurang 
setelah gempa terjadi.
   
  Di Lampung, dilaporkan juga ada gempa pukul 06.29 WIB, terjadi propagasi gaya 
ke BBL mungkin, walau slip vektor subduction di selatan Jawa ke 10 deg 
NE.Mungkin karena ini frontal convergence (beda dengan di Sumatra), propagasi 
gaya tidak mesti searah dengan slipnya. Atau, yang di Lampung tak berhubungan 
dengan yang di Yogya.
   
  Semoga tak terlalu banyak korban tewas, walaupun saat tulisan ini dibuat 
(pukul 08.45) dilaporkan telah ada 10 korban gempa yang tewas di RS Bethesda.
   
  salam,
  awang
   
  (be alert, we are sleeping with earthquake !)


-
Be a chatter box. Enjoy free PC-to-PC calls  with Yahoo! Messenger with Voice.

Re: [iagi-net-l] Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006

2006-05-27 Terurut Topik Awang Satyana
Apakah ada pergeseran episentrum dan penyebabnya adalah sesar geser di 
daratan?

udin,-
   
  Tak ada pergeseran episentrum gempa. Gempa 4.5 SR pukul 11.21 AM itu (USGS) 
adalah masih aftershock gempa pertama 6.2 SR pukul 05.56 AM. Coba plot lokasi 
episentrum dua gempa ini - itu sangat menunjukkan slip vector lempeng Samudra 
Hindia berkonvergen terhadap Jawa, yaitu 10 deg NE. Kalau diplot semua 
episentrum-nya pasti membuat swarm of earthquake epicentrums yang akan 
menunjukkan slip vector konvergensi lempeng2 di wilayah ini.
   
  Focal mechanism plotting menunjukkan strike-slip faulting, ini bukan 
strike-slip di daratan, sesar lama, tetapi saya pikir itu rupture front pada 
Benioff zone, yaitu robekan/retakan/patahan baru yang terjadi akibat gempa ini. 
Ingat, sobekan ini bisa terjadi pada tingkat 3 km/detik. Maka, akan 
bergantung kepada berapa panjang retakan bidang sesar terbentuk, secepat itulah 
propagasi gelombang gempa menjalar ke permukaan. 
   
  salam,
  awang
   
  
Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kutipan terakhir dari USGS:
http://neic.usgs.gov/neis/last_event/world_indonesia.html

*Magnitude* 
4.5
*Date-Time* 
*Saturday, 
May 27, 2006 at 04:21:50 (UTC)* - Coordinated Universal Time
Saturday, May 27, 2006 at 11:21:50 AM local time at epicenter
Time of Earthquake in other Time Zones 
*Location* 
7.86S 
110.81E
*Depth* 
10.0 kilometers
*Region* 
*JAVA, INDONESIA *
*Reference* 
45 km 
(30 miles) E of *Yogyakarta, Java, Indonesia*
105 km (65 miles) SSE of *Semarang, Java, Indonesia*
170 km (105 miles) SE of *Pekalongan, Java, Indonesia*
485 km (305 miles) ESE of *JAKARTA, Java, Indonesia*
*Location Quality* 
Error 
estimate: horizontal +/- 18.7 km; depth fixed by location program
*Location Quality
Parameters* 

Nst=36, Nph=36, Dmin=1753.5 km, Rmss=0.91 sec, Erho=18.7 km, Erzz=0 km, 
Gp=75.8 degrees
*Source* 
USGS NEIC (WDCS-D)


Apakah ada pergeseran episentrum dan penyebabnya adalah sesar geser di 
daratan?

udin,-

Awang Satyana wrote:
 Gempa telah mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dirasakan ke barat 
 sampai Banyumas, utara sampai Semarang dan Blora, dan timur sampai Madiun. 
 Episentrum terletak di Lautan Hindia. Kerusakan besar terjadi di Yogyakarta. 
 Issue tsunami telah membuat warga panik, dan mengungsi rame2 ke Kaliurang 
 menuju Merapi. Kalau benar ada tsunami (secara ilmiah kecil kemungkinan) maka 
 dari selatan warga diserbu gelombang laut stunami, dari utara warga diguyur 
 hujan abu.
 
 Gempa ini gempa tektonik, bukan volkanik, jadi tak ada hubungannya dengan 
 geliat Merapi akhir2 ini. Tetapi, gempa ini bisa memprovokasi Merapi untuk 
 ikut unjuk gigi, tetapi bahkan bisa menghentikannya. Guguran lava bisa saja 
 dipicu gempa tektonik. Lereng Merapi-Merbabu dilaporkan mengalami longsor 
 juga.
 
 Data dari BMG dan USGS Earthquake Center ada perbedaan di kedalaman dan 
 magnitude, biasa sebab data masih serabutan dan ada perbedaan perhitungan, 
 tetapi data direvisi terus. Berikut kutipan info dari USGS : 
 
 Earthquake Details Magnitude
 6.2 (Strong)
 Date-Time
 · Friday, May 26, 2006 at 22:54:01 (UTC)
 = Coordinated Universal Time 
 · Saturday, May 27, 2006 at 5:54:01 AM 
 = local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones 
 Location
 8.007°S, 110.286°E
 Depth
 17.1 km (10.6 miles) (poorly constrained)
 Region
 JAVA, INDONESIA
 Distances
 25 km (15 miles) SSW of Yogyakarta, Java, Indonesia
 115 km (75 miles) S of Semarang, Java, Indonesia
 145 km (90 miles) SSE of Pekalongan, Java, Indonesia
 440 km (275 miles) ESE of JAKARTA, Java, Indonesia
 Location Uncertainty
 horizontal +/- 12.5 km (7.8 miles); depth +/- 36.4 km (22.6 miles)
 Parameters
 Nst=122, Nph=122, Dmin=999 km, Rmss=1.48 sec, Gp= 43°,
 M-type=moment magnitude (Mw), Version=6 
 Source
 USGS NEIC (WDCS-D)
 Event ID
 usneb6

 
 Kedalaman hiposentrum sudah dikoreksi berdasarkan earthquake focal 
 sphere/mechanism menjadi 28 km (menurut BMG masih 38 km). Magnitude menurut 
 BMG 5.8 SR.
 
 Apakah ini tsunami-genic earthquake ? Saya pikir bukan sebab moment tensor 
 solution pada focal shere-nya menunjukkan gerak strike-slip. Gerak 
 strike-slip mestinya tak terlalu memindahkan massa kolom air laut di atas 
 episentrum. Beda halnya kalau geraknya vertikal seperti thrust atau normal 
 fault. Di samping itu, tsunami biasanya (statistik ini) dibangkitkan oleh 
 gempa dengan magnitude  7.0 SR dan kedalaman hiposentrum  30 km. Dan, 
 melihat lokasi episentrum yang tak sampai 50 km di selatan Yogya, beberapa 
 jam setelah gempa tak dilaporkan ada tsunami, maka bisa dipastikan tak ada 
 tsunami sebab lokasi yang hanya 50 km kalau ada tsunami tentu sudah 
 menggempur Yogya hanya 1/2 jam atau kurang setelah gempa terjadi.
 
 Di Lampung, dilaporkan juga ada gempa pukul 06.29 WIB, terjadi propagasi gaya 
 ke BBL mungkin, walau slip vektor subduction di selatan Jawa ke 10 deg 
 NE.Mungkin karena ini frontal convergence (beda dengan di Sumatra), propagasi 
 gaya tidak mesti searah dengan

Re: [iagi-net-l] Aftershocks Bergerak ke NE (Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006)

2006-05-27 Terurut Topik Awang Satyana
Plotting episentrum mainshock dan aftershocks gempa Yogya dari pukul 05.55 
(main shock) sampai episentrum aftershocks pukul 08, 09, dan 11 menunjukkan 
bahwa pusat2 gempa sedang bergerak ke daratan. Pukul 11.21 posisi episentrum 
sudah di bagian tenggara daratan Yogyakarta. Magnitude gempa semakin menurun. 
Sampai pukul 14.30 sudah terjadi 74 aftershocks.
   
  Gerakan perpindahan ini sejajar dengan slip vector konvergensi lempeng Hindia 
terhadap Eurasia, yaitu 10 derajat NE. Focal mechanism solution menunjukkan 
strike-slip faulting pada rupture front-nya. Bisa jadi sesar mendatar baru ini 
menyusup di bawah daratan Yogya sepanjang sekian km dengan arah 10 deg NE, dan 
dari situ pulalah mungkin keluar episentrum2 gempa susulan.
   
  Kalau kita tarik garis 10 deg NE dari episentrum gempa utama di Lautan Hindia 
menuju daratan Yogya, di situlah mungkin aftershock epicentrums akan berkumpul, 
semoga tak terlalu merusakkan walau goncangan terkuat aftershocks mungkin akan 
tak jauh keluar dari garis itu.
   
  salam,
  awang

Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Trims, Pak Awang.
Saya lupa memperhatikan data kedalamannya, terlalu terpaku pada plotting 
di permukaan. Maklum panik juga sebab rasanya ini gempa terbesar di 
jogja dengan tingkat kerusakan yang tinggi selama ini.

udin,-

Awang Satyana wrote:
 
 Tak ada pergeseran episentrum gempa. Gempa 4.5 SR pukul 11.21 AM itu (USGS) 
 adalah masih aftershock gempa pertama 6.2 SR pukul 05.56 AM. Coba plot lokasi 
 episentrum dua gempa ini - itu sangat menunjukkan slip vector lempeng Samudra 
 Hindia berkonvergen terhadap Jawa, yaitu 10 deg NE. Kalau diplot semua 
 episentrum-nya pasti membuat swarm of earthquake epicentrums yang akan 
 menunjukkan slip vector konvergensi lempeng2 di wilayah ini.
 
 Focal mechanism plotting menunjukkan strike-slip faulting, ini bukan 
 strike-slip di daratan, sesar lama, tetapi saya pikir itu rupture front 
 pada Benioff zone, yaitu robekan/retakan/patahan baru yang terjadi akibat 
 gempa ini. Ingat, sobekan ini bisa terjadi pada tingkat 3 km/detik. Maka, 
 akan bergantung kepada berapa panjang retakan bidang sesar terbentuk, secepat 
 itulah propagasi gelombang gempa menjalar ke permukaan. 
 
 salam,
 awang
 



-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ 
countries) for 2¢/min or less.

Re: [iagi-net-l] Aftershocks Bergerak ke NE (Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006)

2006-05-27 Terurut Topik Awang Satyana
Kalau sesar baru ini memanfaatkan konfigurasi substrate di wilayah ini, maka ia 
akan berpropagasi dari episentrum gempa utama ke arah TL sampai ujung utaranya 
di Perbukitan Jiwo. Artinya, Solo atau bahkan Klaten pun luput dari robekan. 
Maksimum, ia akan sekitar 30 km ke arah TL dari garis pantai Parang Tritis.
   
  Kalau kita perhatikan Sungai Opak, ia mengalir di sepanjang batas litologi 
antara gamping Miosen Wonosari dan deposit volkanik Kuarter Merapi yang menutup 
Sleman, Yogya, dan Bantul. Kelihatannya, sesar baru ini pun mungkin terbentuk 
di batas litologi ini sebab batas ini pun bisa jadi sebenarnya suatu batas 
struktur tua yang mengindentasi  garis pantai selatan Jawa Tengah. Di wilayah 
ini, Pegunungan Selatan Jawa tenggelam dari Nusa Kambangan sampai muncul 
kembali di timur Sungai Opak.
   
  Rupture front-nya baru, dibangkitkan gempa Yogya 27 Mei 2006, tetapi ia bisa 
saja berpropagasi sebagai strike-slip fault memanfaatkan struktur substrate 
yang sudah ada di sini sejak Paleogen - yaitu batas timur indentasi garis 
pantai selatan Jawa.
   
  Mudah2-an benar, ia tak sampai Solo, Klaten pun tidak agar swarm of 
aftershocks tak merangsek makin ke utara.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Gambar ploting gempa2 susulan versi BMG dan versi USGS aku pasang di
http://rovicky.blogspot.com
Sepertinya gempa2 USGS ini yg sesuai dengan dugaan pak Awang.

Setelah saya plot lokasi2 gempa tersebut sepertinya memang
propagasinya kearah NE.
Yang saya takut propagate ke solo. Saya ngga tahu sepanjang mana sesar
aktif ini.
Saya inget dulu sewaktu kuliah ada yg akan mengukur pergeseran sesar
ini dengan GPS waktu itu (akhir 80an). tetapi tentunya GPS belum
secanggih saat ini. Pergerakan sesar saat itu tidak terdeteksi, karena
mungkin keakurasian dan presisi alat GPS yg masih belum sebaik saat
ini.

RDP

On 5/27/06, Awang Satyana wrote:
 Plotting episentrum mainshock dan aftershocks gempa Yogya dari pukul 05.55 
 (main shock) sampai episentrum aftershocks pukul 08, 09, dan 11 menunjukkan 
 bahwa pusat2 gempa sedang bergerak ke daratan. Pukul 11.21 posisi episentrum 
 sudah di bagian tenggara daratan Yogyakarta. Magnitude gempa semakin menurun. 
 Sampai pukul 14.30 sudah terjadi 74 aftershocks.

 Gerakan perpindahan ini sejajar dengan slip vector konvergensi lempeng Hindia 
 terhadap Eurasia, yaitu 10 derajat NE. Focal mechanism solution menunjukkan 
 strike-slip faulting pada rupture front-nya. Bisa jadi sesar mendatar baru 
 ini menyusup di bawah daratan Yogya sepanjang sekian km dengan arah 10 deg 
 NE, dan dari situ pulalah mungkin keluar episentrum2 gempa susulan.

 Kalau kita tarik garis 10 deg NE dari episentrum gempa utama di Lautan Hindia 
 menuju daratan Yogya, di situlah mungkin aftershock epicentrums akan 
 berkumpul, semoga tak terlalu merusakkan walau goncangan terkuat aftershocks 
 mungkin akan tak jauh keluar dari garis itu.

 salam,
 awang

 Salahuddin Husein wrote:
 Trims, Pak Awang.
 Saya lupa memperhatikan data kedalamannya, terlalu terpaku pada plotting
 di permukaan. Maklum panik juga sebab rasanya ini gempa terbesar di
 jogja dengan tingkat kerusakan yang tinggi selama ini.

 udin,-

 Awang Satyana wrote:
 
  Tak ada pergeseran episentrum gempa. Gempa 4.5 SR pukul 11.21 AM itu (USGS) 
  adalah masih aftershock gempa pertama 6.2 SR pukul 05.56 AM. Coba plot 
  lokasi episentrum dua gempa ini - itu sangat menunjukkan slip vector 
  lempeng Samudra Hindia berkonvergen terhadap Jawa, yaitu 10 deg NE. Kalau 
  diplot semua episentrum-nya pasti membuat swarm of earthquake epicentrums 
  yang akan menunjukkan slip vector konvergensi lempeng2 di wilayah ini.
 
  Focal mechanism plotting menunjukkan strike-slip faulting, ini bukan 
  strike-slip di daratan, sesar lama, tetapi saya pikir itu rupture front 
  pada Benioff zone, yaitu robekan/retakan/patahan baru yang terjadi akibat 
  gempa ini. Ingat, sobekan ini bisa terjadi pada tingkat 3 km/detik. Maka, 
  akan bergantung kepada berapa panjang retakan bidang sesar terbentuk, 
  secepat itulah propagasi gelombang gempa menjalar ke permukaan.
 
  salam,
  awang
 
 


 -
 - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
 - Call For Papers until 26 May 2006
 - Submit to: [EMAIL PROTECTED]
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Re: [iagi-net-l] Tim Gempa Yogya

2006-06-03 Terurut Topik Awang Satyana
Dan, kita juga suka latah lalu besar/semangat di muka saja, coba lihat nanti 
pun akan sepi dengan sendirinya. Hidden agenda, terpaksa harus dicurigai 
pula, belum tentu tujuannya mulia. Bagaimana kalau bencana saja dijadikan 
kendaraan politik, ah..keterlaluan !
   
  BPPT, LIPI, ITB, BMG dll badan ilmiah sebaiknya saling berkoordinasi dalam 
penelitian ini. Kalau ini, memang harus berangkat sekarang Pak Ismail, sebelum 
buntut gempa (seperti kata Pak Rovicky) lenyap. Siapa tahu goncangan2 sisa itu 
bisa mengarahkan penelitian.
   
  salam,
  awang

Noor Syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Ismail,

Jangan lupa, itupun baru AKAN... jadi memang kelihatannya sangat reaktif
terhadap kejadian dan terhadap pertanyaan dari reporter..perkara setelah
wawancara atau beritanya masuk koran kemudian tidur lagi gak ada yang
tahukhan...?

a+

- Original Message -
From: Ismail Zaini 

To: 
Sent: Saturday, June 03, 2006 7:29 AM
Subject: [iagi-net-l] Tim Gempa Yogya


 Trijaya FM memberitakan LIPI akan menurunkan Timnya untuk meneliti Gempa
 Yogya/ Sesar Opak. Kompas sabtu memberitakan bppt menurunkan Tim untuk
 mecari Sesar opak ( belum ketemu ), BMG juga menurunkan Tim yang sama ,
 serta Tim Tim dari instansi lain untuk hal yang sama.
 DPR juga tidak kalah akan menurunkan Tim nya , BPK juga segera akan
 menurunkan Timnya. DPR kabarnya juga bentuk pansus untuk RUU pembemtukan
 lembaga bancana alam
 Kadang kadang saya berpikir , apakah Harus sekarang semuanya bekerja
disitu
 , kok tidak ada semacam skala prioritas, Untuk hal hal yang sama apakah
 tidak disatukan saja / dikordinir Tim Timnya biar efektif. apalagi semua
 institusi pemerintah dan pakai sumber APBN semuanya.
 ( kayaknya kepentingan sektoral lebih diutamakan).

 ISM




 -
 - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
 - Call For Papers until 26 May 2006
 - Submit to: [EMAIL PROTECTED]
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -




-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] PERMADI :Jakarta akan akan dihantam bencana besar

2006-06-03 Terurut Topik Awang Satyana
Gempa selalu datang seperti pencuri, tak ada yang tahu. Sebelum gempa datang, 
tak ada seorang ahli pun yang berani bilang, awas gempa kan datang, segera 
mengungsi ! (walaupun ini pernah terjadi di Cina tahun 1975 dan berhasil 
menyelamatkan puluhan ribu orang, - tapi di gempa2 berikutnya mereka kecolongan 
juga).
   
  Setelah gempa datang, banyak kalangan (ahli, juga bahkan paranormal) 
mengklaim mereka sebenarnya telah memprediksi gempa itu kan datang. Wah..
   
  Maka sebaiknya (khususnya para ahli) tak usah deh bilang ke media massa bahwa 
gempa itu sudah diprediksi, atau hati2lah berbicara sebab yang diterima 
wartawan belum tentu sama dengan yang dimaksudkan.
   
  Tanpa diprediksi pun, Indonesia itu sudah nasibnya negeri gempa.
   
  salam,
  awang

Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Persi !
Itulah celahnya Permadi berkelit nanti.. Dia tidak menyebutkan waktu 
yang spesifik.
Bila bencana alamnya terjadi 6 minggu lagi, dia akan cuap-cuap di media 
massa: oh, itu saya sudah ngomong 6 minggu yang lalu...
Bila bencana alamnya terjadi 6 bulan lagi, dia akan ngomong serupa: 
saya kan sudah memberi warning 6 bulan lalu.
Dan bila tidak terjadi bencana alam sama sekali, sebagai politikus 
paling sambil mesem-mesem nanti dia ngomong: saya kan hanya berwacana 
saja...


 Quote:
 Seperti waktu di Aceh, saya sudah memprediksi sejak 4 hari
 sebelumnya, ungkapnya.



-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[iagi-net-l] Meteor Mega-Hit, Permian-Triassic Extinction, Continental Rifting

2006-06-03 Terurut Topik Awang Satyana
Berikut ada berita sains menarik, dikutip dari AFP dan Yahoo news. Sekelompok 
ilmuwan baru saja mengumumkan penemuan mereka (2 Juni 2006). 
   
  Sebuah kawah meteorit selebar hampir 500 km ditemukan di Antarktika sebelah 
timur. Mereka memperkirakan ukuran meteorit ini 4-5 kali lebih besar daripada 
meteorit pemusnah dinosaurus di K-T boundary. Berdasarkan dating, meteorit ini 
membentur Bumi pada batas Paleozoikum-Mesozoikum, Perem-Trias. Ini adalah 
periode kepunahan masal paling besar dalam sejarah Bumi. Meteorit ini juga 
kemudian diduga telah mempengaruhi pemisahan Australia dari Gondwana pada 
Yura-Kapur.
   
  Meteor mega-hit spawned Australian continent
   
  A meteor's roaring crash into Antarctica -- larger and earlier than the 
impact that killed the dinosaurs -- caused the biggest mass extinction in 
Earth's history and likely spawned the Australian continent, scientists said.
   
  Ohio State University scientists said the 483-kilometer-wide (300-mile-wide) 
crater is now hidden more than 1.6 kilometers (one mile) beneath the East 
Antarctic Ice Sheet.
   
  Gravity measurements that reveal its existence suggest that it could date 
back about 250 million years -- the time of the Permian-Triassic extinction, 
when almost all animal life on Earth died out, the university said in a 
statement Thursday.
   
  Its size and location -- in the Wilkes Land region of East Antarctica, south 
of Australia -- also suggest that it could have begun the breakup of the 
Gondwana supercontinent by creating the tectonic rift that pushed Australia 
northward, they added.
   
  Scientists believe that the Permian-Triassic extinction paved the way for the 
dinosaurs to rise to prominence.
   
  The Wilkes Land crater is more than twice the size of the Chicxulub crater in 
Mexico's Yucatan peninsula, which marks the impact that may have ultimately 
killed the dinosaurs 65 million years ago.
   
  The Chicxulub meteor is thought to have been 9.6 kilometers (six miles) wide, 
while the Wilkes Land meteor could have been up to 48.3 kilometers (30 miles) 
wide -- four or five times wider.
   
  This Wilkes Land impact is much bigger than the impact that killed the 
dinosaurs, and probably would have caused catastrophic damage at the time, 
said Ralph von Frese, a professor of geological sciences at Ohio State.
   
  He and Laramie Potts, a postdoctoral researcher in geological sciences, led 
the team that discovered the crater. They collaborated with other Ohio State 
and NASA scientists, as well as partners from Russia and South Korea. They 
reported their preliminary results in a recent American Geophysical Union Joint 
Assembly meeting in Baltimore, Maryland.
   
  Some 100 million years ago, Australia split from the ancient Gondwana 
supercontinent and began drifting north, pushed away by expansion of a rift 
valley into the eastern Indian Ocean. The rift cuts directly through the 
crater, so the impact may have helped the rift to form, von Frese said.
   
  The more immediate effects of the impact, however, would have devastated life 
on Earth.
   
  All the environmental changes that would have resulted from the impact would 
have created a highly caustic environment that was really hard to endure. So it 
makes sense that a lot of life went extinct at that time, he said.
   
  Collaborators included Stuart Wells and Orlando Hernandez, graduate students 
in geological sciences at Ohio State; Luis Gaya-Pique and Hyung Rae Kim, both 
of NASA's Goddard Space Flight Center; Alexander Golynsky of the All-Russia 
Research Institute for Geology and Mineral Resources of the World Ocean; and 
Jeong Woo Kim and Jong Sun Hwang, both of Sejong University in South Korea.
   
  Copyright © 2006 Agence France Presse. All rights reserved.  
  Copyright © 2006 Yahoo! Inc. All rights reserved.
   
  salam,
  awang

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Meteor Mega-Hit, Permian-Triassic Extinction, Continental Rifting

2006-06-03 Terurut Topik Awang Satyana
 ditemukan plato basalt dalam skala yang sangat luas. Tetapi 
sudah diduga bahwa material magma basa ini langsung dibawa dari lower crust 
atau mantle melalui retakan2 di upper crust. Plato ini masih ditemukan sampai 
ke Norwegia. 
   
  Buku yang lebih baru (Dixon et al. 2001, eds.)  Atlas of Life on Earth 
-Barnes and Noble) menyebut plato basalt di Siberia Utara ini sebagai Siberian 
Traps, sebuah plato basalt yang terjadi di utara Pegunungan Ural. Pegunungan 
Ural adalah suture antara dua mikro-kontinen : Laurasia dan Angaraland. Saat 
ini, Siberian Traps bisa dilihat di sebelah barat Kazakhstan. 
   
  Plato basalt selebar itu kalau dibandingkan dengan volkanisme normal, berarti 
100 kalinya, tetapi terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Apalagi 
penyebabnya kalau bukan suatu yang katastrofik ? Saya meyakini - setelah tahu 
ada penemuan kawah meteorit Permo-Triasik selebar hampir 500 km di Antarktika 
Timur - bahwa Siberian Basalt Traps adalah ANTIPODE dari Meteorit Wilkes di 
Antarktika yang menghantam Bumi di penghujung Permian. Volkanisme seiintensif 
itu tentu bertanggung jawab bagi perubahan iklim, pelepasan CO2 besar2an ke 
atmosfer, greenhouse effect, dan kepunahan masa di ujung Paleozoic.
   
  Benturan meteorit ini ada di jalur rifting Mesozoik Gondwanaland, dan diduga 
sebagai pemicunya, maka ia pun bertanggung jawab kepada distribusi lempeng2 di 
Bumi.
   
  salam,
  awang
   
   
  Salahuddin Husein [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,
apakah tumbukan meteorit sebesar itu mampu menggeser posisi bumi dari 
garis orbitnya?
Dan bila memang bisa, apakah bumi akan tetap berada pada garis orbit 
yang baru atau akan dapat kembali ke garis orbit semula?
Sebab bila memang mampu menggeser, perubahan orbit ini menurut dugaan 
saya semakin memperkuat kemusnahan makhluk hidup yang gagal beradaptasi 
terhadap perbuahan iklim drastis.

Kemudian bagaimanakah mekanisme perubahan sirkulasi sel-sel astenosfer 
akibat tumbukan meteorit tersebut sehingga terbentuk konfigurasi 
lempeng-lempeng baru?

salam,
udin,-

Awang Satyana wrote:
 Berikut ada berita sains menarik, dikutip dari AFP dan Yahoo news. Sekelompok 
 ilmuwan baru saja mengumumkan penemuan mereka (2 Juni 2006). 
 
 Sebuah kawah meteorit selebar hampir 500 km ditemukan di Antarktika sebelah 
 timur. Mereka memperkirakan ukuran meteorit ini 4-5 kali lebih besar daripada 
 meteorit pemusnah dinosaurus di K-T boundary. Berdasarkan dating, meteorit 
 ini membentur Bumi pada batas Paleozoikum-Mesozoikum, Perem-Trias. Ini adalah 
 periode kepunahan masal paling besar dalam sejarah Bumi. Meteorit ini juga 
 kemudian diduga telah mempengaruhi pemisahan Australia dari Gondwana pada 
 Yura-Kapur.
 
 


-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Informasinya benar (Banjar Panji Mud-Extrusion)

2006-06-13 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
   
  Terima kasih telah berbagi info. Memang, kasus-kasus blow-out yang disumbat 
semen atau ditutup BOP, kalau litologi sekitar sumur lemah, gas kick akan 
mencari daerah2 lemah sekeliling sumur, lalu keluar dari situ dan akibatnya 
akan menenggelamkan struktur sekitar lokasi sumur. Saya pikir, rig Semanlu 
Total di offshore Kalimantan Timur tenggelam gara-gara ini juga awal tahun 
1990an.
   
  Hanya, yang keluar di Banjar Panji adalah lumpur cair ber-H2S dan kita tahu 
bahwa di bawahnya ada peluang2 struktur2 diapirik yang terpotong-potong sesar. 
Kemudian, muncul juga sekitar lima mata air panas di sekitar titik semburan. 
Baik titik2 ekstrusi lumpur maupun mata air panas membentuk kelurusan sekitar 
BBD-TTL. Kalau buat saya, itu bukan big hole breakout, tetapi kelurusan sesar 
yang merupakan splay sintetik dari sesar utama di wilayah ini - strike-slip 
BD-TL. 
   
  Waktu terjadi gempa Yogya kemarin, bukan Sesar Opak saja yang tereaktivasi, 
tetapi banyak sesar strike-slip yang punya arah sama dengan sesar Opak. Dan, 
gempa ini punya focal mechanism strike-slip. Saya pikir, bukan hal sulit untuk 
mereaktivasi semua sesar strike-slip yang arahnya lebih-kurang sejajar dengan 
Sesar Opak. Lagipula, catatan stasiun2 terdekat dengan Banjar Panji mencatat 
magnitude gempa 3.5-4.8 SR pada saat gempa menggoyang Yogya dengan kekuatan 5.9 
SR;  saya pikir ini fakta yang tak bisa diabaikan. Sesar tak hanya merancah 
Kalibeng, tetapi juga Pucangan. Walaupun sudah di belakang casing, kalau 
liquefaction terjadi sepanjang sesar, liquefied materials yang disemburkan ke 
permukaan bisa juga dikontribusi dari Pucangan.
   
  salam,
  awang

Noor Syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,

Seingat saya ada dua kasus yang mirip (tapi tidak sama benar karena yang
keluar gas -atau juga lumpur tapi nggak kelihatan karena lokasinya di
offshore). Dua-duanya terjadi di tahun 70-80-an saya lupa persisnya. Saya
waktu tertarik membaca karena berhubungan dengan North Sokang dan kebetulan
juga laporannya dilengkapi gambar urut-urutan tenggelamnya si kapal.

- kasus tenggelamnya drill ship di sekitar Natuna (operatornya Mobil..?)
sumur mengalami kick (yang di jatim: loss), kemudian sumur disumbat. Dipikir
sudah aman, eh nggak tahunya beberapa jam kemudian mulai keluar gelembung
gas di salah satu sisi drill ship itu. Makin lama makin besar gelembungnya,
dan tentunya ini mempengaruhi berat jenis air. Akibatnya lama-lama si drill
shipnya miring ke arah yang ada gelembung gasnya (BJ lebih kecil) dan
beberapa jam kemudian terbalik total model tangkuban perahu.
Jadi setelah sumur disumbat rupanya si gas lari mendesak ke permukaan dan
menimbulkan rekahan yang makin lama makin besar.

- kasus kedua di selat malaka (operatornya Caltex atau Hudbay ..?)
mirip di atas, sumurnya kick, kemudian disumbat dan gas mendesak ke atas
lewat rekahan. saya lupa apakah ini berupa platform atau barge yang
akhirnya juga tenggelam. Tapi seingat saya lokasinya di laut dangkal atau
bahkan transisi.

Dua-duanya ada gas yang keluar via rekahan setelah sumur disumbat dan
rasanya tidak ada yang mengkaitkan dengan gempa di laporan yang pernah saya
baca. Jadi mungkin kasusnya Lapindo ini sama, setelah disumbat si gas lari
via rekahan dan karena ini lokasinya di daratan maka airnya tentunya jadi
kelihatan berlumpur. Dari cerita teman-teman bahwa lumpur di Jatim sangat
encer, maka mungkin pada kasus di atas si lumpurnya tidak terlalu kelihatan
karena bercampur air laut.

Hal lain yang menarik adalah bahwa adanya keterangan pak Faiz (dir opsnya
Lapindo) bahwa ketiga titik semburannya membentuk garis lurus. Mungkin bisa
dilihat dari konfigurasi sigma-nya, apakah tidak mungkin ini merupakan hole
breakout skala besar.


salam,

- Original Message -
From: Awang Harun Satyana 
To: 
Sent: Tuesday, June 13, 2006 8:57 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Informasinya benar (Banjar Panji Mud-Extrusion)


Saat terjadi problem, data pertama yang selalu kita minta dan amati adalah :
kronologi sumur. Dari rentetan peristiwa di sumur itulah biasanya kita
memutuskan apa penyebab problem di sumur. Hanya, khusus untuk Banjar Panji
kita tak bisa mengesampingkan kasus gempa sebab semua semburan terjadi
setelah gempa terjadi. Semua yang ditanyakan Pak Rovicky sudah ada dalam
penelitian. Itu salah satu data yang kita kumpulkan. Maaf, saya tak bisa
ekspos di sini sebab saya hanya ingin mengklarifikasi apa yang saat ini
berkembang di media.

BPMIGAS pun pernah menghadapi claim kasus pipe sticking di Sumatra Utara
yang operatornya menunjuk ke Gempa Aceh sebagai penyebab utama. Operator
datang lengkap dengan seismogram dari BMG. Hanya, setelah dipelajari
diputuskan bahwa pipe sticking adalah akibat Baong shales. Semua yang pernah
mengebor di Sumatra Utara tahu pasti bagaimana ”baongnya” (nakal) si Baong
ini. Kebetulan, operatornya baru dan tak tahu si Baong gemar menjepit pipa.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL 

Re: [iagi-net-l]Banjar Panji Mud-Extrusion: Objek wisata

2006-06-13 Terurut Topik Awang Satyana
Tetapi, harus hati2 menjadikan wilayah small catastrophism seperti ini untuk 
objek geo-wisata. Bercermin ke Bledug Kuwu, tanahnya sangat labil dan siap 
mengisap siapa saja kalau tak hati-hati memilih jalan. Coba kita lihat di 
Bledug Kuwu, di situ ada kerangka2 sapi yang dulunya mendekat ke Bledug Kuwu 
untuk mencecap air asinnya dan tenggelam lalu terapung lagi setelah sekian lama 
sebagai kerangka. Teman saya, seorang expat berbadan tinggi besar, melesak 
kakinya ketika salah memilih jalan mau melihat Bledug Kuwu dari dekat. Kalau 
kelak struktur permukaan Banjar Panji collaps, mau tak mau ia bisa jadi rawa.
   
  salam,
  awang

wahyu budi [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Semburan lumpur Banjar Panji ini mengingatkan pada
Bledug Kuwu di sebelah timur Purwodadi. Melihat
perkembangannya saat ini, rasanya tidak untuk
menghentikan semburan lumpur itu. Biaya yang telah
dialokasinya untuk menghentikan semburan atau
membersihkan lumpur, sebaiknya dipergunakan untuk
merelokasi warga.

Saya setuju dengan Bung Ujay, sebaiknya lokasi
disekitar semburan segera dikosongkan saja dari
pemukiman dan aktifitas lain, dan kemudian kawasan itu
dijadikan objek wisata alam small catatrophism.
tentu akan sangat menarik.

Salam
WBS





--- Ujay wrote:

 setahu saya saat ini sudah ada tim independen di
 lokasi yang melakukan penelitian, kemudian akan
 disusul oleh tim berikutnya dari institusi yang
 berbeda. Waktu bagi merteka adalah 2 minggu untuk
 menentukan/memberikan second opini ke BPMIGAS
 mengenai
 yang sedang terjadi di banjarpanji. 
 
 kalo saya sih lebih baik saat ini dibebaskan dulu
 80-100 ha disekitar 5 lokasi hotspring yang sudah
 terlanjur menjadi ajang lumpur panas, dibangun
 bendungan atau waduk untuk menghambat pergerakan
 lumpur tersebut lebih meluas. hal ini untuk
 melokalisasi bencana. baru kemudian diputuskan
 apakah
 akan mematikan lumpur tersebut ataukah didiamkan dan
 dijadikan objek wisata small catatrophism. 
 
 udah ga tahan liat lumpur yang makin merajalela
 sambil
 kita belum tau gimana matiinnya.. mending warga
 sekitar direlokasi dikasih kompensasi atas tanah dan
 rumahnya sesuai dengan harga yang layak... at least
 dari musibah ini mereka jadi kaya mendadak... 
 
 apa terlalu gila yah? 
 
 
 rgds
 ujay
 

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[iagi-net-l] Tsunami-Genic Earthquake : SW Java Epicentrum (17 July 2006)

2006-07-17 Terurut Topik Awang Satyana
Sampai hampir pukul 01.00 dini hari ini (Selasa 18 Juli 2006), saat tulisan ini 
dibuat,  jumlah korban tewas telah mencapai 86 orang, tersebar dari pantai 
selatan Garut, Cipatujah, Pangandaran, Cilacap, sampai Gunung Kidul. Bilangan 
ini masih akan bertambah terus sebab puluhan orang dilaporkan hilang. Korban 
tewas bertambah dengan cepat, pukul 17.50 tadi sore (Senin 17 Juli 2006) korban 
tewas masih 5 orang seperti disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono di 
dalam acara Keterangan Pers di Istana. Korban tewas terutama karena direnggut 
tsunami dan tertimpa bangunan.
   
  Data gempa dari BMG dan USGS sepakat mencantumkan episentrum gempa kali ini 
di Lautan Hindia selatan Jawa Barat sekitar 200 km selatan garis pantai sekitar 
Garut selatan dan 50 km di sebelah utara jalur Palung Sunda. Kekuatan gempa 
menurut BMG adalah 6.8 SR (skala Richter), sumber gempa pada kedalaman 33 km 
(MetroTV dan wawancara interaktif Radio El Shinta dengan Pak Fauzi BMG). 
Berdasarkan NEIC (National Earthquake Information Center) USGS (United States 
Geological Survey), kekuatan gempa adalah 7.1 Mw (momen magnitude – memang Mw 
selalu berangka lebih besar daripada SR) berasal dari kedalaman 48.6 km. Sampai 
pukul 23.30 tadi (Senin 17 Juli 2006) gempa susulan telah tercatat 10 kali 
dengan kekuatan 5.0-6.0 SR. Dilaporkan pula bahwa gempa skala kecil dilaporkan 
terjadi di selatan Trenggalek, Jawa Timur.
   
  Mengapa gempa ini menimbulkan tsunami ? Karena, semua syarat terjadinya 
tsunami dipenuhinya. Gempa ini terhitung dangkal (33 km), kuat (6.8 SR), 
terjadi di laut, dan mekanisme pematahan batuan pada sumber gempa ini adalah 
penyesaran naik (berdasarkan focal mechanism/momen tensor solution-nya). 
Tsunami di pantai-pantai dengan korban tewas tercatat dengan ketinggian 
gelombang 1-2 meter (info sesaat dari orang-orang di wilayah tsunami sekitar 
Pangandaran-Cilacap yang berhasil diwawancarai El Shinta secara jarak jauh 
melaporkan gelombang tsunami setinggi 5-7 meter). Seorang narapidana Nusa 
Kambangan yang sedang bekerja di luar penjara dilaporkan ketakutan-panik dan 
malahan bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke dalam sumur.
   
  Gelombang tsunami juga teramati di Bali pada ketinggian 20 cm, di Pulau 
Christmas setinggi 60 cm, dan di Pulau Cocos 10 cm. Pulau Christmas dan Pulau 
Cocos terletak di sebelah baratdaya sumber gempa.  Tsunami juga tercatat di 
baratlaut pantai Australia. Menurut sebuah sumber lembaga geosains di 
Australia, wilayah pengaruh tsunami gempa kali ini adalah seluas radius 1100 km 
dari titik episentrum.
   
  Bagaimana posisi seismotektonik “gempa Pangandaran” ini ? Plotting episentrum 
gempa ini pada peta2 tektonik Indonesia selatan Jawa (misal pada peta Hamilton, 
1979) dengan segera menunjukkan bahwa episentrum/hiposentrum terjadi pada jalur 
non-volcanic outer arc ridge di selatan Jawa. Ini adalah jalur terusan pulau2 
barat Sumatra Simeulue-Nias-Mentawai-Enggano yang menerus ke Jawa sebagai 
submarine ridge. Wilayah ini disusun oleh melange hasil prisma akresi 
konvergensi Lempeng Hindia dengan bagian Lempeng Asia (Mikro-Lempeng Sunda). 
Sumber gempa terjadi sekitar 50 km utara Palung Sunda pada kedalaman 33 km – 
mengindikasi bahwa sumber gempa berasal dari pematahan segmen kerak Bumi pada 
overriding plate di atas Lempeng Hindia yang menunjam/menyusup di bawahnya.
   
  Ke baratdaya dari wilayah ini banyak oceanic plateaux sekitar Pulau Cocos 
yang kelak (relatif dalam periode geologi) akan menghentikan sejenak proses 
penunjaman Lempeng Hindia di bawah Mikro-Lempeng Sunda dan kerak akresinya. 
Untuk suatu periode nanti wilayah2 ini akan menjadi “seismic gap zones” yang 
“aseismic”, tetapi yang selanjutnya justru akan menjadi wilayah2 pencetus gempa 
besar saat rupture mesti terjadi.
   
  Bencana ini sekali lagi menunjukkan kepada kita, sudah saatnya wilayah 
selatan Jawa mendapatkan perhatian yang layak dalam segi seismotektonik 
sesering seperti yang dilakukan di wilayah sebelah barat Sumatra. Pengetahuan 
kita untuk selatan Jawa minimal, padahal penduduknya cukup banyak.
   
  We are living and sleeping with earthquakes, be ready !
   
  awang

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara Eksekutif Muda Jakarta

2006-07-25 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Andang,
   
  Terima kasih atas e-mail yang ditujukan khusus kepada saya. Menurut hemat 
saya, hal-hal yang belum jelas dalam geologi, yang di antara kita pun belum ada 
kesepakatan, tidak seharusnya menjadi referensi untuk dijadikan sumber 
pemikiran yang kemudian disampaikan ke media. 
   
  Contoh saja : penguncian tektonik di Selat Sunda oleh rotasi Sumatra  bisa 
berakibat membawa gempa dahsyat ke Selat Sunda dan sekitarnya (termasuk 
Jakarta). Pernyataan lain :  walaupun Jakarta terletak jauh dari pantai 
selatan, justru ia akan parah digoncang gempa sebab banyak sesar yang mengarah 
ke Jakarta yang akan membawa gelombang gempa dari tempat lain. Saya tak tahu 
apakah media salah kutip atau memang teman2 geosaintis kita berkata benar 
seperti itu. Beberapa kali saya sempat melihat mereka berbicara di TV, 
kelihatannya media cetak tak salah kutip.
   
  Saya sudah menulis di milis ini baik tentang rotasi Sumatra maupun sesar2 
yang mengarah ke Jakarta. Sejauh yang saya tahu dan pernah saya pelajari, 
pernyataan2 seperti di atas tak perlulah dikatakan sebab argumen2 untuk 
menentangnya pun banyak dan untuk apa dikatakan kalau dasarnya pun belum jelas. 
Mungkin saya terlalu mengkuatirkan dampak pernyataan beberapa teman geosaintis 
di beberapa media itu kepada masyarakat luas. 
   
  Soal sosialisasi, tentu saya sangat setuju dan salut dengan kiprah Pak Andang 
selama ini. Saya pun secara pribadi telah beberapa kali menyosialisasikan hal 
yang sama mulai dari lingkungan sekitar saya : keluarga dan saudara2 saya, 
teman2 sekantor saya, teman2 dan guru2 anak2 saya di sekolah, dst. Saat2 inilah 
masyarakat membutuhkan penerangan yang benar dari kita tentang apa yang sedang 
terjadi. 
   
  salam,
  awang
   
   
  

Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saudaraku: Awang yang saya kagumi,...

Saya benar2 tergelitik dengan pernyataan sampeyan bahwa ada geologist2 (yg 
langsung mendapatkan popularitas) yang tidak sadar bahwa pendapat2-nya bisa 
meresahkan (masyarakat?), terutama dalam konteks Bencana Gempa  Tsunami 
akhir-akhir ini..

Kalau kita simak di media akhir-akhir ini (di TV, radio, koran, internet) 
sebenarnya kawan-kawan geosaintist yang (saya yakin) semuanya volunteering 
bicara karena panggilan nurani, tugas, profesi maupun organisasi-nya 
jumlahnya tidak banyak dan kita hampir tahu nama mereka satu-persatu 
(untungnya sejak tidak menjadi Ketua IAGI saya relatif tidak pernah lagi 
berbicara di media ttg GempaTsunami karena memang ilmu saya masih sangat 
dangkal dibandingkan para pakar Gempa, Tsunami, Tektonik dsb, sehingga 
otomatis -mudah2an- saya tidak termasuk dalam kategori yg sampeyan 
sebutkan); Dan sejauh menyangkut pernyataan2 mereka yang saya monitor: 
saya belum menemukan sesuatu yang meresahkan masyarakat disitu. Malahan 
kebanyakan dari mereka seringkali harus terbangun malam-malam karena 
ditilpun-i oleh masyarakat yang resah untuk menenangkan mereka 
satu-per-satu.. Maka dari itu, saya mohon pencerahan , kira-kira 
siapakah diantara kawan-kawan kita yang bicara di media itu yang meresahkan 
masyarakat? Atau paling tidak: bagaimanakah pernyataan2 kawan-kawan tersebut 
yang bisa meresahkan masyarakat? Hal ini perlu untuk diklarifikasi, karena 
sinyalemen sampeyan (apabila benar) dapat menjadi umpan-balik bagi kawan2 yg 
lain untuk introspeksi dan memperbaiki diri dalam rangka bicara dan 
sosialisasi ke masyarakat yang lebih benar.

Berhati-hati bicara bukan berarti terus lantas diam membiarkan. Secara 
pribadi, saya malahan meng-encourage semua geosaintist yang punya 
kesadaran nurani untuk terus-menerus bicara kepada masyarakat, baik melalui 
IAGI, HAGI, Alumni, Klub2 Sosial, Pendaki Gunung, Karang Taruna, Bupati, 
Walikota, Staff Pemerintahan, Perguran Tinggi, LSM dsb-nya. Janganlah kita 
berpuas diri bicara kepada diri sendiri (atau kelompok sendiri). Karena hal 
itu malahan akan membuat ilmu geologi menjadi semakin ter-alineasi dari 
masyarakatnya. Saya yakin, pengertian-pengertian dasar tentang aspek bahaya 
dari posisi tektonik aktif Indonesia dengan implikasi gempatsunami-nya 
hampir semua geosaintist memahaminya dan dapat menerangkannya kepada 
masyarakat. Demikian juga bahwa tidak ada satu geologist-pun di dunia ini 
yang dapat menentukan dengan pasti jam, hari, tanggal, bulan, tahun akan 
terjadinya gempa (dan tsunami). Sehebat-hebat analisis geologi, geofisik, 
geokimia, dll pasti masih punya kadar ketidak-pastian, standard deviasi, dan 
komponen2 statistik lainnya. Dan saya yakin semua geosaintist yang pernah 
lulus dari perguruan tinggi memahami dan sangat mengerti tentang hal itu. 
Dengan demikian hampir dapat dipastikan bahwa kalau ada geosaintist yang 
menyatakan hasil analisis ttg gempatsunami kemudian pernyataan itu 
meresahkan masyarakat... itu bukan disebabkan oleh pernyataannya, tetapi 
lebih ke persepsi masyarakat yang belum sepenuhnya terbangun untuk menyerap 
informasi dengan implikasi dimensi waktu yang panjang (skala geologi), 

Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara Eksekutif Muda Jakarta

2006-07-25 Terurut Topik Awang Satyana
Saya tak memaksudkan bahwa orang2 yang bekerja di kegempaanlah yang boleh 
berbicara soal gempa. Tetapi, tentu saja media akan otomatis menghubungi 
instansi terkait untuk meminta keterangan. Hanya, yang namanya pengetahuan 
geologi, saya pikir tak dikungkung oleh instansi tertentu. Seorang petroleum 
geologist, kalau ia tertarik dan cukup punya waktu, boleh-boleh saja menekuni 
masalah kegempaan misalnya. Begitu juga sebaliknya. Saya malahan selalu 
menganjurkan agar kita jangan membatasi diri dengan suatu hal dan tak mau 
peduli dengan hal lainnya. 
   
  Di media pun, saya pikir teman2 geosaintis kita yang dimintai keterangan itu, 
pernyataannya juga tak mewakili instansi di mana mereka bekerja, tetapi lebih 
ke pendapat-pendapat pribadi sejauh yang mereka ketahui saat mereka dimintai 
pendapat. Pendapat2 individu maupun pendapat resmi suatu instansi bisa saja 
salah bukan ?
   
  salam,
  awang
  
OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Apa saya tak salah simak, setelah Gempa Yogya..Awang sendiri meyakini
tak bisa menampik komentar ahli kebumian, karena ini pers era
reformasi (kira2 begitu). Untuk pernyataan resmi memang sebaiknya
pihak yg berwenang, namun pendapat para ahli berkompeten dalam tataran
analisa tak ada yg bisa membendung, apa lagi kalau hanya bicara soal
gempa untuk barat sumatera dan selatan jawa..kurang lebihnya dasar
penyebabnya itu-itu sajakan?..pergerakan lempeng australia ke lempeng
eurasia..anak elementry school saja agak-agak tahulah soal ini. Dan
lagi pula para geocsientis yg berkomentar ..masih ada
competencynyalah..kalau juga tak langsung terlibat soal tsunami, masih
terlibat soal gempa dan sekitarnya. Kalau bagi komunitas kita sendiri
petroleum geology misalnya bisa saja diterima komentarnya soal
gempa..namun untuk khalayak umum yg agak susah nrima dan agak riskan
dari sisi pertanggungjawaban, nanti orang berkomentar masak orang
pertamina komentar soal tsunami sih (misalnya).

On 7/26/06, Hendri Ruslan wrote:
 Pak Andang YSH,
 Pernyataan Pak Awang tersebut mungkin hanya antisipasi saja untuk lebih
 berhati-hati, plus untuk mengingatkan bahwa ada aturan siapa yang berwenang
 untuk mengeluarkan pernyataan di muka umum ?.

 Salam,
 Hendri
 - Original Message -
 From: Andang Bachtiar 
 To: 
 Sent: Tuesday, July 25, 2006 6:47 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Opini Gempa diantara Eksekutif Muda Jakarta


  Saudaraku: Awang yang saya kagumi,...
 
  Saya benar2 tergelitik dengan pernyataan sampeyan bahwa ada geologist2 (yg
  langsung mendapatkan popularitas) yang tidak sadar bahwa pendapat2-nya
  bisa meresahkan (masyarakat?), terutama dalam konteks Bencana Gempa 
  Tsunami akhir-akhir ini..
 
  Kalau kita simak di media akhir-akhir ini (di TV, radio, koran, internet)
  sebenarnya kawan-kawan geosaintist yang (saya yakin) semuanya volunteering
  bicara karena panggilan nurani, tugas, profesi maupun organisasi-nya
  jumlahnya tidak banyak dan kita hampir tahu nama mereka satu-persatu
  (untungnya sejak tidak menjadi Ketua IAGI saya relatif tidak pernah lagi
  berbicara di media ttg GempaTsunami karena memang ilmu saya masih sangat
  dangkal dibandingkan para pakar Gempa, Tsunami, Tektonik dsb, sehingga
  otomatis -mudah2an- saya tidak termasuk dalam kategori yg sampeyan
  sebutkan); Dan sejauh menyangkut pernyataan2 mereka yang saya monitor:
  saya belum menemukan sesuatu yang meresahkan masyarakat disitu. Malahan
  kebanyakan dari mereka seringkali harus terbangun malam-malam karena
  ditilpun-i oleh masyarakat yang resah untuk menenangkan mereka
  satu-per-satu.. Maka dari itu, saya mohon pencerahan , kira-kira
  siapakah diantara kawan-kawan kita yang bicara di media itu yang
  meresahkan masyarakat? Atau paling tidak: bagaimanakah pernyataan2
  kawan-kawan tersebut yang bisa meresahkan masyarakat? Hal ini perlu untuk
  diklarifikasi, karena sinyalemen sampeyan (apabila benar) dapat menjadi
  umpan-balik bagi kawan2 yg lain untuk introspeksi dan memperbaiki diri
  dalam rangka bicara dan sosialisasi ke masyarakat yang lebih benar.
 
  Berhati-hati bicara bukan berarti terus lantas diam membiarkan. Secara
  pribadi, saya malahan meng-encourage semua geosaintist yang punya
  kesadaran nurani untuk terus-menerus bicara kepada masyarakat, baik
  melalui IAGI, HAGI, Alumni, Klub2 Sosial, Pendaki Gunung, Karang Taruna,
  Bupati, Walikota, Staff Pemerintahan, Perguran Tinggi, LSM dsb-nya.
  Janganlah kita berpuas diri bicara kepada diri sendiri (atau kelompok
  sendiri). Karena hal itu malahan akan membuat ilmu geologi menjadi semakin
  ter-alineasi dari masyarakatnya. Saya yakin, pengertian-pengertian dasar
  tentang aspek bahaya dari posisi tektonik aktif Indonesia dengan implikasi
  gempatsunami-nya hampir semua geosaintist memahaminya dan dapat
  menerangkannya kepada masyarakat. Demikian juga bahwa tidak ada satu
  geologist-pun di dunia ini yang dapat menentukan dengan pasti jam, hari,
  tanggal, bulan, tahun akan terjadinya gempa (dan tsunami). Sehebat-hebat
  

[iagi-net-l] Plate Tectonics : Tidak Seluruhnya Bencana

2006-07-26 Terurut Topik Awang Satyana
Dua bulan terakhir setelah gempa Yogya 27 Mei 2006, saya menjadi rajin membeli 
koran apa pun yang di halaman depannya sekilas pandangan saja kita tahu itu 
plate tectonics ! Selain untuk mengklipingnya, saya juga ingin mengamati sejauh 
mana media mengusung teori elegan ini untuk menerangkan gempa ke masyarakat. 
Sumber gambarnya bisa langsung diambil dari website atau textbook, atau berasal 
dari instansi seperti BMG, LIPI, Bakosurtanal, sering juga hasil olahan tim 
grafis koran tersebut.
   
  Secara umum, lumayan bagus meskipun tak jarang juga salah. Sebagai introduksi 
geologi ke masyarakat sudahlah cukup. Masyarakat yang membaca koran kini 
mestinya sudah paham dengan istilah-istilah lempeng, tektonik, jalur subduksi, 
dan yang berhubungan. Dua hari lalu, saya mendapat sms dari adik saya, anaknya 
yang masih balita menanyakan pergerakan lempeng yang menyebabkan gempa. Nah...!
   
  Sejak gempa dan tsunami dahsyat Aceh Desember 2004 lalu, negeri kita tak 
putus dirundung malang. Gempa menjadi begitu akrab dengan masyarakat kita. 
Maka, media pun tanggap memberitakannya. Gempa kecil pun dilaporkan, apalagi 
yang besar dan membawa korban. Sering, dimuat dengan penjelasan mekanismenya 
melalui plate tectonics. 
   
  Masyarakat kita, menerima plate tectonics hanya sebagai penjelasan atas 
gempa, tsunami, dan erupsi gunungapi. Memang memuaskan, sebab plate tectonics 
pun lahir oleh penelitian2 di bidang kegempaan (paper2 tiga serangkai Lynn, 
Oliver,  and Sykes, 1960an) dan juga volkanisme (paper2 dari Hatherton, 
Dickinson, Gilluly tahun 1960-an). Hanya, bisa saja masyarakat kita, yang hanya 
menerima plate tectonics sebagai penjelasan atas bencana2 gempa, tsunami, dan 
erupsi gunungapi, berpendapat : PLATE TECTONICS IS DISASTER. Sial benar posisi 
Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling bertubrukan. Itu saja.
   
  Padahal, plate tectonics membawa sumberdaya energi dan mineral. Tetapi, ini 
tak pernah diulas di media. Maka, tugas kitalah saat melakukan sosialisasi 
bencana gempa ke masyrakat, katakanlah kepada mereka bahwa plate tectonics pun 
membawa berkah bagi Indonesia. 
   
  Magmatic arc di sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara kaya disseminated 
(poryphyry) copper dalam tubuh2 intrusifnya, vein depositnnya kaya akan timbal, 
emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten. Ofiolit di bekas-bekas 
jalur subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan nikel 
dan kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar2 tersebar 
mengikuti tepi lempeng. Pak Sukmandaru tentu bisa bercerita banyak soal ini. 
Lalu, gejala volkanisme dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Utara 
membawa energi geotermal. Dan, plate tectonics juga yang bertanggung jawab atas 
kekayaan minyak dan gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di 
Indonesia Barat maupun Indonesia Timur. Kalau tak ada pergerakan lempeng di 
timur Sulawesi, niscaya wilayah ini tak mempunyai minyak dan gas.
   
  Dan, hanya plate tectonics yang menyebabkan diversitas fauna dan flora di 
Indonesia begitu memukau. Indonesia : where two worlds collide. Wallace dan 
Weber lines adalah buktinya. Dan, plate tectonics juga yang membuat Indonesia 
penting dalam dunia paleo-antropologi dari penemuan Homo erectus sampai ke Homo 
floresiansis.
   
  Sejauh pengamatan saya, kebaikan plate tectonics membuat Indonesia kaya 
sumberdaya mineral dan energi tak pernah dikemukakan media. Benar2 tertutup 
oleh berita2 bahwa plate tectonics adalah pembawa bencana.
   
  Tentu, sebagai orang yang tahu plate tectonics secara utuh, kita tak ingin 
kan masyarakat Indonesia hanya tahu : plate tectonics is disaster.  ? PLATE 
TECTONICS IS ALSO A GOOD LUCK !
   
  Mari kita suarakan juga kabar gembira ini.
   
  salam,
  awang

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Kurang Data Formasi Kujung

2006-07-30 Terurut Topik Awang Satyana
Benar Oki, Jeruk yang tadinya manis telah menjadi masam dan malah makan oyong 
pula (he..he..). Jeruk-2 jadi salah satu sumur yang paling mahal di Indonesia 
karena problem teknis dengan fondasi cakar ayam (alias satu lubang di atas 
dan masuk ke Kujung dengan banyak lubang sidetrack). Kasihan Oyong yang kecil 
mesti menanggung biaya Jeruk. 
   
  Benar juga Oki, Kodeco-lah yang paling sukses mengerjakan Kujung, sukses 
secara mekanik, sukses juga secara success ratio (SR  85 % untuk lima tahun 
terakhir ini).
   
  Tetapi, Sukowati mungkin bukan main di Kujung, ia main di Tuban carbonates, 
yang sama dengan Mudi Field, ada data terbaru strontium isotop tentang hal ini, 
Tuban carbonates lebih muda dari Kujung I reef.
   
  salam,
  awang

oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Jeruksempurna...?
Gak salah nih? berapa sidetrack yang mesti 'dibuang' sebelum ahirnya bisa 
tembus dan mengetes sang Kujung. 

Menurut saya, yang paling mulus menaklukkan Kujung itu ya geng nya Kodeco yang 
sudah punya puluhan (?) sumur produksi dari formasi yang kira-kira seumur 
kujung tanpa pakai ribut-ribut

Cheers
Oki

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
Minggu, 30 Juli 2006,
Kurang Data Formasi Kujung


Di Indonesia, yang berhasil sempurna menggunakan formasi kujung adalah
Medco Energy di lapangan Jeruk, Sampang, Madura. Formasi kujung
memang banyak ditemukan di Jawa. Terutama sebagian besar Jatim,
Jateng, dan Selat Madura, katanya.




-
Do you Yahoo!?
Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail Beta.

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Fwd: IPA-SEG-IAG-HAGI-IATMI joint Convention

2006-08-17 Terurut Topik Awang Satyana
Memang sudah dari awal prosiding pertemuan Jakarta2006 SEG-HAGI-IPA-IATMI-IAGI 
joint Conv ditentukan hanya akan memuat extended abstract yang maksimum 4 
halaman. Mengapa begitu ? Mungkin benar karena ini format SEG. Sebenarnya, tak 
ada salahnya juga kalau prosiding kemarin itu mau dibuat memuat full paper 
sebab jumlah paper kemarin tak sebanyak SEG atau AAPG International yang bisa 
ratusan jumlahnya (maka cukup extended abstract saja, kalau mau full paper 
tulis di buletinnya).
   
  Banyak juga penulis yang mengirimkan karyanya seperti full paper, tetapi 
terpaksa dipotong sampai format extended abstract, atau diizinkan maksimum 6 
halaman andaikata tak bisa lagi dipotong.
   
  Kelihatannya akan sulit untuk mendapatkan format presentasi sebab Panitia tak 
boleh memberikannya tanpa izin penulisnya. Kalau ada yang berminat, sebaiknya 
Pak Rovicky menghubungi langsung para penulisnya.
   
  Juara2 presentasi profesional :
   
  oral : Mike Challis, Rahadian Adhyaksawan, Vaughn Ball (COPI) : seismic 
prediction of thin sand intervals for development drilling at North Belut Field
   
  poster : Prasetyadi, Emmy Suparka, Agus Handoyo, Benyamin Sapiie (ITB) : an 
overview of paleogene stratigraphy of the Karangsambung area, Central Java...
   
  salam,
  awang 
  (paper reviewer Jakarta 2006 SEG-HAGI-IPA-IATMI-IAGI joint Convention)
  
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Convention serta acaranya sih meriah. Tapi aku kecewa dengan
proceedingnya. Ada banyak yg isinya hanya melampirkan satu gambar
saja. Seolah2 jauh dari prosiding IPA yg biasanya berupa complete
paper yg bener2 bisa dipakai sebagai rujukan. Kalau saja hanya satu
ruang saja kita bisa mengikuti dr presentasinya, ttp kalau paralelel
session begini jadi sulit mengerti atau membaca saja prosiding yg ada.

Rasanya kok malah jadi pelit utk sharing ilmu, dibanding konvensi IPA
yg sebelumnya.
Tapi mungkin ini terpengaruh SEG yg sringkali hanya abstract yg ada di
prosiding.

Btw, bisa ngga memperoleh ppt file presentasinya ? Lewat siapa ?
Thx

Juwara2nya aku ga punya info.

Rdp

On 8/17/06, Dyah wrote:
 Boleh donk di share tentang SEG Convention 14-16 Agustus 2006, siapa
 pemenang untuk best technical paper dan best poster session ...
 thanks


-- 
http://rovicky.wordpress.com/

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com.  Check it out. 

[iagi-net-l] Gempa di Laut Maluku pada Oblique Thrust Sangihe

2006-08-29 Terurut Topik Awang Satyana
Sebuah gempa berkekuatan 5.8 Mb (body magnitude) atau 5.9 SR (skala Richter) 
menggoncang Laut Maluku di antara Sulawesi Timur dan Halmahera pada Selasa 29 
Agustus 2006 pukul 19.53 WIT (17.53 WIB). Gempa berasal dari kedalaman 60.7 km 
(+/- 15.2 km). BMG Saumlaki Maluku melaporkan gempa tidak disusul oleh tsunami. 
Berikut kutipan data detail gempa berasal dari NEIC-USGS :
   
  Earthquake DetailsMagnitude
5.8 (Moderate)
  Date-Time
·  Tuesday, August 29, 2006 at 10:53:09 (UTC)
= Coordinated Universal Time 
  ·  Tuesday, August 29, 2006 at 7:53:09 PM 
= local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones 
  Location
0.406°S, 125.082°E
  Depth
60.7 km (37.7 miles)
  Region
MOLUCCA SEA
  Distances
210 km (130 miles) S of Manado, Sulawesi, Indonesia
245 km (155 miles) ESE of Gorontalo, Sulawesi, Indonesia
1470 km (920 miles) NNW of DARWIN, Northern Territory, Australia
2130 km (1320 miles) ENE of JAKARTA, Java, Indonesia
  Location Uncertainty
horizontal +/- 10 km (6.2 miles); depth +/- 15.2 km (9.4 miles)
  Parameters
Nst= 75, Nph= 75, Dmin=827.6 km, Rmss=1.12 sec, Gp= 61°,
M-type=body magnitude (Mb), Version=6 
  Source
USGS NEIC (WDCS-D)
  Event ID
usrzal

   
  dan kutipan dari data gempa terkini BMG : 
   
Date 
  (UTC)
Lat 
   
Lon 
   
Depth 
  (Km)
Mag 
  (SR)
Region 
   
   
 
 
 
 
 
   29/08/2006-10:53:09
-0.210 
125.290 
67 
5.90 
194 km Tenggara Manado-SULUT 

   
  Kalau episentrum gempa ini kita plot di peta tektonik Hamilton (1979), maka 
gempa tepat duduk di jalur sesar naik yang berhubungan dengan subduksi lempeng 
Laut Maluku di bawah busur Sulawesi Utara dan Sulawesi Timur. Jalur subduksi 
ini oleh Simandjuntak dan Barber (1996) disebut sebagai Sangihe Thrust. Titik 
pusat gempa ini juga tak jauh dari sistem sesar besar mendatar yang 
menghubungkan Sulawesi-Halmahera dan Papua, yaitu Molucca-Sorong Fault 
(Hamilton, 1979). 
   
  Posisi tektonik episentrum gempa ini diklarifikasi kalau kita mempelajari 
moment tensor solutionnya yang bisa diperoleh dari data NEIC-USGS. Momen tensor 
solution (focal mechanism)-nya dengan sangat jelas menunjukkan suatu pematahan 
batuan yang berhubungan dengan oblique thrust pada strike hampir utara-selatan 
- paralel dengan jalur Sangihe Thrust. Bisa kita duga bahwa thrust-nya berasal 
dari Sangihe Thrust, sedangkan oblique-nya berasal strike-slip Molucca-Sorong 
Fault.
   
  Sebuah oblique thrust akan menyebabkan gerak vertikal batuan yang bila sampai 
menggeser dasar laut akan menyebabkan tsunami. Tetapi, mengapa dilaporkan tak 
terjadi tsunami ? Kekuatan gempa tak terlalu kuat dan sumber gempa tak terlalu 
dangkal, kelihatannya itu penyebab tsunami tak terjadi walaupun dua syarat 
lainnya dipenuhi (episentrum di laut dan gerak pematahan batuan vertikal).
   
  Molucca Sea Plate menunjam ke timur ke arah Halmahera dan ke barat ke bawah 
Sulawesi. Double subduction semacam ini unik dan langka terjadi. Akibatnya, 
garis tengah Molucca Plate terangkat karena lempeng terbengkokkan ke kedua 
arah, menghasilkan suatu punggungan yang suka disebut Talaud-Mayu Ridge.
   
  salam,
  awang


-
Get your own web address for just $1.99/1st yr. We'll help. Yahoo! Small 
Business.

Re: [iagi-net-l] Gempa Tektonik 6,4 SR Resahkan Warga Tual Re: [iagi-net-l] Gempa di Laut Maluku pada Oblique Thrust Sangihe

2006-08-29 Terurut Topik Awang Satyana
Gempa Tual (Kei-Tanimbar) ini terjadi hampir tiga jam setelah gempa yang lebih 
besar menggoyang perairan utara Kepulauan Sula (seperti yang saya ulas). 
Tetapi, data yang dikutip Antara News di bawah ini berbeda secara signifikan 
dengan data gempa yang terekam pada website NEIC-USGS sbb. : 
   
  Earthquake Details  Magnitude  5.1 (Moderate)Date-Time
Tuesday, August 29, 2006 at 13:38:04 (UTC)
= Coordinated Universal Time   
Tuesday, August 29, 2006 at 10:38:04 PM 
= local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones Location  
6.659°S, 131.938°EDepth  10 km (6.2 miles) set by location program
Region  KEPULAUAN TANIMBAR REGION, INDONESIADistances  160 km (100 miles) 
NNE of Saumlaki, Tanimbar Islands, Indonesia
270 km (165 miles) WSW of Dobo, Aru Islands, Indonesia
655 km (405 miles) N of DARWIN, Northern Territory, Australia
2790 km (1730 miles) E of JAKARTA, Java, Indonesia
Location Uncertainty  horizontal +/- 13.3 km (8.3 miles); depth fixed by 
location programParameters  Nst= 26, Nph= 26, Dmin=999 km, Rmss=0.9 sec, 
Gp=101°,
M-type=body magnitude (Mb), Version=6 Source  USGS NEIC (WDCS-D)
Event ID  usrzav
   
   
  Perbedaan besar terjadi pada saat kejadian gempa, yaitu yang tercatat di USGS 
adalah pukul 22:38:04 WIT (20:38 WIB), sedangkan menurut Antara di bawah adalah 
21:38:04 WIT. Berbeda satu jam, pasti ada salah kutip. Perbedaan lain adalah 
asal kedalaman gempa yang menurut USGS 10 km, dan menurut yang dikutip Antara 
33 km. Perbedaan magnitude wajar terjadi karena parameter yang dipakai USGS dan 
BMG berbeda, tetapi ini pun terlalu besar perbedaannya (5.1 Mb dan 6.4 SR).
   
  Melihat focal mechanism (moment tensor solution) gempa Tual ini yang oblique 
thrust dengan strike NNW dan SSE, dan kalau benar skalanya 6.4 SR serta berasal 
dari kedalaman 33 km (atau bahkan 10 km menurut USGS) serta terjadi di laut, 
besar kemungkinan memicu tsunami. Tetapi, tak dilaporkan terjadi tsunami - 
kelihatannya ada yang salah dengan magnitude gempa 6.4 SR tersebut.
   
  Secara tektonik, pusat gempa ini berada di jalur melange 
Timor-Tanimbar-Kei-Seram yang merupakan non-volcanic outer arc Banda. Tetapi, 
gempa lebih banyak terhubunga ke benturan kontinen Australia yang menyusup 
sementara ini dibawah jalur Timor-Tanimbar-Kei. Ini sekaligus membuktikan bahwa 
kontinen Australia masih aktif membentur Banda Arc.
   
  salam,
  awang
  

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Gempa Tektonik 6,4 SR Resahkan Warga Tual
*Ambon (ANTARA News)* - Gempa tektonik berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR)
dengan kedalaman 33 KM di bawah permukaan laut pada posisi 6,75 Lintang
Selatan - 132,03 Bujur Timur yang berjarak 146 KM barat daya kota Tual,
Kabupaten Maluku Tenggara, berpotensi menimbulkan tsunami.

Kepala Seksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Ambon, Bram Mustamu yang
dihubungi di Ambon, Selasa malam, mengatakan tsunami bisa saja terjadi
karena pusat gempa hanya pada kedalaman 33 KM, namun sejauh ini belum ada
laporan resmi tentang akibat gempa itu dari Kabupaten Maluku Tenggara.

Gempa tersebut terjadi pada pukul 21:38:04 WIT sesuai data yang tercantum
pada alat seismograf di BMG Ambon dan kami telah meneruskan laporan ini
kepada Gubernur Maluku. Mengenai kemungkinan adanya kerusakan material atau
akibat lainnya belum kami terima termasuk belum adanya gempa susulan,
ujarnya.

Sementara sejumlah warga di Pulau Langgur dan Tual (Pulau Dula) Maluku
Tenggara yang dikonfirmasi lewat telefon mengaku sempat panik dan
berhamburan keluar rumah saat terjadi guncangan.

Sebagian warga bahkan merasa panik dan melarikan diri ke arah kantor Bupati
Malra di kawasan perbukitan untuk memantau kemungkinan terjadinya gelombang
tsunami, tapi syukurlah tidak terjadi demikian, ujar Asmara Widuri, salah
satu warga di Pulau Dula.

Letak Pulau Langgur dan Pulau Dula memang berdekatan dan dihubungkan oleh
jembatan, namun warga di Langgur umumnya dalam keadaan tenang dan selalu
waspada, kata salah satu warga Pulau Langgur, O. Uniweckly (35).

Selain gempa bumi yang melanda Kabupaten Maluku Tenggara, alat seismograf
BMG Ambon juga sempat mencatat telah terjadi gempa bumi berkekuatan 4,6
Magnitude pada arah 423,8 Km barat daya Kota Ambon berlokasi di sekitar
perairan laut Kepulauan Sula pada pukul 21:18:09 WIT.(*)

*COPYRIGHT (c) 2006 ANTARA*

*30 Agustus 2006 1:1*


On 8/29/06, Awang Satyana wrote:

 Sebuah gempa berkekuatan 5.8 Mb (body magnitude) atau 5.9 SR (skala
 Richter) menggoncang Laut Maluku di antara Sulawesi Timur dan Halmahera pada
 Selasa 29 Agustus 2006 pukul 19.53 WIT (17.53 WIB). Gempa berasal dari
 kedalaman 60.7 km (+/- 15.2 km). BMG Saumlaki Maluku melaporkan gempa
 tidak disusul oleh tsunami. Berikut kutipan data detail gempa berasal dari
 NEIC-USGS :

 Earthquake Details Magnitude
 5.8 (Moderate)
 Date-Time
 · Tuesday, August 29, 2006 at 10:53:09 (UTC)
 = Coordinated Universal Time
 · Tuesday, August 29, 2006 at 7:53:09 PM
 = local time at epicenter

[iagi-net-l] Gempa Laut Flores 9 September 2006 Buktikan Frontal Subduction Jawa-Nusa Tenggara

2006-09-09 Terurut Topik Awang Satyana
Sebuah gempa dalam (pusat gempa 568 km) berkekuatan 6,2 Mw terjadi di Laut 
Flores, Indonesia hari Sabtu 9 September 2006 pukul 12:13:11 WITA. Mekanisme 
pematahan batuan akibat gempa ini adalah sesar normal. Detail data gempa adalah 
seperti di bawah ini (USGS) : 
   
Earthquake Details  Magnitude
6.2 (Strong)
  Date-Time
·  Saturday, September 9, 2006 at 04:13:11 (UTC)
= Coordinated Universal Time 
  ·  Saturday, September 9, 2006 at 12:13:11 PM 
= local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones 
  Location
7.194°S, 120.118°E
  Depth
568.3 km (353.1 miles)
  Region
FLORES SEA
  Distances
205 km (125 miles) NE of Raba, Sumbawa, Indonesia
235 km (145 miles) SSE of Ujung Pandang, Sulawesi, Indonesia
1305 km (810 miles) WNW of DARWIN, Northern Territory, Australia
1485 km (920 miles) E of JAKARTA, Java, Indonesia
  Location Uncertainty
horizontal +/- 6.5 km (4.0 miles); depth +/- 6.3 km (3.9 miles)
  Parameters
Nst=210, Nph=210, Dmin=999 km, Rmss=0.94 sec, Gp= 43°,
M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=6 
  Source
USGS NEIC (WDCS-D)
  Event ID
usskaf

   
  Flores secara tektonik unik, ia diapit oleh dua jalur subduksi. Di sebelah 
utara, kerak samudra SW Banda menunjam di bawah Flores membentuk jalur subduksi 
yang selama ini dikenal dengan nama Flores Thrust. Di sebelah selatan, kerak 
samudra Hindia menunjam di bawah Sumba dan Flores membentuk jalur subduksi yang 
selama ini dikenal dengan nama Palung Sunda.
   
  Meskipun ke sebelah selatan terdapat barier tektonik mikro-kontinen Sumba 
yang lepas pada Paleogen Awal dari Sundaland melalui strike-slip fault besar 
Adang-Walanae-Sumba Fracture, gempa hari ini di Laut Flores menunjukkan bahwa 
frontal subduction khas Jawa-Nusa Tenggara memang terjadi. Begitu juga, kalau 
kita periksa sebaran pusat-pusat gempa di Laut Flores. Gempa sedalam sampai 
lebih dari 300 km hanya akan terjadi di model frontal subduction dengan 
kemiringan bidang Wadati-Benioff yang semakin curam di bawah sisi benua, dalam 
hal Jawa-Nusa Tenggara kemiringan itu akan semakin dalam ke arah utara.
   
  Plotting pusat gempa 9 September 2006 ini di Laut Flores menunjukkan 
keakuratan peta tektonik Hamilton (1979). Tahun 1979, Hamilton menaruh kontur 
zone seismik Benioff di utara Jawa sampai ke Busur Banda. Kontur terdalam 
adalah 600 km, dan gempa di Laut Flores ini yang sedalam 568 km persis duduk di 
antara garis kontur 500 km dan 600 km pada peta Hamilton (1979).
   
  Mempelajari histori sebaran pusat gempa di sekitar Laut Flores sampai ke 
Samudra Hindia (USGS) akan menggiring kita kepada pendapat bahwa subduksi kerak 
samudra Banda dari utara Flores kelihatannya tidak aktif menggenerasikan gempa 
di wilayah ini, dibandingkan subduksi kerak samudra Hindia di sebelah selatan. 
Dan, bahwa keberadaan mikro-kontinen Sumba kelihatannya tak menjadi barrier 
terhadap Flores. Mengherankan, keberadaan mikro-kontinen sedimensi Sumba 
wajarnya bisa menjadi chocking effect (penyumbat dan pencekik) terhadap slab 
pull di wilayah ini. 
   
  Tetapi, tsunami dahsyat di Maumere 1992, mestinya itu dibangkitkan atau 
berhubungan dengan Flores Thrust sebab pusat gempa sedangkal  30 km di Laut 
Flores akan berhubungan dengan subduksi Banda crust bukan dengan subduksi 
Indian oceanic crust yang di wilayah ini akan punya kedalaman pusat gempa  400 
km.
   
  Kelihatannya, masih harus dikaji lagi masalah tektonik di wilayah ini : 
ekstruksi Sumba dari Sundaland/NW shelf of Australia ? double subduction Flores 
Thrust dan Sunda Trench, chocking effect Sumba terhadap continuing slab pull 
yang tidak berjalan, dan beberapa implikasi lainnya terhadap kegempaan.
   
  salam,
  awang


-
Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ 
countries) for 2¢/min or less.

RE: [iagi-net-l] Geothermal BPJ

2006-09-18 Terurut Topik Awang Satyana
Oki,
   
  Pengukuran micro-gravity di wilayah ini telah selesai, di wilayah berlumpur 
pengukuran menggunakan hover craft oleh tim ITS dan ITB- pernah disiarkan di 
TV. Saya pernah melihat hasil penafsiran micro-gravity itu oleh Pak Tachyudin 
Taib dan Pak Wawan Kadir (ITB).
   
  Kalau penafsirannya benar, hm..sangat mengkhawatirkan untuk collapse wilayah 
Banjar Panji ini. Rekahan linier dan radial dua-duanya ada. Di dekat lokasi 
semburan ada dua rekahan linier berpotongan berarah BD-TL dan U-S. Lalu ke arah 
luar pada radius sekitar 500-750 meter dari titik semburan ada dua barikade 
sistem rekahan radial (dalam dan luar) yang dua-duanya mempunyai blok turun di 
sisi Banjar Panji. Bisa dibilang bahwa Banjar Panji dikurung oleh 
rekahan-rekahan radial dengan Banjar Panji di sisi yang turun.
   
  Titik-titik stasiun GPS telah ditempatkan di beberapa lokasi rekahan luar, 
dan lokasi-lokasi ini telah mencatat penurunan 5-26 cm dengan arah vektor 
penurunan semuanya menuju titik Banjar Panji. Ini sangat mengesankan bahwa 
lokasi Banjar Panji yang akan paling merosot nantinya dan berkurang ke 
pinggir-pinggirnya. Ini belum termasuk amblesan terakhir yang 4 meter itu.
   
  Kalau cratering collapse benar2 terjadi (biasa terjadi di mud volcano yang 
sedang bererupsi), maka berdasarkan data mikro-graviti bisa ditaksir areal 
collapse sekitar 1 juta meter2 atau 100 ha (ini hitungan saya saja), jalan tol 
jelas akan kena. Amblesan kecil dan besar telah terjadi, ini indikasi kuat 
gejala collapse.
   
  Bahaya..., tetapi kok lokasi-lokasi tiga relief well itu di wilayah downblock 
dari rekahan radial - wilayah yang akan collapse lebih dulu kalau terjadi 
cratering. Saya tak mengerti apa ada koordinasi antara tim-tim penanggulangan 
ini, atau jalan sendiri-sendiri, geologists dan geophysicists menyimpulkan 
begini, drilling engineers menyimpulkan yang lain..?
   
  Ah, terlalu banyak melihat data, jadi kuatir begini nih...  
   
  salam,
  awang

oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pola rekahannya gimana ya? linear atau radial ?
Kalau crestal collapse kan mestinya agak-agak radial, tapi yang saya baca-baca 
koq katanya rekahannya (at least waktu si lumpur baru nyembur) berpola 
linear?

Salam
Oki

Awang Harun Satyana wrote:
Secara kebetulan, saya baru saja ketemu Pak Edy Sunardi (tim IAGI untuk
LUSI) yang mampir ke kantor. Jadi saya tanyakan berapa temperatur
semburan uap, air dan lumpur itu sekarang. Kata Pak Edy, pengukuran
terakhir minggu lalu 120 degC (!).

Tentang amblesan, kata Pak Edy, 4 meter di sekitar titik semburan dan
memakan wilayah 2 x 2 km (4 km2), hanya semakin menjauh dari pusat
semburan amblesan semakin kecil. Bagaimana dengan jalan tol, saya tanya,
dijawab : sudah ada retakan-retakan selebar 1 meter. Wah...!

Cratering collapse sedang terjadikah...?!

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, September 18, 2006 11:09 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Geothermal BPJ

Persis seerti yg aku tulis di weblog tentang menenggelamkan lokasi
pemboran bpj, satu persatu apa yg sudah dipelajari dari sebuah evolusi
gunung lumpur terjadi.
hampir semua gejala-gejala itu bermunculan.

Pak Basuki (ketua TimNas) tentunya sudah menyadari apa yg bakal
terjadi bahkan relief well saat ini terancam batal karena lokasinya
sudah menghawatirkan.

rdp

On 9/18/06, [EMAIL PROTECTED] wrote:
 wah ini sih artinya apa yang ditakutkan pak Awang jangan jangan
terjadi
  permukaan tanahnya mulai ambles 



-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006
- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 

RE: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir

2006-09-18 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
   
  Penemuan ini sangat penting untuk purbakala Indonesia, apalagi buat karuhun 
urang Sunda. Ada yang mengira, bahwa di Batujaya jangan2 pusat Kerajaan 
Tarumanegara (negara di sisi Citarum ?) - soalnya Batujaya persis di sisi 
Citarum.
   
  Kalau ada yang berminat berkumpul, boleh juga tuh 'Bah. Nanti saya kumpulkan 
bahan2nya buat bahan bicara. Kalau ada yang bisa kontribusi peta2 garis pantai 
lama daerah Karawang akan sangat baik untuk merekonstruksi situs ini. Pak Wahyu 
Budi Satyawan dari LON biasanya punya. 
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekan rekan

Sangat menarik sangat menarik !!
Kalau kita kumpul , Awang yang jadi pembicara buat yang berminat.
Bahan-nya ? kUMPUL makan siang , beli makn sendiri sendiri KECUALI
Pak Ketum berfikiran lain ???). Ekh ngawur 
Kita minta Metro cd dari acara tersebut , mungkin lewat IAGI lebih mudah,
nah kita nonton , kemudian yang punya pengetahuan dan siapapun yang
berminat .
Saya tidak sempat nonton , ada undangan kawinan, padahal sudah dari
beberapa hari sebelumnya niat nonton.
Bagaimana Set IAGI , bisa kn.

Si-Abah.

___

Pak Rovicky,

 Hanya peta dari atlas di mana lokasi Batujaya dan Cibuaya saja yang ada.
 Kalau foto2 lubang/parit ekskavasi, Candi Batujaya, kerangka2 manusia,
 tembikar2 gak punya. Buku Sedyawati (2006) itu juga walaupun terbitan
 Februari 2006 hanya teks tanpa gambar. Nanti saya scan petanya ya, dan
 ta' cari foto2nya siapa tahu ada dari beberapa jurnal arkeologi yang
 saya punya.

 Salam,
 awang

 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, September 18, 2006 12:32 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan
 Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir

 Pak Awang, adakah peta, foto atau gambar2nya ?
 Aku rasa cukup lengkap sebagai satu artikel dongeng menariik nih
 Salam

 RDP

 On 9/18/06, Awang Harun Satyana wrote:
 Mungkin ulasan ini OOT (out of topic) tetapi, sebagaimana
 ekskavasi-ekskavasi arkeologi lainnya, ada kaitannya juga dengan
 geologi
 : terkait dengan sedimentasi Delta Citarum dan terkait dengan rencana
 pengembangan lapangan minyak Pondok Tengah (Pertamina) dan pemboran
 eksplorasi Ranca Jawa. Lagipula, penemuan besar semacam ini saya kalau
 tidak diketahui, padahal jaraknya tak sampai 50 km di sebelah timur
 laut
 Jakarta. Semoga bermanfaat.

 Malam Minggu kemarin (16 September 2006) saya nonton acara TV di
 MetroTV
 pukul 19.05 (Suara dari Yang Terkubur) yang menampilkan acara-acara
 bernuansa sains arkeologi dan geologi. Minggu lalu tentang penggalian
 situs Tambora (sayang baru nonton 15 menit, listrik mati untuk dua
 jam),
 Sabtu malam kemarin menayangkan penemuan dan penggalian situs
 Batujaya,
 yang diklaim sebagai penemuan arkeologi terbesar di Asia dalam 50
 tahun
 terakhir ini. Acara berdurasi 45 menit ini menarik. Berikut adalah
 catatan saya sehabis menonton (saya menontonnya seperti seorang
 mahasiswa saja mencatat2 secara cepat apa yang didengar dan dilihat -
 belajar kan tak harus di ruang kuliah, di rumah pun bisa, hanya perlu
 niat, tak perlu yang lain) dan disokong beberapa pembacaan cepat atas
 beberapa referensi (Atmamihardja, 1958 : Sadjarah Sunda,
 Ganaco-Bandung
 ) ini buku tua berbahasa Sunda yang saya peroleh di tukang loak;
 Sutjiatiningsih et al., 1994, Sejarah Daerah Jawa Barat,
 Depdikbud-Jakarta - ini juga dari tukang loak; Sedyawati, 2006 :
 Budaya
 Indonesia - Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Rajawali Pers-Jakarta
 -
 kalau ini pasti bukan dari tukang loak tetapi dari Gramedia Bogor)

 Batujaya adalah sebuah desa di tepi Sungai Citarum, sekitar 20 km di
 sebelah barat laut kota Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Batujaya
 hanya 20 km dari Ujung Karawang - tempat bermuaranya Sungai Citarum di
 Laut Jawa yang membentuk delta. Sekitar 25 km ke sebelah timur,
 terdapat
 kampung Cibuaya - sebuah kampung yang di kalangan para ahli arkeologi
 terkenal sebab di dalamnya terdapat situs Cibuaya yang menyingkapkan
 artefak-artefak penting pra-sejarah (Neolitikum) Jawa Barat dan
 Indonesia. Cibuaya terletak 5 km dari tepi pantai. Dulu, mungkin
 Batujaya dan Cibuaya terletak di tepi pantai, sedimentasi Kuarter di
 wilayah ini sangat aktif.

 Batujaya sekarang terletak di tengah hamparan sawah. Telah 22 tahun
 situs ini digali dan dipelajari para ahli arkeologi Indonesia dan
 mancanegara. Situs ini pertama kali diketahui tahun 1984, semula
 berupa
 bukit-bukit kecil di tengah sawah, penduduk setempat menyebutnya
 unur-unur (bukit-bukit kecil). Sekarang tak ada lagi bukit-bukit
 tetapi
 candi-candi hasil rekonstruksi dan lubang-lubang parit dan terbuka
 galian para archaeologists.

 Hasan Djafar, ahli arkeologi UI, kepala tim penggalian situs Batujaya,
 menerangkan dengan runtut penemuan situs ini. Penggalian yang telah
 berlangsung selama 22 tahun ini telah menghasilkan banyak penemuan

[iagi-net-l] Klarifikasi Amblesan Banjar Panji (was Fwd: FW: [iagi-net-l] Geothermal BPJ)

2006-09-18 Terurut Topik Awang Satyana
Klarifikasi dari Pak Bambang Istadi (Lapindo Brantas) soal amblesan sekitar 
Banjar Panji. Minggu siang kemarin Radio El Shinta menyiarkan amblesan 4 meter 
ini di sekitar wilayah semburan, tetapi Harian Sinar Harapan Senin sore kemarin 
menurunkan berita yang ambles itu tanggul penahan lumpur. Terima kasih Mas 
Bambang atas klarifikasinya.
   
  salam,
  awang

Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Subject: FW: [iagi-net-l] Geothermal BPJ
Date: Tue, 19 Sep 2006 07:07:18 +0700
From: Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED]
To: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]



-Original Message-
From: Bambang P Istadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 18 September 2006 23:10
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Cc: 'Edy SUnardi'; '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: FW: [iagi-net-l] Geothermal BPJ

Kang Awang, mas Edy

Data GPS Monitoring yang kami lakukan belum ada tuh yang subsidence
mencapai 4 meteran. Kecuali mas Edy punya pengukuran yang belum dishare
sama saya. Hitungannya masih centimeter. Kami sudah lakukan 2 kali
pengukuran dan sedang melakukan yang ke 3. Saya kuatir karena sudah
posting di dimilis, akan dipakai oleh beberapa pihak, sehingga
misleading yang menimbulkan kepanikan warga. Memang akan turun secara
pasti tapi perlahan. Kalau bisa kang Awang posting lagi dengan data2
yang dibawah ini. Ini gambarannya

Yang radius 2x2 km itu masih perkiraan, dengan acuan analogi daerah
subsidence sekitar Porong collapse structure, dan Bleduk Kuwu. Perkiraan
ini tanpa sensitivity, bisa saja lebih luas kalau kita mengacu pada mud
volcano yang besar2 dengan ketinggian 20meteran. Bleduk Kuwu sekarang
sekitar 6 meter dengan luas 45 Ha. Bisa dihitung daerah yang akan
terkena dampak pengendapan Lumpur disekitar subsidence dan diminimize
luasnya jika airnya bisa dibuang/ dimanage. Data yang kami miliki saat
ini sebatas mGal menunjukkan daerah yang paling jauh, sekitar 1 km dari
titik semburan menunjukkan gravity low dengan tingkat subsidence 2.8 cm
(awal Juli) dan 13.5cm pada akhir Agustus. 

Saat ini kami sedang mengukur gravity dengan tool yang memiliki presisi
lebih tinggi (Microgravity) nanti setelah kita dapatkan hasil dari
Microgravity ini mungkin akan terlihat dan termonitor perbedaan yang
menunjukkan seberapa besar wilayah yang terkena dampak subsidence yang
menunjukkan gravity low.

Ok deh, sedikit penjelasan dari saya.
Salam,
Bambang


-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 18 September 2006 13:09
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Geothermal BPJ

Secara kebetulan, saya baru saja ketemu Pak Edy Sunardi (tim IAGI untuk
LUSI) yang mampir ke kantor. Jadi saya tanyakan berapa temperatur
semburan uap, air dan lumpur itu sekarang. Kata Pak Edy, pengukuran
terakhir minggu lalu 120 degC (!).

Tentang amblesan, kata Pak Edy, 4 meter di sekitar titik semburan dan
memakan wilayah 2 x 2 km (4 km2), hanya semakin menjauh dari pusat
semburan amblesan semakin kecil. Bagaimana dengan jalan tol, saya tanya,
dijawab : sudah ada retakan-retakan selebar 1 meter. Wah...!

Cratering collapse sedang terjadikah...?!

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, September 18, 2006 11:09 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Geothermal BPJ

Persis seerti yg aku tulis di weblog tentang menenggelamkan lokasi
pemboran bpj, satu persatu apa yg sudah dipelajari dari sebuah evolusi
gunung lumpur terjadi.
hampir semua gejala-gejala itu bermunculan.

Pak Basuki (ketua TimNas) tentunya sudah menyadari apa yg bakal
terjadi bahkan relief well saat ini terancam batal karena lokasinya
sudah menghawatirkan.

rdp

On 9/18/06, [EMAIL PROTECTED] wrote:
 wah ini sih artinya apa yang ditakutkan pak Awang jangan jangan
terjadi
  permukaan tanahnya mulai ambles 



-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email

RE: [iagi-net-l] Situs Batujaya, Rengasdengklok : Penemuan Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun Terakhir

2006-09-18 Terurut Topik Awang Satyana
Kang Deni,
   
  Ajip Rosidi pernah menulis artikel panjang di Majalah Mangle berjudul 
Kwalitas Manusa Sunda yang dimuat kembali di bukunya Panca Kaki (Girimukti 
Pasaka, 1996), katanya kualitas itu sedikit banyak terkait dengan sejarah. 
   
  Kata Pak Ajip, sajarah Sunda masih keneh maredong poek (sejarah Sunda masih 
gelap gulita). Mungkin benar Pak Ajip kalau kita mengingat bahwa banyak naskah2 
kuno Sunda yang belum terbuka terbaca. Padahal, ada berpeti-peti naskah Sunda 
kuno yang sudah dikumpulkan sejak zaman Brandes tersimpan di Museum Gajah. 
Penerus2 ahli epigrafi (naskah kuno)  seperti Atja, Uka Tjandrasasmita, dan 
Saleh Danasasmita harusnya ada dari kalangan muda. Kalau tidak ada, wah...bakal 
maredong poek terus atuh sajarah kuna Sunda teh.. 
   
  Pentingnya naskah2 Sunda Kuna harus cepat terbuka di antaranya agar dapat 
menimbulkan kesadaran identitas (orang Sunda). Kata Pak Ajip, Satungtung urang 
Sunda henteu boga sajarah atawa henteu terang kana sajarahna anu enya, urang 
Sunda baris angger ngarasa henteu boga identitas (Selama orang Sunda tidak 
punya sejarah atau belum jelas tentang sejarahnya yang benar, maka orang Sunda 
akan tetap tidak punya identitas).
   
  Semoga, penemuan arkeologi besar di wilayah Batujaya, bisa menjadi mata 
rantai penting ke pemahaman Sejarah Sunda yang benar. 
   
  salam,
  awang
   
  Deni Rahayu [EMAIL PROTECTED] wrote:
  wah menarik juga ya...soalnya baru kemaren ini saya
berdiskusi ringan sama temen2 sesama sunda dan orang2
yang peduli budaya, mengenai hubungan kebudayaan masa
lalu jawa barat dengan mentalitas jiwa pemimpin orang
sunda - karena sadar atau tidak sadar, budaya
adalah salah satu faktor yang bisa membentuk karakter
bangsakapan kumpulnya dooong ? mudah2an bisa,
skali2 bidang lain agar bisa membuka wawasan :)

DNR

--- Awang Satyana wrote:

 Abah,
 
 Penemuan ini sangat penting untuk purbakala
 Indonesia, apalagi buat karuhun urang Sunda. Ada
 yang mengira, bahwa di Batujaya jangan2 pusat
 Kerajaan Tarumanegara (negara di sisi Citarum ?) -
 soalnya Batujaya persis di sisi Citarum.
 
 Kalau ada yang berminat berkumpul, boleh juga tuh
 'Bah. Nanti saya kumpulkan bahan2nya buat bahan
 bicara. Kalau ada yang bisa kontribusi peta2 garis
 pantai lama daerah Karawang akan sangat baik untuk
 merekonstruksi situs ini. Pak Wahyu Budi Satyawan
 dari LON biasanya punya. 
 
 salam,
 awang
 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rekan rekan
 
 Sangat menarik sangat menarik !!
 Kalau kita kumpul , Awang yang jadi pembicara buat
 yang berminat.
 Bahan-nya ? kUMPUL makan siang , beli makn sendiri
 sendiri KECUALI
 Pak Ketum berfikiran lain ???). Ekh ngawur 
 Kita minta Metro cd dari acara tersebut , mungkin
 lewat IAGI lebih mudah,
 nah kita nonton , kemudian yang punya pengetahuan
 dan siapapun yang
 berminat .
 Saya tidak sempat nonton , ada undangan kawinan,
 padahal sudah dari
 beberapa hari sebelumnya niat nonton.
 Bagaimana Set IAGI , bisa kn.
 
 Si-Abah.
 

___
 
 Pak Rovicky,
 
  Hanya peta dari atlas di mana lokasi Batujaya dan
 Cibuaya saja yang ada.
  Kalau foto2 lubang/parit ekskavasi, Candi
 Batujaya, kerangka2 manusia,
  tembikar2 gak punya. Buku Sedyawati (2006) itu
 juga walaupun terbitan
  Februari 2006 hanya teks tanpa gambar. Nanti saya
 scan petanya ya, dan
  ta' cari foto2nya siapa tahu ada dari beberapa
 jurnal arkeologi yang
  saya punya.
 
  Salam,
  awang
 
  -Original Message-
  From: Rovicky Dwi Putrohari
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Monday, September 18, 2006 12:32 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Situs Batujaya,
 Rengasdengklok : Penemuan
  Arkeologi Terpenting di Asia dalam 50 Tahun
 Terakhir
 
  Pak Awang, adakah peta, foto atau gambar2nya ?
  Aku rasa cukup lengkap sebagai satu artikel
 dongeng menariik nih
  Salam
 
  RDP
 
  On 9/18/06, Awang Harun Satyana wrote:
  Mungkin ulasan ini OOT (out of topic) tetapi,
 sebagaimana
  ekskavasi-ekskavasi arkeologi lainnya, ada
 kaitannya juga dengan
  geologi
  : terkait dengan sedimentasi Delta Citarum dan
 terkait dengan rencana
  pengembangan lapangan minyak Pondok Tengah
 (Pertamina) dan pemboran
  eksplorasi Ranca Jawa. Lagipula, penemuan besar
 semacam ini saya kalau
  tidak diketahui, padahal jaraknya tak sampai 50
 km di sebelah timur
  laut
  Jakarta. Semoga bermanfaat.
 
  Malam Minggu kemarin (16 September 2006) saya
 nonton acara TV di
  MetroTV
  pukul 19.05 (Suara dari Yang Terkubur) yang
 menampilkan acara-acara
  bernuansa sains arkeologi dan geologi. Minggu
 lalu tentang penggalian
  situs Tambora (sayang baru nonton 15 menit,
 listrik mati untuk dua
  jam),
  Sabtu malam kemarin menayangkan penemuan dan
 penggalian situs
  Batujaya,
  yang diklaim sebagai penemuan arkeologi terbesar
 di Asia dalam 50
  tahun
  terakhir ini. Acara berdurasi 45 menit ini
 menarik. Berikut adalah
  catatan saya sehabis menonton (saya menontonnya
 seperti seorang

RE: [iagi-net-l] Dialog Special Metro TV

2006-09-20 Terurut Topik Awang Satyana
Kayaknya yang bakal tetap dimarahi adalah Lapindo soalnya orang-orang hanya 
tahu ini lumpur Lapindo di media2 kan selalu disebut begitu. Atau kalau KLH 
dan Pemerintah dimarahi, ya gampang saja mereka kemudian akan memarahi Lapindo. 
Tutup Lapindo, begitu kata Rachmat Witoelar di awal kejadian musibah ini. 
   
  Maka, Lapindo lagi Lapindo lagi ...(BPMIGAS juga dimarahi, kenapa sih sumur 
itu disetujui ?). Lo, kalau ada satu perusahaan minyak yang ingin 
mengeksplorasi migas lebih dalam, daripada main di dangkal saja, lalu secara 
teknis dan anggaran memenuhi syarat, apa alasannya tidak disetujui ? 
   
  salam,
  awang
   
  
Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalo lumpur diijinkan dibuang kelaut yg dimarahi oleh LSM sama masyarakat 
pesisir pantai adalah pemerintah alias KLH alias Rahmat Witoelar
Kalo lumpur menggenangi warga yg jadi sasaran kemarahan adalah Lapindo

pilih mana coba?

wassalam,
pr

At 06:18 AM 9/20/2006 +0700, you wrote:
Rahmat Witular memang berani menganggung kemarahan rakyat dan dosa
dengan menjalani resiko kalau sudah bahaya baru boleh dibuang kelaut.
Beliau sama saja berpendapat bahwa lingkungan biota laut masih lebih
tinggi tingkatnya dibandingkan lingkungan, kehidupan Manusia.
Mudah-mudahan dia mendapat pencerahan.

Yanto Salim

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, September 19, 2006 10:01 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Dialog Special Metro TV

Pak Kardaya (BPMIGAS), Pak Edy Sunardi (IAGI), Pak Sarwono Kusumaatmadja
(DPD RI) dan Pak Rudy Rubiandini (ITB, via telpon) dipandu oleh Frida
Lidwina terlibat dalam dialog tersebut.

 Ada dua pendapat asal semburan ini : underground blow out-UBO (banyak
diikuti para petroleum engineers) dan mud volcano eruption (banyak
diikuti para geologists). Kalau UBO harapannya bisa diatasi oleh 3
relief well, kalau mud volcano eruption tak akan bisa diatasi dengan
relief well, alamiah saja berhentinya.

 Ketiga narasumber terkesan setuju lumpur dibuang ke laut saja, tokh
bukan limbah, bukan B3, dan lumpur itu masih satu habitat dengan laut di
Selat Madura, hanya beda umur. Pak Sarwono seperti biasa dengan tegas
bilang selamatkan dulu penduduk, baru lingkungan, kalau ada dampak baru
diatasi. Ini keadaan darurat, tak bisa diberlakukan prosedur KLH yang
normal.Kata Pak Kardaya, relief well akan bekerja dengan baik kalau tak
ada serangan lumpur lagi ke titik2 bor relief well. Kalau lagi ngebor
tiba2 lokasinya dibanjiri lumpur, ya tentu gak akan selesai2 ngebornya.

 Tapi, Pak Rachmat Witoelar, menteri KLH, bilang lumpur boleh dibuang
ke laut kalau statusnya sudah bahaya. Selama masih darurat tak boleh.
Dan, Pemerintah mau bikin tanggul permanen mengelilingi ratusan hektar
wilayah Banjar Panji, wah berapa lama tuh ngebangunnya ?

 Di Azerbaijan sana, tempat paling banyak gunung lumpurnya di dunia,
lumpur panas ini dijadikan tempat2 spa, sumber air panas, gas alam
(metan biogenik), dan lumpurnya dijadikan batu-bata. Itu sudah lama
terjadi, berarti lumpur itu aman-aman saja kelihatannya.

 Dua bulan dari sekarang, kalau lancar, kita akan lihat apakah relief
wells bisa membendung Lusi ?

 salam,
 awang

iagisek wrote:
 INFORMASI :

Pada Hari ini , tanggal 19 September 2006, Jam 20.30 di Metro TV akan
ditayangkan acara DIALOG SPECIAL METRO TV antara Ka BPMIGAS, Ketua PAH2
DPD-RI, wakil IAGI  ITB, Topik Penanganan Semburan Lumpur Sidoarjo.


Salam,
Sekretariat Pusat IAGI



-
Do you Yahoo!?
 Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail.

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006
- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP

Re: [iagi-net-l] Ulasan LUSI Berdasarkan Jurnal Ilmiah Luar Negeri

2006-09-21 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
   
  Dalam kasus LUSI, lumpur dan gas yang tersembur itu bukan merupakan akumulasi 
yang berasal dari sedimen yang terperangkap di zone subduksi seperti ditulis 
jurnal tersebut. Kita tahu, lumpur dan gas itu berasal dari zone depresi 
Kendeng yang sedimennya diendapkan dengan sangat cepat sehingga memicu 
diapirisme, diapirisme memicu mud volcano, mud volcano tererupsi karena dipicu 
gempa atau kegiatan pemboran.
   
  Tetapi, kalau untuk kasus gunung-gunung lumpur di Sawu Basin di utara Pulau 
Sawu (dekat Sumba-Rote), kalau Abah pernah lihat beberapa seismic sections di 
Sawu Basin, di situ banyak gunung2 lumpur bawah laut. Nah, ini adalah memang 
berasal dari sedimen yang terakumulasi di zone subduksi, dan erupsinya didorong 
oleh kompresi dari thrust sheets yang banyak terbentuk di melange wedge 
Sawu-Rote-Timor.
   
  salam,
  awang
   
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
  Kang Awang.

Re- keterangan diatas , bagaimana mengaplikasikan - nya dalam kasus
Sidoarjo ?

Apakah posisi subduction zone dan saat sedimentasi mendukung pendapat
diatas ?

Kelihatannya kita harus melihat dan belajar dari kejadian kejadian di -
region lain untuk menambah data sebelum suatu kesimpulan final dicapai.
Hal ini penting SEKALI karena akan menyangkut suatu keputusan Pengadilan
dalam banyak pengaduan dari masyarakat.

Si- Abah

[EMAIL PROTECTED] wrote:
   Coba kita tengok bagaimana jurnal-jurnal ilmiah luar negeri mengulas LUSI
 ini. Saya mengamati beberapa, dan ternyata semua sama yaitu bahwa mereka
 hanya sepakat bahwa Lusi adalah mud volcano eruption Apa penyebab
 erupsinya ? Gempakah, pengeboran Lapindokah ? Tak tahu. Besar kemungkinan
 dua-duanya. Sebuah jurnal menyebutkan juga gejala geotermal. Di bawah ini
 adalah salah satunya.

 Salam,
 Awang


 Mud volcano floods Java


 Disaster-plagued Indonesian island faces new threat.

 by Richard Van Noorden
 [EMAIL PROTECTED]
 What Has Happened ?
 For 3 months a sea of hot mud has been gushing from the ground in
 Sidoarjo, East Java, 35 kilometres south of Indonesia's second largest
 city, Surabaya. The steaming mud pool is growing at an estimated 50,000
 cubic metres a day, accompanied by hydrogen sulphide gas, and now
 reportedly covers more than 25 square kilometres. The flow has not yet
 been stopped; thousands of people have lost their homes.

 How bizarre... has this sort of disaster happened before?

 The Sidoarjo disaster is an example of a 'mud volcano'.


Mud and gas
 accumulates when sea sediments are trapped in subduction zones, where one
 tectonic plate slides under another, and can erupt out of volcanic cones
 or simply from a crack in the ground.

Kang Awang.

Re- keterangan diatas , bagaimana mengaplikasikan - nya dalam kasus
Sidoarjo ?

Apakah posisi subduction zone dan saat sedimentasi mendukung pendapat
diatas ?

Kelihatannya kita harus melihat dan belajar dari kejadian kejadian di -
region lain untuk menambah data sebelum suatu kesimpulan final dicapai.
Hal ini penting SEKALI karena akan menyangkut suatu keputusan Pengadilan
dalam banyak pengaduan dari masyarakat.

Si- Abah





Mud volcanoes have burst on every
 continent, but are abundant in the South Caspian region (offshore and
 onshore Azerbaijan) and offshore Indonesia in the East Java Basin.
 But the Sidoarjo mud volcano is rather unusual. It's huge. And, says Sam
 Rice, a geologist at the University of Cambridge, UK, reports of the mud
 eruption suggest that it is a hybrid between typical mud volcanoes and
 hydrothermal vents. The mud is of an unusually high temperature (60 °C)
 and contains enormously high concentrations of hydrogen sulphide gas. This
 suggests that some kind of volcanic, hydrothermal activity is going on at
 the same time.

 What creates the conditions for a mud volcano?

 Achim Kopf, a geologist from the University of Bremen, Germany, who has
 studied mud volcanoes extensively, explains that marine sediment can be
 scraped off an oceanic tectonic plate as it slides underneath a
 continental plate. If the sediment accumulates rapidly and water is
 trapped in its pores, this can stop the sediment being cemented by
 pressure. The resulting reservoir of mud can be trapped underground. In
 the case of the East Java mud flow, the mud is thought to have come from a
 reservoir some 2.7 kilometres below the Earth's surface.

 And what triggers an eruption?

 A number of things can create a crack that allows trapped mud to bubble to
 the surface; particularly earthquakes and drilling.

 And in Java specifically?

 In Java both of these things have happened recently. The oil and gas
 exploration company PT Lapindo Brantas is drilling in the area, and the
 gas and hot mud first spewed from the company's drilling rig on 28 May.
 Geologist Georg Delisle of the Federal Institute for Geosciences and
 Natural Resources (BGR), Hannover, Germany, 

[iagi-net-l] Drilling a Mud Volcano (was Re: [iagi-net-l] Ulasan LUSI Berdasarkan ...)

2006-09-23 Terurut Topik Awang Satyana
 ceritanya.
   
  Depresi Kendeng, khususnya di sisi utaranya dekat Rembang Zone (Banjar Panji 
di sisi selatannya), adalah daerah kaya sumur. Sejak akhir 1800an dan awal 
1900an telah banyak sumur dibor, tak ada kan yang menimbulkan bencana seperti 
di Banjar Panji padahal tak sedikit juga sumur2 yang melalui overpressured zone 
di diapir Kendeng ini.
   
  Kelihatannya, just making a hole through a diapir (may also be a mud volcano 
) will not erupt the volcano.
   
  salam,
  awang
   
   
  Nataniel Mangiwa [EMAIL PROTECTED] wrote:
  mud volcano tererupsi karena dipicu gempa atau kegiatan pemboran.

Pak Awang,

Bisa diperjelas yang Bapak maksud dengan kegiatan pemboran di atas?
Apa hanya sebatas 'make a hole' atau kegiatan pemboran yang tidak
'prosedural'? Kalau asal ada hole sudah bisa memicu erupsi, berarti
kesalahan Lapindo bukan dalam 'prosedural' drilling tetapi
kesalahannya adalah kenapa drill well di daerah yg bisa terjadi erupsi
(wrong well location?).

Selain itu, apa di daerah zone depresi Kendeng yang memiliki diapir
mud volcano seperti Porong ini, apa tidak ada kegiatan pemboran lain
sebelumnya? Kalau ada, kenapa yang sebelumnya tidak memicu erupsi?

Terimakasih,

Natan

On 9/22/06, Awang Satyana wrote:
 Abah,

 Dalam kasus LUSI, lumpur dan gas yang tersembur itu bukan merupakan akumulasi 
 yang berasal dari sedimen yang terperangkap di zone subduksi seperti ditulis 
 jurnal tersebut. Kita tahu, lumpur dan gas itu berasal dari zone depresi 
 Kendeng yang sedimennya diendapkan dengan sangat cepat sehingga memicu 
 diapirisme, diapirisme memicu mud volcano, mud volcano tererupsi karena 
 dipicu gempa atau kegiatan pemboran.

 Tetapi, kalau untuk kasus gunung-gunung lumpur di Sawu Basin di utara Pulau 
 Sawu (dekat Sumba-Rote), kalau Abah pernah lihat beberapa seismic sections di 
 Sawu Basin, di situ banyak gunung2 lumpur bawah laut. Nah, ini adalah memang 
 berasal dari sedimen yang terakumulasi di zone subduksi, dan erupsinya 
 didorong oleh kompresi dari thrust sheets yang banyak terbentuk di melange 
 wedge Sawu-Rote-Timor.

 salam,
 awang

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006 
- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low  PC-to-Phone call rates.

Re: [iagi-net-l] Re: Gempa 22 Sept dan Sesar Grindulu

2006-09-23 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
   
  Kalau dilihat momen tensor solution-nya, gempa 22 September 2006 di lepas 
pantai selatan Jawa ini berhubungan dengan penyesaran naik berarah hampir B-T. 
Melihat jenis penyesaran dan arahnya, kelihatannya ia tak berhubungan dengan 
sesar mendatar Grindulu di selatan Pacitan yang BD-TL.
   
  Pusat gempa ini terjadi persis di punggungan sempit berarah B-T yang sedikit 
meneluk di utaranya  dengan rarah SBD-UTL, yang memisahkan dua forearc basins 
di selatan Yogyakarta. Melihat kedalaman pusat gempa yang hanya 10 km, dan 
sekitar 100 km utara palung, maka pusat gempa terjadi di overriding plate pada 
kerak akresi melange wedge dengan pola imbrikasi struktur B-T, sejajar dengan 
penyesaran pada gempa ini. Jadi, diduga penyesaran pada gempa ini membuka 
struktur imbrikasi akresi lama.
   
  Kalau saja gempanya besar, misal di atas 6.5 SR (seperti yang di selatan 
Pangandaran 17 Juli 2006), semua syarat terjadinya tsunami sebenarnya telah 
dipenuhi. Syukur, kekuatannya di bawah 6.0 SR.
   
  Data Java Shell di daerah ini (juga sumur Borelis-1 dan Alveolina-1 - Java 
Shell, 1972-1973, dibor 25 km selatan Parang Tritis) tak meluas sampai jauh ke 
forearc basin dan wilayah2 yang banyak sejarah gempanya. Tetapi, kalau untuk 
mengecek apakah Sesar Opak dan Grindulu menerus ke laut sampai sekitar 25 km di 
selatan garis pantai, data Java Shell dapat dipakai. Kalau dari peta baimetri 
saat ini, kedua sesar itu kelihatannya tak signifikan penerusannya ke laut 
kalau kita lihat dari pengaruh kedua sesar terhadap batimetri (bandingkan 
dengan Sesar Cimandiri dan Sesar Adang/Paternoster yang sangat signifikan 
mempengaruhi batimetri sampai jauh ke laut). Kecuali, kalau kedua sesar ini 
terkubur jauh di bawah sedimen.
   
  Sangat setuju untuk melakukan survey geomarin di selatan Jawa ini, beberapa 
kasus gempa dan tsunami di selatan Jawa mestinya telah mendorong untuk itu.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Setelah dicoba di plot tumpang tindih (overlay), sesar-sesar di Jawa
serta gempa-gempa seminggu ini cukup menarik. Sepertinya perlu
perhatian khusus untuk patahan yg menerus ke laut.

Baca entri selengkapnya »
http://rovicky.wordpress.com/2006/09/22/sesar-sesar-di-selatan-jawa/

Selamat bnerakhir pekan, dan selamat menjalankan ibadah puasa

RDP

On 9/22/06, Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 Pak Awang dan juga rekan-rekan lain. Gempa yg terjadi semalam (22 Sept
 2006) di selatan Jogja sepertinya berada pada sebuah penampakan
 kelurusan yg kalau saya teruskan sepertinya sejajar dengan patahan
 grindulu.
 Apakah ada yg memiliki data bawah permukaan untuk laut selatan Jawa ?
 Setahuku dulu ada dua sumur yg di bor Shell (? alveolina-1 dan
 borrealis-1).
 Mestinya kita bisa memanfaatkan data-data seismic di selatan Jawa
 untuk melihat geodinamika daerah ini. Hal ini akan sangat bermanfaat
 untuk studi mitigasi di selatan Jawa yang saat ini merupakan sesimic
 gap. Sehingga selatan Jawa merupakan daerah yg rawan tsunami ini
 mestinya menjadi pusat perhatian selain pantai barat Sumatra (pantai
 Padang).

 http://rovicky.wordpress.com/2006/09/22/gempa-jumat-22-sept-06-pagi-bersumber-di-selatan-jogja/

 RDP

 --
 http://rovicky.wordpress.com/



-- 
http://rovicky.wordpress.com/

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
- Call For Papers until 26 May 2006
- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
Get your email and more, right on the  new Yahoo.com 

[iagi-net-l] Karya Tulis Prof. Rubini Soeria-Atmadja (was : [iagi-net-l] Prof Rubini Soeria-Atmadja wafat

2006-11-01 Terurut Topik Awang Satyana
Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Prof. Rubini 
Soeria-Atmadja, semoga Almarhum mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya dan 
keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
   
  Pada kesempatan ini, saya ingin mengenang Almarhum berdasarkan karya-karya 
tulisnya yang tersebar baik di perusahaan yang pernah dibantunya (PT INCO, PT 
Timah), di bulletin LIPI, ITB, di proceedings pertemuan ilmiah nasional maupun 
internasional, dan di jurnal-jurnal nasional maupun internasional.
   
  Saya memang tidak mengenal Almarhum secara mendalam, berjumpa pun jarang 
sekali (terakhir berjumpa 6 September 2005 ketika sama-sama menjadi pemakalah 
di seminar sehari IAGI tentang geodinamika dan metamorfisma), tetapi banyak 
karya tulisnya yang saya simpan dan pelajari, dari Buletin LIPI Agustus 1972 
(“Laterite deposits in the SE Arm of Sulawesi) sampai tulisan terakhir beliau 
yang saya punya “High-Pressure Metamorphics and Associated Peridotite in 
Eastern Indonesia” (MGI Agustus 2005)
   
  Dari Agustus 1972 sampai Agustus 2005 (33 tahun), total ada 31 tulisan yang 
terkumpul, mungkin sebenarnya lebih dari itu. Bagus sekali bahwa pada tahun 
2003 Penerbit ITB mengumpulkan sebagian besar tulisan Prof Rubini dalam satu 
buku yang diberi judul “Indonesian Island Arcs : Magmatism, Mineralization, and 
Tectonic Setting” yang diedit oleh Pak Koesoemadinata dan Pak Dardji. Buku 
kumpulan tulisan semacam ini baik sekali sebab akan sangat memudahkan pembaca 
mendapatkan tulisan yang dicarinya.
   
  Pengetahuan kita saat ini tentang magmatisme di Indonesia beserta tatanan 
geodinamikanya saya pikir sebagian besar berasal dari tulisan-tulisan Prof. 
Rubini beserta para murid-muridnya (a.l. Pak Yatno, Pak Bambang Priadi) dan 
kolega-koleganya dari Prancis (a.l. Rene Maury, Rampnoux, Bellon). Bukan 
melebih-lebihkan, tetapi hampir semua tulisan tentang itu memang berasal dari 
kelompok Prof. Rubini kalau kita mencari tulisan2 dari tahun 1980an-1990an. 
Mungkin sejak pertengahan tahun 1990an mulai banyak tulisan2 tentang magmatisme 
dan geodinamika Indonesia juga berasal dari kelompok SE Asia Research Group di 
bawah pimpinan Tony Barber dan Robert Hall. 
   
  Belakangan, saya banyak menaruh perhatian ke studi-studi tentang magmatisme 
dan geodinamika Jawa, dan paper Pak Rubini dkk. (Soeria-Atmadja et al., 1994, 
Tertiary magmatic belts in Java, Journal of SE Asian Earth Sciences, vol. 9, 
no. ½) selalu menjadi acuan utama karena inilah paper regional pertama yang 
membahas arc magmatism di Jawa. Saat ini banyak penelitian baru yang sedang 
dilakukan tentang arc magmatism di Jawa dan geodinamikanya baik oleh SE Asia 
Research Group (Helen Smyth, Ben Clemens) maupun oleh Direktorat Volkanologi 
(Pak Tikno Bronto). Memang banyak kesimpulan2 baru (seperti superimposed 
volcanism – Bronto, 2006), tetapi paper Pak Rubini dkk tersebut tetap menjadi 
titik berangkatnya.
   
  Tulisan-tulisan Pak Rubini dkk. menyentuh gejala magmatisme dan geodinamika 
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Itu berasal dari 45 tahun konsistensi 
beliau menekuni magmatisme batuan beku dan metamorfik beserta geodinamikanya. 
Bukan itu saja, penelitian-penelitiannya pun tentu ada yang bersifat praktis 
seperti pencarian base metal. 
   
  Kerja sama yang dirintis Pak Rubini dengan berbagai perguruan tinggi di 
Prancis dari tahun 1979 juga telah membawa banyak sekali manfaat, baik dalam 
mempercepat penelitian magmatisme dan geodinamika di beberapa wilayah di 
Indonesia maupun dalam mendidik ahli-ahli Indonesia dari berbagai perguruan 
tinggi sampai mendapatkan gelar Ph.D.  Saya mencatat tak kurang dari 30 doktor 
Indonsia dihasilkan dari kerja sama ini.
   
  Mungkin sulit mencari orang sekaliber Prof. Rubini Soeria-Atmadja, tetapi 
sama sekali bukan tidak mungkin. Telah banyak ahli-ahli penerus keahlian Pak 
Rubini (mis Pak Yatno, Pak Bambang Priadi, Pak Haryadi Permana, Pak Ildrem 
Syafri). Yang dibutuhkan adalah tinggal konsistensi dan ketekunan. 
   
  Semoga tradisi penelitian dan penulisan fenomena magmatisme dan geodinamika 
Indonesia bisa  diteruskan dan bahkan semakin menggebu. Sementara itu, 
karya-karya tulis yang ditinggalkan Pak Rubini adalah warisan yang sangat 
berharga dan tak lekang dimakan usia, semua karyanya masih menarik untuk 
dicermati, dikaji ulang, dan dijadikan dasar penelitian baru.
   
  Berharga semua yang menyumbangkan karya tulis.
   
  Salam,
  awang


budi santoso [EMAIL PROTECTED] wrote:  Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un . 
. 

Selamat jalan pak Rubini: mentor sekaligus sahabat
kami . . 

Satu lagi kehilangan besar bagi bangsa kita umumnya
dan masyarakt geologi indonesia khususnya, bahkan
mungkin dunia 

Semoga akhir hayat beliau mendapatkan husnul
khotimah . . . akhir yang baik . . surga imbalannya .
. seperti janjiNya. Amin

sTJ

--- Sukmandaru Prihatmoko wrote:

 Inna lillhahi wa inna lillahi roji'un
 
 Turut berduka mendalam atas berpulangnya Prof
 Rubini. Semoga beliau
 mendapatkan 

RE: [iagi-net-l] Karya Tulis Prof. Rubini Soeria-Atmadja

2006-11-11 Terurut Topik Awang Satyana
Mas,
   
  Maaf baru saya jawab, saya baru kembali dari mengikuti konferensi AAPG di 
Perth. Untuk mendapatkan buku itu, coba hubungi Penerbit ITB (yang menerbitkan 
buku itu pada tahun 2003) di [EMAIL PROTECTED], telp/fax 022-2504257. Terdapat 
25 makalah Pak Rubini dkk. di dalam buku tersebut dikelompokkan ke dalam topik 
: ophiolites, mineralization and magmatism, dan arc magmatism.
   
  salam, 
  awang

Maryanto (Maryant) [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
Mas Awang,
Bagaiman saya bisa daoatkan buku di bawah ?

Indonesian Island Arcs : Magmatism, Mineralization, and Tectonic Setting yang 
diedit oleh Pak Koesoemadinata dan Pak Dardji.

Maryanto.


 
-
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

RE: [iagi-net-l] Source Rock Petroleum System

2006-11-13 Terurut Topik Awang Satyana
  Lombok North di samping concern terhadap deep-water, juga banyak sumur gagal 
di wilayah ini atau di sekitar wilayah ini. Benar Pak Bambang, kelihatannya 
hanya source dan/atau timing of generation-migration vs trapping yang berisiko 
di trend Baluran ini. Contoh sumur gagal terbaru adalah Agung-1 (Santos 2005) 
yang dibor di North Bali-1. Reefnya bagus sekali dan besar serta kualitas 
reservoir bagus. Walau diapit dua kitchen (Baluran Deep di utara dan sebuah 
deep lain di selatan Agung reef) tak ada tanda-tanda minyak ditemukan. 
Kelihatannya, depresi yang akan menjadi kitchen ada, apa daya source-quality 
sediments tak pernah diendapkan di situ.
   
  Paper Bransden  Matthews (1992) mungkin yang menunjukkan relict pre-Tertiary 
sediments itu di wilayah Kangean, yang kalau digabung dengan papernya Pak 
Kustomo Hasan (1991) di wilayah Sulawesi Selatan bisa menuju rekonstruksi 
endapan pra-Tersier di wilayah Kangean-Paternoster ini. Hanya, berdasarkan 
analisis geokimia minyak, saya tak melihat kontribusi endapan source rocks 
pre-Tersier yang signifikan ke minyak2 di wilayah ini. 
   
  Akan halnya minyak di JS 53 A atau L46 yang sama2 ditemukan di Ngimbang 
(karbonat dan klastik) sama saja secara geokimia dikontribusi oleh middle 
Eocene Ngimbang SR (Phillipi et al. 1991).
   
  Saya sekali waktu (1993) pernah mempelajari Zagros Thrust Belt di utara 
Irak-Iran untuk mencari aplikasi model thin-skinned tectonics ke Barito Basin 
(dipublikasi di Proceedings PIT IAGI 1993). Waktu itu, analognya adalah sbb. 
Meratus = Zagros, Arabian Plate = Schwaner micro-plate, Eurasian Plate = 
Paternoster micro-plate. Karena saya pikir setting tektoniknya adalah benturan 
dan suture, maka Zagros dijadikan model. 
   
  Di Zagros kita bisa bagi provinces of structures-nya ke imbricated zone (yang 
didominasi basement-ilvolved/thick-skinned tectonics) dan ke simply folded belt 
yang thin-skinned tectonics. Lapangan2 minyak banyaknya ada di simply folded 
belt. Di Barito Basin pun seperti itu, hanya semua lapangan di Barito adanya di 
wilayah thick-skinned tectonics. Di wilayah lebih ke baratnya (yang mungkin 
thin-skinned tectonics, sudah terlalu stabil, dan jauh dari kitchen active di 
Barito Foredeep. Semuda pun termasuk di wilayah thick-skinned tectonics, 
mencoba mencari perangkap di horst-block yang diapit dua graben - apa daya tak 
ada minyak signifikan lari ke situ. Sementara sumur Miyawa-1 (trend) dan 
Miyawa-2 (Trident) benar2 di imbricated zone lereng Meratus dengan trap yang 
hancur.
   
  Ya Zagros mestinya sebuah suture zone antara Arabian Plate dan Eurasian Plate 
collision yang berbenturan terutama mulai pada Miosen Akhir. Sebagian besar 
merupakan ofiolit sisa Tethys, yang tak terjepit masih terbuka di Teluk Persia.
  Semua giant-supergiant fields di sebelah barat Zagros juga merupakan 
asymmetrically thrusted anticlinal folds yang dibentuk oleh kompresi Miosen. 
Jadi semua lapangan di Irak dan Iran itu adalah terdapat di foreland basin 
relatif terhadap collision Zagros. Saya membayangkannya juga analognya bisa 
terjadi di foreland basin banyak collision zones di Indonesia seperti di East 
Sulawesi atau selatan Papua Central Ranges.
   
  Radiolarian shales di Zagros mungkin hanya variasi kecil dan tak dominan 
sebab SR yang dominan di Zagros Fold Belt terutama adalah karbonat dan 
silisiklastik sejak dari Cambrian supra-Hormuz Fm, Silurian Gahkum siliclastics 
dan Jurassic Sargelu Fm carbonates, juga Lower Cretaceous Garau dan Kazhduni 
Formation shales dan carbonates, dan Late Cretaceous Gurpi organic-rich shales 
yang TOC-nya mencapai 6.9 % (Versfelt Jr., 2001).
   
  Kalau radiolarian chert ya wajar di tempat dalam sebab lumpur/selut 
radiolaria (radiolarioan ooze) biasa terjadi di kedalaman 13.000 - 25.000 ft - 
sudah mencapai kedalaman palung.
   
  Salam,
  awang


Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:  Setuju pak Awang.
Mungkin model ini yang musti dikejar lebih lanjut keberadaannya. Kalau
North Lombok, hmmm, area segede itu koq sumurnya minim banget yah,
apakah karena deep water-nya atau concern mengenai petroleum systemnya.
Atau, he..he, mau minta kredit investasi tapi ndak berani bilang ke pak
Awang... :)

Rasanya saya dulu pernah lihat paper yang membicarakan adanya
pre-Tertiary (? relict) depositional system yang berada dibawah Tertiary
deposit di daerah tersebut. Kalau dibandingkan dengan model Iran-Irak
dan seram tersebut, dan itu bisa dibuktikan, wuih, bisa seru tuh disana.
Jadi, ini bisa in addition to RMKS tail system. Coba saja trend Baluran
- ST-Alpha - Paternoster...etc, kayaknya seal, trap dan reservoir bukan
merupakan concern, tetapi mungkin timing dan kitchen-nya yang belum
terdefinisikan.
Barangkali pak Awang juga bisa share ttg petroleum system di JS-53?
Sepertinya itu anomaly ya? Berbeda banget dengan model Pagerungan (yang
published di IPA lho) di selatannya.

Kalau East Natuna, rasanya Gabus  older system terbenam dalam-dalam,
sulit juga untuk melihat di seismic. Ndak tahu 

Re: [iagi-net-l] Gempa di Laut Banda 14 November 2006

2006-11-14 Terurut Topik Awang Satyana
  Pak Nur, 
   
  Bukan luput tak terbaca, memang tak masuk dalam liputan berita. Untunglah, 
selalu masuk dalam database gempa USGS maupun BMG. Kalau kejadiannya besar dan 
menggegerkan mungkin baru diliput besar2an. Walaupun gempa sekuat  7 SR tetapi 
dalam dan terjadi di tengah Laut Banda mungkin tak akan menjadi berita juga.
   
  Tetapi, gempa yang deskripsi detailnya dikutip Pak Nur ini sekali lagi 
membuktikan kapada kita bahwa kerak samudra Banda tengah aktif menyusup di 
bawah jalur Timor-Tanimbar-Seram, dalam posisi polaritas subduksi terbalik 
dengan penyusupan kerak samudra Hindia di bawah Lombok-Sumbawa.
   
  Hal yang unik adalah bahwa Flores-Sumbawa-Alor-Wetar benar2 terjepit dan 
terangkat oleh dua sistem subduksi utara-selatan. Utara dari Banda oceanic 
crust, selatan dari Indian oceanic crust, yang lalu terkomplikasi oleh ikut 
menyusupnya kerak kontinen Australia di bawah sector Timor-Tanimbar dan Bird's 
Head micro-continent menyusup di bawah utara Seram.
   
  Episentrum gempa ini persis di antara pulau2 kecil volkanik Romang dan Damar 
(buat teman2 yang belum pernah melayari Maluku Selatan - ini adalah pulau2 yang 
sangat indah tetapi banyak hiunya di pantai2nya, dengan terumbu karang moderen 
bisa dilihat di bawah air yang sebening kaca). Gunungapi2 ini jelas dibentuk 
oleh penyusupan kerak samudra Banda ke bawah Timor-Tanimbar.
   
  Momen tensor solution gempa menunjukkan oblique slip, kemungkinan besar 
berhubungan dengan ekstensi Wetar Thrust dari barat dan strike-slip yang bisa 
terbentuk oleh oblique collision antara Australia dan Timor-Tanimbar.
   
  Salam,
  awang


M. Nur Heriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:  Saya pagi tadi ditanya oleh teman 
satu lab orang Turki
yang lagi baca media Turki online, katanya di
Indonesia ada gempa bumi di Laut Banda kemarin. Saya
bilang gak tahu, soalnya di media Indonesia gak
disebut sama sekali, walaupun tiap hari selalu saya
sempatkan baca berita online.

Pas saya cek di websitenya USGS Earthquake Hazard
Program ketemu informasi berikut:
--
Earthquake Details
Magnitude 6.0 (Strong) 
Date-Time Tuesday, November 14, 2006 at 14:20:59 (UTC)
= Coordinated Universal Time 
Tuesday, November 14, 2006 at 11:20:59 PM 
= local time at epicenter Time of Earthquake in other
Time Zones 

Location 6.381°S, 128.002°E 
Depth 323.6 km (201.1 miles) 
Region BANDA SEA 
Distances 300 km (185 miles) S of Ambon, Moluccas,
Indonesia
360 km (225 miles) NE of DILI, East Timor
740 km (460 miles) NNW of DARWIN, Northern Territory,
Australia
2355 km (1460 miles) E of JAKARTA, Java, Indonesia

Location Uncertainty horizontal +/- 8.6 km (5.3
miles); depth +/- 14.5 km (9.0 miles) 
Parameters Nst= 84, Nph= 84, Dmin=999 km, Rmss=0.93
sec, Gp= 32°,
M-type=moment magnitude (Mw), Version=6 
Source USGS NEIC (WDCS-D)

Event ID usvbas 
-

Saya heran, kok bisa ya gempa skala 6 di wilayah
Indonesia bisa luput dari liputan berita, atau saya
yang kurang cermat baca berita? 

Salam,


---
M. Nur Heriawan
Lab. of Applied Geosciences  Tech. 
Kumamoto Univ., Japan




Cheap talk?
Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.
http://voice.yahoo.com

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
- detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 
-
Sponsored Link

   Mortgage rates as low as 4.625% - $150,000 loan for $579 a month. 
Intro-*Terms

[iagi-net-l] Gempa di Laut Maluku (Talaud-Miangas) 15 November 2006

2006-11-14 Terurut Topik Awang Satyana
Sebuah gempa berkekuatan 5.5 Mb kedalaman sumber 75 km juga baru saja terjadi 
beberapa jam yang lalu di sebelah timur Kep. Talaud atau selatan Pulau Miangas 
– pulau Indonesia paling utara yang berbatas dengan Filipina. Kalau diplot, 
lokasi episentrum gempa ini persis di splay Philippine Trench yang ke arah 
Indonesia membentuk thrust belt sebelah barat Kepulauan Halmahera. Kerak 
samudra Laut Maluku di sini menyusup baik ke timur di bawah Halmahera, maupun 
ke barat di bawah Sulawesi Utara, sehingga mengangkat bagian tengah Laut Maluku 
dan sebagian tersingkap menjadi Kepulauan Talaud. Daerah tinggian akibat dua 
subduksi kerak samudra ke barat dan timur ini dikenal sebagai Talaud-Mayu 
Ridge. Ini double subduction yang tidak ada duanya di muka Bumi.   Di bawah ini 
adalah deskripsi detail parameter gempa dari USGS.  Salam,  awang  Earthquake 
Details  Magnitude
5.5 (Moderate)
  Date-Time
·  Wednesday, November 15, 2006 at 03:52:27 (UTC)
= Coordinated Universal Time 
  ·  Wednesday, November 15, 2006 at 11:52:27 AM 
= local time at epicenter Time of Earthquake in other Time Zones 
  Location
4.917°N, 127.434°E
  Depth
74.9 km (46.5 miles)
  Region
KEPULAUAN TALAUD, INDONESIA
  Distances
280 km (175 miles) ESE of General Santos, Mindanao, Philippines
310 km (195 miles) SE of Davao, Mindanao, Philippines
1290 km (800 miles) SE of MANILA, Philippines
2595 km (1610 miles) ENE of JAKARTA, Java, Indonesia
  Location Uncertainty
horizontal +/- 9.1 km (5.7 miles); depth +/- 16.2 km (10.1 miles)
  Parameters
Nst= 70, Nph= 70, Dmin=314.1 km, Rmss=1 sec, Gp= 58°,
M-type=body magnitude (Mb), Version=6 
  Source
USGS NEIC (WDCS-D)
  Event ID
usvcad

 
-
Sponsored Link

Mortgage rates near 39yr lows. $310,000 Mortgage for $999/mo -  Calculate new 
house payment

RE: [iagi-net-l] Gempa di Laut Banda 14 November 2006

2006-11-15 Terurut Topik Awang Satyana
  Ya Pak Nur, menarik sekali di wilayah Laut Banda selatan dan baratlaut : di 
utara Kep. Solor (pulau2 Adonara dan Lomblen), di utara Pulau 
Wetar-Romang-Damar, dan di sebelah tenggara Kepulauan Tukang Besi terdapat 
beberapa gunungapi bawahlaut.
   
  Gunungapi2 bawahlaut ini berdasarkan penelitian2 terbaru (sampai 2003) 
berpotensi menyebabkan mineralisasi emas primer melalui fenonema hidrotermal 
yang berhubungan dengan gunungapi bawah laut. Kemudian, juga telah ditemukan 
penyebaran nodul manggan di tenggara Pulau Damar dan tenggara Tukang Besi. 
Hanya, kedalaman lautnya 3000-4000 meter.
   
  Potensi ada, tinggal bagaimana teknologi mengeksploitasinya agar ekonomis 
mengingat dalamnya laut. Padahal, kalau lihat petanya yang terbaru 
(Hardjawidjaksana  Kristanto, 2003) akumulasi potensi emas primer bawah laut 
ini bisa selebar pulau-pulau Seram atau Sumba (!). Kalau emas di daratan habis, 
mungkin the Banda Sea will be our last frontier.
   
  Salam,
  awang


M. Nur Heriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:  Pak Awang,

Terima kasih banyak atas informasi dan ulasan ttg
gempa di sekitar Laut Banda ini. Sangat bermanfaat
bagi saya.

BTW, saya juga pernah baca (dengar) bahwa di Laut
Banda terdapat endapan hidrotermal bawah laut.
Beberapa tahun lalu kalau gak salah Pak Andri
Subandrio dari Geologi ITB yang pernah ikut ekspedisi
dengan kapalnya Jerman (?). Barangkali kalau
potensinya cukup besar, bisa menjadi peluang ke depan
untuk pertambangan bawah laut. 

Untuk Pak Hasan, terima kasih juga atas informasinya
ttg sms dari BMG tentang berita gempa bumi di Laut
Banda kemarin. Biasanya Detik online yang paling rajin
dalam hal berita2 terkini termasuk gempa bumi, tapi
tumben euy absen, justru media asing yang lebih rajin.

Salam,

Nur H.

--- Awang Harun Satyana wrote:

 Pak Nur, 
 
 Bukan luput tak terbaca, memang tak masuk dalam
 liputan berita. Untunglah, selalu masuk dalam
 database gempa USGS maupun BMG. Kalau kejadiannya
 besar dan menggegerkan mungkin baru diliput
 besar2an. Walaupun gempa sekuat  7 SR tetapi dalam
 dan terjadi di tengah Laut Banda mungkin tak akan
 menjadi berita juga.


---
M. Nur Heriawan
Lab. of Applied Geosciences  Tech. 
Kumamoto Univ., Japan




Sponsored Link

$200,000 mortgage for $660/ mo - 
30/15 yr fixed, reduce debt - 
http://yahoo.ratemarketplace.com

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
- detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 
-
Sponsored Link

Mortgage rates near 39yr lows. $510,000 Mortgage for $1,698/mo -   Calculate 
new house payment

Re: [iagi-net-l] 9 tokoh nasional bersama G. Bush

2006-11-16 Terurut Topik Awang Satyana
Selamat berdiskusi buat Pak Ridwan, dan yang lebih penting semoga kelak 
Indonesia punya TEWS (tsunami early warning system) yang secanggih Jepang, 
sehingga tsunamigenic earthquake dua hari lalu di Kuril yang bermagnitude 8.1 
pun tak menelan nyawa seorang pun.
   
  salam,
  awang

Ridwan Djamaluddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya 'kan hanya ditugaskan untuk acara ini. Ada pesan dan 
data yang menarik untuk jadi bahan diskusi? Rovicky punya 
data penting?

Tenkyu, R i d w a n


On Thu, 16 Nov 2006 03:26:37 -0800 (PST)
Ariadi Subandrio wrote:
Alhamdulillah...
 kaderisasi berhasil..:)
 

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 HEBAAT !

Selamat Cak ...
jadi ndak salah, kan ... IAGI punya Sekjen Cak Ridwan ?
:)


RDP
eh ini utk demo apa ... :)
===
9 Tokoh Calon Lawan Diskusi Bush
Luhur Hertanto - detikcom

Jakarta - Sembilan tokoh nasional akan diundang berdialog 
langsung
dengan Presiden AS, George W. Bush, pada 20 November 
nanti. Mereka
adalah pakar bidang pendidikan, kesehatan, agama, bencana 
alam, IT dan
bioteknologi.

Pembicaraan akan berlangsung pukul 18.00, sebelum jamuan 
makan
malam kenegaraan. Pembicaraannya tentang kerja sama 
bidang
masing-masing dari pandangan para tokoh ini, kata Menko 
Kesra
Aburizal Bakrie, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis 
(16/11/2006).

Untuk bidang pendidikan ada dua tokoh yang diundang, 
yaitu Prof.
Arief Rahman dan Prof. Yohanes Surya. Pembangunan daerah 
juga dua
orang, yaitu Frans Wozpakrik (wakil ketua MRP) dan Prof. 
Yusni Sabi
(tokoh perempuan dari NAD).
Sedangkan untuk bidang kesehatan, ekonomi kerakyatan dan 
agama,
masing-masing satu tokoh. Secara berturut-turut mereka 
adalah Dr.Nila
Muluk, Muhammad Ichsan dan Komaruddin Hidayat.

Untuk biotek diwakili Dr. Adi Sasono dari LIPI, dan 
pengadaan
tsunami early warning system dari BPPT oleh Ridwan 
Jamaluddin, imbuh
Ical.

Ditambahkannya, dipilihnya sembilan tokoh itu disesuaikan 
dengan
topik pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
dengan Bush. Dua
kepala pemerintahan ini sepakat untuk membahas 
peningkatan kerjasama
di bidang kesejahteraan rakyat dan pencapaian agenda 
Millenium
Development Goals.

AS sendiri tidak sepakat dengan MDG, tapi kita kan pro 
MDG.
Topiknya kita yang tentukan dan kita meminta AS 
menyetujui kita
bicarakan topik kesejahteraan rakyat, ungkap Ical. 
(lh/nrl)


On 11/16/06, Ariadi Subandrio wrote:
 Sekjen IAGI adalah satu diantara sembilan tokoh nasional 
yang akan berdiskusi dengan George Bush.., Detik.com 
: kamis, 16 Nop 2006, 17.22

 Selamat broer..
 Hidup sekjen

 lam-salam,
 ar-.





 -
 Sponsored Link

 Don't quit your job - take classes online and earn your 
degree in 1 year. Start Today



-- 
http://rovicky.wordpress.com/

-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
- detail information in 
http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: 
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: 
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: 
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 
-
Sponsored Link

$420,000 Mortgage for $1,399/month - Think You Pay Too 
Much For Your Mortgage? Find Out!


-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
- detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 
-
Sponsored Link

Mortgage rates near 39yr lows. $510,000 Mortgage for $1,698/mo -   Calculate 
new house payment

[iagi-net-l] Impact from the Deep : Pandangan Baru Kepunahan Massal dalam Sejarah Bumi

2006-11-16 Terurut Topik Awang Satyana
“Deep Impact” kita tahu adalah judul sebuah film terkenal yang menceritakan 
bagaimana sebuah komet/asteroid bisa memunahkan kehidupan di Bumi. Tetapi, 
“Impact from the Deep” adalah judul sebuah teori baru yang pada intinya 
menyatakan bahwa kepunahan masal justru datang dari Bumi sendiri. 
   
  Kepunahan massal (mass extinction) selalu menarik untuk dikaji. Telah cukup 
banyak buku dan artikel ilmiah ditulis untuk menampung argumen-argumen yang 
ada. Simposium khusus pun telah beberapa kali diadakan, terutama setelah teori 
Alvarez dikemukakan pada tahun 1980. Walter dan Luis Alvarez, pasangan 
anak-bapak (anaknya ahli geologi, bapaknya ahli fisika) mengemukakan teori 
bahwa dinosaurus punah pada Kapur Akhir 65 Ma (million years ago) akibat Bumi 
dihantam sebuah komet (deep impact). Teori ini kemudian terbukti benar karena 
banyak bukti fisik di lapangan ditemukan akibat benturan itu : a.l. (1) lapisan 
iridium ditemukan di mana-mana di seluruh dunia pada lapisan berumur 65 Ma (di 
Indonesia belum ada yang menelitinya), (2) impact debris, termasuk semua batuan 
dengan ciri petrografi pressure-shocked tersebar di seputar globe (3) kawah 
benturan (impact crater) berumur 65 Ma ditemukan terkubur di Semenanjung 
Yucatan Mexico yang disebut Kawah Chicxulub. Unsur Iridium langka
 ditemukan di Bumi, tetapi berlimpah di extra-terrestrial bodies seperti 
meteor, komet, dan asteroid. Berdasarkan lebar kawah Chicxulub, ditaksir 
komet/asteroid pemusnah kaum dinosaurus itu berdiameter 10 km.
   
  Karena kepunahan di K-T (Kapur-Tersier) boundary itu terbukti benar oleh 
extra-terrestrial impact, maka setiap periode kepunahan di Bumi selalu 
dihubungkan dengan hantaman komet/asteroid. David Raup, paleontologist penulis 
buku “Extinctions : Bad Genes or Bad Luck ? “ (terbit awal 1990an) menyatakan 
begitu, memang impacts selalu disalahkan sebagai penyebab major extinctions, 
penyebab lain mungkin ada, tetapi tak dominant. Apakah benar begitu ? 
   
  Paling tidak, di dalam 500 juta tahun terakhir ini bisa kita catat telah 
terjadi lima kali kepunahan massal yang besar : (1) pada 443 Ma (ujung 
Ordovisium), (2) pada 374 Ma (ujung Devon), (3) pada 251 Ma (ujung Perem), (4) 
pada 201 Ma (ujung Trias),dan (5) pada 65 Ma (ujung Kapur).  Kepunahan pada 251 
Ma (ujung Perem atau ujung Paleozoikum) adalah kepunahan terbesar yang 
menghapus 90 % penghuni lautan dan 70 % penghuni daratan bahkan sampai sekecil 
serangga pun. Kepunahan ujung Perem adalah “great dying” atau “the mother of 
mass extinctions” tulis Douglas Erwin di majalah Scientific American edisi Juli 
1996. Apakah kepunahan Permian ini juga akibat asteroid impact ? Peter Ward, 
profesor biology-earth and space sciences dari University of Washington 
melaporkan penemuan baru tentang kepunahan masal terbesar di ujung Permian ini 
(Scientific American, Oktober 2006, p. 42-49).
   
  Lima tahun lalu, sekelompok ahli geologi dan ahli kimia organik mulai 
mempelajari kondisi-kondisi lingkungan pada masa-masa kritis dalam sejarah 
Bumi. Pekerjaan mereka meliputi mengekstraksi residu zat kimia dari 
lapisan-lapisan berumur tertentu berusaha mencari fosil molekuler kimiawi yang 
dikenal sebagai biomarker yang ditinggalkan organisme yang telah punah. Karena 
kuatnya, suatu biomarker masih terawetkan di sedimen2 meskipun jazad 
organismenya telah lenyap meluruh. Analisis biomarker telah biasa dilakukan di 
petroleum geochemistry. 
   
  Biomarker ini merupakan  kunci ke pengetahuan kondisi seperti apa yang 
terjadi di Bumi pada saat kehidupan suatu organisme  berlangsung. Sampling dan 
penelitian telah dilakukan pada periode-periode kepunahan masal. Dan para 
ilmuwan tersebut mendapatkan kejutan bahwa data dari periode2 mass extinction 
selain pada periode K-T boundary, selalu menunjukkan kondisi lingkungan yang 
menunjukkan bahwa lautan2 purba telah beberapa kali berada pada kondisi 
kandungan oksigen yang sangat rendah (anoxia). Bersamaan dengan kondisi ini 
ditemukan biomarker dalam jumlah besar berupa green sulfur bacteria yang bisa 
melakukan fotosintesis. Pada zaman sekarang, bakteri sejenis itu ditemukan 
berupa green-purple sulfur bacteria di tempat2 dalam laut stagnant seperti Laut 
Hitam yang mengoksidasi H2S sebagai sumber energinya dan mengubahnya menjadi 
belerang. Gas H2S adalah gas beracun bagi banyak makhluk hidup. Kelimpahan 
bakteri ini pada periode2 kepunahan massal yang seperiode dengan turunnya
 kandungan oksigen secara ekstrim telah membuka wawasan baru tentang penyebab 
kepunahan masal.
   
  Para ilmuwan telah tahu bahwa pada setiap periode kepunahan masal level 
oksigen selalu lebih rendah daripada biasanya. Juga, mereka tahu bahwa banyak 
volkanisme terjadi pada setiap periode kepunahan masal – volkanisme adalah 
teori tandingan asteroid impact bagi kepunahan masal. Volkanisme bisa 
meningkatkan CO2 di atmosfer, mengurangi kadar oksigen, dan menyebabkan global 
warming.  Tetapi, volkanisme dan berlimpahnya CO2 di atmosfer tak langsung 

Re: [iagi-net-l] Istana Bogor

2006-11-19 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Ismail,
   
  Saya juga pas menonton acara itu, tetapi bukan 1934 melainkan 1834. 
   
  Bangunan asal Istana Bogor adalah sebuah mansion (rumah besar) yang disebut 
Buitenzorg (di luar beban) yang ditujukan sebagai tempat peristirahatan (di 
luar beban) para Gubernur Jenderal Belanda. Mansion ini mulai 
dibangun/ditempati sejak Agustus 1744.  Herman Willem Daendels dan Sir Stamford 
Raffles pernah tinggal di mansion ini.
   
  Lalu, bangunan ini pada tahun 1834 rusak parah oleh gempa yang dipicu erupsi 
gunungapi Salak (tulis sebuah buku). Kemudian, mansion ini dibangun kembali 
pada tahun 1856 menjadi bentuknya seperti sekarang, hanya satu lantai, untuk 
menghindari kerusakan besar kalau digoncang gempa lagi. 
   
  Tetapi, saya cek di buku-buku gunungapi (sayang buku Data Dasar Gunungapi 
Indonesia yang lengkap itu - Kusumadinata, 1979, saya tak punya -silakan dicek 
oleh rekan2 yang memiliki buku tersebut), tak ada tahun 1834 sebagai tahun 
letusan Salak. Letusan Salak didaftar terjadi pada : 1698-99, 1780, 1902-03, 
1919, 1935, 1938. 
   
  Tetapi, semua buku tentang Istana Bogor yang saya cek menyebutkan memang 
tahun 1834 istana ini dirusakkan gempa. Hanya, apakah ini gempa volkanik (tahun 
letusan tak ada yang cocok) atau tektonik (ini belum sempat saya lacak datanya) 
tak diketahui dengan pasti. 
   
  Bogor ada di kaki timurlaut Gunung Salak, apakah gempa volkanik bisa 
meruntuhkan bangunan mansion Belanda yang terkenal kokoh itu ? Rasanya sulit 
dimengerti, apalagi tipe letusan Salak selalu freatik tak model Plinian seperti 
Krakatau -yang goncangannya bisa besar. Mungkin, mansion itu runtuh oleh gempa 
tektonik. Hanya, harus dicari histori gempa 1834 itu dan efeknya ke kota Bogor. 
Mungkin BMG punya datanya, hanya tak ada modul di website-nya untuk masuk ke 
data histori.
   
  Itu dulu pak Ismail, semoga ada rekan lain yang mau menambahkan.
   
  salam,
  awang

ismail zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:  Saat ini semua perhatian ke istana 
Bogor , pada minggu sore di TV 7 dibahas 
tentang istana Bogor ini , salah satunya dinyatakan kalau tidak salah dengar 
bahwa istana Bogor pada mulanya dibangun 3 tingkat , namun setelah adanya 
kerusakan akibat letusan gunung Salak dan juga Gempa bumi 1934 maka istana 
Bogor direnov menjadi seperti sekarang ini.( Tidak bertingkat ? )
Kalau memang ini benar , berarti letusan maupun Gempa tsb ( apakah 
kejadiannya bersamaan atau berselang tidak ada penjelasan ) cukup besar , 
sehingga bisa merusak bangunan istana yang notabene cukup kuat. Mungkin ada 
yang bisa beri pencerahannya , kok belum pernah dengar masalah ini.
( sekalian kita lihat nanti apakah santetnya Gendeng Pamungkas mempan 
menghadapi pasukan santetnya si
Bush , kalau Akang Ridwan saya yakin bisa lolos masuk istana Bogor dan 
tdk akan mempan dg persantetan )

ISM



-
- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
- detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



 
-
Sponsored Link

Degrees online in as fast as 1 Yr - MBA, Bachelor's, Master's, Associate - 
Click now to apply

Re: [iagi-net-l] Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol

2006-11-23 Terurut Topik Awang Satyana
Berita yang diturunkan beberapa media pada hari Kamis kemarin itu (Media 
Indonesia, Kompas, dll.) adalah TIDAK BENAR. Telah terjadi salah persepsi pada 
orang-orang Dinas Pertambangan Kab. Bogor.
   
  PT Ranhil dan PT Bumi Parahyangan, operator Blok Citarum belum melakukan 
kegiatan apa pun (seismik dan pemboran eksplorasi) di lahan operasi mereka. 
Dari data operator lama (Saba, JOB Pertamina-Greka Blok Jatiluhur) memang 
terindikasi adanya suatu perangkap, yang mereka sebut prospek Jonggol. Nah, 
prospek ini yang nanti tahun depan akan dibuktikan lewat pemboran (tanpa 
konfirmasi seismik) oleh operator baru (Ranhil dan Bumi Parahyangan). 
   
   Cadangan 300 juta barrel tentu masih di konsep, juga umur produksi selama 70 
tahun. Risiko eksplorasi di Blok Citarum termasuk tinggi. Tentu saya 
mengharapkan ada penemuan terjadi di situ, tetapi berita di koran itu tidak 
benar.
   
  Yang benar mestinya Prospek Hidrokarbon Ditemukan di Jonggol - tetapi ini 
bukan berita baru sebab prospek itu telah ditemukan dari akhir tahun 1990an. 
Saya jadi ingat sewaktu masih di Balikpapan dulu. Tahun 1993 sebuah koran lokal 
menurunkan berita Ditemukan Ladang Minyak Besar di Miyawa padahal struktur 
Miyawa belum dibor. Lalu Trident mengebor Miyawa-2 di lereng barat Meratus dan 
kering. Nah lo...
   
  All prospects look good until drilled !
   
  salam,
  awang

Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kompas, Kamis, 23 November 2006 - 06:26 wib

Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol


CIBINONG, WARTA KOTA- Warga Bogor gempar dengan ditemukannya ladang minyak 
bumi yang terletak di Kampung Malimping, Dasa Balaikambang, Kecamatan 
Jonggol, Kabupaten Bogor. Kepala Bagian Tata Usaha dan Perizinan di Dinas 
Pertambangan (Distam) Kabupaten Bogor Mamat Karyana ketika dikonfirmasi 
dengan tegas membenarkan kabar baik tersebut.
Menyusul temuan cadangan minyak bumi di lahan seluas kurang lebih 15 hektar 
di Kampung Malimping itu, maka saat ini sedang dilakukan upaya pembebasan 
lahan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dan pihak terkait untuk 
keperluan eksplorasi tambang minyak bumi nantinya. Kami taksir di daerah 
tersebut memiliki cadangan minyak bumi mencapai 300 juta barel. Itu artinya 
eksplorasi minyak bumi di tempat itu bisa mencapai 70 tahun, kata Mamat di 
kantornya, Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Rabu (22/11).
Dia menceritakan bahwa informasi itu diperoleh setelah pihaknya melakukan 
penelitian secara intensif melalui metode seismic atau penelitian dengan 
memanfaatkan getaran gelombang radio detector, dengan melihat jenis batuan 
dan peta geologi yang dilakukan PT Ranhil Corporation, perusahaan 
konsorsium dari Malaysia dan PT Bumi Parahiyangan dari Indonesia. Temuan 
cadangan minyak bumi di kawasan Jonggol itu merupakan yang pertama dan 
mungkin hanya satu-satunya di Kabupaten Bogor, ujarnya.
Dinas pertambangan bersama Pemerintah Kabupaten Bogor melakukan rapat 
koordinasi untuk membahas beberapa agenda seperti pembebasan lahan dan 
pemberian izin lokasi tambang. Kami sudah sampaikan ini semua dalam rapat. 
Bahkan pemkab sendiri dalam rapat beberapa hari lalu langsung memerintahkan 
kami dalam hal ini Bidang Listrik dan Pengembangan Energi Distam Kabupaten 
Bogor untuk segera menangani masalah tersebut, tuturnya.
Namun Mamat mengakui, dalam urusan eksplorasi tambang minyak ini nantinya 
pihaknya tidak akan dilibatkan terlalu jauh. Pasalnya, tambang minyak bumi 
merupakan golongan pertambangan A, yakni jenis pertambangan yang ditangani 
langsung oleh pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber 
Daya Mineral.
Mamat mengungkapkan berdasarkan informasi yang diperolehnya bahwa 
Departemen ESDM pada tahun 2007 akan melakukan eksplorasi di kawasan tersebut.
Hal senada dikatakan Kepala Bagian Tata Pemerintahan (Kabag.Tapem) Pemkab. 
Bogor Burhanudin Pada prinsipnya Pemkab.Bogor saat ini sudah memberikan 
izin untuk pembebasan lahan tambang seluas 15 hektar di kawasan Jonggol 
tersebut, katanya.
Pemkab Bogor intinya hanya berharap, yang ditemukan oleh PT Bumi 
Parahyangan dan PT Ranhil Corporation itu bisa menjadi kenyataan. Sehingga 
dengan tambang minyak bumi di kawasan Jonggol itu nantinya bisa 
meningkatkan PAD Kab.Bogor yang saat ini hanya Rp254 miliar per tahun.
Sementara itu, Angota Komisi C DPRD Kab Bogor Darwin Sargih yang kebetulan 
berasal dari daerah pilihan (Dapil) Kecamatan Jonggol mengatakan, dengan 
telah ditemukannya sumber cadangan minyak bumi sebesar 300 juta barel di 
kawasan Jonggol itu, jelas sebuah kabar baik bukan hanya bagi warga Bogor 
melainkan juga bangsa Indonesia.
Kalau ladang minyak itu telah dilakukan eksplorasi, tentunya akan menjadi 
pundi-pundi uang yang sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat 
Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Apalagi jelas sesuai laporan yang saya 
terima, kandungan minyak bumi di tempat itu mencapai lebih dari 300 juta 
barel, itu sunguh luar biasa yang artinya keuntungan yang akan dicapai 
pemerintah bisa mencapi 24 triliun,: 

Re: [iagi-net-l] Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol

2006-11-23 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Bahal,
   
  Sumur Miyawa-1 (Trend Energy Kalimantan, 1986) maupun Miyawa-2 (Trident, 
1993) dibor di lereng barat Meratus yang terkenal begitu terdeformasi. Semua 
operator yang pernah bekerja di Barito Basin tahu bahwa di lereng barat Meratus 
itu banyak ditemukan rembesan minyak. Saya, dalam suatu kesempatan pemetaan di 
lereng Meratus tersebut, pernah mengambil sampel dan mengkarakterisasinya. 
Minyaknya digenerasikan dari source Tanjung tetapi menunjukkan juga pencampuran 
minyak dari source Lower Warukin. 
   
  Melihat banyaknya rembesan dan ditemukannya perangkap di bawah permukaan, 
Trend Energy, Trident, dan Pertamina mengebor tiga sumur di lereng barat 
tersebut dari utara ke selatan. Semua sumur kering. Penyebabnya macam-macam : 
sumur Minyak Selatan-1 Pertamina (1996) gagal karena objektif Tanjung tak 
ditemukan sampai program TD diperdalam pun. Warukin di lokasi sumur terulang 
berkali2 oleh deformasi sesar naik, sehingga objektif Tanjung entah terdapat di 
kedalaman berapa. Sumur Miyawa-1 dan Miyawa-2 gagal karena kualitas reservoir 
Tanjung buruk dan integritas perangkap telah dirusak sesar, lagipula 
perangkapnya hanya mengandalkan lapisan monoklin Tanjung yang against fault.
   
  Barito Basin sangat tipikal foreland basin di bawah Meratus fold-thrust belt 
yang sebagian besar disusun ofiolit. Foredeep Barito di sisi barat Meratus 
telah terbukti sebagai kitchen. Sebagai layaknya banyak foreland basin di 
manapun di seluruh dunia, migrasi hidrokarbon sebagian besar (80 %) akan 
mengalir ke arah barat menuju Schwaner Core bukan ke arah Meratus. Sebuah 
sub-thrust trap di sisi timur foredeep bisa saja memerangkap hidrokarbon, 
tetapi harus dipertimbangkan volumetrik dan kedalaman objektifnya. Thrust 
Meratus tak pernah sesederhana seperti di penampang seismik.
   
  salam,
  awang 
  (exploration geologist Barito 1990-1996)

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  

Pak awang,

Bisa tau apa yang terjadi dengan well Miyawa-1 ?, (waktu itu).

thanks
Bahal Tambunan
Eni Pakistan Limited
Exploration Department
Phone : +92 333 3901039
Karachi, Pakistan



Awang Satyana 
yahoo.com cc: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol 
11/24/2006 
07:06 AM 
Please respond 
to iagi-net 










Berita yang diturunkan beberapa media pada hari Kamis kemarin itu (Media
Indonesia, Kompas, dll.) adalah TIDAK BENAR. Telah terjadi salah persepsi
pada orang-orang Dinas Pertambangan Kab. Bogor.

PT Ranhil dan PT Bumi Parahyangan, operator Blok Citarum belum melakukan
kegiatan apa pun (seismik dan pemboran eksplorasi) di lahan operasi mereka.
Dari data operator lama (Saba, JOB Pertamina-Greka Blok Jatiluhur) memang
terindikasi adanya suatu perangkap, yang mereka sebut prospek Jonggol. Nah,
prospek ini yang nanti tahun depan akan dibuktikan lewat pemboran (tanpa
konfirmasi seismik) oleh operator baru (Ranhil dan Bumi Parahyangan).

Cadangan 300 juta barrel tentu masih di konsep, juga umur produksi
selama 70 tahun. Risiko eksplorasi di Blok Citarum termasuk tinggi. Tentu
saya mengharapkan ada penemuan terjadi di situ, tetapi berita di koran itu
tidak benar.

Yang benar mestinya Prospek Hidrokarbon Ditemukan di Jonggol - tetapi
ini bukan berita baru sebab prospek itu telah ditemukan dari akhir tahun
1990an. Saya jadi ingat sewaktu masih di Balikpapan dulu. Tahun 1993 sebuah
koran lokal menurunkan berita Ditemukan Ladang Minyak Besar di Miyawa
padahal struktur Miyawa belum dibor. Lalu Trident mengebor Miyawa-2 di
lereng barat Meratus dan kering. Nah lo...

All prospects look good until drilled !

salam,
awang

Prasiddha Hestu Narendra 
wrote:
Kompas, Kamis, 23 November 2006 - 06:26 wib

Ladang Minyak Ditemukan di Jonggol


CIBINONG, WARTA KOTA- Warga Bogor gempar dengan ditemukannya ladang minyak
bumi yang terletak di Kampung Malimping, Dasa Balaikambang, Kecamatan
Jonggol, Kabupaten Bogor. Kepala Bagian Tata Usaha dan Perizinan di Dinas
Pertambangan (Distam) Kabupaten Bogor Mamat Karyana ketika dikonfirmasi
dengan tegas membenarkan kabar baik tersebut.
Menyusul temuan cadangan minyak bumi di lahan seluas kurang lebih 15 hektar

di Kampung Malimping itu, maka saat ini sedang dilakukan upaya pembebasan
lahan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dan pihak terkait untuk
keperluan eksplorasi tambang minyak bumi nantinya. Kami taksir di daerah
tersebut memiliki cadangan minyak bumi mencapai 300 juta barel. Itu artinya

eksplorasi minyak bumi di tempat itu bisa mencapai 70 tahun, kata Mamat di

kantornya, Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Rabu (22/11).
Dia menceritakan bahwa informasi itu diperoleh setelah pihaknya melakukan
penelitian secara intensif melalui metode seismic atau penelitian dengan
memanfaatkan getaran gelombang radio detector, dengan melihat jenis batuan
dan peta geologi yang dilakukan PT Ranhil Corporation, perusahaan
konsorsium dari Malaysia dan PT Bumi Parahiyangan dari Indonesia. Temuan
cadangan minyak bumi di kawasan Jonggol itu merupakan yang pertama dan
mungkin hanya satu-satunya di

Re: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and Updated Status

2006-12-08 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Ismail,
   
  Ada beberapa saran yang dikemukakan di seminar tersebut. Pak Suyitno 
Patmosukismo (IPA) misalnya menyarankan melihat kembali aturan ring fencing, 
sehingga dana di suatu blok operasi berstatus produksi bisa dipakai di blok 
lain yang eksplorasi atau malahan untuk new venture-nya. Liberasi ini memang 
bertentangan dengan prinsip-prinsip KPS yang berlaku di Indonesia, walaupun 
kelihatannya akan mampu mendorong kegiatan eksplorasi di lahan frontier. Untuk 
itu, perlu dilihat dengan hati2.
   
  Pak Hardy Prasetyo (staf ahli Menteri ESDM) menyarankan untuk melihat kembali 
dan merevisi peta cekungan Indonesia, benarkah kita mempunyai 60 cekungan ? 
Cekungan2 kecil di seputar Laut Banda misalnya, kemungkinan besar mereka tak 
punya prospektivitas hidrokarbon. Untuk itu, dihapus saja dari peta cekungan. 
Atau, bedakan antara peta cekungan minyak dan peta cekungan sedimen. Ini untuk 
menjelaskan bahwa 60 cekungan sedimen itu tak sama dengan 60 cekungan minyak. 
Yang sudah jelas cekungan minyak baru 16 dari 60 cekungan itu.
   
  Salah satu masalah juga adalah bahwa Pemerintah kita belum berhasil 
menyelesaikan tumpang tindih lahan kehutanan dengan pertambangan. Akibat ini, 
Pegunungan Tengah Papua tak bisa diapa-apakan sudah lebih dari lima tahun ini, 
padahal Pegunungan Tengah ini masih terusan pegunungan yang sama di PNG yang 
telah terbukti mengandung lapangan-lapangan minyak penting (mis Hedinia, 
Iagifu).
   
  Banyak saran dan kesimpulan bagus dari seminar2, tetapi yang jauh lebih 
penting adalah bagaimana merealisasikannya. Kelihatannya itu menjadi masalah 
kita semua...
   
  salam,
  awang

ismail zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang , ada nggak kesimpulan dari seminar tsb Hal Hal riel yang harus 
dilakukan Guna mendorong/mempercepat adanya Eksplorasi dan Produksi Migas , 
spt dikatakan dalam waktu 21 tahun hanya ada 2 cekungan tambahan dan disisi 
lain produksinya juga cenderung ada penurunan.( dan cost recovery semakin 
besar  begitu kata Pak Kortubi dan BPKP dikoran kemarin )
Diwaktu yang bersamaan Dirjen Minerbapabum ESDM juga melaksanakan Seminar 
yang subtansinya hampir sama , cuma beda komoditinya / Mineral ,Batubara dan 
Panasbumi , ( sepertinya di ESDM lagi musim seminar , maklum akhir 
tahun. ) Salah satu kesimpulannya untuk mempercepat pemanfaatan 
Geothermal akan dibentuk Tim Khusus ( seperti Tim Nas gitu ) dg Keprres guna 
merumuskan semua permasalahan dan mencari terobotosan penyelesaiannya, dg 
melibatkan semua institusi terkait baik dari ESDM , Dept Kehutanan , Dept 
Keuangan/ Pajak maupun unsur lainya , Mungkin biar gak mbulat mbulet .. 
gitu.

ISM

- Original Message - 
From: Awang Harun Satyana 
To: 
Sent: Friday, December 08, 2006 3:15 PM
Subject: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and 
Updated Status


Berikut adalah ringkasan hal2 yang saya presentasikan dan diskusikan di
dalam seminar Badan Penelitian dan Pengembangan dan Badan Geologi
Departemen ESDM bertema Optimasi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
untuk Mendorong Peningkatan Eksplorasi dan Produksi Migas (7 Desember
2006). Semoga berguna.

Penyebaran jalur minyak Indonesia secara regional pertama kali
dikemukakan oleh van Bemmelen (1949), untuk mineralisasi dikemukakan
oleh Westerveld (1952). Masa kini, kita tahu jalur-jalur minyak itu
digambarkan ke dalam sebaran-sebaran cekungan.

van Bemmelen membagi jalur-jalur itu ke dalam 11 jalur : 1. East Sumatra
Belt (north, mid, south Sumatra), 2. West Sumatra Belt (fore-arc basins
Sumatra sekarang), 3. SE Sunda Belt (maksudnya SE Sundaland, termasuk
north Java dan Madura, SE Borneo, E Borneo dan NE Borneo, Sabah), 4.
Central Borneo (Melawi-Ketungau sekarang), 4a. NW Borneo (Sarawak-Brunei
sekarang), 5. West Celebes (Lariang, Karama, Sulawesi Selatan) - jalur
ini bergabung di baratdayanya dengan jalur SE Sunda, 6. East Arm Celebes
(Banggai-Sula sekarang), 7. Buton, 8. Timor-Seram (Banda arc sekarang),
9. South New Guinea (memanjang dari Kepala
Burung-Lengguru-Asmat-Merauke), 10. Median New Guinea (Central Range),
11. North New Guinea (Sarera-Rombeba-Jayapura). van Bemmelen menyusun
jalur2 ini berdasarkan kejadian rembesan, lapangan-lapangan minyak, dan
kemungkinan geologinya.

Kompilasi jalur2 minyak van Bemmelen ini menarik dan sampai saat ini
terbukti benar. Di luar jalur2 ini, meskipun sekarang diidentifikasi
banyak cekungan, sampai sekarang tak ada penemuan hidrokarbon. Jalur2
minyak ini meliputi onshore dan offshore. Tentu ada penemuan2 minyak di
luar jalur ini yang tak diperkirakan van Bemmelen, yaitu di offshore
Natuna, offshore Makassar Strait, dan offshore Tanimbar. Secara garis
besar jalur minyak van Bemmelen 80 % benar.

Pada akhir tahun 1960an beberapa tulisan penting tentang cekungan minyak
Indonesia telah muncul terutama untuk cekungan2 Sumatra Selatan, Jawa
Timur, dan Kalimantan Timur (dari L.G. Weeks dalam suatu forum World Oil
Symposium). Khusus Indonesia Barat, Pak Koesoemadinata mempelopori
dengan 

Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2

2005-08-08 Terurut Topik Awang Satyana
Wajar kita takut dengan kandungan CO2 tinggi sebab CO2 akan langsung memotong 
volume reserve dan sekalipun diproduksi akan butuh biaya tambahan sebab ia gas 
korosif dan perlu teknologi serta alat khusus untuk memisahkannya dari gas 
hidrokarbon. Sejarah perminyakan di Indonesia banyak menunjukkan berakhirnya 
suatu blok karena CO2 yang tinggi, atau blok yang sudah sekian lama tidur 
akibat CO2 tinggi. Sebagai eksplorasionis, maka kita sebaiknya bisa berhitung 
dan meramalkan apakah blok2 yang akan kita ambil itu akan punya CO2 tinggi atau 
tidak. Dengan modal data geokimia, geologi, dan geofisika hal ini bisa kita 
prediksi dengan ketelitian cukup baik.
 
Kandungan CO2 berapa pun bisa dipisahkan. Sampai 15 % CO2 kelihatannya masih ok 
saja. Bahkan sekarang ada turbin yang friendly terhadap CO2 sampai 30 %. 
Biasanya, kalau CO2  30 % di surface facilities sudah mulai ada usulan untuk 
instalasi separator CO2.
 
Alternatif 1-4 yang ditawarkan Pak Habibie itu akan wajar dan ekonomis kalau 
produksi gas dari Natuna D-Alpha kecil saja, sehingga instalasi untuk produksi 
1-4 itu kecil saja dan ekonomis. Nah kalau produksi Natuna D-Alpha 1000 MMCF ? 
Apa masih bisa ekonomis instalasi untuk produksi 1-4 ? Tidak. Dan, Natuna 
D-Alpha hanya akan ekonomis bila diproduksi  1 BCFG/day. Ingat saja, cadangan 
lapangan gas super-raksasa ini 45 TCFG (sudah dipotong kandungan CO2 yang 71 
%). Maka, yang paling baik buat Natuna D-Alpha adalah injeksi saja ke dalam 
reservoir. Jadi, teknologi yang ditawarkan Pak Habibie bagus, tapi tidak tepat 
buat NAtuna D-Alpha.
 
Gas yang punya CO2 tinggi tidak akan lebih dari 5 USD/MMBTU harga di wellhead.
 
salam,
awang
 


Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
Men temen,

Biasanya kalau kita nemuin adanya CO2 di reservoir, kita akan menjadi
takut dengan biaya lifting yang tinggi.

Ada yang tahukah, seberapa tinggi kadar CO2 yang bisa ditolerir dalam
suatu reservoir? Maksudku, dapat dipisahkan secara komersil?

Disisi lain, masih teringat pidato Oom Habibie dulu waktu opening
ceremony di IPA, beliau justru meng-address upside potential CO2 di
D-Alpha.

Filosofi yang ditawarkan pada saat itu:

1. Bikin es kering (dry ice) di D-Alpha
2. Bikin hydro power plant di Memberamo (Papua)
3. Bikin proses hidrolisa untuk memisahkan H + O dari air
4. Bikin synthetic methan dari kedua komponen tersebut (katanya
sih, CO2 + H2O -- Cx Hy , nah ini kan sudah jadi hidrokarbon rantai
pendek.



Pertanyaannya : Mungkinkah eh, sorry, nanti dikira underestimate
sama si Oom, jadi, pertanyaannya dirubah menjadi Kapankah ini akan
terlaksana??? Mumpung gas lagi US$ 8 per MMBTU nih...

(Ferdi...ini aku ketularan ? mu lagii)

Bambang

--
This e-mail, including any attached files, may contain confidential and 
privileged information for the sole use of the intended recipient. Any review, 
use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited. If you are 
not the intended recipient (or authorized to receive information for the 
intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and delete all 
copies of this message.
__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2

2005-08-09 Terurut Topik Awang Satyana
Buat negara berkembang, Protokol Kyoto tak mengatur emisi gas buang CO2, maka 
100 % gas CO2 kalau mau bisa dibuang ke udara atau ke laut. Indonesia yang 
telah menandatangani Protokol Kyoto pun tak kena larangan apa2 soal CO2, kalau 
NOx dan SOx ada nilai tertentu ambang batas diizinkan. Maka, KLH, institusi 
yang berwenang di Indonesia, tak mengatur masalah emisi CO2. 
 
Kalau mau, maka 100 % CO2 di Natuna D-Alpha itu bisa saja kalau mau dibuang ke 
udara. Itu memang tidak diatur-atur. Hanya, yang jadi masalah adalah tingkat 
opacity - kecerahan, kalau buangan CO2 menimbulkan opacity sampai tinggal 40 % 
di langit, itu tidak boleh (nanti pesawat2 saling tabrakan he..), kalau selama 
tidak menimbulkan gangguan opacity, ya 100 % CO2 yang diproduksi pun boleh2 
saja dibuang.
 
Itu kalau di kita, negara berkembang, kalau di negara maju tak boleh, ada 
ambang batasnya, karena langit mereka sudah fully polluted. Maka kalau akan 
diinjeksi ke formasi batuan, itu sebenarnya aturan di negara maju, bukan di 
negara berkembang. Kalau di Indonesia yang aturannya boleh dibuang, tetapi 
diinjeksi, maka Indonesia akan dapat point dari PBB. Tetapi harus diingat bahwa 
menginjeksi itu butuh biaya besar dan nanti pun di-cost recovery. Jadi, 
menginjeksi CO2 bukanlah beralasan lingkungan sebenarnya, sebab aturannya tak 
ada, tetapi harus diwaspadai juga sebagai project-oriented.
 
Kalau dulu di atmosfer kandungan CO2nya hanya seperti sekarang ( 1 %), maka 
tak akan ada lapisan2 batuan karbonat yang tebal2 seperti di Arab itu. Atmosfer 
Bumi memang pernah begitu banyak terakumulasi CO2 yang keluar dari interior 
Bumi pada Proterozoikum/Pra-Kambrium. Saat terbentuknya, atmosfer Bumi hanya 
kaya H dan He, dua unsur paling berlimpah di Alam Semesta. Kemudian, saat 
interior Bumi belum terdiferensiasi dengan baik, tak ada medan magnetik, dan 
akibatnya tak ada juga lapisan magnetosfer di langit. Karena tak ada 
magnetosfer, maka enak saja zarah-zarah (partikel) bermuatan (ion) hasil solar 
winds menyapu bersih cikal bakal-cikal bakal penyusun atmosfer Bumi. Nah, 
setelah ada magnetosfer, maka solar winds sebagian besar bisa ditangkal 
sehingga unsur2 penyusun atmosfer mulai terbentuk.
 
Lalu sejak Proterozoikum pun mante plume upwelling telah terjadi ke permukaan 
dan ini jadi volkanism skala global yang akan membuang CO2 dalam skala masif, 
dalam proses global outgassing, CO2 pun menjadi perisai Bumi, persis seperti 
langit Venus sekarang. Tetapi atmosfer Bumi tak tetap penuh CO2, radiasi 
ultraviolet memecah atmosfer melalui proses disosiasi fotokimia, menghasilkan 
uap air di atmosfer. Lalu terjadi hujan besar jutaan tahun yang menghasilkan 
laut2 di Bumi, CO2-nya terbawa turun ke laut dan menjadi paparan2 karbonat 
berumur Lower Cambrian di China, Siberia, dan Amerika Utara. Lama-kelamaan 
atmosfer yang komposisinya mirip sekarang makin terbentuk. Introduksi CO2 ke 
atmosfer dari volkanisme tinggal kecil saja. Introduksi CO2 skala besar ke 
atmosfer dari interior Bumi terjadi di Late Cretaceous, saat2 
Cenomanian-Maastrichtian volcanism terjadi seiring punahnya dinosaurus. Basalt 
Deccan Trap di India bisa jadi salah satu bukti volcanism itu.
 
Nah, begitu dongengnya...
 
salam,
awang
 
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bagaimana dengan regulasi utk merelease CO2 ke udara bebas ?
Saya tahu gas ini tentunya bisa berbahaya bagi lingkungan. Namun kita
juga tahu wong daun saja melepas CO2 kalau malam hari kan, apalagi
kita yg menghembuskan nafas CO2 juga ?
Berapa prosen masih diperbolehkan ? Dan siapa yg berhak melarang
atau memperbolehkan ? pemerintah ? Apakah CO2 ini masuk dalam
perjanjian emisi gas buang ?

Dua bulan kmaren saya ngobrol dengan salah seorang temen Indonesia di
KL sini, yg crita bahwa mereka merilis CO2 ke udara, ntah berapa
prosen yg dilepas ke udara bebas, hanya memberikan hint bahwa
kandungannya asalnya lebih dr 50%. Tetapi katanya pemerintah My
memperbolehkannya tentunya ada ambangnya, namun angka ini yg saya
kurang tahu berapa prosennya.

Btw, dalam sejarah geologi kandungan C02 ini di udara pernah jauuuh
melampaui kondisi saat ini. Nah Pak Awang tentunya punya dongeng
sejarah CO2 ini, sejak jutaan tahun lalu.

RDP

===
On 8/9/05, Awang Satyana wrote:
 Wajar kita takut dengan kandungan CO2 tinggi sebab CO2 akan langsung memotong 
 volume reserve dan sekalipun diproduksi akan butuh biaya tambahan sebab ia 
 gas korosif dan perlu teknologi serta alat khusus untuk memisahkannya dari 
 gas hidrokarbon. Sejarah perminyakan di Indonesia banyak menunjukkan 
 berakhirnya suatu blok karena CO2 yang tinggi, atau blok yang sudah sekian 
 lama tidur akibat CO2 tinggi. Sebagai eksplorasionis, maka kita sebaiknya 
 bisa berhitung dan meramalkan apakah blok2 yang akan kita ambil itu akan 
 punya CO2 tinggi atau tidak. Dengan modal data geokimia, geologi, dan 
 geofisika hal ini bisa kita prediksi dengan ketelitian cukup baik.
 
 Kandungan CO2 berapa pun bisa dipisahkan. Sampai 15 % CO2 kelihatannya

Re: [iagi-net-l] AAPG Asia Pacific

2005-08-09 Terurut Topik Awang Satyana
Herman,
 
Selamat ya ! Saya tentu ikut senang dan berbangga Anda terpilih jadi President 
AAPG Asia Pacific. Saya tahu itu tugas yang tak ringan dan menjadi sorotan 
banyak orang pula. Tetapi, di tangan Anda saya rasanya percaya banyak program 
bisa terwujud dan berjalan lancar. Semoga juga, Indonesia mendapatkan perhatian 
yang seluas-luasnya dalam program2 geosains AAPG tiga tahun ke depan. 
 
Banyak kok di antara kita yang bisa turun ke kampus untuk berbagi pengetahuan 
dan pengalaman. Biasanya, adik2 mahasiswa ini selalu antusias dan kegiatannya 
lumayan terorganisasi baik, paling tidak itu yang saya lihat saat jadi guest 
lecturer di AAPG Student Chapter di Trisakti dan Padjadjaran.
 
salam,
awang

Sanggam Hutabarat [EMAIL PROTECTED] wrote:
Selamat Herman, bravo!

Saya baru dari UGM (Visiting Program) ..memang saya lihat ada antusias yang 
besar dari mahasiswa untuk dikunjungi praktisi..dan mereka (student chapter 
UGM, paling tidak saat saya disana) sangat baik mengorganisir acara dan 
didukung penuh oleh Jurusan...sukses untuk teman2 Panitia dan juga Jurusan 
(Pak Wartono Rahardjo)!

Salam
Sanggam
--

At 09:42 AM 8/10/2005, you wrote:
Rekan-rekan IAGI,

Pada beberapa bulan yang lalu AAPG (American Association of Petroleum 
Geologist) mengadakan 'pemilu' untuk memilih president untuk Asia Pacific, 
dengan Joe Lambiase (Univ. Brunei Darussalam) dan saya sendiri sebagai 
kandidatnya. Berkat dukungan anda sekalian, saya terpilih untuk mewakili 
Asia Pacific di AAPG sebagai president. Joe Lambiase menjadi vice-president.
Saya berharap dalam 3 tahun kedepan dapat mewakili Asia Pacific, di forum 
AAPG. Tujuan utama saya menerima posisi ini adalah untuk mewakili 
Indonesia di forum geoscience international, karena AAPG merupakan 
organisasi geologi terbesar di dunia. Kedua adalah untuk menyalurkan 
fasilitas AAPG ke Asia Pacific, dan tentunya termasuk Indonesia.

Saya sangat mengharapkan saran-saran / masukan dari rekan-rekan sekalian. 
Dengan posisi baru ini saya akan tetap aktif melayani Visiting Geologists 
Program yang fokus di kunjungan praktisi geoscience ke universitas. 
Rekan-rekan dari Student Chapter AAPG di kampus-kampus sangat berarti 
untuk program-program ke depan dan saya akan menghubungi setiap chapter 
dengan e-mail terpisah. Kita juga akan membuat website-link untuk Student 
Chapter AAPG.

Tentunya rekan-rekan active / associate members AAPG yang ingin menjadi 
sukarelawan untuk mendukung program AAPG sangat diharapkan. Anda bisa 
menghubungi saya lewat japri. Nanti kita bisa mendiskusikan 
program-program yang diminati, termasuk kerja sama IAGI dan AAPG.

Salam,

Herman Darman
President - AAPG Asia Pacific Region



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



-
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina di Blok Cepu

2005-08-10 Terurut Topik Awang Satyana
Paling juga karena dapat tekanan Paman Sam. Nanti juga di badan pengelola baru 
Cepu bentukan Exxon, Pertamina, Pemda, hendaknya Indonesia (Pertamina + Pemda) 
berdaya kuat. Harus siap menolak dan memotong biaya-biaya supertinggi yang 
biasa diajukan Exxon. Di blok2 lain di mana Pertamina memegang participating 
interests hendaknya juga berdaya kuat sebab ada kasus di suatu blok di Jawa 
Timur Pertamina sebenarnya memegang major share tetapi tak jadi operator.
 
salam,
awang

Ariadi Subandrio [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalao pemerintahnya melanggar aturan hukum gak dipersoalkan ama Rizal 
Malarangeng, gimana seh ini orang. Lagian kalao yang mayoritas Indonesia (55%) 
seperti yang disampaikannya, kok tendensinya gak memperbolehkan bangsa 
Indonesia yang menjadi operatorship se. ah, negeri aneh2.

lam-salam,
ar-.



__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2

2005-08-10 Terurut Topik Awang Satyana
Lanjutan dongeng evolusi CO2 di atmosfer, sebagian didasarkan pada kurva isotop 
karbon dan oksigen yang terekam di karbonat paparan.
 
Pada mulanya atmosfer Bumi mengandung banyak CO2 yang membuat Bumi panas karena 
efek rumah kaca. Oksigen belum ada, belum ada juga ozonosfer di stratosfer. 
Sinar UV tak punya halangan apa-apa meradiasi Bumi. Tak ada kehidupan di Bumi 
yang panas begitu dan radiasi UV siap membunuh di mana-mana. Inilah masa Hadean 
di skala waktu geologi, hadean = hell dalam bahasa Yunani.
 
Sejalan dengan degassing volkanisme global, uap air, nitrogen, dan CO2 mulai 
mengisi atmosfer awal. Pada sekitar 500 juta tahun pertama umur Bumi, atmosfer 
hanya mengandung sekitar 80 % CO2, 10 % nitrogen, dan 10 % uap air. Tetapi 
dominasi CO2 tak berlangsung lama, ia segera turun ke persentase 40 % pada 
sekitar 4 Ga (milyar tahun yang lalu) dan pada saat yang bersamaan nitrogen 
naik pada persentase yang sama, 40 %.
 
Sekitar 3,5 Ga, mulai ada evolusi makhluk hidup yang berklorofil sehingga 
memungkinkan proses fotosintesis. Kadar CO2 menurun drastis dengan semakin 
efisiennya fotosintesis karena CO2 adalah bahan dasar fotosintesis. Sebaliknya, 
oksigen makin kaya seiring makin efisiennya fotosintesis karena O2 adalah 
output fotosintesis. O2 mulai muncul pada sekitar 2.3 Ga dan semakin banyak 
semakin ke sini, sementara itu, sebelum 1 Ga tercapai pun, kadar CO2 di udara 
sudah di bawah 5 %.
 
Melalui proses fotokimia yang berhubungan dengan energi panjang gelombang 
pendek sinar Matahari, terbentuklah ozonosfer di stratosfer. Maka Bumi punya 
perisai terhadap serbuan UV. Bumi pun semakin turun panasnya sebab CO2 tak lagi 
memayungi Bumi sebagai greenhouse gas. Dan, merayaplah kehidupan2 yang semula 
bersembunyi jauh di kedalaman laut, naik ke daratan. Bumi sudah nyaman untuk 
dihuni di semua biosfernya.
 
Sekarang CO2 tengah merayap naik lagi, terutama karena polusi kendaraan dan 
industri. Sebelum zaman industrialisasi, kadarnya di atmosfer 280,000 ppbv 
(part per billion by volume), itu di tahun 1750-1800, sekarang naik ke 370,000 
ppbv. CO2 tak beracun, maka boleh saja dibuang di angkasa, ia malahan bisa 
dipakai fotosintesis menghasilkan oksigen. Hanya, ia adalah greenhouse gas yang 
paling gampang menaikkan panas. Suatu molekul CO2 akan berada di udara 4-6 
tahun, sesudah itu akan terurai dengan sendirinya.
 
salam,
awang

Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
Buat negara berkembang, Protokol Kyoto tak mengatur emisi gas buang CO2, maka 
100 % gas CO2 kalau mau bisa dibuang ke udara atau ke laut. Indonesia yang 
telah menandatangani Protokol Kyoto pun tak kena larangan apa2 soal CO2, kalau 
NOx dan SOx ada nilai tertentu ambang batas diizinkan. Maka, KLH, institusi 
yang berwenang di Indonesia, tak mengatur masalah emisi CO2. 

Kalau mau, maka 100 % CO2 di Natuna D-Alpha itu bisa saja kalau mau dibuang ke 
udara. Itu memang tidak diatur-atur. Hanya, yang jadi masalah adalah tingkat 
opacity - kecerahan, kalau buangan CO2 menimbulkan opacity sampai tinggal 40 % 
di langit, itu tidak boleh (nanti pesawat2 saling tabrakan he..), kalau selama 
tidak menimbulkan gangguan opacity, ya 100 % CO2 yang diproduksi pun boleh2 
saja dibuang.

Itu kalau di kita, negara berkembang, kalau di negara maju tak boleh, ada 
ambang batasnya, karena langit mereka sudah fully polluted. Maka kalau akan 
diinjeksi ke formasi batuan, itu sebenarnya aturan di negara maju, bukan di 
negara berkembang. Kalau di Indonesia yang aturannya boleh dibuang, tetapi 
diinjeksi, maka Indonesia akan dapat point dari PBB. Tetapi harus diingat bahwa 
menginjeksi itu butuh biaya besar dan nanti pun di-cost recovery. Jadi, 
menginjeksi CO2 bukanlah beralasan lingkungan sebenarnya, sebab aturannya tak 
ada, tetapi harus diwaspadai juga sebagai project-oriented.

Kalau dulu di atmosfer kandungan CO2nya hanya seperti sekarang ( 1 %), maka 
tak akan ada lapisan2 batuan karbonat yang tebal2 seperti di Arab itu. Atmosfer 
Bumi memang pernah begitu banyak terakumulasi CO2 yang keluar dari interior 
Bumi pada Proterozoikum/Pra-Kambrium. Saat terbentuknya, atmosfer Bumi hanya 
kaya H dan He, dua unsur paling berlimpah di Alam Semesta. Kemudian, saat 
interior Bumi belum terdiferensiasi dengan baik, tak ada medan magnetik, dan 
akibatnya tak ada juga lapisan magnetosfer di langit. Karena tak ada 
magnetosfer, maka enak saja zarah-zarah (partikel) bermuatan (ion) hasil solar 
winds menyapu bersih cikal bakal-cikal bakal penyusun atmosfer Bumi. Nah, 
setelah ada magnetosfer, maka solar winds sebagian besar bisa ditangkal 
sehingga unsur2 penyusun atmosfer mulai terbentuk.

Lalu sejak Proterozoikum pun mante plume upwelling telah terjadi ke permukaan 
dan ini jadi volkanism skala global yang akan membuang CO2 dalam skala masif, 
dalam proses global outgassing, CO2 pun menjadi perisai Bumi, persis seperti 
langit Venus sekarang. Tetapi atmosfer Bumi tak tetap penuh CO2, radiasi 
ultraviolet memecah atmosfer melalui proses disosiasi fotokimia

Re: [iagi-net-l] Kandungan CO-2

2005-08-11 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
 
Itu bukan hipotesis, tetapi teori yang didasarkan kepada interpretasi atas 
hasil pengukuran (isotop karbon dan oksigen pada batuan karbonat 
Proterozoikum). Bagaimana bisa sampai ke jumlah konsentrasi CO2 di 
paleo-atmosfer, itu tentu dijelaskan di iotope geology. Hanya, adalah fakta 
bahwa kondisi paleo-atmosfer/paleo-klimatologi dan paleo-oseanografi bisa 
dibaca dari catatan batuan yang kita temukan saat ini. Maka, prinsip deduksinya 
tetap the present is the key to the past. Nilai CO2 yang cenderung naik lagi 
saat ini pun sudah mulai terekam sejak beberapa ratus tahun ini di isotop 
oksigen O18 air laut saat ini. Bumi rupanya punya buku hariannya sendiri yang 
disembunyikan di bagian-bagian alamnya (formasi batuan, air laut, dsb.). Contoh 
yang sering ditunjukkan adalah : bagaimana merekontruksi paleoklimat dari ice 
core yang digali di kutub. Semua tercatat, hanya kita tak selalu bisa membaca 
catatannya...
 
salam,
awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:

Awang yang baik hati

Yang Anda ceriterakan dibawah ini sangat menarik .
Apakah ini hypothessis ataukah theory ?
Kalau itu theory , apakah angka angka yang disebutkan mempunyai
bukti berdasarkan suatu pengukuran ?

Si Abah.

Lanjutan dongeng evolusi CO2 di atmosfer, sebagian didasarkan pada kurva
 isotop karbon dan oksigen yang terekam di karbonat paparan.

 Pada mulanya atmosfer Bumi mengandung banyak CO2 yang membuat Bumi panas
 karena efek rumah kaca. Oksigen belum ada, belum ada juga ozonosfer di
 stratosfer. Sinar UV tak punya halangan apa-apa meradiasi Bumi. Tak ada
 kehidupan di Bumi yang panas begitu dan radiasi UV siap membunuh di
 mana-mana. Inilah masa Hadean di skala waktu geologi, hadean = hell dalam
 bahasa Yunani.

 Sejalan dengan degassing volkanisme global, uap air, nitrogen, dan CO2
 mulai mengisi atmosfer awal. Pada sekitar 500 juta tahun pertama umur
 Bumi, atmosfer hanya mengandung sekitar 80 % CO2, 10 % nitrogen, dan 10 %
 uap air. Tetapi dominasi CO2 tak berlangsung lama, ia segera turun ke
 persentase 40 % pada sekitar 4 Ga (milyar tahun yang lalu) dan pada saat
 yang bersamaan nitrogen naik pada persentase yang sama, 40 %.

 Sekitar 3,5 Ga, mulai ada evolusi makhluk hidup yang berklorofil sehingga
 memungkinkan proses fotosintesis. Kadar CO2 menurun drastis dengan semakin
 efisiennya fotosintesis karena CO2 adalah bahan dasar fotosintesis.
 Sebaliknya, oksigen makin kaya seiring makin efisiennya fotosintesis
 karena O2 adalah output fotosintesis. O2 mulai muncul pada sekitar 2.3 Ga
 dan semakin banyak semakin ke sini, sementara itu, sebelum 1 Ga tercapai
 pun, kadar CO2 di udara sudah di bawah 5 %.

 Melalui proses fotokimia yang berhubungan dengan energi panjang gelombang
 pendek sinar Matahari, terbentuklah ozonosfer di stratosfer. Maka Bumi
 punya perisai terhadap serbuan UV. Bumi pun semakin turun panasnya sebab
 CO2 tak lagi memayungi Bumi sebagai greenhouse gas. Dan, merayaplah
 kehidupan2 yang semula bersembunyi jauh di kedalaman laut, naik ke
 daratan. Bumi sudah nyaman untuk dihuni di semua biosfernya.

 Sekarang CO2 tengah merayap naik lagi, terutama karena polusi kendaraan
 dan industri. Sebelum zaman industrialisasi, kadarnya di atmosfer 280,000
 ppbv (part per billion by volume), itu di tahun 1750-1800, sekarang naik
 ke 370,000 ppbv. CO2 tak beracun, maka boleh saja dibuang di angkasa, ia
 malahan bisa dipakai fotosintesis menghasilkan oksigen. Hanya, ia adalah
 greenhouse gas yang paling gampang menaikkan panas. Suatu molekul CO2 akan
 berada di udara 4-6 tahun, sesudah itu akan terurai dengan sendirinya.

 salam,
 awang

 Awang Satyana wrote:
 Buat negara berkembang, Protokol Kyoto tak mengatur emisi gas buang CO2,
 maka 100 % gas CO2 kalau mau bisa dibuang ke udara atau ke laut. Indonesia
 yang telah menandatangani Protokol Kyoto pun tak kena larangan apa2 soal
 CO2, kalau NOx dan SOx ada nilai tertentu ambang batas diizinkan. Maka,
 KLH, institusi yang berwenang di Indonesia, tak mengatur masalah emisi
 CO2.

 Kalau mau, maka 100 % CO2 di Natuna D-Alpha itu bisa saja kalau mau
 dibuang ke udara. Itu memang tidak diatur-atur. Hanya, yang jadi masalah
 adalah tingkat opacity - kecerahan, kalau buangan CO2 menimbulkan opacity
 sampai tinggal 40 % di langit, itu tidak boleh (nanti pesawat2 saling
 tabrakan he..), kalau selama tidak menimbulkan gangguan opacity, ya 100 %
 CO2 yang diproduksi pun boleh2 saja dibuang.

 Itu kalau di kita, negara berkembang, kalau di negara maju tak boleh, ada
 ambang batasnya, karena langit mereka sudah fully polluted. Maka kalau
 akan diinjeksi ke formasi batuan, itu sebenarnya aturan di negara maju,
 bukan di negara berkembang. Kalau di Indonesia yang aturannya boleh
 dibuang, tetapi diinjeksi, maka Indonesia akan dapat point dari PBB.
 Tetapi harus diingat bahwa menginjeksi itu butuh biaya besar dan nanti pun
 di-cost recovery. Jadi, menginjeksi CO2 bukanlah beralasan lingkungan
 sebenarnya, sebab aturannya tak ada, tetapi harus diwaspadai juga sebagai
 project-oriented

Re: [iagi-net-l] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina diBlok Cepu

2005-08-12 Terurut Topik Awang Satyana
Di wilayah Jawa Timur onshore, dengan play yang sama, (Kujung/Prupuh/Mudi 
target), Exxon mengajukan sumur dengan anggaran sekitar 775-825 US$/ft; 
Pertamina sekitar 300-400 US$/ft, JOB Pertamina-Petrochina Tuban sekitar 
375-450 US$/ft; Lundin Blora sekitar 450-550 US$/ft, Lapindo Brantas sekitar 
550-650 US$/ft. Masih Exxon yang paling tinggi kan ? Tepatnya, lebih daripada 
dua kali anggaran usulan Pertamina.
 
Adalah menjadi tugas BPMIGAS untuk memotong anggaran2 itu sampai batas 
kewajaran. Belum lama ini, saya memotong sekitar 15 juta US$ anggaran tiga 
sumur di Indonesia Timur yang diajukan terlalu tinggi oleh operatornya. 
 
Kelak, anggaran2 itu akan ditagihkan ke Negara sebagai cost recovery. Bagaimana 
halnya kalau tidak kita turunkan dari awal  ? Tentu saja pendapatan Negara akan 
berkurang. 
 
Terus-terang saja, banyak kontraktor yang royal dan hambur, dengan satu pikiran 
saja : toh di-cost recovery ini. Hm...jangan menganggap itu selalu mudah.
 
Terus-terang juga,  Jeruk-1  Jeruk-2 di Selat Madura termasuk paling hebat 
discoverynya sejak 2000 ini di Indonesia, tetapi manisnya Jeruk ini menjadi 
asam oleh biayanya yang memegang record sumur termahal di Indonesia karena 
problem mekanisnya. Kelak, Jeruk ini akan meninggalkan bom waktu berupa sunk 
cost yang sangat besar.
 
Masih banyak contoh yang lain, hanya mengemukakan : di satu pihak BPMIGAS 
berperan sebagai partner, di lain pihak menjadi pengontrol yang harus ketat. 
 
Saya berharap para tenaga nasional di oil company asing dapat berperan juga 
sebagai pengawas pihak asingnya, sebab saya temukan banyak pihak asing 
berpendirian kalau bisa ditimpakan ke Indonesia maka timpakan saja ke 
Indonesia (!)
 
Nah, BPMIGAS tak mungkin mengontrol sampai ke mikro-detail bukan ? Maka saya 
berharap tenaga nasional di oil company asing sekaligus menjadi pengingat atau 
pengawas juga. Kadang2 saya dapat juga masukan dari tenaga2 nasional ini yang 
langsung disampaikan kepada saya, nah..ini bisa jadi amunisi saya untuk 
perang anggaran dengan pihak asing mereka. 
 
Kalau kita tidak jeli, maka kita bisa larut tanpa sadar bahwa kita sebenarnya 
tengah terlibat dalam tindakan yang sedang merugikan Indonesia.
 
salam,
awang

Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
Hmm, kalau aku koq sedikit worry ya...mungkin ini
pre-judicemudah-mudahan tidak beralasan.
Misalnya, JV tersebut akan mengebor dengan biaya sekian..sekian...
Nah karena partner-nya ndak punya duit, mereka akan bilang,...uupss,
nice plan, tapi kita sekarang lagi bokek nih...bisa talangin kita-kita
dulu ndak?
Lha si operator bisa saja menjawab, guys, ini proyek mahal...jadi
ente-ente musti kudu punya duit donkkalau ente bilang kagak punya
duit sekarang, ya udah, gue bisa anggep ente-ente pada kagak mau
sharing risk, jadi, gue akan sole risk dah...ente-ente kan ude pada
tau kan artinya sole risk? hasilnya bakalan gue embat sendiri..
Atau bisa juga, OK, gue bayarin dulu, ntar dipotong dari share ente-ente
deh...
Lha kalau begitu, maka akan terjadi share dilution donk.
Nah ???
BSM

Buat pak Awang,
Mungkin bisa me-release estimasi drilling cost dari operator disekitar
blok tersebut untuk similar play? Sesama di onshore aja dah. Porong-1?
Kembang Baru? Grigis Barat? Kedungtuban? Sukowati-nya Petrochina?
Ntar dibandingin dengan proposal beliau ini?
Apakah pemerintah aware terhadap hal yang satu ini? Kalau belum, duh,
saying donk...

-Original Message-
From: Batara Sakti Simanjuntak [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 10, 2005 4:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina
diBlok Cepu

Pemerintah (pusat) memberi Pertamina 45 %, dan Pemda (beberapa)
Kabupaten 
10%, sedang Exxon juga 45%, lalu ketiganya mesti membentuk perusahaan
baru, 
sehingga tak ada yang berfungsi sebagai mayoritas. Ini naif sekali. Lalu

siapa yang memegang operatorship ?, logikanya perusahaan baru tsb. Siapa

yang secara ril akan menyediakan dana di perusahaan baru tsb ?... Pemda
toh 
tak kan punya dana, Pertamina pun sedang kesulitan...jadi Exxon akan 
mendominasi ???

Kalau Pertamina dan Pemda sama-sama berkehendak menyatukan kekuatan
sahamnya 
sehingga menjadi mayoritas bersama boleh kan ?. Kalau pikirannya
sama-sama 
soal kebangsaan (dalam jangka panjang, seperti pandangan pak Kwik) tidak

dapatkah Pertamina  Pemda saling menyatukan diri ?. Gimana caranya 
Pertamina mendekati dan merayu Pemda ?



-Original Message-
From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 10 Aug 2005 02:17:39 -0700 (PDT)
Subject: Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina
di 
Blok Cepu

 Paling juga karena dapat tekanan Paman Sam. Nanti juga di badan
 pengelola baru Cepu bentukan Exxon, Pertamina, Pemda, hendaknya
 Indonesia (Pertamina + Pemda) berdaya kuat. Harus siap menolak dan
 memotong biaya-biaya supertinggi yang biasa diajukan Exxon. Di blok2
 lain di mana Pertamina memegang participating interests hendaknya juga
 berdaya kuat

Re: [iagi-net-l] Delta Conference January 2006

2005-08-12 Terurut Topik Awang Satyana
Benar Abah, asal papernya layak secara teknis, layak dipresentasikan di forum 
internasional, dan memberikan keuntungan buat company terkait.
 
salam,
awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:


Salam geologi,

Ayo rame rame kirim makalah , terutama dari PT dan Lembaga2
jangan takut klalau diterima pasti
banyak yang mau bantu cariin ongkosnya.
Bene ndak pak Awang ?

YRS




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

<    5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   >